Anda di halaman 1dari 42

STEP 1 : Klarifikasi istilah dan konsep

Kata Sulit :

- Refraksi : Keadaan bayangan tegas yang tidak dibentuk di retina (macula lutea).
Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan sistem optik pada mata sehingga
menghasilkan bayangan kabur.
- Pusing : Istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan berbagai sensasi
yang dialami, seperti limbung, kehilangan keseimbangan, atau seperti akan
pingsan.
- Keseimbangan : Kemampuan relatif tubuh untuk mengontrol pusat gravitasi atau
pusat massa tubuh terhadap bidang tumpu dalam keadaan static maupun dinamik
sehingga tubuh bisa mempertahankan posturnya dalam mengantisipasi gerakan
yang terjadi.
- Memar : Suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan darah dalam jaringan yang
terjadi dikarenakan pecahnya pembuluh darah kapiler akibat kekerasaan benda
tumpul yang menyebabkan reaksi radang.
- Silau :

Kata Kunci :

- Mata : Alat penglihatan yang memiliki mekanisme yang sangat kompleks mulai dari
penerimaan impuls yang berupa sinar (foton) hingga diubah menjadi impuls listrik di
retina dan dikirim ke lobus oksipitalis untuk diproses dan dimaknai.
- Otak : Salah satu organ yang berfungsi sebagai pusat sistem saraf pada manusia
yang mengatur serta mengkordinir sebagian besar gerakan, perilaku, dan fungsi
tubuh homeostasis.

STEP 2 : Mendefinisikan problem


Rumusan Masalah:

1. Apa diagnose pada trigger?


2. Mengapa ketika dahi terbentur akan menyebabkan pusing dan hilangnya
keseimbangan dalam hal ini tidak bisa berdiri?
3. Mengapa pasien merasa silau ketika disuruh membuka mata?
4. Apa hubungan antara gangguan refraksi dengan keluhan?

STEP 3 : Menganalisa problem

1. Anamnesa :
Nama : NN
Umur : 18 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Keluhan utama : Pusing, Silau, Memar pada dahi sebelah kanan
GCS : E3V5M6 (Compesmentis)
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien dibawa ke UGD dengan luka memar di dahi sebelah kanan. Pasien mengaku
30 menit sebelumnya ia terjatuh dan dahi terbentur dinding akibat listrik padam.
Ia mengeluh pusing dan tidak dapat berdiri beberapa saat setelah terbentur. Saat
tiba di UGD oleh dokter pasien diminta berbaring di tempat tidur UGD dan
menutup mana. Ketika dokter memintanya untuk membuka mata, ia mengatakan
silau.

Diagnosa : Cedera Kepala Ringan

2. Karena pada dasarnya benturan pada kepala menyebabkan adanya trauma pada
otak, hal ini akan menyebabkan adanya pusing, tidak bisa berdiri, bahkan
kehilangan kesadaran.
3. Karena adanya adaptasi retina yang salah dimana pasien dalam kondisi menutup
mata (gelap) ke kondisi membuka mata (terang) sehingga titik gelap dalam
bayangan yang terlihat sangat terang, dan akibatnya seluruh bayangan visual
tersebut akan memutih (silau).
4. Gangguan refraksi adalah kelainan yang disebabkan oleh adanya gangguan
pembiasan pada media penghantaran cahaya di mata. Untuk kasus ini belum dapat
dikatakan kelainan refraksi, yang dapat dikatakan adalah adanya cedera kepala
ringan. Dan pasien belum dapat dikatakan mengalami gangguan refraksi karena
belum dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti visus mata.

STEP 4 : Membuat inventarisasi sistemik dari berbagai penjelasan yang telah


dikemukakan pada langkah ketiga
STEP 5 : Memformulasikan tujuan belajar

1. Diagnosa Kasus Trigger


2. Interprestasi dari Pemeriksaan Fisik
3. Patogenesa

STEP 6 : Mencari informasi di luar kelompok diskusi (dari textbook, jurnal, dan
penelitian)

ASPEK ANATOMI

INDERA PENGLIHATAN (MATA)


Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya.
Bulbus Oculi (Bola Mata)
Bulbus oculi berbentuk bulat dengan diameter antero-posterior sedikit lebih kecil dari
diameter lateralnya. Bulbus oculi tersusun dari banyak lapisan, dimana terdiri dari cornea
transparan melengkung dan nervus opticus masing-masing pada kutub anterior dan
posterior.

1. Lapisan luar (fibrosa) bola mata (Tunika fibrosa bulbi) terdiri dari sclera dan cornea
serta tersusun atas jaringan ikat kolagenosa kuat. Otot-otot ekstraokular dikaitkan pada
bagian yang dianggap sebagai “bagian putih mata”, yaitu sclera. Sclera berubah
menjadi cornea yang transparan, avaskular dan terutama terdiri dari kolagen. Cornea
adalah jaringan transparan yang avescular dengan diameter lebih kecil dari sclera
sehingga lebih cembung. Ia menerima oxygen dari humor aquosis dan dari udara luar.
Cornea ini terdiri dari lima lapisan, yang paling luar adalah lapisan epithelium
anterius, lamina limitans anterior, substantia propria, lamina limitans posterior dan
epithelium posterius.
2. Lapisan tengah (vaskular) bola mata (Tunika vasculosa bulbi) terdiri dari choroidea,
corpus ciliare dan iris. Lapisan tersebut kaya akan pembuluh darah (cabang-cabang
Aa. ciliares) dan berpigmen banyak. Corpus ciliare pada potongan antero-posterior
tampak sebagai suatu segitiga yang ujungnya berhubungan dengan choroidea di
belakang, dengan iris di bagian depan dan lensa mata (=lens) di medial. Corpus ciliare
dibentuk oleh musculus ciliaris dan processus ciliares. Musculus ciliaris terdiri dari
dua kumpulan otot polos yang masing-masing mempunyai serabut longitudinal
(meridional) dan serabut oblique. Kontraksi ini mengatur ketegangan zonula ciliaris
(=zonula zinnii), penggantung lensa, sehingga berperan pada proses akomodasi
lensa. Iris adalah bangunan berbentuk sirkuler yang berfungsi sebagai diaphragma
terletak di anterior lensa mata. Pinggiran bebas iris membentuk pupilla berupa
lingkaran di tengah. Iris ini dilapisi pigmen yang menyebabkan gambaran warna mata
yang bervariasi. Di dalamnya terdapat musculus sphincter pupillae dan musculus
dilatator pupillae. Dengan adanya iris, ruangan yang terdapat antara corpus ciliare
bersama lensa mata dan cornea terbagi menjadi dua bagian, yaitu di bagian depan iris
dinamakan camera anterior dan ruangan antara iris dan lensa dinamakan camera
posterior. Kedua ruangan ini berisi humor aquosus.

3. Lapisan dalam bola mata (Tunica interna bulbi, syn. Retina) terdiri dari bagian
bebas fotoreseptor (yaitu nonvisual, Pars caeca retinae) dan fotoreseptor (yaitu visual,
Pars optica retinae). Di lapisan sebelah dalam choroidea terdapat retina yang
menempati sebagian besar permukaan bola mata sampai sebatas ora serrata di
anterior. Pada retina yang terdiri dari enam lapisan terdapat reseptor penglihatan yang
akan meneruskan impulsnya melalui nervus opticus. Retina terdiri atas lapisan saraf
dalam dan lapisan berpigmen di atasnya. Lapisan saraf memiliki lapisan sel ganglion
terdalam yang aksonnya berjalan ke belakang membentuk nervus opticus. Di luarnya
terdapat lapisan neuron bipolar dan kemudian lapisan reseptor batang dan kerucut.
Dekat kutub posterior mata terdapat makula lutae yang berwarna kekuningan, daerah
reseptor untuk penglihatan sentral.

Pembuluh darah mata


Pembuluh darah untuk bagian dalam bola mata, cabang arteria ophthalmica, juga
menembus sclera bersama nervus opticus. Selanjutnya, pembuluh darah berada di lapisan
sebelah dalam yang bernama choroidea terdapat arteria centralis retinae dan cabang-
cabang pembuluh darah lain. Darah vena keluar dari tempat yang sama dan selanjutnya
bermuara pada sinus cavernosus. Pada tempat masuk bola mata, pembuluh darah dan saraf
dapat ditemukan di bagian dalam bola mata yang dinamakan discus nervi optici.

Struktur-struktur tambahan mata

 Kelopak mata (palpebrae) tidak hanya berperan untuk melindungi mata tetapi
menyebarkan film air mata melewati permukaan mata sambil berkedip secara konstan.
Hal tersebut untuk mencegah permukaan mata menjadi kering. Banyak kelenjar
sebasea khusus (glandula meibomian; Glandulae tarsales) yang terletak dalam
kelopak mata dan menyebabkan sekresi lemak ke film air mata.
 Conjunctiva (Tunica conjunctiva) adalah lapisan epitel transparan, tipis serta
menutupi bagian dalam palpebrae dan bagian sclera yang dapat melihat.
 Kelenjar lakrimal (Glandula lacrimalis), terletak pada lateral orbita, dan banyak
kelenjar asesorius (Glandulae lacrimales accessoriae) terletak pada kelopak mata,
menghasilkan air mata (lacrimae). Selama penutupan kelopak mata, film air mata
menghapus ke arah cantus medialis (nasal, Comisura palpebra nasalis) yang berisi
caruncula lacrimalis, tempat air mata terkumpul membentuk lacus lacrimalis.

2.3 ASPEK FISIOLOGI


MATA: PENGLIHATAN
Agar dapat melihat mata harus menangkap pola pencahayaan di lingkungan sebagai
“gambar/bayangan optis” di suatu lapisan sel peka sinar, retina, seperti kamera nondigital
menangkap bayangan pada film. Seperti film yang dapat diproses menjadi salinan visual
dari bayangan asli, citra tersandi di retina disalurkan melalui serangkaian tahap pemrosesan
visual yang semakin rumit hingga akhirnya secara sadar dipersepsikan sebagai kemiripan
visual dari bayangan asli.

Mekanisme protektif membantu mencegah cedera mata.


Terdapat beberapa mekanisme yang membantu melindungi mata dari cedera. Kecuali di
bagian anteriornya (depan), bola mata dilindungi oleh kantung tulang tempat mata berada.
Kelopak mata bekerja sebagai penutup untuk melindungi bagian anterior mata dari
gangguan lingkungan. Kelopak mata menutup secara refleks untuk melindungi mata pada
keadaan yang mengancam, misalnya benda yang datang cepat, sinar yang menyilaukan,
dan situasi dimana bagian mata terpajan atau bulu mata tersentuh. Kedipan mata yang
berulang membantu menyebarkan air mata yang berfungsi sebagai pelumas, pembersih,
dan bahan bakterisidal (“mematikan kuman”). Air mata diproduksi secara terus menerus
oleh kelenjar lakrimalis di sudut lateral atas di bawah kelopak mata. Cairan pencuci mata
ini mengalir di atas permukaan anterior mata dan keluar melalui saluran-saluran halus di
sudut mata untuk akhirnya sampai ke bagian belakang saluran hidung. Sistem drainase ini
tidak dapat mengatasi produksi air mata yang berlebihan saat kita menangis sehingga air
mata meluap dari mata. Mata juga dilengkapi oleh bulu mata yang bersifat protektif,
menangkap kotoran halus di udara misalnya debu sebelum masuk ke mata.

Mata adalah suatu bola berisi cairan yang terbungkus oleh tiga lapisan jaringan
khusus.
Mata adalah struktur bulat berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari bagian
paling luar hingga paling dalam, lapisan-lapisan tersebut adalah skeralkorea, koroid/badan
siliaris, dan retina. Sebagian besar bola mata ditutupi oleh suatu lapisan kuat jaringan ikat,
sklera yang membentuk bagian mata. Di sebelah anterior, lapisan luar terdiri dari kornea
transparan, yang dapat ditembus oleh berkas cahaya untuk masuk ke interior mata. Lapisan
tengah di bawah sklera adalah khoroid, yang berpigmen banyak dan mengandung banyak
pembuluh darah yang memberi nutrisi bagi retina. Lapisan koroid di sebelah anterior
mengalami spesialisasi membentuk badan siliaris dan iris. Lapisan paling dalam di bawah
koroid adalah retina, yang terdiri dari lapisan berpigmen di sebelah luar dan lapisan
jaringan saraf disebelah dalam. Yang terakhir, mengandung sel batang (rods) dan sel
kerucut (cones), fotoreseptor yang mengubah energy cahaya menjadi impuls saraf. Seperti
dinding hitam sebuah studio foto, pigmen di koroid dan retina menyerap retina setelah
sinar mengenai retina untuk mencegah pantulan atau pembuyaran sinar mengenai retina
untuk mencegah pantulan atau pembuyaran sinar di dalam mata.
Bagian anterior mata terdiri dari dua rongga berisi cairan yang dipisahkan oleh sebuah
lensa elips, yang semuanya transparan agar cahaya dapat menembus mata dari kornea
hingga ke retina. Rongga posterior (belakang) yang lebih besar antara lensa dan retina
mengandung bahan setengah cair mirip gel, humor vitreus. Humor vitreus penting untuk
mempertahankan bentuk bola mata agar tetap bulat. Rongga anterior antara kornea dan
lensa mengandung cairan jernih encer, humor aquosus. Humor aquosus membawa nutrien
untuk kornea dan lensa, yaitu dua struktur yang tidak memiliki aliran darah. Adanya
pembuluh darah di struktur-struktur ini akan mengganggu lewatnya cahaya ke fotoreseptor.
Humor aquosus dihasilkan dengan kecepatan sekitar 5 ml/hari oleh suatu jaringan kapiler
di dalam badan siliar, suatu turunan khusus lapisan koroid anterior. Cairan ini mengalir ke
suatu kanalis di tepi kornea dan akhirnya masuk ke darah. Jika humor aquosus tidak
dikeluarkan secepat pembentukannya (sebagai cotoh, akibat sumbatan di saluran
drainasenya) maka kelebihan cairan ini akan menumpuk di rongga anterior, menimbulkan
peningkatan tekanan di dalam mata. Keadaan ini dikenal sebagai glaucoma. Kelebihan
aqueous humor akan mendorong lensa ke belakang ke dalam vitreous humor, yang
selanjutnya akan menekan lapisan saraf dalam retina. Penekanan ini menyebabkan
kerusakan retina dan nervus optikus yang dapat menyebabkan kebutaan jika keadaan ini
tidak diatasi.

Jumlah cahaya yang masuk ke mata dikontrol oleh iris.


Tidak semua cahaya yang melewati kornea mencapai fotoreseptor peka cahaya, karena
adanya iris, suatu otot polos tipis berpigmen yang membentuk struktur mirip cincin di
dalam aqueous humor. Berpigmen di iris memberi warna mata. Lubang bundar di bagian
tengah iris tempat masuknya cahaya ke interior mata adalah pupil. Ukuran ini dapat
disesuaikan oleh kontraksi otot-otot iris untuk menerima sinar lebih banyak atau lebih
sedikit, seperti diafragma yang mengontrol jumlah cahaya yang masuk ke kamera. Iris
mengandung dua set anyaman otot polos, satu sirkular (serat-serat otot berjalan seperti
cincin di dalam iris) dan satu radial (serat mengarah ke luar tepi pupil seperti roda-roda
sepeda). Karena serat otot memendek ketika berkontraksi maka pupil menjadi lebih kecil
ketika otot sirkular (atau konstriktor) berkontraksi dan membentuk cincin yang lebih kecil.
Konstriksi pupil refleks ini terjadi pada keadaan sinar terang untuk mengurangi j umlah
cahaya yang masuk ke mata. Jika otot radial (atau dilator) berkontraksi maka ukuran pupil
bertambah. Dilatasi pupil ini terjadi pada cahaya temaram agar sinar yang masuk ke mata
lebih banyak. Otot-otot iris dikendalikan oleh sistem saraf otonom. Serat saraf parasimpatis
menyarafi otot sirkular (menyebabkan konstriksi pupil) sementara serat simpatis menyarafi
otot radial (menyebabkan dilatasi pupil).

Mata membiaskan sinar yang masuk untuk memfokuskan bayangan di retina.


Sinar/cahaya adalah suatu bentuk radiasi elektromagnetik yang terdiri dari paket-paket
energy mirip partikel yang dinamai foton yang berjalan dalam bentuk gelombang. Jarak
antara dua puncak gelombang dikenal sebagai panjang gelombang. Panjang gelombang dan
sektrum elektromagnetik berkisar dari 10-14 m (seperkuadrilium meter, misalnya pada
berkas sinar kosmik yang sangat pendek) hingga 104 m (10 km, misalnya gelombang radio
yang panjang). Fotoreseptor di mata hanya peka terhadap panjang gelombang antara 400
dan 700 nanometer (nm; sepermilyar meter). Karena itu, cahaya tampak hanyalah sebagian
kecil dari spektrum elektromagnetik total. Sinar dari berbagai panjang gelombang dalam
rentang sinar tampak dipersepsikan sebagai sensasi warna yang berbeda-beda. Panjang
gelombang yang lebih pendek dilihat sebagai warna ungu dan biru; panjang gelombang
yang lebih panjang diinterprestasikan sebagai oranye dan merah.
Selain memilki panjang gelombang bervariasi, energi cahaya juga bervariasi dalam
intensitasnya; yaitu, amplitudo, atau tinggi gelombang. Menyuramkan tidak mengubah
warnanya, hanya menyebabkannya kurang terang atau kurang intens.
Gelombang cahaya mengalami divergensi (memancarkan keluar) ke semua arah dari setiap
titik sumber cahaya. Gerakan maju suatu gelombang cahaya dalam arah tertentu dikenal
sebagai berkas cahaya. Berkas cahaya divergen yang mencapai mata harus dibelokkan ke
dalam agar dapat difokuskan kembali ke suatu titik (titik fokus) di retina peka cahaya agar
diperoleh bayangan akurat sumber cahaya.

Dorland, W.A. Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran, EGC
Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran, EGC

Leeson, C. Roland,dkk. 1996. Buku Ajar Histologi Edisi V.Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran, EGC

Mescher L. Anthony. 2011. Buku Histologi Dasar Junqueira Teks dan Atlas Edisi
12.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC

Pearce, Evelyn C. 2009. Buku Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta :Gramedia
Pustaka Utama

Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran, EGC

Subagjo, Sudibjo H, Tirthaningsihniwayan, 2002. Diktat Anatomi bagian ke II.Surabaya:


Universitas Airlangga

Sudibjo H. 2002. Buku Diktat Anatomi Bagian III Edisi I. Surabaya: Universitas Airlangga

1.1. ASPEK HISTOLOGI


1.1.1. Mata (8)
Secara struktural bola mata seringkali dibandingkan dengan sebuah kamera, tetapi
mekanisme persarafan yang ada tak dapat dibandingkan dengan apapun. Mata terletak
dalam struktur tengkorak yang melindunginya yaitu orbita. Setiap mata terdiri atas 3
lapis yaitu lapisan luar, lapisan tengah, dan lapisan dalam.
A. Lapisan Luar Bola Mata (Tunica Fibrosa) (8)
Lapisan luar yang terdiri dari sklera dan kornea ini merupakan penyokong
fibroelastik yang kuat bagi mata.
Sklera terdiri atas jaringan fibrosa padat dan mempertahankan bentuk ukuran
bola mata. Berkas serat kolagen yang gepeng pada sklera sebagian besar terletak
sejajar permukaan, tetapi berkas saling menyilang di segala arah, dengan jarring-
jaring halus serat elastic diantara berkas, juga sejumlah substansi dasar, dan
sejumlah kecil fibroblast yang gepeng atau pipih dan bercabang-cabang. Kornea
jernih dan tembus cahaya dengan permukaan yang licin, tetapi tidak melengkur
secara uniform atau seragam. Bagian tengah(zona optikal) mempunyai radius
lengkungan yang lebih kecil di banding bagian tepi. Daerah refraksi kornea, yang
merupakan hasil indeks refraksi dan radius lengkung kornea lebih besar dari daya
refraksi lensa. Kornea terdiri atas 5 lapisan yaitu :
a. Epitel
Pada permukaan luar terdapat epitel, yaitu suatu epitel berlapis gepeng tanpa
lapisan tanduk, lapisan basal silindris rendah, kemudian tiga atau empat lapisan
sel polyhedral (sel sayap) dan satu atau dua lapisan sel permukaan yang gepeng.
b. Membran dari Bowman
Dibawah epitel terdapat membrane bowman, tak berbentuk dan tak
mengandung sel, di bentuk oleh perpadatan substansi antar sel dengan serabut
kolagen halus yang tersebar tak beraturan. Membrane ini berakhir dengan tegas
atau mendadak pada limbus.
c. Substansia Propria (Stroma Kornea)
Substansia propria membentuk massa kornea, bersifat tembus cahaya, dan
terdiri dari lamel kolagen dengan sel. Lamel merupakan serat lebar, seperti pita,
serabut pada setiap lamel sejajar, dengan lamel pada sudur-sudut yang berbeda.
Lamel saling melekat karena adanya pertukaran serabut antara lamen yang
berdampingan. Fibroblas berbentuk bintang, gepeng, dengan cabang yang
ramping, terletak antara lamel.
d. Membran Descemet
Membrane ini tampak homogen, terletak sebelah dalam substansi propria.
Dan melanjutkan diri dengan materi jarring-jaring trabekulla (ligament
pektinata) pada sudut iridika pada cincin schwalbe.
e. Endotel
Membrane descemet adalah membrane basal untuk endotel, merupakan satu
lapis sel kuboid yang melapisi permukaan dalam kornea. Sel menunjukkan
kompleks tautan, permukaan antar sel yang tak teratur, dan sejumlah besar
vesikula pinositotik. Vesikula ini mentransportasikan cairan dan larutan. Kornea
bersifat avaskular, mendapatkan nutrisi dari pembuluh perifer dalam limbus dan
dari humor aqueous di bagian tengah.

B. Lapisan Tengah Bola Mata (Uvea) (8)


Korpus Siliaris, sebuah perluasan koroid ke anterior setinggi lensa. Salah satu
permukaannya berkontak dengan korpus vitreus. Struktur histologi corpus siliaris
pada dasarnya ialah jaringan ikat longgar dengan banyak serat elastin, pembuluh,
dan melanosit mengelilingi muskulus siliaris. Lapisan yang langsung berbatasan
dengan korpus siliaris terdiri atas epitel selapis silindris yang banyak mengandung
melanin dan sesuai dengan juluran lapisan pigmen retina.
Prosesus Siliaris, dari prosesus siliaris muncul serat-serat zonula yang tertanam
kedalam sampai dari lensa dan menahannya di tempat. Membrane basal dari sel-sel
berpigman luar bersebelahan dengan massa utama korpus siliaris, sedangkan
membrane basal dari sel-sel tanpa pigmen dalam bersebelahan dengan bilik
posterior.
Iris adalah perluasan koroid yang untuk sebagian menutupi lensa, menyisahkan
lubang bulat di pusat yang disebut pupil. Banyak pigmen mencegah masuknya
cahaya ke dalam mata kecuali yang melalui pupil. Fungsi melanosit atau sel
pengandung melanin yang banyak itu dalam berbagai bagian mata adalah untuk
mencegah berkas cahaya yang tidak seharusnya menggangu pembentukan
bayangan. Iris mengandung berkas otot polos yang disusun melintang konsentris
dengan tepian pupil, membentuk muskulus sfingter pupil dari iris. Muskulus dilator
dan sfingter pupil berturut-turut memiliki persarafan simpatis dan parasimpatis.
Ruang-ruang pada mata dibagi dua yaitu kamera okuli anterior dan kamera
okuli posterior.

C. Lapisan dalam Bola Mata (8)


Retina, Lapisan bola mata yang terdiri atas 2 bagian. Pada bagian posterior
bersifat fotosensitif dan bagian anterior tidak fotosensitif, menyusun lapisan dalam
badan siliar dan bagian posterior iris. Sewaktu vesikal optic berkontak dengan
ectoderm permukaan, secara berangsur bagian pusatnya mengalami invaginasi yang
membentuk mangkok optic berbanding ganda. Daerah basal sel melekat erat pada
membrane bruch, dan membrane sel memiliki bannyak invaginasi basal. Apeks sel
epitel pigmen memiliki banyak penjuluran dengan dua macam yaitu mikrovili
gepeng dan selubung siliaris yang menyelubungi ujung-ujung fotoreseptor.
Sitoplasma sel-sel epitel pigmen memiliki banyak reticulum endoplasma halus,
yang dikatakan merupakan tempat terjadinnya esterifikasi dan transport vitamin A
ke fotoreseptor.
Diantara lapisan batang dan kerucut dan sel-sel bipolar, terdapat daerah yang
disebut lapisan pleksiform luar atau lapisan sinaptik, tempat berbebtuknya sinaps
antara kedua jenis sel tersebut (fotoreseptor dan bipolar).
Sel batang adalah sel tipis yang memanjang (50 X 3µm) dan terdiri atas 2
bagian. Bagian fotosensitif luar berbentuk bantang, dan terutama terdiri atas banyak
(600-1000) cakram gepeng bermembran yang bertumpuk seperti uang logam.
Cakram dalam batang tidak berhubungan dengan membrane plasma; segmen luar
dipisahkan dengan segmen dalam oleh suatu penyempitan. Segmen dalam banyak
mengandung glikogen dan memiliki banyak akumulasi mitokondria, dan berada
didekat area penyempitan. Akumulasi mitokondria setempat ini berhubungan
dengan produksi energy yang diperlukan bagi proses penglihatan dan sintesis
protein. Sejumlah protein ini bermigrasi ke segmen luar sel batang, tempat protein
ini bermigrasi kesegmen luar sel batang, tempat protein tersebut bergabung
membentuk cakram bermembram. Cakram gepeng disel batang mengandung
pigmen yang disebut ungu visual, atau rhodopsin, yang memutih oleh cahaya dan
menginisasi rangsangan visual. Sel kerucut juga merupakan neuron berukuran
panjang (60 X 1,5 µm). Setiap retina manusia memiliki sekitar 6 juta sel kerucut.
Strukturnya serupa dengan struktur sel batang, dengan segmen luar dan dalam,
badan basal dan silia, dan akumulasi mitokondria serta poliribosom. Pada sel
kerucut, protein yang baru disentesis tidak ditimbun dalam cakram yang baru
dibentuk, seperti halnya pada sel batang, namun tersebar merata diseluruh segmen
luar.
Sekurang-kurangnya terdapat 3 jenis kerucut fungsional, yang tak dapat
dibedakan berdasarkan ciri morfologinya. Setiap jenis mengandung fotopigmen
kerucut yang disebut iodopsin, dan sensitivitas maksimumnya terdapat didaerah
merah, hijau, atau biru dari spectrum cahaya yang terlihat. Sel kerucut, yang hanya
peka terhadap cahaya dengan intensitas yang lebih tinggi dari pada intensitas yang
diperlukan untuk menstimulasi sel batang, diyakini menimbulkan ketajaman
penglihatan yang lebih baik dari pada sel batang.

1.2. ASPEK BIOKIMIA


1.2.1. Mata (11)
Pada retina manusia terdapat dua jenis sel fotoreseptor, yaitu sel batang dan kerucut.
Sel batang sensitive untuk cahaya lemah, sedangkan sel kerucut mengurus penglihatan
warna pada intensitas cahaya yang lebih tinggi.
(11)
A. Fotoreseptor
Fotoreseptor yang di tunjukan adalah sel batang. Irisan membran di dalam
segmen luar mengandung rodopsin, yaitu suatu protein yang melintasi membran.
Protein ini dengan 7 heliks-nya adalah khas untuk suatu kelompok molekul reseptor
yang memindahkan sinyal. Rodopsin adalah suatu kromoprotein yang sensitive
terhadap cahaya. Bagian protein ,yaitu opsin, mengikat 11-cis-retinal pada gugus
amino-e suatu residulisin. Absorbsi cahaya rodopsin terletak pada daerah yang
dapat terlihat dengan suatu maksimum panjang gelombang 500 nm.
Suatu isomerasi dari 11-cis-retinal menjadi all-trans-retinal dihasilkan oleh
energi suatu foton yang diabsorpsi. Rodopsin dapat menstimulasi protein G yang
bersebelahan l-. Sebagai akibat jeram sinyal, sel – sel batang dibuat agar
mensekresikan lebih sedikit neurotransmiter pada sinapsnya, sehingga neuron
bipolar yang merupakan lanjutannya dapat meneruskan satu sinyal yang diubah
pada otak dan dengan demikian memberitahukan adanya cahaya.
B. Jeram Sinyal (11)
Protein G sel – sel batang di sebut trasdusin. Ikatan transduksi pada rodopsin
yang diaktivasi oleh cahaya menyebabkan perubahan GDP yang terikat pada
transdusin menjadi GTP. Dengan demikian terbentuk bentuk aktifnya, yaitu
transdusin, yang terbelah menjadi suatu subunit-a dan subunit-b. Subunit-a
meneruskan sinyal dengan cara mengaktifkan suatu cGMP-fosfodiesterase melalui
ikatan protein inhibitor. Di dalam sel – sel batang yang tidak disinari, nukleotida
siklik cGMP terdapat dalam konsentrasi yang relatif tinggi (70 uM). Aktivasi
fosfodiesterase yang disebabkan oleh pencahayaan rodopsin, menurunkan kadar
cGMP dalam waktu beberapa ms. Kemudian, subunit-a transdusin mengalami
inaktivasi melalui hidrolisi dari GTP yang terikat menjadi GDP secara enzimatik.
Selanjutnya subunit tersebut melalui asosiasi dengan subunit-b kembali ke keadaan
semula. Rodopsin terbelah menjadi opsin dan all-trans-retinal. Bila all-trans-retinal
di isomerasi menjadi 11-cis-retinal oleh suatu enzim, maka kedua komponen
tersebut dapat kembali menggabungkan diri menjadi rodopsin, sehingga tercapai
keadaan awal.
Dalam keadaan gelap, kadar cGMP sel – sel batang tinggi melalui aktivasi
guanilatsiklase. Dengan demikian protein kanal kation yang diatur oleh cGMP pada
plasma membran dipertahankan agar tetap terbuka sehingga membiarkan ion - ion
natrium dan kalsium masuk ke dalam sel. Dalam kondisi ini, sel – sel batang
mensekresikan secara teratur neurotransmitor asam amino pada sinapsnya.
Pada pencahayaan, kadar cGMP menurun melalui fosfodiesterase sehingga
menyebabkan suatu penurunan kanal - kanal ion. Karena ion natrium dan kalsium
terus - menerus di pompa keluar sel, maka konsentrasi ionnya di dalam sel menurun
dengan cepat. Hal ini mengakibatkan hiperpolariasi sel – sel dan menghentikan
sementara sekresi neurotransmitor. Konsentrasi kalsium yang menurun
menyebabkan suatu aktivasi guanilat siklase. Akibat nyata lama kemudian kadar
cGMP meningkat sedemikian rupa sehingga kanal - kanal ion.

C. Dua Kelompok Senyawa Memiliki Aktivitas Vitamin A (12)


Retinoid terdiri dari retinol, retinal dehida, dan asam retinoat (vitamin A),
hanya ditemukan dalam makanan yang berasal dari hewan; karotenoid yang
terdapat di tumbuhan terdiri dari karoten dan senyawa terkait, banyak yang
merupakan prekursor vitamin A karena senyawa – senyawa ini dapat diuraikan
untuk menghasilkan retinal dehida, kemudian retinol dan asam retinoat.
D. Vitamin A Memiliki Fungsi dalam Penglihatan
Di retina, retinal dehida berfungsi sebagai gugus prostetik protein opsin peka –
sinar yang membentuk rodopsin (pada sel batang) dan iodopsin (pada sel kerucut).
Semua sel kerucut mengandung hanya satu tipe opsin dan hanya peka terhadap satu
warna. Di epitel pigmen retina, all-trans-retinolmengalami isomerasi menjadi 11-
cis-retinol dan dioksidasi menjadi 11-cis-retinal dehida. Senyawa ini beraksi
dengan sebuah residu lisin, di opsin, membentuk holo protein rodopsin. Penyerapan
sinar oleh rodopsin menyebabkan isomerisasi retinal dehida dari 11-cis menjadi all-
trans, dan perubahan bentuk opsin. Hal ini protein, dan inisiasi impuls saraf.
Penyusunan bentuk awal rodopsin yang tereksitasi, yaitu batorodopsin terjadi dalam
proses iluminasi selama piko detik. Kemudian terjadi serangkaian perubahan
stuktur yang menyebabkan terbentuknya metarodopsin II, yang memicu suatu
kaskade penguatan nukleotida guanine dan kemudian impuls saraf. Tahap akhir
adalah hidrolisis untuk membebaskan all-trans-retinal dehida dan opsin. Kunci
dalam inisiasi siklus penglihatan adalah ketersediaan 11-cis-retinal dehida dan
begitu pula dengan vitamin A. Pada keadaan defisiensi, baik waktu untuk
beradaptasi ke keadaan gelap maupun untuk melihat di cahaya menjadi temaram
terganggu.
E. Asam Retinoat Berperan dalam Regulasi Ekspresi dan Diferensiasi Jaringan
Peran besar vitamin A adalah mengontrol diferensiasi dan pergantian sel. Asam
all-trans-retinoat dan asam 9-cis-retinoat mengatur pertumbuhan, perkembangan,
dan diferensiasi jaringan; keduanya memiliki efek berbeda di jaringan yang
berbeda. Seperti hormon tiroid dan steroid serta vitamin D, asam retinoat berikatan
dengan reseptor di nukleus yang mengikat elemen respon DNA dan mengatur
transkripsi gen spesifik. Terdapat dua famaili reseptor retinoid nukleus: reseptor
asam retinoat (RAR) dan mengikat asam all-trans-retinoat atau 9-cis-retinoat, dan
reseptor retinoid X (RXR) mengikat asam 9-cis-retinoat. Reseptor retinoid X juga
membentuk dimer aktif dengan berbagai reseptor hormon di nukleus.

Cahaya dan Penglihatan


Setiap indra berespons terhadap energy fisik tertentu, dan untuk penglihatan, energy
fisiknya asalah cahaya. Cahaya adalah radiasi elektromagnetik (energy yang dihasilkan oleh
osilasi materi beermuatan listrik) dan masuk dalam rangkaian sinar kosmik, sinar-X, sinar
ultraviolet dan inframerah, dan gelombang radio dan televisi.
Sistem Visual
Sistem visual manusia terdiri dari mata, beberapa bagian di otak, dan jalur yang
menghubungkan mereka. Perhatian kita adalah cara kerja kita di dalam mata. Mata memiliki
dua sistem, satu untuk membentuk citra dan yang lain untuk mentransduksi citra ke impuls
listrik.
Sistem pembentuk citra terdiri dari kornea, pupil, dan lensa. Tanpa sistem tersebut, kita
hanya dapat melihat cahaya tetapi bukan pola. Kornea adalah bagian transparan di
permukaan depan mata : cahaya masuk melalui korne, dan cahaya dibiaskan kearah dalam
untuk mulai membentuk citra. Lensa melengkapi proses pemfokusan cahaya di retina, yaitu
lapisan tipis di bagian belakang bola mata. Untuk memfokuskan objek pada jarak yang
berbeda, lensa berubah bentuk. Lensa menjadi lebih sferis untuk benda dekat dan pipih
untuk benda jauh. Pada sebagian mata, lensa tidak menjadi cukup pipih untuk menjatuhkan
benda jauh difokus, walaupun ia memfokuskan benda dekat secara baik; orang dengan mata
tersebut dikatakan miopik (mata dekat). Pada mata lain,lensa tidak menjadi cukup sferis
untuk memfokuskan benda dekat, walaupun ia memfokuskan benda jauh secara baik; orang
dengan mata tersebut dan dapat dikatakan hiperoptik (mata jauh). Defek optikal tersebut
sering dan dapat dikoreksi secara mudah dengan kaca mata atau lensa kontak. Pupil,
komponen ketiga dari sistem pembentuk citra , adalah lubang sirkular yang memiliki
diameter bervariasi sebagai respons dari tingkat cahaya.
Diameternya terbesar pada cahaya redup dan tercecil pada cahaya terang, dengan
demikian memastikan cukup banyak cahaya untuk mempertahankan kualitas citra pada
tingkat cahaya yang berbeda. Semua di atas berfungsi untuk menjatuhkan cahaya di bagian
belakang bola mata, yaitu di retina. Di retina, proses transduksi mengambil alih. Terdapat
dua tipe sel reseptor, sel batang dan sel kerucut, yang dinamakan demikian karena
bentuknya yang berbeda. Dua jenis reseptor ini memiliki fungsi yang berbeda. Sel batang
ditujukan untuk melihat di malam hari; mereka bekerja pada intensitas yang rendah dan
menyebabkan sensasi yang tidak berwarna. Sel kerucut paling baik untuk melihat selama
siang hari dan mereka berespons terhadap intensitas cahaya yang tinggi dan menyebabkan
sensasi warna. Yang menarik, sel batang dan sel kerucut terletak di lapisan retina yang
terjauh dari kornea.retina juga memiliki jaringan neuron, di tambah sel pendukung dan
pembuluh darah.
Jika kita ingin melihat detail suatu objek, kita biasanya menggerakan mata sehingga
bayangan benda itu terproyeksi di pertengahan retina, ke daerah yang namanya fovea.
Alasan kita harus melakukan hal ini adalah karena distribusi reseptor di retina. Di fovea,
reseptor sangat banyak jumlahnya dan tersusun rapat; di luar fovea, di perifer, terdapat
sedikit reseptor. Dengan demikian tidak mengejutkan bahwa fovea merupakan daerah di
mata yang paling baik untuk melihat detail.
Mengingat bahwa cahaya yang dipantulkan dari suatu objek kontak dengan sel reseptor,
bagaimana tepatnya reseptor mentranduksi cahaya menjadi impuls listrik? Sel batang dan sel
kerucut mengandung zat kimia, yang dinamakan fotoreseptor, ysng mengabsorsi cahaya.
Absorsi cahaya oleh fotoreseptor melalui proses yang menghasilkan impuls saraf. Jika
langkah transduksi ini selesai, impuls listrik harus menuju ke otak melalui neuron
penghubung. Respons sel batang dan kerucut pertama kali ditransmisikan ke sel bipolar, dan
dari sel bipolar ke neuron lain yang dinamakan sel ganglion. Akson panjang sel ganglion
keluar dari mata dan membentuk saraf optikus meninggalkan mata, tidak terdapat reseptor ;
dibagian itu kita buta terhadap stimulus. Kita tidak memperhatikan kebutaan parsial ini-
lubang dalam lapangan visual-karena otak secara otomatis mengisinya (Ramachandran &
Gregory 1991).

Melihat Cahaya
Sensitivitas kita terhadap intensitas cahaya ditentukan oleh sel batang dan sel kerucut .
terdapat dua perbedaan penting antara sel batang dan sel kerucut yang menjelaskan
seejumlah fenomena yang melibatkan intensitas yang dirasakan,kecerahan kita. Salah satu
perbedaan adalah bahwa, rata-rata, lebih banyak sel batang yang berhubungan dengan sel
ganglion tunggal dibandingkan sel kerucut; dengan demikian ganglion sel batang
mendapatkan masukan yang lebih banyak ganglion sel kerucut. Sebagai akibatnya,
penglihatan lebih sensitive jika didasarkan pada sel batang ketimbang sel kerucut. Sel batang
dan kerucut memiliki perbedaan lokasi. Fovea retina mengandung banyak sel kerucut tetapi
tidak mengandung sel batang sedangkan bagian retina perifer (bagian retina lainnya) kaya
akan sel batang dan relative sedikit sel kerucut.
Salah satu konsekuensi perbedaan tersebut adalah bahwa kita lebih mampu mendekteksi
cahaya redup diperifer yang lebih banyak mengandung sel batang di bandingkan fovea.
Sehingga walaupun ketajaman penglihatan (yaitu melihat dengan tepat apa yang terjadi )
lebih besar di fovea ketimbang di perifer, sensitivitas (yaitu melihat sesuatu terjadi) lebih
besar di perifer.
Konsekuensi lain dari batang-kerucut adalah bahwa, saat malam kita menjadi lebih
sensitive terhadap cahaya biru. Hal ini terajadi karena dengan datangnya kegelapan
penglihatan bergeser dari sel kerucut ke batang (karena sel batang beroperasi pada intensitas
yang rendah), dan sel batang lebih sensitive terhadap sel kerucut terhadap cahaya biru.
Artinya, sensitivitas kita terhadap cahaya bukan hanya tergantung apakah cahaya
menstimulasi sel batang atau kerucut, tetapi juga pada panjang gelombang cahaya; dan bagi
sel batang, sensitivitas maksimum terjadi pada panjang gelombang yang lebih pendek, yaitu
kea rah ujung biru dari spectrum cahaya.

Adaptasi Cahaya
Yang terjadi jika anda memasuki ruang bioskop yang gelap dari luar gedung yang
terang berderang. Pertama kali anda sulit melihat segala sesuatu di cahaya yang redup yang
di pantulkan dari layar. Tetapi dalam beberapa menit anda mampu melihat cukup baik untuk
menemukan tempat duduk. Jika anda kembali ke luar gedung yang terang, hampir segalanya
tampak terang dan menyakitkan mata dan tidak mungkin membedakan cahaya-cahaya terang
tersebut. Tetapi segala sesuatu akan tampak normal kurang dari waktu satu menit, karena
adaptasi terhadap tingkat cahaya yang lebih tinggi terjadi lebih cepat.
Saat kita beradaptasi terhadap terang, cahaya tampak menjadi lebih redup. Biasanya
jika kita mencoba melihat terus menerus pada satui titik, mata kita terus-menerus bergerak
sedikit, yang berarti citra selalu bergerak di atas retina. Jika pergerakan ini di hilangkan,
objek visual menghilang dalam beberapa detik. Diperlukan peralatan yang rumit untuk
benar-benar menstabilkan retina, tetapi mendeteksi stabilisasi akan menyebabkan suatu
objek memudar dan hampir menghilang. Fenomena ini tampaknya merupahkan konsekuensi
adaptasi. Bahwa sistem visual berhenti berespon terhadap stimulus yang tidak berubah
memperkuat fakta bahwa ia di rancang untuk mendeteksi perubahan.
1. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem: Susunan Saraf Tepi: Divisi Aferen;
Indera Khusus Ed 6. Jakarta: EGC, 2011. Hal 211-43
2. Parker Steve. ENSIKLOPEDIA TUBUH MANUSIA: Sistem Saraf. Jakarta: Erlangga ,
2007. Hal 84-101
3. Newman Dorland W.A. Kamus Kedokteran Dorland. Ed 31.Jakarta: EGC, 2010.
4. Budiyono S. Anatomi Tubuh Manusia: Sistem Indera.
5. Ernest WA. QUICK REVIEW ANATOMI KLINIK: Orbit, Mata dan Telinga. Ed 2.
Tangerang Selatan: Binarupa Aksara Publisher. Hal 391-420
6. Wibowo DS, Paryana W. Anatomi Tubuh Manusia: Mata & Cavitas Orbita, Telinga.
Jakarta: Graha Ilmu, 2009. Hal 527-43
7. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata: Anatomi dan Fisiologi Mata. Ed 3. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI, 2006. Hal 3-13
8. Eroschenko V.P. ATLAS HISTOLOGI di Fiore dengan KORELASI FUNGSIONAL:
Jaringan Saraf. Ed 9. Jakarta: EGC, 2003. Hal 85.
9. Mescher A.L. Histologi Dasar JUNQUEIRA Teks &Atlas : Jaringan Saraf & Sistem
Saraf. Ed 12. Jakarta: EGC, 2011. Hal 137, 147-54
10. Ganong WF. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN: Fungsi Sistem Saraf. Ed 22.
Jakarta: EGC, 2008. Hal
11. Sloane E. ANATOMI DAN FISIOLOGI Untuk Pemula: Sistem Saraf. Jakarta: EGC,
2003. Hal 184-93
12. Koolman, 2000. Atlas Berwarna dan Teks Biokimia. Jakarta: Hipokrates. Hal
13. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia Harper. Ed 27. Jakarta: EGC, 2009.
Hal 505-6.
14. Atkinson Rita L, Atkinson Richard C, Smith Edward E, Ben Darly J. Pengantar
Psikologi. Jilid I. Bab 2: Dasar Biologis dari Perkembang, Bab 8: Pengingatan.
Interaksara.
A. Anatomi Sistem Saraf Pusat

Otak terdiri dari serebrum, serebelum, dan batang otak yang dibentuk oleh

mesensefalon, pons, dan medulla oblongata. Bila kalvaria dan dura mater

disingkirkan, di bawah lapisan arachnoid mater kranialis dan pia mater

kranialis terlihat gyrus, sulkus, dan fisura korteks serebri. Sulkus dan fisura

korteks serebri membagi hemisfer serebri menjadi daerah lebih kecil yang

disebut lobus (Moore & Argur, 2007).

Gambar 3. Bagian-bagian Otak (Sumber: Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2004.)

Seperti terlihat pada gambar di atas, otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:

1. Serebrum (Otak Besar)

Serebrum adalah bagian terbesar dari otak yang terdiri dari dua hemisfer.

Hemisfer kanan berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh sebelah kiri dan

hemisfer kiri berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh sebelah kanan.

Masing-masing hemisfer terdiri dari empat lobus. Bagian lobus yang

menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut
sulkus. Keempat lobus tersebut masing-masing adalah lobus frontal, lobus

parietal, lobus oksipital dan lobus temporal (CDC, 2004).

a. Lobus parietal merupakan lobus yang berada di bagian tengah serebrum.

Lobus parietal bagian depan dibatasi oleh sulkus sentralis dan bagian

belakang oleh garis yang ditarik dari sulkus parieto-oksipital ke ujung

posterior sulkus lateralis (Sylvian). Daerah ini berfungsi untuk menerima

impuls dari serabut saraf sensorik thalamus yang berkaitan dengan

segala bentuk sensasi dan mengenali segala jenis rangsangan somatik

(Ellis, 2006).

b. Lobus frontal merupakan bagian lobus yang ada di bagian paling depan

dari serebrum. Lobus ini mencakup semua korteks anterior sulkus sentral

dari Rolando. Pada daerah ini terdapat area motorik untuk mengontrol

gerakan otot-otot, gerakan bola mata; area broca sebagai pusat bicara;

dan area prefrontal (area asosiasi) yang mengontrol aktivitas intelektual

(Ellis, 2006).

c. Lobus temporal berada di bagian bawah dan dipisahkan dari lobus

oksipital oleh garis yang ditarik secara vertikal ke bawah dari ujung atas

sulkus lateral. Lobus temporal berperan penting dalam kemampuan

10

pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara

(Ellis, 2006).
d. Lobus oksipital berada di belakang lobus parietal dan lobus temporal.

Lobus ini berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan

manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap

oleh retina mata (Ellis, 2006).

Apabila diuraikan lebih detail, setiap lobus masih bisa dibagi menjadi

beberapa area yang punya fungsi masing-masing, seperti terlihat pada

gambar di bawah ini.

Gambar 4. Area Otak (http://apbrwww5.apsu.edu)

2. Serebelum (Otak Kecil)

Serebelum atau otak kecil adalah komponen terbesar kedua otak.

Serebelum terletak di bagian bawah belakang kepala, berada di belakang

11

batang otak dan di bawah lobus oksipital, dekat dengan ujung leher bagian

atas. Serebelum adalah pusat tubuh dalam mengontrol kualitas gerakan.

Serebelum juga mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya:

mengatur sikap atau posisi tubuh, mengontrol keseimbangan, koordinasi

otot dan gerakan tubuh. Selain itu, serebelum berfungsi menyimpan dan
melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan

mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu

dan sebagainya (Clark, 2005).

3. Batang Otak

Batang otak berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian

dasar dan memanjang sampai medulla spinalis. Batang otak bertugas untuk

mengontrol tekanan darah, denyut jantung, pernafasan, kesadaran, serta

pola makan dan tidur. Bila terdapat massa pada batang otak maka gejala

yang sering timbul berupa muntah, kelemahan otat wajah baik satu maupun

dua sisi, kesulitan menelan, diplopia, dan sakit kepala ketika bangun (CDC,

2004).

Batang otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:

a. Mesensefalon atau otak tengah (disebut juga mid brain) adalah bagian

teratas dari batang otak yang menghubungkan serebrum dan serebelum.

Saraf kranial III dan IV diasosiasikan dengan otak tengah. Otak tengah

berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata,

12

pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran

(Moore & Argur, 2007).


b. Pons merupakan bagian dari batang otak yang berada diantara midbrain

dan medulla oblongata. Pons terletak di fossa kranial posterior. Saraf

Kranial (CN) V diasosiasikan dengan pons (Moore & Argur, 2007).

c. Medulla oblongata adalah bagian paling bawah belakang dari batang

otak yang akan berlanjut menjadi medulla spinalis. Medulla oblongata

terletak juga di fossa kranial posterior. CN IX, X, dan XII disosiasikan

dengan medulla, sedangkan CN VI dan VIII berada pada perhubungan

dari pons dan medulla (Moore & Argur, 2007).


Aspek Histologi Otak

Struktur utama SSP terdiri atas cerebrum, cerebellum, dan medulla spinalis. SSP hampir tidak
memiliki jaringan ikat dan karenanya, konsistensi organ ini mirip gel, yang relatif lunak.

Bila diiris, cerebrum, cerebellum, dan medulla spinalis memperlihatkan daerah putih (substansia
alba) dan kelabu (substansia grisea); perbedaan hal tersebut terjadi karena perbedaan distribusi myelin.
Komponen utama substansia alba adalah akson bermyelin dan oligodendrosit penghasil-myelin.
Substansia alba tidak mengandung badan sel neuron, tetapi terdapat mikroglia.

Substansia grisea mengandung sejumlah besar badan sel neuron, dendrit, bagian awal akson
yang tidak bermyelin, astrosit, dan sel mikroglia. Substansi ini merupakan daerah terbentuknya sinaps.
Substansia grisea terutama terdapat di permukaan cortex cerebri dan cerebellum, sedangkan letak
substansia alba lebih ke pusat. Agregat badan sel neuron yang membentuk pulau-pulau substansia alba
disebut nuclei. Ahli neurologi mengenali enam lapisan di cortex cerebri dengan kebanyakan yang
tersusun ventrikel. Neuron yang paling banyak adalah neuron pyramidal eferen yang terdapat dengan
berbagai ukuran. Sel-sel cortex cerebri berperan pada integrasi informasi sensorik dan inisiasi respons
motorik volunter.

Cortex cerebelli, yang mengoordinasi aktivitas otot di seluruh tubuh, memilki tiga lapisan: suatu
lapisan molecular luar, suatu lapisan tengah yang terdiri atas neuron berukuran besar yang disebut sel
Purkinje, dan lapisan granular internal. Badan sel Purkinje terlihat jelas, bahkan pada sediaan yang
dipulas dengan H&E dan dendritnya menjalar di seluruh lapisan molecular sebagai jala serabut saraf
yang bercabang. Lapisan granular dibentuk oleh neuron yang sangat kecil (terkecil di tubuh), yang
berhimpitan, berbeda dengan badan sel neuron di lapisan molekular yang tidak begitu padat.

Pada potongan melintang medulla spinalis, substansia alba terletak di pinggir dan substansia
grisea terletak di dalam serta berbentuk seperti huruf H. Di bagian pusat terdapat suatu lubang, yaitu
canalis centralis, yang berkembang dari lumen tubusneuralisembrio. Sel-sel ependim melapisi kanalis
ini.Tungkai substansia grisea dari huruf H ini membentuk cornu anterior, yang mengandung neuron
motorik dengan akson yang membentukan radiks ventral saraf spinal, dan cornu posterior yang
menerima serabut sensorik dari neuron-neuron di ganglia spinal (radiks dorsal). Neuron medulla spinalis
berukuran besar dan multipolar, terutama neuron motorik di cornu anterior.

SISTEM SARAF PUSAT (SSP)

Terdiri dari: otak dan medulla spinalis


A. Otak

Secara keseluruhan otak terbagi atas: 1. Otak besar (cerebrum) 2. Otak kecil (cerebellum) 3. Batang
otak, terdiri dari otak tengah (mesenchepalon), pons, medulla oblongata

Lapisan yang menyusun otak besar (cerebrum) berlekuk-lekuk, membentuk struktur sulkus dan girus.
Lapisan ini jika ditinjau dari mikroskopik akan terlihat bahwa tersusun dari 6 lapisan:

1. Lapisan molekular merupakan lapisan terluar dan terletak tepatdi bawah lapisan pia.Terdapat sel
horizontal (cajal) yang pipih dengan dendrit dan akson yang berkontak dengan sel-sel di lapisan
bawahnya (sel piramid, selstelatte) .

2. Lapisan granular luar sebagian besar terdiri atas sel saraf kecil segitiga(piramid) yang dendritnya
mengarah ke lapisan molekulardan aksonnya kelapisan di bawahnya; sel granula (stelatte) dan sel-sel
neuroglia.

3. Lapisan piramid luar terdapat sel piramid yang berukuran besar(semakin besar dari luar ke dalam).
Dendrit mengarah ke lapisan molekular; akson mengarah ke substansia alba.

4. Lapisan granular dalam merupakan lapisan tipis yang banyak mengandung sel-sel granul (stellate),
piramidal, dan neuroglia. Lapisan ini merupakan lapisanyang paling padat.

5. Lapisan piramidal dalam suatu lapisan yang paling jarang,banyak mengandung sel-sel piramid besar
dan sedang, selain selstelatte danMartinotti. Sel Martinotti adalah sel saraf multipolaryang kecil,
dendritnyamengarah ke lapisan atas dan aksonnya kelateral.

6. Lapisan sel multiform adalah lapis terdalam dan berbatasan dengan substansia alba dengan varian sel
yang banyak (termasuk terdapat sel Martinotti) dan sel fusiform. Otak besar merupakan pusat belajar,
ingatan, analisis informasi, inisiasi gerakan motorik, dan merupakan pusat integrasi informasi yang
diterima.

Lapisan yang menyusun otak kecil (cerebellum) berupa subsatnsia grisea yang terletak di tepi
(dinamakan korteks serebeli). Korteks serebeli tersusun atas 3 lapisan:

1. Lapisan molekular lapisan terluar dan langsung terletak di bawah lapisan piadan sedikit mengandung
sel saraf kecil, serat saraf tak bermielin, sel stelata, dan dendrit sel Purkinje dari lapisan di bawahnya.
2. Lapisan Purkinje disebut lapisan ganglioner, banyak sel-sel Purkinje yangbesar dan berbentuk seperti
botol dan khas untuk serebelum. Dendritnya bercabang dan memasuki lapisan molekular, sementara
akson termielinasi menembus substansia alba.

3. Lapisan granular lapisan terdalam dan tersusun atas sel-sel kecil dengan 3-6 dendrit naik ke lapisan
molekular dan terbagi atas 2 cabang lateral.

DaftarPustaka :

Mescher, Anthony L. 2011. HistologiDasarJunqueiraTeks& Atlas.Edisike 12.Diterjemahkanoleh:


HuriawatiHartanto. Jakarta: EGC

Aspek Fisiologi kepala

1. Tengkorak

Tulang tengkorak merupakan struktur tulang yang menutupi dan melindungi otak, terdiri dari tulang
kranium dan tulang muka. Tulang kranium terdiri dari 3 lapisan :lapisan luar, etmoid dan lapisan dalam.
Lapisan luar dan dalam merupakan struktur yang kuat sedangkan etmoid merupakan struktur yang
menyerupai busa. Lapisan dalam membentuk rongga/fosa; fosa anterior didalamnya terdapat lobus
frontalis, fosa tengah berisi lobus temporalis, parientalis, oksipitalis, fosa posterior berisi otak tengah
dan sereblum.

2. Meningen
Otak dan sumsum tulang belakang diselimuti meningia yang melindungi syruktur saraf yang
halus itu, membawa pembulu darah dan dengan sekresi sejenis cairan, yaitu: cairan
serebrospinal yang memperkecil benturan atau goncangan. Selaput meningen menutupi terdiri
dari 3 lapisan yaitu:
a. Dura mater
Dura mater secara konvensional terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan endosteal dan lapisan
meningeal. Dura mater merupakan selaput yang keras, terdiri atas jaringan ikat fibrisa yang
melekat erat pada permukaan dalam dari kranium. Karena tidak melekat pada selaput
arachnoid di bawahnya, maka terdapat suatu ruang potensial ruang subdural yang terletak
antara dura mater dan arachnoid, dimana sering dijumpai perdarahan subdural. Pada
cedera otak, pembuluh- pembuluh vena yang berjalan pada permukaan otak menuju sinus
sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging Veins, dapat mengalami robekan dan
menyebabkan perdarahan subdural. Sinus sagitalis superior mengalirkan darah vena
ke sinus transversus dan sinus sigmoideus. Laserasi dari sinus-sinus ini dapat
mengakibatkan perdarahan hebat . Hematoma subdural yang besar, yang
menyebabkan gejala-gejala neurologis biasanya dikeluarkan melalui pembedahan. Petunjuk
dilakukannya pengaliran perdarahan ini adalah: 1) sakit kepala yang menetap 2) rasa
mengantuk yang hilang-timbul 3) linglung 4) perubahan ingatan 5) kelumpuhan ringan pada
sisi tubuh yang berlawanan.
Arteri-arteri meningea terletak antara dura mater dan permukaan dalam dari kranium
ruang epidural. Adanya fraktur dari tulang kepala dapat menyebabkan laserasi pada arteri-
arteri ini dan menyebabkan perdarahan epidural. Yang paling sering mengalami cedera
adalah arteri meningea media yang terletak pada fosa media fosa temporalis. Hematoma
epidural diatasi sesegera mungkin dengan membuat lubang di dalam tulang tengkorak
untuk mengalirkan kelebihan darah, juga dilakukan pencarian dan penyumbatan sumber
perdarahan.
b. Selaput Arakhnoid
Selaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus pandang. Selaput
arakhnoid terletak antara pia mater sebelah dalam dan dura mater sebelah luar yang
meliputi otak. Selaput ini dipisahkan dari dura mater oleh ruang potensial, disebut spatium
subdural dan dari pia mater oleh spatium subarakhnoid yang terisi oleh liquor
serebrospinalis . Perdarahan sub arakhnoid umumnya disebabkan akibat cedera kepala.
c. Pia mater
Pia mater melekat erat pada permukaan korteks serebri. Pia mater adalah membrana
vaskular yang dengan erat membungkus otak, meliputi gyri dan masuk ke dalam sulci yang
paling dalam. Membrana ini membungkus saraf otak dan menyatu dengan epineuriumnya.
Arteri-arteri yang masuk kedalam substansi otak juga diliputi oleh pia mater.

3. Otak
a. Cerebrum
Serebrum atau otak besar terdiri dari dari 2 bagian, hemispherium serebri kanan dan kiri.
Setiap henispher dibagi dalam 4 lobus yang terdiri dari lobus frontal, oksipital, temporal dan
pariental. Yang masing-masing lobus memiliki fungsi yang berbeda, yaitu:
1. Lobus frontalis
Pada korteks serebri terutama mengendalikan keahlian motorik misalnya menulis,
memainkan alat musik atau mengikat tali sepatu. Lobus frontalis juga mengatur ekspresi
wajah dan isyarat tangan. daerah tertentu pada lobus frontalis bertanggung jawab terhadap
aktivitas motorik tertentu pada sisi tubuh yang berlawanan. Efek perilaku dari kerusakan
lobus frontalis bervariasi, tergantung kepada ukuran dan lokasi kerusakan fisik yang terjadi.
Kerusakan yang kecil, jika hanya mengenai satu sisi otak, biasanya tidak menyebabkan
perubahan perilaku yang nyata, meskipun kadang menyebabkan kejang. Kerusakan luas
yang mengarah ke bagian belakang lobus frontalis bisa menyebabkan apati, ceroboh, lalai
dan kadang inkontinensia. Kerusakan luas yang mengarah ke bagian depan atau
samping lobus frontalis menyebabkan perhatian penderita mudah teralihkan, kegembiraan
yang berlebihan, suka menentang, kasar dan kejam.
2. Lobus parietalis
Pada korteks serebri menggabungkan kesan dari bentuk, tekstur dan berat badan ke dalam
persepsi umum. Sejumlah kecil kemampuan matematikan dan bahasa berasal dari daerah
ini. Lobus parietalis juga membantu mengarahkan posisi pada ruang di sekitarnya dan
merasakan posisi dari bagian tubuhnya. Kerusakan kecil di bagian depan lobus
parietalis menyebabkan mati rasa pada sisi tubuh yang berlawanan. Kerusakan yang agak
luas bisa menyebabkan hilangnya kemampuan untuk melakukan serangkaian pekerjaan
keadaan ini disebut ataksia dan untuk menentukan arah kiri-kanan. Kerusakan yang luas bisa
mempengaruhi kemampuan penderita dalam mengenali bagian tubuhnya atau ruang di
sekitarnya atau bahkan 30ias mempengaruhi ingatan akan bentuk yang sebelumnya dikenal
dengan baik misalnya, bentuk kubus atau jam dinding. Penderita 30ias menjadi linglung atau
mengigau dan tidak mampu berpakaian maupun melakukan pekerjaan sehari-hari lainnya.
3. Lobus temporalis
Mengolah kejadian yang baru saja terjadi menjadi dan mengingatnya sebagai memori jangka
panjang. Lobus temporalis juga memahami suara dan gambaran, menyimpan memori dan
mengingatnya kembali serta menghasilkan jalur emosional. Kerusakan pada lobus
temporalis sebelah kanan menyebabkan terganggunya ingatan akan suara dan bentuk.
Kerusakan pada lobus temporalis sebelah kiri menyebabkan gangguan pemahaman bahasa
yang berasal dari luar maupun dari dalam dan menghambat penderita dalam
mengekspresikan bahasanya.
Penderita dengan lobus temporalis sebelah kanan yang non- dominan, akan mengalami
perubahan kepribadian seperti tidak suka bercanda, tingkat kefanatikan agama yang tidak
biasa, obsesif dan kehilangan gairah seksual.
4. Lobus oksipital
Fungsinya untuk visual center. Kerusakan pada lobus ini otomatis akan kehilangan fungsi
dari lobus itu sendiri yaitu penglihatan.

b. Cereblum
Terdapat dibagian belakang kranium menepati fosa serebri posterior dibawah
lapisan durameter. Cereblum mempunyai aski yaitu; merangsang dan menghambat serta
mempunyai tanggunag jawab yang luas terhadap koordinasi dan gerakan halus. Ditambah
mengontrol gerakan yang benar, keseimbangan posisi dan mengintegrasikan input sensori.

c. Brainstem
Batang otak terdiri dari otak tengah, pons dan medula oblomata. Otak tengah
midbrain/ ensefalon menghubungkan pons dan sereblum dengan hemisfer sereblum.
Bagian ini berisi jalur sensorik dan motorik, sebagai pusat reflek pendengaran dan
penglihatan. Pons terletak didepan sereblum antara otak tengah dan medula, serta
merupakan jembatan antara 2 bagian sereblum dan juga antara medula dengan serebrum.
Pons berisi jarak sensorik dan motorik. Medula oblomata membentuk bagian inferior dari
batang otak, terdapat pusat- pusat otonom yang mengatur fungsi-fungsi vital seperti
pernafasan, frekuensi jantung, pusat muntah, tonus vasomotor, reflek batuk dan bersin.
4. Syaraf-Syaraf Otak
Trauma kepala meluas sampai batang otak karena edema otak atau pendarahan otak.
Kerusakan nervus yaitu:
a. Nervus Olfaktorius (Nervus Kranialis I)
Saraf pembau yang keluar dari otak dibawa oleh dahi, membawa rangsangan aroma (bau-
bauan) dari rongga hidung ke otak.
b. Nervus Optikus (Nervus Kranialis II)
Mensarafi bola mata, membawa rangsangan penglihatan ke otak.
c. Nervus Okulomotorius (Nervus Kranialis III)
Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital (otot pengerak bola mata)
menghantarkan serabut-serabut saraf para simpati untuk melayani otot siliaris dan otot iris.
d. Nervus Trokhlearis (Nervus Kranialis IV)
Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital. Saraf pemutar mata yang pusatnya terletak
dibelakang pusat saraf penggerak mata.
e. Nervus Trigeminus (Nervus Kranialis V)
Sifatnya majemuk (sensoris motoris) saraf ini mempunyai tiga buah cabang. Fungsinya
sebagai saraf kembar tiga, saraf ini merupakan saraf otak besar, sarafnya yaitu:
1. Nervus oftalmikus: sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala bagian depan kelopak mata
atas, selaput lendir kelopak mata dan bola mata.
2. Nervus maksilaris: sifatnya sensoris, mensarafi gigi atas, bibir atas, palatum, batang
hidung, ronga hidung dan sinus maksilaris.
3. Nervus mandibula: sifatnya majemuk (sensori dan motoris) mensarafi otot-
otot pengunyah. Serabut-serabut sensorisnya mensarafi gigi bawah, kulit daerah
temporal dan dagu.
f. Nervus Abducens (Nervus Kranialis VI)
Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital. Fungsinya sebagai saraf penggoyang sisi mata
g. Nervus Fasialis (Nervus Kranialis VII
Sifatnya majemuk (sensori dan motori) serabut-serabutmotorisnya mensarafi otot-
otot lidah dan selaput lendir ronga mulut. Di dalam saraf ini terdapat serabut-serabut saraf
otonom (parasimpatis) untuk wajah dan kulit kepala fungsinya sebagai mimik wajah untuk
menghantarkan rasa pengecap.
h. Nervus Akustikus (Nervus Kranialis VIII)
Sifatnya sensori, mensarafi alat pendengar, membawa rangsangan dari pendengaran dan
dari telinga ke otak. Fungsinya sebagai saraf pendengar.
i. Nervus Glosofaringeus (Nervus Kranialis IX)
Sifatnya majemuk (sensori dan motoris) mensarafi faring, tonsil dan lidah, saraf ini dapat
membawa rangsangan cita rasa ke otak.
j. Nervus Vagus (Nervus Kranialis X)
Sifatnya majemuk (sensoris dan motoris) mengandung saraf-saraf motorik, sensorik dan
parasimpatis faring, laring, paru-paru, esofagus, gaster intestinum minor, kelenjar-
kelenjarpencernaan dalam abdomen. Fungsinya sebagai saraf perasa.
k. Nervus Aksesorius (Nervus Kranialis XI),
Saraf ini mensarafi muskulus sternokleidomastoid dan muskulus trapezium, fungsinya
sebagai saraf tambahan
i. Nervus Hipoglosus (Nervus Kranialis XII)
Saraf ini mensarafi otot-otot lidah, fungsinya sebagai saraf lidah. Saraf ini terdapat di dalam
sumsum penyambung.

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC

Aspek Biokimia

JARINGAN SARAF

STRUKTUR SEL-SEL SARAF

Sel saraf mempunyai struktur yang karakteristik dari badan sel keluar lanjutannya yang bercabang-
cabang, disebut dendrit dan akson Melalui dendrit, neuron dapat menerima rangsangan, kemudian
rangsangan diteruskan ke akson. Akson sering dikelilingi oleh sel Schwann yg diselubungi oleh suatu
sarung yang disebut mielin Sarung mielin, merupakan isolator listrik yang sangat khas untuk akson.
Pemindahan rangsangan berlangsung pada sinaps yang membentuk tempat penyambungan antara
neuron satu dengan lainnya. Neurotransmiter terdapat pada sinaps Substansi sinyal kimia ini dapat
disekresikan untuk merangsang neuron pada sel-sel otot yang menonjol pada sel-sel saraf adalah lipid ±
50% dari substansi kering. Jaringan saraf banyak mengandung lemak dan air.

Protein di jaringan saraf terdiri dari :

1). Albumin

2). Globulin

3). Kolagen

4). Nukleoprotein

5). Neurokeratin.

Fungsi spesifik Neurokeratin atau skleroprotein :


Memperkuat jaringan saraf yang lunak, yaitu suatu komponen fibril neuroglia atau jaringan penyokong.
Kandungan glukosa jaringan sedikit lebih rendah daripada dalam darah. Peran glukosa didalam saraf
adalah sebagai bahan makanan jaringan saraf. Komponen galaktosa tidak berarti bagg metabolisme
tetapi merupakan komponen struktur serebrosida. Kandungan glikogen jaringan saraf, 90% dibgn otak
dan 200-300 mg% dibagian sum-sum tulang belakang.

Perbedaan Substansia Grisea dan Alba

Substansia Grisea adalah tempat berkumpulnya badan saraf, kandungan air dan protein lebih banyak
dibanding degan Substansia Alba, adalah tempat berkumpulnya serabut-serabut saraf. Komposisi umum
jaringan saraf seorang dewasa, bertambah tua umur seseorang bertambah kurang kandungan airnya.
Kandungan zat padat spt: protein dan lipid, bertambah banyak. Jaringan saraf mengandung:

– semua enzim glikolisis aerob (as.piruvat) dan anaerob (as.laktat)

– Asetilkolinesterase

– Kolinesterase

– Glutaminase

– Transaminase

– Transaminase yang paling aktif adalah GOT (Glutamin oxaloacetate transaminase)

– Distribusi Nukleoprotein RNA dan DNA dalam sel-sel saraf serupa dgn distribusi dalam sel-sel
jaringan lain.

B. METABOLISME ENERGI DI OTAK

Otak adalah jaringan yang memikili aliran darah sangat baik dan mempunyai suatu metabolisme energi
yang intensif. Beratnya ± 2% dari berat tubuh. Otak dalam keadaan istirahat membutuhkan ± 20% O2 yg
masuk dan ± 60% dari glukosa yg dioksidasi sempurna mlelalui glikolisis dan siklus asam sitrat mjd CO2
dan H2O. Glukosa adalah satu - satunya pemasok energi untuk otak, sehingga glukosa harus selalu
tersedia. Dalam keadaan kelaparan yang berkepanjangan otak menggunakan energi dari benda-benda
keton.

Cadangan glikogen didalam sel saraf otak sangat sedikit. Asam lemak yang ditransport di dalam plasma
darah btknya terikat pd albumin, tdk dpt mencapai sel-sel saraf otak krn adanya sawar darah otak. K/I
Asam lemak tdk dipakai sebagai penghasil energi bagi otak.Asam amino dapat menghasilkan energi ATP,
karena neuron-neuron tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan glukoneogenesis
ketergantungan otak pada glukosa, penurunan kadar glukosa di dalam darah, misnya: pada pemberian
dosis insulin yang berlebihan pada seorang yang menderita diabetes, adalah sangat berbahaya bagi
kehidupan.
Reaksi terpenting yang memerlukan enegi di dalam sel-sel saraf adalah pemecahan ATP dengan bantuan
ATP-ase yang mentranspor Na+/K+ pd membran sel.

Transport Na+/K+ yg aktif ini mengkompensasikan proses transport ion-ion mll kanal ion.

C. METABOLISME ASAM AMINO DI DALAM OTAK

Otak memerlukan proses metabolisme AA yg aktif. Konsentrasi AA di dalam otak sgt tinggi dibandingkan
dgn hati. Senyawa penting dalam otak adalahGlutamat, Serotonin dan glutamin

PERANAN ASAM

Penyedia senyawa gamma amino butirat, untuk aktivitas fikiran seseorang. Pembentukan senyawa
tersebut melalui reaksidekarboksilasi asam glutamat, yang dikatalisis oleh enzim glutamat dekarbosilase
dgn koenzim vitamin B-6.

Mencegah jaringan otak mengalami keracunan ammonia dgn cara pengikatan ammonia oleh asam
glutamat terbentuklah glutamin.

SEROTONIN

Senyawa ini dikenal sbg ‘5-OH-Tryptamin (trombositin = enteramin).

Tidak hanya terdapat di otak, tetapi dijumpai di paru, trombosit dan sel mast.

Fungsinya:

Sebagai vasokontriksi dan stimulator aktivitas otak.

Serotonin di jaringan otak diikat oleh protein, dan bila ada rangsangan, serotonin dilepaskan. Dengan
adanya substansi transmitor ini mk neuron dpt dikontrol sifat-sifat elektrik neuron yang bersebelahan
mll pelepasan atas penghambatan potensial aksi.

POTENSIAL DIAM, POTENSIAL AKSI

POTENSIAL DIAM

Membran tdk dapat dilewati oleh senyawa-senyawa yg terionisasi. Hal ini juga berlaku bg membran
sitoplasma. Dgn adanya enzim Na+/K+ ATP-ase di dalam membran sitoplasma, akan terus memompa
Na+ keluar dari sel dan menukarnya dgn K+ . Krn 3 ion Na+ ditukar dgn 2 ion K+, mk transport bersifat
elektrogenik , artinya: menyebabkan bgn dalam sel bermuatan negatif dibandingkan bgn luarnya.

POTENSIAL AKSI
Melalui suatu rangsangan kimia (atau rangsangan elektrik yg jarang) dihasilkan oleh suatu potensial aksi
di dlm sel-sel saraf. Potensial aksi terdiri dari: Peningkatan sementara potensial membran dari –60 mV
mjd +30 mV. Dlm wkt 1 menit, potensial membran kmdn kembali ke nilai awal. Pada koefisien
permeabilitas, menunjukkan bahwa kanal-kanal utk Na+ dan Cl- kebanyakkan menutup. Ion Fosfat dan
anion organik, misnya: Protein, tdk dapat melewati membran. Karna berat massanya tinggi

D. NEUROTRANSMITOR

Neurotransmitor adalah senyawa kimia yg meneruskan inpuls saraf melompati selah sinapsis. Dari segi
fungsi neurotransmitor dibagi 2 kelompok:

1) Kelenjar yang merangsang (excitatory),

2) kelenjar yang menghambat (inhibitory).

B. Struktur Kimia

Secara kimia Neurotransmitor dapat dibagi menjadi :

1). Asetilkolin

2). Asam amino, Glutamat, Glysin ,Aspartat, GABA

3). Amino biogenik, Dopa,dopamin,Nonadrenalin, adrenalin,serotonin dan Histamin.

4). Derivat purin: ATP,ADP,AMP, Adenosin

5). peptida

Asetilkolin merupakan salah satu mediator hantaran rangsangan saraf kolinergik ke otot. Jenis lain
hantaran rangsangan saraf keotot menggunakan mediator Nor epinefrin atau nor adrenalin yang
dikeluarkan oleh saraf adrenergik

C. Transmisi Impuls saraf Terjadi Di Sebelah Atas dan Bawah Membran

Membrane yang membentuk permukaan sel neuron akan mempertahankan asimetri voltase luar-dalam
(potensial listrik) dan secara elektrik dapat dirangsang. Kalau dirangsang secara tepat oleh sinyal kimia
dengan perantaraan reseptor pada membrane sinaps yang spesifik, maka gerbang dalam membrane
akan terbuka untuk membiarkan aliran-masuk (influx) Na+ atau Ca2+yang cepat (dengan atau tanpa
aliran-keluar (influx) K+), sehingga perbedaan voltase segera menjadi lumpuh dan segmen membrane
mengalami depolarisasi. Namun demikian sebagai akibat kerja pompa ion dalam membrane, gradient
tersebut segera akan dipulihkan kembali.
Kalau daerah membrane yang mengalami depolarisasi dengan cara ini amat luas, gangguan elektrokimia
akan menyebar dalam bentuk seperti gelombang sepanjang membrane sehingga menghasilkan impuls
saraf. Selubung myelin, yang dibentuk oleh sel Schwann, membungkus serabut saraf dan menjadi sekat
(isolator) listrik yang mengelilingi sebagian besar nervus/saraf serta sangat mempercepat penyebaran
gelombang (sinyal) dengan membiarkan ion mengalir keluar-masuk membrane hanya pada tempat
membrane yang bebas dari sekat. Membrane myelin tersusun dari Fosfolipid, yang mencakup
sfingomielin, kolesterol, protein dan glikosfingomielin. Relative ada beberapa protein integral dan
perifer yang berikatan dengan membrane myelin;keberadaan protein ini tampaknya mempersatukan
lapisan-ganda membrane yang multiple hingga terbentuk unsure-penyekat hidrofobik yang bersifat
tidak permeable terhadap ion dan air. Penyakit tertentu, misalnya multiple sklerosis dan sindrom
guillain-Barre, ditandai dengan demielinisasi serta gangguan hantaran saraf.

D. Nutrisi Untuk Memori.

Walaupun otak hanya 2% dari bagian tubuh namun memerlukan nutrisi 20% dari keseluruhan suplai
makanan ke tubuh. Dapat di mengerti karena otak selalu bekerja kapanpun dan dimanapun kita berada,
bahkan saat tidur. Oleh karena itu setiap aktivitas akan selalu melibatkan pean otak.

Energy yang disuplai ke otak sebagian besar berupa karbohidrat dan protein. Hanya saja berbeda
dengan anggota tubuh yang lain, otak tidak mempunyai tempat cadangan makanan sehingga bila terjadi
gangguan suplai ke otak, akan menyebabkan penarikan cadangan makanan dari organ tubuh yang
lainya. Akibatnya energy pada tubuh akan berkurang sehingga menyebabkan penurunan kestabilan
emosi, amnesia dan berkurangnya kemampuan berpikir dan bernalar.

Berkaitan dengan otak, seluruh aktifitasnya akan di kendalikan dengan 3 cara;

- Sinyal listrik melalui neuron


- Zat kimia disebut neurotransmitter,
- Hormon yang dilepas ke dalam otak

Setelah diproduksi, neurotransmitter itu kemudian dilepas ke neuron penerima (reseotor), selanjutnya
proses berlanjut hingga ke organ yang dituju.

E. Neurotransmitter

Proses penghantaran neurotransmitter antar neuron di sebut sinapsis. Sedangkan komponen utamanya
adalah , Asam Amino, Peptida, monoamina.

Dari beberapa jenis zat yang penting bagi otak, ada 2 zat yang lebi banyak mengarah pada penguatan
memori manusia, yaitu dopamine dan asetilkolin.

Asetilkolin
Fungsi neurotransmitter ini adalah aktivitas coding-decoding dalam memori. Dia menempati beberapa
tempatantara lain cerebral cortex, hippocampus, basal ganglia, dan cerebellum. Senyawa ini berasal dari
proses sintesis kolin. Kolin sendiri dari 2 sumber utama yaitu sintesis alami (di otak dihasilkan oleh
Acetyl-CoA) dan bahan pangan yang dikonsusi. Namun karena produksi kolin ditubuh tidak mencukupi
kebutuhan, maka diperlukan dukungan dari bahan makanan dalam bentuk phosphatidyl-choline.

Kebutuhan individu atas zat ini adalah 100-700mg kolin per hari untuk memroduksi astilkolin. Kelebihan
atau kekurangan akan mengganggu kinerja otak. Kelebihan kolin akan menyebabkan setidaknya
hipotensi, pusing kepala hingga muntah, berliur dan pingsan. Sedangkan kekurangan akan menyebabkan
kemunduran fungsi otak, seperti daya ingat.

Dopamin

Senyawa ini berikatan dengan mekanisme kompensasi dalam otak , serta pengkode dalam pengambilan
keputusan (diotak tengah), selain memngaruhi proses pengingatan.

Dopamine itu sendiri diproduksi oleh otak dalam substansia nigra. Meskipun begitu kebutuhan terhadap
zat ini masih diperlukan dari luar otak, yaitu bahan makanan, seperti keju, kacang-kacangan, produk
kedelai dan daging.

Kekurangan asupan dopamine akan memengaruhi kemampuan mengingat, memperhatikan dan


responotak terhadap stimulus dar luar.

Asam Amino

Asam amino terdiri dar 20 jenis yang12 di antaranya diproduksi oleh tubuh, sedangkan 8 jenis lainya
diperoleh dari makanan. Fungsi Asam Amino :

Penyusun protein, termasuk enzim,

Kerangkan dasar sejumlah senyawa `penting dalammetabolisme,

Pengikat ion logam penting yang diperlukan dalam reaksi enzimatik.Asam Amino di dapatkan dari
sumber-sumber protein, yang merupakan bahan esensial bagi kehidupan.

Glukosa

Merupakan tenaga utama sel untuk dapat bekerja dan berkembang serta metabolism tubuh manusia.
Komposisi ideal dalam darah adalah 100mg dalam 199ml. bila kekurangan dapat menyebabkan gejala
pening, gelisahdan tidak dapat berfikir, sedangkan bila berlebihan akan menyebabkan diabetes.

Glukosa diserap ke dalam pembuluh darah melalui saluran pencernaan. Sebagian langsung menjadi
bahan bakar sel, sebagian lagi menuju sel, yang sebagian menuju hati dan otot dalam bentuk glikogen
dan sel lemak dalam bentuk lemak. (Yovan P. Putra dan Bayu Isstyadi, hal 209-215)
Daftar Pustaka

Hall,E.John; Guyton,C.Arthur.2010.Gayton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi


11.Jakarta:EGC

Murray,KR;Granner,KD;Mayes,AP;Rodwell,WV.1999.Biokimia Harper Edisi 24.Jakarta:EGC

Putra,PY;Issetyadi,B.2010.Lejitkan Memori 100%.Jakarta:PT Alex Media Komputindo

Sherwood, Lauralee.2001. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC

PEMERIKSAAN KESADARAN /
MENGUKUR GCS
Posted by ramzkesrawan on 2010/07/13

Tingkat Kesadaran

Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari
lingkungan, tingkat kesadarankesadaran dibedakan menjadi :

1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab
semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya
acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak,
berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat,
mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh
tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun
(tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap
cahaya).

Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor, termasuk perubahan dalam
lingkungan kimia otak seperti keracunan, kekurangan oksigen karena berkurangnya aliran darah
ke otak, dan tekanan berlebihan di dalam rongga tulang kepala.

Adanya defisit tingkat kesadaran memberi kesan adanya hemiparese serebral atau sistem
aktivitas reticular mengalami injuri. Penurunan tingkat kesadaran berhubungan dengan
peningkatan angka morbiditas (kecacatan) dan mortalitas (kematian).
Jadi sangat penting dalam mengukur status neurologikal dan medis pasien. Tingkat kesadaran ini
bisa dijadikan salah satu bagian dari vital sign.

Penyebab Penurunan Kesadaran

Penurunan tingkat kesadaran mengindikasikan difisit fungsi otak. Tingkat kesadaran dapat
menurun ketika otak mengalami kekurangan oksigen (hipoksia); kekurangan aliran darah (seperti
pada keadaan syok); penyakit metabolic seperti diabetes mellitus (koma ketoasidosis) ; pada
keadaan hipo atau hipernatremia ; dehidrasi; asidosis, alkalosis; pengaruh obat-obatan, alkohol,
keracunan: hipertermia, hipotermia; peningkatan tekanan intrakranial (karena perdarahan, stroke,
tomor otak); infeksi (encephalitis); epilepsi.

Mengukur Tingkat Kesadaran

Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesadaran dengan hasil seobjektif mungkin adalah
menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale). GCS dipakai untuk menentukan derajat cidera
kepala. Reflek membuka mata, respon verbal, dan motorik diukur dan hasil pengukuran
dijumlahkan jika kurang dari 13, makan dikatakan seseorang mengalami cidera kepala, yang
menunjukan adanya penurunan kesadaran.

Metoda lain adalah menggunakan sistem AVPU, dimana pasien diperiksa apakah sadar baik
(alert), berespon dengan kata-kata (verbal), hanya berespon jika dirangsang nyeri (pain), atau
pasien tidak sadar sehingga tidak berespon baik verbal maupun diberi rangsang nyeri
(unresponsive).

Ada metoda lain yang lebih sederhana dan lebih mudah dari GCS dengan hasil yang kurang lebih
sama akuratnya, yaitu skala ACDU, pasien diperiksa kesadarannya apakah baik (alertness),
bingung / kacau (confusion), mudah tertidur (drowsiness), dan tidak ada respon
(unresponsiveness).

Pemeriksaan GCS

GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien,
(apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap
rangsangan yang diberikan.

Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata , bicara dan
motorik. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1 – 6
tergantung responnya.
Eye (respon membuka mata) :

(4) : spontan

(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).

(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari)
(1) : tidak ada respon
Verbal (respon verbal) :

(5) : orientasi baik

(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat dan
waktu.

(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu
kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)

(2) : suara tanpa arti (mengerang)

(1) : tidak ada respon


Motor (respon motorik) :

(6) : mengikuti perintah

(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri)

(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi
rangsang nyeri)

(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi
rangsang nyeri).

(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal &
kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).

(1) : tidak ada respon

Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E…V…M…

Selanutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu E4V5M6 dan
terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.

Jika dihubungkan dengan kasus trauma kapitis maka didapatkan hasil :

GCS : 14 – 15 = CKR (cidera kepala ringan)

GCS : 9 – 13 = CKS (cidera kepala sedang)

GCS : 3 – 8 = CKB (cidera kepala berat)

Etiologi dan Predisposisi


1. Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil.
2. Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan.
3. Cedera akibat kekerasan.
4. Benda tumpul, kerusakan terjadi hanya terbatas pada daerah dimana dapat merobek otak.
5. Kerusakan menyebar karena kekuatan benturan, biasanya lebih berat sifatnya.
6. Benda tajam, kerusakan terjadi hanya terbatas pada daerah dimana dapat merobek otak,
misalnya tertembak peluru atau benda tajam.

PATOFISIOLOGI

Cedera memang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat ringannya konsekuensi
patofisiologis dari suatu kepala. Cedera percepatan aselerasi terjadi jika benda yang sedang bergerak
membentur kepala yang diam, seperti trauma akibat pukulan benda tumpul, atau karena kena lemparan
benda tumpul. Cedera perlambatan deselerasi adalah bila kepala membentur objek yang secara relatif
tidak bergerak, seperti badan mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin terjadi secara bersamaan
bila terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa kontak langsung, seperti yang terjadi bila posisi badan
diubah secara kasar dan cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan pengubahan posisi rotasi pada
kepala, yang menyebabkan trauma regangan dan robekan pada substansi alba dan batang otak.

Berdasarkan patofisiologinya, kita mengenal dua macam cedera otak, yaitu cedera otak primer
dan cedera otak sekunder. Cedera otak primer adalah cedera yang terjadi saat atau bersamaan dengan
kejadian trauma, dan merupakan suatu fenomena mekanik. Umumnya menimbulkan lesi permanen.
Tidak banyak yang bisa kita lakukan kecuali membuat fungsi stabil, sehingga sel-sel yang sedang sakit
bisa mengalami proses penyembuhan yang optimal. Cedera primer, yang terjadi pada waktu benturan,
mungkin karena memar pada permukaan otak, laserasi substansi alba, cedera robekan atau hemoragi
karena terjatuh, dipukul, kecelakaan dan trauma saat lahir yang bias mengakibatkan terjadinya
gangguan pada seluruh sistem dalam tubuh. Sedangkan cedera otak sekunder merupakan hasil dari
proses yang berkelanjutan sesudah atau berkaitan dengan cedera primer dan lebih
merupakan fenomena metabolik sebagai akibat, cedera sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan
autoregulasi serebral dikurangi atau tak ada pada area cedera.

Cidera kepala terjadi karena beberapa hal diantanya, bila trauma ekstra kranial akan dapat
menyebabkan adanya leserasi pada kulit kepala selanjutnya bisa perdarahan karena mengenai
pembuluh darah. Karena perdarahan yang terjadi terus- menerus dapat menyebabkan hipoksia,
hiperemi peningkatan volume darah pada area peningkatan permeabilitas kapiler, serta vasodilatasi
arterial, semua menimbulkan peningkatan isi intrakranial, dan akhirnya peningkatan tekanan
intrakranial (TIK), adapun, hipotensi .

Namun bila trauma mengenai tulang kepala akan menyebabkan robekan dan terjadi perdarahan
juga. Cidera kepala intra kranial dapat mengakibatkan laserasi, perdarahan dan kerusakan jaringan otak
bahkan bisa terjadi kerusakan susunan syaraf kranial tertama motorik yang mengakibatkan terjadinya
gangguan dalam mobilitas .
Manifestasi Klinik

Gejala-gejala yang ditimbulkan tergantung pada besarnya dan distribusi cedera otak.

1. Cedera kepala ringan


a. Kebingungan saat kejadian dan kebinggungan terus menetap setelah cedera.
b. Pusing menetap dan sakit kepala, gangguan tidur, perasaan cemas.
c. Kesulitan berkonsentrasi, pelupa, gangguan bicara, masalah tingkah laku.

Gejala-gejala ini dapat menetap selama beberapa hari, beberapa minggu atau lebih lama
setelah konkusio cedera otak akibat trauma ringan.

2. Cedera kepala sedang


a. Kelemahan pada salah satu tubuh yang disertai dengan kebinggungan atau hahkan koma.
b. Gangguan kesedaran, abnormalitas pupil, awitan tiba-tiba defisit neurologik, perubahan
TTV, gangguan penglihatan dan pendengaran, disfungsi sensorik, kejang otot, sakit kepala,
vertigo dan gangguan pergerakan.
3. Cedera kepala berat
a. Amnesia tidak dapat mengingat peristiwa sesaat sebelum dan sesudah terjadinya
penurunan kesehatan.
b. Pupil tidak aktual, pemeriksaan motorik tidak aktual, adanya cedera terbuka, fraktur
tengkorak dan penurunan neurologik.
c. Nyeri, menetap atau setempat, biasanya menunjukan fraktur.
d. Fraktur pada kubah kranial menyebabkan pembengkakan pada area tersebut.

Anda mungkin juga menyukai