Anda di halaman 1dari 83

DISTOSIA

Kelompok 9
Anindita Abriani Pirade
20160811014017
DEFINISI

 Distosia berasal dari bahasa Yunani, Dys atau


dus berarti buruk atau jelek, tosia berasal dari
tocos yang berarti persalinan, sehingga
distosia merupakan persalinan yang sulit,
tidak ada kemajuan dalam persalinan atau
merupakan persalinan yang membawa satu
akibat buruk bagi janin maupun ibu
ETIOLOGI

Power

Passage

Passanger
Kelainan Power
 Power adalah kekuatan ibu mendorong
janin, yaitu kekuatan his dan kekuatan
ibu dalam mengejan.
 Kelainan ini dapat berupa inersia uteri
hipertonik atau inersia uteri hipotonik.
HYPOTONOC UTERINE
CONTRACTION
 merupakan suatu keadaan dimana
kontraksi uterus terkoordinasi namun
tidak adekuat dalam membuat
kemajuan dalam persalinan, biasanya
his yang muncul kurang kuat, terlalu
lemah, pendek dan jarang.
Inersia uteri terbagi menjadi
dua macam
Inersia uteri primer
• ketika his yang timbul sejak awal
lemah umumnya pada kala I fasa
laten
Inersia uteri sekunder
• his lemah timbul setelah sebelumnya
mengalami his yang kuat lalu menjadi
lemah biasanya pada kala I dan II
ETIOLOGI
 Primi tua
 Gangguan psikis: ketakutan
 Peregangan uterus yg berlebih (kelainan
letak atau CPD (cephalo-pelvic
disproportion)
DIAGNOSIS
 Dalam membantu melihat kelainan his
dapat didukung dengan pemeriksaan
CTG dan USG
 His yang timbul tetap dominan pada
fundus, namun kontraksi yang terjadi
biasanya lebih singkat dari biasanyanya,
keadaan umum pasien pada umumnya
baik, rasa nyeri yang timbul tidak terlalu
sakit.
PENATALAKSANAAN
 Pengawasan terhadap Tekanan Darah,
DJJ, Dehidrasi serta tanda-tanda
asidosis
 Diberikan cairan infus D5% atau NaCl
 Pethidine 50 mg bila nyeri
 Lakukan pelvimetri atau MRI untuk
analisa adanya CPD
 Bila ditemukan adanya CPD maka
dilakuakn seksio sesaria
 Bila tidak, perbaiki keadaan umum, ,
lakukan pemecahan ketuban, berikan
oksitosin drip 5 IU per D5% dimulai 8
tetes permenit sampai dengan 40 tetes
permenit
HYPERTONIC UTERINE
CONTRACTION
 His yang terlampau kuat yang menyebabkan
partus presipitatus
 Bahaya partus presipitatus bagi ibu ialah
terjadinya perlukaan luas pada jalan lahir,
khususnya serviks uteri, vagina dan
perineum,
 Sedangkan bayi bisa mengalami perdarahan
dalam tengkorak karena bagian tersebut
mengalami tekanan kuat dalam waktu yang
singkat
ETIOLOGI
 Primigravida tua
 Sering terjadi bersama-sama dengan:
 Solutio plasenta,
 Penggunaan oksitosin yang berlebihan,
 Disproporsi sefalopelvik dan
 Malpresentasi janin
DIAGNOSIS
Kelainan his dapat didukung oleh
pemeriksaan:

Cardiotocography Ultrasonography
(CTG) (USG)
PENATALAKSANAAN
 Diberikan infus larutan glukosa 5% dan
larutan NaCl isotonik secara intravena
berganti-ganti
 Untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberi
pethidin 50 mg yang dapat diulangi; pada
permulaan kala I dapat diberi 10 mg morfin.
 Pada persalinan keadaan diawasi dengan
cermat, dan episiotomi dilakukan pada waktu
yang tepat untuk menghindarkan terjadinya
ruptura uteri
INCOORDINATE UTERINE
ACTION
 Tonus uterus otot meningkat, juga di luar his, dan
kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa
karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi
bagian-bagiannya menyebabkan rasa nyeri yang
lebih keras dan lama bagi ibu dan menyebabkan
hipoksia dalam janin

 kelainanhis ini menyebabkan spamus sirkuler


setempat, sehingga terjadi penyempitan kavum
uteri pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran
kontraksi atau lingkaran konstriksi
Kelainan Passage
 Distosia karena adanya kelainan Passage
yaitu karena adanya kelainan pada jalan
lahir, jalan lahir sendiri terbagi atas jalan
lahir lunak dan jalan lahir keras.

 Jalan lahir keras atau tulang panggul


dapat berupa kelainan bentuk panggul,
(gynecoid, antropoid, android,
platipeloid) dan kelainan ukuran panggu.l
 Darikeempat jenis
panggul diatas panggul
ginekoid merupakan
jenis panggul dengan
prognosa persalinan
paling baik, sedangkan
ketiga jenis panggul
lainnya dapat
menyebabkan
terjadinya distosia
persalinan.
 Sedangkan jalan lahir lunak yang sering
dijumpai karena adanya tumor ovarium
yang menghalangi jalan lahir dan
adanya edema pada jalan lahir yang
dipaksakan
 Distosiakarena kelainan ukuran panggul
(disproporsi fetopelvik) dapat
disebabkan karena berkurangnya
ukuran panggul, ukuran janin yang
terlalu besar, atau kombinasi diantara
keduanya.
Penyempitan pintu atas
panggul
 Pintumasuk panggul dianggap
menyempit apabila diameter
anteroposterior terpendeknya kurang
dari 10 cm atau diameter transversa
terbesarnya kurang dari 12 cm.
DIAGNOSIS
 Dilakukan pemeriksaan dalam untuk
menentukan konjugata diagonalis yang
diukur dari tepi bawah simphisis phubis
hingga ke promomtorium os sacrum.
Pintu atas panggul berukuran cukup
apabila promontorium tidak menonjol
dan ukuran konjugata diagonalis lebih
besar dari 11,5 cm.
Penyempitan pintu tengah
panggul
 Pintutengah panggul dikatakan
menyempit apabila jumlah diameter
intraspinarum ditambah diameter
sagitalis posterior panggul tengah
kurang dari atau sama dengan 13,5 cm.
DIAGNOSIS
 Dilakukanpemeriksaan dalam untuk
mengetahui kapasitas pintu tengah
panggul, pintu tengah dikatakan tidak
menyempit apabila spina ischiadika
tidak menonjol, dinding samping tidak
teraba melengkung, dan kecekungan os
sacrum tidak dangkal.
Penyempitan pintu bawah
panggul
 Pintu bawah panggul menyempit
didefinisikan sebagai pemendekan diamter
intertuberosum hingga 8 cm atau kurang
 Diagnosis: Dilakukan pengukuran diameter
intertuberosum dengan meletakkan
tangan terkepal pada perineum diantara
kedua tuberositas ischii. Ukuran normal
apabila lebih dari 8 cm.
PENATALAKSANAAN
 Persalinandengan distosia akibat
adanya kelainan ukuran panggul atau
kelainan bentuk panggul sebaiknya
dilakukan melalui perabdominam.
Persalinan pervaginam dapat dilakukan
tetapi memiliki resiko kegagalan yang
cukup besar dan dapat menimbulkan
terjadinya cedera pada kepala janin
Kelainan Passanger
 Yaitukelainan pada letak, ukuran
ataupun bentuk janin, kelainan letak ini
termasuk dalam kelainan presentasi dan
kelainan posisi.

 Sepertideep transvere arrest, oksipitalis


posterior persisten atau oksipitalis
transversus persisten, keadaan ini akan
mempersulit persalinan
Posisi Oksipitalis Posterior
Persisten (POPP)
 Secaranormal pada presentasi
belakang kepala, kepala yang pertama
sampai kedasar panggul adalah bagian
oksiput, sehingga oksiput berputar
kedepan karena panggul luas didepan,
pada POPP, oksiput ini tidak berputar
kedepan sehingga tetap dibelakang
ETIOLOGI
 Bentuk panggul antropoid
 Ppanggul android karena memiliki
segmen depan yang sempit,
 Otot panggul yang sudah lembek
biasanya hal ini terjadi pada multipara,
dan
 Kepala janin yang kecil dan bulat
PENATALKSANAAN
 Apabila dengan presentasi kepala dan
panggung longgar, maka dapat dilahirkan
dengan spontan pervaginam namun
dengan proses yang lama dengan
pengawasan
 Apabila penurunan kepala sudah lebih dari
3/5 diatas PAP atau diatas 2 maka
sebaiknya dilakukan seksio sesaria dengan
memecahkan ketuban terlebih dahulu
PRESENTASI PUNCAK KEPALA
 Keadaan dimana puncak kepala janin
merupakan bagian terendah, hal ini
terjadi apabila derajat defleksinya ringan
atau kepala dengan defleksi/ekstensi
minimal dengan sinsiput merupakan
bagian terendah. Pada pemeriksaan
dalam teraba UUB yang paling rendah,
dan UUB sudah berputar ke depan
ETIOLOGI
 Kelainan panggul (panggul picak),
 Kepala bentuknya bundar,
 Janin kecil atau mati,
 Kerusakan dasar panggul
 Panggul sempit,
 Multiparitas
 Anensefalus,
DIAGNOSIS
 Pemeriksaan lokalis abdomen : bagian
fundus uteri teraba bokong dan diatas
panggul teraba kepala, punggung
terdapat pada satu sisi, bagian-bagian
kecil terdapat pada sisi yang
berlawanan
 Pada auskultasi: DJJ terdengar paling
keras di kuadran bawah perut ibu, pada
sisi yang sama dengan punggung janin.
 Pemeriksaan dalam : sutura sagitalis
umumnya teraba pada diameter transversa
panggul, kedua ubun-ubun sama-sama
dengan mudah diraba dan dikenali,
keduanya sama tinggi dalam panggul.

 Pemeriksaan radiologis akan membantu


dan menegakkan diagnosis kedudukan dan
menilai panggul
PENATALAKSANAAN
 Putaran paksi UUB berputar ke simfisis
→ UUB lahir dengan glabella → Kepala
fleksi → UUK berputar ke depan →
kelahiran terjadi dengan kedudukan
occipitoanterior → UUK menuju ke
lengkung sacrum dan dahi ke pubis →
kedudukan UUK belakang menetap →
kelahiran dapat spontan atau dengan
seksio sesaria
PRESENTASI MUKA
 Kedudukan kepala mengalami defleksi
maksimal, sehingga oksiput tertekan
pada punggung dan muka merupakan
bagian terendah menghadap ke bawah.
 Pada presentasi muka, kepala berada
dalam posisi hiperekstensi sehingga
oksiput menempel pada punggung bayi
dan dagu (mentum) menjadi bagian
terbawah janin.
ETIOLOGI
 Terjadinya defleksi kepala atau karena
keadaan yang menghalangi terjadinya
fleksi kepala
 Kondisi panggul sempit atau janin besar.
 Multiparitas dan perut gantung
 Anencephalus
 Tumor servix
DIAGNOSIS
 Periksa luar didapatkan dada teraba seperti
punggung, bagian belakang kepala
berlawanan dengan dada, bagian dada ada
bagian kecil
 DJJ terdengan lebih jelas.
 Sedangkan pada periksa dalam, teraba dagu,
mulut, hidung, tepi orbita, bila ada caput
maka sulit dibedakan dengan bokong,
apabila ragu, maka sebaiknya dilakukan
pemeriksaan radiologis , rontgen atau MRI
PENATALAKSANAAN
 Proses persalinan presentasi muka kepala
turun dengan sirkumfarensia trakelo parietalis
dengan dagu lintang atau miring, setelah
muka sampai dasar panggul terjadi putaran
paksi dalam, dagu ke depan di bawah arkus
pubis,
 kemudian dengan submentum menjadi
hipomoklion kepala lahir dengan fleksi sampai
dahi, UUB, belakang kepala lewati perineum,
kemudian putaran paksi luar dan badan lahir.
 Terkadang dagu tidak dapat diputar ke
depan, posisi ini merupakan
mentoposterior persistens maka pada
situasi ini dilakukan seksio sesaria
 Indikasi persalinan dengan seksio
sesaria pada presentasi muka yaitu
posisi mentoposterior persistence dan
panggul sempit
PRESENTASI DAHI
 Presentasi dahi pada umumnya
merupakan kedudukan sementara,
posisi ini dapat berubah menjadi
presentasi belakang kepala atau
presentasi muka, kejadian presentasi
dahi ini 1:400
DIAGNOSIS
 Pemeriksaan luar seperti pada
presentasi muka namun bagian
belakang kepala tidak begitu menonjol,
 DJJ akan jelas terdengar pada bagian
dada.
 Pemeriksaan dalam akan teraba sutura
frontalis, ujung yang satu akan teraba
UUB dan ujung yang lainnya akan
teraba pangkal hidung dan tepi orbita
PENATALAKSANAAN
 Jikajanin berat atau besarnya normal maka
persalinan tidak dapat pervaginam sehingga
dilakukan seksio sesaria oleh karena
sirkumfarensia maksilo parietalis lebih besar
dari lingkaran pintu atas panggul
 Pada kala I persalinan dilakukan prasat
THORN, apabila gagal maka janin tetap
dilahirkan perabdominam yaitu seksio
sesaria
LETAK SUNGSANG
 Janinn terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian
bawah kavum uteri.
 Tipe letak sungsang yaitu:

- Frank breech (50-70%) yaitu kedua tungkai


fleksi ;
 Complete breech (5-10%) yaitu tungkai atas
lurus keatas, tungkai bawah ekstensi ;
 Footling (10-30%) yaitu satu atau kedua
tungkai atas ekstensi, presentasi kaki
ETIOLOGI
 Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah
 Prematuritas,
 Abnormalitas uterus (malformasi, fibroid)
 Abnormalitas janin (malformasi CNS, massa pada
leher, aneploid),
 Overdistensi uterus (kehamilan ganda,
polihidramnion),
 Multipara dengan berkurangnya kekuatan otot
uterus, dan
 Obstruksi pelvis (plasenta previa, myoma, tumor
pelvis lain).
DIAGNOSIS
 Diagnosis letak bokong dapat
ditentukan dengan persepsi gerakan
janin oleh ibu, pemeriksaan Leopold,
 Auskultasi denyut jantung janin di atas
umbilikus,
 Pemeriksaan dalam,
 USG dan Foto sinar-X
PENATALAKSANAAN
 Jika nilai kurang atau sama dengan 3
dilakukan persalinan perabdominan, jika
nilai 4 dilakukan evaluasi kembali
secara cermat, khususnya berat badan
janin; bila nilai tetap dapat dilahirkan
pervaginam, jika nilai lebih dari 5
dilahirkan pervaginam
  0 1 2

Paritas Primigravida Multigravida  

Umur >39 minggu 38 minggu < 37 minggu

Kehamilan

Taksiran >3630 gr 3629 gr -3176 gr < 3176 gr

berat janin

Pernah Tidak 1x >2x

letak

sungsang

Pembukaan <2 cm 3 cm >4cm

serviks

Station <3 <2 1 atau lebih

Rendah
Teknik Persalinan
 Partial breech extraction
 Cara klasik
 Cara Mueller
 Cara louvset
 Cara Mauriceau
 Cara cunam piper
Letak Lintang
 Letak lintang adalah bila dalam
kehamilan atau dalam persalinan sumbu
panjang janin melintang terhadap
sumbu panjang ibu (termasuk di
dalamnya bila janin dalam posisi
oblique). Letak lintang kasep adalah
letak lintang kepala janin tidak dapat
didorong ke atas tanpa merobekkan
uterus
Letak lintang dapat dibagi menjadi 2
macam, yang dibagi berdasarkan
Letak kepala Letak punggung
 Kepala  Jika punggung terletak di
anak bisa
sebelah depan ibu,
di sebelah kiri disebut dorso-anterior
ibu  Jika punggung terletak di
sebelah belakang ibu,
 Kepala anak bisa
disebut dorso- posterior
di sebelah  Jika punggung terletak di

kanan ibu sebelah atas ibu, disebut


dorso-superior
 Jika punggung terletak di
sebelah bawah ibu,
disebut dorso-inferior
ETIOLOGI
 Fiksasi kepala tidak ada karena panggul
sempit, hidrosefalus, anesefalus, plasenta
previa, dan tumor pelvis
 Janin sudah bergerak pada hidramnion,
multiparitas, atau sudah mati.
 Gemeli
 Pelvic kidney dan rectum penuh
 Multiparitas disertai dinding uterus dan
perut yang lembek
DIAGNOSIS
 Inspeksi: Perut membuncit ke samping
 Palpasi:
 Fundus uteri lebih rendah dari seharusnya
tua kehamilan
 Fundus uteri kosong dan bagian bawah
kosong, kecuali kalau bahu sudah masuk
ke dalam pintu atas panggul
 Kepala (ballotement) teraba di kanan atau
di kiri
 Auskultasi: Denyut jantung janin setinggi pusat
kanan atau kiri.
 Pemeriksaan dalam (vaginal toucher)
 Teraba tulang iga, skapula, dan kalau tangan
menumbung teraba tangan.
 Teraba bahu dan ketiak yang bisa menutup ke
kanan atau ke kiri. Bila kepala terletak di kiri,
ketiak menutup ke kiri.
 Letak punggung ditentukan dengan adanya
skapula, letak dada dengan klavikula.
PENATALAKSANAAN
 Pada letak lintang setelah pembukaan lengkap,
karena his dan tenaga mengejan, badan anak tidak
dapat dikeluarkan dari rongga rahim, akan tetapi
sebagian besar masih di dalam uterus, meskipun
tubuh anak menjadi semakin membengkok.
 Jika ini terjadi terus menerus, maka akan terjadi
suatu letak lintang kasep, dimana tubuh anak tidak
dapat lagi didorong ke atas. Letak lintang kasep
terjadi bukanlah karena lamanya persalinan,
namun faktor yang penting ialah karena faktor
kuatnya his.
KEHAMILAN MULTIPEL
 Suatu kehamilan dengan dua janin atau
lebih. Kehamilan multipel dapat berupa
kehamilan ganda atau gemelli (2 janin),
triplet ( 3 janin ), kuadruplet ( 4 janin ),
Quintiplet ( 5 janin ) dan seterusnya
ETIOLOGI
 Terjadinyakehamilan kembar atau
multipel umumnya disebabkan oleh
adanya pembuahan satu atau lebih
ovum yang berbeda. Pada kehamilan
ganda sepertiganya berasal dari satu
ovum yang mengalami pembuahan
kemudian membelah menjadi dua
struktur yang serupa.
Faktor-faktor lain yang
mempengaruhi terjadinya
kehamilan multipel antara lain:
 Ras
 Hereditas
 Usia ibu dan paritas
 Faktor Gizi
 Terapi kesuburan
DIAGNOSIS
 Anamnesa; Riwayat adanya kehamilan
kembar sebelumnya atau keturunan
kembar dalam keluarga, telah mendapat
pengobatan infertilitas, adanya uterus
yang cepat membesar dari amenorea,
gerakan janin yang terlalu sering dan
adanya penambahan berat badan ibu
menyolok yang tidak disebabkan
obesitas atau edema
Pemeriksaan fisik:
- Pemeriksaan palpasi abdomen didapatkan
adanya dua kepala janin yang berada di
kuadram uterus yang berbeda, banyak
didapatkan bagian bagian kecil janin, teraba
dua atau lebih bagian besar, dan teraba dua
ballotemen.
- Tinggi fundus uteri lebih besar dari kehamilan
pada umumnya. Denyut jantung janin yang
terdengar lebih dari satu di tempat yang
berbeda dengan perbedaan 10 atau lebih
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan USG dapat menunjukkan
adanya 2 bayangan janin atau lebih
dengan 1 atau lebih kantong amnion.
Diagnosis menggunakan USG yang
dilakukan pada trimester pertama masih
sulit untuk mendiagnosis jumlah janin
pada uterus, jumlah kantong
gestasional yang terlihat, dan posisi dari
janin di dalam uterus
PENATALAKSANAAN
 Sepanjangpersalinan pasien harus
sudah diberikan infus dengan cairan RL,
penyediaan transfusi darah, ampisilin 2
gram untuk pencegahan infeksi, dan
disiapkannya alat USG untuk
mengevaluasi setelah janin pertama
lahir.
 .Apabilapresentasi janin pertama
bokong , dapat menyebabkan terjadinya
penyulit dalam persalinan apabila janin
terlalu besar, janin terlalu kecil, adanya
prolapsus tali pusat. Apabila ditemui
keadaan seperti ini sebaiknya dilakukan
persalinan per abdominam
DISTOSIA BAHU
 keadaan dimana diperlukannya
tambahan manuver obstetrik oleh
karena terjadi impaksi bahu depan
diatas simphisis sehingga dengan
tarikan ke arah belakang pada kepala
bayi tidak bisa untuk melahirkan bayi
ETIOLOGI
 Makrosomia ( bayi yang dikandung oleh
seorang ibu dengan diabetes mellitus,
obesitas, dan kehamilan postterm).
 Kelainan bentuk panggul.
 Kegagalan bahu untuk melipat kedalam
panggul.
DIAGNOSIS
 Kepala janin telah lahir namun masih
menekan vulva dengan kencang.
 Dagu tertarik dan menekan perineum.
 Turtle sign : suatu keadaan dimana kepala
sudah dilahirkan gagal melakukan putaran
paksi luar dan tertahan akibat adanya tarikan
yang terjadi antara bahu posterior dengan
kepala.
 Traksi pada kepala tidak berhasil melahirkan
bahu.
PENATALAKSANAAN
 Penanganan persalinan dengan distosia
bahu dikenal dengan “ALARM“
 Ask for help,
 Lift the legs and buttocks,
 Anterior shoulder disimpaction,
 Rotation of posterior shoulder,
 Manual remover posterior arm).
Manuver McRoberts
Anterior shoulder disimpaction
Rotation of posterior shoulder
Manual remover posterior arm
HIDROSEFALUS
 Kondisi dimana terjadi penumpukan cairan
serebrospinal yang berlebihan di ventrikel dan
mengakibatkan terjadinya pembesaran dari
kranium.
 Volume cairan biasanya 500 – 1500 ml namun bisa
juga mencapai 5000 ml. Lingkar kepala bayi aterm
normal berkisar antara 32 hingga 38 cm, namun
pada hidrosefalus dapat mencapai 50 cm.
 Pada presentasi apapun umumnya hidrosefalus
dapat mengakibatkan terjadinya cephalo pelvic
disproportion yang berat
ETIOLOGI
 Hidrosefalus sebagian besar disebabkan
oleh tidak lancarnya aliran
serebrospinalis atau berlebihannya
produksi cairan serebrospinal pada
janin.
DIAGNOSIS
 Pada letak kepala dapat ditemukan kepala
lebih besar dari biasanya sehingga
menonjol diatas simphisis.
 Djj terletak lebih tinggi dari biasanya.
 Pada pemeriksaan VT dapat diraba adanya
sutura dan ubun-ubun yang melebar
tegang dan tulang kepala tipis.
 Pada pemeriksaan USG didapatkan adanya
BPD lebih besar dari usia kehamilannya.
PENATALAKSANAAN
 Persalinan pada janin dengan hidrosefalus upaya
yang pertama kali dilakukan adalah pengecilan
ukuran kepala bayi dengan menggunakan
sefalosintesis sehingga bayi dapat dilahirkan
pervaginam atau perabdominam.
 Namun, sefalosintesis dapat mengakibatkan
terjadinya perdarahan intrakranial pada janin
sehingga sebaiknya teknik ini digunakan pada janin
dengan kelainan yang sudah cukup parah.
 Pada kehamilan dengan janin hidrosefalus sebaiknya
dilakukan pelahiran secara perabdominam
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai