Anda di halaman 1dari 11

A.

Definisi Proses Penuaan

Proses menua lansia mempengaruhi berbagai aspek kehidupan


yaitu sosial, ekonomi dan terutama kesehatan karena semakin
bertambahnya usia seseorang maka fungsi organ tubuh juga semakin
menurun. Menua adalah dimana suatu keadaan yang akan terjadi
dikehidupan manusia (Dewi, 2014). Penuaan adalah suatu proses yang
mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang frail dengan
berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan
meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian.
Pada lanjut usia, individu mengalami banyak perubahan baik secara
fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi
dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Penurunan tersebut mengenai
berbagai sistem dalam tubuh seperti penurunan daya ingat, kelemahan
otot, pendengaran, penglihatan, perasaan dan tampilan fisik yang
berubah serta berbagai disfungsi biologis lainnya. Seseorang dapat
dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah bersangkutan
mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari
nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah
dari orang lain Lilik Ma’rifatul (2011).
B. Tahap Proses penuaan

Menurut Lilik Ma’rifatul (2011). Proses penuaan biologis ini terjadi


secara perlahan-lahan dan dibagi menjadi beberapa tahapan, antara lain:

1. Tahap Subklinik (Usia 25 – 35 tahun):

Usia ini dianggap usia muda dan produktif, tetapi secara biologis mulai
terjadi penurunan kadar hormon di dalam tubuh, seperti growth hormone,
testosteron dan estrogen. Namun belum terjadi tanda-tanda penurunan
fungsi-fungsi fisiologis tubuh.

2. Tahap Transisi (Usia 35 – 45 tahun):

Tahap ini mulai terjadi gejala penuaan seperti tampilan fisik yang tidak muda
lagi, seperti penumpukan lemak di daerah sentral, rambut putih mulai
tumbuh, penyembuhan lebih lama, kulit mulai berkeriput, penurunan
kemampuan fisik dan dorongan seksual hingga berkurangnya gairah hidup.
Radikal bebas mulai merusak ekspresi genetik yang dapat bermanisfestasi
pada berbagai penyakit. Terjadi penurunan lebih jauh kadar
hormonhormon tubuh yang mencapai 25% dari kadar optimal.

3. Tahap Klinik (Usia 45 tahun ke atas):

Gejala dan tanda penuaan menjadi lebih nyata yang meliputi penurunan
semua fungsi sistem tubuh, antara lain sistem imun, metabolisme,
endokrin, seksual dan reproduksi, kardiovaskuler, gastrointestinal, otot
dan saraf. Penyakit degeneratif mulai terdiagnosis, aktivitas dan kualitas
hidup berkurang akibat ketidakmampuan baik fisik maupun psikis yang
sangat terganggu.
C. Faktor-faktor Proses Penuaan

Menurut (Putri Rossyana, 2013). Faktor-faktor perubahan proses


menua dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal pada perubahan
proses menua:

1. Faktor internal
Pengaruh faktor-faktor internal seperti terjadinya penurunan anatomik,
fisiologik dan perubahan psikososial pada proses menua makin besar,
penurunan ini akan menyebabkan lebih mudah timbulnya penyakit
dimana batas antara penurunan tersebut dengan penyakit seringkali
tidak begitu nyata. Penurunan anatomik dan fisiologik dapat meliputi
sistem saraf pusat,kardiovaskuler, pernapasan, metabolisme,
ekskresi, musculoskeletal serta kondisi psikososial. Kondisi psikososial
itu sendiri meliputi perubahan kepribadian yang menjadi faktor
predisposisi yaitu gangguan memori, cemas, gangguan tidur,
perasaan kurang percaya diri, merasa diri menjadi beban orang
lain, merasa rendah diri, putus asa dan dukungan sosial yang
kurang. Faktor sosial meliputi perceraian, kematian, berkabung,
kemiskinan, berkurangnya interaksi sosial dalam kelompok lansia
mempengaruhi terjadinya depresi. Respon perilaku seseorang
mempunyai hubungan dengan kontrol sosial yang berkaitan dengan
kesehatan. Frekuensi kontak sosial dan tingginya integrasi dan
keterikatan sosial dapat mengurangi atau memperberat efek stress
pada hipotalamus dan sistim saraf pusat. Hubungan sosial ini dapat
mengurangi kerusakan otak dan efek penuaan. Makin banyaknya
jumlah jaringan sosial pada usia lanjut mempunyai hubungan dengan
fungsi kognitif atau mengurangi rata-rata penurunan kognitif 39%
2. Faktor external
Faktor eksternal yang berpengaruh pada percepatan proses menua
antara lain gaya hidup, faktor lingkungan dan pekerjaan. Gaya hidup
yang mempercepat proses penuaan adalah jarang beraktifitas fisik,
perokok, kurang tidur dan nutrisi yang tidak teratur. Hal tersebut dapat
diatasi dengan strategi pencegahan yang diterapkan secara
individual pada usia lanjut yaitu dengan menghentikan merokok.
Serta faktor lingkungan, dimana lansia manjalani kehidupannya
merupakan faktor yang secara langsung dapat berpengaruh pada
proses menua karena penurunan kemampuan sel, faktor-faktor ini
antara lain zat-zat radikal bebas seperti asap kendaraan, asap rokok
meningkatkan resiko penuaan dini, sinar ultraviolet mengakibatkan
perubahan pigmen dan kolagen sehingga kulit tampak lebih tua.

D. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia


Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri
manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial
dan sexual (Azizah, 2011).
1) Perubahan Fisik
a) Sistem Indra Sistem pendengaran Prebiakusis (gangguan pada
pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan (daya)
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara
atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti
kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
b) Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak
elastis kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga
menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi
glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna
coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
c) Sistem Muskuloskeletal Perubahan sistem muskuloskeletal pada
lansia antara lain sebagai berikut : Jaringan penghubung (kolagen
dan elastin). Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang,
kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi
bentangan yang tidak teratur.
d) Kartilago: jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami
granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata, kemudian
kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi
yang terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago
pada persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.
e) Tulang: berkurangnya kepadatan tlalng setelah di obserfasi adalah
bagian dari penuaan fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis lebih
lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.
f) Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi,
penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan
penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek
negatif.
g) Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament
dan fasia mengalami penuaan elastisitas.

2) Sistem Kardiovaskuler dan Respirasi


Perubahan sistem kardiovaskuler dan respirasi mencakup :
a) Sistem kardiovaskuler Massa jantung bertambah, vertikel kiri
mengalami hipertropi dan kemampuan peregangan jantung
berkurang karena perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan
lipofusin dan klasifikasi Sa nude dan jaringan konduksi berubah
menjadi jaringan ikat.

b) Sistem respirasi pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat


paru, kapasitas total paru tetap, tetapi volume cadangan paru
bertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi paru, udara
yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan
sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan
kemampuan peregangan toraks berkurang.

c) Pencernaan dan Metabolisme Perubahan yang terjadi pada


sistem pencernaan, seperti penurunan produksi sebagai kemunduran
fungsi yang nyata seperti : Kehilangan gigi, Indra pengecap
menurun, Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), Liver
(hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.

d) Sistem perkemihan Pada sistem perkemihan terjadi perubahan


yang signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran,
contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.

e) Sistem saraf Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi


dan atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia
mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan
aktifitas sehari-hari

f) Sistem reproduksi Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai


dengan menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada
laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun
adanya penurunan secara berangsur-angsur.

3. Perubahan Kognitif

Kognitif adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu


yang didapatkan dari proses berfikir. Proses yang dilakukan adalah
memperoleh pengetahuan dan memanipulasi pengetahuan melalui
aktivitas mengingat, menganalisa, memahami, menilai,
membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan kognisi
biasa diartikan sebagai kecerdasan atau intelegensi. Umumnya lansia
akan mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi
kognitif merupakan suatu proses mental manusia yang meliputi
perhatian persepsi, proses berpikir, pengetahuan dan memori
sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin
lambat. Sebanyak 75% dari bagian otak besar merupakan area
kognitif. Sementara fungsi psikomotorik meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,
koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.

a) Memory (Daya ingat, Ingatan)

b) IQ (Intellegent Quocient)

c) Kemampuan Belajar (Learning)

d) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)

e) Pemecahan Masalah (Problem Solving)

f) Pengambilan Keputusan (Decission Making)

g) Kebijaksanaan (Wisdom)

h) Kinerja (Performance)

i) Motivasi

E. Perubahan Psikologis Konsep Diri


Konsep diri merupakan gambaran tentang diri kita, tentang apa
yang kita pikirkan dan kita rasakan dan merupakan kumpulan dari
berbagai pengalaman dan utamanya dalam hubungan dengan orang
lain Penurunan konsep diri akan mempengarui pola pemikiran lanjut
usia terhadap perilakunya. Perubahan konsep diri pada lanjut usia
terutama disebabkan oleh kesadaran subyektif yang terjadi yang sejalan
dengan bertambahnya usia. Apabila lanjut usia menyadari perubahan
adanya perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri mereka maka
akan berfikir dan bertingkah laku yang seharusnya dilakukan oleh lanjut
usia. Lanjut usia akan banyak mengalami perubahan fisik kemampuan
dan fungsi tubuh yang akan mengkibatkan tidak stabilnya konsep diri
(Merdiekawati, 2014).

a. Gambaran diri atau citra diri


Gambaran diri atau citra diri (body image) mencakup sikap individu
terhadap tubuhnya sendiri, termasuk penampilan fisik, struktur dan
fungsinya yang dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan
perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti
penuaan terlihat lebih jelas terhadap citra diri dibandingkan dengan
aspek-aspek konsep diri lainnya.
Citra diri adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak
disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan
sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan
potensi, yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan
persepsi dan pengalaman yang baru. Pada lansia banyak terjadi
perubahan di tubuhnya seperti penurunan fungsi panca indera,
menurunnya kekuatan otot, menurunnya daya ingat dan perubahan
lainnya. Hal ini berpotensi mengakibatkan perubahan citra diri pada
lansia sehingga membutuhkan proses adaptasi agar lansia tidak
mengembangkan citra diri yang negatif.
b. Identitas diri
Identitas diri adalah suatu penilaian diri individu tentang dirinya
sebagai suatu kesatuan yang utuh. Identitas mencakup konsistensi
seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai keadaan serta
menyiratkan perbedaan atau keunikan dibandingkan dengan orang
lain. Identitas seringkali didapat melalui pengamatan sendiri dan dari
apa yang didengar seseorang dari orang lain mengenai dirinya.
c. Penampilan peran
Penampilan peran merupakan serangkaian perilaku yang
diharapkan oleh masyarakat yang sesuai dengan fungsi yang ada
dalam masyarakat atau suatu pola sikap, perilaku, nilai, dan tujuan
yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di
masyarakat, misalnya sebagai orang tua, atasan, teman dekat, dan
sebagainya. Setiap peran berhubungan dengan pemenuhan
harapanharapan tertentu. Apabila harapan tersebut dapat terpenuhi,
rasa percaya diri seseorang akan meningkat. Sebaliknya, kegagalan
untuk memenuhi harapan atas peran dapat menyebabkan penurunan
harga diri atau terganggunya konsep diri.
d. Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana harus
berperilaku sesuai dengan standar, aspirasi dan tujuan, atau nilai
personal tertentu. Banyak hal yang sebelumnya dapat dicapai
dengan baik oleh lansia. Namun seiring bertambahnya usia yang
seiring dengan menurunnya kemampuan diri, menyebabkan
beberapa standar, tujuan dan nilai personal yang ada pada diri lansia
tidak dapat tercapai dengan baik. Oleh karena itu lansia
membutuhkan penyesuaian diri agar dapat mengembangkan ideal
diri yang realistis dan sesuai dengan kemampuannya.
e. Harga diri
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang
sesuai dengan ideal dri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang
berakar dalam penerimaan diri tanpa syarat, walaupun melakukan
kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetap merasa sebagai
seorang yang penting dan berharga. Sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya bahwa pada lansia banyak terjadi perubahan fisik dan
psikososial. Perubahan-perubahan tersebut merupakan faktor-faktor
yang menyebabkan lansia berpotensi untuk mengalami perubahan
harga diri.

F. Faktor-faktor yang mempengarui konsep diri pada lanjut usia


Faktor-faktor yang mempengarui konsep diri pada lansia yang
menyangkut gambaran diri, ideal diri, harga diri, identitas diri,
penampilan peran dipengarui oleh faktor internal dan eksternal (Azizah,
2011). Faktor internal: terutama lingkungan keluarga kondisi kesehatan,
status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, iklim intelektual dan interaksi
terhadap orang lain apabila lansia yang menganggap dirinya sukses
maka cenderung harga dirinya tinggi, dan apabila mengalami kegagalan
maka cenderung harga dirinya rendah harga diri diperoleh dari diri
sendiri dan orang lain. Aspek utamanya adalah dicintai, kasih sayang
dan menerima penghargaan dari orang lain (Putri Rossyana, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Penerbit
Graha Ilmu
Dewi, Sofia Rhosma, (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:
Penerbit Deepublish
Putri Rossyana & I Wayan Sudhana, (2013). Gambaran Kualitas Hidup pada
Lansia dengan Normotensi dan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Gianyar I Periode Bulan November Tahun 2013.
Merdiekawati, Pricilia, (2014). Gambaran Umum Kondisi Lansia. Jurnal
Metamorfosi Vol. 2, No. 6 Maret 2008 12-14.
Setiati, S., Harimurti, K., Govinda, A.R., 2014. Proses Menua dan Implikasi
Klinisnya (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam). Jakarta Pusat: Interna
Publishing pp. 3661.

Anda mungkin juga menyukai