Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku akibat
adanya distorasi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam bertingkah laku.
Hal ini terjadi karena menurunnya semua fungsi kejiwaan (Nasir, 2011). Gangguan
jiwa merupakan suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting
secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress
misalnya gejala nyeri atau disabilitas yaitu kerusakan pada satu atau lebih area
fungsi yang penting atau disertai peningkatan resiko kematian, yang menyakitkan,
nyeri, disabilitas atau sangat kehilangan kebebasan (videbeck, 2008)
Gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan
kemungkinan akan berkembang menjadi 25% di tahun 2030, gangguan jiwa juga
berhubungan dengan bunuh diri, lebih dari 90% dari satu juta kasus bunuh diri
setiap tahunnya akibat gangguan jiwa (WHO, 2015). Gangguan jiwa ditemukan di
semua negara, terjadi pada semua tahap kehidupan, termasuk orang dewasa dan
cenderung terjadi peningkatan gangguan jiwa.
Menurut WHO 2014 angka kejadian gangguan jiwa pada pasien Skizofrenia
prevalensi yang mempengaruhi lebih darilebih dari 21 juta orang di seluruh dunia,
tetapi tidak seperti biasa kebanyakan gangguan mental lainnya, yang sering
mengalami gangguan mental terjadi pada laki-laki (12 juta), dibandingkan dengan
perempuan (9 juta). Di negara indonesia orang yang mengalami gangguan jiwa
yang melakukan bunuh diri yaitu laki-laki berkisar 3,7 berada di urutan ke 13,
perempuan 4,9 berada di urutan 7, sedangkan negara yang di urutan pertama yaitu
Kazakhstan laki-laki 40.6, perempuan 9,3.
Berdasarkan data yang didapatkan pada tanggal 10 Maret 2020 di RSJ
Sambang Lihum Provinsi Kalimantan Selatan khususnya Ruang Intensif Pria,
didapatkan jumlah pasien 14 orang dengan diagnosa Resiko Perilaku Kekerasan
sebanyak 14 (100%), Halusinasi sebanyak 12 orang (87%), Defisit Perawatan Diri
sebanyak 10 orang (78%) Resiko Bunuh Diri sebanyak 3 orang (11%), Waham
sebanyak 1 orang (6%) Harga Diri Rendah sebanyak 1 orang (66%), Gangguan
Isolasi Sosial sebanyak 1 orang (6%). Berdasarkan hasil observasi tersebut
dikarenakan tingginya angka kejadian halusinasi di Ruang Intensif Pria maka
perlunya dilakukannya salah satu terapi yaitu Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
khususnya Stimulasi Persepsi Terapi Aktivitas Kelompok. Stimulasi Persepsi adalah
terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan
pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok (Keliat, 2014).
Terapi Aktivitas kelompok (TAK) pada klien dengan halusinasi, digunakan
untuk memperbaiki atau meningkatkan kemampuan sosialisasi dengan lingkungan
sekitarnya, klien mampu mengenal jenis, isi, waktu, frekuensi dan situasi yang
menyebabkan munculnya halusinasi, klien mampu mengenal halusinasi dan
mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas terjadwal. Klien yang
mengikuti terapi ini adalah klien yang sudah mampu mengontrol dirinya sehingga
paa saat TAK klien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok
yang lain.
Proposal ini, membahas terapi aktivitas kelompok dengan halusinasi karena
sebagian besar kasus di Ruang Intensif Pria adalah halusinasi. Berdasarkan hal
tersebut kami melaksanakan terapi aktivitas kelompok (TAK) klien dengan
gangguan persepsi sensori.

B. Tujuan pelaksanaan
1. Tujuan Umum
Klien mampu mengenal jenis, isi, waktu, frekuensi dan situasi yang
menyebabkan munculnya halusinasi.
2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu mengenal halusinasi dan mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik
b. Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat
c. Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain
d. Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
terjadwal

C. Manfaat pelaksanaan
Terapi aktivitas kelompok mempunyai manfaat yaitu (Fauzan, 2011):
1. Umum
a. Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan melalui komunikasi dan
umpan balik dengan atau dari orang lain
b. Membentuk sosialisasi
c. Meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran tentang
hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku defensive
(bertahan terhadap stress) dan adaptasi
d. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti
kognitif dan afektif
2. Khusus
a. Meningkatkan identitas diri
b. Menyalurkan emosi secara konstruktif
c. Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan sehari-hari
d. Bersifat rehabilitatif: meningkatkan kemampuan ekspresi diri, keterampiulan
sosial, kepercayaan diri, kemampuan empati, dan meningkatkan
kemampuan tentang masalah-masalah kehidupan dan pemecahannya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi TAK
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu
dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama
(Stuart, 2009). Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan
sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain
yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang terapi atau petugas kesehatan
jiwa yang telah terlatih (Yosep, 2017). Terapi kelompok adalah terapi
psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan stimulasi bagi
pasien dengan gangguan interpersonal (Yosep, 2018).

B. Manfaat TAK
Terapi aktivitas kelompok mempunyai manfaat yaitu (Fauzan, 2017):
1. Umum
a. Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (reality testing)
melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
b. Membentuk sosialisasi
c. Meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran
tentang hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan
perilaku defensive (bertahan terhadap stress) dan adaptasi.
d. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis
seperti kognitif dan afektif.
2. Khusus
a. Meningkatkan identitas diri.
b. Menyalurkan emosi secara konstruktif.
c. Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan sehari-
hari.
d. Bersifat rehabilitatif: meningkatkan kemampuan ekspresi diri,
keterampilan sosial, kepercayaan diri, kemampuan empati, dan
meningkatkan kemampuan tentang masalah-masalah kehidupan dan
pemecahannya.

5
6

C. Tujuan Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)


Tujuan terapi aktivitas kelompok secara rinci sebagai berikut (Keliat, 2006):
1) Tujuan umum
a. Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan yaitu memperoleh
pemahaman dan cara membedakan sesuatu yang nyata dan khayalan.
b. Meningkatkan sosialisasi dengan memberikan kesempatan untuk
berkumpul, berkomunikasi dengan orang lain, saling memperhatikan
memberikan tanggapan terhadap pandapat maupun perasaan ortang
lain.
c. Meningkatkan kesadaran hubungan antar reaksi emosional diri sendiri
dengan prilaku defensif yaitu suatu cara untuk menghindarkan diri dari
rasa tidak enak karena merasa diri tidak berharga atau ditolak.
d. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti
fungsi kognitif dan afektif.
2. Tujuan khusus
a) Meningkatkan identifikasi diri, dimana setiap orang mempunyai
identifikasi diri tentang mengenal dirinya di dalam lingkungannya.
b) Penyaluran emosi, merupakan suatu kesempatan yang sangat
dibutuhkan oleh seseorang untuk menjaga kesehatan mentalnya. Di
dalam kelompok akan ada waktu bagi anggotanya untuk menyalurkan
emosinya untuk didengar dan dimengerti oleh anggota kelompok
lainnya.
c) Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk kehidupan sehari-
hari, terdapat kesempatan bagi anggota kelompok untuk saling
berkomunikasi yang memungkinkan peningkatan hubungan sosial
dalam kesehariannya.

D. Dampak terapeutik dari kelompok


Terjadinya interaksi yang diharapkan dalam aktivitas kelompok dapat
memberikan dampak yang bermanfaat bagi komponen yang terlibat. Yalom
(1985) dalam tulisannya mengenai terapi kelompok telah melaporkan 11
kasus yang terlibat dalam efek terapeutik dari kelompok. Faktor-faktor
tersebut adalah :
7

1. Universalitas. Klien mulai menyadari bahwa bukan ia sendiri yang


mempunyai masalah. Masalah yang dialami dapat dibagi dengan cara
menceritakan kepada orang yang dipercaya sehingga dapat dimengerti
orang lain.
2. Bersosialisasi dengan orang yang memiliki masalah yang sama dapat
meningkatkan harapan individu dan menambah informasi cara strategi
dalam menyelesaikan masalah.
3. Pengembangan keterampilan sosial dan kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain. Klien dapat memperoleh umpan balik
dan mempunyai kesempatan untuk belajar dan melatih cara baru
berinteraksi.
4. Pemasukan informasi. Dapat berkisar dari memberikan informasi
tentang gangguan seseorang terhadap umpan balik dan pengaruhnya
terhadap anggota kelompok lainnya.
5. Identifikasi perilaku imitative dan modeling dapat dihasilkan dari terapis
atau anggota lainnya memberikan model peran yang baik.
6. Terapi kelompok menimbulkan rasa kesatuan dan persatuan
memberikan pengaruh kuat dan memberi perasaan memiliki serta
menerima, yang dapat menjadi kekuatan dalam kehidupan seseorang.
7. Pengalaman antar pribadi mencakup pentingnya belajar berhubungan
antar pribadi, bagaimana memperoleh hubungan yang lebih baik dan
mempunyai pengalaman memperbaiki hubungan menjadi lebih baik.
8. Atarsis dan pembagian emosi yang kuat tidak hanya membantu
mengurangi ketegangan emosi tetapi juga menguatkan perasaan
kedekatan dalam kelompok.
9. Pembagian eksitensial memberikan masukan untuk mengakui
keterbatasan seseorang, keterbatasan lainnya, tanggung jawab
terhadap diri seseorang.

E. Indikasi dan kontra indikasi terapi aktifitas kelompok (TAK)


Adapun indikasi dan kontra indikasi terapi aktivitas kelompok adalah :
1. Semua klien terutama klien rehabilitasi perlu memperoleh terapi aktifitas
kelompok kecuali mereka yang : psikopat dan sosiopat, selalu diam dan
autistic, delusi tak terkontrol, mudah bosan.
8

2. Ada berbagai persyaratan bagi klien untuk bisa mengikuti terapi aktifitas
kelompok antara lain : sudah ada observasi dan diagnosis yang jelas,
sudah tidak terlalu gelisah, agresif dan inkoheren dan wahamnya tidak
terlalu berat, sehingga bisa kooperatif dan tidak mengganggu terapi
aktifitas kelompok.
3. Untuk pelaksanaan terapi aktifitas kelompok di rumah sakit jiwa di
upayakan pertimbangan tertentu seperti: tidak terlalu ketat dalam tehnik
terapi, diagnosis klien dapat bersifat heterogen, tingkat kemampuan
berpikir dan pemahaman relatif setara, sebisa mungkin pengelompokan
berdasarkan problem yang sama.

F. Komponen kelompok
Kelompok terdiri dari delapan aspek, sebagai berikut (Kelliat, 2005) :
1. Struktur kelompok.
Struktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi, proses pengambilan
keputusan dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur kelompok
menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pola perilaku dan interaksi.
Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya pemimpin dan anggota,
arah komunikasi dipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan diambil
secara bersama.
2. Besar kelompok.
Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang
anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jika angota kelompok terlalu
besar akibatnya tidak semua anggota mendapat kesempatan
mengungkapkan perasaan, pendapat, dan pengalamannya. Jika terlalu
kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi (Kelliat,
2005).
3. Lamanya sesi.
Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi kelompok
yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi.
Banyaknya sesi bergantung pada tujuan kelompok, dapat satu kali/dua kali
permin`ggu, atau dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan (Kelliat,
2005).

G. Tahapan dalam TAK


9

Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan


berkembang. Kelompok akan berkembang melalui empat fase, yaitu: fase
prakelompok; fase awal kelompok; fase kerja kelompok; fase terminasi
kelompok (Stuart & Laraia, 2001 dalam cyber nurse, 2009).
1. Fase pra kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, menentukan leader, jumlah anggota,
kriteria anggota, tempat dan waktu kegiatan, media yang digunakan.
Menurut dr. Wartono (1976) dalam Yosep (2007), jumlah anggota kelompok
yang ideal dengan cara verbalisasi biasanya 7-8 orang. Sedangkan jumlah
minimum 4 dan maksimum 10. Kriteria anggota yang memenuhi syarat
untuk mengikuti TAK adalah: sudah punya diagnosa yang jelas, tidak
terlalu gelisah, tidak agresif, waham tidak terlalu berat (Yosep, 2007).
2. Fase awal kelompok
Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru, dan
peran baru. Yalom (1995) dalam Stuart dan Laraia (2001) membagi fase
ini menjadi tiga fase, yaitu orientasi, konflik, dan kohesif. Sementara tukman
(1965) dalam Stuart dan Laraia (2001) juga membaginya dalam tiga fase,
yaitu forming, storming, dan norming. 
a. Tahap orientasi
Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masing-
masing, leader menunjukkan rencana terapi dan menyepakati kontrak
dengan anggota.
b. Tahap konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok. Pemimpin perlu
memfasilitasi ungkapan perasaan, baik positif maupun negatif dan
membantu kelompok mengenali penyebab konflik. Serta mencegah
perilaku perilaku yang tidak produktif (Purwaningsih & Karlina, 2009).
c. Tahap kohesif
Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan lebih
intim satu sama lain (Keliat, 2004).
3. Fase kerja kelompok
Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok menjadi stabil dan
realistis (Keliat, 2004). Pada  akhir  fase  ini,  anggota kelompok 
menyadari produktivitas  dan  kemampuan  yang  bertambah  disertai 
percaya diri dan kemandirian (Yosep, 2007).
10

4. Fase terminasi
Terminasi  yang  sukses  ditandai  oleh  perasaan  puas  dan  pengalaman
kelompok  akan  digunakan  secara  individual  pada  kehidupan  sehari-
hari. Terminasi dapat bersifat sementara (temporal) atau akhir (Keliat,
2004).

H. Macam terapi aktivitas kelompok


Terapi aktivitas kelompok (TAK) dibagi menjadi sebagai berikut :
1. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensori
Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi
yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus terkait dengan pengalaman
dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok (Keliat, 2004). Fokus
terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah membantu pasien yang
mengalami kemunduran orientasi dengan karakteristik:  pasien dengan
gangguan persepsi; halusinasi, menarik diri dengan realitas, kurang inisiatif
atau ide, kooperatif, sehat fisik, dan dapat berkomunikasi verbal (Yosep,
2007).
Adapun tujuan dari TAK stimulasi persepsi adalah pasien
mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan
oleh paparan stimulus kepadanya. Sementara, tujuan khususnya: pasien
dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat
dan menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami
(Darsana, 2007).
Aktivitas mempersepsikan stimulus tidak nyata dan respon yang
dialami dalam kehidupan, khususnya untuk pasien halusinasi. Aktivitas
dibagi dalam empat sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu :
a. Sesi pertama : Mengenal halusinasi
b. Sesi kedua : Mengontrol halusinasi dengan menghardik
halusinasi
c. Sesi ketiga : Mengontrol halusinasi dengan melakukan
kegiatan
d. Sesi keempat : Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap
e. Sesi kelima : cara minum obat yang benar
11

2. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensori


TAK stimulasi sensori adalah TAK yang diadakan dengan memberikan
stimulus tertentu kepada klien sehingga terjadi perubahan perilaku
(Darsana,2007).
Bentuk stimulus :
a. Stimulus suara: musik
b. Stimulus visual: gambar
c. Stimulus gabungan visual dan suara: melihat televisi, video
d. Tujuan dari tak stimulasi sensori bertujuan agar klien mengalami :
1) Peningkatan kepekaan terhadap stimulus.
2) Peningkatan kemampuan merasakan keindahan
3) Peningkatan apresiasi terhadap lingkungan
Jenis TAK yaitu :
a) TAK stimulasi suara
b) TAK stimulasi gambar
c) TAK stimulasi suara dan gambar
BAB III
PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

A. Kriteria klien dalam TAK


Klien sebagai anggota yang mengikuti terapi aktifitas kelompok ini adalah:
1. Klien dengan riwayat gangguan jiwa persepsi Halusinasi Pendengaran
2. Klien yang mengikuti TAK ini yang mengalami perilaku tertawa sendiri
dan emosi yang stabil
3. Klien dapat diajak kerjasama (cooperative).

B. Daftar peserta TAK


Peserta yang mengikuti terapi aktivitas ini adalah pasien dengan Halusinasi
di ruang Intensif Pria di Rumah Sakit Jiwa Daerah Sambang Lihum.
1. Tn. M
2. Tn. H
3. Tn. R
4. Tn. M

C. Waktu dan tempat kegiatan


Terapi Aktifitas Kelompok ini dilaksanakan pada:
Hari, Tanggal : Senin-Selasa (16-17, Marel 2020)
Sesi 1 dan 2 : Senin 16 Maret 2020
Sesi 3, 4 dan 5 : Selasa 17 Maret 2020
Waktu : 10.00 WITA s.d Selesai
Tempat : Ruang Intensif Pria

12
D. Setting

1 2

3 3

Keterangan:
1. Leader :

2. Fasilitator :

3. Observer :

4. Peserta TAK

13
14

E. Struktur pelaksana
Yang bertugas dalam TAK kali ini disesuaikan dengan petugas setiap sesi
yang telah disepakati. Sebagai berikut:
1. Kepanitiaan :
 Leader Sesi 1 : Muhammad Helmy, S.Kep
 Leader Sesi 2 : H.Ahmad Fauzan, S.Kep
 Leader Sesi 3 : Made Aste Purane, S.Kep
 Leader Sesi 4: Muhammad Faisal, S.Kep
 Leader Sesi 5 Muhammad Novyan Madya, S.Kep
2. Tugas masing-masing terapis
a. Leader
1. Memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok
2. Merencanakan jalannya terapi aktifitas kelompok
3. Membuka acara
4. Menyampaikan materi sesuai tujian TAK
5. Memimpin diskusi kelompok
6. Menutup acara diskusi
b. Fasilitator
1. Ikut serta dalam kegiatan kelompok
2. Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk
aktif mengikuti jalannya terapi.
c. Observer
1. Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang
tersedia)
2. Mengawasi jalannya aktfitas kelompok dari mulai persiapan,
proses, hingga penutupan.

3. Alat
TAK kali ini menggunakan alat atau media:
a. Papan Tulis/ Flipchart dan alat tulis
b. Buku Catatan
c. Jadwal kegiatan harian klien
15

4. Metode
Metode yang digunakan pada terapi aktifitas kelompok (TAK) ini adalah
metode:
a. Diskusi
b. Terapi aktivitas ?

5. Kontrak
a. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan
b. Menjelaskan aturan terapi aktivitas
c. Masing-masing klien memperkenalkan diri
d. Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus minta ijin
kepada terapis
e. Lama kegiatan ± 60 menit
f. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

6. Tata tertib
a. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK
b. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara di mulai
c. Peserta berpakaian rapi, bersih dan sudah mandi
d. Tidak di perkenankan makan, minum, merokok, selama kegiatan TAK
e. Jika ingin mengajukan pertanyaan atau menjawab pertanyaan peserta
mengangkat tangan kanan dan berbicara setelah dipersihalkan oleh
pemimpin.

F. Alat
Alat yang diperlukan pada terapi aktivitas kelompok yaitu :
Sesi 1
1. Flip Chart
2. Spidol
3. Buku catatan dan pulpen
Sesi 2
1. Bantal
2. Flip Chart dan Spidol
3. Buku catatan dan Pulpen
16

Sesi 3
1. Lembar observasi dan Pulpen
2. Jadwal kegiatan klien
Sesi 4
1. Lembar observasi dan Pulpen
2. Jadwal kegiatan klien
Sesi 5
1. Beberapa contoh obat
2. Buku catatan dan Pulpen
3. Jadwal kegiatan klien

G. Metode
Sesi 1
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
Sesi 2
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
Sesi 3
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
Sesi 4
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
Sesi 5
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
17

H. Rencana pelaksanaan
18

I. Prosedur pelaksanaan
a. Terapis Pasien dibagi menjadi 1 kelompok
b. Kelompok akan melakukan Terapi aktivitas kelompok sebanyak 4 sesi
c. Melakukan simulasi untuk perilaku Halusinasi yang tidak membahayakan
d. Setiap anggota kelompok diwajibkan memerhatikan dan berkonsentrasi
saat teman nya menyampaikan nama, perasaan, dan harapan
e. Terapis memberikan pujian untuk setiap keberhasilan dengan mengajak
bertepuk tangan.

J. Jenis terapi
Terapi aktivitas kelompok pada klien prilaku Halusinasi.

K. Kriteria evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Terapis
1) Terapi sudah menyiapkan alat dan bahan sebelum TAK dimulai
2) Terapi hadir sebelum peserta berhadir di tempat proses TAK

b. Alat
Alat sudah disiapkan 5 menit sebelum proses TAK dimulai
c. Peserta
1) Peserta hadir 5 menit sebelum acara dimulai
2) Peserta berpakaian rapi, bersih dan sudah mandi

d. Lingkungan
Lingkungan kondusif dan tenang
2. Evaluasi proses
a. Terapis
1) Leader menjelaskan tata tertib TAK
a) Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK
b) Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara di mulai
c) Peserta berpakaian rapi, bersih dan sudah mandi
d) Tidak di perkenankan makan, minum, merokok, selama
kegiatan TAK.
19

e) Jika ingin mengajukan pertanyaan atau menjawab


pertanyaan peserta mengangkat tangan kanan dan
berbicara setelah sipersihalkan oleh pemimpin.
2) Leader dan Co Leader berada di depan klien dan menjelaskan
peraturan terapi aktivitas kelompok dengan jelas
3) Fasilitator menempatkan diri di samping klien
4) Observer menempatkan di luar barisan dengan klien untuk
mengawasi jalannya kegiatan.
b. Peserta
1) Peserta wajib mengikuti tata tertib TAK
2) Jika ingin keluar ijin dengan leader dengan cara mengangkat
tangan kanan.
3) Peserta yang mengikuti terapi aktivitas kelompok dan kegiatan
dari awal sampai selesai.
4) Peserta aktif mengikuti kegiatan, maksimal 1 orang keluar.

3. Evaluasi hasil
a. 75% klien mengenali halusinasi isi, waktu, situasi, perasaan
ketika terjadi halusinasi dan mengatasi halusinasi dengan cara
menghardik
b. 70% klien mampu mengatasi halusinasi dengan patuh minum
obat
c. 70% klien mampu mengatasi halusinasi dengan bercakap-
cakap
d. 70% kiien mampu mengatasi halusinasi dengan melakukan
aktivitas
20

4. Evaluasi Hasil TAK


1. Sesi I : Mengenal Halusinasi

No. Nama Menyebutkan Menyebutkan Menyebutkan Menyebutkan


Klien isi halusinasi waktu terjadi situasi terjadi perasaan saat
halusinasi hausinasi halusinasi
1. Tn. M
2. Tn. H
3. Tn. R
4. Tn. M
Petunjuk :

- Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
- Untuk tiap klien beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi :
3 : Mandiri, 2: Di bimbing, 1: Tidak ter-arah

2. Sesi II : Kemampuan menghardik Halusinasi


21

No. Apa yang dinilai Nama


Klien
Tn. M Tn. H Tn. R Tn.M
Menyebutkan
cara yang selama
ini digunakan
untuk mengatasi
halusinasinya
Menyebutkan
efektivitas cara
Menyebutkan
cara mengatasi
halusinasi
dengan
menghardik
Memperagakan
menghardik
halusinasi
Petunjuk :

- Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
- Untuk tiap klien beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi :
3 : Mandiri, 2: Di bimbing, 1: Tidak ter-arah
3. Sesi III : Mengontrol Halusinasi dengan cara minum Obat
Nama Benar Benar Benar Benar Benar Benar
Klien Obat Dosis Waktu Rute Pasien Dokumentasi
Tn. M
Tn. H
Tn. R
Tn. M
Petunjuk :

- Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
- Untuk tiap klien beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi :
3 : Mandiri, 2: Di bimbing, 1: Tidak ter-arah

4. Sesi IV : Mengontrol Halusinasi dengan Bercakap-cakap


No. Aspek yang dinilai Nama Klien
Tn. M Tn. H Tn. R Tn. M
1. Menyebutkan
orang yang biasa
diajak bercakap-
ckap
2. Memperagakan
percakapan
3. Menyusun jadwal
percakapan
4. Menyebutkan tiga
cara mengontrol
dan mencegah
halusinasi
Petunjuk :

- Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
- Untuk tiap klien beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi :
3 : Mandiri, 2: Di bimbing, 1: Tidak ter-arah

BAB IV
HASIL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

a. Evaluasi

22
1. Sesi 1
Hanya 75% klien mengenali jenis, isi, frekuensi, waktu, perasaan yang
dirasakan, dan cara mengatasi.
2. Sesi 2
a. Hanya 58,3% klien yang mampu menyebutkan efektivitas cara.
b. Hanya 50% klien yang mampu menyebutkan efektivitas cara.
c. Hanya 83,3% klien yang mampu menyebutkan cara menghardik dengan
benar.
d. 100% klien yang mampu memperagakan cara menghardik.
3. Sesi 3
a. Hanya 83,3% klien yang dapat menyebutkan 6 benar obat.
4. Sesi 4
a. 91,6% klien yang mampu menyebutkan orang biasa diajak bercakap-
cakap.
b. 91,6% klien yang mampu memperagakan percakapan.
c. 100% klien yang mampu membuat jadwal percakapan.
d. 91,6% klien mampu menyebutkan tiga cara mengontrol mengontrol dan
mencegah halusinasi.
5. Sesi 5

DAFTAR PUSTAKA

Fauzan, 2011, Program Terapi Aktifitas Kelompok, http//ilmu keperawatan.co.id,


diakses tanggal 7 April 2016

23
Hamid, Achir Yani. (2000). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa
Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Hawari, Dadang. (2001). Pendekatan Holistik pada gangguan Jiwa Skizofrenia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Keliat B. A, 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta. EGC.
Keliat dan Akemat (2012). Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok.
Jakarta: EGC
Keliat, Budi Anna. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Maramis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga
University Press.
Stuart dan Laraia. (2007). Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. edisi 6.
St. Louis: Mosby Year Book.
Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan. Jakarta: EGC
Townsend, Mary. C. (2000). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts Of
Care. Edisi 3. Philadelphia: F. A. Davis Company
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Reflika Aditama.

24

Anda mungkin juga menyukai