Anda di halaman 1dari 5

KERANGKA ACUAN

PROGRAM DEMAM TIFOID

P2P UPTD PUSKESMAS PERHENTIAN RAJA

TAHUN 2017

A. PENDAHULUAN

Penyakit tifoid merupakan penyakit yang mengancam kesehatan masyarakat di


Indonesia,oleh karenanya dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat sejak
dini perlu dilakukan upaya pengendalian demam tifoid dengan pemeriksaan berkala,
pengobatan, pengamatan penyakit, perbaikan kesehatan lingkungan dan penyuluhan
kesehatan.

Demam tifoid dan paratifoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemik di
asia, afrika, amerika latin karibia dan oceania, termasuk Indonesia. Penyakit ini
tergolong penyakit menular yang dapat menyerang banyak orang melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi. Insiden demam tifoid di seluruh dunia menurut data
pada tahun 2002 sekitar 16 juta per tahun, 600. 000 di antaranya menyebabkan
kematian. Di Indonesia prevalensi 91% kasus demam tifoid terjadi pada umur 3 – 19
tahun, kejadian meningkat setelah umur 5 tahun. Ada dua sumber penularan S. typhi :
pasien menderita demam tifoid dan yang lebih sering dari carrier yaitu orang yang
telah sembuh dari demam tifoid namun masih mengeksresikan S. typhi dalam tinja
selama lebih dari satu tahun.

B. LATAR BELAKANG

Demam tifoid dan tifus abdominal banyak diketemukan dalam kehidupan


masyarakat kita, baik diperkotaan maupun di pedesaan. Penyakit ini sangat erat
kaitannya dengan kualitas yang mendalam dari hygiene pribadi dan sanitasi lingkungan
seperti hygiene perorangan dan hygiene penjamah makanan yang rendah, lingkungan
yang kumuh, kebersihan tempat – tempat umum ( rumah, makan, restoran ) yang
kurang serta perilaku masyarakat yang kurang mendukung untuk hidup sehat. Seiring
dengan terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan akan menimbulkan
peningkatan kasus – kasus penyakit menular, termasuk tifoid ini.

Di Indonesia penyakit ini bersifat endemik dan merupakan masalah kesehatan


masyarakat. Dari telaah kasus di rumah sakit besar di Indonesia, kasus tersangka tifoid
menunjukan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun dengan rata – rata
kesakitan 500/100.000 penduduk dengan kematian antara 0,6 % - 5 %.

Dewasa ini penyakit tifoid harus mendapat perhatian yang serius karena
permasalahannya yang makin kompleks sehingga menyulitkan upaya pengobatan dan
pencegahan. Permasalahan tersebut adalah gejala – gejala klinis bervariasi dari ringan
sampai berat dengan komplikasi yang berbahaya, komorbid atau koinfeksi dengan
penyakit lain, resistensi yang meningkat dengan obat – obatan yang lazim dipakai,
meningkatnya kasus carrier atau relaps, sangat sulitnya dibuat vaksin yang efektif,
terutama untuk masyarakat yang tinggal di daerah yang bersifat endemik. Berdasarkan
kajian diatas, dirasakan sangat perlu suatu upaya terpadu dan saling memahami pada
kegiatan pengobatan atau pencegahan oleh seluruh tenaga kesehatan yang terlibat
dalam pengenalan penyakit ini.

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Meningkatkan upaya pencegahan, penemuan dini, serta pengobatan dan perawatan


tifoid secara tepat, akurat dan berkualitas sehingga mendatangkan angka
kesembuhan yang tinggi serta dapat menekan derajat endemisitas serendah
mungkin.

2. Tujuan Khusus

a. Tersusunnya langkah-langkah kemitraan dalam pencegahan dengan melibatkan


masyarakat, stake holder dan unit pelayanan kesehatan.

b. Meningkatkan penemuan penderitaan secara dini.

c. Menigkatkan mutu pengobatan dan perawatan dengan angka kesembuhan yang


tinggi.

d. Suksesnya penanggulangan komplikasi dan carrier.

e. Terlaksananya kegiatan pengobatan dan pencegahan menurut pedoman


tatalaksana yang sama pada semua unit pelayanan kesehatan.

C. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

1. Perbaikan sanitasi lingkungan

a. Berkolaborasi lintas program dengan program kesehatan lingkungan


tentang pelaksanaan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya
penyediaan air bersih dan penyediaan jamban yang memenuhi syarat
kesehatan untuk masyarakat.

b. Berkolaborasi lintas program dengan program kesehatan lingkungan


tentang pelaksanaan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya
pengelolaan air limbah, kotoran dan sampah di masyarakat secara tepat.

c. Berkolaborasi lintas program dengan program kesehatan lingkungan


tentang kontrol dan pengawasan terhadap kebersihan lingkungan wilayah
binaan puskesmas perhentian raja.

2. Peningkatan hygiene sanitasi makanan dan minuman

3. Berkolaborasi dengan program gizi untuk pelaksanaan penyuluhan tentang


cara-cara yang cermat, tepat dan bersih dalam pemilihan, pengelolaan dan
penyajian makanan.

4. Mendorong penggunaan ASI untuk bayi

5. Peningkatan hygiene perorangan

Menggalakkan budaya cuci tangan di masyarakat dengan cara penyuluhan cuci


tangan 7 langkah dan simulasi cuci tangan 7 langkah secara rutin dan
berkelanjutan.

6. Pencatatan dan pelaporan secara rutin ( setiap bulan ) penemuan kasus tifoid di
form W2

D. SASARAN

Seluruh masyarakat di wilayah kerja puskesmas perhentian raja

E. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

No Jenis kegiatan Lokasi sasaran Tgl Keterangan


pelaksanaan

1. Perbaikan sanitasi Pasien yang Kolaborasi


lingkungan : berobat di dengan
penyuluhan tentang puskesmas program
pentingnya air bersih perhentian kesling
dan jamban yang raja dan
memenuhi syarat masyarakat
kesehatan
2. Perbaikan sanitasi Pasien yang Kolaborasi
lingkungan : berobat di dengan
penyuluhan tentang puskesmas program
pentingnya perhentian kesling
pengelolaan air raja dan
limbah, kotoran dan masyarakat
sampah di masyarakat

3. Kolaborasi dengan Masyarakat Kolaborasi


program kesling di wilayah dengan
tentang kontrol dan kerja program
prngawasan puskesmas kesling
lingkungan perhentian
raja

4. Peningkatan hygiene Masyarakat Sesuai jadwal


sanitasi makanan dan di wilayah
minuman kerja
puskesmas
perhentian
raja

5. Peningkatan hygiene Puskesmas Masyarakat, Sesuai jadwal


perorangan perhentian petugas di
raja wilayah kerja
puskesmas
perhentian
raja

6. Pelaporan Puskesmas Dinas Tiap bulan


perhentian Kesehatan
raja

F. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN dan PELAPORAN

Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak baik positif maupun negative
pelaksanaan kegiatan penyuluhan penyakit tifoid. Dari hasil evaluasi tersebut bida
dijadikan sebagai bahan pembelajaran guna melakukan perbaikan dan pengembangan
penyuluhan berikutnya. Evaluasi oleh pelaksana ( pemegang program P2P ) dilakukan
pada setiap selesai penyuluhan.
G. PENCATATAN, PELAPORAN dan EVALUASI KEGIATAN

Pencatatan dan pelaporan dilakukan di dalam form W2 pengevaluasian dilaksanakan


setiap bulan.

Diketahui oleh ;
Kepala UPTD Puskesmas Perhentian Raja Penanggung Jawab P2 Demam Tifoid

dr. MHD. IKHSAN SURYO ANOM SAPUTRO, SKep


NIP.19780908 200904 1 001 NIP. 19801204 200701 1 001

Anda mungkin juga menyukai