Anda di halaman 1dari 24

BAB I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Hepatitis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus.
Hepatitis terbagi atas bermacam-macam tergantung dari jenis virus
yang menginfeksinya, seperti hepatitis A, B, C, dan D. Di Indonesia
diperkirakan 7 juta orang menderita Hepatitis C. Dari jumlah itu, sekitar
50% berpotensi menjadi penyakit hepatitis kronis, bila tidak diobati
secara baik maka 10% diantaranya dapat menjadi kanker hati.
Dalam dunia farmasi, telah menciptakan obat-obat sebagai
antihepatitis, yaitu interferon yang diberikan secara injeksi subkutan
dan untuk pemberian obat melalui oral yaitu lamivudine, adefovir,
enetecavir, dan ribavirin.Pemberian obat-obat ini efektif untuk
mengatasi penyakit Hepatitis.Dimana mekanisme kerja obat-obat ini
adalah menghambat replikasi virus hepatitis baik itu RNA dan
DNA.Namun dengan mengkomsumsi obat-obat sintetik dapat
menyebabkan beberapa efek samping dan harga yang mahal.
Namun, akhir-akhir ini banyak penelitian tentang hepatitis
yang mengkombinasi obat-obat sintetik ini dengan obat-obat bahan
alam.Obat-obat bahan alam mekanisme pengobatannya itu melalui
senyawa metabolit sekunder.Obat-obat bahan alam pengobatannya
secara empiris yang artinya telah terbukti secara turun-
temurun.Dimana yang telah kita ketahui bahwa obat bahan alam efek
samping yang minimal.Oleh karena itu pada makalah ini,dijelaskan
tentang tumbuhan yang dapat digunakan untuk penyakit hepatitis,
meliputi kandungan kimia dan mekanisme kerjanya.
1.2 Maksud
Untuk memahami kandungan kimia yang terdapat dalam suatu
tanaman bahan alam dan mekanisme kerjanya dalam mengobati
penyakit hepatitis.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui kandungan kimia yang terdapat dalam
suatu tanaman bahan alam dan mekanisme kerjanya dalam
mengobati penyakit hepatitis.
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Hepatitis
Hepatitis adalah penyakit peradangan hati yang dapat disebabkan
oleh berbagai kausa, termasuk infeksi virus atau pajanan bahan-bahan
toksik.Pada hepatitis virus, virus bereplikasi di inti hepatosit, menimbulkan
cedera, peradangan, dan bahkan kematian sel-sel yang terinfeksi
(Sherwood, 2014).
Hepatitis atau inflamsi hati dapat disebabakan oleh virus atau non-
virus.Penyebab non-virus meliputi obat dan zat kimia, selain penyebab
imun dan metabolic. Kendati demikian, kebanyakan kasus hepatitis
disebabkan oleh virus, yang meliputi virus hepatitis A,B,C,D,E, dan
G(Chang, 2009).
Invasi virus pada sel hati menyebabkan inflamasi.Virus
menimbulkan kerusakan, tetapi tidak membunuh sel hati.Cedera yang
terjadi menyebabkan pembengkakan dan penurunan fungsi hati. Jika
kerusakan berlanjut(menjadi kronis), akan terjadi jaringan parut atau
fibrosis. Fibrosis disebabkan oleh pembentukan serabut kolagen ketika
hati berupaya memperbaiki dirinya sendiri.Apabila fibrosis meluas,
keadaan ini dinamakan sirosis.Fibrosis bersifat permanen dan demikian
pula kerusakan hati. Hepatitis B, C, D, dan G ditularkan melalui darah
sedangkan hepatitis A dan E menyebar melalui makanan serta air yang
telah terkontainasi virus tersebut (Chang, 2009).
B. Etiologi
1. Hepatitis A
HAV adalah virus RNA dengan genus Hepatovirus dari Famili
Picornaviridae. Manusia adalah reservoir untuk virus dan penularan
terjadi melalui rute Fecal oral. Virus ini tidak stabil pada makanan
dengan panas minimum 85 C selama 1 menit atau desinfeksi dengan
menggunakan larutan natrium hipoklorit 1 : 100 (Dipiro, 2008).
2. Hepatitis B
HBV adalah virus DNA dari Famili Hepadnaviridae, yang beruntai
ganda , DNA melingkat dengan 3.200 pasangan basa yang biasanya
menginfeksi sel-sel hati, meskipun telah ditemukan di ginjal, pancreas
dan sel mononuclear (Dipiro, 2008).
3. Hepatitis C
HCV adalah virus RNA tunggal dari family Flaviviridae. Replikasi
virus ini pada hepatosit seperti pada virus B. Virus bereplikasi sekitar
2-3 jam(Dipiro, 2008).
C. Patofisiologi
1. Hepatitis A
Infeksi HAV biasanya akut, dapat sembuh sendiri, dan hidup dalam
sistem imun. Siklus hidup HAV di tubuh manusia dimulai dengan
mengkonsumsi virus. Absorpsi di lambung atau usus kecil
memungkinkan virus masuk ke sirkulasi dan diserap oleh hati.
Replikasi dari virus terjadi dalam hepatosit dan sel epitel
gastrointestinal. Partikel virus baru dilepaskan ke dalam darah dan
disekresikan ke dalam empedu oleh hati. Virus ini kemudian diserap
kembali untuk melanjutkannya siklus atau diekskresikan dalam tinja.
Siklus enterohepatik akan terus berlanjut sampai terganggu sistem
antibodi. Mekanisme pasti dari replikasi dan sekresi tidak diketahui
(Dipiro, 2008).
2. Hepatitis B
Setelah infeksi, replikasi virus dimulai oleh masuknya virion ke
reseptor permukaan sel hepatosit. Partikel-partikel itu diangkut ke inti
di mana DNA diubah menjadi tertutup, DNA melingkar yang berfungsi
sebagai template untuk RNA pregenomic. Viral RNA kemudian
ditranskripsi dan diangkut kembali ke sitoplasma di mana ia dapat
berfungsi sebagai reservoir untuk template virus di masa mendatang
atau kuncup ke dalam membran intraseluler dengan amplop virus
protein dan menginfeksi sel lain. Genom virus memiliki empat frame
pembacaan kode untuk berbagai protein dan enzim yang diperlukan
untuk replikasi dan penyebaran virus. Beberapa protein ini digunakan
secara diagnostik. HBAg adalah yang paling melimpah dari tiga
antigen permukaan dan dapat dideteksi pada permulaan gejala klinis.
Kegigihannya melewati 6 bulan setelah deteksi awal sesuai dengan
infeksi kronis dan menimbulkan peningkatan risiko untuk sirosis,
dekompensasi hati, dan HCC. Pengembangan antibodi terhadap
HBsAg (anti-HBsAg) memberikan kekebalan terhadap virus dan
pembersihan HAg dikaitkan dengan hasil yang menguntungkan. The
precore polypeptide mengkode protein sekretori hepatitis Be antigen
(HBAg) dan protein antigen inti hepatitis B (HBcAg). Meskipun peran
HBAg dalam infeksi adalah samar-samar, ia hadir dalam infeksi akut
dan digantikan oleh antibodi (anti-HBAg) setelah infeksi teratasi.
HBeeAg dianggap sebagai penanda replikasi virus dan infektivitas;
Namun, sekarang diketahui bahwa beberapa mutan virus ada tidak
dapat memiliki atau telah menurunkan regulasi ekspresi HBAg,
meskipun kemampuan mereka untuk bereplikasi tidak terpengaruh.
HBAg-negatif mutan menimbulkan tantangan klinis tertentu karena
mereka refrakter terhadap pengobatan. HBceAg adalah protein
nukleokapsid yang, ketika diekspresikan pada hepatosit, meningkatkan
kematian sel yang dimediasi kekebalan. Tingkat antibodi yang tinggi
(IgM anti-HBAg) dapat terdeteksi selama infeksi akut. Deteksi IgM anti-
HBcAg juga merupakan tes yang dapat diandalkan untuk
mendiagnosis hepatitis akut fulminan di mana HBcAg dan HBV DNA
sering tidak terdeteksi. anti-HBsAg saja. Pasien yang menanggapi
vaksin akan memilikinya HBV sendiri tampaknya tidak bersifat
patogenik terhadap sel; sebaliknya, diperkirakan bahwa respon imun
terhadap virus bersifat sitotoksik hepatosit. Respon inflamasi antigen
nonspesifik dipicu oleh sel T mungkin bertanggung jawab untuk
sebagian besar cedera hati, dengan progresi untuk sirosis dan
HCC. Respon imun termasuk mayorhistocompatibility complex (MHC)
kelas I CD8 sel T sitotoksik dan MHC kelas II CD4 T-helper cells. Pada
infeksi akut dan kronis, respons antibodi kuat. Pada infeksi akut respon
sel T sitotoksik sangat penting untuk pembersihan virus. Jika
responsnya lemah, infeksi kronis mungkin terjadi. Selain itu, cedera
hati kemungkinan disebabkan oleh peradangan sekunder sekunder
yang diaktifkan oleh respons limfosit sitotoksik awal dan sebagai upaya
oleh sistem kekebalan tubuh untuk membersihkan virus dengan
menghancurkan antigen HBV menyajikan hepatosit. Penghancuran
hasil hepatocytes di rilis dari beredar, dan karenanya meningkat,
tingkat ALT (Dipiro, 2008).
a. Replikasi Virus

Gambar 1 menunjukkan langkah-langkah dalam siklus


replikasi HBV.Siklus dimulai dengan masuknya virus ke dalam
hepatosit.Polymerised reseptor albumin manusia pada membran
hepatosit dan permukaan virus mengikat membran
hepatosit.Setelah masuk ke dalam hepatosit, terjadi uncoating dan
transportasi ke inti sel. Untai ganda tidak lengkapgenom virus
diubah menjadi molekul DNA untai ganda lengkap (secara
melingkat dengan ikatan kovalen ), yang membentuk struktur
supercoiled template untuk produksi RNA. Aktivitas DNAp
bergantung DNA endogen yagbertanggung jawab untukselesainya
struktur DNA supercoiled. Seluler RNA polimerase H
lalumentranskripsi L (-) untai menjadi beberapa bentuk 2,1 kb dan
3,5 kb messenger RNA.2.1 kb mRNA mengkodekan produk gen
preS2, S dan X dan mRNA 3,5 kbmengkodekan semua produk gen
dan berfungsi sebagai pregenome untuk sintesis DNA virus baru
dirasio 1: 1. Untai L (-) baru dihasilkan oleh aktivitas transcriptase
(RT) darivirus DNAp dengan degradasi simultan dari RNA
pregenome.Setelah degradasiRNA pregenome sisa oligonukleotida
yang berfungsi sebagai primer untuk S (+)sintesis untai.Pada
retikulum endoplasma perakitan partikel inti dimulai dan setelah
selesainya partikel virus progeni dari virus baru dapat berkembang
biakkeluar hepatosit dan menginfeksi sel tetangga (Berk, 1991).
3. Hepatitis C
Dalam sebagian besar kasus, infeksi HCV akut mengarah ke infeksi
kronis. Respons imun pada infeksi HCV akut kebanyakan tidak cukup
untuk membasmi virus. Selama awal fase infeksi, sel pembunuh alami
diaktifkan sebagai RNA HCV tingkat tinggi. Upaya gabungan CD4
spesifik HCV dan CD8 Limfosit T dan koekspresi interferon
menurunkan replikasi virus. Penghancuran HCV oleh limfosit T
sitotoksik mungkin terjadi baik sebagai akibat dari apoptosis yang
diinduksi oleh yang terinfeksi hepatosit atau dengan pelepasan
interferon untuk menahan replikasi virus. Itu sejauh mana apoptosis
hepatosit dapat berkorelasi penyakit. Kerusakan hati dan HCC
berhubungan dengan tingkat tingginya apoptosis hepatosit. Tingkat
apoptosis rendah terkait dengan ketahanan virus. Selain itu, sel CD4
T-helper tidak sepertinya untuk memediasi cedera hati, tetapi lebih
mungkin mempromosikan suatu lingkungan hidup yang kondusif untuk
respons imun lainnya yang merusak hati (Dipiro, 2008).
a. Replikasi Virus

Gambar 2 menunjukkan (1) Virus akan masuk melalui reseptor (2)


terjadi proses uncoating (3) Translasi genome virus (RNA+) dalam
protein (4) aktivitas virus RNAp menghasilkan antigenomic (RNA)
(5) Transkripsi pada tRNA (6) tahap permulaan sintesis virus RNA+
oleh tRNA, (7) hasil aktivitas dri RNAp masuk genotip RNA (8) virus
akan berkumpul (9) keluar (Berk, 1991).
D. Manifestasi Klinik (Dipiro, 2008)
1. Hepatitis A
a. Gejala dan Tanda
- Fase ikterik dengan gejala seperti influenza non spesifik yaitu
anoreksia, mual, lelah dan malaise.
- Onset mendadak anoreksia, mual, muntah, malaise, demam,
sakit kepala, nyeri pada perut kuadran kanan atas.
- Hepatitis ikterik dengan disertai urin berwarna gelap, alcoholic
stools (tinja pucat) dan gejala sistemik bertambah parah.
- Pruritus mungkin keluhan pertama pada beberapa pasien.
b. Pemeriksaan Fisik
- Sklera mata, kulit dan secret ikterik (kekuningan)
- Berat badan turun sedikit 2 – 5 kg
2. Hepatitis B
a. Gejala dan Tanda
- Mudah lelah, cemas, anoreksia dan malaise
- Asites, kuning, perdarahan varises, enselepati hati dapat
muncul dengan dekompensasi hati
- Enselopati hati dikaitkan dengan hipereksitabilitas, penurunan
sensai nyeri dan raba, kemunduran aktivitas mental, bingung,
kadang koma.
- Muntah dan serangan kejang.
b. Pemeriksaan fisik
- Sklera, kulit dan secret kuning
- Penurunan bunyi lambung, peningkatan lingkar perut, terdeteksi
gelombang cairan.
- Asteriksis (Tremor/bergetar jelas terlihat pada tangan yang
diregang)
- Spinder angiomata (pelembaran pembuluh-pembuluh darah
dengan pola seperti laba-laba)
E. Penggolongan Obat
Hepatitis A adalah infeksi yang sering dijumpai, tetapi bukan
merupakan penyakit kronis.Hepatitis B biasanya kronis diterapi dengan
interferon-α-2α yang diinjeksikan pada subkutan setiap 1 kali
seminggu.Terapi oral meliputi lamivudine, adefovir, enetecavir, atau
telbivudine. Pada terapi hepatitis C kronis, terapi yang lebih disukai adalah
kumbinasi interferon-α-2α atau interferon-α-2b ditambah ribaviri, yang
lebih efektif dibandingkan kombinasi standar interferon dan ribavirin
(Harvey, 2013).:
1. Interferon
Interferon adalah kelompok glikoprotein yang muncul secara
alami,dapat diinduksi, dan menggangu kemampuan virus untuk
menginfeksi sel. Mekanisme antivirus sepenuhnya belum diketahui.
Tampaknya, mekanisme ini melibatkan induksi enzim sel pejamu
yang menghambat translasi RNA virus sehingga, pada akhirnya,
menyebabkan degradasi mRNA dan tRNA virus
2. Lamivudine
Analog sitosin ini merupakan penghambat DNA polimerse virus
hepatitis B. Senyawa ini menghambat secara kompetitif DNA
polymerase HBV pada konsentrasi ketika tidak ada efek yang
berarti terhadap DNA polimerasi.
3. Adefovir
Analog nukleotida yang difosforilasi menjadi adefovir difosfat yang
akan bergabung ke dalam DNA virus. Hal ini menyebabkan
terminasi sintesis DNA selanjutnya dan mencegah replikasi virus.
4. Entecavir
Analog guanosin yang disetujui untuk terapi infeksi HBV. Sesudah
fosforilasi intraseluler menjadi trifosfat, obat akan bersaing dengan
substrat alami, deoksiguanosintrifosfat untuk reserve transkripsi
virus.
5. Telbivudine
Analog timidin yang digunakan pada terapi HBV.Obat ini
difosforilasi secara intraseluler menjadi trifosfat, yang dapat
bersaing dengan timidin tifosfat endogen untuk penyatuan ke dalam
DNA atau dapat disatukan dalam DNA virus, yang berperan untuk
menghentikan elongasi rantai DNA.
F. Tumbuhan yang dapat digunakan
1. Silibum (Silybum marianum)

Gambar 1. Silybum marianum(Panjaitan et al., 2011).


a. Deskripsi
Silybum marianum merupakan tanaman yang termasuk
familia steriaceae yang memiliki beberapa nama lain yaitu milk
thistle, Marian thistle, Mary thistle, Mary’s thistle, Saint Mary’s
thistle, Blessed milk thistle, milk thistle mediterania, variegated
thistle, Cardus marianus, and Scotch thistle. Silybum marianum
memiliki daun yang mengkilap dan berwarna hijau pucat dan bunga
yang berwarna merah keunguan dengan benang sari yang
berwarna putih (YinF, 2011).
Silybum marianum adalah tanaman spinescent berwarna
hijau pucat yang berumur tahunan dengan tangkai lurus.Daun
tanaman ini berukuran besar dan bercak putih di sekitar pembuluh
darah.Bentuk daun ini memiliki beberapa bagian menyirip. Silybum
marianum memiliki cabang sederhana atau sedikit bercabang atau
cabang yang relative tebal.Tanaman ini dapat tumbuh mencapai
setinggi 200 cm dengan tangkai kapas, memiliki bentuk kerucut
keseluruhan dan batangnya biasanya berongga.Pada bagian
Bunga, tanaman ini memiliki kepala bunga yang panjangnya hingga
12 cm dan lebar, dengan warna ungu tua (Yin F, 2011).
b. Kandungan Kimia
Biji tanaman Silybum marianum mengandung banyak
senyawa seperti silybin silybinin A, silybinin B, silychristin, silidianin,
apigenin, dehydrosilybin, deoxysilyn crhistin, deoxysilyn dianin, dan
lain-lain. Ekstrak biji kering tanaman ini mengandung silymarin
hingga 4%. Silymarin adalah kombinasi dari flavonoid seperti
silibinin A dan B, silidianin, silychristin, dan dihydroxysilibin.
Flavonolignan lainnya yang ada dalam ekstrak tanaman ini meliputi
sylandrin, silybinom, silyhermin, miristat, palmitat, dan asam stearat
yang juga memiliki aktivitas hepatoprotektif (Yin F, 2011).
c. Penggunaan secara empiris
Tanaman Silybum marianum sudah dimanfaatkan selama
2000 tahun untuk pengobatan gangguan liver. Selain itu, juga
digunkan di Negara Eropa untuk mengobati gangguan empedu dan
penyakit hatialkoholik. Pengobatan sirosis, hepatitis c dan
pencegahan toksisitas hati (Abenavoli L, 2011; McBride A, 2012)
d. Mekanisme aksi
Silyimarin dan isolate senyawa flavonolignan dapat
menghambat infeksi virus hepatitis C melalui pengukuran blockade
protein virus hepatitis C,ekspresi RNA virus, dan penghambatan
aktivitas RNA polymerase (RdRp) NS5B. sehingga dapat
menghalangi masuknya virus dan fusi serta replikasi virus.
Stimulasi polimerase DNA oleh silymarin menghasilkan
peningkatan sintesis RNA ribosom untuk rekonstruksi sel hati.
Peningkatan konsentrasi glutamin seluler menstabilkan
superoksida dismutase dan glutathione peroxidase. Silymarin
menurunkan pembesaran hati dengan menghambat siklus 5-
lipoksigenase danmenghambat produksi leukotrien dan radikal
bebas pada sel Kupffer hati. Selain itu, silybin pada sel hepatosit
dapat menghambat produksi lipid peroksidasi dan kerusakan sel
(Loguercio C, 2011).
e. Dosis
- Penelitian klinis menunjukkan bahwa konsumsi 120 mg silybin
dua kali seminggu selama 2 bulan menurunkan kadar aspartate
transaminase (AST) dan alanin transaminase (ALT) dalam
serum darah pasien penyakit hati (Loguercio C, 2011).
- Pemberian ekstrak silymarin selama 8 minggu menyebabkan
penurunan signifikan jumlah enzim hati pada 88% pasien
(Heidarian, 2012)
f. Keamanan
Kajian ini menunjukkan bahwa silymarin adalah
obatantioksidan yang aman dan efektif secara klinik pada penyakit
hati kronis serta pencegahan kanker hati.
g. Biomarker
Silybum marianum yang mengandungsilymarin sebagai
senyawa aktifnya.
2. Temulawak(Curcuma xanthorrhiza)

Gambar 2. temulawak (Curcuma xanthorrhiza) (rukmana, 2006)


a. Deskripsi tanaman
Tanaman ini berbatang semu dan habitusnya dapat
mencapai ketinggian 2,5 meter. Tiap rumpun tanaman terdiri atas
beberapa tanaman (anakan), dan tiap tanaman memiliki 2-9 helai
daun. Rimpang induk temulawak berbentuk bulat telur, sedangkan
rimpang cabang terdapat bagian samping yang betuknya
memanjang tiap tanaman memiliki rimpang cabang antara 3-4
buah, warnakulit rimpang sewaktu masih mudah maupun tua
adalah kuning kotor (Rukmana 2006, h. 15)
b. Kandungan kima
Rimpang temulawak mengandung beberapa macam unsur
kimia, antara lain curcumin (zat warna kuning) ,minyak atsiri, zat
tepung,lemak, tannin, serta amilum ( prasetyo 2003, h. 16)
c. Penggunaan secara empiris
Temulawak dapat dimanfaatkan sebagai obat, sumber
karbohidrat, bahan penyedap masakan dan minuman serta
pewarna alami makan dan kosmetik (Rukmana 2006, h. 14).
d. Mekanisme aksi
Curcumin menghambat HBV melalui mempromosikan
degradasi koaktivator-nya PGC-1o. HBV mengekspresikan sel
HepG2215 diobati dengan Lamivurine saja, kurkumin saja atau
dengan kombinasi keduanya, pengobatan 4 jam dengan
Lamivudine atau kurkumin menghasilkan penindasan signifikan
transkripsi HBV oleh 35% dan 62%, masing-masing. Namun,
kombinasi kedua perawatan menghasilkan peningkatkan ekspresi
HBV hingga 75%, dibandingkan dengan sel yang tidak diobati.
Hasil ini menunjukkan bahwa kurkumin dapat bekerja secara
sinergis dengan analogi anti-HBV nukleotida / nukleosida saat ini,
dan bahwa kombinasi ini dapat menghasilkan penekanan HBV
yang lebih baik.
kurkumin sebagai terapi potensial yang diarahkan oleh host
yang dapat melengkapi saat ini. Oleh karena itu, kami
menyarankan kurkumin sebagai terapi potensial yang diarahkan
oleh host yang dapat melengkapi analog nukleotida / nukleosida
saat ini yang secara langsung menekan replikasi HBV dengan cara
khusus virus ( Gambar. 4B). Seperti yang ditunjukkan secara
eksperimental dalam penelitian ini, terapi kombinasi ini secara
sinergis menekan HBV (Gambar 4A). Selain itu, penambahan
kurkumin ke pengobatan standar analog nukleotida / nukleosida
dapat meminimalkan risiko serangan virus di bawah kondisi
fisiologis, seperti selama kekurangan jangka pendek, di mana hati
PGC-1a diinduksi untuk mengaktivasi transkripsi HBV [7] nukleotida
/ analog nukleosida yang secara langsung menekan replikasi HBV
dengan cara khusus virus (Gambar 4B). Seperti yang ditunjukkan
secara eksperimental dalam penelitian ini, terapi kombinasi ini
secara sinergis menekan HBV. Selanjutnya, penambahan kurkumin
dengan pengobatan standaranalog nukleotida / nukleosida dapat
meminimalkan risiko virus flare-up di bawah kondisi fisiologis,
seperti selama kekurangan jangka pendek, di mana hati PGC-1a
diinduksi untuk melakukan koaktivasi transkripsi HBV.
e. Dosis
Kurkumin menekanHBV dan PGC-1o protein. (A) HepG2215
sel baik dibiarkan tidak diobati atau alternatif diperlakukan dengan
peningkatan jumlah (100 dan 150 μM) kurkumin selama 4 jam
setiap hari selama tiga hari berturut-turut setelah semua sel yang
tersisa tidak diobati selama 2 hari tambahan
f. Keamanan
Mengambil keuntungan dari ketergantungan HBV pada
koaktivatornya PGC-1o kami menunjukkan bahwa penghambatan
PGC-1o oleh pengobatan kurkumin menghasilkan efek yang
signifikan
g. Biomarker
Senyawa curcumin dari temulawak
3. Akar Manis (Glycyrrhiza glabra)

Gambar 3. Akar Manis


a. Deskripsi
Glycyrrhiza glabra adalah ramuan asli Asia Tengah dan
Selatan-Barat, serta wilayah Mediterania dan dibudidayakan di
daerah beriklim sedang dan sub-tropis di dunia, termasuk Eropa
dan Asia. Akar kering Glycyrrhiza glabra memiliki bau khas dan
rasa manis (Ashfaq et all, 2011).
b. Kandungan kimia
Glycyrrhizin adalah komponen utama dari akar Glycyrrhiza
glabra, pada konsentrasi 1-9%. Glycyrrhizin adalah saponin
glikosilasi, mengandung satu molekul asam glycyrretinic, dengan
kesamaan struktural dengan hidrokortison, dan dua molekul asam
glukuronat (Ashfaq et all, 2011)
c. Penggunaan secara empiris
Ini memiliki aktivitas anti-inflamasi, antioksidan dan
imunomodulator. Telah dikaitkan dengan berbagai efek
farmakologis seperti aktivitas antiinflamasi, anti-virus, anti-tumor,
dan hepatoprotektif. Telah ditunjukkan bahwa GL terhambat
peradangan pada model tikus dari injur hati (Ashfaq et all, 2011).
d. Mekanisme aksi
Glycyrrhizin yang merupakan senyawa aktif dari akar
tanaman G. glabra bekerja dengan menghambat ekspresi gen RNA
pada inti virus hepatitis C (Ashfaq et all, 2011).
e. Dosis
GL shows synergistic effect with interferon-a (5 IU/well)
against HCV in liver cells (Huh-7) (Ashfaq et all, 2011)
f. Kemanan
GL tidak toksik pada konsentrasi hingga 100 μg (Ashfaq et
all, 2011)
g. Biomarker
Glycyrrhizin senyawa utama dari akar Glycyrrhiza
glabra(Ashfaq et all, 2011).
4. Daun Bunga Pukul Empat (Ruta angustifolia)

Gambar 4. Bunga Pukul Empat


a. Deskripsi
Herba bertahun,lebat di dasarnya, tinggi 0,3-1,5 m; daun
menyusun susunan spiral, 2-3-bertakuk menyirip, membundar telur
sungsang, lonjong-bundar telur sungsang di barisan luar, 4-15 cm x
2-9 cm, ruas pokok bundar telur sungsang-melanset sampai agak
lonjong sekitar 8-14 mm x 1,5-3,5 mm, beringgitan, kelenjar tembus
pandang, berbau kuat, daun di bagian bawah bertangkai pendek;
perbungaan terbatas, terminal atau di helaian bagian atas ketiak,
sering mengkombinasi ke dalam gundung, daun gagang melanset,
kurang luas atau tidak luas dari pada dahan yang tersubten,
kelenjar biasanya berbulu halus; bunga 4(-5)-merous, daun kelopak
mendelta-bundar telur, 2-3 mm x 1-2 mm, meruncing terbenam
(subacute), kelenjar berbulu halus, daun mahkota lonjong, panjang
7-10 mm, berjumbai dengan bulu getar selebar daun mahkota;
kapsul gundul, ruas melancip. Di Asia Tenggara hanya dikenal
untuk dikultivasi (Noer, 2016).
b. Kandungan Kimia
Sejumlah besar komponen kimia telah diisolasi dari genus
Ruta, seperti coumarin, alkaloid, benzoquinones, glikosida flavon,
sterol, triterpenoid, alkaloid acridone, stigmasterol, lupeol, 5-
methoxyarborinine, 5-hydroxyarborinine, ostruthin, bergapten,
psoralen, xanthotoxin, limonoid obacunone, isopimpinellin,
integriquinolone, kokusaginine, dictamnine, furoquinolin alkaloid,
xanthyletin dan xanthoxyletin. Dalam penelitian ini, daun R.
angustifolia memiliki enam senyawa danmenentukan struktur
mereka dengan kombinasi HPLC, LC-MSdan NMR; yaitu chalepin,
scopoletin, γ-fagarine, arborinine,kokusaginine, dan pseudane IX.
Chalepin dan scopoleti adalah diklasifikasikan sebagai coumarin
sementara empat sisanya (γ-fagarine,arborinine, kokusaginine dan
pseudane IX) adalah alkaloid (Wahyuni et al, 2014).
c. Penggunaan secara empiris
Di Indonesia, R. angustifolia telah dikenal sebagai obat
tradisional untuk penyakit hati dan sakit kuning (Wahyuni et al,
2014).
d. Mekanisme Kerja
Chalepin dan pseudane IX menunjukkan aktivitas anti-HCV
pada tahap pasca-entri, menghambat replikasi RNA HCV dan NS3
sintesis protein (Wahyuni et al, 2014).
e. Biomarker
Senyawa Chalepin dan pseudane IX (Wahyuni et al, 2014).
5. Meniran (phyllanthus niruriLinn)

Gambar 5. Meniran (phyllanthus niruri Linn)


a. Deskripsi
Meniran merupakan tanaman tema semusim. Tanaman ini
tumbuh liar di hutan, kadang, semak-semak, sepanjang jalan,
pinggir sungai, pinggir pantai, tanah berumput, dan bebatuan.
Meniran dapat tumbuh baik di dataran rendah dan dataran tinggi
hingga ketinggian tempat 1.000 meter dpl. Tanaman ini berbatang
basah dengan panjang sekitar 30-4- cm. Bunga terletak di ketiak
daun dan berselang-seling satu sama lain. Buah meniran berbentuk
kotak memiliki duri, dan berkatup tiga.daunnya sedikit berbulu
terutama di bagian tepi (Utami 2003, h.55)
b. Kandungan Kimia
Tanaman Phyllanthus telah dilaporkan mengandung
senyawa seperti flavonoid, alkaloid, terpenoid, lignan, polifenol,
tannin, coumarin, dan saponin (firdayanti 2017, h.86)
c. Penggunaan secara empiris
Phyllanthus merupakan genus tanaman yang sebagian
besar anggotanya telah digunakan sebagai obat herbal. Salah satu
khasiat yang dimiliki dan banyak diteliti adalah sebagai anti
hepatitis B, baik secara in vitro, in vivo maupun uji klinis ((firdayanti
2017, h.86)
d. Mekanisme Kerja
senyawa asam repandusinat dari tanaman meniran dapat
menghambat replikasi VHB dan berakibat terganggunya
pembentukan kapsid yang dirakit oleh protein inti (HBc) yang
berikatan pada daerah antarmuka dimer-dimer protein, se-hingga
kapsid berbentuk tidak seragam lagi(firdayanti 2017, h. 93).
e. Biomarker
senyawa asam repandusinat sebagai senyawa aktif (firdayanti
2017, h. 93)
G. Kasus
Pasien bernama Song Hye Kyo umur 30 tahun BB 40kg TB 160cm
bekerja sebagai buruh pabrik dating ke BKTM dengan keluhan cepat lelah
dan nyeri otot, mual, muntah, demam, serta warna kulit, kuku, dan bola
mata berwarna kekuningan, sebagai seorang farmasis, terapi obat herbal
apa yang anda sarankan.
Penyelesaian :
1. Subjek
- Song Hye Kyo umur 30 tahun
- BB 40 kg dan TB 160 cm
2. Objek
- Warna kulit, kuku, dan bola mata berwarna kekuningan.
Pemeriksaan Fisik
Sklera mata, kulit dan secret ikterik (kekuningan) (Dipiro, 2008).
3. Assesment
- Keluhan cepat lelah dan nyeri otot, mual, muntah, demam, serta
warna kulit, kuku, dan bola mata berwarna kekuningan.
Menurut Dipiro 2008 :
Gejala dan Tanda hepatitis A
- Onset mendadak anoreksia, mual, muntah, malaise,
demam, sakit kepala, nyeri pada perut kuadran kanan atas.
4. Plan
- Song Hye Kyo didiagnosa terkena penyakit hepatitis A.
Hepatitis A disebabkan oleh virus HAV. HAV adalah virus RNA
dengan genus Hepatovirus dari Famili Picornaviridae. Manusia
adalah reservoir untuk virus dan penularan terjadi melalui rute
Fecal oral (DIpiro, 2008).
Tumbuhan yang dapat diberikan :
R / Silybum marianum
Glycyrrhiza glabra
Penjelasan :
- Silybum marianum
Silyimarin dan isolate senyawa flavonolignan dapat
menghambat infeksi virus hepatitis C melalui pengukuran
blockade protein virus hepatitis C,ekspresi RNA virus, dan
penghambatan aktivitas RNA polymerase (RdRp) NS5B.
sehingga dapat menghalangi masuknya virus dan fusi serta
replikasi virus.
- Glycyrrhiza glabra
Glycyrrhizin yang merupakan senyawa aktif dari akar
tanaman G. glabra bekerja dengan menghambat ekspresi
gen RNA pada inti virus hepatitis C. GL menunjukkan efek
yang sinergis dengan interferon-a
BAB III
Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Hepatitis adalah penyakit peradangan hati yang dapat disebabkan
oleh berbagai kausa, termasuk infeksi virus atau pajanan bahan-
bahan toksik.Pada hepatitis virus, virus bereplikasi di inti hepatosit,
menimbulkan cedera, peradangan, dan bahkan kematian sel-sel yang
terinfeksi. Hepatitis diklasifikasikan yaitu hepatitis A, B dan C.
Adapun beberapa tanaman yang dapat digunakan yaitu Silybum,
temulawak, akar manis, bunga pukul empat dan meiran
5.2 Saran
Sebaiknya penjelasan tentang strukturnya dapat dikembangkan
lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Ashfaq, U, A , Masoud, M, S Nawaz, Z dan Riazuddin, S 2011 Glycyrrhizin
as antiviral agent against Hepatitis C Virus.

Berk, L 1991, Studies On Treatment Of Chronic Hepatitis B. C And D,


University Rotterdam.

Chang, E, Elliot, D, Hartono, A, 2009, Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik


Keperawatan, EGC, Jakarta.

Dipiro, J, T 2008, Pharmacoterapy Handbook 7th edition, Mc Graw Hill,


New York.

Firdayanti, Kusumaningrum, S, Miranti, Y, 2017, potensi senyawa bioaktif


tanaman genus phyllanthus sebagai inhibitor replikasi virus
hepatitis b, vol.4 , no.2, h. 85-94.

Junaidi, A, Ramadhania, Z, M, 2018, Potensi Slymarin (Hepamax)


Sebagai Suplemen dan Terapi Penunjanagn Pada Gangguan Liver,
Jurnal Farmaka, vol.16. No.1.120-124.

Harvey, R, A, dan Champe, P, C 2013, Farmakologi Ulasan Bergambar,


EGC, Jakarta.

Noer, S 2016, Uji Kualitatif Fitokimia Daun Ruta Angustifolia, Universitas


Indraprasta PGRI

Panjaitan, R.G.P., W Manalu, E. Handharyani, dan Chairul. 2011.


Pengaruh pemberian akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.)
pada fungsi hepar. Majalah Farmasi Indonesia. 22(1):15-20

Rechtman M, Bar-Yishay, I, Fishman, S, Adamovich, Y, Shaul, Y, Halpern,


Z dan Shlomai, 2010, Curcumin inhibits hepatitis B virus via down-
regulation of the metaboliccoactivator PGC-1a, Jurnal Elsevier.

Rukmana, R, 2006, Temulawak Tanaman Rempah dan Obat, Kanisius,


Yogyakarta, h. 14-16.

Sherwood, L, 2001, Fisiologi manusia: dari sel ke sistem Edisi 8,EGC,


Jakarta.

Sherwood, L, 2014, Fisiologi manusia: dari sel ke sistem Edisi 8, EGC,


Jakarta.
Utami, p, Lentera, T, 2003, Tanaman Obat Untuk Menganalisis Lemak
dan Asam Urat, h. 55

Wahyuni, et al 2014, Inhibition of hepatitis C virus replication by chalepin


and pseudane IX isolated from Ruta angustifolia leaves, Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai