Anda di halaman 1dari 14

KOMPONEN PENCEMAR AIR SERTA INDIKATOR KIMIA DAN FISIKA

PENCEMARAN AIR

Makalah Teori

Ditulis untuk memenuhi matakuliah Pencemaran Lingkungan


Yang dibimbing oleh Dr. Sueb, M.Kes. dan Yunita Rakhmawati, S.Gz., M.Kes.
Disajikan pada Kamis, 30 Januari 2020

Disusun Oleh:
Kelompok 2 Offering K 2017
Vina Rizkiana 170342615504
Nadilah Nur A 170342615521

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Januari 2020
Komponen Pencemar Air serta Indikator Kimia dan Fisika Pencemaran Air
Nadilah Nur Anggraeni, Vina Rizkiana, Sueb dan Yunita Rakhmawati
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
Email: rizkiavina95@gmail.com dan sueb.fmipa@um.ac.id

Abstrak. Air penting untuk kelangsungan hidup, baik digunakan untuk kebutuhan sehari-hari di rumah, minum hewan
ternak, tanaman pertanian, dan industri.. Kualitas air dipengaruhi oleh aktivitas manusia dan menurun karena
meningkatnya urbanisasi, pertumbuhan populasi, produksi industri, perubahan iklim dan faktor lainnya. Makalah ini
bertujuan untuk mengetahui komponen pencemar air dan indicator fisika dan kimia air. Penelitian menggunakan studi
literatur dari berbagai buku dan artikel. Hasil makalah ini diketahui bahwa komponen pencemar air yaitu Nutrient
content; BOD, COD,DO; temperatur; kekeruhan; pH; material organik; logam berat dan pH. Indikator kimia meliputi
COD, BOD dan DO; pH; Salinitas; fosfat; nitrat. Indikator fisika meliputi : turbiditas; warna; bau dan rasa.
Kata kunci: Komponen pencemar air, indikator kimia dan fisika air

Abstract. Water is important for survival, both used for daily needs at home, drinking livestock, agricultural crops,
and industry. Water quality is affected by human activity and decreases due to increasing urbanization, population
growth, industrial production, climate change and other factors . This paper aims to determine the water pollutant
components and indicators of water physics and chemistry. Research uses the study of literature from various books
and articles. The results of this paper note that the water pollutant component is Nutrient content; BOD, COD, DO;
the temperature; turbidity; pH; organic material; heavy metals and pH. Chemical indicators include: COD, BOD and
DO; pH; Salinity; phosphate; nitrate. Physical indicators include: turbidity; color; odour and taste.
Keywords: Water pollutant components, water chemical and physical indicators
PENDAHULUAN

Masalah lingkungan terbesar pada abad ke-21 adalah polusi air. Air adalah bagian
lingkungan yang paling sensitif, penting bagi perkembangan manusia dan industri. Peningkatan
populasi menyebabkan peningkatan permintaan akan pasokan air bersih dan layak konsumsi.
Sumber daya air perlu dikelola secara berkelanjutan untuk memastikan perkembangan populasi
manusia yang berkelanjutan di lingkungan dengan jumlah sumber daya yang terbatas. Pengelolaan
sumber daya air di negara berkembang menjadi permasalahan kurangnya integrasi dan
pengetahuan serta sedikitnya partisipasi masyarakat umum dan pemangku kepentingan lain selain
dari pemerintah [1]. Air penting untuk kelangsungan hidup, baik digunakan untuk kebutuhan
sehari-hari di rumah, minum hewan ternak, tanaman pertanian, dan industri. Sangat penting untuk
menjaga sumber daya air dari kontaminasi atau penggunaan yang berlebihan sehingga tiak akan
menimbulkan dampak yang serius di masa depan. Air yang aman dari polutan adalah prasyarat
untuk kesehatan, pembangunan dan merupakan hak asasi manusia, namun masih belum dipahami
oleh masyarakat di negara berkembang. Meskipun berbagai upaya terus dilakuka oleh pemerintah,
masyarakat sipil dan komunitas internasional, lebih dari satu miliar orang masih belum memiliki
akses ke sumber air yang lebih baik. Oleh karena itu, melindungi kualitas sumber daya air dari
polutan sangat penting untuk menjaga dari kelangkaan sumber daya air global [2]. Kualitas air
dipengaruhi oleh aktivitas manusia dan menurun karena meningkatnya urbanisasi, pertumbuhan
populasi, produksi industri, perubahan iklim dan faktor lainnya. Pencemaran air sekarang dianggap
tidak hanya dalam hal kesehatan masyarakat tetapi juga dalam hal konservasi, estetika dan
pelestarian keindahan alam dan sumber daya [3].

Lebih dari tiga perempat permukaan bumi adalah air, hanya 2,8% dari air yang tersedia di
bumi adalah untuk konsumsi manusia, 97,2% lainnya berada di lautan dan terlalu asin untuk
digunakan dan untuk menghilangkan kandungan garam dalam air laut membutuhkan biaya yang
sangat mahal [4]. Ada tiga kategori penting indikator polusi ekosistem: biologis, kimia, dan fisik.
Polusi kimia biasanya digunakan untuk mengukur seberapa baik fungsi ekosistem melalui
parameter kualitatif dan kuantitatif tertentu. Indikator polusi yang ideal harus dikorelasikan dengan
baik dengan proses ekosistem, diintegrasikan dengan sifatnya, dapat dikelola oleh banyak
pengguna, peka terhadap perubahan, dan dapat ditafsirkan [5]. Menurut Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) 80% penyakit ditularkan melalui air. 3,1% kematian terjadi karena kualitas air yang
tidak higienis dan buruk[6].

Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah komponen pencemar air?

2. Bagaimanakah indikator kimia dan fisika air?

Tujuan

1. Mengetahui komponen pencemar air

2. Mengetahui indikator kimia dan fisika air

Manfaat

1. Makalah ini dapat berfungsi sebagai menambah wawasan dalam mengetahui sumber komponen
pencemar air dan indicator fisika dan kimianya.

2. Makalah ini dapat berfungsi sebagai pedoman untuk menambah wawasan dalam bidang
pencemaran lingkungan
KAJIAN PUSTAKA

Pencemaran Air

Pencemaran air terjadi ketika bahan yang tidak diinginkan masuk ke air, mengubah kualitas
air dan berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia [7]. Pencemaran air mengacu pada
perubahan kualitas [8] kimiawi, biologis, atau fisik air yang dapat membahayakan organisme
hidup atau membuat air tidak cocok untuk digunakan [9]. Air adalah sumber daya alam penting
yang digunakan untuk minum dan tujuan pembangunan lainnya dalam kehidupan kita [10]. Air
minum yang aman diperlukan untuk kesehatan manusia di seluruh dunia. Menjadi pelarut
universal, air adalah sumber utama infeksi. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 80%
penyakit ditularkan melalui air. Air minum di berbagai negara tidak memenuhi standar WHO [11].
3,1% kematian terjadi karena kualitas air yang tidak higienis dan buruk [12].

Polutan air meliputi logam berat, sedimen, isotop radioaktif tertentu, panas, bakteri
coliform fecal, fosfor, nitrogen, natrium, dan virus patogen tertentu [8]. Pencemaran air dapat
terjadi dari dua sumber. 1. Sumber titik (point source) dan 2. Sumber non-titik (nonpoint source)
atau disebut juga dengan pencemaran alami [4]. Point source adalah sumber yang dapat
diidentifikasi secara langsung atau berasal dari satu tempat [13]. Contohnya termasuk pipa yang
terpasang ke pabrik, tumpahan minyak dari tangka kapal, limbah yang keluar dari industri. Point
source termasuk limbah cair (baik kota dan industri) dan pembuangan badai dan sebagian besar
mempengaruhi daerah di sekitarnya. Sedangkan nonpoint source adalah yang berasal dari sumber
asal yang berbeda dan beberapa kontaminan berasal dari proses limpasan curah hujan [14] yang
masuk ke air tanah atau air permukaan dan terjadi di lingkungan dari sumber yang tidak dapat
diidentifikasi [[2],[15]].

Komponen Pencemar Air

Pencemaran air disebabkan karena terdapat komponen yang masuk ke dalam air sehingga
menurunkan kualitas air [16]. Beberapa komponen pencemar air menurut [17] yaitu : 1)Nutrient
content; 2) DO (dissolved oxygen) , BOD (biochemical oxygen demand) dan COD (Chemical
Oxygen Demand) ;3)Temperatur; 4)Kekeruhan; 5)pH; 6)Material organik; 7)Logam berat dan
8)Mikroba. Komponen pencemar air dikategorikan menjadi kategori pencemar yang dapat
menimbulkan masalah kesehatan dan gangguan ekosistem, seperti terlihat pada Tabel 1[15].
Tabel 1 Kategori Utama Komponen Pencemaran Air

Sumber : [15]

Indikator Fisika dan Kimia Pencemaran Air

Indikator kimia yang baik meliputi keanekaragaman hayati, degradasi polusi, pengendalian
regulasi dan partisi aliran air dan zat terlarut, rantai karbon dan nutrisi, serta struktur pendukung
lain yang terkait dengan habitat manusia. Indikator kimia meliputi : 1)COD, BOD dan DO; 2) pH;
3)Salinitas; 4)fosfat; 5) nitrat [5]. Indikator pencemaran fisik merupakan ukuran untuk
menjelaskan tentang apa yang terjadi di ekosistem tertentu. Indikator pencemaran ini dirancang
untuk menerjemahkan informasi kompleks dengan cara yang ringkas dan mudah dipahami untuk
menggambarkan ekosistem tertentu. Indikator dapat diamati secara langsung tanpa menggunakan
alat. Indikator fisika meliputi : 1)turbiditas; 2)warna; 3)bau dan 4)rasa [18].
PEMBAHASAN

Komponen Pencemar Air

Komponen pencemar air dikategorikan menjadi kategori pencemar yang dapat


menimbulkan masalah kesehatan dan gangguan ekosistem. Menurut [17], berikut beberapa
komponen pencemar air:

1. Kandungan nutrient (Nutrient Content)

Senyawa yang mengandung nitrat dan fosfat menyebabkan masalah serius ketika terlarut
dalam air. Fosfat dan nitrat adalah nutrisi utama yang dibutuhkan oleh mikroorganisme hidup
untuk proses fisiologisnya. Namun, mereka dianggap sebagai polutan jika konsentrasinya melebihi
batas yang disarankan [19].

2. Temperatur

Beberapa industri membuang air panas langsung ke dalam air yang mengganggu ekosistem
perairan sebagai akibat dari polusi termal. Industri-industri penting yang menyebabkan polusi
termal adalah tenaga nuklir, pembangkit listrik dll. Industri tersebut menggunakan air sebagai
pendingin. Temperatur juga mempengaruhi konduktansi listrik air yang mungkin merupakan
faktor utama modifikasi keanekaragaman hayati. Kandungan oksigen dalam air juga dipengaruhi
oleh suhu, meningkatkan suhu membuat oksigen berkurang. Tingkat biodegradasi senyawa
organik meningkat dengan meningkatnya suhu, ini semakin mengurangi DO dan akumulasi nutrisi.
Polusi termal mengubah ekosistem perairan yang mengganggu jaring makanan alami [17].

3. DO (dissolved oxygen) , BOD (biochemical oxygen demand) dan COD (Chemical Oxygen
Demand)

Total kandungan oksigen dalam bentuk terlarut dalam satu liter air disebut oksigen terlarut
(DO). BOD air adalah jumlah oksigen yang dihabiskan untuk proses biokimia selama 5 hari pada
200 derajat celsius. COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk oksidasi lengkap dari
semua zat pereduksi organik maupun anorganik yang ada di dalam air. BOD secara langsung dan
tidak langsung dipengaruhi oleh adanya logam beracun. DO air juga dipengaruhi oleh kekeruhan
yang membatasi radiasi matahari. Akar tanaman air juga meningkatkan DO dengan melakukan
fotosintesis karena sebagian besar mengandung kloroplas [20].
4. Kekeruhan (Turbidity)

Kekeruhan air dipengaruhi oleh SPM (Suspended Particulate Matters) yang ada di dalam
air. Kekeruhan tidak hanya mempengaruhi air secara kimia tetapi juga mengurangi aktivitas
fotosintesis dari air yang memperlambat DO yang menyebabkan terganggunya ekosistem air [17].

5. pH

pH adalah log negatif konsentrasi H+ yang ada dalam sampel air. pH spesifik sangat penting
untuk kelangsungan hidup normal setiap organisme. pH mempengaruhi aktivitas enzimatik,
sehingga secara tidak langsung mempengaruhi mobilisasi unsur. pH juga mempengaruhi distribusi
tanaman [21]

6. Material Organik

Material organik alami (NOM) dapat didefinisikan sebagai campuran senyawa organik
kompleks yang secara universal ada di perairan alami. Kandungan NOM yang tinggi dalam air
sangat mempengaruhi kualitas dan pengolahan air dalam beberapa cara (mis. Menyebabkan warna
dan bau, pengotoran dan meningkatkan dosis koagulan). Selain itu, NOM juga bertindak sebagai
prekursor utama disinfektan produk (DBP) yang dihasilkan dari reaksi NOM dan disinfektan
selama pengolahan air. DBP diketahui bersifat karsinogenik bagi manusia dan hewan [22]

7. Logam Berat

Kontaminan logam sangat penting untuk mengukur kualitas air karena potensi
toksisitasnya, bio-akumulatif, persistensi yang lama di lingkungan dan organisme, terutama
manusia. Beberapa logam berat seperti Cu, Fe, Mn, Ni dan Zn sangat penting sebagai zat gizi
mikro untuk proses kehidupan pada tanaman dan mikroorganisme. Studi terbaru telah melaporkan
banyak jenis kanker akumulasi logam berat seperti kadmium, tembaga dan nikel [23].

8. Mikroba

Mikroba kontaminan seperti coliform, E.coli, Cryptosporidium parvum, dan Giardia


lamblia dapat membahayakan keamanan air. Kehadiran spesies Escherichia coli, Klebsiella, dan
Enterobacter di dalam air adalah indikator yang mungkin dari keberadaan organisme patogen
seperti Clostridium pafringens, Salmonella, dan Protozoa. Patogen ini menyebabkan diare,
giardiasis, disentri, dan gastroenteritis, yang umum di antara penduduk pedesaan di negara
berkembang [24].

Indikator Fisika Pencemaran Air

Sebagian besar padatan, seperti feses dan kertas dipecah menjadi partikel yang sangat kecil
dan membuat air menjadi keruhan dengan partikel bahan organik yang terlihat. Warna air menjadi
abu-abu dan berubah menjadi kuning hingga coklat seiring waktu. Masalah air yang
terkontaminasi terkait dengan bau, derajat keasaman (pH), dan kekeruhan. [25].

Kualitas suatu perairan ditentukan oleh berbagai indikator yang akan menunjukkan
perairan tersebut statusnya tercemar atau tidak. Indikator yang biasa digunakan untuk menentukan
kualitas suatu air yaitu indikator fisika dan kimia. Berikut ini adalah indikator fisika yang
digunakan untuk mengukur kualitas air:

1. Turbiditas
Kecerahan merupakan tingkat transparansi perairan yang dapat diamati secara visual
menggunakan secchi disk. Perairan yang memiliki nilai kecerahan rendah pada waktu cuaca yang
normal dapat memberikan suatu petunjuk atau indikasi banyaknya partikel-partikel tersuspensi
dalam perairan tersebut, dengan mengetahui kecerahan suatu perairan maka dapat diketahui juga
sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan mana
yang tidak keruh, dan yang paling keruh [26]. Nilai kekeruhan yang tinggi meminimalkan filter
aliran yang menyebabkan organisme patogen lebih berbahaya bagi kehidupan manusia (Singh and
Gupta 2017).
2. Suhu perairan
Suhu perairan berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan, karena apabila terjadi
peningkatan suhu menyebabkan peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Kenaikan
suhu dapat menyebabkan stratifikasi atau pelapisan air, stratifikasi air ini dapat berpengaruh
terhadap pengadukan air dan diperlukan dalam penyebaran oksigen sehingga dengan adanya
pelapisan air tersebut di lapisan dasar tidak menjadi anaerob [26]. Perubahan suhu permukaan
dapat berpengaruh terhadap proses fisik, kimia dan biologi di perairan tersebut [27].
3. Warna dan rasa

Masalah rasa dan bau menjadi masalah utama pada pencemaran air hal ini karena dapat
mengganggu estetika lingkungan. Air yang memiliki warna keruh dan bau yang menyengat
cenderung memiliki kandungan oksigen yang rendah dan mengindikasikan bahwa air tersebut
tercemar [28].

Indikator Kimia Pencemaran Air

1. Derajat keasaman (pH)


Derajat keasaman (pH) merupakan logaritma negatif dari konsentrasi ion-ion hidrogen
yang terlepas dalam suatu cairan dan merupakan indikator baik buruknya suatu perairan [26]. pH
suatu perairan merupakan salah satu parameter kimia yang cukup penting dalam memantau
kestabilan perairan [29]. Tingginya nilai pH sangat menentukan dominasi fitoplankton yang
mempengaruhi tingkat produktivitas primer suatu perairan dimana keberadaan fitoplankton
didukung oleh ketersediaanya nutrien di perairan laut (Megawati et. al, 2014).
2. Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam air laut, dimana
salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air, semakin tinggi salinitas maka akan semakin
besar pula tekanan osmotiknya. Salinitas dapat menjadi pemicu kimia di lingkungan air karena
tingkat salinitas yang berfluktuasi dapat memengaruhi organisme biologis akuatik yang
disesuaikan dengan konsentrasi salinitas yang berlaku [26].
3. Dissolved oxygen (DO)
Oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen adalah total jumlah oksigen yang ada (terlarut) di
air. DO dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran
zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu,
oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik
[26]. Kebutuhan organisme terhadap oksigen terlarut relatif bervariasi tergantung pada jenis,
stadium dan aktifitasnya [31]. Kandungan oksigen dalam air yang ideal adalah antara 3 – 7 mg/l
[32].
4. Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Biochemical Oxygen Demand (BOD) merupakan suatu karakteristik yang menunjukkan
jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk mengurai atau
mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik. BOD adalah angka indeks untuk tolak ukur
pencemar dari limbah yang berada dalam suatu perairan. Makin besar kosentrasi BOD suatu
perairan menunjukan konsentrasi bahan organik di dalam air juga tinggi [33].
5. Ammonia Total (NH3)
Limbah merupakan salah satu masalah yang harus ditangani dengan baik karena limbah
dapat mengandung bahan kimia yang berbahaya dan beracun. Salah satu bahan kimia yang umum
terkandung dalam limbah adalah ammonia (NH3). Kadar ammonia dalam air laut sangat bervariasi
dan dapat berubah secara cepat. Ammonia dapat bersifat toksik bagi biota jika kadarnya melebihi
ambang batas maksimum [26].
6. Fosfat (PO4)
Fosfat merupakan zat hara yang dibutuhkan untuk proses pertumbuhan dan metabolisme
fitoplankton [26]. Fosfor menjadi faktor pembatas yang sangat penting di perairan produktif dan
tidak produktif, fosfor memainkan peranan penting dalam determinasi jumlah fitoplankton [32].
Tingkat maksimum fosfat yang disarankan untuk sungai dan perairan yang telah dilaporkan adalah
0,1 mg/l [34].
7. Nitrat (NO3)
Nitrat (NO3) adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami. Nitrat merupakan salah satu
nutrient senyawa yang penting dalam sintesa protein hewan dan tumbuhan. Konsentrasi nitrat yang
tinggi di perairan dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organisme perairan apabila
didukung oleh ketersedian nutrient. Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi amonia menjadi
nitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung pada kondisi
aerob [26].
8. Sulfida (H2S)
Sulfida (H2S) merupakan gas yang dihasil dari dekomposisi bahan organik yang dilakukan
oleh bakteri anaerob dan merupakan gas yang sangat berbahaya bagi biota perairan serta
menghasilkan bau yang tidak enak. Penyumbang terbentuknya hidrogen sulfida berbesar yaitu
kawasa pemukiman, pelabuhan dan industri. Sulfida yang tidak terionisasi bersifat toksik terhadap
kehidupan biota perairan [26].
PENUTUP

Simpulan

1. Komponen pencemar air dikategorikan menjadi kategori pencemar yang dapat menimbulkan
masalah kesehatan dan gangguan ekosistem. Komponen pencemar air yaitu Nutrient content;
BOD, COD,DO; temperatur; kekeruhan; pH; material organik; logam berat dan pH.
2. Ada tiga kategori penting indikator polusi ekosistem: biologis, kimia, dan fisik. Indikator kimia
air meliputi COD, BOD dan DO; pH; Salinitas; fosfat; nitrat. Indikator fisika air meliputi :
turbiditas; warna; bau dan rasa.

Saran

Makalah ini masih memiliki kekurangan sehingga membutuhkan saran serta kritik dari pembaca.
DAFTAR RUJUKAN

[1] Afroz R, Masud M M, Akhtar R and Duasa J B 2014 Water Pollution: Challenges and Future
Direction for Water Resource Management Policies in Malaysia Environment and
Urbanization Asia 5 63–81
[2] Singh M R and Gupta A 2017 Water Pollution-Sources,Effects And Control 17
[3] Khatun R 2017 Water Pollution: Causes, Consequences, Prevention Method and Role of
WBPHED with Special Reference from Murshidabad District 7 9
[4] Viman O V, Oroian I and Fleșeriu A 2010 Types of water pollution: point source and non-
point source 3 5
[5] Zaghloul A, Saber M and El-Dewany C 2019 Chemical indicators for pollution detection in
terrestrial and aquatic ecosystems Bull Natl Res Cent 43 156
[6] Ahmed S and Ismail S 2018 Water Pollution And Its Sources, Effects & Management: A
Case Study Of Delhi 7 7
[7] Sulaiman A. Alrumman, Attalla F. El-kott and Sherif M. A. S. Keshk 2016 Source of
pollution, Water pollutant, Hazardous chemicals, Infectious diseases American Journal of
Environmental Engineering 11
[8] Botkin D B and Keller E A 2011 Environmental science: earth as a living planet (Hoboken,
NJ: Wiley)
[9] Miller G T and Spoolman S 2009 Living in the environment: concepts, connections, and
solutions (Belmont, CA: Thomson Brooks/Cole)
[10] Bibi S, Khan R U, Nazir R, Khan P, Rehman H U, Shakir S K, Naz S, Waheed M A and Jan
R 2016 Heavy Metals Analysis in Drinking Water of Lakki Marwat District, KPK, Pakistan
5
[11] Khan N, Hussain S T, Saboor A, Jamila N and Kim K S 2013 Physicochemical investigation
of the drinking water sources from Mardan, Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan Int. J. Phys. Sci.
11
[12] Pawari M J and Gawande S 2015 Ground Water Pollution & Its Consequences 3 4
[13] Amira S, Astono W and Hendrawan D 2018 Study of pollution effect on water quality of
Grogol River, DKI Jakarta IOP Conference Series: Earth and Environmental Science 106
012023
[14] Han L 2011 Method for calculating non-point source pollution distribution in plain rivers 4
9
[15] Cunningham W P and Cunningham M A 2012 Environmental science: a global concern
(New York: McGraw-Hill Companies, Inc)
[16] Peirce J J, Weiner R F, Vesilind P A and Vesilind P A 1998 Environmental pollution and
control (Boston: Butterworth-Heinemann)
[17] Dwivedi A K 2017 Researches In Water Pollution: A Review
[18] Zaghloul A, Saber M and Abd-El-Hady M 2019 Physical indicators for pollution detection
in terrestrial and aquatic ecosystems Bull Natl Res Cent 43 120
[19] Singh A L 2016 NITRATE AND PHOSPHATE CONTAMINATION IN WATER AND
POSSIBLE REMEDIAL MEASURES 14
[20] AS Puja, MS Yadawe, US Pujer and Vinayak Balappanavar 2014 Determination of BOD,
COD, DO and other physico-chemical properties of sugar and cement industries Res. J.
Pharm., Biol. Chem. Sci.
[21] Ben-Chioma A 2015 IIARD - International Journal Of Applied Chemistry
Vol. 1 No.3, 2015 www.iiardonline.org International Journal Of Applied Chemistry 1 6
[22] Ibrahim N and Aziz H A 2014 Trends on Natural Organic Matter in Drinking Water Sources
and its Treatment IJSRES 2 94–106
[23] Abdul Hameed M Jawad Al Obaidy, Eman Shakir Awad, Athmar Al-Mashhady and Abbas
Kadhem 2014 Heavy Metals Pollution in Surface Water of Mahrut River, Diyala, Iraq
International Journal of Advanced Research 2 7
[24] Onyango A E, Okoth M W, Kunyanga C N and Aliwa B O 2018 Microbiological Quality
and Contamination Level of Water Sources in Isiolo County in Kenya Journal of
Environmental and Public Health 2018 1–10
[25] Olariu, R. 2015 Treatment of cooling tower blowdown water. The effect of biodispersant on
the ultrafiltration membrane (TU Delft, Delft University of Technology.)
[26] Hamuna B, Tanjung R H R, Suwito S, Maury H K and Alianto A 2018 Kajian Kualitas Air
Laut dan Indeks Pencemaran Berdasarkan Parameter Fisika-Kimia di Perairan Distrik
Depapre, Jayapura Jurnal Ilmu Lingkungan 16 35
[27] Kusumaningtyas M A, Bramawanto R, Daulat A and S. Pranowo W 2014 Kualitas perairan
Natuna pada musim transisi DEPIK 3
[28] Sun D, Yu J, Yang M, An W, Zhao Y, Lu N, Yuan S and Zhang D 2014 Occurrence of odor
problems in drinking water of major cities across China Front. Environ. Sci. Eng. 8 411–6
[29] Simanjuntak M 2009 Hubungan Faktor Lingkungan Kimia, Fisika Terhadap Distribusi
Plankton Di Perairan Belitung Timur, Bangka Belitung 15
[30] Megawati C, Yusuf M and Maslukah L Sebaran Kualitas Perairan Ditinjau Dari Zat Hara,
Oksigen Terlarut Dan Ph Di Perairan Selat Bali Bagian Selatan 9
[31] Gemilang W A and Kusumah G 2017 Status Indeks Pencemaran Perairan Kawasan
Mangrove Berdasarkan Penilaian Fisika-Kimia Di Pesisir Kecamatan Brebes Jawa Tengah
EnviroScienteae 13 171
[32] Kadim M K, Pasisingi N and Paramata A R 2017 Kajian kualitas perairan Teluk Gorontalo
dengan menggunakan metode STORET Study of waters quality of the Gorontalo Bay using
STORET method 6 7
[33] Yudo S 2010 Kondisi Kualitas Air Sungai Ciliwung Di Wilayah Dki Jakarta Ditinjau Dari
Paramater Organik, Amoniak, Fosfat, Deterjen Dan Bakteri Coli 6 9

[34] Anhwange B A, Agbaji E B and Gimba E C 2012 Impact Assessment of Human Activities and
Seasonal Variation on River Benue, within Makurdi Metropolis 2 8

Anda mungkin juga menyukai