Anda di halaman 1dari 16

KONSEP MEDIS

A. Pengertian Gastroenteritis Akut


Gastroenteritis atau diare adalah gangguan fungsi penyerapan dan
sekresi dari saluran pencernaan, dipengaruhi oleh fungsi kolon dan dapat
diidentifikasikan dari perubahan jumlah, konsistensi, frekuensi, warna dan bau
tinja (Whaley dan Wong, 2002).
Penyakit gastroenteritis disebut juga sebagai kondisi dimana terjadi
defekasi yang tidak biasa (lebih dari 3 kali sehari), juga perubahan jumlah dan
konsistensi (feses cair) yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, alergi
terhadap makanan tertentu (Brunner & Suddart, 2007).
Gastroenteritis akut adalah diare yang terjadi selama kurang dari 14
hari (Spruill & Wade, 2008). Diare menurut Mansjoer (2000) adalah
frekuensi defekasi encer lebih dari 3 x sehari dengan atau tanpa daerah atau
tinja yang terjadi secara mendadak berlangsung kurang dari tujuh hari yang
sebelumnya sehat. Sedangkan menurut Suriadi (2001) Diare adalah kehilangan
cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali
atau lebih BAB dengan bentuk tinja yang encer atau cair. Dan menurut
Ngastiyah (2005) Diare adalah BAB dengan jumlah tinja yang banyak dari
biasanya, dengan tinja yang berbentuk cairan atau setengah cair dapat pula
disertai frekuensi defekasi yang meningkat.
Gastroenteritis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya
muntah dan diare yang diakibatkan oleh infeksi, alergi tidak toleran terhadap
makanan tertentu atau mencerna toxin. Gastroenteritis adalah inflamasi
membrane mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan muntah-
muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan elektrolit yang
menimbulkan dehidrasi dan gejala keseimbangan elektrolit. (Cecyly, Betz.
2002)
Gastroenteritis adalah radang dari lambung ke usus yang memberikan
gejala diare dengan disetai muntah atau tanpa muntah ataupun dengan muntah
besar, (Manjoer, Arief. 2000).
B. Klasifikasi
Gastroenteritis (diare) dapat di klasifikasi berdasarkan beberapa faktor :
1. Berdasarkan lama waktu :
a. Akut : berlangsung < 5 hari
b. Persisten : berlangsung 15-30 hari
c. Kronik : berlangsung > 30 hari
2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik
a. Osmotik, peningkatan osmolaritas intraluminer
b. Sekretorik, peningkatan sekresi cairan dan elektrolit
3. Berdasarkan derajatnya
a. Diare tanpa dihindrasi
b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
c. Diare dengan dehidrasi berat
4. Berdasarkan penyebab infeksi atau tidak
a. Infektif
b. Non infeksif
C. Etiologi Gastroenteritis Akut
Menurut Wong (2008) penyebab terjadinya diare adalah :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi internal yang merupakan penyebab utama diare, yaitu :
1) Infeksi bakteri Esherichia coli, salmonella, shigella, vibrio
2) Infeksi virus : Rotavirus, adeno virus, virus norfewolk
3) Infeksi parasit: Giardia, amebiasis, cryptosporidium dan cylospora
4) Infeksi parenteral adalah infeksi di luar alat pencernaan, seperti :
OMA, tonsillitis,bronkopnemoni, enchepalitis.
b. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat
 Monosakarida (glukosa, laktosa, galaktosa)
 Disakarida (sukrosa, maltosa)
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan
Makanan yang basi, mengandung toksin dan seseorang yang alergi
terhadap makanan tertentu.
d. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas dapat menjadi pencetus diare.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddarth (2007) manifestasi klinis dari diare
adalah peningkatan frekuensi dan kandungan cairan dalam feses, kram
abdomen, distensi, bising usus, anoreksia, suhu tubuh meningkat, mual,
muntah, dan dehidrasi.
Sedangkan menurut Suriadi (2001) Beberapa tanda dan gejala tentang diare
antara lain :
1. Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer
2. Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas kulit
menurun) ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering
3. Kram abdominal
4. Demam
5. Mual dan muntah
6. Anoreksia
7. Lemah
8. Pucat
9. Perubahan TTV, nadi dan pernafasan cepat
10. Menurun atau tidak ada pengeluaran urin
E. Patofisiologi
Menurut Suriadi (2001), patofisiologi dari Gastroenteritis adalah
meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan
akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan,
cairan sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler
kedalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat
terjadi asidosis metabolik.
Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 4 hal, yaitu faktor infeksi (bakteri,
virus, parasit), faktor malabsorbsi dan faktor makanan dan faktor makanan dan
faktor psikologis.
Diare karena infeksi seperti bakteri, berawal dari makanan atau
minuman yang masuk kedalam tubuh manusia. Bakteri tertelan masuk sampai
lambung, yang kemudian bakteri dibunuh oleh asan lambung. Namun jumlah
bakteri terlalu banyak maka, ada yang beberapa lolos sampai keduodenum dan
berkembang biak. Pada kebanyakan kasus gastroenteritis, organ tubuh yang
diserang adalah usus. Didalam usus tersebut bakteri akan memproduksi enzim
yang akan mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan usus,
sehingga bakteri dapat masuk kedalam membran epitel, dimembran ini bakteri
mengeluarkan toksik yang merangsang sekresi cairan-cairan usus dibagian
cripta villi dan menghambat absorbsi cairan. Sebagian akibat dari keadaan ini
volume cairan didalam lumen usus meningkat yang mengakibatkan dinding
usus menggembung dan tegang sebagian dinding usus akan mengadakan
kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas untuk mengalirkan cairan diusus
besar. Apabila jumlah cairan tersebut melebihi kapasitas absorbsi usus maka
akan terjadi diare.
Diare yang diakibatkan malabsorbsi makanan akan menyebabkan
makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Tertelannya
makanan yang beracun juga dapat menyebabkan diare karena akan
mengganggu motilitas usus. Iritasi mukosa usus mengakibatkan
hiperperistaltik sehingga terjadi berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehinggan timbul diare. Sebaliknya jika peristaltic
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul
diare pula.
Adanya iritasi mukosa usus dan peningkatan volume cairan
dirongga usus menyebabkan klien mengeluh abdomen terasa sakit. Selain
karena 2 hal itu, nyeri abdomen atau kram timbul karena metabolisme
karbohidrat oleh bakteri diusus yang menghasilkan gas H2 dan C02 yang
menimbulkan kembung dan flatus berlebihan. Biasanya pada keadaan ini klien
akan merasa mual bahkan muntah serta nafsu makannya menurun. Karena
terjadi ketidakseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila keadaan ini terus
berlanjut dan klien tidak mau makan maka, akan menimbulkan gangguan
nutrisi sehingga klien lemas.
Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan akan
menyebabkan klien terjatuh dalam keadaan dehidrasi. Yang ditandai dengan
berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun bisa jadi
cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Tubuh yang kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan membuat cairan
ekstraseluler dan intraseluler menurun. Dimana selain air, tubuh juga
kehilangan Na, K dan Ion Karbonat. Bila keadaan ini berlanjut terus, maka
volume darah juga berkurang. Tubuh mengalami gangguan sirkulasi, perfusi
jaringan terganggu dan akhirnya dapat menyebabkan syok hipovolemik
dengan gejala denyut jantung meningkat, nadi cepat tapi kecil, tekanan darah
menurun klien sangat lemah kesadaran menurun. Akibat lain dari
kehilangancairan ekstrasel dan intrasel yang berlebihan, tubuh akan
mengalami asidosis metabolik dimana klien akan tampak pucat dengan
pernapasan yang cepat dan dalam (pernapasan kussamul) Faktor psikologis
juga dapat menyebabkan diare. Karena faktor psikologis (stres, marah, takut)
dapat merangsang kelenjar adrenalin dibawah pengendalian siste, pernapasan
simpatis untuk merangsang pengeluaran hormon yang kerjanya mengatur
metabolisme tubuh. Sehingga bila terjadi stres maka, metabolisme akan terjadi
peningkatan dalam bentuk peningkatan mortalitas usus (Ngastiah, 2005).
F. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari diare menurut Suriadi (2001 ) adalah :
1. Hipokalemia (dengan gejala matiorisme hipotoni otot lemah bradikardi
perubahan elektrokardiogram)
2. Hipokalsemia
3. Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia dan hipokalsemia
4. Hiponatremi
5. Syok hipovalemik
6. Asidosis
7. Dehidrasi
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang diare menurut Suriadi (2001 ) adalah :
1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan
2. Pemeriksaan intubasi duodenum
3. Pemeriksaan elektrolit dan creatinin
4. Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, glukosa, dan adanya darah
Adapun Pemeriksaan penunjang yang lain menurut Mansjoer (2000)
a. Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikroskopis PH dan kadar gula juga
ada intoleransi gula biarkan kuman untuk mencari kuman penyebab dan
uji retensi terhadap berbagai antibiotic.
b. Pemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD), elektrolit
(terutama Na, K, Ca, P Serum pada diare yang disertai kejang).
c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal ginjal
d. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif
dan kualitatif terutama pada diare kronik.
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medik primer diarahkan pada pengontrolan dan
penyembuhan penyakit yang mendasar
2. Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan peroral, mungkin
diresepkan glukosa oral dan larutan elektrolit
3. Untuk diare sedang, obat-obat non-spesifik, difenoksilat (lomotif) dan
loperamit (imodium) untuk menurunkan motilitas dari sumber
noninfeksius.
4. Diresepkan antimikrobial jika telah teridentifikasi preparat infeksius atau
diare memburuk
5. Terapi interavena untuk hidrasi cepat (diberi cairan), terutama untuk klien
yang sangat muda atau lansia.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat
badan atau berat ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan
sesuai dengan umur dan berat badannya.
a. Dehidrasi ringan
1 jam pertama 25–50 ml/KgBB/hari
Kemudian 125 ml/ KgBB /hari
b. Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50–100 ml/KgBB/oral
Kemudian 125 ml/kgBB/hari
c. Dehidrasi berat
1) Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3–10 kg
a) 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/jam = 10 tetes/kg BB/menit (infus
set 1 ml = 15 tetes atau 13 tetes/kgBB/menit.
b) 7 jam berikutnya 12 ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit (infus
set 1 ml = 20 tetes)
c) 16 jam berikutnya 125 ml/kgBB oralit per oral bila anak mau
minum,teruskan dengan intra vena 2 tetes/kgBB/menit atau 3
tetes/kgBB/menit.
2) Untuk anak lebih dari 2–5 tahun dengan berat badan 10–15 kg
a) 1 jam pertama 30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kg BB/menit
b) (infus set 1 ml = 15 tetes) atau 10 tetes/ kgBB/menit (1 ml = 20
tetes)
c) 7 jam kemudian 127 ml/kgBB oralit per oral, bila anak tidak
mau minum dapat diteruskan dengan intra vena 2
tetes/kgBB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit.
3) Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15 – 25 kg
a) 1 jam pertama 20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit (infus
set 1 ml = 20 tetes)
b) 16 jam berikutnya 105 ml/kgBB oralit per oral

KONSEP KEPERAWATAN
A. Fokus Pengkajian
Fokus pengkajian menurut Doenges (2000)
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : Gangguan pola tidur, misalnya insomnia dini hari, kelemahan,
perasaan ‘hiper’ dan ansietas, peningkatan aktivitas / partisipasi dalam
latihan-latihan energi tinggi.
Tanda : Periode hiperaktivitasi, latihan keras terus-menerus.
2. Sirkulasi
Gejala : Perasaan dingin pada ruangan hangat.
Tanda : TD rendah takikardi, bradikardia, disritmia.
3. Integritas ego
Gejala : Ketidakberdayaan / putus asa gangguan ( tak nyata ) gambaran dari
melaporkan diri-sendiri sebagai gendut terus-menerus memikirkan bentuk
tubuh dan berat badan takut berat badan meningkat, harapan diri tinggi,
marah ditekan.
Tanda : Status emosi depresi menolak, marah, ansietas.
4. Eliminasi
Gejala : Diare / konstipasi,nyeri abdomen dan distress, kembung,
penggunaan laksatif / diuretik.
5. Makanan, cairan
Gejala : Lapar terus-menerus atau menyangkal lapar, nafsu makan normal
atau meningkat.
Tanda : Penampilan kurus, kulit kering, kuning / pucat, dengan turgor
buruk, pembengkakan kelenjar saliva, luka rongga mulut, luka tenggorokan
terus-menerus, muntah, muntah berdarah, luka gusi luas.
6. Higiene
Tanda : Peningkatan pertumbuhan rambut pada tubuh, kehilangan rambut (
aksila / pubis ), rambut dangkal / tak bersinar, kuku rapuh tanda erosi email
gigi, kondisi gusi buruk
7. Neurosensori
Tanda : Efek depresi ( mungkin depresi ) perubahan mental ( apatis,
bingung, gangguan memori ) karena mal nutrisi kelaparan.
8. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Sakit kepala
9. Keamanan
Tanda : Penurunan suhu tubuh, berulangnya masalah infeksi
10. Interaksi sosial
Gejala : Latar belakang kelas menengah atau atas, Ayah pasif / Ibu dominan
anggota keluarga dekat, kebersamaan dijunjung tinggi, batas pribadi tak
dihargai, riwayat menjadi diam, anak yang dapat bekerja sama, masalah
control isu dalam berhubungan, mengalami upaya mendapat kekuatan.
11. Seksualitas
Gejala : Tidak ada sedikitnya tiga siklus menstruasi berturut-turut,
menyangkal / kehilangan minat seksual.
Tanda : Atrofi payudara, amenorea
12. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga lebih tinggi dari normal untuk insiden depresi
keyakinan / praktik kesehatan misalnya yakin makanan mempunyai terlalu
banyak kalori, penggunaan makanan sehat.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan eliminasi BAB : diare berhubungan dengan faktor-faktor
infeksi, makanan, psikologis
2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
sekunder akibat diare
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak
adekuatnya absorbsi usus terhadap zat gizi, mual / muntah
4. Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder terhadap
dehidrasi
C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan eliminasi BAB : diare berhubungan dengan faktor-faktor
infeksi, makanan, psikologis
Definisi: Pasase feses yang lunak dan tidak berbentuk
Tujuan (NOC) :
a. Bowel Elimination
b. Fluid Balance
c. Hydration
d. Electrolyte and Acid Base Balance
Kriteria Hasil :
a. Feses berbentuk, BAB sehari sekali- tiga hari
b. Menjaga daerah sekitar rektal dari iritasi
c. Tidak mengalami diare
d. Menjelaskan penyebab diare dan rasional tindakan
e. Mempertahankan turgor kulit
Intervensi (NIC):
No Intervensi Rasional
1. Identifikasi faktor penyebab diare Memudahkan perawat
dalam menentukan rencana
tindakan

2. Kaji dan observasi pola BAB Membantu membedakan


(frekuensi, warna feses, jumlah dan penyakit individu dan
konsistensi) mengkaji beratnya tiap
defekasi
3. Observasi turgor kulit secara rutin Untuk mengetahui tingkat
dehidrasi
4. Anjurkan klien untuk makan rendah Meningkatkan konsistensi
serat, tinggi protein dan tinggi kalori feses, dan mencegah klien
jika memungkinkan dari kelemahan fisik

5. Anjurkan pasien untuk makan dalam Untuk menjaga asupan


porsi kecil, tetapi sering dan makanan yang dibutuhkan
tingkatkan kepadatannya secara tubuh
bertahap

6. Beritahu klien dan keluarga untuk Untuk menghindari diare


menghindari susu, kopi, makanan berlanjut
pedas, dan makanan yang mengiritasi
saluran cerna

7. Berikan obat sesuai medikasi Menurunkan motilitas atau


peristaltik usus dan
menunjukkan sekresi
degestif untuk
menghikangkan kram dan
diare.

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat


diare
Definisi : penurunan cairan intravaskuler, interstisial,dan atau
intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan tanpa
perubahan pada natrium.
Tujuan (NOC) :
a. Fluid balance
b. Hydration
c. Nutritional Status: Food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan
BB, BJ urine normal, HT normal
b. Tekanan darah,nadi, suhu tubuh dalam batas normal
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor
kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan
Intervensi (NIC)
No Intervensi Rasional
1. Monitor tanda-tanda dehidrasi Untuk mengetahui tingkat
dehidrasi dan mencegah
syok hipovolemik

2. Monitor vital sign Peningkatan tekanan nadi


dan pernafasan merupakan
tanda-tanda dehidrasi

3. Monitor intake cairan dan output Untuk mengetahui balance


cairan

4. Anjurkan klien untuk banyak minum Untuk mengembalikan


setelah BAB cairan yang hilang

5. Anjurkan keluarga untuk membantu Mencegah terjadinya


klien makan kelemahan fisik

6. Monitor berat badan klien Untuk mengetahui intake


dan outpun klien
7. Berikan terapi IV, sesuai program Untuk memberikan hidrasi
cairan tubuh secara
parenteral

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak


adekuatnya absorbsi usus terhadap zat gizi, mual / muntah
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik
Tujuan (NOC) :
a. Nutritional Status : food and fluid intake
b. Nutritional Status : nutrient intake
c. Weight Control
Kriteria Hasil :
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
e. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari
menelan
f. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Intervensi (NIC)
No Intervensi Rasional
1. Monitor BB klien dengan cara Untuk mengetahui
timbang setiap hari terjadinya penurunan BB
dan mengetahui tingkat
perubahan
2. Anjurkan beristirahat sebelum makan Memudahkan penyerapan
nutrien
3. Anjurkan keluarga atau klien untuk Keadaan hangat dapat
makan dalam keadaan hangat meningkatkan nafsu makan

4. Anjurkan keluarga atau klien untuk Untuk memenuhi asupan


makan sedikit tapi sering makanan

5. Berikan klien makanan tinggi kalori, Untuk memenuh gizi yang


protein, mineral, intake Fe serta cukup.
rendah zat sisa

6. Kolaboration pemberian obat anti Untuk mengurangi bahkan


emetik menghilangkan rasa
mual dan muntah

4. Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder terhadap


dehidrasi
Definisi : peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
Tujuan (NOC) : mempertahankan termoregulasi
Kriteria Hasil :
a. Suhu tubuh dalam rentang normal
b. Nadi dan RR dalam rentang normal
c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi (NIC)
No Intervensi Rasional
1. Monitor suhu sesering mungkin Untuk mengetahui adanya
peningkatan dan penurunan
suhu tubuh
2. Monitor tanda-tanda vital Untuk mengetahui adanya
peningkatan tekanan nadi
dan pernafasan

3. Monitor intake dan output cairan Untuk mengetahui balance


cairan

4. Anjurkan keluarga untuk Untuk mencegah hilangnya


menyelimuti klien kehangatan tubuh

5. Anjurkan klien untuk minum banyak Untuk mengganti cairan


tubuh yang hilang

6. Anjurkan keluarga untuk Agar terjadi pertukaran


memberikan kompres hangat pada suhu, sehingga suhu tubuh
bagian aksila dan lipatan paha normal kembali

7. Lakukan pemberian obat antipiretik Untuk menurunkan panas


atau obat penurun panas sesuai
indikasi
DAFTAR PUSTAKA

Boughman dan Hackley. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Dialih bahasakan


Oleh Asih Y. Jakarta: EGC
Brunner dan Suddarth. 2007. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi ke-8.
Volume 12. Jakarta: EGC

Carpenito dan Lynda Jual. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:
EGC
Doengoes, Marllyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Mahardika, winda. 2013. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem


Pencernaan. Karya Tulis Ilmiah tidak dipublikasikan: Surakarta

Mansjoer, A. 2002. Kapita Selekta Jilid 2. Edisi ke 3. Jakarta: Media Aesculapins

NANDA. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis.


Mediaction: Jogjakarta

Ngastiyah, 2005. Asuhan Keperawatan Pada penyakit Dalam. Edisi 1. EGC,


Jakarta

Suriadi, Rita Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada penyakit Dalam. Edisi 1.
Agung Seto. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai