Anda di halaman 1dari 4

Komunikasi manajeral

Komunikasi dalam suatu organisasi merupakan salah satu kunci yang dapat menentukan
keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan yang ingin dicapai,
bagaimana cara mengerjakan suatu pekerjaan, kendala-kendala yang dihadapi suatu organisasi,
maupun keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan sangat penting diinformasikan kepada
seluruh anggota organisasi. Seringnya mengomunikasikan hal-hal yang terjadi di organisasi
dengan seluruh anggota akan dapat meningkatkan minat, perhatian, dan rasa memiliki
terhadap organisasiyang secara otomatis akan berpengaruh pada motivasinya.

Motivasi
Sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan, pelayanan keperawatan mempunyai peranan
yang sangat penting dalam menentukan mutu pelayanan kesehatan. Dengan demikian,
rendahnya kinerja pelayanan keperawatan akan berpengaruh pada pelayanan kesehatan secara
umum di rumah sakit.
Berbicara tentang kinerja, tidak sekedar terlihat dari individu perawat yang bersedia
melakukan suatu tindakan atau tidak, tetapi yang paling penting adalah apakah individu
perawat melakukan suatu tindakan keperawatan didasari adanya dorongan/motivasi atau
hanya sekedar gugur kewajiban/kegiatan rutinitas. Oleh karena itu, dorongan/motivasi akan
memberikan dampak yang langgeng bagi seorang perawat dalam melakukan tindakan secara
efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Hasibuan
(2005), motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku
manusia supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Woldkowski
(1985) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi yang menyebabkan atau
menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah serta ketahanan (persistence) pada
tingkah laku tersebut.
Motivasi merupakan salah satu unsur pengarahan dalam fungsi-fungsi menajeman
sehingga seorang perawat manajer harus mampu melakukannya. Perawat manajer harus dapat
mengenali dan mengetahui motivasi maupun kebutuhan staf yang merupakan faktor pemicu
untuk melakukan asuhan keperawatan kepada pasien yang dirawatnya secara efektif dan
efisien.
a. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata latin movere berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi
adalah konsep yang menggambarkan kondisi ekstrinsik yang merangasng perilaku tertentu
dan respons intrinsik yang menampakkan perilaku manusia (Swansburg,1993). Menurut
Kreitner dan Kinicki (2000), motivasi adalah proses psikologi yang meningkatkan dan
mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan. Robbins (2003) menyatakan motivasi sebagai
proses yang ikut menentukan intensitas, arah, dan ketekunan individu dalam usaha mencapai
sasaran. Woldkowski (1985) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi yang
menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah serta ketahanan
(persistence) pada tingkah laku tersebut.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan
proses psikologi yang menimbulkan perilaku tertentu dan ikut menentukan intensitas, arah,
ketekunan, dan ketahanan pada perilaku tersebut sesuai tujuan yang ditetapkan.
b. Lingkaran Motivasi
Seseorang dalam berperilaku pada umumnya dirangsang oleh keinginan untuk mencapai
suatu tujuan. Setiap perilaku mempunyai satuan dasar yang disebut “kegiatan”. Artinya,
perilaku adalah serangkaian kegiatan-kegiatan untuk mencapai suatu tujuan.
Dalam dunia pelayanan keperawatan, kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh seorang
perawat mengarah pada kegiatan pemberian asuhan keperawatan pasa pasien. Seorang
perawat akan dapat melakukan kegiatan asuhan keperawatan secara profesional jika didasari
oleh dorongan atau kebutuhan untuk melakukan kegiatan tersebut. Menurut Luthans (1981),
seseorang dalam melakukan suatu kegiatan didasari oleh tiga unsur, yaitu kebutuhan (need),
dorongan (drive), dan tujuan (goal). Ketiga unsur diatas saling terkait antara unsur satu dan
yang lainnya.
Motivasi merupakan istilah yang sering dipakai silih berganti dengan istilah kebutuhan
(need), keinginan (want), dorongan (drive), maupun impuls (Thoha, 2007). Setiap orang
mempunyai keinginan, dorongan, dan kebutuhan yang berbeda dalam melakukan tindakan.
Kekuatan motivasi seseorang akan menentukan kualitas kegiatan yang dilakukan. Secara
logika, motivasi seseorang akan berbanding lurus dengan kegiatan yang dilakukan. Motivasi
ini pula yang dapat mengendalikan dan mengarahkan perilaku seseorang.
c. Tujuan Motivasi
Manajer keperawatan sebagai pimpinan dalam organisasi pelayanan keperawatan harus
mampu menciptakan iklim motivasi. Iklim motivasi yang kondusip akan membawa berbagai
dampak yang dapat meningkatkan kepuasan pasien, keluarga pasien, dan kepuasan perawat.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Hasibuan (2005) yang mengatakan bahwa tujuan motivasi
dalam suatu organisasi adalah sebagai berikut:
1. Motivasi bertujuan meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.
Dorongan, dukungan, perhatian, dan apresiasi yang diberikan oleh
manajer keperawatan kepada bawahan dapat meningkatkan moral bawahan. Hal ini dapat
mempengaruhi motivasi bawahan. Seorang perawat yang mempunyai motivasi kerja
yang baik, cenderung melaksanakan tugas keperawatan sesuai tanggung jawabnya dan
berusaha memberikan pelayanan secara profesional. Jika hasil yang dikerjakan dapat
diselesaikan dengan baik, akan memberikan kepuasan tersendiri.
2. Motivasi bertujuan meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
Seseorang yang diberi dukungan dan apresiasi terhadap hasil kerjanya akan
meningkatkan motivasinya. Tingginya motivasi kerja seorang perawat akan mempengaruhi
kinerjanya dengan asumsi: semakin tinggi motivasi, akan semakin baik pula kinerjanya
sehingga produktivitasnya akan meningkat.
3. Motivasi bertujuan mempertahankan kestabilan karyawan.
Turn over yang tinggi dan produktivitas yang rendah merupakan salah satu bukti kalau
motivasi kerja orang-orang yang ada dalam organisasi adalah juga rendah. Kestabilan
perawat dalam menjaga produktivitasnya dan rendahnya turn over perawat tergantung
motivasinya. Dengan demikian, seorang menajer keperawatan harus dapat selalu menjaga
kestabilan perawat bawahannya dengan cara selalu memberikan motivasi.

4. Motivasi bertujuan meningkatkan kedisiplinan karyawan.


Tingginya motivasi perawat dalam melakukan pekerjaannya berdampak pada
keinginannya untuk selalu tepat waktu dan penuh rasa tanggung jawab dalam setiap memulai
dan menyelesaikan pekerjaan, bekerja sesuai protap, dan lain-lain.
5. Motivasi bertujuan mengefektifkan kedisiplinan karyawan.
Seorang perawat yang bekerja dengan motivasi tinggi akan berusaha untuk bekerja
penuh dedikasi dan rasa tanggung jawab.
6. Motivasi bertujuan menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.
Motivasi tinggi yang tertanam dalam setiap jiwa perawat akan membawa luaran pada
tingginya tanggung jawab pada masing-masing personel dalam menyelesaikan pekerjaannya.
7. Motivasi bertujuan meningkatkan loyalitas, kreativitas, dan partisipasi karyawan.
Loyalitas, kreativitas, dan partisipasi seorang perawat akan berlipat pada saat
mempunyai motivasi tinggi.
8. Motivasi bertujuan meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan.
Kesejahteraan karyawan tidak hanya menyangkut kesejahteraan fisik, tetapi juga
psikologis, sosial, dan spiritual. Motivasi akan dapat meningkatkan produktivitas. Tingginya
produktivitas berdampak pada intensif yang lebih sehingga pendapatan meningkat. Motivasi
juga dapat mengangkat moral dan kepuasan karyawan, menciptakan suasana, dan hubungan
kerja yang baik.
9. Motivasi bertujuan mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-
tugasnya.
Pembahasan ini telah disinggung pada penjelasan di atas.
10. Motivasi bertujuan meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.
Tingginya rasa tanggung jawab akan berdampak pada keinginan menyelesaikan tugas
secara tepat waktu, bekerja sebaik mungkin, dan sesuai protap yang ada. Dengan demikian,
akan dapat meminimalisasi kesalahan sebagai bidang pemborosan alat maupun bahan baku.
Supervisi
a) Merupakan bentuk komunikasi yang bertujuan untuk memastikan kegiatan yang
dilaksanakan sesuai dengan tujuan dengan cara melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan kegiatan tersebut. Supervisi dilakukan untuk memastikan kegiatan yang
dilaksanaka sesuai dengan standar yang telah di tetapkan.
b) Dalam supervisi keperawatan fokus utamanya bukan pada kegiatan pemeriksaan yang
mencari-cari kesalahan, melainkan pada kegiatan supervisi ini lebih mengarah pada
pengawasan parisipatif. Kegiatan supervisi keoerawatan memungkinkan terjadinya
pemberian penghargaan, diskusi, dan juga bimbingan yang bertujuan untuk mencari jalan
keluar jika terjadi kesulitan dalam tingakan keperawatan.
c) Kegiatan supervisi keperawatan dilaksanakan secara yterjadwal dengan sebagi berikut :
tanggal akan dilaksanakan supervisi, siapa suprvisornya, siapa yang disupervisi, dan
materi/kegiatan apa yang akan di supervisi. Maksud pembuatan jadwal supervisi adalah
karena tujuan supervisi keperawatan bukan untk mencari kesalahan, melainkan lebih
pada kegiatan pengawasan partisipatif kedua belah pihak yang terlibat dalam kegiatan
supervisi ama-sama sudah mempersiapkan diri.
d) Secara struktur, supervisi d alam ruang perawatan terjadi secara berjenjang tergantung
metode penugasan yang diterapkan diruangan. Berikut atah contoh jenjang supervisi
dsalam ruangan yang menerapkan metode tim/perawatan primer dan perawat pelaksana,
sedangkan ketua tim / perawat primer mensupervisi prawat pelaksana, materi
supervisinya juga disesuaikan dengan uraian tugas dari masing—masing posisi. Sebagai
contoh seorang ketua tim / perawat perimer di supervisi oleh kepala ruang tentang
pengelolaan dimasing-masing timnya dan pelaksanaan asuhan keperawatan, kepala
ruang mendupervisi perawat pelaksana hanya terfokus pada pelaksanaan asuhan
keperawatan saja.

Anda mungkin juga menyukai