Anda di halaman 1dari 44

A.

Ajis

B.Ajis

C. Ajis

D. Pendidikan Kesehatan
2.1 PENGERTIAN PENDIDIKAN KESEHATAN

Pendidikan kesehatan adalah proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol dam
memperbaiki kesehatan individu. Kesempatan yang direncanakan untuk individu, kelompok
atau masyarakat agar belajar tentang kesehatan dan melakukan perubahan-perubahan secara
suka rela dalam tingkah laku individu (Entjang, 1991)

Pengertian pendidikan kesehatan merupakan sejumlah pengalaman yang berpengaruh


menguntungkan secara kebiasaan, sikap dan pengetahuan ada hubungannya dengan kesehatan
perseorangan, masyarakat, dan bangsa. Kesemuanya ini, dipersiapkan dalam rangka
mempermudah diterimanya secara suka rela perilaku yang akan meninhkatkan dna memelihara
kesehatan.Menurut Wood dikutip dari Effendi (1997)

Unsur program ksehatan dan kedoktern yang didalamnya terkandung rencana untuk merubah
perilaku perseorangan dan masyarakat dengan tujuan untuk membantu tercapainya program
pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Menurut Stewart
dikutip dari Effendi (1997)

Pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam


memelihara dan meningkatkan kesehatan. Sedang dalam keperawatan, pendidikan kesehatan
merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik
individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui
kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik. Menurut
(Notoatmodjo. S, 2003: 20)

2.2 TUJUAN PENDIDIKAN KESEHATAN

Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu menerapkan masalah dan
kebutuhan mereka sendiri, mampu memahami apa yg dapat mereka lakukan terhadap
masalahnya, dengan sumber daya yg ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar,
dan mampu memutuskan kegiatan yg tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan
kesejahteraan masyarakat (Mubarak, 2009).
Menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dan WHO, tujuan pendidikan
kesehatan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan; baik secara fisik, mental dan sosialnya, sehingga produktif secara ekonomi
maupun social, pendidikan kesehatan disemua program kesehatan; baik pemberantasan
penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program
kesehatan lainnya (Mubarak, 2009).

Menurut Benyamin Bloom (1908) tujuan pendidikan adalah mengembangkan atau


meningkatkan 3 domain perilaku yaitu kognitif (cognitive domain), afektif (affective domain),
dan psikomotor (psychomotor domain). (Notoatmodjo, 2003: 127)

Menurut Notoatmodjo (2007: 139) dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi
untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:

Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behaviour). Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan:

Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam
komponen – komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu
sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian –
bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap
suatu materi atau obyek.

Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus
atau obyek.

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan
(obyek).

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan
adalah suatu indikasi dari sikap.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu
indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan
sikap yang paling tinggi.

Praktik atau tindakan (practice)

Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan:

1) Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah
merupakan praktik tingkat pertama.

2) Respon terpimpin (guided response)

Dapat dilakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah
merupakan indikator praktik tingkat dua.

3) Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu
itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.

4) Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya
tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.3 RUANG LINGKUNG PENDIDIKAN KESEHATAN

Menurut ( Notoatmodjo. S, 2003: 27 ) ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari
berbagai dimensi, antara lain: dimensi aspek kesehatan, dimensi tatanan atau tempat
pelaksanaan pendidikan kesehatan,dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan.

Aspek Kesehatan

Telah menjadi kesepakatan umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup empat aspek
pokok yaitu:

Promosi ( promotif )

Pencegahan ( preventif )

Penyembuhan ( kuratif )

Pemulihan ( rehabilitatif )

Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

Menurut dimensi pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi lima


yaitu:

Pendidikan kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)

Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid.

Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan yang
bersangkutan.

Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum, yang mencakup terminal bus, stasiun, bandar
udara, tempat-tempat olahraga, dan sebagainya.

Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan, seperti: rumah sakit, Puskesmas,
Poliklinik rumah bersalin, dan sebagainya.

Tingkat Pelayanan Kesehatan


Dimensi tingkat pelayanan kesehatan pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan 5
tingkat pencegahan dari leavel and clark, sebagai berikut;

Promosi kesehatan seperti peningkatan gizi, kebiasaan hidup dan perbaikan sanitasi
lingkungan.

Perlindungan khusus seperti adanya program imunisasi.

Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera.

Pembatasan Cacat yaitu seperti kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan dan penyakit seringkali mengakibatkan masyarakat tidak melanjutkan
pengobatannya sampai tuntas, sedang pengobatan yang tidak sempurna dapat mengakibatkan
orang yang ber sangkutan menjadi cacat.

Rehabilitasi (pemulihan).

2.4 PENTINGNYA PENDIDIKAN KESEHATAN

Banyak dari kita yang sudah diajarkan pentingnya kesehatan sejak menginjak pendidikan
sekolah dasar hingga bangku sekolah menengah atas. Sehingga ketika kita dewasa, kita bisa
mengetahui mana yang berguna bagi kesehatan dan mana yang bisa menurunkan
kesehatan.Jika kita maknai lebih lanjut, sebenarnya ada beberapa alasan mengapa pendidikan
kesehatan itu Penting dan perlu diberikan. Antara lain:

Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat, dalam membina dan
memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta peran aktif dalam upaya mewujudkan
derajat kesehatan yg optimal.

Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga dan masyarakat yg sesuai dengan konsep
hidup sehat baik fisik, mental dan social sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian.

Agar orang mampu menerapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri, mampu memahami
apa yg dapat mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan sumber daya yg ada pada mereka
ditambah dengan dukungan dari luar, dan mampu memutuskan kegiatan yg tepat guna untuk
meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat

2.5 KONSEP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KESEHATAN

Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan didalam bidang kesehatan.
Pendidikan kesehatan adalah suatu pedagogik praktis atau praktek pendidikan. Konsep dasar
pendidikan adalah proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses
pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang
pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Berangkat dari suatu asumsi bahwa manusia
sebagai makhluk social dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup didalam
masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan (lebih dewasa,
lebih pandai, lebih mampu, lebih tahu dan sebagainya). Dalam mencapai tujuan tersebut,
seorang individu, kelompok atau masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar.

Seseorang dapat dikatakan belajar apabila didalam dirinya terjadi perubahan dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan menjadi dapat mengerjakan sesuatu.

Kegiatan belajar tiu mempunyai ciri-ciri :

1) Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan diri pada individu, kelompok atau
masyarakat yang sedang belajar, baik actual maupun potensial

2) Hasil belajar adalah bahwa perubahan tersebut di dapatkan karena kemampuan baru yang
berlaku untuk waktu yang relative lama

3) Perubahan itu terjadi karena usaha dan disadari bukan karena kebetulan

Bertolak dari konsep pendidikan, maka konsep pendidikan kesehatan itu juga proses belajar
pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi
tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri menjadi mampu dan
lain sebagainya.

Pendidikan didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan untuk membantu individu, kelompok
atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan (Prilaku) nya/mereka untuk mencapai
kesehatannya/mereka secara optimal. Batasan-batasan konsep pendidikan kesehatan yang
sering dijadikan acuan antara lain dari : Nyswander, Stuart, Green, tim ahli WHO dan lain
sebagainya.

2.6 ILMU-ILMU BANTU PENDIDIKAN KESEHATAN

Dalam perkembangannya, suatu ilmu secara sadar ataupun tidak sadar memerlukan ilmu-ilmu
lain sebagai alat bantunya. Ilmu pendidikan yang mempunyai tujuan akhir pada perubahan
tingkah laku manusia sudah barang tentu memerlukan banyak sekali ilmu bantu sesuai dengan
aspek yang mempengaruhi tingkah laku. Perilaku manusia cenderung bersifat holistik
(menyeluruh). Sebagai arah analisis, perilaku .manusia tersebut dapat dibagi menjadi 3 aspek,
yakni aspek fisiologi, psikologi dan sosial. Ketiga aspek tersebut sulit dibedakan dalam
pengaruh dan kontribusi pembentukan perilaku manusia.

Ilmu-ilmu yang mempelajari faktor-faktor tersebut di atas antara lain psikologi, antropologi,
sosiologi, komunikasi dan sebagainya. Oleh karena itu untuk menganalisis dan memecahkan
masalah kesehatan dari segi edukatif, sebenarnya adalah menganalisis dan memecahkan
masalah tingkah laku individu atau masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan mereka.
Umumnya tingkah laku itu dijabarkan di dalam 3 bentuk, yakni knowledge, attitude, dan
practice (KAP). Jadi apabila kita melihat problem kesehatan dengan kacamata edukatif maka
yang tampak adalah bagaimana sikap pengetahuan dan kebiasaan hidup dari masyarakat serta
faktor-faktor yang mempengaruhi. Demikian pula dengan cara pemecahannya.

2.7 PRINSIP PENDIDIKAN KESEHATAN

Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas, tetapi merupakan kumpulan pengalaman
dimana saja dan kapan saja sepanjang dapat mempengaruhi pengetahuan sikap dan kebiasaan
sasaran pendidikan.

Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang kepada orang lain,
karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang dapat mengubah kebiasaan dan
tingkah lakunya sendiri.

Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran agar individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dapat mengubah sikap dan tingkah lakunya sendiri.

Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan (individu, keluarga,


kelompok dan masyarakat) sudah mengubah sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan.

2.8 PERANAN PENDIDIKAN KESEHATAN

Ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status kesehatan mengacu kepada H.L.Blum.
Blum menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap status
kesehatan. Disusul oleh perilaku mempunyai andil nomor dua. Pelayanan kesehatan, dan
keturunan mempunyai andil kecil terhadap status kesehatan.
Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatar belakangi atau dipengaruhi 3 faktor
pokok yakni :

1) Faktor-faktor prediposisi (predisposing factors)

2) Faktor-faktor yang mendukung (enabling factors)

3) Faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factors)

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa peranan pendidikan kesehatan adalah
melakukan intervensi faktor perilaku sehingga perilaku individu kelompok atau masyarakat
sesuai dengan nila-nilai kesehatan. Dengan kata lain pendidikan kesehatan adalah suatu usaha
ntuk menyediakan kondisi psikologis dari sasaran agar mereka berperilaku sesuai dengan
tuntutan nilai-nilai kesehatan.

2.9 PROSES PENDIDIKAN KESEHATAN

Pokok dari pendidikan kesehatan adalah proses belajar. Kegiatan belajar terdapat tiga persalan
pokok, yakni :

Persoalan masukan (input)

Persoalan masukan dalam pendidikan kesehatan adalah menyangkut sasaran belajar (sasaran
didik) yaitu individu, kelompok atau masyarakat yang sedang belajar itu sendiri dengan
berbagai latar belakangnya.

Persoalan proses

Persoalan proses adalah mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan (prilaku)
pada diri subjek belajar tersebut. Di dalam proses ini terjadi pengaruh timbale balik antara
berbagai faktor, antara lain : subjek belajar, pengajar (pendidik atau fasilitator) metode dan
teknik belajar, alat bantu belajar, dan materi atau bahan yang dipelajari.

Keluaran (output)

Keluaran adalah merupakan hasil belajar itu sendiri yaitu berupa kemampuan atau perubahan
perilaku dari subjek belajar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar ini ke dalam 4 kelompok besar, yakni : Faktor
materi (bahan mengajar), lingkungan, instrumental, dan subjek belajar. Faktor instrumental ini
terdiri dari perangkat keras (hardware) seperti perlengkapan belajar dan alat-alat peraga, dan
perangkat lunak (software) seperti fasilitator belajar, metode belajar, organisasi dan sebagainya
2.10 TEMPAT PELAKSANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN

Pendidikan kesehatan dapat berlangsung diberbagai tempat sehingga dengan sendirinya


sasarannya juga berbeda. Misalnya:

1) Pendidikan Kesehatan di Keluarga

2) Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran guru dan murid, yang
pelaksanaannya diintegrasikan dalam upaya kesehatan sekolah (UKS)

3) Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di pusat kesehatan masyarakat,


balai kesehatan, rumah sakit umum maupun khusus dengan sasaran pasien dan keluarga pasien

4) Pendidikan kesehatan di tempat – tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan

5) Pendidikan Kesehatan di tempat umum ,misalnya pasar,terminal,bandar udara,tempat-


tempat pembelanjaan,tempat tempat olah raga,taman kota ,WC dsb

2.11 ASPEK SOSBUD DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN

Aspek Budaya yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan

Persepsi masyarakat terhadap sehat dan sakit

Masyarakat mempunyai batasan sehat atau sakit yang berbeda dengan konsep sehat dan sakit
versi sistem medis modern (penyakit disebabkan oleh makhluk halus, guna-guna, dan dosa

Kepercayaan

Kepercayaan dalam masyarakat sangat dipengaruhi tingkah laku kesehatan, beberapa


pandangan yang berasal dari agama tertentu kadang-kadang memberi pengaruh negatif
terhadap program kesehatan. Sifat fatalistik atau Fatalisme adalah ajaran atau paham bahwa
manusia dikuasai oleh nasib. Seperti contoh, orang-orang Islam di pedesaan menganggap
bahwa penyakit adalah cobaan dari Tuhan, dan kematian adalah kehendak Allah. Jadi, sulit
menyadarkan masyarakat untuk melakukan pengobatan saat sakit.

PendidikanMasih banyaknya penduduk yang berpendidikan rendah, petunjuk-petunjuk


kesehatan sering sulit ditangkap apabila cara menyampaikannya tidak disesuaikan dengan
tingkat pendidikan khayalaknya.

Nilai Kebudayaan

Masyarakat Indonesia terdiri dari macam-macam suku bangsa yang mempunyai perbedaan
dalam memberikan nilai pada satu obyek tertentu. Nilai kebudayaan ini memberikan arti dan
arah pada cara hidup, persepsi masyarakat terhadap kebutuhan dan pilihan mereka untuk
bertindak.

Contoh : –

Wanita sehabis melahirkan tidak boleh memakan ikan karena ASI akan menjadi amis -Di New
Guinea, pernah terjadi wabah penyakit kuru. Penyakit ini menyerang susunan saraf otak dan
penyebabnya adalah virus. Penderita hanya terbatas pada anak-anak dan wanita. Setelah
dilakukan penelitaian ternyata penyakit ini menyebar karena adanya tradisi kanibalisme Sifat

Etnosentris

merupakan sikap yang memandang kebudayaan sendiri yang paling baik jika dibandingkan
dengan kebudayaan pihak lain.

Etnosentrisme

merupakan sikap atau pandangan yg berpangkal pada masyarakat dan kebudayaan sendiri,
biasanya disertai dengan sikap dan pandangan yg meremehkan masyarakat dan kebudayaan
lain. Seperti contoh, Seorang perawat/dokter menganggap dirinya yang paling tahu tentang
kesehatan, sehingga merasa dirinya berperilaku bersih dan sehat sedangkan masyarakat tidak.
Selain itu, budaya yang diajarkan sejak awal seperti budaya hidup bersih sebaiknya mulai
diajarkan sejak awal atau anak-anak karena nantinya akan menjadi nilai dan norma dalam
masyarakat. 5.

Norma

, merupakan aturan atau ketentuan yg mengikat warga kelompok dalam masyarakat, dipakai
sebagai panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku yg sesuai dan diterima oleh masyarakat.
Terjadi perbedaan norma (sebagai standar untuk menilai perilaku) antara satu kebudayaan
dengan kebudayaan yang lain. Masyarakat menetapkan perilaku yang normaL

(normatif) serta perilaku yang tidak normatif. Contohnya,

Bila wanita sedang sakit, harus diperiksa oleh dokter wanita dan masyarakat memandang lebih
bergengsi beras putih daipada beras merah, padahal mereka mengetahui bahwa vitamin B1
lebih tinggi diberas merah daripada diberas putih.

Inovasi Kesehatan

Tidak ada kehidupan sosial masyarakat tanpa perubahan, dan sesuatu perubahan selalu
dinamis. artinya setiap perubahan akan diikuti perubahan kedua, ketiga dan seterusnya.
Seorang petugas kesehatan jika akan melakukan perubahan perilaku kesehatan harus mampu
menjadi contoh dalam perilakukanya sehari-hari. Ada anggapan bahwa petugas kesehatan
merupakan contoh rujukan perilaku hidup bersih sehat, bahkan diyakini bahwa perilaku
kesehatan yang baik adalah kepunyaan/ hanya petugas kesehatan yang benar.

Aspek Sosial yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan

Penghasilan (income). Masyarakat yang berpenghasilan rendah menunjukkan angka kesakitan


yang lebih tinggi, angka kematian bayi dan kekurangan gizi.

Jenis kelamin (sex). Wanita cenderung lebih sering memeriksakan kesehatan ke dokter dari
pada laki-laki.

Jenis pekerjaan yang berpengaruh besar terhadap jenis penyakit yang diderita pekerja.

Self Concept, menurut Merriam- Webster adalah : “the mental image one has of oneself yaitu
gambaran mental yang dipunyai seseorang tentang dirinya. Self concept ditentukan oleh tingkat
kepuasan atau ketidakpuasan yang kita rasakan terhadap diri kita sendiri. Self concept adalah
faktor yang penting dalam kesehatan, karena mempengaruhi perilaku masyarakat dan perilaku
petugas kesehatan.

Image Kelompok. Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok. Perilaku
anak cenderung merefleksikan dari kondisi keluarganya.

Identitas Individu pada Kelompok. Identifikasi individu kepada kelompok kecilnya sangat
penting untuk memberikan keamanan psikologis dan kepuasan dalam pekerjaan mereka.
Inovasi akan berhasil bila kebutuhan sosial masyarakat diperhatikan

E. PROGRAM UNGGULAN : PERKESMAS


Mengingat kebutuhan masyarakat di wilayah Puskesmas Srondol, disesuaikan
dengan kondisi sumber daya dan tenaga yang ada di Puskesmas, maka Puskesmas Srondol
berupaya dan berusaha meningkatkan mutu pelayanan denga menetapkan beberapa
program unggulan yang bertujuan menolong masyarakat dilingkungan puskesmas. Salah
satu program unggulan tersebut adalah Perawatan Kesehatan Masyarakat atau lebih sering
disebut dengan PERKESMAS.

Menurut World Health Organisation (WHO 1959) Perkesmas : mencakup


perawatan kesehatan keluarga meliputi kesehatan & kesejahteraan masyarakat luas,
membantu masyarakat mengidentifikasi masalah kesehatan sendiri serta memecahkan
masalah kesehatan sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka sebelum mereka
meminta bantuan kepada orang lain. Sedangkan menurut Departemen Kesehatan RI
(1986) Perkesmas merupakan upaya keperawatan yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat, dengan mengikut sertakan tim
kesehatan lainnya dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan bagi individu,
keluarga dan masyarakat.

Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) merupakan salah satu kegiatan


pokok Puskesmas yang sudah ada sejak konsep Puskesmas diperkenalkan. Perkesmas
dapat dikembangkan tidak hanya oleh pemerintah saja tetapi oleh masyarakat atau swasta,
khususnya pada sasaran individu, contohnya perawatan kesehatan individu dirumah
(Home Helath Nursing).

Perkesmas pada dasarnya adalah pelayanan keperawatan profesional yang


merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang
ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi. Dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal dilakukan melalui peningkatan
kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) disemua tingkat pencegahan
(level of Prevention) dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mira kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan keperawatan.

Tujuan pelayanan Perkesmas adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dalam


mengatasi masalah keparawatan kesehatan masyarakat yang optimal. Pelayanan
keperawatan diberikan secara langsung kepada seluruh masyarakat dalam rentang sehat-
sakit dengan mempertimbangkan seberapa jauh masalah kesehatan masyarakat
mempengaruhi individu, keluarga, dan kelompok maupun masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas, Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat


(Perkesmas) mempunyai ciri sebagagi berikut :

• Merupaka perpaduan pelayanan keperawatan dan kesehatan masyarakat.


• Adanya kesinambungan pelayanan kesehatan.
• Fokus pelayanan pada upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan
(preventif) baik pada pencegahan tingka pertama, kedua, maupun ketiga.
• Terjadi proses alih peran dari perawat kesehatan masyarakat kepada klien (individu,
keluarga, kelompok, masyarakat) sehingga terjadi kemandirian.
• Ada kemitraan perawat kesehatan masyarakat ednagn masyarakat dalam upaya
kemandirian klien.
• Memerluakan kerjasama dengan tenaga kesehatan lain serta masyarakat.

Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) telah menjadi program unggulan


Puskesmas Srondol sejak tahun 2010. Telah terbentuk Tim Pelayanan Terpadu yang terdiri
dari daokter umum, perawat, analis dan ahli gizi yang setiap saat dapat melayani pasien
dengan penyakit kronis (Diebetes Mellitus) yang mengalami luka diabetik : pasien yang
harus dirawat namun tidak mempunyai biaya. Sejak dibentuk, Tim Perkesmas ini telah
menolong banyak orang dengan luka Diabetik sampai sembuh sehingga tidak perlu
mengalami amputasi. Program ini dikoordinir oleh seorang perawat terlatih yang juga
seorang sarjana kesehatan masyarakat.

F. KONSEP PERAWATAN KOMUNITAS

6 pelayanan kesehatan dan sosial, merubah kepedulian, dan aktivitas legislatif serta kebijakan.
Fungsinya sebagai advokat pada populasi yang mereka layani. Seperti advokasi untuk kesehatan
masyarakat dan promosi kesehatan lingkungan, menciptakan kondisi yang emperbaiki dan
mempertahankan kesehatan populasi dan merupakan peranan kunci dari perawat kesehatan
komunitas. Perawat kesehatan komunitas terlibat dalam penelitian untuk meningkatkan praktik
perawat kesehatan komunitas dan strategi serta intervensi khusus. Perawat harus memiliki tanggung
jawab secara aktif dalam meningkatkan ilmu berbasis bukti yang profesional. Dokumentasi yang
baik dan jelas merupakan bukti praktik perawat kesehatan komunitas yang efisien, efektif dan
strategi biaya yang menguntungkan dalam promotif kesehatan masyarakat. Ketika perawat
kesehatan komunitas bermitra dengan individu, fokusnya menjadi meningkatkan pengetahuan,
sikap dan praktik yang mendukung serta meningkatkan kesehatan dengan tujuan utama
memperbaiki keseluruhan kesehatan dari populasi. Sama juga tindakan dengan keluarga dan
komunitas yang meningkatkan kesehatan keluarga dan masyarakat keseluruhan. Aktivitas dengan
populasi berhubungan dengan organisasi, kebijakan, hukum dan termasuk stake holder kunci yang
mempengaruhi lingkungan dimana orang-orang tinggal dan menciptakan kondisi yang
meningkatkan kesehatan untuk semua. Menurut Depkes (2006) Pelayanan keperawatan kesehatan
komunitas dapat diberikan secara langsung pada semua tatanan pelayanan kesehatan , yaitu :
1. Di dalam unit pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dll) yang mempunyai
pelayanan rawat jalan dan rawat nginap

2. Di rumah Perawat “home care” memberikan pelayanan secara langsung pada keluarga di
rumah yang menderita penyakit akut maupun kronis. Peran home care dapat meningkatkan
fungsi keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mempunyai resiko tinggi masalah
kesehatan.

3. Di sekolah Perawat sekolah dapat melakukan perawatan sesaat (day care) diberbagai institusi
pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan tinggi, guru dan karyawan). Perawat sekolah
melaksanakan program screening kesehatan, mempertahankan kesehatan, dan pendidikan
kesehatan

4. Di tempat kerja/industri Perawat dapat melakukan kegiatan perawatan langsung dengan


kasus kesakitan/kecelakaan minimal di tempat kerja/kantor, home industri/ industri, pabrik dll.
Melakukan pendidikan kesehatan untuk keamanan dan keselamatan kerja, nutrisi seimbang,
penurunan stress, olah raga dan penanganan perokok serta pengawasan makanan.

5. Di barak-barak penampungan Perawat memberikan tindakan perawatan langsung terhadap


kasus akut, penyakit kronis, dan kecacatan fisik ganda, dan mental.

6. Dalam kegiatan Puskesmas keliling Pelayanan keperawatan dalam puskesmas keliling


diberikan kepada individu, kelompok masyarakat di pedesan, kelompok terlantar. Pelayanan
keperawatan yang dilakukan adalah pengobatan sederhana, screening kesehatan, perawatan
kasus penyakit akut dan kronis, pengelolaan dan rujukan kasus penyakit.

7. Di Panti atau kelompok khusus lain, seperti panti asuhan anak, panti wreda, dan panti sosial
lainya serta rumah tahanan (rutan) atau lembaga pemasyarakatan (Lapas).
G. PERKESMAS

1. Definisi

Perawatan kesehatan masyarakat adalah pelayanan keperawatan profesional yang


ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok beresiko tinggi, dalam
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan
keperawatan. (Allender & Spradley, 2001) Sementara itu, menurut Stanhope & Lancaster
(1997), bahwa keperawatan kesehatan masyarakat adalah suatu sintesa dari praktek
keperawatan dan praktek kesehatan komunitas yang diterapkan untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatan penduduk. Menurut peneliti pengertian keperawatan kesehatan
masyarakat yang lebih sesuai dengan kondisi Indonesia adalah yang disampaikan oleh
kelompok kerja keperawatan CHS (1997) yaitu, suatu bentuk pelayanan profesional yang
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan terutama pada kelompok resiko
tinggi dalam upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat dengan penekanan pada
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.

H. PERAN PERAWAT KOMUNITAS DALAM ASUHAN KEPERAWATAN

1. CARE GIVER Memberikan asuhan keperawatan yang holistik/utuh serta


berkesinambungan/komprehensif. Asuhan keperawatan dapat diberikan melalui
tatanan kesehatan: puskesmas, ruang inap puskesmas, puskesmas pembantu,
puskesmas keliling, sekolah, panti, posyandu, dan keluarga.
2. EDUCATOR Memberikan penkes kepada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat -> untuk menanamkan
perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku yang diharapkan dalam mencapai
derajat kesehatan yang optimal. Co: penyuluhan tentang nutrisi, senam lansia,
manajemen stress, terapi relaksasi, gaya hidup, dan penyuluhan proses terjadinya
penyakit.
3. COUNSELOR Melakukan konseling keperawatan sebagai usaha memecahkan
masalah secara efektif. Pemberian konseling dapat dilakukan dengan melibatkan
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
4. ROLE MODEL Memberikan contoh yang baik dalam bidang kesehatan tentang
bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
Co: cuci tangan 6 langkah, membuang sampah pada tempatnya, dll.
5. ADVOCATE Membela hak-hak klien. Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan
apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi
hak-hak klien.
6. CASE MANAGER Mengelola berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan
masyarakat sesuai dengan beban dan tanggung jawab yang diberikan kepada perawat.
7. COLLABORATOR Bekerjasama dengan tim kesehatan lain -> dokter, ahli gizi, ahli
radiologi, dll dalam kaitannya membantu mempercepat proses penyembuhan klien.
8. CASE FINDER Monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah
kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan
melalui kunjungan rumah, pertemuan-perrtemuan, observasi, dan pengumpulan data.
9. CONSULTANT Sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien
terhadap info tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.

I. PRINSIP PERAWAT KESEHATAN MASYARAKAT

Memberikan dukungan serta merawat, bukan hanya kepada invididual, namun juga
keluarga. Dengan demikian, dilihat dari pengertian serta tujuan di atas bisa disimpulkan
bahwa penekanan keperawatan komunitas terletak pada ‘health promotion, health
maintenance, disease, prevention and treatment of minor illments and restoration of health
and rehabilitation (MN, 2012)

a. Pelaksanaannya berdasarkan kebutuhan dan fungsi dalam program kesehatan yang


menyeluruh

b. Maksud dan tujuannya hendaknya jelas dalam pelayanan

c. Kelompok yang terorganisasi atau perwakilannya adalah bagian integral dari program
kesehatan komunitas

d. Keperawatan komunitas tersedia bagi seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan


asal, sosial budaya, ekonomi, umur, jenis kelamin, politik serta bangsa

e. Keperawatan komunitas mengakui keluarga dan komunitas adalah bagian dari unit
pelayanan

f. Pendidikan kesehatan dan pelayanan konsultasi adalah bagian integral dari keperawatan
komunitas

g. Penerima jasa pelayanan kesehatan perlu diikut-sertakan dalam perencanaan terkait


dengan tujuan bagi pemeliharaan kesehatan

h. Perawat komunitas harus kualified


i. Keperawatan komunitas harus dilandaskan pada kebutuhan pasien dan kelangsungan
pelayanan kepada pasien yang tepat

j. Evaluasi pelayanan kesehatan ini harus dikerjakan secara periodik dan kontinyu

k. Perawat komunitas berfungsi sebagai bagian terpenting dari tim kesehatan

l. Perawat komunitas membantu mengarahkan pasien yang membutuhkan dukungan


finansial

m. Community health agency perlu menyediakan program kelangsungan pendidikan bagi


perawat (MN, 2012)

J. Pemantauan dan Penilaian Perkesmas

Pemantauan dilaksanakan secara periodik setiap bulan oleh kepala Puskesmas dan
Perawat koordinator Perkesmas. Hasil pemantauan terhadap pencapaian indikator kinerja
menjadi masukan untuk perbaikan dan peningkatan kinerja perawat berikutnya, peningkatan
cakupan dan mutu pelayanan kesehatan. Sedangkan penilaian dilaksanakan minimal setiap
akhir tahun dan hasilnya digunakan untuk masukan dalam penyusunan perencanaan kegiatan
Perkesmas pada tahun berikutnya. Untuk memudahkan pemantauan dan penilaian kinerja
Perkesmas maka dilakukan penyajian hasil dengan menggunakan tabel, grafik balok/garis atau
grafik Pemantauan Wilayah Setempat (PWS). Penilaian dilakukan setahun sekali meliputi
semua aspek baik input, output, outcome sebagai masukan penyusunan rencana kegiatan
Perkesmas tahun berikutnya.

1. Identifikasi Masalah.

Menurunya derajat kesehatan masyarakat dalam rangka kegiatan Perawatan Kesehatan


Masyarakat (Perkesmas} diakibatkan oleh meningkatnya angka kesakitan pada keluarga
sasaran khususnya keluarga rawan, keluarga yang rentan terhadap masalah kesehatan. Hal ini
disebabkan karena adanya beberapa faktor, antara lain :

a. Meningkatnya suatu penyakit di masyarakat.

b. Kurangnya kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat oleh petugas.

c. Kurang akuratnya data yang tersedia

d. Lingkungan yang tidak sehat dan bersih.


Selanjutnya dapat diidentifikasi masalah yang berhubungan langsung dengan masalah
utama tersebut di atas adalah kurangnya kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat oleh
petugas yang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :

a. Kurangnya kerjasama lintas program terkait.

b. Kurangnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

c. Kurangnya kemampuan/keterampilan petugas (bidan dan pada perawat)

d. Kurangnya motivasi petugas.

2. Sasaran.

Dengan adanya identifikasi masalah diatas, maka penulis dapat mengemukakan sasaran
yang ingin dicapai dalam rangka menuju pemecahan masalah . Adapun sasaran yang dimaksud
adalah seperti di bawah ini.

Terwujudnya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dalam rangka kegiatan


Perkesmas diakibatkan dari tercapainya penurunan angka kesakitan pada keluarga rawan yang
rentan terhadap masalah kesehatan. Penurunan angka kesakitan tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu :

a. Tertanggulanginya suatu penyakit di masyarakat

b.Terwujudnya peningkayan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat oleh petugas (bidan


dan perawat).

c. Tersedianya keakuratan data.

d. Terwujudnya lingkungan yang sehat dan bersih

Sedangkan yang menyebabkan terwujudnya peningkatan kegiatan perawatan kesehatan


masyarakat oleh petugas adalah :

a. Terwujudnya peningkatan kerjasama lintas program terkait.

Dengan sudah dilaksanakannya pelatihan petugas perawatan kesehatan masyarakat.


Petugas dari perogram terkait sudah memahami dan mengerti tentang pelaksanaan dari
Program Puskesmas. Bahwa program Puskesmas sangat mendukung untuk program puskesmas
lainnya tertutama dalam pencapaian cakupan program Kesehatan Ibu dan Anak dan program
Pemberantasan Penyakit menular temasuk Imunisasi.Program KIA dan Imunsasi adalah
program primadona. Untuk program KIA dalam hal pencapaian cakupan K.1 dan K.4,
sedangkan untuk pelayanan program Imunisasi petugas Puskesmas melakukan pembinaan
pada keluarga DO (Drop Out).Dari program Gizi petugas Puskesmas membantu dalam hal
pembinaan kelarga yang mempunyai bayi, anak balita, yang berat badannya berada dibawah
garis merah (Balita BGM) dan ibu hamil /ibu nifas yang kekuranan enegi sera membantu dalam
hal pelaksanaan pemberian makanan tambahan (PMT). Untuk program pemberantasan
Penyakit Menular (P2M) petugas Puskesmas membantu memberikan bimbingan serta tindak
lanjut untuk kasus-kasus penyakit menular maupun tidak menular.

b. Tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

Dengan terpenuhinya sarana dan prasarana khususnya peralatan medis dan ruangan
yang memadai dalam melaksanakan kegiatan akan menimbulkan suasana yang nyaman dan
leluasa sehingga dapat membuat jiwa kita menjadi tenang. Adanya peralatan medis khusus
untuk kegiatan program Puskesmas yang dipunyai oleh masing-masing petugas (bidan dan
perawat) akam memudahkan kegiatan Puskesmas di masyarakat. Dan program perawatan
kesehatan masyarakat bisa berjalan dengan lancar.

c. Terwujudnya peningkatan kemampuan/keterampilan petugas (bidan dan perawat).

Seperti sudah diuraikan pada bab terdahulu bahwa kendala/hambatan yang ditemui
dalam upaya peningkatan pelaksanaan kegiatan Perkesmas adalah faktor manusia sebagai
pelaksana yang mempunyai kelemahan, yaitu kurangnya kemampuan/keterampilan petugas
untuk melaksanakan tugas keperawatan.

Sebagai pendukung kelancaran dan kemudahan dalam melaksanakan kegiatan


Perkesmas bagi petugas bagi petugas khususnya perawat, bidan dan bidan-bidan didesa perlu
adanya pelatihan, pembinaan yang terus menerus oleh atasan langsung atau dari pihak yang
berkepentingan, melaksanakan petunjuk teknis pelajaran.

Dengan adanya usaha tersebut diatas diharapkan akan meningkatkan


kemampuan/keterampilan bagi petugas Perkesmas, sehingga kegiatan perkesmas dapat
dilaksanakan secara optimal dan pada akhirnya akan terjadi peningkatan, baik disegi pelayanan
terhadap masyarakat maupun disegi pelayanan terhadap masyarakat maupun disegi pencapaian
cakupan/hasil kegiatan.

d. Terwujudnya motivasi kerja petugas.


Terwujudnya motivasi kerja dalam melaksanakan kegiatan Perkesmas tidak lepas dari
kemampuan/keterampilan petugas serta tersedianya sarana dan prasarana pendukung. Hal ini
secara tidak langsung membantu memotivasi petugas untuk melaksanakan tugas dengan baik.
Motivasi kerja petugas dilihat dari keaktifan petugas dalam membina desa binaan.

3. Alternatif Pemecahan.

Selanjutnya guna mengidentifikasi pemecahan masalah dan penetuan sasaran yang


ingin dicapai, maka perlu dibuat beberapa alternatif sebagai acuan untuk menuju rangkaian
pemecahan masalah sehingga terwujudnya peningkatan kemampuan /keterampilan petugas
Perkesmas khususnya perawat, bidan, dan bidan-bidan desa melalui kegiatan-kegiatan seperti
:

a. Melaksanakan study banding ke Puskesmas teladan.

b. Melaksanakan pelatihan petugas perkesmas.

c. Melaksanakan pembinaan.

d. Melaksanakan pembuatan petunjuk teknis pelajaran.

Dari beberapa kegiatan tersebut diatas kegiatan yang bisa dilaksanakan dan
berpengaruh langsung terhadap peningkatan kemampuan/keterampilan petugas Perkesmas
yaitu kegiaatan pelatihan bagi perawat, bidan dan bidan-bidan desa selaku pelaksana kegiatan
Perkesmas.

Dengan adanya peningkatan kemampuan/keterampilan petugas Perkesmas oleh


petugas yang selanjutnya akan memungkinkan tercapainya penurunan angka kesakitan pada
keluarga rawan yang rentan terhadap maslah kesehatan dan pada akhirnya memungkinkan
terwujudnya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Dengan adanya strategi pemecahan masalah dari sasaran yang diharapkan, dapatlah
ditentukan sasaran umum dan sasaran khusus dari rencana kerja yang ingin dicapai. Adapun
sasaran umum dan saran khusus yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :

a. Sasaran Umum :

Terwujudnya peningkatan kemampuan /keterampilan petugas Perkesmas melalui


pelaksanaan pelatihan petugas Perkesmas.
b. Sasaran Khusus :

Terwujudnya peningkatan kemampuan /keterampilan petugas Perawatan Kesehatan


Masyarakat (bidan dan perawat) melalui pelaksanaan pelatihan petugas Perkesmas

4. Langkah-Langkah Kegiatan.

Kegiatan yang kiranya diselenggarakan guna mencapai sasaran adalah dengan


melaksanakan pelatihan petugas perawatan Kesehatan Masyarakat untuk mewujudkan
peningkatan kemampuan/keterampilan bidan perawat.

Kegiatan tersebut diatas pelaksanaannya dapat dibagi menjadi beberapa tahapan


kegiatan antara lain :

a. Persiapan yang terdiri dari pembentukan panitia, pencairan dana, pembuatan jadwal,
penyiapan perlengkapan serta pemberitahuan peserta pelatihan.

b. Pelaksanaan terdiri dari pembukaan pelatihan, penyajian materi serta penutup.

c. Pengendalian meliputi pemantauan, penilaian serta pelaporan dari semua kegiatan yang
dilaksanakan.

K.Kesehatan Lingkungan

1. Definisi

Ada beberapa definisi dari kesehatan lingkungan (Kesling):

Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan (Kesling) adalah


suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat
menjamin keadaan sehat dari manusia.

Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan


lingkungan (Kesling) adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan
ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya
kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.

2. Syarat-syarat Lingkungan Yang Sehat


a. Keadaan Air

Air yang sehat adalah air yang tidak berbau, tidak tercemar dan dapat dilihat kejernihan
air tersebut, kalau sudah pasti kebersihannya dimasak dengan suhu 1000C, sehingga bakteri
yang di dalam air tersebut mati.

b. Keadaan Udara

Udara yang sehat adalah udara yang didalamnya terdapat yang diperlukan, contohnya
oksigen dan di dalamnya tidak tercemar oleh zat-zat yang merusak tubuh, contohnya zat CO2
(zat carbondioksida).

c. Keadaan tanah

Tanah yang sehat adalah tanah yamh baik untuk penanaman suatu tumbuhan, dan tidak
tercemar oleh zat-zat logam berat.

d. Suara/kebisingan

Yaitu keadaan dimana suatu lingkungan yang kondisinya tidak bising yang dapat
mengganggu aktifitas/alat pendengaran manusia.

3. Cara-cara Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan

Pemeliharaan kesehatan lingkungan bisa dilakukan dengan cara:

a. Tidak mencemari air dengan membuang sampah disungai

b. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor

c. Mengolah tanah sebagaimana mestinya

d. Menanam tumbuhan pada lahan-lahan kosong

4. Tujuan Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan

a. Mengurangi Pemanasan Global.

Dengan menanam tumbuhan sebanyak-banyaknya pada lahan kosong, maka kita juga
ikut serta mengurangi pemanasan global, karbon, zat O2 (okseigen) yang dihasilkan tumbuh-
tumbuhan dan zat tidak langsung zat CO2 (carbon) yang menyebabkan atmosfer bumi
berlubang ini terhisap oleh tumbuhan dan secara langsung zat O2 yang dihasilkan tersebut
dapat dinikmati oleh manusia tersebut untuk bernafas.

b. Menjaga Kebersihan Lingkungan

Dengan lingkungan yang sehat maka kita harus menjaga kebersihannya, karena
lingkungan yang sehat adalah lingkungan yang bersih dari segala penyakit dan sampah.Sampah
adalah mush kebersihan yang paling utama. Sampah dapat dibersihkan dengan cara-cara
sebagai berikut:

c. Membersihkan Sampah Organik

Sampah organik adalah sampah yang dapat dimakan oleh zat-zat organik di dalam
tanah, maka sampah organik dapat dibersihkan dengan mengubur dalam-dalam sampah
organik tersebut, contoh sampah organik:

1) Daun-daun tumbuhan

2) Ranting-ranting tumbuhan

3) Akar-akar tumbuhan

d. Membersihkan Sampah Non Organik

Sampah non organik adalah sampah yang tidak dapat hancur (dimakan oleh zat organik)
dengan sendirinya, maka sampah non organik dapat dibersihkan dengan membakar sampah
tersebut dan lalu menguburnya.

Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan dapat dibagi menjadi 2, secara umum
dan secara khusus. Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan secara umum, antara lain:

Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman pada kesehatan
dan kesejahteraan hidup manusia.

Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber lingkungan dalam


upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.

Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara masyarakat dan
institusi pemerintah serta lembaga non pemerintah dalam menghadapi bencana alam atau
wabah penyakit menular.

Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan secara khusus, antara lain:
Menyediakan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan.

Makanan dan minuman yang di produksi dalam skala besar dan di konsumsi secara luas oleh
masyarakat.

Pencemaran udara akibat sisa pembakaran BBM, batu bara, kebakaran hutan, dan gas beracun
yang berbahaya bagi kesehatan dan makhluk hidup lain dan menjadi penyebab terjadinya
perubahan ekosistem.

Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga, pertanian, peternakan, industri, rumah
sakit, dan lain-lain.

Kontrol terhadap arthropoda dan rodent yang menjadi vektor penyakit dan cara memutuskan
rantai penularan penyakitnya.

Perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat kesehatan.

Kebisingan, radiasi, dan kesehatan kerja.

Survei sanitasi untuk perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program kesehatan lingkungan.

5. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan

Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang


essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan.
Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah kesehatan
masyarakat. Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan
lingkungan, yaitu :

a. Penyediaan Air Minum

b. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran

c. Pembuangan Sampah Padat

d. Pengendalian Vektor

e. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia

f. Higiene makanan, termasuk higiene susu

g. Pengendalian pencemaran udara


h. Pengendalian radiasi

i. Kesehatan kerja

j. Pengendalian kebisingan

k. Perumahan dan pemukiman

l. Aspek kesling dan transportasi udara

m. Perencanaan daerah dan perkotaan

n. Pencegahan kecelakaan

o. Rekreasi umum dan pariwisata

p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana


alam dan perpindahan penduduk.

q. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22 ayat (3)
UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu :

a. Penyehatan Air dan Udara

b. Pengamanan Limbah padat/sampah

c. Pengamanan Limbah cair

d. Pengamanan limbah gas

e. Pengamanan radiasi

f. Pengamanan kebisingan

g. Pengamanan vektor penyakit

h. Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana

6. Masalah – Masalah Lingkungan Kesehatan Masyarakat

a. Urbanisasi Penduduk
Di Indonesia, terjadi perpindahan penduduk dalam jumlah besar dari desa ke kota.
Lahan pertanian yang semakin berkurang terutama di pulau Jawa dan terbatasnya lapangan
pekerjaan mengakibatkan penduduk desa berbondong-bondong datang ke kota besar mencari
pekerjaan sebagai pekerja kasar seperti pembantu rumah tangga, kuli bangunan dan pelabuhan,
pemulung bahkan menjadi pengemis dan pengamen jalanan yang secara tidak langsung
membawa dampak sosial dan dampak kesehatan lingkungan, seperti munculnya permukiman
kumuh dimana-mana.

b. Tempat Pembuangan Sampah

Di hampir setiap tempat di Indonesia, sistem pembuangan sampah dilakukan secara


dumping tanpa ada pengelolaan lebih lanjut. Sistem pembuangan semacam itu selain
memerlukan lahan yang cukup luas juga menyebabkan pencemaran pada udara, tanah, dan air
selain lahannya juga dapat menjadi tempat berkembangbiaknya agens dan vektor penyakit
menular.

c. Penyediaan Sarana Air Bersih

Berdasarkan survei yang pernah dilakukan, hanya sekitar 60% penduduk Indonesia
mendapatkan air bersih dari PDAM, terutama untuk penduduk perkotaan, selebihnya
mempergunakan sumur atau sumber air lain. Bila datang musim kemarau, krisis air dapat
terjadi dan penyakit gastroenteritis mulai muncul di mana-mana.

d. Pencemaran Udara

Tingkat pencemaran udara di Indonesia sudah melebihi nilai ambang batas normal
terutama di kota-kota besar akibat gas buangan kendaraan bermotor. Selain itu, hampir setiap
tahun asap tebal meliputi wilayah nusantara bahkan sampai ke negara tetangga akibat
pembakaran hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan.

e. Pembuangan Limbah Industri dan Rumah Tangga

Hampir semua limbah cair baik yang berasal dari rumah tangga dan industri dibuang
langsung dan bercampur menjadi satu ke badan sungai atau laut, ditambah lagi dengan
kebiasaan penduduk melakukan kegiatan MCK di bantaran sungai. Akibatnya, kualitas air
sungai menurun dan apabila di-gunakan untuk air baku memerlukan biaya yang tinggi.

f. Bencana Alam/Pengungsian
Gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, atau banjir yang sering terjadi di
Indonesia mengakibatkan penduduk mengungsi yang tentunya menambah banyak
permasalahan kesehatan lingkungan.

g. Perencanaan Tata Kota dan Kebijakan Pemerintah

Perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah seringkali menimbulkan masalah baru
bagi kesehatan lingkungan. Contoh, pemberian izin tempat permukinan, gedung atau tempat
industri baru tanpa didahului dengan studi kelayakan yang berwawasan lingkungan dapat
menyebabkan terjadinya banjir, pencemaran udara, air, dan tanah serta masalah sosial lain.

7. Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Kesehatan Masyarakat

a. Faktor Lingkungan

1.) Kurangnya peran serta masyarakat dalam mengatasi kesehatan (masalah masalah
kesehatan).

2.) Kurangnya sebagian besar rasa tanggung jawab masyarakat dalam bidang kesehatan.

b. Faktor Perilaku dan Gaya Hidup Masyarakat Indonesia

1.) Masih banyak insiden atau kebiasaan masyarakat yang selalu merugikan dan
membahayakan kesehatan mereka.

2.) Adat istiadat yang kurang atau bahkan tidak menunjang kesehatan.

c. Faktor Sosial Ekonomi

1.) Tingkat pendidikan masyarakat di Indonesia sebagian besar masih rendah.

2.) Kurangnya kesadaran dalam pemeliharaan kesehatan. Budaya sadar sehatbelum merata ke
sebagian penduduk Indonesia.

3.) Tingkat social ekonomi dalam hal ini penghasilan juga masih rendah dan memprihatinkan.

d. Faktor Pelayanan Kesehatan

1.) Cakupan pelayanan kesehatan belum menyeluruh dimana ada sebagian propinsi di indonsia
yang belum mendapat pelayanan kesehatan maksimal dan belum merata.

2.) Upaya pelayanan kesehatan sebagian masih beriorientasi pada upaya kuratif.
3.) Sarana dan prasarana belum dapat menunjang pelayanan kesehatan.

8. Upaya Meningkatkasn Kesehatan Lingkungan Masyarakat

a. Paradigma Baru Kesehatan

Setelah tahun 1974 terjadi penemuan bermakna dalam konsep sehat serta memiliki
makna tersendiri bagi para ahli kesehatan masyarakat di dunia tahun 1994 dianggap sebagai
pertanda dimulainya era kebangkitan kesehatan masyarakat baru, karena sejak tahun 1974
terjadi diskusi intensif yang berskala nasional dan internasional tentang karakteristik, konsep
dan metode untuk meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Setelah deklarasi Alma HFA-Year 2000 (1976), pertemuan Mexico (1990) dan Saitama
(1991) para ahli kesehatan dan pembuat kebijakan secara bertahap beralih dari orientasi sakit
ke orientasi sehat. Perubahan tersebut antara lain disebabkan oleh :

1.) Transisi epidemiologi pergeseran angka kesakitan dan kematian yang semula disebabkan
oleh penyakit infeksi ke penyakit kronis, degeneratif dan kecelakaan.

2.) Batasan tentang sehat dari keadaan atau kondisi ke alat/sarana.

3.) Makin jelasnya pemahaman kita tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan
penduduk.

b. Upaya Kesehatan

Program kesehatan yang mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dalam jangka


panjang dapat menjadi bumerang terhadap program kesehatan itu sendiri, maka untuk
menyongsong PJP-II program kesehatan yang diperlukan adalah program kesehatan yang lebih
“efektif” yaitu program kesehatan yang mempunyai model-model pembinaan kesehatan
(Health Development Model) sebagai paradigma pembangunan kesehatan yang diharapkan
mampu menjawab tantangan sekaligus memenuhi PJP-II. Model ini menekankan pada upaya
kesehatan dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1.) Mempersiapkan bahan baku sumber daya manusia yang berkualitas untuk 20-25 tahun
mendatang.

2.) Meningkatkan produktivitas sumber daya manusia yang ada.


3.) Melindungi masyarakat luas dari pencemaran melalui upaya promotif-preventif-protektif
dengan pendekatan pro-aktif.

4.) Memberi pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.

5.) Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai potensi kesehatannya secara
penuh (peningkatan vitalitas) penduduk yang tidak sakit (85%) agar lebih tahan terhadap
penyakit.

6.) Pencegahan penyakit melalui imunisasi : bumil (ibu hamil), bayi, anak, dan juga melindungi
masyarakat dari pencemaran.

7.) Pencegahan, pengendalian, penanggulangan pencemaran lingkungan serta perlindungan


masyarakat terhadap pengaruh lingkungan buruk (melalui perubahan perilaku)

8.) Penggerakan peran serta masyarakat.

9.) Penciptaan lingkungan yang memungkinkan masyarakat dapat hidup dan bekerja secara
sehat.

10.) Pendekatan multi sektor dan inter disipliner.

11.) Pengembangan kebijakan yang dapat memberi perlindungan pada kepentingan kesehatan
masyarakat luas (tidak merokok di tempat umum).

12.) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.

c. Kebijakan Kesehatan Baru

Perubahan paradigma kesehatan yang kini lebih menekankan pada upaya promotif-
preventif dibandingkan dengan upaya kuratif dan rehabilitatif diharapkan merupakan titik balik
kebijakan Depkes dalam menangani kesehatan penduduk yang berarti program kesehatan yang
menitikberatkan pada pembinaan kesehatan bangsa bukan sekedar penyembuhan penyakit.
Thomas Kuha menyatakan bahwa hampir setiap terobosan baru perlu didahului dengan
perubahan paradigma untuk merubah kebiasaan dan cara berpikir yang lama.

d. Konsekuensi Implikasi dari Perubahan Paradigma


Perubahan paradigma kesehatan apabila dilaksanakan dapat membawa dampak yang
cukup luas. Hal itu disebabkan karena pengorganisasian upaya kesehatan yang ada, fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada, adalah merupakan wahana dan sarana pendukung dari
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada upaya penyembuhan penyakit,
maka untuk mendukung terselenggaranya paradigma sehat yang berorientasi pada upaya
promotif-preventif proaktif, community centered, partisipasi aktif dan pemberdayaan
masyarakat, maka semua wahana tenaga dan sarana yang ada sekarang perlu dilakukan
penyesuaian atau bahkan reformasi termasuk reformasi kegiatan dan program di pusat
penyuluhan kesehatan.

e. Indikator Kesehatan

WHO menyarankan agar sebagai indikator kesehatan penduduk harus mengacu pada
empat hal sebagai berikut :

1.) Melihat ada tidaknya kelainan patosiologis pada seseorang

2.) Mengukur kemampuan fisik

3.) Penilaian atas kesehatan sendiri

4.) Indeks massa tubuh

f. Tenaga Kesehatan

Peranan dokter, dokter gigi, perawat dan bidan dalam upaya kesehatan yang
menekankan penyembuhan penyakit adalah sangat penting. Pengelolaan upaya kesehatan dan
pembinaan bangsa yang sehat memerlukan pendekatan holistic yang lebih luas, menyeluruh,
dan dilakukan terhadap masyarakat secara kolektif dan tidak individu.

g. Pemberdayaan Masyarakat

Dalam pembinaan dan pemberdayaan masyarakat yang sangat penting adalah


bagaimana mengajak dan menggairahkan masyarakat untuk dapat tertarik dan
bertanggungjawab atas kesehatan mereka sendiri dengan memobilisasi sumber dana yang ada
pada mereka.

h. Kesehatan dan Komitmen Politik

Masalah kesehatan pada dasarnya adalah masalah politik oleh karena itu untuk
memecahkan masalah kesehatan diperlukan komitmen politik. Dewasa ini masih terasa adanya
anggapan bahwa unsur kesehatan penduduk tidak banyak berperan terhadap pembangunan
sosial ekonomi.

L. Kegiatan Program Rehabilitasi Kerja

1. Terapi Okupasional

Adalah ilmu dan seni yang mempelajari bagaimana menggerakkan partisipasi individu
melalui kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk mengoreksi masalah-masalah patologik ke
arah pemeliharaan dan promosi derajat kesehatan.Kegiatan di bangsal biasanya berupa
kegiatan-kegiatan pada waktu luang dan kreasi seni untuk menilai kemampuan pasien dalam
memenuhi kegiatan sehari-hari (activities of daily living/ADL).Selain itu diberikan juga
kegiatan pendidikan latihan vokasional untuk bekal bekerja di masyarakat.Dengan terapi ii
mendorong pasien untuk mengembangkan minat untuk mempertahankan keterampilan lama
mempelajari keterampilan baru.

2. Terapi Edukasional

Tujuannya adalah membantu pasien untuk meningkatkan harga dirinya,tidak tertinggal


pelajaran karena sedang dirawat dan juga dapat beradaptasi dengan program pengobatan.

3. Rehabilitasi Vokasional

Yaitu suatu proses dimana pasien dikaji,dilatih dan ditempatkan sesuai dengan
pekerjaannya yang dapat membantunya mendapatkan kepuasan dan bermakna.Kegiatan ini
didasari kepada kepercayaan bahwa dengan memberinya pekerjaan akan menghasilkan
kreatifitas kepuasan dalam berhubungan sosial dengan orang lain,meningkatkan kebanggakan
dalam menyelesaikan tugas dan harga diri.Sebelum mengikuti terapi ini biasanya pasien
dilakukan test sikap ketrampilan,minat,kemudian diminta mengobservasi dan memcoba salah
satu jenis pekerjaan yang diminati,kemudian dinilai kembali untuk diberikan terapi. Tahap-
Tahap Rehabilitasi Pasien Gangguan Jiwa :

1) Tahap persiapan

yaitu usaha mempersiapkan pasien dengan menjalankan kegiatan terapi


okupasional,seleksi,evaluasi,dan latihan kerja dalam berbagai jenis pekerjaan.

2) Tahap penyaluran/penempatan
Merupakan usaha pemulangan pasien ke keluarga,tempat kerja atau masyarakat dan
instansi lain yang berfungsi sebagai pengganti keluarga,disamping usaha resosialisasi.

3) Tahap pengawasan

Merupakan tindakan lanjut setelah pasien di salurkan ke masyarakat,dengan


mengadakan kunjungan rumah (visit home) kunjungan tempat kerja (job visit) dan
menyelenggarakan perawatan lanjut (after care),untuk mengetahui perkembangan
pasien,permasalahan yang dihadapi serta cara-cara pemecahannya.Sejak tahun 1978 di
Indonesia program rehabilitasi dilakukan berdasarkan kerja sama lintas sektoral melibatkan 3
departemen yaitu Departemen Kesehatan,Sosial dan Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi melalui satu program bersama yang membahas tentang Penyelenggarakan Usaha
Rehabiltasi pasien mental.

M . Posyandu

A. Pengertian

Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih tehnologi dan pelayanan kesehatan masyarakat
yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini.

Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga
berencana. Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang dikelola
dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas
kesehatan dalam rangka pencapaian NKKBS.

B. Bentuk Kegiatan Posyandu

Beberapa kegiatan diposyandu diantaranya terdiri dari lima kegiatan Posyandu (Panca Krida
Posyandu), antara lain:

1. Kesehatan Ibu dan Anak

a. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui, serta bayi, anak balita dan
anak prasekolah
b. Memberikan nasehat tentang makanan guna mancegah gizi buruk karena kekurangan
protein dan kalori, serta bila ada pemberian makanan tambahan vitamin dan mineral

c. Pemberian nasehat tentang perkembangan anak dan cara stimilasinya

d. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA.

2. Keluarga Berencana

a. Pelayanan keluarga berencana kepada pasangan usia subur dengan perhatian khusus kepada
mereka yang dalam keadaan bahaya karena melahirkan anak berkali-kali dan golongan ibu
beresiko tinggi

b. Cara-cara penggunaan pil, kondom dan sebagainya

3. Immunisasi

a. munisasi tetanus toksoid 2 kali pada ibu hamil dan BCG, DPT 3x, polio 3x, dan campak
1x pada bayi.

4. Peningkatan gizi

a. Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat

b. Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori cukup kepada anak-
anak dibawah umur 5 tahun dan kepada ibu yang menyusui

c. Memberikan kapsul vitamin A kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun

5. Penanggulangan Diare

Lima kegiatan Posyandu selanjutnya dikembangkan menjadi tujuh kegiatan Posyandu (Sapta
Krida Posyandu), yaitu:

1. Kesehatan Ibu dan Anak

2. Keluarga Berencana

3. Immunisasi

4. Peningkatan gizi

5. Penanggulangan Diare
6. Sanitasi dasar. Cara-cara pengadaan air bersih, pembuangan kotoran dan air limbah yang
benar, pengolahan makanan dan minuman

7. Penyediaan Obat essensial.

C. Pembentukan Posyandu

Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada seperti:

1. Pos/ meja 1 pendaftaran.

2. Pos/meja 2 penimbangan balita.

3. Pos/meja 3 pengisian KMS.

4. Pos/meja 4 penyuluhan kesehatan.

5. Pos / meja 5 pelayanan kesehatan.

D. Alasan Pendirian Posyandu

Posyandu didirikan karena mempunyai beberapa alasan sebagai berikut:

a. Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatn khususnya dalam upaya pencegahan


penyakit dan PPPK sekaligus dengan pelayanan KB.

b. Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat, sehingga menimbulkan
rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana
(Effendi, 1998).

E. Penyelenggara Posyandu

1. Pelaksana kegiatan, adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan
setempat dibawah bimbingan Puskesmas

2. Pengelola posyandu, adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari
keder PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang ada di wilayah
tersebut (Effendi, 1998).
F. Lokasi / Letak Posyandu

Syarat lokasi/letak yang harus dipenuhi meliputi:

1. Berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat

2. Ditentukan oleh masyarakat itu sendiri

3. Dapat merupakan lokal tersendiri

4. Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di rumah penduduk, balai rakyat, pos RT/RW
atau pos lainnya.

G. Pelayanan Kesehatan Di Posyandu

Adapun pelayanan kesehatan yang dijalankan oleh posyandu meliputi:

1. Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita

a. Penimbangan bulanan

b. Pemberian tambahan makanan bagi yang berat badannya kurang

c. Immunisasi bayi 3-14 bulan

d. Pemberian orlit untuk menanggiulangi diare

e. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama

2. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur

a. Pemeriksaan kesehatan umum

b. Pemeriksaan kehamilan dan nifas

c. Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan tablet besi

d. Immunisasi TT untuk ibu hamil

e. Penyuluhan kesehatan dan KB

f. Pemberian alat kontrasespsi KB

g. Pemberian oralit pada ibu yang terkena diare


h. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama

i. Pertolongan pertama pada kecelakaan (Effendi, 1998).

Dalam pelaksanaan tugasnya kader pada posyandu selalu didampingi oleh tim dari Puskesmas,
seperti pada pelaksanaan pada meja IV, apabila kader menemui masalah kesehatan, kader harus
berkonsultasi pada petugas kesehatan yang ada, masalah tersebut dapat berupa:

1. Balita yang berat badanya tidak naik tiga kali berturut-turut.

2. Balita yang berat badanya di bawah garis merah.

3. Balita yang sakit; batuk, sukar bernafas, demam dan sakit telinga.

4. Balita yang mencret.

5. Anak yang menderita buta senja atau mata keruh.

6. Balita dengan penyimpangan tumbuh kembang atau perkembangan terlambat.

7. Ibu yang pucat, sesak nafas, bengkak kaki terutama ibu hamil.

8. Ibu hamil yang menderita perdarahan, pusing kepala yang terus menerus (Depkes RI-
Unicef, 2000).

Bentuk kegiatan lain yang masih dilokasi Posyandu berupa :

1. Mencatat hasil kegiatan UPGK dalam regester balita sampai terbentuknya balok SKDN.

2. Membahas bersama - sama kegiatan lain atas saran petugas.

3. Menetapkan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan seperti penyuluhan.

Sedangkan bentuk kegiatan yang dilakukan diluar posyandu berupa:

1. Melaksanakan kunjungan rumah.

2. Menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan UPGK.

3. Memanfaatkan pekarangan untuk peningkatan gizi keluarga.

4. Membantu petugas dalam pendaftaran, penyuluhan, dan peragaan ketrampilan (DepkesRI-


Unicef, 2000).
Apabila kader menjumpai kesulitan dalam menjalankan tugasnya dalam posyandu, maka
mereka dapat menghubungi orang-orang berikut sebagai upaya untuk mencari jalan keluar:

1. Bidan desa.

2. Kepala Desa.

3. Tokoh masyarakat / tokoh agama.

4. Petugas LKMD, RT, RW.

5. Tim Penggerak PKK.

6. Petugas PLKB.

7. Petugas pertanian ( PPL ).

8. Tutor dari P dan K.

H. Dukungan Dari Puskesmas/ Petugas Kesehatan

Memberikan pelatihan kepada kader yang terdiri dari:

1. Aspek komunikasi.

2. Tehnik berpidato.

3. Kepemimpinan yang mendukung Posyandu.

4. Proses pengembangan.

5. Tehnik pergerakan peranserta masyarakat.

6. Memberikan pembinaan pada kader setelah kegiatan Posyandu berupa:

c. Cara melakukan pendataan / pencatatan.

d. Cara meningkatkan kemampuan kader dalam menyampaikan pesan kesehatan pada


masyarakat.

7. Memotivasi untuk meningkatkan keaktifan kader dalam kegiatan Posyandu

I. Dukungan dari Masyarakat / LKMD


LKMD mempunyai peranan besar dalam upaya peningkatan tarap kesehatan masyarakat di
desa / kelurahan. Dalam hal ini termasuk upaya penurunan angka kematian bayi, anak balita,
ibu hamil dan angka kelahiran, khususnya yang diupayakan melalui posyandu dengan
kegiatanya. Peranan LKMD dalam pembentukan Posyandu :

1. Mengusulkan, mendorong dan membantu kepala desa / kelurahan untuk membentuk


posyandu di wilayahnya.

2. Memberi tahu masyarakat tentang pentingnya posyandu serta cara pembentukannya.

3. Membantu secara aktif pelaksanaan pengumpulan data dan musyawarah masyarakat dalam
rangka membentuk Posyandu, penentuan lokasi, jadwal, pemilihan kader dan lain-lainnya.

Peranan LKMD dalam pelaksanaan Posyandu :

1. Mengingatkan mendorong dan memberi semangat agar kader selalu melaksanakan tugasnya
di Posyandu dengan baik.

2. Mengingatkan ibu hamil, ibu yang mempunyai bayi dan anak balita serta ibu usia subur
agar datang ke Posyandu sesuai jadwal yang telah ditentukan.

Peranan LKMD dalam pembinaan Posyandu :

1. Mengamati apakah penyelenggaraan Posyandu telah dilakukan secara teratur setiap bulan,
sesuai jadwal yang telah disepakati.

2. Mengamati apakah Posyandu telah melaksanakan pelayanan secara lengkap (KIA, KB,
Gizi, Immunisasi dan penanggulangan diare).

3. Memberikan saran-saran kepada kepala desa / kelurahan dan kader agar Posyandu dapat
berfungsi secara optimal ( agar buka teratur sesuai jadwal, melakukan pelayanan secara
lengkap dan dikunjungi ibu hamil, ibu dan anak balita serta ibu usia subur).

4. Bila dipandang perlu, membantu mencarikan jalan agar Posyandu dapat melakukan
pemberian makanan tambahan kepada bayi dan anak balita secara swadaya.

5. Mengingatkan kader untuk melakukan penyuluhan di rumah-rumah ibu (kunjungan rumah)


dengan bahan penyuluhan yang tersedia.

6. Mencarikan jalan dan memberi saran-saran agar kader dapat bertahan melaksanakan tugas
dan perannya (tidak drop out). Misalnya dengan pemberian penghargaan, mengupayakan alat
tulis atau bantuan lainya.
7. Membahas bersama kepala desa / kelurahan dan tim pembina LKMD Kecamatan cara-cara
pemecahan masalah yang dihadapi Posyandu.

8. Agar pembinaan Posyandu dan pembinaan kader dilakukan oleh LKMD ini dapat
dilaksanakan dengan baik, maka cara dan pesan-pesan penyuluhan yang berkaitan dengan
promosi Posyandu juga perlu dipahami oleh LKMD

J. Posyandu Lansia

Posyandu Lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut disuatu wilayah
tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan
pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui
program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat
dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya (Erfandi, 2008).

Menurut Departemen Kesehatan RI (2005), posyandu lansia adalah suatu bentuk keterpaduan
pelayanan kesehatan terhadap lansia ditingkat desa / kelurahan dalam masing-masing wilayah
kerja puskesmas. Keterpaduan dalam posyandu lansia berupa keterpaduan pada pelayanan
yang dilatar belakangi oleh kriteria lansia yang memiliki berbagai macam penyakit. Dasar
pembentukan posyandu lansia adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama
lansia.

1. Tujuan Posyandu Lansia

a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia dimasyarakat, sehingga terbentuk


pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.

b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam
pelayanan kesehatan, disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.

2. Sasaran Posyandu Lansia

a. Sasaran langsung, yaitu kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun), kelompok usia lanjut (60
tahun ke atas), dan kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas).

b. Sasaran tidak langsung, yaitu keluarga dimana lansia berada, organisasi sosial yang
bergerak dalam pembinaan usia lanjut, masyarakat luas (Departemen Kesehatan RI, 2006).
3. Kegiatan Posyandu Lansia

a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti
makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan
sebagainya.

b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional dengan
menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit

c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan
dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).

d. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan


denyut nadi selama satu menit.

e. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat

f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula
(diabetes mellitus)

g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit ginjal.

h. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan
pada pemeriksaan butir-butir diatas.

i. Penyuluhan Kesehatan, biasa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam rangka
kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang
dihadapi oleh individu dan kelompok usia lanjut.

j. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang tidak dating,
dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat.

4. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia

Mekanisme pelayanan Posyandu Lansia tentu saja berbeda dengan posyandu balita pada
umumnya. Mekanisme pelayanan ini tergantung pada mekanisme dan kebijakan pelayanan
kesehatan di suatu wilayah penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia ini
dengan sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada pula yang hanya 3 meja. 3 meja tersebut
meliputi :

a. Meja I: pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau tinggi badan.
b. Meja II : melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan dan index massa tubuh (IMT);
juga pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus.

c. Meja III : melakukan kegiatan konseling atau penyuluhan, dapat juga dilakukan pelayanan
pojok gizi.

5. Masalah Kesehatan pada Lansia

Masalah kesehatan pada lansia tentu saja berbeda dengan jenjang umur yang lain karena pada
penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit
dan proses menua yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti sel serta mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita.

Dr. Purma Siburian Sp PD, pemerhati masalah kesehatan pada lansia menyatakan bahwa ada
14 I yang menjadi masalah kesehatan pada lansia, yaitu :

a. Immobility (kurang bergerak), dimana meliputi gangguan fisik, jiwa dan faktor lingkungan
sehingga dapat menyebabkan lansia kurang bergerak. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
gangguan tulang, sendi dan otot, gangguan saraf dan penyakit jantung.

b. Instability (tidak stabil/ mudah jatuh), dapat disebabkan oleh faktor intrinsik (yang
berkaitan dengan tubuh penderita), baik karena proses menua, penyakit maupun ekstrinsik
(yang berasal dari luar tubuh) seperti obat-obatan tertentu dan faktor lingkungan. Akibatnya
akan timbul rasa sakit, cedera, patah tulang yang akan membatasi pergerakan. Keadaan ini akan
menyebabkan gangguan psikologik berupa hilangnya harga diri dan perasaan takut akan
terjadi.

c. Incontinence (buang air) yaitu keluarnya air seni tanpa disadari dan frekuensinya sering.
Meskipun keadaan ini normal pada lansia tetapi sebenarnya tidak dikehendaki oleh lansia dan
keluarganya. Hal ini akan membuat lansia mengurangi minum untuk mengurangi keluhan
tersebut, sehingga dapat menyebabkan kekurangan cairan.

d. Intellectual Impairment (gangguan intelektual/ dementia), merupakan kumpulan gejala


klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga
menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari.
e. Infection (infeksi), merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia,
karena sering didapati juga dengan gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan
keterlambatan diagnosis dan pengobatan.

f. Impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalencence, skin


integrity (gangguan panca indera, komunikasi, penyembuhan dan kulit), merupakan akibat dari
proses menua dimana semua panca indera berkurang fungsinya, demikian juga pada otak, saraf
dan otot-otot yang dipergunakan untuk berbicara, sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh
dan mudah rusak dengan trauma yang minimal.

g. Impaction (konstipasi=sulit buang air besar), sebagai akibat dari kurangnya gerakan,
makanan yang kurang mengandung serat, kurang minum, dan lainnya.

h. Isolation (depresi), akibat perubahan sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya


kemandirian sosial. Pada lansia, depresi yang muncul adalah depresi yang terselubung, dimana
yang menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri
pinggang, gangguan pecernaan, dan lain-lain.

i. Inanition (kurang gizi), dapat disebabkan karena perubahan lingkungan maupun kondisi
kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan yang
bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat), terutama karena kemiskinan, gangguan panca
indera; sedangkan faktor kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, obat-obatan,
dan lainnya.

j. Impecunity (tidak punya uang), semakin bertambahnya usia, maka kemampuan tubuh untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan akan semaki berkurang, sehingga jika tidak dapat bekerja maka
tidak akan mempunyai penghasilan.

k. Iatrogenesis (penyakit akibat obat-obatan), sering dijumpai pada lansia yang mempunyai
riwayat penyakit dan membutuhkan pengobatan dalam waktu yang lama, jika tanpa
pengawasan dokter maka akan menyebabkan timbulnya penyakit akibat obat-obatan.

l. Insomnia (gangguan tidur), sering dilaporkan oleh lansia, dimana mereka mengalami sulit
untukmasuk dalam proses tidur, tidur tidak nyenyak dan mudah terbangun, tidur dengan
banyak mimpi, jika terbangun susah tidur kembali, terbangun didini hari-lesu setelah bangun
di pagi hari.
m. Immune deficiency (daya tahan tubuh menurun), merupakan salah satu akibat dari prose
menua, meskipun terkadang dapat pula sebagai akibat dari penyakit menahun, kurang gizi dan
lainnya.

n. Impotence (impotensi), merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau


mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan senggama yang memuaskan yang terjadi
paling sedikit 3 (tiga) bulan. Hal ini disebabkan karena terjadi hambatan aliran darah ke dalam
alat kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah, baik karena proses menua
atau penyakit.

6. Penilaian Keberhasilan Upaya Pembinaan Lansia melalui Posyandu Lansia

Menurut Henniwati (2008), penilaian keberhasilan pembinaan lansia melalui kegiatan


pelayanan kesehatan di posyandu, dilakukan dengan menggunakan data pencatatan, pelaporan,
pengamatan khusus dan penelitian. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari :

a. Meningkatnya sosialisasi masyarakat lansia dengan berkembangnya jumlah orang


masyarakat lansia dengan berbagai aktivitas pengembangannya

b. Berkembangnya jumlah lembaga pemerintah atau swasta yang memberikan pelayanan


kesehatan bagi lansia

c. Berkembangnya jenis pelayanan konseling pada lembaga

d. Berkembangnya jangkauan pelayanan kesehatan bagi lansia

e. Penurunan daya kesakitan dan kematian akibat penyakit pada lansia

DAFTAR PUSTAKA

Behram. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC

Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.

Jakarta : EGC
Depkes. 2007. Kurikulum dan Modul Pelatihan Bidan Poskesdes dan

Pengembangan Desa Siaga. Jakarta : Depkes

Depkes. 2006. Manajement Terpadu Balita Sakit. Jakarta : Depkes

Depkes RI, 1993, Jakarta, Petunjuk Pengelolaan Perawatan Kesehatan Masyarakat

Depkes RI, 1996, Jakarta, Pedoman Pemantauan Penilaian Program Perawatan Kesehatan
Masyarakat.

Notoatmojo,soekidjo.2003.Pendidikan dan perilaku kesehatan.jakarta ;RINEKA CIPTA

Setiawati,Dermawan.2008.Proses Pembelajaran Dalam Pendidikan


Kesehatan.Jakarta;TRANS INFO MEDIA

Anda mungkin juga menyukai