Anda di halaman 1dari 52

KOPERASI KONSUMEN

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah

Akuntansi Koperasi

yang dibina oleh Ibu Miranti Puspaningtyas, S.Pd., M.Akun.

Oleh :

Mafisa Fahma (160421607708)

Meita Rahima Pribawani (160421607621)

Muchamad Dwi Rahardjo (160421600422)

Nor Hasanah (160421600426)

Novia Arnistya Utari (160421607622)

Nur Rekha Yuan Agatha (160421600432)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI

FEBRUARI 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia–Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
harapan dapat bermanfaat untuk menambah ilmu dan wawasan kita. Makalah ini
dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Koperasi dengan judul
“Koperasi Konsumen” yang dibina oleh Ibu Miranti Puspaningtyas.
Dalam membuat makalah ini, dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang
kami miliki, kami berusaha mencari referensi dari berbagai sumber informasi,
terutama dari media buku dan beberapa sumber lain dari internet. Kegiatan
penyusunan makalah ini memberikan ilmu pengetahuan tambahan yang dapat
bermanfaat bagi kehidupan kami, juga para pembaca makalah ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami
sebutkan satu per satu yang sangat membantu dalam pembuatan makalah ini.
Sebagai manusia biasa, kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya saran yang membangun
sehingga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun pengguna
makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan semoga Tuhan Yang Maha Esa membimbing kita
semua dalam naungan kasih dan sayang–Nya.

Malang, Februari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................... i


Daftar Isi ........................................................................................ ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................. 2
BAB II Pembahasan
2.1 Aktivitas Koperasi Konsumen ............................................. 3
2.2 Akun-Akun Koperasi Konsumen ........................................ 4
2.3 Harga Pokok Penjualan dan Beban Pokok .......................... 5
2.4 Metode Pencatatan ............................................................... 7
2.5 Neraca Lajur ......................................................................... 16
2.6 Jurnal Penutup ...................................................................... 20
2.7 Jurnal Khusus ....................................................................... 21
2.8 Buku Harian Serba-Serbi ..................................................... 27
BAB III Penutup
3.1 Simpulan ............................................................................... 31
3.2 Saran ..................................................................................... 31
Lampiran ........................................................................................ 32
Daftar Pustaka ................................................................................ iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia, koperasi berkembang untuk memfasilitasi kebutuhan
masyarakat yang memerlukan bantuan ekonomi apabila persyaratan peminjaman di
bank rumit. Pada dasarnya, koperasi adalah suatu organisasi ekonomi yang dimiliki
dan dioperasikan oleh para angotanya untuk memenuhi kebutuhan bersama.
Koperasi bersifat kekeluargaan yang mana anggotanya, terutama pengurus,
mengelola keuangan koperasi seadil-adilnya. Anggota koperasi juga turut
membayar simpanan wajib. Jika merasa memiliki uang lebih, maka anggota
koperasi dapat menyimpannya di koperasi berupa simpanan sukarela dimana
dibayarkan secara sukarela oleh anggota yang bersangkutan.
Karena manfaat koperasi sangat menjanjikan dan bersifat kekeluargaan, maka
banyak koperasi yang berkembang menyesuaikan situasi dan kondisi di
masyarakat. Salah satunya adalah koperasi konsumen. Koperasi konsumen adalah
koperasi dengan anggotanya merupakan para konsumen. Kegiatan utama koperasi
ini adalah membeli barang dan jasa.
Semakin berkembangnya jaman, maka koperasi harus menyesuaikannya
juga. Salah satunya dengan adanya pencatatan transaksi dalam setiap transaksi
pembelian dan penjualan yang dicatat jurnal-jurnal khusus yang akan dibahas lebih
lanjut. Manfaat dari aktivitas pencatatan bagi koperasi adalah tertatanya laporan
keuangan dalam suatu koperasi, mudah ditelusuri penerimaan dan pengeluaran
kasnya, serta mempermudah proses audit yang dilakukan oleh Dinas Koperasi.
Dengan demikian, pentingnya bagi anggota koperasi untuk mengetahui bagaimana
cara pencatatan laporan keuangan pada koperasi konsumen.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana aktivitas koperasi konsumen?
2) Bagaimana akun-akun yang dipakai dalam koperasi konsumen?
3) Bagaimana pencatatan harga pokok penjualan dan beban pokok pada
koperasi konsumen?
4) Bagaimana metode pencatatan pada koperasi konsumen?

1
5) Bagaimana format penulisan neraca lajur pada koperasi konsumen?
6) Bagaimana format penulisan jurnal penutup pada koperasi konsumen?
7) Bagaimana format penulisan dan macam-macam jurnal khusus pada
koperasi konsumen?
8) Bagaimana format penulisan buku harian serba-serbi pada koperasi
konsumen?

1.3 Tujuan Penulisan


1) Untuk memahami aktivitas koperasi konsumen.
2) Untuk mengklasifikasikan akun-akun yang dipakai pada koperasi
konsumen.
3) Untuk mengetahui pencatatan harga pokok penjualan dan beban pokok
pada koperasi konsumen.
4) Untuk mengaplikasikan metode pencatatan pada koperasi konsumen.
5) Untuk mengaplikasikan neraca lajur pada koperasi konsumen.
6) Untuk mengaplikasikan jurnal penutup pada koperasi konsumen.
7) Untuk mengaplikasikan dan mengklasifikasikan macam-macam dari
jurnal khusus koperasi konsumen.
8) Untuk mengaplikasikan pencatatan buku harian serba-serbi pada
koperasi konsumen.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Aktivitas Koperasi Konsumen


Koperasi konsumen adalah yang beranggotakan para konsumen akhir
pemakai barang atau jasa dalam koperasi dengan kegiatan utamanya adalah
melakukan jual beli barang konsumsi. Suatu koperasi konsumen dalam melayani
para anggota untuk barang atau jasa sangat tergantung pada latar belakang
kebutuhan anggota yang akan dipenuhi.
Fungsi utama koperasi konsumen adalah menjembatani atau sebagai
perantara antara produsen dengan konsumen yang membutuhkan barang atau jasa
untuk menghasilkan suatu produk tertentu dan konsumen yang membutuhkan
produk tersebut. Di samping itu, koperasi konsumen bisa sebagai tempat pertemuan
antara produsen dan konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Tujuannya adalah untuk memberikan keuntungan sebesar-besarnya bagi
anggotanya dengan cara mengadakan barang atau jasa yang murah, berkualitas, dan
mudah didapat. Contoh dari koperasi konsumen antara lain yaitu pengelola toko
serba ada dan mini market yang menyediakan kebutuhan para anggota yaitu bahan
makanan, pakaian, alat tulis atau berupa peralatan rumah tangga.
Koperasi konsumen sebelum menjual produk barang atau jasa akan membeli
kepada produsen atau supplier, karena koperasi konsumen tidak memproduksi
sendiri produknya. Untuk membeli barang-barang tersebut koperasi harus
mengeluarkan uang sebagai bukti pembayaran, baik pada saat terjadinya transaksi
maupun di kemudian hari. Setelah koperasi membeli dari produsen maka barang
tersebut akan dijual kepada konsumen langsung yang menjadi anggota koperasi
maupun yang bukan merupakan anggota koperasi. Dari aktivitas penjualan barang
ini koperasi akan memperoleh penerimaan uang dari pelanggan.
Berdasarkan uraian di atas, maka aktivitas utama koperasi konsumen terdiri
dari sebagai berikut.
1. Pembelian 3. Penjualan
2. Pengeluaran Kas 4. Penerimaan Kas

3
Dengan demikian, keempat aktivitas tersebut akan menjadi dasar karena
berkaitan dengan pencatatan transaksi dalam koperasi konsumen.

2.2 Akun-Akun Koperasi Konsumen


Rekening-rekening yang terdapat pada koperasi konsumen yaitu sebagai
berikut.
1. Pembelian adalah rekening atau akun yang hanya digunakan untuk
menampung aktivitas pembelian barang dagangan koperasi.
2. Partisipasi bruto anggota adalah kontribusi anggota kepada koperasi
atas imbalan penyerahan barang dan jasa kepada anggota, yang
mencakup harga pokok dan paritsipasi neto. Jadi, partisipasi bruto
adalah nilai total penjualan produk perusahaan, barang dan jasa, kepada
anggota koperasi.
3. Partisipasi neto anggota adalah kontribusi anggota terhadap hasil usaha
koperasi yang merupakan selisih antara partisipasi bruto dengan beban
pokok. Jadi, partisipasi neto adalah laba yang timbul akibat penjualan
produk perusahaan, barang dan jasa, kepada anggota koperasi.
4. Pendapatan dari non anggota adalah penjualan barang dan jasa kepada
pihak selain anggota koperasi. Dengan hal ini penjualan produk
koperasi yang dimaksud adalah masyarakat umum
5. Beban perkoperasian adalah beban sehubungan dengan gerakan
perkoperasian dan tidak berhubungan dengan kegiatan usaha.
6. Sisa Hasil Usaha (SHU) menunjukkan selisih antara penghasilan yang
diterima selama periode tertentu dengan pengorbanan yang dikeluarkan
untuk memperoleh penghasilan itu. Setelah dikurangi dengan beban-
beban tertentu SHU akan dibagikan kepada para anggota sesuai dengan
perimbangan jasanya masing-masing. Jasa anggota diukur berdasarkan
jumlah kontribusi masing-masing terhadap pembentukan SHU ini.
Ukuran kontribusi yang digunakan adalah jumlah transaksi anggota
dengan koperasi selama periode tertentu.

4
7. Persediaan adalah akun yang digunakan untuk menunjukkan jumlah
barang dagangan yang dimiliki koperasi pada awal atau akhir periode
tertentu.
8. Harga Pokok Penjualan digunakan untuk menampung harga pokok/
harga beli barang yang dijual di dalam suatu periode akuntansi.
9. Beban pokok adalah harga beli dari barang yang dijual kepada anggota
koperasi. Pada dasarnya, beban pokok adalah harga pokok penjualan
untuk barang yang dijual kepada anggota koperasi.
10. Potongan penjualan/potongan tunai digunakan untuk menampung
jumlah diskon atau pengurangan yang diberikan pihak penjual kepada
konsumen karena telah membayar secara tunai atau dalam waktu yang
telah ditentukan.
11. Retur penjualan digunakan untuk menampung sejumlah barang yang
telah dijual tetapi dikembalikan lagi oleh pihak pembeli karena ada
ketidaksesuaian dengan pesanan.
12. Potongan pembelian digunakan untuk menampung sejumlah diskon
yang telah diberikan pihak produsen/supplier kepada pihak pembeli
karena telah membayar secara tunai atau dalam waktu yang ditetapkan.
13. Beban pemasaran digunakan untuk menampung keseluruhan beban
yang dikeluarkan koperasi untuk mendistribusikan barang dagangannya
hingga sampai ke tangan pelanggan. Beban ini mencakup beban iklan,
komisi wiraniaga, dan lain-lain.
14. Beban administrasi dan umum digunakan untuk menampung
keseluruhan beban operasi kantor. Beban ini mencakup gaji manajer
koperasi, gaji manajer produksi, beban listrik, air dan telepon, beban
depresiasi, dan lain-lain.

2.3 Harga Pokok Penjualan dan Beban Pokok


Harga Pokok Penjualan (HPP) adalah harga beli dari barang-barang yang
dijual di dalam suatu periode akuntansi. Beban Pokok adalah harga beli (HPP) dari
barang-barang yang dijual kepada anggota koperasi. Harga Pokok Penjualan
dihitung dengan cara sebagai berikut.

5
Persediaan awal barang dagangan xxx
Pembelian xxx
Potongan Pembelian (xx)
Retur Pembelian (xx)
Pembelian bersih xxx
Persediaan total barang dagangan xxx
Persediaan akhir barang dagangan (xx)
Harga Pokok Penjualan xxx

Contoh Penyusunan Laporan Perhitungan Hasil Usaha pada Koperasi


Konsumen
Koperasi Makmur Sentosa merupakan koperasi konsumen yang menjual
barang dagangannya kepada anggota dan non anggota. Selama bulan April 2008,
koperasi tersebut menjual barang dagangannya kepada anggotanya senilai Rp
80.000.000,00 dan kepada masyarakat umum yang bukan anggota sebesar Rp
20.000000,00. Koperasi menetapkan HPP sebesar 70% dari nilai penjualan.
Sedangkan beban operasi yang dikeluarkan selama bulan April 2008 adalah sebagai
berikut.
Gaji pegawai koperasi Rp 3.000.000,00
Gaji pengurus koperasi Rp 1.500.000,00
Beban listrik, air PAM dan telepon Rp 900.000,00
Beban perlengkapan kantor Rp 250.000,00
Penyelesaian:
Beban pokok (HPP kepada anggota) = 70% x penjualan ke anggota (partisipasi
bruto anggota)
= 70% x Rp 80.000.000,00
= Rp 56.000.000,00
HPP kepada non anggota = 70% x penjualan ke non anggota
= 70% x Rp 20.000.000,00
= Rp 14.000.000,00

6
2.4 Metode Pencatatan
Contoh kasus Akuntansi Koperasi Konsumen
Koperasi “Maju Terus” adalah koperasi yang bergerak dalam penjualan
barang-barang kebutuhan sehari-hari masyarakat di suatu daerah pemukiman di
wilayah kota Tasikmalaya. Koperasi ini didirikan pada pertengahan Januari 2010
dan memiliki 500 anggota.
Koperasi ini menyewa sebuah bangunan ruko 2 lantai sebesar Rp
36.000.000,- untuk jangka waktu 2 tahun, sebagai tempat usaha. Lantai 1 digunakan
sebagai toko dan lantai 2 sebagai kantor koperasi. Koperasi ini menjual produknya
baik kepada anggota maupun nonanggota. Pada awal Maret 2010, koperasi ini
mulai beroperasi dan staf akuntansi menyajikan neraca berikut.
Koperasi “Maju Terus”
Neraca
1 Maret 2010
Kas 221.000.000
Sewa Kantor Dibayar Dimuka 36.000.000
Perlengkapan Kantor 3.000.000 Simpanan Pokok 250.000.000
Peralatan Kantor 40.000.000 Simpanan Wajib 50.000.000

Total Aktiva 300.000.000 Total Kewajiban 300.000.000

Selama bulan Maret 2010, transaksi-transaksi yang terjadi sebagai berikut.


5/3/2010 Koperasi Maju Terus membeli barang dagangan berbagai jenis barang
kebutuhan sehari-hari senilai Rp 140.000.000, Rp 85.000.000 dibayar
tunai dan sisanya akan dibayar dalam waktu 2 bulan
10/3/2010 Koperasi menjual barang dagangan berbagai jenis kebutuhan sehari-hari
kepada anggota senilai Rp 96.000.000. Dari total penjualan tersebut Rp
41.000.000 dibayar tunai dan sisanya belum dibayar pembeli. Koperasi
menetapkan harga pokok penjualan sebesar 85% dari harga jual.
12/3/2010 Koperasi membeli barang dagangan senilai Rp 32.000.000,- secara
tunai.
15/3/2010 Koperasi membayar sebagian utang usaha sebesar Rp 15.000.000,-.

7
20/3/2010 Koperasi menjual barang dagangan kepada masyarakat umum non
anggota senilai Rp 72.000.000 secara tunai. Koperasi menetapkan harga
pokok penjualan sebesar 85% dari harga jual.
29/3/2010 Koperasi membayar beban listrik, air PAM, dan telepon sebesar Rp
1.300.000,- secara tunai.
30/3/2010 Koperasi membayar gaji pegawai sebesar Rp 2.400.000 dan gaji
pengurus sebesar Rp 2.000.000 secara tunai.

2.4.1. Metode Pencatatan Perpetual


Transaksi dalam akuntansi koperasi bisa dicatat dengan metode
perpertual, dimana metode perpetual merupakan kartu stok yang harus
dimiliki oleh koperasi guna memantau arus keluar masuknya barang
dagangan. Masing-masing produk di koperasi harus mempunyai satu kartu
stok. Dalam hal ini, kartu stok digunakan untuk memantau dan
mengendalikan arus keluar masuknya barang dagang serta menghitung harga
pokok penjualan barang dari transaksi tertentu bahkan sampai keseluruhan.
Contoh pencatatan perpetual dari transaksi Koperasi “Maju Terus” selama
bulan Maret.
Tanggal Keterangan Ref Saldo
2010 Debet Kredit
Maret 5 Persediaan 140.000.000
Kas 85.000.000
Utang Usaha 55.000.000

10 Kas 41.000.000
Piutang Anggota 55.000.000
Partisipasi Bruto Anggota 96.000.000

Beban Pokok 81.600.000


Persediaan 81.600.000

12 Persediaan 32.000.000
Kas 32.000.000

15 Utang Usaha 15.000.000


Kas 15.000.000

20 Kas 72.000.000

8
Penjualan 72.000.000

Harga Pokok Penjualan 61.200.000


Persediaan 61.200.000

29 Beban Listrik, Air, Telepon 1.300.000


Kas 1.300.000
Maret 30 Beban Gaji Pegawai 2.400.000
Beban Gaji Pengurus 2.000.000
Kas 4.400.000

Selanjutnya diposting ke buku besar, seperti terlihat berikut ini.


Nama Akun: Kas No. Akun: ........
Tgl Saldo
Keterangan Ref Debet Kredit
2010 Debet Kredit
1 Mrt Saldo Awal 221.000.000
5 Pembelian barang tunai 85.000.000 136.000.000
10 Penjualan tunai 41.000.000 177.000.000
12 Pembelian barang tunai 32.000.000 145.000.000
15 Pembayaran utang usaha 15.000.000 130.000.000
20 Penjualan tunai 72.000.000 202.000.000
nonanggota
29 Beban Listrik, air, telepon 1.300.000 200.700.000
30 Gaji pegawai & pengurus 4.400.000 196.000.000

Nama Akun: Piutang Anggota No. Akun: ........


Tgl Saldo
Keterangan Ref Debet Kredit
2010 Debet Kredit
10 Mrt Penjualan kredit ke 55.000.000 55.000.000
anggota

Nama Akun: Persediaan No. Akun: ........


Tgl Saldo
Keterangan Ref Debet Kredit
2010 Debet Kredit
5 Mrt Pembelian barang 140.000.000 140.000.000
dagangan
10 HPP penjualan ke anggota 81.600.000 58.400.000
12 Pembelian barang 32.000.000 90.400.000
dagangan
20 HPP penjualan ke 61.200.000 29.200.000
nonanggota

Nama Akun: Sewa Kantor Dibayar Dimuka No. Akun: ........

9
Tgl Saldo
Keterangan Ref Debet Kredit
2010 Debet Kredit
1 Mrt Saldo Awal 36.000.000

Nama Akun: Perlengkapan Kantor No. Akun: ........


Tgl Keterangan Ref Debet Kredit Saldo
2010 Debet Kredit
1 Mrt Saldo Awal 3.000.000

Nama Akun: Peralatan Kantor No. Akun: ........


Tgl Saldo
Keterangan Ref Debet Kredit
2010 Debet Kredit
1 Mrt Saldo Awal 40.000.000

Nama Akun: Utang Usaha No. Akun: ........


Tgl Saldo
Keterangan Ref Debet Kredit
2010 Debet Kredit
5 Mrt Pembelian barang 55.000.000 55.000.000
dagangan
15 Pembayaran sebagian 15.000.000 40.000.000
utang

Nama Akun: Simpanan Pokok No. Akun: ........


Tgl Saldo
Keterangan Ref Debet Kredit
2010 Debet Kredit
1 Mrt Saldo Awal 250.000.000

Nama Akun: Simpanan Wajib No. Akun: ........


Tgl Saldo
Keterangan Ref Debet Kredit
2010 Debet Kredit
1 Mrt Saldo Awal 50.000.000

Nama Akun: Partisipasi Bruto Anggota No. Akun: ........


Tgl Saldo
Keterangan Ref Debet Kredit
2010 Debet Kredit
10 Mrt Penjualan ke anggota 96.000.000 96.000.000

Nama Akun: Penjualan No. Akun: ........


Tgl Saldo
Keterangan Ref Debet Kredit
2010 Debet Kredit

10
20 Mrt Penjualan tunai 72.000.000 72.000.000
nonanggota

Nama Akun: Beban Pokok No. Akun: ........


Tgl Saldo
Keterangan Ref Debet Kredit
2010 Debet Kredit
10 Mrt HPP penjualan ke anggota 81.600.000 81.600.000

Nama Akun: Harga Pokok Penjualan No. Akun: ........


Tgl Saldo
Keterangan Ref Debet Kredit
2010 Debet Kredit
20 Mrt HPP penjualan non 61.200.000 61.200.000
anggota

Nama Akun: Beban Gaji Pegawai No. Akun: ........


Tgl Saldo
Keterangan Ref Debet Kredit
2010 Debet Kredit
30 Mrt Gaji bulan Maret 2010 2.400.000 2.400.000

Nama Akun: Beban Gaji Pengurus No. Akun: ........


Tgl Saldo
Keterangan Ref Debet Kredit
2010 Debet Kredit
30 Mrt Gaji bulan Maret 2010 2.000.000 2.000.000

Nama Akun: Beban Listrik,air,dan telepon No. Akun: ........


Tgl Saldo
Keterangan Ref Debet Kredit
2010 Debet Kredit
29 Mrt Beban bulan Maret 2010 1.300.000 1.300.000

Selanjutnya, menyusun Neraca Saldo (Trial Balance)


Koperasi “Maju Terus”
Neraca Saldo
31 Maret 2010
Nama Akun Saldo
Debet Kredit
Kas 196.300.000
Piutang Anggota 55.000.000
Persediaan 29.200.000
Sewa Kantor Dibayar Dimuka 36.000.000

11
Perlengkapan Kantor 3.000.000
Peralatan kantor 40.000.000
Utang usaha 40.000.000
Simpanan Pokok 250.000.000
Simpanan Wajib 50.000.000
Partisipasi Bruto 96.000.000
Penjualan 72.000.000
Beban Pokok 81.600.000
Harga Pokok Penjualan 61.200.000
Beban Listrik, air, dan telepon 1.300.000
Beban Gaji Pegawai 2.400.000
Beban Gaji Pengurus 2.000.000

Total 508.000.000 508.000.000

Koperasi Maju Terus


Laporan Perhitungan Hasil Usaha
Periode 31 Maret 2010

# Partisipasi Anggota:
- Partisipasi Bruto Anggota Rp 96.000.000
- Beban Pokok (81.600.000)
- Partisipasi Neto Anggota 14.400.000

# Pendapatan dari Non Anggota:


- Penjualan 72.000.000
- Harga Pokok Penjualan (61.200.000)
- SHU Kotor dari Nonanggota 10.800.000

# Sisa Hasil Usaha Kotor 25.200.000

# Beban Operasi:
- Beban Gaji Pengurus Koperasi Rp 2.000.000
- Beban Gaji Pegawai Koperasi 2.400.000
- Beban Listrik, air dan telepon 1.300.000
Total Beban Operasi (5.700.000)

# Sisa Hasil Usaha Rp 19.500.000

2.4.2. Metode Pencatatan Periodik

12
Berbeda dengan metode perpetual, metode periodik yaitu mencatat hal-
hal yang berkaitan dengan persediaan barang dagang dalam koperasi
konsumen, di mana persediaan dicatat dan dihitung hanya pada awal dan
akhir periode akuntansi saja untuk menentukan harga pokok penjualan.
Metode ini paling banyak dipakai oleh koperasi yang frekuensi transaksinya
tinggi. Metode periodik tidak mengharuskan adanya kartu stok/kartu
persediaan, tetapi cukup dilakukan perhitungan fisik barang dagangan yang
ada di gudang pada akhir periode akuntansi ketika akan menyusun laporan
keuangan.
Dalam kasus Koperasi “Maju Terus”, jika transaksi yang dilakukan
selama bulan Maret 2010 dicatat dengan metode periodik, maka hasilanya
adalah sebagai berikut
Tanggal Keterangan Ref Saldo
2010 Debet Kredit
Maret 5 Pembelian 140.000.000
Kas 85.000.000
Utang Usaha 55.000.000

10 Kas 41.000.000
Piutang Anggota 55.000.000
Partisipasi Bruto Anggota 96.000.000

12 Pembelian 32.000.000
Kas 32.000.000

15 Utang Usaha 15.000.000


Kas 15.000.000

20 Kas 72.000.000
Penjualan 72.000.000

29 Beban Listrik, Air, Telepon 1.300.000


Kas 1.300.000

Maret 30 Beban Gaji Pegawai 2.400.000


Beban Gaji Pengurus 2.000.000
Kas 4.400.000

Selanjutnya diposting ke buku besar, seperti terlihat berikut ini:


Nama Akun: KAS No. Akun: ........
Tgl Keterangan Ref Debet Kredit Saldo

13
2010 Debet Kredit
1 Mrt Saldo Awal 221.000.000
5 Pembelian Dagangan 85.000.000 136.000.000
Tunai
10 Penjualan Tunai Barang 41.000.000 177.000.000
Dagangan
12 Pembelian Dagangan 32.000.000 145.000.000
Tunai
15 Pembayaran Utang Usaha 15.000.000 130.000.000
20 Penjualan Tunai 72.000.000 202.000.000
Nonanggota
29 Beban Listrik, air, telepon 1.300.000 200.700.000
30 Gaji Pegawai & Pengurus 4.400.000 196.300.000

Nama Akun: Piutang Anggota No. Akun: ........


Tgl Saldo
Keterangan Ref Debet Kredit
2010 Debet Kredit
10 Mrt Penjualan kredit ke 55.000.000 55.000.000
anggota

Nama Akun: Pembelian No. Akun: ........


Tgl Saldo
Keterangan Ref Debet Kredit
2010 Debet Kredit
5 Mrt Pembelian barang 140.000.000 140.000.0000
dagangan
12 Pembelian barang 32.000.000 172.000.000
dagangan

Nama Akun: Sewa Kantor Dibayar Dimuka No. Akun: ........


Tgl Saldo
Keterangan Ref Debet Kredit
2010 Debet Kredit
1 Mrt Saldo Awal 36.000.000

Nama Akun: Perlengkapan Kantor No. Akun: ........


Tgl Saldo
Keterangan Ref Debet Kredit
2010 Debet Kredit
1 Mrt Saldo Awal 3.000.000

Nama Akun: Peralatan Kantor No. Akun: ........


Tgl Saldo
Keterangan Ref Debet Kredit
2010 Debet Kredit

14
1 Mrt Saldo Awal 40.000.000

Nama Akun: Utang Usaha No. Akun: ........


Tgl Saldo
Keterangan Ref Debet Kredit
2010 Debet Kredit
5 Mrt Pembelian Kredit Barang 55.000.000 55.000.000
Dagangan
15 Pembayaran Sebagian 15.000.000 40.000.000
Utang

Nama Akun: Simpanan Pokok No. Akun: ........


Tgl Saldo
Keterangan Ref Debet Kredit
2010 Debet Kredit
1 Mrt Saldo Awal 250.000.000

Nama Akun: Simpanan Wajib No. Akun: ........


Tgl Saldo
Keterangan Ref Debet Kredit
2010 Debet Kredit
1 Mrt Saldo Awal 50.000.000

Nama Akun: Partisipasi Bruto Anggota No. Akun: ........


Tgl Saldo
Keterangan Ref Debet Kredit
2010 Debet Kredit
10 Mrt Penjualan ke Anggota 96.000.000 96.000.000

Nama Akun: Penjualan No. Akun: ........


Tgl Saldo
Keterangan Ref Debet Kredit
2010 Debet Kredit
20 Mrt Penjualan Tunai ke 72.000.000 72.000.000
Nonanggota

Nama Akun: Gaji Pegawai No. Akun: ........


Tgl Saldo
Keterangan Ref Debet Kredit
2010 Debet Kredit
30 Mrt Gaji Bulan Maret 2010 2.400.000 2.400.000

Nama Akun: Gaji Pengurus No. Akun: ........


Tgl Keterangan Ref Debet Kredit Saldo

15
2010 Debet Kredit
20 Mrt Gaji Bulan Maret 2010 2.000.000 2.000.000

Nama Akun: Beban, Listrik, Air, dan Telepon No. Akun: ........
Tgl Saldo
Keterangan Ref Debet Kredit
2010 Debet Kredit
20 Mrt Beban Bulan Maret 2010 1.300.000 1.300.000

Selanjutnya menyusun Neraca Saldo (Trial Balance)

Koperasi “Maju Terus”


Neraca Saldo
31 Maret 2010
Nama Akun Saldo
Debet Kredit
Kas 196.300.000
Piutang Anggota 55.000.000
Sewa Kantor Dibayar Dimuka 36.000.000
Perlengkapan Kantor 3.000.000
Peralatan kantor 40.000.000
Utang usaha 40.000.000
Simpanan Pokok 250.000.000
Simpanan Wajib 50.000.000
Partisipasi Bruto 96.000.000
Penjualan 72.000.000
Pembelian 172.000.000
Beban Listrik, air, dan telepon 1.300.000
Beban Gaji Pegawai 2.400.000
Beban Gaji Pengurus 2.000.000
Total 508.000.000 508.000.000

Koperasi Maju Terus


Laporan Perhitungan Hasil Usaha
Periode 31 Maret 2010

16
# Penjualan dan Partisipasi Bruto:
- Partisipasi Bruto Anggota Rp 96.000.000
- Penjualan 72.000.000
- Pendapatan Total 168.000.000
# Beban Pokok & Harga Pokok
Penjualan:
- Persediaan, 1 Maret 2010 0
- Pembelian 172.000.000
- Persediaan, 31 Maret 2010 (29.200.000)
Beban Pokok dan HPP
(142.800.000)
Partisipasi Neto Anggota 14.364.000
SHU Kotor Nonanggota 10.836.000
- # Sisa Hasil Usaha Kotor 25.200.000
# Beban Operasi:
- Gaji Pengurus Koperasi 2.000.000
Gaji Pegawai Koperasi 2.400.000

Beban Listrik, Air PAM, dan Telepon 1.300.000 (5.700.000)

# Sisa Hasil Usaha Rp 19.500.000

2.5 Neraca Lajur


Setelah menyelesaikan perhitungan pada setiap saldo akun di buku besar,
maka tahap selanjutnya adalah menyusun laporan keuangan. Untuk mempermudah
penyusunan laporan keuangan, dibutuhkan alat akuntansi berupa neraca lajur.
Pembuatan neraca lajur ini hanya sebagai penolong untuk menyusun laporan
keuangan, sehingga sifatnya tidak permanen untuk digunakan. Neraca lajur biasa
disebut dengan lembar kerja atau worksheet. Dalam Rudianto (2010:57)
menyatakan bahwa neraca lajur adalah selembar kertas berkolom yang dapat
dipergunakan dalam pekerjaan akuntansi secara manual membantu
menggabungkan pekerjaan pada akhir periode.
Dalam neraca lajur, ada enam kolom yang memiliki fungsi tersendiri. Kolom
pertama adalah keterangan yang terdiri atas nama-nama akun. Kolom kedua dan
ketiga terdiri atas saldo dari neraca saldo. Kolom keeempat dan kelima adalah
penyesuaian yang terdiri atas bukti memorial. Bukti memorial dibuat oleh manajer
akuntansi atau kepala bagian akuntansi. Bukti tersebut dicocokkan dengan neraca
saldo. Kolom keenam dan ketujuh adalah saldo yang disesuaikan memuat selisih
antara kolom neraca saldo dan penyesuaian. Kolom kedelapan dan kesembilan

17
adalah hasil usaha yang memuat selisih antara pendapatan dengan seluruh beban
yang dikeluarkan. Kolom kesepuluh dan kesebelas adalah neraca yang memuat
akun aktiva, utang, dan ekuitas koperasi dalam kolom neraca saldo yang
disesuaikan ke kolom neraca. Berikut adalah bentuk neraca lajur dari Koperasi
“Maju Bersama”
Koperasi “Maju Bersama”
Neraca Lajur
(dalam ribuan)
Saldo yang
Neraca Saldo Penyesuaian Hasil Usaha Neraca
Keterangan Disesuaikan
Debet Kredit Debet Kredit Debet Kredit Debet Kredit Debet Kredit
Kas 196.300 196.300 196.300
Piutang
55.000 55.000 55.000
Anggota
Persediaan 29.200 29.200 29.200
Sewa Kantor
Dibayar 36.000 36.000 36.000
Dimuka
Perlengkapan
3.000 600 2.400 2.400
Kantor
Peralatan
40.000 40.000 40.000
Kantor
Utang Usaha 40.000 450 40.450 40.450
Simpanan
250.000 250.000 250.000
Pokok
Simpanan
50.000 50.000 50.000
Wajib
Partisipasi
96.000 96.000 96.000
Bruto
Penjualan 72.000 72.000 72.000
Beban Pokok 81.600 81.600 81.600
Harga Pokok
61.200 61.200 61.200
Penjualan
Beban
Listrik, Air, 1.300 1.300 1.300
Telepon
Gaji Pegawai 2.400 2.400 2.400
Gaji
2.000 2.000 2.000
Pengurus

Beban
Pemakaian 600 600 600
Perlengkapan
Beban
Penyusutan 100 100 100
Peralatan

18
Akumulasi
Penyusutan 100 100 100
Peralatan
Beban
Angkut 450 450 450
Penjualan
SHU 18.350 18.350

Total 508.000 508.000 1.150 1.150 508.500 508.500 168.000 168.000 358.900 358.900

Penyesuaian diisi dengan adanya transaksi yang belum dicatat oleh akuntan
Koperasi “Maju Bersama”, yaitu sebagai berikut.
1. Ada perlengkapan kantor yang tersisa (habis akibat pemakaian) pada
akhir bulan Maret 2010 sebesar Rp 2.400.000 dan belum dicatat. Cara
penghitungannya adalah Rp 3.000.000 – Rp. 2.400.000 = Rp 600.000
yang masing-masing dicatat pada kolom Penyesuaian di Beban
Pemakaian Perlengkapan sebagai debet dan di Perlengkapan Kantor
sebagai kredit.
2. Beban penyusutan Peralatan Kantor untuk bulan Maret 2010 sebesar
Rp. 100.000 belum dicatat. Maka, pada kolom Penyesuaian dicatat
sebagai debet di Beban Penyusutan Peralatan dan sebagai kredit di
Akumulasi Penyusutan Peralatan.
3. Ongkos angkut pengiriman penjualan barang sebesar Rp. 450.000
belum dibayar dan belum dicatat. Pada kolom Penyesuaian akan dicatat
sebagai debet di Beban Angkut Penjualan dan sebagai kredit di Utang
Usaha.
Setelah membuat neraca lajur, langkah berikutnya adalah menyusun laporan
keuangan koperasi yang terdiri dari laporan perhitungan hasil usaha, laporan
perubahan ekuitas koperasi dan neraca. Laporan perhitungan usaha menghitung
berapa Sisa Hasil Usaha (SHU) yang didapat oleh masing-masing anggota maupun
non-anggota koperasi. Neraca lajur mempermudah penyusunan laporan
perhitungan hasil usaha dengan menyajikan nilai nominal di masing-masing akun
yang dibutuhkan dalam perhitungan hasil usaha. Berikut ini laporan perhitungan
hasil usaha dari Koperasi “Maju Bersama”.

19
Koperasi “Maju Bersama”
Perhitungan Hasil Usaha
Per 31 Maret 2010
# Penjualan dan Partisipasi Bruto:
- Partisipasi Bruto Anggota Rp 96.000.000
- Beban Pokok (81.600.000)
- Pendapatan Total
14.400.000

# Pendapatan dari Nonanggota:


- Penjualan 72.000.000
- Harga Pokok Penjualan (61.200.000)
SHU Kotor Nonanggota 10.800.000
25.200.000
- # Sisa Hasil Usaha Kotor
# Beban Operasi:
- Gaji Pengurus Koperasi 2.000.000
Gaji Pegawai Koperasi 2.400.000
Beban Listrik, Air PAM, dan Telepon 1.300.000
Beban Angkut Penjualan 450.000
Beban Penyusutan Peralatan Kantor 100.000
Beban Pemakaian Perlengkapan Kantor 600.000
)6.850.000(
# Sisa Hasil Usaha Rp 18.350.000

Setelah menyusun laporan perhitungan hasil usaha, maka dapat melanjutkan


dalam penyusunan neraca. Perlu diketahui, neraca adalah suatu daftar yang
menunjukkan posisi sumber daya yang dimiliki koperasi dan informasi dari mana
sumber daya tersebut diperoleh. Berikut ini neraca dari Koperasi “Maju Bersama”.
Koperasi “Maju Bersama”
Neraca
Per 31 Mei 2010

Kas 196.300.000 Utang Usaha 40.450.000


Piutang Anggota 55.000.000 Simpanan Pokok 250.000.000
Persediaan 29.200.000 Simpanan Wajib 50.000.000
Perlengkapan Kantor 2.400.000 SHU 18.350.000
Sewa Kantor Dibayar di 36.000.000
Muka
Peralatan Kantor 40.000.000
Akumulasi Penyusutan (100.000)

Total Aktiva 358.800.000 Total Kewajiban 358.800.000

Laporan Promosi Ekonomi Anggota (PEA)

20
Laporan ini menunjukkan adanya manfaat ekonomi yang diterima anggota
koperasi selama suatu periode tertentu. Anggota koperasi akan mendapatkan
manfaat dimana diukur dengan membandingkan manfaat yang diberikan anggota
dan jika anggota bertransaksi di luar koperasi atau di lembaga lain. Laporan ini
mencakup empat unsur, antara lain sebagai berikut.
1. Manfaat ekonomi dari pembelian barang atau pengadaan jasa bersama.
2. Manfaat ekonomi dari pemasaran dan pengolahan bersama.
3. Manfaat ekonomi dari simpan pinjam lewat koperasi.
4. Manfaat ekonomi dalam bentuk pembagian sisa hasil usaha.
Namun, tidak semua koperasi memiliki Laporan PEA yang mengandung
empat unsur diatas. Hal ini karena setiap koperasi membuat Laporan PEA
berdasarkan masing-masing bidang yang digeluti dan juga adanya harga yang
berbeda di setiap lembaga yang akan dijadikan pembanding, sehingga harga bersifat
tidak stabil atau fluktuatif. Dengan demikian, terlihat rumit untuk menyusun
Laporan PEA yang akurat bagi anggota. Apabila disepakati untuk menyusun
Laporan PEA setiap tahun, maka harus ditetapkan lembaga mana yang akan
dijadikan pembanding dan harga mana yang dijadikan dasar pembanding. Berikut
ini bentuk Laporan PEA dari Koperasi “Maju Bersama”
Koperasi “Maju Bersama”
Laporan Promosi Ekonomi Anggota
Periode 1 – 31 Mei 2010
Jumlah promosi ekonomi anggota dari transaksi pembelian (1.600.000)
Jumlah promosi ekonomi anggota dari alokasi SHU 7.340.000
Jumlah promosi ekonomi anggota total 5.740.000

2.6 Jurnal Penutup


Pada akhir periode akuntansi, koperasi konsumen harus menutup buku
akuntansi yang menandakan telah berakhirnya pencatatan dan pelaporan akuntansi
untuk periode tersebut. Proses penutupan pembukuan adalah dengan memindahkan
akun-akun nominal (semua akun laporan laba rugi) ke akun riil (semua akun
neraca). Adapun langkah-langkah penutupan pembukuan yaitu sebagai berikut.

21
1. Menutup semua akun pendapatan, dengan mendebet semua akun
partisipasi bruto dan penjualan serta mengkredit akun ikhtisar laba rugi.
2. Menutup semua akun beban, dengan mendebet akun ikhtisar laba rugi
dan mengkredit semua akun beban.
3. Menutup akun ikhtisar laba rugi, dengan mendebet akun ikhtisar laba
rugi dan mengkredit akun SHU sebesar selisih antara pendapatan dan
beban.
4. Menutup akun SHU, dengan mendebet akun SHU dan mengkredit
akun-akun Dana dan Cadangan (akun-akun yang merupakan komponen
alokasi SHU).

2.7 Jurnal Khusus


Dalam koperasi konsumen, terdapat aktivitas yang memiliki frekuensi paling
tinggi yaitu sebagai berikut.
1. Transaksi Pembelian
2. Transaksi Pengeluaran Kas
3. Transaksi Penjualan
4. Transaksi Penerimaan Kas
Jurnal khusus adalah buku jurnal yang hanya mencatat satu jenis transaksi
saja. Karena dalam koperasi konsumen memiliki empat aktivitas transaksi, maka
terdapat jurnal khusus bagi koperasi konsumen untuk efesiensi waktu dan tenaga.
Jurnal khusus tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Jurnal Khusus Partisipasi Bruto
2. Jurnal Khusus Penerimaan Kas
3. Jurnal khusus Pembelian
4. Jurnal Khusus Pengeluaran Kas
Aktivitas yang tidak dapat dicatat dalam ke empat jurnal khusus maka akan
dicatat dalam jurnal umum.

2.7.1. Jurnal Khusus Partisipasi Bruto

22
Jurnal Khusus Partisipasi Bruto adalah jurnal yang hanya digunakan
untuk mencatat transaksi penjualan produk koperasi yang dijual secara kredit.
Penjualan secara kredit ini hanya dilakukan dengan pihak yang menjadi
anggota koperasi. Demikian pula, aktivitas selain penjualan produk koperasi
tidak dapat dicatat dalam jurnal ini. Dalam jurnal khusus partisipasi bruto,
terdapat dua metode pencatatannya yaitu metode periodik dan metode
perpetual.
Jurnal Khusus Partisipasi Bruto (Metode Periodik)
Tgl. Keterangan Ref Debet
Piutang Lain-lain

Dalam kolom diatas, piutang terdapat dalam kolom debet. Ini berarti
dengan memasukkan nilai dari suatu transaksi, maka dapat mendebet suatu
nilai pada akun piutang. Sedangkan untuk akun partisipasi bruto, tidak perlu
dimasukkan ke dalam kolom diatas karena jurnal diatas adalah jurnal untuk
mencatat penjualan secara kredit (partisipasi bruto). Jadi, ketika diposting
ke dalam buku besar, maka ada dua akun yang dicatat sekaligus, yaitu akun
piutang dan akun partisipasi bruto.
Jurnal Khusus Partisipasi Bruto (Metode Perpetual)
Tgl. Keterangan Ref Debet Kredit
Piutang Beban Partisipasi Persediaan
Pokok Bruto

Untuk pencatatan menggunakan metode perpetual, nilai transaksi


penjualan kredit dimasukkan di sisi debet kolom piutang dan di sisi kredit
kolom partisipasi bruto. Sedangkan untuk transaksi harga pokok penjualan,
sisi debet pada kolom Beban Pokok dan pada sisi kredit kolom Persediaan
sebagai pencatatan harga pokok penjualan kepada anggota koperasi tersebut.

2.7.2. Jurnal Khusus Penerimaan Kas

23
Koperasi konsumen dapat memperoleh penerimaan dari beberapa
sumber pada aktivitas koperasi. Sumber penerimaan yang paling tinggi adalah
dari penjualan tunai, baik kepada anggota maupun bukan anggota, dan dari
penerimaan piutang. Selain dari kedua transaksi tersebut, penerimaan lain
dari penjualan aktiva tetap, pembagian dividen atas investasi jangka panjang,
penjualan surat berharga dan lain-lain. Dalam aktivitas sehari hari, koperasi
membutuhkan buku khusus untuk mencatat transaksi. Frekuensi transaksi
yang cukup tinggi mengharuskan untuk menggunakan buku jurnal khusus
penerimaan kas. Jurnal khusus penerimaan kas yaitu buku jurnal yang
digunakan hanya untuk mencatat aktivitas penerimaan kas dari berbagai
sumber penerimaan koperasi.
Berikut merupakan contoh transaksi koperasi “makmur sejahtera” pada
tahun 2010 yang dicatat dalam jurnal khusus penerimaan kas.
3/2/2010 diterima pelunasan piutang dari sejumlah anggota koperasi
sebesar Rp12.500.000
4/2/2010 dijual barang dagangan secara tunai ke sejumlah anggota
koperasi sebesar Rp35.000.000
9/2/2010 dijual barang dagangan kepada masyarakat yang bukan
anggota koperasi sebesar Rp16.000.000 secara tunai.
20/2/2010 dijual barang dagangan secara tunai kepada sejumlah
anggota koperasi sebesar Rp22.000.000.
Jurnal Khusus Penerimaan Kas (Metode Periodik)
Tgl Keterangan Ref Debet Kredit
Kas Partisipasi Penjualan Piutang Lain-
Bruto Lain
3/2/2010 Pembayaran 12.500.000 12.500.000
anggota
4/2/2010 Penjualan ke 35.000.000 35.000.000
anggota
9/2/2010 Penjualan ke 16.000.000 16.000.000
non anggota
20/2/2010 Penjualan ke 22.000.000 22.000.000
anggota
Buku jurnal penerimaan kas menurut pencatatan metode periodik, jika
penerimaan kas berasal dari penjualan kepada anggota, maka tinggal
dimasukkan di bawah kolom kas dan kolom partisipasi bruto. Jika

24
penerimaan kas berasal dari penjualan kepada masyarakat yang bukan
anggota koperasi, maka tinggal dicatat dibawah kolom kas dan kolom
penjualan. Hal yang serupa juga terjadi jika penerimaan kas berasal dari
pelunasan piutang.
Jurnal Khusus Penerimaan Kas (Metode Perpetual)
Tgl Keterangan Ref Debet Kredit
Kas Beban HPP Partisipasi Penjualan Piutang Lain-
Pokok Bruto Lain
3/2/2010 Pembayaran 12.500.000 12.500.000
anggota
4/2/2010 Penjualan 35.000.000 35.000.000
ke anggota
9/2/2010 Penjualan 16.000.000 16.000.000
ke non
anggota
20/2/2010 Penjualan 22.000.000 22.000.000
ke anggota
Menurut metode perpetual, jika penerimaan kas berasal dari penjualan
kepada anggota maka tinggal dimasukkan di bawah kolom kas dan kolom
partisipasi bruto. Pada saat yang sama, akun beban pokok dan akun
persediaan dicatat sebesar harga beli barang yang dijual. Jika penerimaan kas
berasal dari penjualan kepada pihak yang bukan anggota koperasi, maka
tinggal dicatat dibawah kolom kas dan kolom penjualan. Pada saat yang sama,
akun harga pokok penjualan dan akun persediaan dicatat sebesar harga beli
barang tersebut. Hal yang serupa juga terjadi jika penerimaan kas berasal dari
pelunasan piutang.
2.7.3. Jurnal Khusus Pembelian
Koperasi konsumen dapat melakukan penjualan jika koperasi tersebut
telah membeli produk dari produsennya atau supplier lain. Pembelian barang
dagangan dapat dilakukan secara tunai maupun kredit. Pembelian yang
dilakukan secara kredit mengharuskan akuntan koperasi mencatat transaksi
tersebut disisi debit akun pembelian (periodik) atau persediaan (perpetual),
disisi kredit utang usaha. Akan tetapi, jika frekuensi terjadinya transaksi
cukup tinggi, maka pencatatannya dapat dilakukan dengan membuat buku
harian khusus. Buku jurnal khusus pembelian adalah buku jurnal yang hanya
digunakan untuk mencatat transaksi pembelian barang dagangan secara

25
kredit. Buku jurnal ini tidak digunakan untuk mencatat aktivitas pembelian
perlengkapan kantor, peralatan kantor, aktiva tetap, surat berharga, dan lain-
lain. Buku jurnal ini hanya digunakan untuk mencatat aktivitas pembelian
barang dagangan secara kredit. Baik menurut metode periodik maupun
perpetual, jurnal khusus pembelian memiliki format yang sama. Hanya saja
jika digunakan metode periodik, akun utang adalah akun pembelian dan jika
menggunakan metode perpetual akun utang adalah akun persediaan.
Dalam buku jurnal khusus pembelian hanya terdapat kolom berisi
kredit. Apabila terjadi transaksi pembelian secara kredit, maka cukup
dimasukkan di bawah kolom utang usaha sebesar nilai transaksinya. Dengan
memasukkan di bawah kolom utang itu berarti pada saat yang sama akun
pembelian atau akun persediaan di debet sebesar nilai yang sama. Jadi, pada
saat diposting dibuku besar, nilai transaksi tersebut dimasukkan ke akun
pembelian atau akun persediaan di sisi debet dan pada saat yang sama, nilai
transaksinya dicatat di akun utang usaha disisi kredit.
Berikut merupakan contoh transaksi pembelian di koperasi “makmur
sejahtera” pada tahun 2010.
 15/2/2010 dibeli barang dagangan secara kredit sebesar Rp34.000.000
dari PT JAYA MAKMUR.
 26/2/2010 dibeli barang dagangan secara kredit dari PT RODA NIAGA
sebesar Rp26.000.000
Jurnal Khusus Pembelian untuk Metode Periodik & Perpetual
Tgl Keterangan Ref Kredit
Utang Lain-lain
15/2/2010 Pembelian kredit ke PT 34.000.000
jaya makmur
26/2/2010 Pembelian kredit ke PT 26.000.000
Roda niaga

2.7.4. Jurnal Khusus Pengeluaran Kas

26
Pengeluran kas merupakan salah satu aktivitas yang selalu dilakukan
koperasi konsumen. Pengeluaran kas umumnya teriadi karena koperasi
membayar utang, melakukan pembelian secara tunai, membayar berbagai
beban operasi, ataupun membayar berbagai keperluan lain. Dalam
pencatatannya, akun Kas akan dikredit dan debetnya disesuaikan dengan
kegiatan transaksi yang terjadi. Karena sisi kredit selalu mencatat akun Kas,
semakin banyak frekuensi transaksi semakin perlu dibuat buku jurnal khusus
yang akan membantu proses pencatatannya menjadi lebih efisien. Buku
Jurnal khusus pengeluaran kas adalah buku jurnal yang digunakan khusus
untuk mencatat transaksi pengeluaran kas atas berbagai keperluan, baik
pengeluaran kas untuk membayar utang, pembelian barang dagangan secara
tunai, membayar berbagai beban operasi maupun untuk berbagai keperluan
lain yang timbul (Rudianto 2010: 96).
Buku jurnal khusus pengeluaran kas diklasifikasikan menjadi dua
kelompok kolom. Dibawah kelompok kolom debet terdapat beberapa kolom
akun, yaitu akun utang, pembelian, beban operasi, dan lain-lain. Jika terjadi
transaksi pengeluaraan kas, maka pada kolom kas sisi kredit akan dicacat
jumlah pengeluaran tersebut. Sedangkan pada kolom debet dipilih salah satu
diantara empat kolom alasan pengeluaran kas tersebut. Jika pengeluaraan
kas digunakan untuk membayar pembelian barang dagangan secara tunai,
maka pada kolom pembelian akan dicatat jumlah yang sama dengan yang
dicatat pada kolom kas.
Jurnal khusus pengeluaran kas (periodik)
Tgl Keterangan Debet Kredit
Utang Pembelian Beban Lain- Potongan Kas
operasi lain pembelian

27
Perbedaan utama format jurnal pengeluaran kas antara metode periodik
dan metode perpetual terletak pada kolom pembelian dan kolom potongan
pembelian. Jika menggunakan metode perpetual, kolom pembelian diganti
dengan akun persediaan dan kolom potongan pembelian diganti dengan akun
pendapatan lain-lain.
Jurnal khusus penerimaan kas (metode perpetual)
Tgl Keterangan Debet Kredit
Utang Persediaan Beban Lain- Pendapatan Kas
operasi lain lain-lain

2.8 Buku Harian Serba-Serbi


Tidak semua transaksi yang dilakukan koperasi konsumen dapat ditampung
dalam keempat jurnal khsusus tersebut. Terdapat beberapa transaksi yang
memerlukan jurnal tersendiri untuk mencatatnya. Contoh transaksi tersebut adalah
pembelian peralatan kantor secara kredit, pencatatan beban penyusutan aktiva tetap,
penyesuaian-penyesuaian, dan lain-lain. Beberapa transaksi tersebut tidak dapat
dicatat dalam jurnal khusus, sehingga transaksi tersebut harus dicatat dalam Buku
Jurnal Umum. Buku jurnal umum (Serba-serbi), yaitu buku jurnal yang digunakan
untuk mencatat berbagai transaksi koperasi konsumen yang tidak dapat di tampung
di empat buku jurnal khusus (Rudianto 2010: 97). Format buku jurnal umum sama
persis dengan buku jurnal biasa.
Contoh Soal
Koperasi “PADANG BULAN” yaitu sebuah koperasi konsumen yang
berkedudukan disebuah kompleks pertokoan. Koperasi ini menjual berbagai
kebutuhan sehari-hari bagi anggota koperasi dan bagi masyarakat sekitar. Transaksi
yang dilakukan koperasi ini selama bulan Februari 2019 adalah sebagai berikut.
3/1/2019 Diterima pelunasan piutang dari sejumlah anggota koperasi sebesar
Rp11.500.000

28
4/2/2019 Dijual barang dagangan secara tunai ke sejumlah anggota koperasi
sebesar Rp34.000.000
5/2/2019 Dibayar utang usaha ke PT. Kurnia Jaya sebesar Rp13.000.000
6/2/2019 Dijual barang dagangan secara kredit kepada sejumlah anggota
koperasi sebesar Rp21.000.000
7/2/2019 Dibeli barang dagangan secara tunai sebesar Rp24.000.000 dari PT.
Kurnia Jaya
8/2/2019 Dibayar beban telepon sebesar Rp1.400.000 secara tunai
9/2/2019 Dijual barang dagangan kepada masyarakat yang bukan anggota
koperasi sebesar Rp15.000.000 secara tunai.
10/2/2019 Dibagikan dan dibayar SHU kepada anggota koperasi sebesar
Rp24.000.000
15/2/2019 Dibeli barang dagangan secara kredit sebesar Rp33.000.000 dari PT.
Jaya Utama
17/2/2019 Dibeli barang dagangan secara tuani sebesar Rp26.000.000 dari PT.
Sari Niaga
19/2/2019 Dijual barang dagangan secara kredit kepada sejumlah anggota
koperasi sebesar Rp29.000.000
20/2/2019 Dijual barang dagangan secara tunai kepada sejumlah anggota koperasi
sebesar Rp21.000.000
25/2/2019 Dibeli peralatan kantor secara kredit dari Toko Alto sebesar
Rp18.000.000
26/2/2019 Dibeli barang dagangan secara kredit dari PT. Sari Niaga sebesar
Rp25.000.000
 Transaksi pada tanggal 3, 4, 9 dan 20 Februari dicatat dalam buku jurnal
khusus penerimaan kas, karena merupakan transaksi penerimaan kas yang
berasal dari penerimaan piutang anggota dan penjualan tunai.
 Transaksi pada tanggal 5, 7, 8, 10, dan 17 Februari merupakan aktivitas
pembayaran utang usaha, pembelian tunai barang dagangan, pembayaran
beban telepon, dan pembagian SHU sehingga dicatat dalam buku jurnal
khusus pengeluaran kas.

29
 Transaksi pada tanggal 15 dan 26 Februari dicatat dalam buku jurnal khusus
pembelian karena merupakan transaksi penjualan kredit.
 Transaksi pada tanggal 6 dan 19 Februari merupakan transaksi penjualan
kredit kepada anggota, sehingga dicatat dalam buku jurnal khusus
partisipasi bruto.
 Transaksi pada tanggal 25 Februari dicatat dalam buku jurnal umum biasa,
karena merupakan transaksi pembelian peralatan kantor secara kredit,
sehingga tidak dapat ditampung dalam empat buku jurnal khusus tersebut
diatas transaksi ini.
Jika transaksi-transaksi pada tanggal tersebut dicatat dalam buku harian koperasi
dengan metode periodik, maka akan tampak seperti di bawah ini:
Jurnal Khusus Partisipasi Bruto
Tanggal Keterangan Ref Kredit
Utang Lain-lain
6/3/2019 Penjualan kredit kepada 21.000.000
anggota koperasi
19/3/2019 Penjualan kredit kepada 28.000.000
anggota koperasi

Jurnal Khusus Pembelian


Tanggal Keterangan Ref Kredit
Utang Lain-lain
15/2/2019 Pembelian kredit ke PT Jaya 33.000.000
Utama
26/2/2019 Pembelian kredit ke PT Sari 25.000.000
Niaga

Jurnal Khusus Penerimaan Kas


Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit
kas Partisipasi Penjualan Piutang Lain-
bruto lain
3/2/2019 Pembayaran 11.500.000 11.500.000
anggota
4/2/2019 Pejualan ke 34.000.000 34.000.000
anggota

30
9/2/2019 Penjualan 15.000.000 15.000.000
ke
nonanggota
20/2/2019 Penjualan 21.000.000 21.000.000
ke anggota

Jurnal Khusus Pengeluaran Kas


Tanggal Keterangan Debit Kredit
Utang Pembelian Beban Lain-lain
Potongan Kas
operasi pembelian
5/2/2019 PT Kurnia Jaya 14.000.000 14.000.000
7/2/2019 PT Kurnia Jaya 24.000.000 24.000.000
8/2/2019 Beban L.A.T 1.400.000 1.400.000
10/2/2019 Dana Anggota 24.000.000 24.000.000
17/2/2019 PT. Sari Niaga 26.000.000 26.000.000

Buku Jurnal Umum


Tanggal Akun Ref Jumlah
Debit Kredit
25/2/2019 Peralatan Kantor 18.000.000
Utang Usaha 18.000.000

31
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Koperasi konsumen adalah koperasi yang beranggotakan konsumen akhir
dengan kegiatannya yaitu melakukan pembelian bersama. Dengan adanya koperasi
konsumen sebagai perantara antara produsen dengan produsen, maka dapat
memenuhi kebutuhan konsumen. Tidak hanya itu, koperasi konsumen dapat
menjadi tempat bertemunya penjual dan pembeli, baik langsung maupun tidak
langsung. Hal ini untuk memberikan keuntungan sebesar-besarnya bagi anggotanya
dengan mengadakan barang atau jasa yang murah, berkualitas, dan mudah didapat.
Dalam perlakuan akuntansinya, koperasi konsumen memiliki akun-akun
yang terbentuk dari adanya aktivitas pembelian dan penjualan produk yang
memiliki bentuk fisik serta jurnal-jurnal khusus yang dipergunakan untuk mencatat
satu jenis transaksi saja. Hal ini yang membedakan koperasi konsumen dengan
koperasi simpan pinjam, karena koperasi konsumen menyediakan barang atau
produk dalam bentuk fisik. Namun, tidak semua aktivitas dalam penjualan dan
pembelian dicatat dalam jurnal khusus. Dengan demikian, dibutuhkan buku jurnal
umum atau serba-serbi untuk mencatat berbagai transaksi yang dilakukan dalam
koperasi konsumen. Untuk mempermudah penyusunan laporan keuangan, dapat
membuat neraca lajur sebagai alat penolong. Untuk menutup pembukuan akuntansi,
seperti halnya menutup pembukuan konvensional, namun yang membedakan
adalah dari segi akun-akun pada koperasi konsumen. Oleh karena itu, dibutuhkan
pemahaman yang lebih terhadap pemberlakuan akuntansi di koperasi konsumen
serta dibutuhkan juga keakuratan dan kehati-hatian pada setiap pencatatan dan
penyusunan laporan keuangannya.

3.2 Saran
Bagi para calon akuntan, perlu memahami adanya pemberlakuan khusus
untuk koperasi konsumen dan mengetahui perbedaan antara penyusunan laporan
keuangan secara umum dengan penyusunan laporan keuangan di koperasi
konsumen. Bagi pemberi kebijakan atau dalam hal ini dinas koperasi, pengadaan
penyuluhan atau sosialisasi bagi anggota koperasi maupun masyarakat sangat perlu

32
dilakukan mengingat bahwa sifat kekeluargaan dari koperasi memberikan manfaat
lebih, yaitu membantu sesama dan melatih keorganisasian tiap individu. Dengan
demikian, diharapkan koperasi konsumen dapat berkembang mengikuti
perkembangan jaman dan tetap dengan asas kekeluargaan yang dimaksudkan
sebagai asas gotong royong.

33
PENGARUH MARKETING MIX TERHADAP KEPUTUSAN
PEMBELIAN PADA WASERDA UKM MART KOPERASI KARYAWAN
WIDYAGAMA MALANG
Wahju Wulandari
Universitas Widyagama Malang
Abstrak: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui variabel marketing mix secara
simultan, variabel marketing mix secara parsial manakah yang berpengaruh dominan
terhadap keputusan pembelian pada Waserda UKM Kopkar Widyagama Malang. Teknik
penarikan sampel dengan accidental sampling sehingga responden yang diambil adalah
semua anggota koperasi dan masyarakat yang datang dan berbelanja, jumlah sampel yang
diambil 80 responden. Analisis yang dipergunakan adalah dengan regresi berganda
(multiple regression). R sebesar 0,476 terjadi hubungan positif yang kuat antara marketing
mix terhadap keputusan pembelian pada Waserda UKM Mart Kopkar Widyagama Malang.
Dan R Square sebesar 0.226 atau 22.6% menunjukkan sumbangan pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat (keputusan pembelian) sebesar 22.6%. Secara simultan Fhitung >
Ftabel (4,328 > 2,33), sehingga dalam hal ini hipotesis pertama terima. Secara parsial variabel
harga dan lingkungan fisik berpengaruh signifikan terhadap variabel keputusan pembelian.
Sedangkan variabel produk, variabel promosi dan variabel pelayanan secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel keputusan pembelian. Dan variabel bebas yang
berpengaruh paling dominan terhadap variabel terikat adalah harga.
Kata kunci: marketing mix, produk, harga, promosi, lingkungan fisik, pelayanan
keputusan pembelian
Abstract: The research objective was to determine the variable marketing mix
simultaneously, partially marketing mix variables which the dominant influence on the
purchasing decisions of UKM Mart Kopkar Waserda Widyagama Malang. Sampling
technique with accidental sampling taken so that respondents are all members of the
cooperative and the people who come and shop, the number of samples taken 80
respondents. The analysis used is multiple regression. R of 0.476 occurs a strong positive
relationship between marketing mix on purchase decisions in UKM Waserda Mart Kopkar
Widyagama Malang. And R Square of 0226 or 22.6% showed the influence of the
contribution of independent variables to the dependent variable (purchase decisions) of
22.6%.. Simultaneously Fcount> Ftable (4.328>2.33), so in this case the first hypothesis
received. Partially price variable and physical environment significantly influence the
purchase decision variables. While the product variable, the promotion variable and
variable service is partially significant effect on the purchase decision variables. And the
independent variables were the most dominant influence on the dependent variable is the
7.
Key words : marketing mix, product, price, promotion, physical environment, health
purchasing decision
PENDAHULUAN
Perkembangan ekonomi dunia saat ini sudah memasuki era global yang mengarah kepada
perkembang teknologi dan ilmu pengetahuan. Di Indonesia salah satu pembangunan
ekonomi terletak pada sektor koperasi, koperasi sebagai lembaga ekonomi berwatak sosial
dan merupakan sarana untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia tahun 1945 pada pasal 33 yang menetapkan koperasi sebagai soko guru
perekonomian Indonesia, maka kedudukan hukum koperasi di Indonesia menjadi kokoh.
Koperasi sebagai soko guru dapat terwujud dengan baik kalau seluruh masyarakat mampu
untuk memberdayakan koperasi, bekerjasama dan jujur dalam menjalankan untuk
kepentingan bersama.

34
Pertumbuhan dan perkembangan koperasi di Indonesia tahun 2011 sebesar 5,31%, total
koperasi mencapai 186.907 unit dan memiliki 30.472 anggota dengan volume usaha
sebesar Rp 97.276 triliun serta modal sendiri mencapai Rp 30,10 triliun. Pertumbuhan
koperasi yang tinggi akan berkontribusi terhadap perekonomian negara, terutama dalam
penyerapan tenaga kerja dan pembayaran retribusi termasuk pajak unit-unit usaha koperasi.
nasional.contan.co.id
Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi koperasi untuk selalu eksis dalam persaingan
ekonomi di Indonesia, sehingga koperasi yang mencerminkan berwatak sosial dalam
memberikan pelayanan pada anggota tidaklah mudah karena berhubungan dengan tingkat
kepuasan konsumen. Apalagi pada koperasi yang bergerak dalam bidang usaha swalayan
maka persaingan dengan mini market menjadi lebih ketat. Agar dapat bersaing dan
berkembang dengan baik dalam bisnis swalayan ini, maka tidak hanya melayani anggota
saja namun juga dibuka bagi masyarakat secara umum. Oleh karena itu koperasi harus
membuka usaha yang lebih luas sehingga dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat
secara luas di lingkungan daerah operasinya. Upaya ini akan berhasil jika masyarakat di
lingkungan kerjanya memberikan respon atas pelayanan yang diberikan koperasi. (Susilo,
2010). Persaingan yang ketat membuat koperasi harus cepat tanggap dalam mengikuti
perubahan selera konsumen. Perilaku konsumen cepat berubah dikarenakan faktor sosial,
personal, psikologis dan budaya (Kotler, 2005). Selain itu kecepatan perubahan konsumen
dalam mengkonsumsi barang dan menggunakan jasa sangat bervariatif karena diikuti oleh
perkembangan komunikasi dan daya beli.
Kepuasan anggota dalam berbelanja dapat dirasakan dari hasil penyediaan berbagai jenis
produk dan jasa yang lebih kreatif dan inovatif. Peningkatan efisiensi dan efektitifas kerja
dengan cara meningkatkan kualitas karyawan dalam memberikan pelayanan terbaik dapat
meningkatkan minat anggota dalam melakukan keputusan pembelian di Waserda UKM
Mart Kopkar Widyagama ini. Salah satu koperasi karyawan yang saat ini telah menjadi
UKM Mart Kopkar sebagai koperasi percontohan di Kota malang yaitu Koperasi Karyawan
Widyagama yang terletak di Jl. Borobudur no. 16 Malang. Waserda UKM Mart Koperasi
Karyawan Widyagama saat ini cukup berkembang pesat dengan melayani berbagai
kebutuhan bagi anggota dan masyarakat sekitarnya yang dianggap strategis yaitu di jalan
besar Borobudur.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan terdapat beberapa fakta bahwa masih ada
beberapa anggota koperasi yang kurang berkenan untuk mengadakan transaksi atau
pembelian di Waserda UKM Mart Kopkar Widyagama. Adanya penurunan laba waserda
tahun 2009 Rp 232.760.075 dan tahun 2010 laba sebesar Rp 201.898.326 (Kopkar, 2010).
Disamping itu berbagai faktor dapat mempengaruhi keputusan pembelian sehingga banyak
yang memilih membeli di mini market Indomaret atau Alfa Mart. Pesaing berat dari
Indomaret dan Alfa Mart ini sangat berpengaruh terhadap keputusan pembelian kepada
Waserda UKM Mart Kopkar Widyagama. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan
untuk mengetahui keputusan pembelian yang dilakukan oleh anggota dan masyarakat
sekitarnya dalam berbelanja di Waserda UKM Mart Kopkar Widyagama.
Berkaitan dengan latar belakang tersebut di atas maka penelitian ini perlu dilakukan untuk
mengetahui Apakah variabel marketing mix (produk, harga, promosi, lingkungan fisik dan
pelayanan) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada
Waserda UKM Mart Kopkar Widyagama Malang, apakah variabel marketing mix (produk,
harga, promosi, lingkungan fisik dan pelayanan) secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap keputusan pembelian pada Waserda UKM Mart Kopkar Widyagama Malang, dan
diantara variabel marketing mix (produk, harga, promosi, lingkungan fisik dan pelayanan)
manakah yang berpengaruh dominan terhadap keputusan pembelian pada waserda UKM
Kopkar Widyagama Malang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel marketing mix (produk, harga, promosi,
lingkungan fisik dan pelayanan) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian pada Waserda UKM Mart Kopkar Widyagama Malang, untuk

35
mengetahui variabel marketing mix (produk, harga, promosi, lingkungan fisik dan
pelayanan) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada
Waserda UKM Kopkar Widyagama Malang, untuk mengetaui variabel marketing mix
(produk, harga, promosi, lingkungan fisik dan pelayanan) manakah yang berpengaruh
dominan terhadap keputusan pembelian pada Waserda UKM Kopkar Widyagama Malang.
Konsumen merupakan individu, kelompok, dan organisasi yang melakukan kegiatan
memilih, membeli, memakai, dan membuang barang atau jasa, gagasan atau pengalaman
dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka (Sumarwan, 2004; Kotler, 2006).
Dalam melakukan kegiatan-kegiatan mendapatkan, menggunakan barang dan jasa tersebut,
konsumen seringkali dipengaruhi oleh lingkungannya. Faktor-faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi perilaku konsumen antara lain budaya, sosial, pribadi dan psikologis
(Simamora, 2003).
Konsumen membeli barang dan jasa untuk memuaskan berbagai keinginan dan
kebutuhannya, sedangkan tujuan kegiatan pemasaran adalah mempengaruhi konsumen
untuk bersedia membeli barang dan jasa pada saat mereka membutuhkan. Dengan demikian
dapat dijelaskan bahwa perilaku konsumen (consumer behaviour) merupakan suatu konsep
yang mempelajari bagaimana individu, kelompok dan organisasi memilih, membeli,
menggunakan produk (barang atau jasa) yang dapat memberikan kepuasan kebutuhan dan
keinginannya.
Sedangkan pemasaran mempunyai tujuan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan
keinginan konsumen. Konsumen yang merasa puas akan menjadi loyal terhadap barang
atau jasa yang dikonsumsi. Bisnis yang selalu berorientasi pada kepuasan konsumen dan
mampu mengimplementasikan konsep di atas cenderung akan eksis keberadaannya.
Keputusan pembelian
Schiffman dan Kanuk (1995) menyatakan bahwa belajar perilaku konsumen tidak hanya
berhubungan dengan apa yang konsumen beli, tetapi juga mengapa mereka membeli,
kapan, dimana dan bagaimana mereka membeli, serta seberapa sering mereka membelinya.
Engel, Blackwell, dan Miniard (1995) perilaku konsumen merupakan suatu tindakan yang
langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa,
termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli keputusan itu. Sedangkan
menurut Loudon dan Bitta (1995) merupakan proses pengambilan keputusan dan aktivitas
individu secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau
dapat mempergunakan barang-barang dan jasa. Menurut Lamb Lamb, Charles W; Joseph
F. Hair; dan Carl McDaniel. 2001. Perilaku konsumen menggambarkan bagaimana
konsumen membuat keputusan-keputusan pembelian dan bagaimana mereka menggunakan
dan mengatur pembelian barang atau jasa. Menurut Sumarwan (2003) keputusan konsumen
sebagai pemilikan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Sumarwan (2003),
pembelian adalah keputusan konsumen mengenai apa yang dibeli, apakah membeli atau
tidak, kapan membeli, di mana membeli, dan bagaimana cara pembayarannya. Berdasarkan
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian merupakan suatu keputusan
sebagai pemilikan tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif mengenai proses, cara,
perbuatan membeli, dengan mempertimbangkan fator lain tentang apa yang dibeli, waktu
membeli, dimana membelinya serta cara pembayarannya. Proses keputusan pembelian
melalui cara pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian,
dan perilaku pasca pembelian. Sehingga suatu pembelian dipengaruhi oleh rangsangan.
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa ada konsumen yang mempunyai keterlibatan tinggi
dalam pembelian suatu produk atau jasa, dan ada juga konsumen yang mempunyai
keterlibatan yang rendah atas pembelian suatu produk atau jasa. Perspektif pengambilan
keputusan menekankan pendekatan pemrosesan informasi yang rasional terhadap perilaku
pembelian konsumen (Mowen dan Minor, 2002). Lamb, dkk, 2001, semua keputusan
pembelian konsumen umumnya dibagi menjadi tiga katagori: perilaku respon rutin (routine
responses behavior), pengambilan keputusan terbatas (limited decision making), dan
pengambilan keputusan ekstensif (extensive decision making).

36
Keputusan pembelian yang terus dilakukan secara berulang-ulang akan menjadi pembelian
kembali (Purchase Intentions). Purchase Intentions are defined as “the individual’s
judgment about buying again a designated service from the same company, talking
intoaccount his or her current situation and likely circumstances”(Hellier, 2003).
Pembelian kembali bagi konsumen terhadap produk atau jasa untuk yang kedua atau
seterusnya dilakukan secara berulang-ulang dan kondisi pembelian kembali adalah satu-
satunya pengalaman untuk menggunakan produk atau jasa. Keputusan yang diambil oleh
seorang konsumen berbeda dengan konsumen lainnya. Keputusan yang diambil oleh
seorang konsumen dalam suatu pembelian merupakan hal terakhir yang dilakukan oleh
seorang calon konsumen. Sebelum pembelian itu terjadi seorang konsumen terlebih dahulu
mengadakan berbagai pertimbangan setelah itu baru pembelian dilakukan.
Menurut E.Jerome, 1996, Konsep bauran pemasaran (marketing mix) yaitu sebuah
perangkat alat pemasaran taktis yang terkontrol dan dipadukan oleh perusahaan untuk
menghasilkan respon yang diinginkan pasar, dalam bauran pemasaran ada empat
komponen dasar yaitu produk, harga, promosi dan distribusi atau yang bisa disebut dengan
4p (product, price, promotion, place). Marketing mix atau bauran pemasaran adalah
seperangkat alat yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan
pemasarannya di pasar sasaran. Bauran pemasaran merupakan bentuk rangsangan
perusahaan terhadap perilaku pembelian dari konsumen. Bauran pemasaran jasa Yazid
(1999) terdiri dari tujuh elemen yakni: product, price, promotion, place, people, physical
efident, process. Sedangkan menurut Fandi Tjiptono (1997), ada tiga aspek penyampaian
jasa dalam pemasaran jasa dikenal dengan 3 P yaitu, melalui orang (people), lingkungan
fisik (physical environment), dan proses (process). Produk ( Product ) menurut Tjiptono
(2005) merupakan bentuk penawaran organisasi yang ditujukan untuk mencapai tujuan
organisasi melalui pemuasan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Secara sederhana dapat
diambil gambaran kasar bahwa jika tidak ada produk, tidak ada pemindahan hak milik,
maka tidak ada pula apa yang disebut dengan marketing. Selain itu produk merupakan
kunci utama dalam konsep strategi pemasaran. Harga ( price ) adalah jumlah uang yang
harus dibayarkan pelanggan untuk memperoleh produk. Sedangkan menurut Tjiptono
(2005) harga merupakan pernyataan nilai dari suatu produk (a statement of value). Harga
merupakan alat yang digunakan oleh pemasar untuk memberikan penilaian terhadap suatu
produk. Dan menurut Lupiyoadi (2001), menyatakan keputusan-keputusan penerapan
harga juga sedemikian penting dalam menentukan seberapa jauh pelayanan layanan jasa
dinilai oleh konsumen dan juga dalam proses membangun citra. Promosi (Promotion)
adalah aktivitas yang menyampaikan manfaat produk dan membujuk pelanggan
membelinya. Promosi pada hakikatnya adalah semua kegiatan yang dimaksudkan untuk
menyampaikan atau mengkomunikasikan suatu produk kepada pasar sasaran, untuk
memberi informasi tentang produk kepada konsumen, dan yang terpenting adalah tentang
keberadaannya, untuk mengubah sikap ataupun untuk mendorong orang untuk bertindak,
dalam hal ini membeli. Tempat (Place) menurut Tjiptono (2005) adalah keputusan
distribusi menyangkut kemudahan akses terhadap jasa bagi para pelanggan potensial.
Tempat dapat diartikan sebagai lokasi sehingga merupakan suatu tempat di mana
perusahaan itu melakukan kegiatan fisik. Menurut Zeithaml dan Bitner dalam Yazid
(2005), Jenis-jenis lokasi menjelaskan bahwa” Faktor-faktor tempat atau distribusi yang
terdapat dalam pemasaran jasa terdiri dari: jenis saluran, perantara, lokasi outlet,
transportasi, penyimpanan dan mengelola saluran”. Payne (2001), menyatakan bahwa
“lokasi berkenaan dengan keputusan perusahaan mengenai dimana operasi dan stafnya
akan ditempatkan”. Fasilitas Fisik menurut Jewel dan Siegel (1998), menjelaskan bahwa
variabel lingkungan fisik terdiri dari suhu di tempat kerja, penerangan di tempat kerja,
kebisingan di tempat kerja, ukuran dan tata letak tempat kerja, pembagian tempat kerja,
pengaturan kantor dan warna dinding. Sedangkan menurut Yazid (2005), bahwa dalam
sejumlah kasus bukti ini mencakup fasilitas fisik dimana jasa ditawarkan seperti fasilitas
kantor dan peralatan. Pelayanan Kotler (2005) menyatakan bahwa “Fasilitas dan layanan

37
adalah suatu tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak
lain, dimana pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.
Hipotesis penelitian ini adalah: variabel marketing mix (produk, harga, promosi,
lingkungan fisik dan pelayanan) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian pada Waserda UKM Mart Kopkar Widyagama Malang; variabel
marketing mix (produk, harga, promosi, lingkungan fisik dan pelayanan) secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada Waserda UKM Mart Kopkar
Widyagama Malang dan variabel harga merupakan variabel yang berpengaruh dominan
terhadap keputusan pembelian pada Waserda UKM Mart Kopkar Widyagama Malang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang bersifat survey (explanatory research) yaitu
penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner
sebagai alat pengumpulan data yang pokok, yang bertujuan untuk memberikan keterangan
atau penjelasan dengan mempelajari fenomena sosial tertentu serta meneliti hubungan
kausal antara variabel-variabel penelitian serta melakukan pengujian terhadap hipotesis
yang telah dirumuskan. (Singarimbun, 1995). Metode yang dipergunakan untuk
mendapatkan data dalam penelitian ini dengan kuesioner, wawancara dan dokumentasi.
Populasi, Teknik Pengambilan Sampel dan Penetapan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah anggota Koperasi Karyawan Perguruan Widyagama
Malang dan masyarakat di sekitarnya yang melakukan belanja di UKM Mart Kopkar
Widyagama Malang. Teknik penarikan sampel yang digunakan melalui accidental
sampling. yaitu siapa saja dari pihak konsumen yang berbelanja secara kebetulan bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, sehingga untuk mengambil sampel
didasarkan pada kebetulan bertemu konsumen yang berbelanja di Waserda UKM Mart
Koperasi Karyawan Perguruan Widyagama Malang (Sugiyono, 2004, Sanusi, 2003 dan
Umar, 2000). Dalam penelitian ini sampel yang dipakai yaitu sejumlah responden yang
dianggap mewakili keseluruhan anggota populasi (Kuncoro, 2003). Jumlah sampel
ditentukan dengan pendekatan Malhotra (1996) bahwa syarat jumlah sampel yang diambil
untuk penelitian harus memiliki kriteria tertentu minimal empat atau lima kali jumlah
variabel, atribut atau indikator. Penelitian ini dengan jumlah 12 indikator maka jumlah
sampel minimal yang diambil yakni 60 sampel. Agar menjadi lebih bermakna maka jumlah
sampel yang ditetapkan sebesar 80 sampel.
Variabel Penelitian
Identifikasi variabel merupakan langkah penetapan variabel utama dalam penelitian dan
penentuan fungsi.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:
1. Produk ( X1 ) Indikator-indikator yang terkait dengan produk
adalah : X1.1 = Kualitas barang
X1.2 = Variasi pilihan barang X1.3 = Merek
2. Harga ( X2 ) Indikator-indikator yang terkait dengan harga
adalah : X2.1 = Perbandingan harga
X2.2 = Frekuensi perubahan harga X2.3 = Potongan harga
3. Promosi ( X3 ) Indikator-indikator yang terkait dengan promosi
adalah : X3.1 = Media publikasi
X3.2 = Komunikasi antar personal
4. Lingkungan fisik ( X4 ) Indikator-indikator yang terkait dengan
lingkungan fisik adalah :
X4.1 = Penataan lay out rak
X4.2 = Kenyamanan berbelanja
5. Pelayanan (X5) Indikator-indikator yang terkait dengan pelayanan
adalah: X5.1 = Responsive
X5.2 = Daya tanggap

38
Variabel Terikat atau Variabel Tergantung (dependent variable), adalah suatu variabel
yang menjadi pusat perhatian peneliti yang dipengaruhi oleh variabel lainnya. Variabel
tergantung dalam penelitian ini adalah keputusan pembelian konsumen berbelanja (Y),
indikator-indikator yang terkait dengan produk adalah :
Y1.1 = Sebelum pembelian
Y1.2 = Perilaku setelah pembelian
Analisis Data
Metode Analisis Data
Dilakukan melalui dua cara, yaitu: (1) kualitatif; dan (2) kuantitatif. Untuk mengukur
variabel-variabel yang akan diteliti melalui tanggapan responden, digunakan skala Likert.
Pengukuran yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel produk, harga,
promosi, lingkungan fisik, pelayanan terhadap keputusan pembelian konsumen tersebut
dengan mengunakan pengukuran ordinal yaitu pengukuran yang memungkinkan peneliti
untuk mengurutkan responden dari sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju dengan
diberi bobot (1) sampai dengan (5).
Pengujian Instrumen Penelitian
Untuk mengetahui baik tidaknya kuesioner penelitian yang dipergunakan, perlu dilakukan
uji instrumen penelitian. Instrumen pengumpul data yang baik harus memenuhi 2 (dua)
syarat penting, yaitu: 1) valid (sahih), dan; 2) reliabel (handal). Kualitas yang menunjuk
pada tingkat keajekan, kemantapan serta konsistensi dari data yang diperoleh disebut
dengan validitas dan reliabilitas melalui program SPSS.
Analisis statistik Menurut Gujarati (2003) untuk menilai independensi setiap variabel bebas
maka perlu memenuhi asumsi-asumsi klasik agar diperoleh hasil yang tidak bias dan efisien
dari model analisis Regresi Berganda dengan metode kuadrat terkecil atau OLS (Ordinary
Least Square).
Pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi berganda (multiple regression) Dalam
statistik inferensial, diasumsikan atau dipersyaratkan apabila bentuk distribusi populasinya
diketahui, misalnya menyebar secara normal. Statistik inferensial yang memenuhi
persyaratan yang demikian termasuk dalam statistik parametrik. Menurut Djarwanto
(2004), apabila asumsi yang mendasarinya memang sahih, uji-uji statistik parametrik inilah
yang lebih kuat dibandingkan dengan uji manapun dalam hal penolakan terhadap hipotesis
nihil (Ho), apabila Ho salah. Uji F, uji t, dan pengaruh dominan dengan membanding
koefisien β dari masing-masing koefisien β variabel X terhadap Y, jika koefsien β variabel
X sesuai dengan koefisien β yang dihipotesiskan atau menghasilkan nilai yang terbesar.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil diskripsi responden dari penelitian ini diperoleh bahwa konsumen yang melakukan
keputusan berbelanja di UKM Mart Koperasi Karyawan Perguruan Widyagama 68,75%
berasal dari Kota Malang, 21,25% dari Kabupaten Malang dan 10% berasal dari luar
Malang. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan UKM Mart Kopkar Widyagama sudah
dikenal oleh masyarakat baik di dalam sampai di luar Kota Malang sehingga berpotensi
untuk dikembangkan dan dapat memperluas market sharenya. Kodrat manusia sebagi
makhluk sosial, perempuan lebih dominan dalam melakukan keputusan berbelanja sebesar
60% sedangkan laki-laki 40%. Dalam segi usia 17,5% responden yang berbelanja pada usia
antara 16-30 tahun, sedangkan 82,5% mereka yang berusia diatas 30 tahun. Dari sisi
pekerjaan mahasiswa atau pelajar juga berperan dalam melakukan belanja sebesar 16%,
PNS 13,75%, Swasta yang paling dominan sebesar 60% sedangkan responden yang
menyatakan dirinya sebagai dosen hanya 10%. Pendapatan satu bagian yang dapat
dipergunakan dalam menunjukkan kemampuan daya beli konsumen sehingga keputusan
berbelanja dapat diidentifikasi pada mereka yang pendapatannya kurang dari 1 juta sebesar
10%, antara 1 juta sampai dengan 3 juta sebesar 51,25% dan diatas 3 juta sebesar 18,75%
hal ini memberikan makna bahwa responden yang melakukan keputusan berbelanja di
UKM Mart Kopkar Widyagama Malang mempunyai pendapatan yang relatif besar untuk
memenuhi keperluan rumah tangga sehari-hari.

39
Uji Validitas dan Reliabilitas
Hasil uji validitas dinyatakan valid jika rhitung > rtabel dengan taraf signifikansi 5%. Dan data
dikatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach > 0,60. Berikut hasil uji validitas dan uji
reliabilitas dalam penelitian:
Tabel 1
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Variabel Item Koefisien Nilai r Tabel Keterangan
Korelasi
X1.1.1 0.592 0.22 Valid
X1.1.2 0.452 0.22 Valid
X1.2.1 0.696 0.22 Valid
X1
X1.2.2 0.744 0.22 Valid
X1.3.1 0.679 0.22 Valid
X1.3.2 0.594 0.22 Valid
Alpha 0.775 0.60 Reliabel
X2.1.1 0.680 0.22 Valid
X2.1.2 0.577 0.22 Valid
X2.2.1 0.793 0.22 Valid
X2
X2.2.2 0.644 0.22 Valid
X2.3.1 0.637 0.22 Valid
X2.3.2 0.546 0.22 Valid
Alpha 0.794 0.60 Reliabel
X3.1.1 0.671 0.22 Valid
X3.1.2 0.656 0.22 Valid
X3
X3.2.1 0.837 0.22 Valid
X3.2.2 0.757 0.22 Valid
Alpha 0.821 0.60 Reliabel
X4.1.1 0.759 0.22 Valid
X4.1.2 0.838 0.22 Valid
X4
X4.2.1 0.760 0.22 Valid
X4.2.2 0.765 0.22 Valid
Alpha 0.871 0.60 Reliabel
X5.1.1 0.812 0.22 Valid
X5.1.2 0.731 0.22 Valid
X5
X5.2.1 0.827 0.22 Valid
X5.2.2 0.725 0.22 Valid
Alpha 0.860 0.60 Reliabel
Y X1.1.1 0.706 0.22 Valid
X1.1.2 0.679 0.22 Valid
X2.2.1 0.624 0.22 Valid
X2.2.2 0.564 0.22 Valid
Alpha 0.715 0.60 Reliabel
Sumber : Data primer diolah, 2012
Berdasarkan tabel 1 di atas, diketahui bahwa koefisien validitas semuanya lebih besar dari
r-tabel (0,22), begitu juga dengan koefisien Alpha Cronbach semuanya lebih besar dari
0,60. Sehingga secara komprehensif faktor yang di teliti pada taraf signifikan 95% adalah
valid dan dapat dipercaya (reliabel). Dengan demikian, item-item dalam penelitian ini dapat
diaplikasikan untuk penelitian selanjutnya. Ini mengindikasikan bahwa seluruh item telah
memenuhi strandar kelayakan untuk selanjutnya diaplikasikan kepada seluruh responden
dan tidak ada perbaikan kuesioner.
Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel
bebas. Multikolinearitas diuji dengan menghitung nilai VIF (Variance Inflating Factor).
Bila nilai VIF < 5 maka tidak terjadi multikolinearitas atau non multikolinearitas dan

40
sebaliknya. Berikut hasil perhitungan nilai VIF: produk (X1) 1,138; harga (X2) 1.473;
promosi (X3) 1,438; lingkungan fisik (X4) 1.557 dan pelayanan (X5) 1,334 diketahui
bahwa nilai VIF seluruh variabel bebas lebih kecil dari 5 sehingga dapat disimpulkan
bahwa pada model regresi tidak terdapat problem multikolinearitas (non-multikolinear).
Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas adalah suatu keadaan yang masing-masing kesalahan pengganggu
mempunyai varian yang berlainan. Heterokedastisitas diuji dengan menggunakan uji
koefisien korelasi Rank Spearman yaitu mengkorelasikan antara absolut residual hasil
regresi dengan semua variabel bebas. Bila signifikansi hasil korelasi lebih kecil dari 5%
(0,05) maka persamaan regresi tersebut mengandung heterokedastisitas dan sebaliknya
berarti non heterokedastisitas atau homokedastisitas. Pada variabel produk (X1) 1.000,
harga (X2) 0.223, promosi (X3) 0.152, lingkungan fisik (X4) 0.284 dan pelayanan (X5)
0.110. Dari hasil perhitungan di atas diketahui bahwa nilai signifikansi seluruh variabel
bebas (produk, harga, promosi, lingkungan fisik dan pelayanan) lebih besar dari nilai alfa
(0,05), hal ini berarti tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi sehingga model
regresi layak dipakai untuk prediksi variabel keputusan pembelian.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi di antara sesama
data pengamatan di mana adanya suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya, sehingga
koefisien korelasi yang didapat menjadi kurang akurat. Mengukur autokorelasi dilihat dari
nila Durbin Watson Test (DW). Jika nilai DW terletak antara du dan (5-du) atau du≤DW≥(5-
du) berarti bebas dari autokorelasi. Jika nilai DW<du atau DW>(5-du) berarti terdapat
autokorelasi. Hasil perhitungan nilai Durbin Watson dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2
Hasil Uji Autokorelasi
Model R R Adjusted R Std. Error of Durbin-
Square Square the Estimate Watson

1 .476a .226 .174 .58989 2.082

a. Predictors: (Constant), Pelayanan, Produk, Promosi, Harga, Lingkungan Fisik


b. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Nilai du dengan n=80, k=5 adalah 1,77 dan (5-du) = 3,23. Dari hasil perhitungan terlihat
bahwa nilai dari uji Durbin-Watson untuk semua variabel adalah 2,082 yaitu lebih besar
dari 1,77 dan lebih kecil dari 3,23. Hal ini berarti pada model regresi tidak terdapat masalah
autokorelasi.

Uji Linearitas

Pengujian linearitas ini dilakukan untuk mengetahui model yang dibuktikan merupakan
model linear atau tidak. Uji linearitas dilakukan dengan melihat scatter plot antara standar
residual dengan prediksinya. Bila sebaran tidak menunjukkan pola tertentu, maka
dikatakan asumsi linearitas memenuhi syarat. Berikut hasil pengujian linearitas pada model
regresi:

41
Gambar 1
Hasil Uji Linearitas

Sumber: Data primer diolah, 2012


Berdasarkan gambar diagram pencar di atas dapat dilihat bahwa antara nilai prediksi Y
dengan residual tidak dapat dijumpai pola yang jelas sehingga asumsi linearitas dapat
terpenuhi.

Analisis Regresi Linier Berganda


Model analisis regresi linier berganda dimaksudkan untuk melihat pengaruh
beberapa variabel bebas terhadap variabel terikat melalui suatu persamaan linier
yang memuat nilai-nilai koefisien dari setiap variabel-variabel bebas.
Y = 2,891 - 0.076 X1 + 0.263 X2 + 0.048 X3 + 0.265 X4 – 0.273X5+ e
Dari persamaan regresi tersebut di atas maka dapat diketahui bahwa:
 Y = Variabel keputusan pembelian yang nilainya akan diprediksi oleh
variabel marketing mix yang meliputi (produk, harga, promosi, lingkungan
fisik dan pelayanan)

 a = 2,891 merupakan konstanta yaitu estimasi dari persentase keputusan
pembelian jika semua variabel bebas diasumsikan bernilai nol.

 b1 = -0,076 merupakan koefisien produk atau slope dari variabel produk yang
mempengaruhi variabel persentase keputusan pembelian. Koefisien regresi
(b1) sebesar -0,076 dengan tanda negatif memiliki arti apabila pada saat
variabel bebas lainnya diasumsikan bernilai nol atau konstan pada suatu nilai
tertentu maka dengan meningkatnya nilai persentase variabel produk satu
satuan akan berpengaruh menurunkan nilai persentase keputusan pembelian
sebesar 0,076 satuan atau 7.6%.

 b2 = 0,263 merupakan koefisien harga atau slope dari variabel harga yang
mempengaruhi variabel persentase keputusan pembelian. Koefisien regresi
(b2) sebesar 0,263 dengan tanda positif memiliki arti apabila pada saat
variabel bebas lainnya diasumsikan bernilai nol atau konstan pada suatu nilai
tertentu maka dengan meningkatnya nilai persentase variabel harga satu

42
satuan akan berpengaruh meningkatkan nilai persentase keputusan pembelian
sebesar 0,263 satuan atau 26.3%.

 b3 = 0,048 merupakan koefisien promosi atau slope dari variabel promosi
yang mempengaruhi variabel persentase keputusan pembelian. Koefisien
regresi (b3) sebesar 0,048 dengan tanda positif memiliki arti apabila pada saat
variabel bebas lainnya diasumsikan bernilai nol atau konstan maka dengan
meningkatnya persentase variabel promosi satu satuan akan berpengaruh
meningkatkan nilai persentase keputusan belanja sebesar 0,048 satuan atau
4.8%.

 b4 = 0,265 merupakan koefisien lingkungan fisik atau slope dari variabel


lingkungan fisik yang mempengaruhi variabel persentase keputusan
pembelian. Koefisien regresi (b4) sebesar 0,265 dengan tanda positif memiliki
arti apabila pada saat variabel bebas lainnya diasumsikan bernilai nol atau
konstan pada suatu nilai tertentu maka dengan meningkatnya nilai variabel
persentase lingkungan fisik satu satuan akanberpengaruh meningkatkan nilai
persentase keputusan pembelian sebesar 0,265 satuan 26.5%.

 b5 = -0,273 merupakan koefisien pelayanan atau slope dari variabel pelayanan


yang mempengaruhi variabel persentase keputusan pembelian. Koefisien
regresi (b5) sebesar -0,273 dengan tanda negatif memiliki arti apabila pada
saat variabel bebas lainnya diasumsikan bernilai nol atau konstan pada suatu
nilai tertentu maka dengan meningkatnya nilai persentase variabel pelayanan
satu satuan akan berpengaruh menurunkan nilai persentase keputusan
pembelian sebesar 0,273 satuan atau 27.3%.

Analisis Korelasi dan Determinasi


Dari hasil analisis regresi, khususnya pada model summary dapat dilihat juga hasil analisis
korelasi dan determinasi pada tabel berikut:
Tabel 3
Hasil Analisis Korelasi dan Determinasi
Model R R Adjusted R Std. Error of Durbin-
Square Square the Estimate Watson

1 .476a .226 .174 .58989 2.082

a. Predictors: (Constant), Pelayanan, Produk, Promosi, Harga, Lingkungan Fisik


b. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber : Data primer diolah, 2012

Berdasarkan angka R sebesar 0,476 ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan positif yang
kuat antara marketing mix terhadap keputusan pembelian pada Waserda UKM Mart
Kopkar Widyagama Malang. Dan R Square sebesar 0.226 atau 22.6% menunjukkan bahwa
presentase sumbangan pengaruh variabel bebas (produk, harga, promosi, lingkungan fisik
dan pelayanan) terhadap variabel terikat (keputusan pembelian) sebesar 22.6%. Sedangkan

43
sisanya yakni 77.4% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan
dalam model penelitian ini.

Pengujian Hipotesis

Uji F (uji hipotesis 1)

Nilai Ftabel dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, α = 5%, df1 = 5 (jumlah variabel
bebas), df2 = n-k-1 (80-4-1) diperoleh hasil sebesar 2,33. Dari hasil perbandingan Fhitung
dengan Ftabel diketahui bahwa Fhitung > Ftabel (4,328 > 2,33), sehingga dalam hal ini hipotesis
pertama terima. Artinya marketing mix (produk, harga, promosi, lingkungan fisik dan
pelayanan) secara simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
keputusan pembelian pada Waserda UKM Mart Kopkar Widyagama Malang.

Tabel 4
Hasil Uji Hipotesis (uji F) ANOVAb

a. Predictors: (Constant), Pelayanan, Produk, Promosi, Harga, Lingkungan Fisik


b. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber: Data primer diolah, 2012

Uji T ( uji hipotesis 2)

Hipotesis kedua menyatakan bahwa diduga marketing mix (produk, harga, promosi,
lingkungan fisik dan pelayanan) secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap keputusan pembelian pada Waserda UKM Mart Kopkar Widyagama
Malang.Untuk menguji apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak, maka perlu dilihat
perbandingan antara t-hitung denga t-tabel untuk masing-masing variabel bebas. Apabila
t-hitung > t-tabel maka hipotesis diterima, begitu pula sebaliknya. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5
Hasil Uji Hipotesis 2
Variabel Bebas thitung ttabel* Perbandingan Keterangan
Produk (X1) -0,649 1,993 thitung > ttabel Ditolak
Harga (X2) 2,474 1,993 thitung < ttabel Diterima
Promosi (X3) 0,494 1,993 thitung > ttabel Ditolak
Lingkungan Fisisk (X4) 2,363 1,993 thitung < ttabel Diterima
Pelayanan (X5) -2,686 1,993 thitung < ttabel Ditolak
α = 5% (uji dua sisi) df = n-k-1 (80-5-1)
Sumber: Data primer diolah, 2012

Dari perbandingan thitung dengan ttabel pada tabel di atas diketahui bahwa hanya variabel
harga (X2) dan lingkungan fisik (X4) yang mempunyai pengaruh signifikan, karena t hitung

44
> ttabel. Sedangkan untuk variabel produk (X1), promosi (X3) dan pelayanan (X5) tidak
signifikan karena thitung < ttabel.

Tabel 6
Hasil Analisis Regresi Berganda
Coefficientsa

Dependent Variable: Keputusan Pembelian


Sumber: Data primer diolah, 2012

Dari Tabel 6 hasil analisa regresi linear berganda tentang korelasi variabel produk, harga,
promosi, lingkungan fisik dan pelayanan terhadap keputusan pembelian pada Waserda
UKM Mart Kopkar Widyagama Malang.

Pengujian Hipotesis 3 (Pengaruh Dominan)

Hipotesis ketiga menyatakan bahwa harga mempunyai pengaruh yang paling dominan
terhadap keputusan pembelian pada Waserda UKM Mart Kopkar Widyagama Malang.
Untuk membuktikan hipótesis tersebut maka perlu melihat besarnya koefisien β beta yang
terstandarisasi dari masing-masing variabel bebas. Besarnya variabel harga (X2)
mempunyai koefisien beta sebesar 0.307 yang lebih besar dari koefisien beta variabel lain
(β 1, β3, β4 dan β5 ). Artinya variabel bebas yang dominan pengaruhnya terhadap variabel
terikat adalah harga (X2). Jadi pernyataan hipótesis yang ketiga bahwa diduga harga
mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap keputusan pembelian pada Waserda
UKM Mart Kopkar Widyagama Malang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari Analisis Regresi berganda dapat diketahui bahwa seluruh variabel bebas (produk,
harga, promosi, lingkungan fisik dan pelayanan) memiliki pengaruh positif terhadap
keputusan pembelian. Dengan demikian untuk meningkatkan keputusan pembelian maka
kita perlu memproritaskan seluruh variabel marketing mix. Untuk variabel produk kita
harus meningkatkan kelengkapan produk, kualiatas produk, dan merk produk. Untuk
variabel harga, dapat dilakukan dengan adanya pemberian potongan harga, variasi harga
serta penetapan harga yang tidak terlalu tinggi. Untuk variabel promosi kita perlu
meningkatkan citra/image UKM Mark Kopkar Widyagama Malang, iklan/promosi, pada
lingkungan fisik perlu display/penataan barang yang aman dan nyaman bagi konsumen
dalam berbelanja. Sedangkan untuk variabel pelayanan perlu lebih meningakatkan
keramahan dan penyambutan serta penanganan keluhan dengan ramah. Semua itu
dilakukan dengan harapan keputusan pembelian konsumen akan meningkat.

45
 Dari analisis Determinasi(R2) hasil perhitungan dapat diketahui nilai koefisien
determinasi sebesar 0,226 atau 22.6% ini berarti bahwa kontribusi variabel bebas
terhadap naik turunya variabel terikat adalah sebesar 22.6%. Sedangkan sisanya
sebesar 77.4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model
penelitian ini. Kemungkinan variabel tersebut adalah faktor budaya, faktor sosial,
faktor pribadi, dan faktor psikologis.
 Dari analisis uji F pada Ftabel dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, α = 5%,
df1= 5 (jumlah variabel bebas), df2= n-k-1 (80-5-1) diperoleh hasil sebesar 2,33.
Sedangkan dari hasil perhitungan didapatkan nilai Fhitung sebesar 4,328. Jadi nilai
Fhitung lebih besar dari Ftabel sehingga secara simultan variabel marketing mix yang
meliputi produk, harga, promosi, lingkungan fisik dan pelayanan berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel keputusan pembelian.
 Dari analisis uji t hasil perhitungan didapatkan nilai thitung untuk variabel produk (X1)
sebesar -0,649, variabel harga (X2) sebesar 2,474, variabel promosi (X3) sebesar
0,494, variabel lingkungan fisik (X4) sebesar 2.363 dan variabel pelayanan (X5)
sebesar -2.686 sedangkan nilai ttabel sebesar 1,993. Artinya nilai thitung untuk variabel
harga (X2) dan variabel lingkungan fisik (X4) lebih besar dari ttabel variabel produk
(X1), variabel promosi (X3) dan pelayanan berpengaruh secara signifikan sehingga
secara parsial kedua variabel tersebut memiliki pengaruh signifikan terhadap
variabel keputusan pembelian. Sedangkan nilai thitung untuk variabel produk (X1),
variabel promosi (X3) dan variabel pelayanan (X5) lebih kecil dari ttabel sehingga
secara parsial variabel tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
keputusan pembelian. Untuk meningkatkan keputusan pembelian kita harus
memprioritaskan variabel produk (X1), variabel promosi (X3) dan variabel pelayanan
(X5) tanpa harus mengesampingkan variabel harga dan lingkungan fisik.
 Dominasi Variabel dapat terlihat pada X1 mempunyai koefisien β (beta) sebesar -
0.071, variabel X2 mempunyai koefisien β = 0,307, variabel X3 mempunyai koefisien
β = 0,061 variabel X4 mempunyai koefisien β = 0.301 sedangkan X5 mempunyai
koefisien β = -0.317. Artinya koefisien β (beta) X2 lebih besar dari koefisien X1, X3,
X4 dan X5 sehingga variabel bebas yang berpengaruh paling dominan terhadap
variabel terikat adalah X2 (harga).

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil uraian pada bagian sebelumnya tentang pengaruh marketing mix
(produk, harga, promosi, lingkungan fisik dan pelayanan) terhadap keputusan
pembelian pada waserda UKM Mart Koperasi Karyawan Perguruan Widyagama
Malang maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:(1). Variabel produk
(X1), harga (X2), promosi (X3), lingkungan fisik (X4) dan pelayanan (X5) secara
simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada
Waserda UKM Mart Kopkar Widyagama Malang; (2). Dari seluruh variabel
bebas (X1, X2, X3, X4, X5), secara parsial hanya variabel harga (X1) dan variabel
lingkungan fisik (X4) yang berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
pada waserda UKM Mart Koperasi Karyawan Perguruan Widyagama Malang;
(3). Dari koefisien beta sebesar 0.307 pada variabel harga (X2) mempunyai
pengaruh paling dominan terhadap variabel keputusan pembelian.

46
Saran

Saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak menjadi penting
dilakukan agar dapat memberikan masukan yaitu : Untuk variabel produk,
promosi dan pelayanan perlu mendapatkan kajian yang lebih mendalam karena
selera konsumen cepat berubah dan harus dapat mengakomodasi keinginan dan
kebutuhan anggota dan masyarakat pengguna jasa waserda UKM Mart Kopkar
Widyagama Malang. Diperbaiki strategi penyusunan lay out waserda agar
konsumen dalam melakukan belanja pada Waserda UKM Mart Kopkar
Widyagama Malang merasa nyaman dan aman. Koperasi, hendaknya lebih
meningkatkan kualitasnya baik dari segi produk, harga, distribusi maupun
promosi sehingga mampu bersaing secara kompetitif dalam persaingan di bidang
retail.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Sanusi, 2003, Metodologi Penelitian Praktis untuk Ilmu Sosial dan
Ekonomi, Malang: Penerbit Buntara Media.
Djarwanto.2004. statistik nonparametrik, Yogyakarta:
BPFE E. Jerome. 1996. Dasar-Dasar
Pemasaran. Erlangga.
Engel, James, F., Roger, D, Blackwell, And Paul Miniard 1995, Edisi Perdana,
Jilid I, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta.
Gujarati, Damodaar N, 2003, Basic Econometricse, Fourtd Edition, McGraw
Hill Co.
Hellier, Philip K, Gus Geursun, Rodney A. Carr, and John A. Rickard. 2003. Customer
Repurchase Intention: A General Structural Equation Model. European Journal
of Marketing.
Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Jilid 2, edisi 11, Jakarta, Indeks
--------------. 2006. Marketing Management: An Asian Perspective. Fourth Edition.
Singapore: Prentice Hall.
Kopkar, 2010, Laporan Tahunan.
Kuncoro, Mudrajat. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis Dan Ekonomi. Jakarta:
Erlangga.
Lamb Lamb, Charles W; Joseph F. Hair; dan Carl McDaniel. 2001. Pemasaran.
Alih Bahasa. David Octarevia. Edisi Pertama. Jilid Pertama. Jakarta:
Salemba Empat.
Loudon, David L, dan Della Bitta, Albert J., 1994, Consumer Behaviour,
Penerbit McGraw-Hill, Ic, New York.
Lupiyoadi, Rambat. 2001, Manajemen Pemasaran Jasa; Teori dan Praktik,
Penerbit Salemba Empat, Jakarta
Mowen, Jhon C. dan Minor, Michael. 2002. Perilaku Konsumen. Jilid Pertama.
Alihbahasa: Lina Salim. Jakarta: Erlangga.
Malhotra, Naresh. K, 1996. Marketing Research an Applied Orientation, Australia.
Prentice Hall.

47
Payne, Andrian, 2001. The Essence of Service Marketing; Pemasaran Jasa,
Penerbit Andi, Jogjakarta.
Schiffman, L. G., L. L. Kanuk. 1995. Consumer Behavior, 9th Ed. Upper
Saddle River, NJ: Prentice Hall.
Simamora, Bilson. 2003. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Singarimbun, M.S. Effendi, 1995. Metode Penelitian Survei, Penerbit LP3ES.
Jakarta.
Siegel, Sidney, 1998. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Penerbit
PT. Gramedia, Jakarta.
Susilo, HM. Iskandar, 2010. Dinamika Gerakan Koperasi Indonesia, Bandung.
Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya
Dalam Pemasaran. Jakarta: Ghalia Indonesia.
---------------- . 2004. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya
Dalam Pemasaran. Bogor: PT. Ghalia Indonesia.
Tjiptono, Fandi. 1997. Manajemen Jasa. Andi.Yogyakarta.
---------------. 2005. Manajemen Jasa. Malang, Bayumedia Publishing.
Umar, Husain. 2000. Metodologi Penelitian, Aplikasi dalam Pemasaran, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

48
DAFTAR PUSTAKA

Rudianto. Akuntansi Koperasi Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2010.


http://mirage-anime.blogspot.com/2011/12/koperasi-produsen-dan-koperasi-
konsumen.html. diakses pada tanggal 19 Februari 2019.

iii

Anda mungkin juga menyukai