Anda di halaman 1dari 14

🔗DISKUSI MATERI #1

🔗 KOMUNIKASI PRODUKTIF 🔗

🔗 Tanggal : 30 Oktober 2017


🔗 Pukul : 20:00 - 21:00 WIB
🔗 Fasilitator : Yuli Yuliani
🔗 Koordinator : Beta Lianita W.

‫الرحِ يْم‬
َّ ‫الرحْ َم ِن‬ ِ ‫ِبس ِْم ه‬
َّ ‫ّللا‬

Pembukaan

🔗 Beta Lianita: Alhamdulillah


Waktu sudah menunjukkan pukul 20:00 wib
Kita masih diberi kesempatan untuk bisa mengupas lebih dalam materi pertama kita malam ini
yaitu tentang komunikasi produktif

Sudah kosongkah gelas ibu2..?


Kalau sudah yuk kita isi dengan tambahan ilmu komunikasi di sesi diskusi santai ini bersama
bunda @🔗Yuli Yuliani

Kita sambut bersama bunda @🔗Yuli Yuliani

🔗🔗🔗🔗🔗🔗🔗🔗🔗🔗🔗🔗🔗🔗

🔗 Beta Lianita: Assalamu'alaikum Bunda @🔗Yuli Yuliani

🔗 Mb Yuli Yuliani: Wa'alaikumsalam mbak @🔗beta lianita🔗 ...dan semua bunda sayang di
kelas Kalimantan yang hebat ini🔗🔗

🔗 Beta Lianita: Alhamdulillah..


Materi pertama ini membuat kami semakin semangant tuk belajar..
Terbukti sudah ada 13 pertanyaan yang masuk..

🔗 Beta Lianita: Kita langsung ke sesi tanya jawab saja ya Bun..


Sepertinya ibu2 sudah tidak sabar untuk dapat pencerahan dari pertanyaan beliau..

🔗 Mb Yuli Yuliani: Sebelumnya kita di sini diskusi santai y bunda. Kalau ada yang kurang bisa
ditambahkan. Kita sama-sama belajar di sini
🔗 Beta Lianita: Siap... Bisa langsung ☝ 🔗jika ada tanggapan ya ibu2..☺

Pertanyaan

1⃣ Amini - Samarinda
Komunikasi profuktif ini saya merasakan lebih mudah diterapkan kepada anak balita terutama
anak saya sendiri. Bagaimana ya bund menerapkan komunikasi produktif ini utk anak remaja
yang masa kecilnya sudah terlanjur terabaikan? Komunikasi dengan org tua sangat tidak
produktif (penuh teriakan, bullying dirumah, bahkan tidak ada komunikasi 2 arah). Karena
kondisi ketika remaja lebih sulit utk diberi masukan, tidak mau menatap mata, dll.
Bagaimana memperbaiki komunikasi utk remaja dg kasus seperti itu? Terimakasih

Jawaban:
🔗 Mb Yuli Yuliani

Wa'alaikumsalam

Kalau ini saya belum berpengalaman sebetulnya mbak. Tapi ini ada pengalaman teman saya
yang punya anak remaja.

*sebenarnya, remaja itu bisa diajak berpikir lebih jauh dan dalam*

kalau saya, mengakui kesalahan dalam skill komunikasi yang dulu pernah dilakukan, ceritakan
kalau saat ini bunda sedang belajar memperbaiki pola komunikasi. tapi itu tidak akan berhasil
kalau tidak dibantu oleh keluarga, termasuk anak-anak.

sering jalan berdua saja dengan masing2 anak, itu jauh lebih masuk saat berkomunikasi dari
pada duduk melingkar di rumah bila pola kebiasaan komunikasi sedang seret.

2⃣ Fitrah - balikpapan

1. gambar yang saya share kenapa hal ini bisa terjadi? dimana bentuk kalimat tidak
produktifnya sehingga si suami gagal paham? kalau menurut pendapat saya pesan yang ingin
disampaikan si istri sudah memenuhi Kaidah 2C: Clear and Clarify tapi kok ini masih terjadi ya?
jedukin kepala ke tembok 🔗
2. untuk komunikasi dengan suami, daripada ngomong panjang lebar "pa, nanti pulang kerja
tolong mampir ke pasar beli kentang 1 kg, lalu mampir ke rumah ibu pinjam tupperware, dsb..." ,
apakah bisa disiasati dengan memberikan dia TO-do-list? #tapi nanti dihilangkan juga ya
🔗🔗♀...jedugin kepala ke tembok lagi...🔗

3. Bagaimana seninya memilih waktu yg tepat utk komunikasi? dmateri ditulis "Anda yang
paling tahu tentang hal ini" tetapi somehow saya clueless...

4. untuk komunikasi dengan anak adakah contoh2 kalimat tidak produktif & kalimat produktif
untuk bagian e. Ganti kata ‘TIDAK BISA” menjadi “BISA”

5. Bisakah dijelaskan dengan contoh untuk *Komunikasi antara 2 orang dewasa berpijak pada
Nalar. Komunikasi yang sarat dengan aspek emosi terjadi pada anak-anak atau orang yang
sudah tua.* ? berpijak pada nalar itu seperti apa ? sarat dengan aspek emosi itu seperti apa?
apakah aspek emosi ke anak/ orang tua iu maksudnya intonasi bicara lemah lembut penuh
kasih sayang gitu kah?

6. Bagaimana kita sebagai istri bisa selalu berpijak pada nalar jika ngomong sama suami (jadi
bukan bawaannya emosi mulu/marah duluan)?

Jawaban:
🔗 Mb Yuli Yuliani

1. Hehhe.. Pertanyaannya adakah ini benar-benar ada y suami yang begini? Kalau memang
ada, berarti FoE dan FoR suami seperti itu. Sehingg istri lain kali harus lebih clear lagi dalam
memberikan informasi. Sudahkah istrinya memahami suaminya sebenar-benar paham?
2. Bisa diingatkan melalui WA mbak. Tapi sebelumnya kita tambah kata2 tolong dan
terimakasih. Insyaallah suami senang kalau kita bisa menghargai sekecil apa pun yang telah
dilakukannya.
3. Kalau saya, bisa saat sarapan sambil ngeteh berdua, saat makan siang atau saat anak-anak
sudah tertidur. Insyaallah sebagai istri kita bisa lihat kapan suami sedang kurang fit diajak
komunikasi atau tidak.
4. Ini bisa terjadi di kehidupan sehari-hari mbak. Hal-hal kecil seperti kemandirian anak, kita
katakan pada anak, insyaallah kamu bisa nak, memakai sepatu sendiri atau baju sendiri. Yang
tidak produktif berarti kebalikannya.
5. Nalar sendiri artinya berdasarkan pertimbangan baik dan buruk. Tidak berbicara dengan
teriak-teriak atau berbicara kasar, merendahkan itu sudah sesuai nalar.
6. Kuncinya saling memahami satu sama lain, saling menghargai, memberikan penghargaan
dengan ucapan terimakasih, tolong dan maaf. Itu hal kecil tapi bermanfaat

Tanggapan jawaban no.5 dari ⃣ Neili Eka


Ini mungkin maksudnya merendahkan itu tdk sesuai nalar, iya teh?

🔗 Mb Yuli Yuliani
Iya mbak, kan nalar kita memahami setiap orang juga pasti ingin dihargai. Sekecil apapun.
Apalagi suami kita yang setiap hari mungkin kita repotkan ini itu.

Tambahan ⃣ Mb Beta Lianita


Tidak berbicara teriak2 dan tidak merendahkan itu sdh sesuai nalar
Komanya meneruskan kata tidak sebelumnya..
Bantu nambahin ya bun..🔗

3⃣ Widita - Pangkalan Bun


Ketika memperhatikan kaidah komunikasi yg efektif dan produktif dengan pasangan yang harus
diperhatikan adalah aspek verbal 7%, aspek intonasi suara 38% dan aspek bahasa tubuh 55%.
Bagaimana cara mengatasi tantangan dengan adanya hubungan jarak jauh (LDR) ketika kita
berkomunikasi dengan pasangan yang membahas topik yang urgent tetapi ada kendala waktu
berkomunikasi yang terbatas? Padahal aspek bahasa tubuh yg porsinya besar 55% tidak bisa
digunakan secara maksimal

Jawaban:
🔗 Mb Yuli Yuliani
Sekarang insyaallah sudah lebih canggih, bisa dengan video call. Atau walaupun nelfon
bahasa tubuh pun bisa dirasakan kok mbak. Bahasa tubuh yang baik otomatis akan mengikuti
pada intonsi bicara kita mbak. Jadi, silahkan bisa melaui telfon dengan menggunakan gerakan
tidak terlihat pasangan, tapi nyatanya dapat dirasakan pasangan disebrang sana. 🔗

Tanggapan ⃣ Mb Widita
Betul mbak Yuli🔗 cm memang terkadang bs salah paham ketika kita sama2 dlm kondisi capek
n hrs berkomunikasi via telp tdk bs bertatap muka lgs jd hrs tetap menjaga ketigal hal tsb, aspek
verbal, intonasi n bahasa tubuh

🔗 Mb Yuli Yuliani
Kalau masalahnya kondisinya capek, berarti kita bisa istirahat dulu untuk menurunkan emosi
kita. Istirahat sejenak, setelah agak tenang bisa diteruskan komunikasinya.

Tambahan ⃣ Mb Beta Lianita


Bicara dg ortu lbh sensitif krn ortu lbh ke emosi..kita posisi nalar..jadi benar2 cari waktu dan
situasi yg pas,,
Lagi bicara cucu yg ikut senang dg tumbuh kembangnya..di sini diselipkan rasa syukur
kita..disampaikan dg hati.. Insyaa Allah perlahan2 ortu akan memahami maksud keputusan
kita..
Coba nambahin ya..🔗

4⃣ Maryam - Pontianak
Pembahasan saat ini lebih ke bagaimana sebagai pemberi pesan agar tercipta komunikasi yang
produktif. Bagaimana caranya sebagai penerima pesan agar tercipta juga komunikasi
produktif. Sebab sering kali dibilang baperan (kadang dibilang gak terima) kalo di kritik sama
pasangan atau keluarga, karena seringnya gak suka dengan cara penyampaian orang
tersebut?

Jawaban:
🔗 Mb Yuli Yuliani
Komunikasi berarti ada dua arah mbak. Baik pemberi dan penerima. Berarti kaidah 5 berlaku
ya.

5🔗 Amanda - Pontianak
1.Pe er saya untuk memulai komunikasi produktif dengan anak, karena saya sering kurang
produktif membuat kata kata yang mudah dimengerti untuk anak. Adakah cara melatih
membuat kalimat yang produktif kepada anak?
2. Karena saya punya dua anak, di anak perempuan cara saya berkomunikasi dgn maiza
selama ini bisa dikatakan baik, karena dia mengerti dan memahami apa yang saya minta dan
sebaliknya namun ketika berhadapan dengan anak laki2 komunikasi saya dengan dastab
kadang malah menimbulkan pertengkaran, apakah harus ada metode komunikasi anatara anak
perempuan dan laki2.? 🔗

Jawaban:
🔗 Mb Yuli Yuliani
Ini nanti yang akan dipraktekan di t10 hari ya bunda jawabannya. Nanti bunda bisa menganalisa
sendiri dan jawabannya insyaallah.

6⃣ Ainun Muharomah - Tenggarong


Ayah dan ibu saya menuntut saya untuk bekerja lebih tepatnya jd pegawai, saya tau niatnya
baik, Mereka tdk ingin kalo saya di masa tua nanti akan kesulitan ekonomi, kalo saya jd
pegawai setidaknya saya akn memiliki gaji pensiunan sehingga tdk bingung masa depannya.
Dan lagi menurut mereka sayang ilmu yg sudah saya peroleh smpe jadi sarjana kalo tidak
dipake untk kerja. Sedangkan saya pribadi, Untk saat ini ingin fokus pada keluarga kecil,
membersamai buah hati, rejeki bisa dicari tp masa membersamai anak tdk akan prnh terulang.
Tidak ada yg sia2 juga ilmu yg saya miliki krn menurut saya, kerja tidak hrs jadi pegawai, toh yg
menjamin hidup kita kan bukan gaji pegawai tp Allah. Nah disini, saya tidak pernah berani
mengutarakan isi hati saya pd ortu, sehingga yg terjadi mereka seperti masih menyimpan
uneg2, dan tiap mereka ingin bahas masalah kerjaan saya memilih menghindar. Pertanyaan
saya, seharusnya bagaimana komunikasi yg efektif dan produktif agar mereka bisa memahami
diri saya? Trimakasih

Jawaban:
🔗 Mb Yuli Yuliani
Mbak bisa mencoba dengan Kaidah 2C: Clear and Clarify, komunikasikan dengan clear apa
keinginan mbak dengan penegasan mbak memahami keinginan orang tua. Tetapi saat ini
jelaskan kondisi yang sebenarnya. Dengan intonasi, bahasa tubuh yang baik insyaallah pelan-
pelan kita pahamkan apa pemahaman kita selama ini. Dan jangan lupa berdo'a🔗

7⃣ Tami
Pertanyaan :
1. Saya termasuk yg kurang lancar berkomunikasi langsung (verbal) jadi kalau ada masalah
serius bisanya ditulis di wa atau by Email baru dikirim ke suami.
Respon ya sih kadang gak sesuai harapan...biasalah makhluk laki-laki, kita sudah panjang
lebar, dianya pendek-pendek responnya.
2. Ke anak...ada 7 anak yang masing-masing tak sama.
Nah ada seorang anak yg agak sensitif... ( anaknya ada masalah dalam mengucapkan kata-
kata sehingga banyak kata-kata yang tak sempurna diucapkan , mudah berburuk sangka , tak
suka di kasih tahu apalagi dikritik. Mungkin caranya masih salah juga kali ya ) ini yg selalu jadi
masalah hingga sekarang masih blm bisa berkomunikasi dengan anak ini secara lebih baik.

Jawaban:
🔗 Mb Yuli Yuliani
1. Tidak masalah bunda, karena setiap keluarga itu unik. Tujuan komunikasi itu kan terbentuk
FoE/FoR kita (suami dan istri).

2. Berarti bisa dicoba dengan 11 cara yang sudah ada dimodul ya bunda. Nanti bisa diceritakan
di t10 hari hasilnya.

8⃣ Ayu C / Palangkaraya
1. Kadang ( _sering juga sih_) sy ngomel pada suami jika ada hal yg kurang tepat atau tidak
pas di hati. Adakah batas wajar atau ngomel yg dianggap normal? 🔗

2. Bagaimana menghadapi orang dewasa yg kurang komunikatif, yg suka jawab singkat tanpa
ekspresi?

3. Bagaimana jika pasangan kurang suka basa basi atau sekadar ngobrol santai? Jadi ngobrol
kalau ada hal yg penting untuk dibahas saja.

4. Suatu waktu sy pernah membentak anak (16mo) krn saking kesalnya. Dan ternyata skrng
ditiru ( _modelnya kalau marah jadi mirip sy_). Bagaimana menghilangkan sikap tsb pada
anak?

Jawaban:
🔗 Mb Yuli Yuliani
1.Kalau menurut saya, boleh ngomel meski suami manapun nggak suka dengar istrinya
ngomel. Tapi, biasanya kalau sudah keluar semua uneg-uneg, hati pun jadi lega.
Yang perlu diingat, jangan berlebihan (mungkin ada yang kuat ngomel 2 jam nonstop, hehehe),
jangan teriak dan jangan mengancam atau sejenisnya. Karena bisa bikin suami yang mungkin
awalnya tidak marah malah menjadi marah besar lalu semua terasa runyam dan sulit
diselesaikan. Berusaha menahan diri untuk tidak berkata tidak baik.

Jangan melebarkan masalah ke masalah lain apalagi mengungkit masa lalu, itu akan
memperuncing masalah.

Jawaban no. 2&3 hampir mirip ya :


ada artikel Bagus dari bunda Elly Risman bisa dibaca untuk jawaban terkait komunikasi
suami istri ini.

Komunikasi suami istri.

Umum sekali terjadi, tak lama setelah perkawinan suami istri baru ini sudah mulai menemukan
bahwa komunikasi antar mereka berdua, jadi tidak selancar, sehangat apalagi seindah ketika
dulu pacaran atau sebelum menikah.
Sekarang, ada saja yang gak nyambung, emosi naik, kadang diam, tak biasa dimengerti dan
seolah tak ada keinginan untuk mengerti. Dulu, kalau begini salah satu pasti tidak akan pernah
berhenti membujuk, sampai salah satunya mengalah dan komunikasi tersambung kembali.

Kenapa sudah kawin malah jadi sebaliknya?


Harapan dan mimpi indah yang dulu dibagi bersama dan menimbulkan semangat, kini seolah
menguap begitu saja . Kenyataan yang ada sangat mencengangkan karena banyak hal yang
dulu tidak diketahui kini menjadi jelas merupakan kebiasaan yang kurang pas dan kurang
menyenangkan bagi pasangannya. Mulai dari kalau ngomong kurang diperhatiin, mau menang
sendiri,kebiasaan yang tidak sama : naruh handuk basah diatas tempat tidur, suami merasa
kurang dilayani, istri merasa kurang didengarkan perasaannya dan sejuta perbedaan lainnya
yang terus menerus terjadi dari hari ke hari….

Mengapa semua ini terjadi ?

1.Hidup lebih realistis, kebiasaan dan sikap asli masing masing nampak dan tak perlu
dipoles dan disembunyikan lagi. Cara ekspresi emosi juga otomatis nampak : marah,
menghakimi, selfish, narcist, mencap, dll.

2. Dari pengalaman saya menghadapi berbagai kasus keluarga dan perceraian, ketika
pasangan ini belum menikah, mereka tidak mengetahui atau diberi tahu bahwa masing masing
harus mempelajari latar belakang pengasuhan pasangannya dan mengapa perlu tahu.. Yang
paling buruk adalah kenyataan bahwa masing masing pasangan tersebut bahkan tidak cukup
kenal dengan dirinya sendiri!.

3.Tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah menciptakan laki laki dan perempuan itu
berbeda : Otaknya, hormon2nya, alat kelamin, ratio otot daging, kapasitas paru paru dlsbnya
4.Tidak memiliki ketrampilan bicara yang benar, baik dan menyenangkan serta

5.Kurang memiliki ketrampilan mendengar, sehingga

6.Tak mampu berkomunikasi yang baik, bersih dan jelas.

Apa akibatnya?

Masing masing seperti terperangkap dalam diri sendiri. Bagaimana jalan keluarnya?. Mana
bisa kita ceritakan sama ortu? Sudahlah beliau capek mendidik kita, menyekolahkan,
mengawinkan.. masak masalah kita, kita bawa juga ke mereka. Kawin di jodohkan saja tidak
mudah kita adukan apalagi ini pilihan kita sendiri. Tangan mencincang bahu memikullah. Kalau
diceritakan ke orang lain, aib hukumnya. Menceritakan kekurangan atau kejelekan pasangan,
bisa bisa gak dapat mencium wanginya syurga!.

Jadi terasa seperti api dalam sekam, panas terus tapi jangankan ada pintu atau jalan keluar ,
asap saja tak bisa dihembuskan . Ini yang membuat kadang kadang semangat redup karena
hati luka – merasa terkunci di hati sendiri , sulit ditemukan apalagi diberi pertolongan!

Harapan timbul tenggelam, ah.. siapa tahu nanti membaik. Siapa tahu kalau anak sudah lahir,
siapa tahu kalau ada adiknya pula.. siapa tahu…..

Apa yang terjadi selanjutnya ?

Kebutuhan semakin beda, marah mencuat, bersitegang – bertengkar, saling: merendahkan,


menyalahkan, menjelek-jelekan & menjatuhkan saling menuduh, menghakimi, mencap,
bahkan sampai menyebut nyebut orang tua. Akhirnya saling diam diam-an, bicara seperlunya
saja semuanya membuat semakin sunyi di hati.
Sudah jelas dalam keadaan seperti ini sulit bagi masig masing pasangan untuk menunjukkan
pengertian, pengakuan apalagi pujian!.
Satu tempat tidur tapi seperti beda planet ! Berpapasan dipintu berusaha jangan senggolan,
beradu kaki ditarik buru2. Kamar sering sekali sunyi, masing masing dengan aktifitas sendiri
sendiri. Tapi hati semakin luka, semakin perih.

Kalau ada tamu : standard ganda. Saling menyebut dan menyapa, seolah tidak terjadi apa apa
: “iya begitu kan ya ma/pa?” hahahaha. Begitu tamu pulang , sunyi dan senyap kembali…
Kebutuhan untuk diterima dan didengarkan tetap ada pada masing masing, sebagai kebutuhan
dasar agar tetap jadi manusia, mulailah terjadi perselingkuhan atau punya teman curhat yang
biasanya berujung maksiat atau kawin lagi. Yang popular sekarang adalah BINOR (Bini
Orang) atau LAKOR ( Laki Orang) , yaitu selingkuh dengan teman sekerja, sekantor atau lain
kantor atau teman SMP dan SMA dulu. Semua dijaga ;Tahu sama Tahu. Kalau hamil kan punya
suami!. Yang paling buruk adalah selingkuh sejenis, seperti yang sering dibicarakan akhir akhir
ini .. Yang jelas kebutuhan jiwa dapat , material apalagi!
Bayangkan bagaimana bermasalah anak anak yang tumbuh dalam keluarga seperti ini ?
sudahlah mungkin rezeki tidak halal dan thayyib ortunya berbuat maksiat pula.
Banyak sekali orang tidak tahu, memang belum ada penelitiannya, bahwa bila seorang ayah
atau ibu melakukan maksiat, pasangannya bisa dikelabuinya tapi tidak Allah dan anaknya!.
Pengalaman saya menunjukkan bahwa anak yang tadi manis patuh dan berkelakuan baik, bisa
tiba tiba gelisah, temper tantrum, tak bisa mengendalikan diri, marah, ngamuk dlsbnya.. bila
secara diam diam salah satu ortunya berzina!. Bayangkan, berapa banyak sekarang pasangan
melakukan hal itu dan hubungkan dengan keresahan jiwa dan kenakalan remaja.
Dalam iklim psikologis dirumah yang buruk sekali itulah anak tumbuh dan berkembang.
Bayangkanlah dampak bagi perkembangan kejiwaan, emosi, kecerdasan, social dan
spititualnya!

Jadi, bagimana sebaiknya ?

Pertama harus disadari benar bahwa komunikasi pasangan ini sangat penting karena ia
mencerminkan Iklim rumah: fondasi keluarga, kesehatan pribadi, kesehatan anggota keluarga,
cerminan: kekuatan, kelemahan & kesulitan perkawinan dan Kelanjutan serta kepuasan hidup!.
Intinya, kalau suami usia masih muda sudah sakit sakitan jangan jangan ada masalah besar
dengan istrinya. Sebaliknya, bila istri masih muda sakit sakitan, jangan jangan suaminya
bermasalah!.

Untuk itu, kenalilah masa lalu masing masing pasangan. Apa dan pengasuhan yang
bagaimana yang membuatnya seperti sekarang ini yang kita uraikan diatas. Perjodohan adalah
sebagian dari iman, karena tidak akan berjodoh anda dengan pasangan anda kecuali dengan
izin Allah. Jangan mudah menceraikan atau minta cerai, karena itu adalah pekerjaan halal
yang dibenci Allah. Perkawinan adalah perjanjian yang sangat kokoh : “Mitsaqan Galidha”. Allah
lebih tahu, dari yang anda rasa dan fikir kurang atau buruk, disitu banyak kelebihan dan
kebaikan menurut Allah.

Tapi karena kita kurang waspada dan menyadari bahwa syaithan tujuan utamanya adalah
untuk menghancurkan perkawinan, seperti yang dilakukannya terhadap nabi Adam dan ibu
Hawa, maka kita akan terkurung dalam penilaian dan pemikiran yang buruk saja tentang
pasangan kita.
Jadi, berusahalah untuk meningkatkan keimanan, mintalah pertolongan Allah agar dibukakan
mata hati kita untuk :Bersyukur, menerima ketentuan Allah, bersangka baik, melihat kelebihan
lebih banyak dari kekurangan, menemukan ‘Inner child” pasangan dan berusaha memaklumi
dan perlahan merubahnya.
Kesulitan utama yang banyak dihadapi orang adalah karena dia tidak mengenal dirinya sendiri.
Dia sendiri memiliki ‘inner child” yang parah dan terperangkap disitu. Dia sendiri melimpah,
sehingga bagaimana mungkin menolong pasangannya . Dalam situasi seperti ini pasangan ini
memerlukan pertolongan ahli, bahkan mungkin butuh terapi. Bila hal ini tidak segera dilakukan,
penderitaan keduanya bisa berkepanjangan karena yang jadi korban adalah harapan satu
satunya dimasa depan yaitu : anak anak mereka ! .
Selanjutnya adalah menyadari bahwa Allah menciptakan otak kita ini berbeda. Jadi pelajarilah
akibat perbedaan ini lewat syeikh Google atau mbah Wiki, dan apa dampanya pada salah
pengertian dan salah harapan antara suami dan istri.

Langkah berikutnya untuk memperbaiki komunikasi adalah belajar menjadi “Pendengar” yang
baik. Memang tidak mudah, karena kita dari kecil diajarkan untuk bicara dan bicara: lewat
lomba pidato, story telling, debat dlsbnya. Tapi tidak ada lomba mendengar!.

Mendengar yang baik ada kiatnya :

1.Hindari penghalang mendengar, yaitu : Lebih mudah membuat jarak dengan pasangan,
malas komunikasi, kalau ngomong bukannya dengar tapi memikirkan jawaban, menyaring
tanda-tanda bahaya dalam percakapan, mengumpulkan data-data untuk mengutarakan
pendapat dan memberikan penilaian terhadap apa yang di kemukakan oleh pasangan.

2.Berusahalah mendengar yang benar dengan :


Bukan hanya diam di depan pasangan yang sedang bicara tapi cari tahu (tanpa “baca pikiran”)
apa yang dimaksudkan, dikatakan dan dilakukan pasangan . Tunjukkan kita mengerti
pasangan, sehingga hubungan terasa jadi lebih dekat, bisa menikmati kebersamaan,
menciptakan dan melanggengkan keintiman.

3.Mendengar yang benar membutuhkan COMMITMENT & COMPLIMENT.

Commitment/ kesepakatan dengan diri kita sendiri artinya dalam mendengar kita berusaha
untuk: Mengerti, Memahami, Menyisihkan minat dan kebutuhan pribadi , Menjauhkan
prasangka dan berusaha untuk Belajar melihat dari sudut pandangan pasangan
Sedangkan Compliment /hadiah adalah menunjukkan pada pasangan bahwa “Saya peduli
kamu, sanggup anda, Saya ingin tahu apa yang kau pikir atau apa yang kamu rasakan dan apa
yang kamu butuhkan”.

Semua ini memang tidak gampang tapi bukan hal yang mustahil untuk dilakukan. Cobalah
sedikit sedikit asal jangan anda menyerah dan kembali ke pola komuniasi yang semula.

Mungkin yang penting sekali untuk anda ingat :

Kalau ada kerikil dalam sepatu, terasa menganggu dipakai berjalan, buka sepatunya buang
kerikilnya, bukan sepatunya yang anda ganti. Tidak ada manusia yang sempurna, termasuk
anda!.

Yakin bahwa anda bisa. Pasti bisa!!

Bekasi, 19 September 2016.


#Elly Risman.

4. Karena anak masih peniru, berarti kita harus terus memberikan sikap positif ke anak, dan
diingatkan bahwa membentak itu tidak baik. Terus menerus digantikan dengan hal-hal positif
insyaallah akan dengan sendirinya mengikuti sikap positif orang tuanya.

9⃣ Yumna - Banjarbaru

Pertanyaan:
Bagaimana cara berkomunikasi produktif dengan anak yg tidak tinggal serumah dengan
orangtuanya karena case tertentu, misalnya anak dititipkan ke nenek&kakeknya karena hal
pekerjaan/karena ortu nya bercerai?Apakah dasar penerapan komunikasinya tetap sama?

Jawaban:
🔗 Mb Yuli Yuliani
Pada dasarnya sama bunda, karena anak itu yang harus dimengerti. Kita sudah dewasa
pernah kecil, tetapi anak belum pernah menjadi dewasa.

10⃣ Dyah - PurukCahu,kab.murung raya kalteng


Setelah diresapi, kata "tidak,jangan" itu harus dhindari y ?mhn penjelasannya...🔗☺

Jawaban:
🔗 Mb Yuli Yuliani
Saya ambil dari ustadz bendri, karena saya rasa ini sesuai dengan yang saya pikirkan. Silahkan
lebih lengkapnya bisa dicari di mbah google 🔗

Intinya :

Minimal ada 3 konteks usia penggunaan kata jangan sesuai sikap nabi : utk anak yg blm
berakal, untk anak yg sudah berakal dan utk dewasa.

✅ Utk dewasa rasul tak ragu untuk memberikan kata jangan jika memang membahayakan
agamanya. Disini Quran turun lebih banyak utk mereka.

✅Sementara utk anak, rasul sikapnya beda.Rasul bedakan yg sudah berakal mana yg belum.

🔗Caranya sesuai petunjuk rasul dlm urusan perintah sholat yaitu “jika sudah bisa bedakan
kanan dan kiri”. Itu artinya sudah bisa berpikir
Nah, untuk anak tipe ini (bisa bedakan kanan dan kiri) kata larangan atau “jangan” dibolehkan.
Tapi lebih elok jika ditambah solusinya agar mereka tau apa yg harus dilakukan. Ingat mereka
minim pengalaman.

✅Sementara untuk anak yg belum bisa berpikir, rasul tak melarang. Lebih banyak memberi tahu
sikap yg tepat. Bahkan cenderung membiarkan.

Rasul bahkan memotivasi anak yg lagi main panah di mesjid dgn ucapan “teruslah memanah.
Sesungguhnya kakek moyangmu ismail pemanah”.

Bendri Jaisyurrhaman @ajobendri

11⃣ Wulan Devia - Pontianak


Assalamualaikum..
Perkenalkan saya wulan devia dr pontianak..
1. Saya dan suami LDR dan brtemu tiap 2 minggu sekali trkadang 1 minggu sekali..
Komunikasi kami lbh banyak via tulisan baik berupa sms maupun WA..
Sedangkan rumus yg di gunakan dlm komunikasi 7 38 55 yaitu 55% bahasa tubuh..
Setiap hr memang kami selalu videocall namun trkadang kendala sinyal yg jelek..
Kalaupun pulang maka suami lbh banyak membersamai anak karena anak kami "lengket" jika
bertemu ayahnya..
Adakah tips n trik buat kondisi yg saya alami biar komunikasi produktif antar pasangan bs
trcapai..??
2. Dan untuk komunikasi produktif k anak, bagaimana kita mengatasi kebingungan anak karena
trkadang kita sudah menerapkan komunikasi produktif namun lingkungan kita tidak
mendukung..??
Anak saya 18 bulan..
Terima kasih sblmnya... 🔗🔗

Jawaban:
🔗 Mb Yuli Yuliani
1. Ini mungkin klasik tapi it's work🔗 (dulu pernah LDR)
🔗Perhatikan Kualitas Komunikasi
Kualitas komunikasi tersebut ya harus yang dijaga, membuat satu sama lain merasa dihargai
dan terlibat dalam keseharian.

🔗Positive Thinking dan Jaga Mood.


Kalau sedang tidak mood, istirahat sejenak nanti baru balas chatnya.
2. ✅Kalau saya, keluarga menjadi landasan utama anak. Insyaallah ketika orang tua berusaha
mengerti anak, anak akan berusaha untuk meniru orang tuanya. Anak 18 bulan masih belum
terlalu main di luar. Jadi bisa diusahakan dari dalam rumah dikuatkan.

12⃣ Desy, Ketapang


Pertanyaan:
Bun, masih boleh titip pertanyaan?

1. Anak saya usia 3 tahun kurang 2 bulan. Saat ini masih dalam proses agar bisa mahir bicara
Terkait mengubah interogasi menjadi kalimat observasi itu, jujur saya masih sering
melakukannya. Saya sering menanyakan pada anak saya main apa di rumah, dsb. Apakah
kalimat observasi itu cocok untuk anak yang masih dalam tahapan belajar berkomunikasi?

2. Kadang anak saya juga merasa kesal akan suatu hal, biasanya ia langsung memukul saya
sebagai bentuk ketidaksetujuannya. Ketika itu terjadi saya tanya kepadanya apakah dia sedang
marah dan mencoba mengalihkan perhatiannya. Apakah yang saya lakukan sudah tepat? Jika
belum sebaiknya apa yg harus saya lakukan? Bagaimana caranya agar saya bisa memahami
keinginannya saat ia emosi?

Terima kasih

Jawaban:
🔗 Mb Yuli Yuliani
1. Bisa bunda, anak-anak bisa dilatih menamai perasaannya sendiri seperti : adik kelihatan
senang, coba cerita apa yang membuat senang? Nanti anak2 akan mengekspresikan
senangnya dengan apa yang telah mereka lakukan.
2. Silahkan dicoba 11 kaidah komunikasi produktif bunda. Nanti dilihat hasilnya di t10*
Terima kasih.

13⃣Orin / pontianak .
Bagaimana cara menegur anak 2 tahun dengan komunikasi yg benar. Anak saya kalau di tegur
langsung ke pojokan merajuk. ☺ trims

Jawaban:
🔗 Mb Yuli Yuliani
Biarkan anak tenang dahulu, kemudian dicoba untuk menggunakan kaidah 11 komunikasi
produktif. Bisa coba dipraktekan nanti di t10 hari. ✊
-Closing-

⃣ Mb Syarifah Thiqa
Kadangkala Emosi Mengantarkan kita pada titik tidak mampu mengungkapkan apa yang kita
inginkan atau menerima tanggapan yang tidak kita inginkan ... Tetapi balik lagi .,kita punya
kedua tangan untuk kembali meminta kepada sang yang empunya hati ..,yaitu Do'a ..

redamkan emosi dalam doa agar kita mampu menggendalikan pelana *emosi*

peluk sayang buat bunda 2 kece malam ini dan jangan lupa berdoa

🔗🔗🔗🔗🔗🔗 tepuk tangan buat kita semua 🔗🔗🔗

terima kasih semuanya

tusbihina 'alala khair semua akan baik baik saja


⃣ Mb Yuli Yuliani
Iya mbak.. Berdo'a mampu mengendalikan emosi noted

Anda mungkin juga menyukai