Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran hingga berumur
28 hari dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan
ekstrauterin. Bayi normal memiliki cirri tertentu yang termasuk umur kehamilan
term,berat badan 2500 gram sampai dengan 4000 gram dan harus menyesuaikan diri
dengan kehidupan luar rahim. Selain itu juga pada pemeriksaan antopometri dalam
batas normal yang meliputi pengukuran berat badan, panjang badan, lingkar kepala,
lingkar dada,lingkar lengan atas.
Bayi baru lahir akan mengalami kenaikan berat badan fisiologis sampai 10%
pada hari kedua dan ketiga. Hal ini disebabkan oleh pengeluaran hormone.
Penggunaan energy dan asupan kalori yang relative rendah( pada bayi yang hanya
mendapatkan ASI). Pada hari ke- 10 dan ke- 14 akan tercapai embali berat badan
lahir. Untuk menghasilkan kelahiran bayi yang diharapkan dan sehat segala
sesuatunya tentu harus diperhatikan mulai dari kehamilan awal hingga akhir
kehamilan, meliputi asupan nutrisi ibu, lingkungan yang mendukung ( tidak tercemar
zat yang merugikan kesehatan janin maupun ibu sendiri ) dan yang paling utama
adalah selalu memeriksakan kehamilannya secara rutin minimal 4x selama proses
kahamilan dan bersalin ditenaga kesehatan baik bidan maupun dokter agar agar tidak
terjadi komplikasi yang membahayakan kesehatan ibu maupun bayi saat persalinan.
Oleh karena itu untuk tenaga kesehatan trutama bidan harus memperhatikan keadaan
umum bayi apakah terjadi kelainan-kelainan fisiologis atau tidak. Harapannya agar
bayi cepat tertangani bila terjadi kelainan tertentu.
Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai dengan 28 hari, dimana
terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim menjadi di luar
rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi
hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko
gangguan kesehatan paling tinggi. Pada usia yang rentan ini, berbagai masalah
kesehatan bisa muncul. Tanpa penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Beberapa
upaya kesehatan dilakukan untuk mengendalikan risiko pada kelompok ini
diantaranya dengan mengupayakan agar persalinan dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan serta menjamin tersedianya pelayanan kesehatan
sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir. Masalah utama penyebab kematian
pada bayi dan balita adalah pada masa neonates (bayi baru lahir umur 0-28 hari).
Menurut hasil Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa 78,5% dari kematian neonatal
terjadi pada umur 0-6 hari. Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak
adalah asfiksia, bayi berat lahir rendah dan infeksi. Dengan melihat adanya risiko
kematian yang tinggi dan berbagai serangan komplikasi pada minggu pertama, maka
setiap bayi baru lahir harus mendapatkan pemeriksaan sesuai standar lebih sering
(minimal 2 kali) dalam minggu pertama. Langkah ini dilakukan untuk menemukan
secara dini jika terdapat penyakit atau tanda bahaya pada neonatus sehingga
pertolongan dapat segera diberikan untuk mencegah penyakit bertambah berat yang
dapat menyebabkan kematian. Kunjungan neonates merupakan salah satu intervensi
untuk menurunkan kematian bayi baru lahir (Supriyantoro,2014:90).
BAB I
TINJAUAN TEORI BAYI BARU LAHIR

A. TINJAUAN MEDIS
1. Pengertian
a. Masa neonatus dimulai sejak lahir hingga berumur 2-4 minggu
(Suryanah,1996:14).
b. Masa neonatus adalah 0-28 hari. Masa ini merupakan masa terjadinya
kehidupan yang baru dalam ekstrauteri, yaitu adanya proses adaptasi
semua sistem organ tubuh (Hidayat, 2008:14).
2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal
Menurut Suryanah (1996:14):
a. Denyut jantung >100 kali/ menit, pernafasan pada menit pertama cepat
80 kali/ menit, kemudian menurun kira-kira sampai 40 kali/ menit.
b. Kulit merah karena di bawah kulit terdapat jaringan lemak, lapisan vernic
caseosa, kuku jari panjang.
c. Genitalia, labia mayor sudah menutup labia minora pada bayi
perempuan, dan pada bayi laki-laki testis sudah turun ke skrotum.
Menurut Ladewig (2005:156):
a. Frekuensi nadi : 120-160 kali/menit. Selama tidur nilai paling rendah 100
kali/menit, jika menangis sampai 160 kali/menit.
b. Frekuensi pernapasan : 30-60 kali/menit. Terutama ditandai pernapasan
diapragmatik, namun masih seirama dengan pergerakan abdominal.
Periode apneu singkat (5-10 detik), tanpa perubahan warna atau frekuensi
jantung .
c. Suhu tubuh
Aksila : 26,5oC-37oC dan kulit : 36 oC-36,5 oC
d. Tekanan darah : 80-60/45-40 mmHg saat kelahiran;m100/50 mmHg pada
hari ke-10
e. Berat Badan
Rata-rata : 3405 g
Kisaran : 2500-4000 g
f. Panjang Badan
Rata-rata : 50 cm
Kisaran : 48-52 cm
g. Lingkar kepala
Rata-rata : 32-37 cm
Kira-kira 2 cm lebih besar dari lingkaran dada
h. LILA dapat dipakai untuk menilai keadaan gizi/tumbuh kembang pada
kelompok umur pra sekolah. LILA laju tumbuh lambat yaitu ketika lahir
11 cm (Matondang,2003:179).
3. Bayi Baru Lahir Normal
Saat lahir, kulit bayi sangat halus terlihat merah kehitaman karena tipis dam
lapisan lemak subcutan belum melapisi kapiler. Kemerahan itu tetap terlihat
pada kulit dengan pigmen yang banyak sekalipun dan bahkan menjadi lebih
kemerahan ketika bayi menangis. (Hamilton, 1995:220)
1) Vernix Caseosa
Substamsi berwarna putih, licin, seperti keju melapisi kulit bayi baru lahir.
Fungsinya melindungi bayi dari cairan ketuban dalam rahim. Vernix dapat
tidak terlihat pada bayi yang lebih bulan. Tidak perlu dibersihkan dan
biasanya diserap kulit. (Muslihatun, 2010: 37)
2) Milia
Bercak putih kecil dan keras seperti jerawat pada hidung bayi baru lahir.
Dapat pula muncul di dagu dan dahi. Milia berasal dari sumbatan kelenjar
minyak dan dapat menghilang sendiri. Bila terdapat di mulut dan gusi di
sebut Epstein pearls. (Muslihatun , 2010: 37)
3) Lanugo
Rambut halus pada tubuh bayi, terutama dipunggung, dahi dan pipi.
Lanugo lebih terlihat pada bayi premature. Biasanya tidak terlihat lagi
pada bayi lebih bulan. (Muslihatun, 2010: 37)
4) Deskuamasi
Pelepasan kulit yang secara normal terjadi selama 2–4 minggu pertama
kehidupan, hal ini mungkin berlebihan atau hanya sedikit dan yang
paliung umum adalah pada bayi yang lahir dengan berat badan rendah.
(Hamilton, 1995 : 220)
5) Bercak Mongol/Mongolian Spots
Bercak biru keunguan seperti memar pada bagian bawah nelakang bayi
dan bokong. Penyebabnya adalah penumpukan sel pigmen dan biasanya
menghilang pada usia 4 tahun. (Muslihatun, 2010: 37)
6) Eritema taksikum
Bercak kemerahan pada bayi baru lahir sering terdapat di dada dan
punggung atau hingga seluruh tubuh. Setengah dari bayi baru lahir
mengalami kejadian ini pada hari pertama. Tapi jarang terjadi pada bayi
premature. Penyebabnya tidak diketahui. Keadaan ini tidak membutuhkan
pengobatan dan menghilang sendiri dalam beberapa hari
(Muslihatun,2010:38)
7) Ikterik
Pada umumnya warna kuning terlihat bila kadar bilirubin lebih dari 5
mg/dl (pada neonatus) atau lebih dari 2 mg/dl pada bay dan anak. Ikterus
paling jelas terlihat di sclera, kulit serta selaput lendir. (Matondang,
2003:37)
8) Tanda Lahir
Terdapat berbagai tipe tanda lahir; beberapa diantaranya sementara, dan
yang lainnya permanen, sebagian diakibatkan karena trauma saat lahir.
Yang lainnya diakibatkan karena kelainan struktur pigmen, pembuluh
darah, rambut, atau jaringan lainnya. (Hamilton, 1995:221)
9) Rambut dan kuku
Bayi mungkin terlihat dengan rambut panjang dan tebal, mungkin botak,
rambut mungkin akan sedikit berbeda dalam warna, kekakuan, keriting,
seperti yang dialaminya selama hidupnya. (Hamilton, 1995:221)
4. Periode Bayi baru Lahir
a. Periode pertama rektivitas berakhir pada 30 menit pertama setelah kelahiran.
Karakteristik pada periode ini antara lain: denyut nadi apikal berlangsung cepat
dan irama tidak teratur, frekuensi pernapasan mencapai 80 kali/menit, irama
tidak teratur dan pada beberapa bayi baru lahir, tiper pernapasan cuping hidung,
ekspirasi mendengkur dan adanya retraksi.
b. Periode kedua reaktivitas berakhir sekitar 4-6 jam setelah kelahiran.
Karakteristik pada periode ini, adalah : bayi memiliki tingkat sensitivitas yang
tinggi terhadap stimulus internal dan lingkungan. Frekuensi nadi apikal berkisar
120-160 kali/menit, frekuensi pernapasan berkisar 30-60 kali/menit. Terjadi
fluktuasi warna kulit dari warna merah jambu atau kebiruan kesianotik ringan
disertai bercak-bercak. Bayi sering berkemih dan mengeluarkan mekonium
pada periode ini. Terjadi peningkatan sekresi mokus dan bayi bisa tersedak pada
saat sekresi. Reflek menghisap bayi sangat kuat dan bayi sangat aktif.
(Muslihatun, 2010:4-6)
c. Periode ketiga (stabilisasi)
12 jam sampai 24 jam bayi lahir. Bayi lebih mudah untuk tidur dan terbangun.
Tanda- tanda vital stabil. Kulit berwarna kemerahan dan hangat. (Hamilton,
1995:209)
5. Perubahan-Perubahan Fisiologis Pada BBL
a. Sistem Respirasi
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam 30 menit pertama sesudah
lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain
adanya surfaktan yang dengan menarik napas dan mengeluarkan napas dengan
merintih sehingga udara tertahan didalam. Respirasi pada neonates biasanya
pernapasan diafragmatik dan abdominal, sedangkan frekuensi dan dalamnya
belum teratur. Ap[abila surfaktan berkurang,m maka alveoli akan kolaps dan
pari-paru kaku sehingga terjadi atelektasis. Dalam keadaan anoksia neonates
masih dapat mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan metabolisme
anaerobic. (Muslihatun, 2010: 12)
b. Sistem Peredaran Darah
Setelah bayi lahir, paru akan berkembang mengakibatkan tekanan arteriol dalam
paru menurun. Tekanan dalam jantung kanan turun, sehingga jantung kiri lebih
besar daripada jantung kanan yang mengakibatkan menutupnya foramen ovale
secara fungsional. Hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran oleh
karena tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam aortadesenden naik serta
disebabkan oleh rangsangan biokimiadan duktus arteriosus berobliterasi.
Kejadian-kejadian ini terjadi pada hari pertama kehidupan bayi baru lahir.
(Muslihatun, 2010:16)
c. Sistem Pengaturan Suhu
Mekanisme pengaturan temperature tubuh pada BBL belum berfungsi
sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan
kehilangan panas tubuh maka BBL dapat megalami hipotermia. Bayi dengan
hipotermia, sangat beresiko tinggi untuk mengalami sakit berat atau bahkan
kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan
basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam
ruangan yang relative hangat. Bayi premature atau berat badan lahir rendah
sangat rentan untuk mengalami hipotermia. ( Depkes RI, 2008: 123).
Mekanisme kehilangan panas tubuh bayi (Depkes RI, 2008: 123-124) yaitu:
1) Evaporasi
Jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi kerena
penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi
sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan
panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya
tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
2) Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang
temperature lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi
melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di atas benda-benda
tersebut.
3) Konveksi
Kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang
lebih dingin. Bayi dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan dingin
akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika
terjadi aliran udara dari kipas angina, hembusan udara melalui ventilasi atau
pendingin ruangan.
4) Radiasi
Panas yang terjadi karena bayi yang di tempatkan di dekat benda-benda
yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa
kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap
radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).
d. Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonates, relative lebih luas dari tubuh orang dewasa
sehingga metabolisme basal per kg BB akan lebih besar. Bayi baru lahir harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energy diperoleh dari
metabolisme karbohidrat dan lemak
Pada jam-jam pertama energy didapat dari perubahan karbohidrat. Pada hari
kedua, energy berasal dari pembakaran lemak. Setelah mendapat susu dari
kurang lebih pada haatri keenam pemenuhan energy bayi 60% didapatkan dari
lemak dan 40% dari karbohid. (Muslihatun, 2010: 14)
e. Sistem pencernaan
Absorbsi nutrient sudah aktif, kolonisasi segera terjadi, feses berupa mekoneum
dan lebih dari hari keempat feses biasa,dan enzim pencernaan sudah aktif
(Muslihatun, 2010:11)
f. Sistem perkemihan
Pada saat lahir fungsi ginjal sebanding dengan 30-50% dari kapasitas dewasa,
dan belum matur untuk memekatkan urine. Namun demikian urin terkumpul
dalam kandung kemih, bayi biasanya berkemih dalam 24 jam. (Hamilton,1995:
221)
g. Sistem kekebalan tubuh
Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sum-sum tulang, lamina propia
ilium serta apendiks. Plasenta merupakan sawar sehingga fetus bebas dari
antigen dan stress imunologis. Pada bayi baru lahir hanya terdapat gama
globulin G, sehingga imunologi dari ibu dapat melalaui plasenta karena berat
molekulnya kecil. Tetapi bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta (lues,
toksoplasma, herpes simpleks,dan lain-lain), reaksi imunologis dapat terjadi
pembentukan sel plasma dan antibodi gamma A,G, dan M. (Muslihatun, 2010:
18)
h. Sistem neuromuskuler
Pada saat lahir, otot bayi lentur dan lembut. Otot-otot tersebut mempunyai
kemampuan untuk berkontraksi ketika dirangsang, tetapi bayi yang kurang
mampu untuk mengontrolnya. Reflek pelindung yang terdapat pada bayi yang
meliputi reflek moro, tonus leher, menggenggam, mata berkedip, dan menangis.
Reflek moro terjadi apabila ada rangsangan mendadak dan menyebabkan lengan
terangkat ke atas dan ke bawah, terkejut, dan relaksasi dengan lambat. Tonus
leher merupakan respon “finding” postural, kepala dan lengan, serta tungkai
mengarah ke salah satu sisi, relaksasi melambat. Disebut reflek menggenggam
apabila bayi menggenggam setiap benda yang diletakkan ke dalam tangannya,
jika tangannya cukup kuat, maka akan menyebabkan tubuhnya terangkat.
Kelopak mata akan membuka dan menutup ketika dirangsang dengan cahaya
atau sentuhan dan mata akan berkedip. Bayi akan menangis bila mendadak
dingin, lapar, atau karena udara masuk melalui pita suara. Bayi juga memiliki
reflek makan yang terdiri dari sucking, rooting, dan swallowing. Ketika bayi
lapar, bayi akan menghisap dan merangsang bibir. Sentuhan pada pipi atau bibir
menyebabkan kepala menoleh ke arah
sentuhan dan menyebabkan reflek rooting. Pada saat menelan, otot-otot
tenggorokan menutupi trachea dan membuka esofagus ketika makanan Aberada
didalam mulut. (Hamilton, 1995, 223)

6. Tanda- tanda yang harus diwaspadai BBL


a. Tidak bernapas/sulit bernapas
b. Sianosis/kebiruan dan sukar bernapas
c. Bayi berat lahir rendah (BBLR) < 2500 gram
d. Letargi
e. Hipotermi (suhu <36˚c)
f. Kejang
g. Diare
h. Obstipasi
i. Infeksi
j. Sindrom kematian bayi mendadak(Sudden Infant Death Syndrome/SIDS)
(Dewi, 2010:6-8)
Bila ditemukan tanda bahaya berikut, rujuk bayi ke fasilitas kesehatan :
a. Tidak dapat meyusu
b. Kejang
c. Megantuk atau tidak sadar
d. Nafas (>60 kali/menit)
e. Merintih
f. Retraksi dinding dada bawah
g. Sianosis sentral (Depkes RI,2008: 140)

B. TEORI ASUHAN KEBIDANAN


1) PENGKAJIAN
Tanggal : .................... Jam : ....................
A. Anamnesa
Biodata
1. Bayi / Balita
a. Nama
Identitas dimulai dengan nama pasien, yang harus jelas dan lengkap:
nama depan, nama tengah (bila ada) nama keluarga, dan nama
panggilan akrabnya
b. Tanggal / jam lahir
Waktu kelahiran sempurna adalah segera ketika bayi terpisah dengan
ibunya. Tali pusat dan placenta tidak berhubungan dengan tubuh
bayi, sehingga posisinya tidak mempengaruhi waktu persalinan.
(Hamilton, 1995:208)
c. Umur
Umur pasien sebaiknya didapat dari tanggal lahir, yang dapat
ditanyakan ataupun dilihat dari Kartu Menuju Sehat atau kartu
pemeriksaan kesehatan lainnya. Apabila tanggal lahir tidak diketahui
dengan pasti, maka ia dapat diperkirakan dengan menhubungkannya
dengan suatu peristiwa yang umum diketahui misalnya hari raya (idul
Fitri, natal, hari proklamasi, dsb.). kecuali untuk kepentingan identitas,
umur perlu diketahui mengingat periode usia anak (periode neonatus,
bayi, prasekolah, balita, sekolah, akil balik) mempunyai kekhasannya
sendiri dalam morbiditas dan mortalitas. Usia anak juga diperlukan
untuk menginterpretasi apakah data pemeriksaan klinis anak tersebut
normal sesuai dengan umurnya (Matondang,Corry S,dkk.2003:5)
d. Jenis kelamin
Jenis kelamin pasien sangat diperlukan, selain untuk identitas juga
untuk penilaian data pemeriksaan klinis, misalnya nilai-nilai baku,
insiden seks, penyakit-penyakit terangakai seks (sex-linked)
(Matondang,Corry S,dkk.2003:5)
2. Biodata orang tua
a. Nama orangtua
Nama ayah, ibu atau wali pasien harus dituliskan dengan jelas agar
tidak keliru dengan orang lain, mengingat banyak sekali nama yang
sama. Bila ada, titel yang bersangkutan harus disertakan.
b. Umur, pendidikan, dan pekaerjaan orangtua
Selain sebagaui tambahan identitas, informasi tentang pendidikan dan
pekerjaan dan pekerjaan orangtua baik ayah maupun ibu, dapat
menggambarkan keakuratan data yang akan diperoleh serta dapat
ditentukan pola pendekatan dalam anamnesis. Tingkat pendidikan
orangtua jauga berperan dalam pendekatan selanjutnya, misalnya
dalam pemerksaan penunjang dan penentuan tata laksana pasien
selanjutnya.
c. Agama dan suku Bangsa
Data tentang agama dan suku bangsa juga memantapkan identitas;
disamping itu perilaku seseorang tentang kesehatan dan penyakit
sering berhubungan dengan agama dan suku bangsa, kebiasaan,
kepercayaan, dan tradisi dapat menunjang namun tidak jarang dapat
menghambat perilaku hidup sehat (Matondangng,Corry S,dkk.2003:6)
e. Alamat
Tempat tinggal pasien harus dituliskan dengan jelas dan lengkap
dengan nomer rumah, nama jalan, RT, RW, kelurahan dan
kecamatannya, serta bila ada nomor telephonnya. Kejelasan alamat
keluarga ini amat diperlukan agar sewaktu-waktu dapat dihubungkan
bila pasien menjadi sangat gawat, atau perlu tindakan opersai segera,
atau perlu pembelian obat atau alat yang tidak tersdia di rumah sakit
dan sebagainya.(Matondangng,Corry S,dkk.2003:6)

I. DATA SUBYEKTIF
1. Keluhan Utama
Anamnesis tentang penyakit pasien diawalai dengan kleuhan utama,
yaitu keluhan atau gejala yang menyebabakan pasien dibawa berobat.
Perlu diperhatikan bahwa kleuhan utama tidak selalu merupakan
kleuhan yang pertama yang disampaikan oleh orang tua pasien; hal ini
terutama pada orangtua pendidikannya rendah yang kurang dapat
mengemukakan esensi masalah. (Matondangng,Corry S,dkk.2003:6-7)
2. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien perlu diketahui dengan akurat untuk
memperoleh gambaran keadaan kesehatan keluarga pasien.berbagai
jenis penyakit bawaan dan penyakit keturunan juga mempunyai latar
belakang sosial-budaya. Terdapatnya perkawinan dengan keluarga
dekat antara ayah dan ibu terdapatnya penyakit tertentu pada keluarga
(stigmata alergi, penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, atau
penyakit keganasan, epilepsi dan lain-lain) perlu ditanyakan, sebab
mungkin berhubungan dengan masalah kesehatan yang dihadapi
sekarang. (Matondangng,Corry S,dkk.2003:15-16)
3. Riwayat kesehatan anak
Riwayat yan g pernah diderita anak sebelumnya perlu diketahui,
karena mungkin ada hubungannya dengan penyakit sekarang, atau
setidak-tidaknya memberikan informasi untuk membantu pembuatan
diagnosis dan tata laksana penyakitnya sekarang.
(Matondangng,Corry S,dkk.2003:12)
4. Status Perkawinan Orang Tua
a. Kawin atau tidak
b. Berapa kali kawin
c. Berapa lama kawin
Kalau orang hamil sesudah lama kawin, nilai anak tentu besar sekali
(UNPAD,1983:155).
5. Riwayat kehamilan sekarang
Hal pertama yang perlu ditanyakan adalah keadaan kesehatan ibu
selama hamil, ada atau tidaknya penyakit, serta upaya yang dilakukan
untuk mengatasi penyakit tersebut. Dirinci pula beberapa kali ibu
melakukan kunjungan Antenatal dan kepada siapa kunjungan
antenatal dilakukan (dukun, perawat, bidan, dokter umum, dokter
spesialis).
(Matondang,Corry S,dkk.2003:12-13)
6. Riwayat persalinan sekarang
Riwayat kelahiran pasien harus ditanyakan dengan teliti, termasuk
tanggal, dan tempat kelahiran, siapa yang menolong, cara kelahiran
(spontan, ekstrasi cunam, ekstrasi vacum, bedah caisar), adanya
kehamilan ganda, keadaan segera setelah lahir, dan morbiditas pada
hari-hari pertama setelah lahir. Berat dan panjang badan lahir selalu
ditanyakan. Maka dapat diketahui apakah bayi saat lahir sesuai, kecil,
atau besar untuk masa kehamilannya.
(Matondang,Corry S,dkk.2003:13)

7. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


Menurut Matondang (2003:16), tumbuh kembang, kesehatan,
penyebab kesakitan dan kematian anak sangat erat berhubungan
dengan corak reproduksi ibu, yaitu umur ibu pada saat hamil, jarak
kelahiran, dan jumlah paritas. Ibu dengan corak reproduksi yang
kurang baik ( misalnya melahirkan di luar kurun usia optimal untuk
melahirkan, jarak kelahiran uang terlalu dekat, atau jumlah kelhiran
yang terlalu banyak) akan kurang baik kesehatannya dan kurang
mampu menciptakan suasanan pengasuhan anak yang baik. Jarak
kelahiran yang dekat serta paritas yang tinggi sering berhubungan
dengan malnutrisi energi protein, infeksi berulang, serta kelahiran bayi
berat badan rendah.
8. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a) Pola nutrisi
ASI adalah makanan utama pada bayi terutama 0-6 bulan. Pada
bayi 0-4 bulan, ASI harus langsung diberikan sesaat setelah
melahirkan. Hindari pemberian makanan tambahan seperti madu,
glukosa, dan makanan pralakteal lainya (Supartini,2004:110-111).
Bayi kemungkinan akan mereasa lapar seteleh 2-4 jam untuk
mengatasinya sesuaikan kondisi ini dengan jadwal anda,
bangunkan dia untuk diberi makan 3-4 jam di saat anda terbangun.
Bayi hanya memerlukan ASI atau susu formula untuk eman bulan
pertama. Memberikan makanan bayi anda dengan makanan lain
tidak akan membuat bayi anda tidur dengan nyenyak dan dapat
menimbulkan reaksi alergi. Ingat, sendawakan bayi setiap kali
makanan (bai susu formula atau ASI) (Varney,2001:290).
b) Pola eliminasi
Pemeriksaan urin dan tinja dilakukan untuk menilai ada/tidaknya
diare dan kelainan pada daerah anus. Pemeriksaan ini normal
apabila bayi berak cair abtara 6-8 kali per menit. Dapt dicurigai
apabila frekuensinya meningkat dan adanya lendir darah. Adanya
perdarahan pervagina pada bayi baru lahir, dapat terjadi selama
beberapa hari pada minggu pertama hidupnya (Hidayat,2008:151).
Tidak buang air besar dan tidak buang air kecil dalam 2 hari
menandakan kelainan obstruksi saluran cerna dan kelainan ginjal
(Saifuddin,2000:398).
Bayi memiliki feses yang lengket hitam kehijauan pada dua hari
pertama ini disebut mekonium. Feses bayi denagn ASI akan
berwarna hijau keemasan, lunak, dan tampak seperti biji. Feses
bayi yang menyusu dengan botol akan berwarna coklat gelap,
lengket, dan berbentuk. Bayi akan BAB 1-4 kali dalam sehari
Bayi akan mengompol sedikitnya 4-5 kali perhari
(Varney,2001:290)
Bayi baru lahir cenderung sering BAK yaitu 7-10 x sehari.
(Marmi, 2012:80)
c) Pola istirahat/tidur
Fase tidur dimulai kira-kira 30 menit setelah periode pertama
reaktivitas, dan bisa berakhir dari satu menit sampai 2-4 jam .
periode kedua eaktivitas berakhir 4-6 jam (Ladewig,2005:154-
155).
d) Personal hygiene
Untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat dan kering maka setelah
BAK harus diganti popoknya minimal 4-5 x/hari. (Marmi,
2012:80)
Jangan memandikan bayi sebelum 6 jam setelah lahir (Depkes
RI,2008:125)
Mandikan bayi anda dengan sabun ringan seperti ivory, dove.
Jangan membenamkan bayi anda sampai tali pusatnya lepas dan
kering. Lepasnya tali pusat ini akan tejadi dalam 1-2 minggu.
Sebelum terlepas, lap daerah tali pusat dengan alcohol utuk
membantu mengeringkan. Lipat bagian depan popok kearah
bawah sehingga tali pusat tidak teriritasi. Ketika mengganti
popok, cucu bokong bayi dengan sabun dan air. Hindari
penggunaan bedak dan krim pewangi, untuk membantu
mengurang mencegah iritasi popok (Varney,2001:290).
II. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum
1) Menangis
Tangisan bayi dapat memberikan keteranagn keadaan bayi, misalnya
tangisan yang melengking menunjukkan bayi dengan kelainan
neurologis, sedangkan tangisan yang lemah atau merintih terdapat
pada bayi dengan kesukaran pernapasan (Matondangng,2000:150).
2) Gerakan
Keaktifan neonates dinilai dengan melihat posisi dan gerakan
tungkai dan lengan pada neonates cukup bulan yang sehat, psisi
ekstremitas adalah dalam keadaan fleksi, sedang gerakan tungkai
dan lengannya aktif dan simetris. Bila ada asimetris pikirkan
terdapatnya kelumpuhan atau patah tulang. Apabila neonates diam
saja, mungkin terdapat depresi susunan saraf pusat atau akibat obat,
akan tetapi masih mungkin juga bayi dalam keadaan tidur nyenyak
(Matondang,2000:150).
3) Warna kulit
Warna kulit neonatus normal adalah kemerahan, kadang-kadang
terlihat sianosis pada ujung-ujung jari pada hari pertama. Bila
terdapat sianosis pada seluruh tubuh pikirkan kemungkinan kelainan
jantung bawaan sanotik atau methemoglobinemia. Warna kulit yang
pucat terdapat pada anemia berat atau asfiksia palida. Warna kulit
yang kuning disebabkan oleh kadar bilirubin yang tinffi dalam serum
darah, atau pewarnaan mekonium (Matondang,2000:149).
Kesadaran :
Kesadaran baru dapat dinilai bila pasien tidak tidur. Penilaian
kesadaran dinilai sebagai :
1) Composmentis : pasien sadar sepenuhnya dan memberikan
respon yang adekuat dari stimulus yang di berikan.
2) Apatis : pasien dalam keadaan sadar, tetapi acuh tak acuh
terhadap kaadaan di lingkungannya dia akan memberikan respon
yang adekuat bila diberi stimulus.
3) Somnolen : tingkat kesadaran yang lebih rendah dari pada apatis,
pasien agak mengantuk, selalu ingin tidur : ia tidak responsive
terhadap stimulus ringan, tetapi masih memberikan respon
terhadap stimulus yang agak berat, lalu akan tertidur lagi.
4) Sopor : pada keadaan ini pasien tidak memberikan respon ringan
maupun sedang, tetapi masih memberikan sedikit respon
terhadap stimulus yang kuat, reflek pupil terhadap cahaya masih
positif.
5) Koma : pasien tidak dapat bereaksi terhadap stimulus apapun,
reflek pupil terhadap cahaya tidak ada, ini merupakan tingkat
kesadaran paling rendah.
6) Delirium : keadaan kesadaran yang menurun serta kacau, bisanya
disertai disorientasi, iritatif, dan salah persepsi terhadap
rangsangan sensorik hingga terjadi halusinasi (Matondang,
2003:24-25)
Vital sign :
Tanda vital mencakup (1) nadi; (2) suhu; (3) pernafasan
1) Nadi : penilaian nadi harus mencakup: (a) frekuensi atau laju
nadi, (b) irama, (c) isi atau kualitas serta (d) ekualitas nadi
(Matondang, 2003:26)
Nadi normal adalah 100-180 x/ menit ketika bangun dan 80-160
x/menit ketika tidur (Matondang, 2003:205)
2) Suhu : suhu tubuh diukur dengan mempergunakan thermometer
badan. Pada umumnya yang diukur adalah suhu aksila. Sebelum
thermometer di pakai, permukaan air raksa thermometer harus di
turuskan sampai di bawah 36C dengan mengibas-ngibaskan
thermometer. Setelah itu thermometer di kepikan di aksila
(Matondang, 2003:173).
Dalam kondisi normal suhu bayi antara 36,5-37,5 C
(Alimul,2008:67).
3) Pernafasan : pemeriksaan harus mencakup (a) laju pernafasan,
(b) irama atau keteraturan, (c) kedalaman dan (d) tipe atau pola
pernafasan (Matondang, 2003:30)
Pernapasan normal pada bayi baru lahir adalah 30-60 x/menit
(Matondang, 2003:205)
b. Pengukuran antropometri :
1) Berat badan (BB)
Berat badan adalah parameter pertumbuhan yang paling sederhana,
mudah di ukur dan di ulang dan merupakan indeks untuk status
nutrisi sesaat (Matondang, 2003:32).
Menurut Ladewig (2005:156) berat badan rata-rata : 3405 g dan
kisaran : 2500-4000 g.
2) Panjang badan (PB)
Tinggi atau panjang badan pasien harus di ukur tiap kunjungan
(Matondang, 2003:32)
Menurut Ladewig (2005:156) panjang badan rata-rata : 50 cm dan
kisaran : 48-52 cm
3) Lingkar kepala / LK
Lingkaran kepala di pengaruhi oleh status gizi pada anak sampai
usia 36 bulan. (Matondang, 2003:34)
Menurut Ladewig (2005:156) rata-rata : 32-37 cm dan kira-kira 2 cm
lebih besar dari lingkaran dada.
Bayi full-term, memiliki lingkar kepala rata-rata antara 33-35,5 cm
(Wong,2009:233).
4) Lingkar dada/ LD
Lingkar dada diperiksan pada bayi Baru lahir serta setiap kunjungan
sampai usia 2 tahun. (Matondang, 2003:34)
Lingkar dada normal adalah 30,5-33 cm. lingkar kepala biasanya
lebih besar 2-3 cm dari lingkar dada (Wong,2009:233).
5) Lingkar lengan atas
LILA dapat menunjukan status gizi pada anak umur 1-5 tahun
kurang dari 12,5 cm gizi buruk (merah) 12,3 sampai 13,5 cm gizi
kurang atau kuning Lebih dari 13,5 cm gizi baik atau hijau.
(Matondang, 2003:33-34)
LILA dapat dipakai untuk menilai keadaan gizi/tumbuh kembang
pada kelompok umur pra sekolah. LILA laju tumbuh lambat yaitu
ketika lahir 11 cm (Matondang,2003:179).
2. Status Present
a. Kepala
Lingkaran kepala hendaknya diperiksa rutin sampai anak umur 2 tahun.
Pengukuran dilakukan pada diameter oksipito frontal terbesar. Dalam
keadaan normal ubun-ubun besar rata atau sedikit cekung. Ubun-ubun
besar menonjol pada keadaan tekanan intracranial meninggi.
(Matondang, 2003: 48-49).
b. Muka
Asimetris wajah pada neonatus biasanya disebabkan oleh posisi janin
intrauteri. Paralisis fasialis menyebabkan asimetris wajah sisi yang
paresis tertinggal bila bayi menangis atau tertawa, sehingga wajah akan
tertarik ke sisi sehat. (Matondang, 2003:50)
c. Mata
Pada mata meliputi :
1) Konjungtiva
Pedarahan subkonjungtiva dapat terjadi pada diathesis haemoragi,
trauma, pertisis, iritasi, dan endocarditis infeksi akibat fenomena
emboli.(Matondang, 2003:51-52)
2) Sklera
Sklera berwarna putih ,kadang-kadang pada bayi sedikit kebiruan. .
(Matondang, 2003:51-52)
d. Hidung
Perhatikan bentuk hidung yang abnormal. Adanya garis melintang di
batang hidung menunjukkan batang hidung sering didorong keatas
sebagai usaha anak yang menderita rhinitis alergi untuk melebarkan
lubang hidung yang tersumbat. (Matondang, 2003:56)
e. Mulut
Bibir : perhatikan warna mukosa bibir. Anemia menyebabkan warna
pucat, sedangkan sianosis akan menyebabkan warna biru
keabu-abuan.
Gusi : perhatikan warna, terdapatnya oedema dan tanda-tanda radang
gusi.
Lidah : perhatikan apakah terdapat kelainan congenital yang jelas,
seperti bifurkasio lidah.(Matondang, 2003:57-59)
f. Telinga
Telinga diperiksa dari daun telinga apakah bentuk, besar, dan posisinya
normal.
Pemeriksaan liang telinag sebaiknya didahului dengan pembersihan
serumen..(Matondang, 2003:55)
g. Leher
Pada leher bayi tampak pendek baru pada umur 3-4 tahun tampak
memanjang. Perhatikan vena dileher. Pulsasi vena yang tamak pada
anak yang duduk atau berdiri berarti normal, yakni terdapat kalainan
tekanan vena jugularis. .(Matondang, 2003:59)
Pembesaran kelenjar getah bening merupakan tanda kelainan sistemik
yang berbahaya.Kelenjar getah bening diderah leher atau inguinal
berdiameter <10mm, adalah sesuatu yang normal (Matondang,
2010:47).
h. Dada
Untuk dapat diperoleh informasi yang akurat pemeriksaan dada harus
dilakukan dengancermat dan sistematis yabg meliputi inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi. .(Matondang, 2003:67)
i. Ketiak
Kelenjar supratrokhlear dapat yang pertama-tama terkena peradangan
dalam hal infeksi yang menjalar ke kelenjar-kelenjar aksialis. (Pearce
2000:162)
Kelenjar yang teraba sampai 3 mm dalam batas normal. Kelenjar yang
sama sekali tidak teraba mungkin menunjukkan terdapatnya
agamaglobulinemia. Pembesaran kelenjar regional dapat menunjukkan
kelainan tertentu (Matondang, 2010:46).
j. Pulmo/cor
Pulmo:
Inspeksi keadaan pada paru telah dicakup pada waktu inspeksi dada.
Pelbagai keadaan fisiologis dan patologis pernapasan telah diuraikan
pada pemeriksaan tanda vital.
Palpasi bermanfaat untuk menegaskan penemuan-penemuan pada
inspeksi. Palpasi dilakukan dengan meletakkan telapak tangan serta
jari-jari pada seluruh dinding dada dan punggung.
Perkusi dilakukan dengan mengetukkan ujung jari tengah atau jari
telunjuk langsung ke dinding dada.
Auskultasi dilakukan untuk mendeteksi suara napas dasar dan suara
napas tambahan.(Matondang, 2003:70-72)
Cor: variasi yang umum : mur-mur yang tidak menetap dapat didengar
pada beberapa jam pertama kehidupan (Ledwig,2006:169)
k. Abdomen
Inspeksi pada pemeriksaan ini dilihat ukuran dan bentuk perut, dinding
perut, gerakan dinding perut.
Potongan tali pusat berwarna putih, tembus cahaya, dan mengkilat
(Shelov,2004:127),
Auskultasi dalam keadaan normal suara peristaltic terdebgar sebagai
suara yang intensitasnya rendah dan terdengar tiap 10-30 detik.
Perkusi penekanan jari lebih ringan dan juga ketukan lebih perlahan.
Perkusi ditujukan untuk menentukan adanya cairan bebas(asites) atau
udara didalam rongga abdomen.
Palpasi pada pemeriksaan ini meliputi ketegangan dinding perut dan
nyeri tekan.(Matondang, 2003:95-103)
l. Genetalia
Pemeriksaan genetalia pada anak dilakukan dengan cara inpeksi dan
palpasi.
Genetalia wanita perhatikan perkembangan bagian-bagian genetalia
eksterna labiya minora telatif menonjol serta berwarna kemerahan.
Sudut labia minora pada bayi baru lahir berwarna gelap.(Matondang,
2003:114-115)
Genetalia lelaki
Pada anak lelaki perhatikanlah ukuran dan bentu penis, testis dan
terdapatnya kelainan perkembangan misalnya hipospadia, epispadia atau
vimosis serta kelainan lainnya seperti infeksi, ulserasi dan lain-lain.
m. Punggung
Pemeriksaaan tulang belakaang merupakanbagian integral pemeriksaan
pediatric .(Matondang, 2003:125)
n. Anus
Pemeriksaan anus pada bayi dan anak tidak dilakukan secara rutin.
Pemeriksaan colok dubur hanya dikerjakan pada pasien sakit perut yang
mengarah kegawat perut (abdomen akut), dan pada kelainan yang
mungkin ditemukan pada daerah ini diuraikan secara ringkas. .
(Matondang, 2003:111)
o. Ekstremitas atas/ bawah
Pemeriksaan anggota gerak dengan memperhatikan sikap kedua lengan.
Bayi normal sampaI 6 bulan sering tampak terpaku melihat salah satu
sisinya, atau dengan tangan yang saling berpegangaan pada posisi yang
tidak biasa. bila sikap ini terdapat pada bayi lebi dari 6 bulan mungkin
memberi petunjuk terdapatnya spasme infantil.(Matondang, 2003:120)
p. Kulit
Pada pemeriksaan ini meliputi warna, sianosis, ikterus, hemangioma,
eczema, pucat, purpura, eritoma, macula, papula vesikula, pustule,
ulkus, nodul subkutan, turgor kulit, kelembaban kulit, tektur kulit,
edema dan malaria.(Matondang, 2003:36-43)
q. Reflek
1) Rooting reflek di periksa dengan menyentuhkan ujung jari di mulut
pasien, maka pasien akan menengok kearah rangsangan.
2) Sucking reflek
Pasien berusaha memasukkan ujung jari ke dalam mulutnya sedalam
3 cm dan dihisap(Matondang, 2003:140)
3) Swallowing reflek
Pemeriksaaan reflek menelan dilakukan untuk memeriksa saraf IX
dan X. (Matondangng, 2003:140). Saraf nomor IX adalah nervus
glosso-varingeics yang menggandung serabut motorik dan sensorik
yang menuju kelenjar parotis (Pearce, 2000:290). Saraf nomor X
adalah nervus vagus yang terdiri dari serabut motorik dan sensorik
(Pearce, 2000:290). Saraf ini dapat menyebabkan kontraksi pada
bronki,lambung, usus dan mengurangi kecepatan dan kekuatan
jantung (Pearce, 2000:308).
4) Moro reflek
Adalah suatu reaksi kejutan dengan menimbulkan perasaan jatuh
pada bayi(Matondang, 2003:142)
5) Tonic neck reflek
Bayi di posisikan terlentang, kepala di garis tengah dan anggota
gerak dalam posisi fleksi, kemudian kepala ditengokkan ke kanan,
maka akan terjadi ekstensi pada anggota gerak sebelah kanan, dan
fleksi pada anggota gerak sebelah kiri (Matondang, 2003:142)
6) Babinski reflek
Dilakukan dengan menggores permukaan plantar kaki dengan ala
yang sedikit runcing. Bila positif terjadi reaksi berupa ekstensi ibu
jari kaki disertai dengan menyebarnya jari-jari kaki yang lain.
(Matondang, 2003:130)
III. ASSESSMENT
BBL …… usia 2 jam fisiologis.
IV. PELAKSANAAN
Tanggal : Jam:
1. Pencegahan kehilangan panas
Mencegah kehilangan panas, yang dilakukan dengan cara:
c. Keringkan tubuh bayi tanpa menghilangkan verniks
d. Letakkan bayi agar terjadi kontak kulit ibu ke kulit bayi
e. Selimuti ibu dan bayi dan pakaikan topi dikepala bayi
f. Jangan segera menimbang atau memandikan BBL
g. Jangan memandikan bayi sebelum 6 jam setelah lahir ( Depkes RI,
2008: 124-125 )
2. Merawat tali pusat
Jaga agar potongan tali pusat bersih dan kering selama penyembuhan. Setiap
kali mengganti popok, gunakan batang kapas untuk membersihkan bahan
yang basah dan lengket yang kadang menggumpal di tempat dasar potongan
tali pusatbertmu dengan kulit. Ini akan membatu mengeringkan tali pusat,
serta membuatnya terpapar udara. Juga lipatlah popok dibawah tali pusat
untuk menjaga agar daerah ini tidak terkena air kemih (Shelov,2004:144).
3. Pemberian ASI
Segera setelah bayi lahir dan tali pusat diikat, letakkan bayi tengkurap di
dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu biarkan selama
1 jam atau lebih sampai bayi menyusu sendiri. Bayi diberi topi dan
diselimuti. Ayah atau keluarga dapat memberikan dukungan atau membantu
ibu, menolong bayi bila diperlukan. Memulai menyusu dini akan :
a. Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari ke bawah
b. Megingkatkan keberhasilan meyusui secara eksklusif dan lamanya
bayi disusui
c. Merangsang produksi ASI
d. Memperkuat reflek menghisap bayi ( Depkes RI, 2008: 127-128 )
4. Pencegahan infeksi mata
Salep mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah 1 jam kontak
kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu. Menggunakan antibiotika
tetrasiklin 1%. Cara pemberiannya yaitu:
a. Cuci tangan
b. Jelaskan apa yang akan dilakukan dan tujuan pemberian obat tersebut
c. Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari yang dekat
dengan hidung
d. Ujung tabung salep mata tidak boleh menyentuh bayi
e. Jangan menghapus salep mata dari mata bayi( Depkes RI, 2008: 136).
5. Pemberian vitamin K1
Pemberian vit K1 1 mg injeksi Intra muskuler setelah 1 jam kontak kulit ke
kulit dan bayi selesai menyusu. Untuk mencegah perdarahan BBL akibat
defisiensi vit K ( Depkes RI, 2008: 136 ).
6. Pemberian imunisasi
Imunisasi hepatitis B untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi.
Diberikan 1 jam setelah pemberian vit K1 pada saat bayi berumur 2 jam
( Depkes RI, 2008: 136 )

PADA BAYI USIA 6 JAM


1. Data Subyektif
-
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Menangis
Tangisan bayi dapat memberikan keteranagn keadaan bayi, misalnya
tangisan yang melengking menunjukkan bayi dengan kelainan
neurologis, sedangkan tangisan yang lemah atau merintih terdapat
pada bayi dengan kesukaran pernapasan (Matondangng,2000:150).
2) Gerakan
Keaktifan neonates dinilai dengan melihat posisi dan gerakan tungkai
dan lengan pada neonates cukup bulan yang sehat, psisi ekstremitas
adalah dalam keadaan fleksi, sedang gerakan tungkai dan lengannya
aktif dan simetris. Bila ada asimetris pikirkan terdapatnya kelumpuhan
atau patah tulang. Apabila neonates diam saja, mungkin terdapat
depresi susunan saraf pusat atau akibat obat, akan tetapi masih
mungkin juga bayi dalam keadaan tidur nyenyak
(Matondang,2000:150).
3) Warna kulit
Terjadi fluktuasi warna kulit dari warna merah jambu atau kebiruan
kesianotik ringan disertai bercak-bercak (Matondang,2000:150)..
Kesadaran :
Kesadaran baru dapat dinilai bila pasien tidak tidur. Penilaian kesadaran
dinilai sebagai :
1) Composmentis : pasien sadar sepenuhnya dan memberikan respon
yang adekuat dari stimulus yang di berikan.
2) Apatis : pasien dalam keadaan sadar, tetapi acuh tak acuh terhadap
kaadaan di lingkungannya dia akan memberikan respon yang adekuat
bila diberi stimulus.
3) Somnolen : tingkat kesadaran yang lebih rendah dari pada apatis,
pasien agak mengantuk, selalu ingin tidur : ia tidak responsive
terhadap stimulus ringan, tetapi masih memberikan respon terhadap
stimulus yang agak berat, lalu akan tertidur lagi.
4) Sopor : pada keadaan ini pasien tidak memberikan respon ringan
maupun sedang, tetapi masih memberikan sedikit respon terhadap
stimulus yang kuat, reflek pupil terhadap cahaya masih positif.
5) Koma : pasien tidak dapat bereaksi terhadap stimulus apapun, reflek
pupil terhadap cahaya tidak ada, ini merupakan tingkat kesadaran
paling rendah.
6) Delirium : keadaan kesadaran yang menurun serta kacau, bisanya
disertai disorientasi, iritatif, dan salah persepsi terhadap rangsangan
sensorik hingga terjadi halusinasi (Matondang, 2003:24-25)
Vital sign :
Tanda vital mencakup (1) nadi; (2) suhu; (3) pernafasan
1) Nadi : 120-160 kali/menit.
2) Suhu : Hipotermi (suhu <36,5˚C), suhu normal : 36,5-37,5˚C
3) Pernafasan : frekuensi pernapasan berkisar 30-60 kali/menit.
b. Status Present:
 Abdomen :
Potongan tali pusat berwarna putih, tembus cahaya, dan mengkilat
(Shelov,2004:127),
Perdarahan tali pusat bisa timbul karena pengikatan tali pusat yang
kurang baik atau kegagalan proses pembentukan thrombus normal.
Selain itu perdarahan pada tali pusat juga bisa sebagai petunjuk adanya
penyakit pada bayi (Dewi,2013:9).
 Refleks : Reflek menghisap bayi sangat kuat dan bayi sangat aktif
(Muslihatun, 2010:4-6).
c. Eliminasi
 BAK :
Bayi baru lahir cenderung sering BAK yaitu 7-10 x sehari. (Marmi,
2012:80).
BAB :
Feses pertama bayi adalah hitam kehijauan, tidak berbau, substansi
yang kental disebut mekoneum. Segera setelah bayi mendapatkan
susu, fesesnya mulai berubah menjadi apa yang disebut feses
transisional, kemudian diikuti dengan feses yang khas. Fese dari bayi
yang menyusu ASI adalah hijau kekuningan, berair, dan bereaksi
terhadap asam. Feses dari bayi yang menyusu susu formula, biasanya
berwarna kuning terang, berbentuk, kurang frekuensinya, netral
sampai sedikit bersifat alkali. Normalnya terdapat beberapa tipe
defekasi selama 24 jam pertama setelah kelahiran
(Hamilton,1995:223).
Lebih dari 90% bayi baru lahir akan mengeluarkan mekoneum dalam
24 jam pertama dan sisanya akan mengeluarkan mekoneum dalam 36
jam pertama (Dewi,2013:8).
3. Assesment
By. …… usia 6 jam, fisiologis
4. Pelaksanaan
a. Memandikan bayi
Praktik memandikan bayi yang dianjurkan :
1) Tunggu minimal 6 jam setelah lahir untuk memandikan bayi (lebih
lama jika bayi mengalami asfiksia atau hipotermi).
2) Sebelum memandikan bayi, pastikan suhu tubuh bayi stabil (suhu
aksila 36,5-37,50oC). jika suhu bayi masih dibawah 36,5 oC, selimuti
kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian kepala dan
tempatkan bersama ibunya ditempat tidur atau lakukan kontak kulit
ibu-bayi dan selimuti keduanya. Tunda memandikan bayi hingga suhu
tubuh bayi tetap stabil dalam waktu (paling sedikit) 1 jam.
3) Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami masalah
pernapasan.
4) Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruang mandinya hangat dan tidak
ada tiupan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk
mengeringkan tubuh bayi dan beberapa lembar kain atau selimut
bersih dan kering untuk menyelimuti tubuh bayi setelah dimandikan.
5) Mandikan bayi secara cepat denagn air bersih dan hangat
6) Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering
7) Ganti handuk yang basah dengan selimut bersih dan kering, kemudian
selimuti tubuh bayi secara longgar. Pastikan bagian kepala bayi
diselimuti dengan baik.
(Depkes,2008:129)
Cukup dibasuhi saja dengan spon (Shelov,2004:159).
d. Merawat tali pusat
Jaga agar potongan tali pusat bersih dan kering selama penyembuhan.
Setiap kali mengganti popok, gunakan batang kapas untuk membersihkan
bahan yang basah dan lengket yang kadang menggumpal di tempat dasar
potongan tali pusatbertmu dengan kulit. Ini akan membatu mengeringkan
tali pusat, serta membuatnya terpapar udara. Juga lipatlah popok dibawah
tali pusat untuk menjaga agar daerah ini tidak terkena air kemih
(Shelov,2004:144).
e. Pemberian ASI
Usia 0-6 bulan semua kebutuhan nutrisi bayi dapat dipenuhi melalui ASI
yang mengandung komponen paling seimbang (Alimul Aziz,2008:47-48).
ASI mempunyai peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
anak, mengikat bayak zat gizi yang terkandung di dalamnya.
1) Imunoglobulin (Ig A, Ig G, Ig M, Ig D, Ig E)
2) Lisozim merupakan enzim yang bersifat bakteriostatik terhadap
enterobakteri dan kuman gram negatif serta berfungsi sebagai
perlindungan terhadap berbagai macam virus
3) Enzim laktoperoksidase yang berfungsi untuk membunuh steptokokus.
4) Factor bifidus merupakan karbohidrat yang mengandung nitrogen dan
berfungsi mencegah pertumbuhan organism yang tidak diinginkan
5) Factor antistafilokokus merupakan asam lemak yang melindungi
serangan bakteri stafilokokus
6) Laktoferin dan transferin merupakan protein yang dapat mengurangi
tersedianya zat besi pada pertumbuhan kuman
7) Komponen komplemen, yaitu C3 dan C4 yang berfungsi untuk
pertahanan tubuh.
8) Sel makrofag dan neutrofil yang berfungsi mengfagosit kuman
9) Lipase merupakan zat anti virus
(Aziz Alimul, 2008:48)

PADA BAYI USIA 6 HARI


1. Data Subyektif
Pola Eliminasi
a. BAB :
Fese dari bayi yang menyusu ASI adalah hijau kekuningan, berair, dan
bereaksi terhadap asam. Feses dari bayi yang menyusu susu formula,
biasanya berwarna kuning terang, berbentuk, kurang frekuensinya, netral
sampai sedikit bersifat alkali (Hamilton,1995:223).
Pada bayi yang mengkonsumsi ASI umumnya sering tidak mnegalami
defeksi selama 5-7 hari dan kondisi tersebut tidak menunjukkan adanya
gangguan karena nantinya bayi akan mengeluarkan feses dalam jumlah
yang banyak sewaktu defeksi (Dewi,2013:8).
b. BAK :
Bayi dapat berkemih setiap tiga jam atau empat sampai enam kali dalam
sehari. Jika dia sakit atau demam, atau bila cuaca sangat panas, biasanya
frekuensi berkemihnya berkurang setengahnya dan ini masih
normal.nerkemih tidak mesti nyeri. Jika melihat tanda tegang selagi bayi
berkemih, beri tahu dokter, karena ini dapat merupakan tanda infeksi atau
masalah dalam saluran kemih. Pada bayi sehat, air kemih berwarna kuning
muda sampai kuning gelap (semakin gelap, semakin banyak konsentrasi
air kemih itu karena kurang minum). Adanya bintik merah pada popok
bisa menandakan adanya darah dan juga konsentrasi air kemih yang
tinggi. Jika bintik merah pada popok tetap ada sepanjang hari bayi
ngompol maka perlu dikonsultasikan kepada dokter, karena bisa
merupakan tanda perdarahan (Shelov,2004:57-58).
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum :
1) Menangis
Tangisan bayi dapat memberikan keteranagn keadaan bayi, misalnya
tangisan yang melengking menunjukkan bayi dengan kelainan
neurologis, sedangkan tangisan yang lemah atau merintih terdapat
pada bayi dengan kesukaran pernapasan (Matondangng,2000:150).
2) Gerakan
Keaktifan neonatus dinilai dengan melihat posisi dan gerakan tungkai
dan lengan pada neonates cukup bulan yang sehat, posisi ekstremitas
adalah dalam keadaan fleksi, sedang gerakan tungkai dan lengannya
aktif dan simetris. Bila ada asimetris pikirkan terdapatnya kelumpuhan
atau patah tulang. Apabila neonates diam saja, mungkin terdapat
depresi susunan saraf pusat atau akibat obat, akan tetapi masih
mungkin juga bayi dalam keadaan tidur nyenyak
(Matondang,2000:150).
3) Warna Kulit
Sekitar hari kedua atau ketiga, hampir 60% semua bayi mulai
memperlihatkan ikterik. Sampai sekitar hari ketujuh biasanya akan
menghilang. Hal ini disebut ikterik fisiologis. Bila ikterik terjadi
sebeluh hari ketiga, hal tersebut menandakan abnormalitas
penghancuran sel-sel darah.
Kesadaran :
Kesadaran baru dapat dinilai bila pasien tidak tidur. Penilaian kesadaran
dinilai sebagai :
1) Composmentis : pasien sadar sepenuhnya dan memberikan respon
yang adekuat dari stimulus yang di berikan.
2) Apatis : pasien dalam keadaan sadar, tetapi acuh tak acuh terhadap
kaadaan di lingkungannya dia akan memberikan respon yang adekuat
bila diberi stimulus.
3) Somnolen : tingkat kesadaran yang lebih rendah dari pada apatis,
pasien agak mengantuk, selalu ingin tidur : ia tidak responsive
terhadap stimulus ringan, tetapi masih memberikan respon terhadap
stimulus yang agak berat, lalu akan tertidur lagi.
4) Sopor : pada keadaan ini pasien tidak memberikan respon ringan
maupun sedang, tetapi masih memberikan sedikit respon terhadap
stimulus yang kuat, reflek pupil terhadap cahaya masih positif.
5) Koma : pasien tidak dapat bereaksi terhadap stimulus apapun, reflek
pupil terhadap cahaya tidak ada, ini merupakan tingkat kesadaran
paling rendah.
6) Delirium : keadaan kesadaran yang menurun serta kacau, bisanya
disertai disorientasi, iritatif, dan salah persepsi terhadap rangsangan
sensorik hingga terjadi halusinasi (Matondang, 2003:24-25)
Tanda- tanda vital stabil. Kulit berwarna kemerahan dan hangat
(Hamilton, 1995:209)
1) Nadi : 120-160 kali/menit.
2) Suhu : Hipotermi (suhu <36,5˚C), suhu normal : 36,5-37,5˚C
(Matondang,2003:150)
3) Pernafasan : frekuensi pernapasan berkisar 30-60 kali/menit.
Pengukuran antopometri:
BB : Untuk usia 0-6 bulan berat badan mengalami penambahan setiap
minggu sekitar 140-200 gram dan berat badannya akan menjadi
dua kali berat badan lahir pada akhir bulan ke 6.
PB : tidak terjadi kenaikan panjang badan
LD : tidak terjadi perubahan
LK : tidak terjadi perubahan
LILA : masih sama
(Aziz Alimul, 2008 :15).
Status Present:
Abdomen :
Tali pusat akan lepas 1-2 minggu usia bayi (Varney,2001:290).
Potongan tali pusat lepas dalam waktu tiga minggu (Shelov,2004:127).
Beberapa tetes darah pada popok ketika potongan tali pusat lepas, ini
adalah kejadian normal. Akan tetapi jika tali puat tersebut menjadi
terinfeksi, dibutuhkan perawatan medis. Tanda tali pusat terinfeksi
yaitu nanah pada dasar tali pusat, kulit kemerahan di sekitar dasar tali
pusat, menangis ketika tali pusat disentuh atau kulit disampingnya
(Shelov,2004:144).
3. Assesment
By ………... Usia 6 hari, fisiologis
4. Pelaksanaan
a. Merawat tali pusat
Jaga agar potongan tali pusat bersih dan kering selama penyembuhan.
Setiap kali mengganti popok, gunakan batang kapas untuk membersihkan
bahan yang basah dan lengket yang kadang menggumpal di tempat dasar
potongan tali pusatbertmu dengan kulit. Ini akan membatu mengeringkan
tali pusat, serta membuatnya terpapar udara. Juga lipatlah popok dibawah
tali pusat untuk menjaga agar daerah ini tidak terkena air kemih
(Shelov,2004:144).
b. Memandikan bayi
Bayi tidak perlu sering mandi, asalkan area popok dicuci dengan seksama
selama penggantian popok. Mandi dua atau tiga kali seminggu selama
tahun pertama sudah cukup. Jika dimandikan lebih sering kulitnya dapat
menjadi kering. Selama seminggu atau dua minggu pertama, sampai tali
pusat lepas, bayi yang baru lahir sebaiknaya dibasuh saja dengan spon
(Shelov,2004:59).
c. Pemberian ASI
Pemberian ASI eksklusif berlangsung hingga 6 bulan tanpa makanan
pendamping lain, sebab kebutuhannya sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan oleh bayi (Alimul Aziz,2008:47-48).
ASI mempunyai peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
anak, mengikat bayak zat gizi yang terkandung di dalamnya.
1) Imunoglobulin (Ig A, Ig G, Ig M, Ig D, Ig E)
2) Lisozim merupakan enzim yang bersifat bakteriostatik terhadap
enterobakteri dan kuman gram negatif serta berfungsi sebagai
perlindungan terhadap berbagai macam virus
3) Enzim laktoperoksidase yang berfungsi untuk membunuh steptokokus.
4) Factor bifidus merupakan karbohidrat yang mengandung nitrogen dan
berfungsi mencegah pertumbuhan organism yang tidak diinginkan
5) Factor antistafilokokus merupakan asam lemak yang melindungi
serangan bakteri stafilokokus
6) Laktoferin dan transferin merupakan protein yang dapat mengurangi
tersedianya zat besi pada pertumbuhan kuman
7) Komponen komplemen, yaitu C3 dan C4 yang berfungsi untuk
pertahanan tubuh.
8) Sel makrofag dan neutrofil yang berfungsi mengfagosit kuman
9) Lipase merupakan zat anti virus (Aziz Alimul, 2008:48)

Magelang, Februari 2015

Mengetahui,
Dosen Pembimbing, Mahasiswa,

Sri Winarsih, S.Pd S.SiT M.Kes Dewik Fitri Rahayu


DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Depkes RI.

Dewi, Vivian Nanny. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika.

Hamilton Persis Mary.1995. Dasar- Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar ILmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Ladewig, Patrecia W., 2005. Asuhan Keperawatan Ibu- Bayi Baru Lahir. Jakarta:
EGC.

Marmi dan Kukuh Rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Matodang, Corry S., dkk. 2003. Diagnosis Fisis pada Anak. Jakarta : Sagung Seto.

Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita.Yogyakarta:


Fitramaya.

Pearce Evelyn C. 2000. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

Shelov, Steven P. dkk.2004.Panduan Lengakap Perawatan untuk Bayi dan


Balita.Jakarta:Arcan.

Supartini, Yupi.2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:EGC.

Suryanah. 1996. Keperawatan Anak untuk Anak SPK. Jakarta : EGC.

UNPAD. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung: Eleman.

Varney, Helen, dkk. 2001. Buku Saku Bidan. Jakarta: EGC.

Wong, Donna L. dkk.2009.Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai