Panduan Penetapan Nilai Kritis
Panduan Penetapan Nilai Kritis
KRITIS
INSTALASI LABORATORIUM
PERATURAN DIREKTUR NOMOR : 266.04/RSW/X.18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nilai kritis dari suatu dari suatu hasil pemeriksaan hasil pemeriksaan
laboratorium yang mengindikasikan laboratorium yang mengindikasikan kelainan
atau gangguan yang mengancam jiwa, memerlukan perhatian atau tindakan. Nilai
abnormal suatu hasil pemeriksaan tidak selalu bermakna secara klinik. Sebaliknya
nilai normal dianggap tidak normal pada kondisi klinik tertentu. Oleh karena itu perlu
diperhatikan nilai rujukan sesuai kondisi khusus pasien. Karena nilai kritis merupakan
gambaran keadaan patofisiologis yang mengancam jiwa dan harus segera mendapat
tindakan, aka Rumah Sakit Widodo Ngawi menetapkan pelaporan hasil nilai kritis
pemeriksaan laboratorium sebagai salah satu indikator utama di rumah sakit.
B. Pengertian
Nilai kritis adalah hasil pemeriksaan diagnostic penunjang yang memerlukan penanganan
segera. Pelaporan hasil kritis adalah proses penyampaian nilai hasil pemeriksaan yang memerlukan
penanganan segera dan harus dilaporkan ke DPJP atau dokter jaga dalam waktu kurang dari 1 jam. Pelaporan
Nilai Kritis sebelum disampaikan sudah melalui konsultasi dengan Dokter Penanggung jawab
laboratorium.
BAB II
RUANG LINGKUP
Hasil Pemeriksaan laboratorium merupakan informasi yang berharga untuk
membedakan, mengkonfirmasikan diagnosis, menilai status klinik pasien,
mengevaluasi efektivitas terapi dan munculnya reaksi obat yang tidak diinginkan.
Dalam melakukan laboratorium diperlukan bahan, seperti: darah lengkap (vena,
arteri), plasma, serum, urine, feces, sputum, keringat, saliva, sekresi saluran cerna,
cairan vagina, cairan serebrospinal dan jaringan yang didapat melalui tindakan
invasive atau non invasive. Hasil Pemeriksaan laboratorium dapat dinyatakan
sebagai angka kuantitatif, kualitatif atau semi kuantitatif. Angka kuantitatif
yang dimaksud berupa angka pasti atau rentang nilai, sebagai Contoh nilai hemoglobin
pada wanita adalah 12-16 g/dL. Sedangkan angka kualitatif dinyatakan sebagai nilai
positif atau negative tanpa menyebutkan angka pasti, Contoh 1+, 2+, 3+. Nilai kritis
BAB III
KEBIJAKAN
- Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691/menkes/per/VIII/2011 tanggal 24
Agustus 2011 tentang Keselamatan Paisen Rumah Sakit
BAB IV
TATA LAKSANA
Semua laporan berupa telepon kepada dokter untuk melaporkan nilai-nilai
kritis di dokumentasikan dalam buku laporan hasil kritis. Untuk memenuhi tujuan
keselamatan pasien, petugas laboratorium yang melaporkan hasil kritis harus membaca
kembali nama pasien, No Register dan semua hasil laboratorium yang di periksa.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan:
1. Petugas laboratorium melakukan pemeriksaan sampel pasien dan diperoleh
hasil yang kritis (abnormal).
2. Petugas laboratorium melakukan pemeriksaan ulang untuk memastikan hasil
yang diperoleh sama.
3. Petugas laboratorium mengambil hasil print out yang terdapat pada alat.
5. Petugas laboratorium memberitahukan kepada dokter atau perawat atas hasil
pemeriksaan dengan nilai kritis ke dokter jaga IGD atau perawat IGD apabila pasien
berasal dari IGD atau ke perawat rawat inap apabila pasien apabila pasien sudah
dirawat tersebut via telepon.
6. Dokter atau perawat membacakan kembali hasil yang dilaporkan sampai
dinyatakan OK.
7. Dokter atau Perawat mencatat hasil nilai kritis dan jam penerimaan hasil
8. Formulir laporan nilai kritis ditanda tangani oleh dokter IGD atau dokter Bangsal.
9. Petugas laboratorium memasukkan hasil computer dan mencetaknya.
BAB V
DOKUMENTASI
1. Buku laporan hasil kritis
2. Hasil pemeriksaan laboratorium
3. Spo pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium dengan nilai kritis