3. Tujuan Untuk memberikan laporan klinis terkait hasil nilai kritis / nilai
pemeriksaan laboratorium ke dokter penanggung jawab (DPJP)
agar segera dilakukan tindakan /intervensi terhadap pasien dalam
rangka meningkatkan keselamatan pasien.
4. Referensi 1. No Need to Panic -- Critical Values in Your Laboratory," from
the American Society for Clinical Pathology 2008 Annual
Meeting, presented by Elizabeth A. Wagar, MD.
2. Wallach J . Interpretation Diagnostic Test, ed8, Philadelphia,
2007, pp 26 – 29 ).
5. Prosedur 1. Jika ditemukan Nilai Kritis terhadap pasien rawat jalan
maka dilakukan pengulangan sampel 2 kali jika tetap nilai
kritis maka Petugas laboratorium akan melaporkan hasil
pemeriksaan yang masuk kategori kritis ke dokter
patologi klinik.
2. Setelah dilakukan validasi dan verifikasi, petugas
laboratorium menyampaikan hasil pemeriksaan yang
termasuk kategori kritis ke dokter penanggung jawab
(DPJP).
3. Laporan hasil kritis disampaikan via telepon/ lisan.
4. Bila tidak ada dokter penanggung jawab / dokter Tersebut
tidak bisa dihubungi, petugas laboratorium menghubungi
perawat jaga tempat pasien dirawat atau poli tempat pasien
berobat.
5. Waktu pelaporan Hasil laboratorium yang masuk
kategori nilai kritis dilaporkan ke dokter penanggung
jawab/ p e r a w a t m a k s i m a l 5 m e n i t s e t e l a h h a s i l
terdeteksi kategori nilai kritis.
6. Pada lembar hasil pemeriksaan, hasil yang kritis
diberi stempel Nilai Kritis
7. Laporan hasil kritis didokumentasikan di buku laporan
hasil kritis.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Judul : Pelaporan Nilai Kritis Hasil Laboratorium
B. Kimia Klinik :
1. Glukosa < 45 mg/dl atau > 400 mg/dl
2. Kreatinin > 5 mg/dl ( kecuali pasien dialisis )
3. Ureum > 200 mg/dl
C. Imunoserologi
1. Troponin T > 100 ng/l
2. CKMB