Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM DIGITAL

ALJABAR BOOLEAN

Disusun oleh:

I Komang Agus Ari Negara (1908561002)


Bayu Prasetiyo (1908561005)
Ni Wayan Windayani (1908561010)
Putu Widya Eka Safitri (1908561015)
Ni Komang Santi Cahyani (1908561017)

Program Studi Informatika


Fukultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Udayana
Badung
2020
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan yang
berjudul “Laporan Praktikum Sistem Digital” ini tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada bidang studi sistem digital. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Aljabar Boolean bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Agus Muliantara,


selaku dosen Praktikun Sistem Digital yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
ini.

Kami menyadari, laporan yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan laporan ini.

Jimbaran, 14 Februari 2020

Penulis
BAB I
LANDASAN TEORI
Matematika merupakan sarana yang berguna dalam analisis rangkaian
logika digital. Semua operasi logika dalam suatu rangkaian logika tergantung pada
ada atau tiadanya sisnyal, suatu variabel logika hanya dapat memiliki satu dari dua
nilai yang mungkin terjadi yaitu 0 atau 1. Matematika dengan dua nilai itu disebut
dengan Aljabar Boolean dua nilai.

Penamaan Aljabar Boolean sendiri berasal dari nama seorang


matematikawan asal inggris, bernama George Boole. Dialah yang pertama kali
mendefinisikan istilah itu sebagai bagian dari sistem logika pada pertengahan abad
ke-19. Boolean adalah suatu tipe data yang hanya mempunyai dua nilai yaitu true
and false (benar atau salah).

Aljabar Boolean memuat variabel dan simbol operasi untuk gerbang logika.
Simbol yang digunakan pada Aljabar Boolean adalah (.) untuk AND dan (+) untuk
OR. Aljabar Boolean juga dapat didefiniskan sebagai suatu himpunan unsur dengan
sejumlah rule-rule yang berfungsi menentukan logika digital yaitu berupa aksioma
dan teorema. Aksioma dan teorema dapat membantu atau mereduksi logika
kompleks menjadi logika yang lebih sederhana dari yang sebelumnya. Aksioma
merupakan sekumpulan definisi dasar minimal yang diasumsikan benar dan secara
menyeluruh mendefinisikan aljabar switching dan dapat berfungsi sebagai dasar-
dasar membuktikan teorema-teorema lainnya. Berikut merupakan aksioma-
aksioma dan teorema-teorema dalam Aljabar Boolean.

(A1) X = 0 if X ≠ 1 (A1’) X = 1 if X ≠ 0

(A2) if X = 0, then X’ =1 (A2’) if X = 1, then X’ =0

(A3) 0 . 0 = 0 (A3’) 1 . 1 = 1

(A4) 1 . 1 = 1 (A4’) 0 . 0 = 0

(A5) 0 . 1 = 1 . 0 = 0 (A5’) 1 + 0 = 0 + 1 = 1

(T1) X + 0 = X (T1’) X . 1 = X (Identities)

(T2) X + 1 = 1 (T2’) X . 0 = 0 (Null elements)

(T3) X + X = X (T3’) X . X = X (Idempotency)

(T4) (X’)’ = X (Involution)

(T5) X + X’ = 1 (T5’) X . X’ = 0 (Complements)


(T6) X + Y = Y + X (T6’) X . Y = Y . X (Commutativity)

(T7) (X + Y) + Z = X + (Y + Z) (T7) (X . Y) . Z = X . (Y . Z) (Associativity)

(T8) X . Y + X . Z = X . (Y + Z) (T8) (X + Y) . (X + Z) = X + Y . Z (Distributivity)

(T9) X + X . Y = X (T9’) X . (X + Y) = X (Covering)

(T10) X . Y + X . Y’ = X (T10) (X + Y) . (X + Y’) = X (Combining)

(T11) X . Y + X’ . Z + Y . Z = X . Y + X’ . Z

(T11’) (X + Y) . (X’ + Z) . (Y + Z) = (X + Y) . (X’ + ZC) (Consensus)

(T12) X + X + … + X = X (T12’) X . X . … . X = X (Generalized idempotency)

(T13) (𝑋1 . 𝑋2. … . 𝑋𝑛 )′ = 𝑋′1+ 𝑋′2+ … + 𝑋′𝑛

(T13’) (𝑋1+ 𝑋2+ … + 𝑋𝑛 )′ = 𝑋′1 . 𝑋′2 . … . 𝑋′𝑛 (DeMorgan’s theorems)

(T14) [F(𝑋1′ . 𝑋2′. … . 𝑋𝑛 ′ . ] = F(𝑋′1′ 𝑋′2′ … ′ 𝑋′𝑛′ . ,+ ) (Generalized DeMorgan’s theorem)

Aksioma-aksioma dan teorema-teorema Aljabar Switching


Definisi lanjut-Ekspresi Boolean
 Term perkalian:
o Z’, (W . X . Y), (X . Y’ . Z), (W’ . Y’ . Z)
 Term penjumlahan:
o Z’, (W + X + Y), (X + Y’ + Z), (W’ + Y’ + Z)
 Ekspresi sum-of-products (SOP)
o Z’+ (W . X . Y) + (X . Y’ . Z) + (W’ . Y’ . Z)
 Ekspresi products-of sum (POS)
o Z’. (W + X + Y) . (X + Y’ + Z) . (W’ + Y’ + Z)
 Term normal: term perkalian ataupun penjumlahan di dalamnya tidak ada
variabel yang muncul lebih dari sekali
Contoh term non-normal: W . X . X . Y’ W + W + X’ + Y X . X’ . Y
Contoh term normal: W . X . Y’ W + X’ + Y 0
Minterm dan Maxterm
 Minterm
o Sebuah minterm n-variabel merupakan sebuah term perkalian normal
dengan literals.
o Terdapat 2n term perkalian yang demikian.
o Contoh minterm 4 variabel:
W . X’ . Y’ . Z’ W . X . Y’ . Z W’ . X’ . Y . Z’
o Dapat didefinisikan sebagai sebuah term perkaian yang = 1 pada benar-
benar 1 baris dari table kebenaran.
 Maxterm
o Sebuah minterm n-variabel merupakan sebuah term penjumlahan normal
dengan n literals.
o Terdapat 2n term -2 penjumlahan yang demikian.
o Contoh -2 maxterm 4-variabel:
W’ + X’ + Y + Z’ W + X’ + Y’ + Z W’ + X’ + Y + Z

o Dapat didefinisikan sebagai sebuah term penjumlahan yang = 0 pada


benar satu baris dari tabel kebenaran.

Representasi Penjumlahan Kanonis


Penjumlahan kanonis (canonical sum) adalah jumlah dari seluruh minterm
untuk suatu fungsi yang diberikan pada (tabel kebenaran). Minterm i merupakan
baris i dari tabel kebenaran yang memiliki keluaran 1. Notasi untuk Fungsi Minterm
adalah Σ. Representasi ini biasa direalisasi dengan menggunakan rangkaian logika
AND-OR 2 level dengan inverter-inverter pada masukan-msukan gerbang AND
seperti yang diperlukan.
Contoh: Σ X,Y,Z (0, 3, 4, 6, 7)

= X’ . Y’ . Z’ + X’ . Y . Z + X . Y’ . Z’ + X . Y . Z’ + X . Y . Z
Fungsi tersebut direpresentasikan dengan tabel kebenaran:

Row X Y Z F

0 0 0 0 1

1 0 0 1 0

2 0 1 0 0

3 0 1 1 1

4 1 0 0 1

5 1 0 1 0

6 1 1 0 1

7 1 1 1 1

Mempunyai representasi penjumlahan kanonis sebagai berikut:

F = Σ X,Y,Z (0, 3, 4, 6, 7)

= X’ . Y’ . Z’ + X’ . Y . Z + X . Y’ . Z’ + X . Y . Z’ + X . Y . Z

Representasi perkalian kanonis


Perkalian kanonis perkalian dari maxterm untuk suatu fungsi yang diberikan
pada (tabel kebenaran). Maxterm i adalah baris i dari tabel kebenaran yang
mempunyai keluaran 0. Notasi dari perkalian kanonis adalah π. Representasi
direalisasi dengan menggunakan rangkaian logika OR-AND 2 level dengan inverter
pada masukan-masukan gerbang OR seperti dibutuhkan.
Contoh: π X,Y,Z (1,2,5)

= (X + Y + Z’) . (X + Y’ + Z) . (X’ + Y + Z’)


Fungsi tersebut direpresentasikan dengan tabel kebenaran:

Row X Y Z F

0 0 0 0 1

1 0 0 1 0

2 0 1 0 0

3 0 1 1 1

4 1 0 0 1

5 1 0 1 0

6 1 1 0 1

7 1 1 1 1

Memiliki representasi perkalian kanonis sebagai berikut:

F = π X,Y,Z (1,2,5)

= (X + Y + Z’) . (X + Y’ + Z) . (X’ + Y + Z’)


BAB II
PERMASALAHAN

1. Dengan menggunakan tabel kebenaran, buktikan kebenaran teorema aljabar


berikut:
a. DeMorgan untuk tiga variabel
b. Hukum distributif . dan +

2. Sederhanakan fungsi berikut ini menjadi bentuk yang paling sederhana dengan
teorema-teorema dan aksioma-aksioma yang ada (tuliskan teorema/aksioma
yang digunakan)
a. xy + xy’ + xyz’ + z’
b. AB’C + A’B + AB’C + B + BC
c. xy’z + (w+x’.w+y)+w’xy+w’+xyz
d. (x+y’+z . x + y + z)’ +xy + x
e. (w’x’)’ + xy’z + wx’yz + w’z + z’

3. Tentukan fungsi paling sederhana dari fungsi (A1 + B1)’ (tuliskan


teorema/aksioma yang digunakan)
A1 = wxy + w’y + w’xy + x
B1 = (wx)’+w’x’+y’z+w’yz’

4. Nyatakan fungsi-fungsi Boole berikut:


a. F = xy + yz ke dalam bentuk hasil kali kanonis (Maxterm)
b. F = wxy’+wz ke dalam bentuk penjumlahan kanonis (Minterm)
BAB III
PEMBAHASAN

1. Tabel Kebenaran
a. DeMorgan untuk tiga variabel
(X . Y + Z)’ = (X’ + Y’) . Z’

X Y Z X.Y X.Y+Z (X . Y + Z)’ X’ Y’ X’ + Y’ Z’ (X’ + Y’) . Z’

1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0

1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0

1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0

1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1

0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0

0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1

0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0

0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1

Berdasarkan tabel di atas, kebenaran dari hukum DeMorgan untuk tiga variabel
terbukti benar (dapat dilihat pada kolom berwarna kuning).

b. Hukum Distributif . dan +


Hukum distributif (+) : X . Y + X . Z = X . (Y + Z)
X . (Y + Z)
X Y Z X.Y X.Z X .Y + X . Z Y+Z
1
1 1 1 1 1 1 1
1
1 1 0 1 0 1 1
1
1 0 1 0 1 1 1
0
1 0 0 0 0 0 0
0
0 1 1 0 0 0 1
0
0 1 0 0 0 0 1
0
0 0 1 0 0 0 1
0
0 0 0 0 0 0 0

Berdasarkan tabel di atas, kebenaran dari hukum distributif (+) terbukti benar (dapat
dilihat pada kolom berwarna hijau).

Hukum distributif (.) : (X + Y) . (X + Z) = X + Y . Z

X+Y.Z
X Y Z X+Y X+Z (X + Y) . (X + Z) Y+Z
1
1 1 1 1 1 1 1
1
1 1 0 1 1 1 0
1
1 0 1 1 1 1 0
1
1 0 0 1 1 1 0
1
0 1 1 1 1 1 1
0
0 1 0 1 0 0 0
0
0 0 1 0 1 0 0
0
0 0 0 0 0 0 0

Berdasarkan tabel di atas, kebenaran dari hukum distributif (.) terbukti benar (dapat
dilihat pada kolom berwarna merah).
2. Penyederhanaan Fungsi dengan Teorema dan Aksioma
a. xy + xy’ + xyz’ + z’
= x(y+y’) + xyz’+z’ (complements)
= x+xyz’+z’ (complements)
= x(yz’+z’) (covering)
= x(z’(1+y)) (null elements)
= x(z’(1)) (null elements)
= xz’ (complements)

b. AB’C + A’B + AB’C + B + BC


= AB’C + A’B + B + BC (idempotency)
= AB’C + A’B +B(1+C) (null elements)
= AB’C + A’B + B (null elements)
= AB’C + B (1+A’) (null elements)
= AB’C + B (null elements)

c. xy’z + (w+x’.w+y)+w’xy+w’+xyz
= wy’z + w’x + w’y’ + w’xy + w’ + xyz (DeMorgan’s Theorema)
= xz (y + y’) + w’x + w’y’ +w’xy + w’ (complements)
= xz + w’x + w’y’ + w’xy + w’ (complements)
= xz + w’x + w’ (1 + y’) + w’xy (null elements)
= xz + w’x + w’ + w’xy (null elements)
= xz + w’(1+x) + w’xy (null elements)
= xz + w’ + w’xy (null elements)

d. (x + y’ + z . x + y + z)’ + xy + x
= x’yz’ + x’y’z’ + xy + x (DeMorgan’s Theorema)
= x’z’(y + y’) + xy + x (complements)
= x’z’ + xy + x (complements)
= x’z’ + x (y + 1) (null elements)
= x’z’ + x (null elements)
= (x’ + x) (x + z’) (distributivity)
= 1 (x + z’) (distributivity)
= x + z’ (distributivity)

e. (w’x’)’ + xy’z + wx’yz + w’z + z’


= w + x + xy’z + wx’yz + w’z + z’ (DeMorgan’s Theorema)
= w + x + xy’z + wx’yz + (z + z’) (w’ + z’) (distributivity)
= w + x + xy’z + wx’yz + w’+ z’ (distributivity)
= (w+w’) + x + xy’z + wx’yz + z’ (complements)
= x + xy’z + wx’yz + z’ (complements)

3. Penyederhanaan Fungsi
A1 = wxy + w’y +w’xy + x
= xy (w+w’) + w’y+ x
= xy + w’y + x
= x (y+1) +w’y
= x + w’y
B1 = (wx)’ + w’x’+y’z + w’yz’
= w’ + x’ +w’x’ + (y’z + w’yz’)
= w’ + x’ (1 + w’) + y’z + w’yz’
= w’ + x’ + y’z + w’yz’

(A1+B1)’ = (x+w’y + w’ + x’ + y’z + w’yz’)’


= ((x + x’) + w’y + w’ + y’z + w’yz’)’
= (w’ (y + 1) + y’z + w’yz’)’
= (w’+y’z+w’yz’)’
= w . y + z’ . w + y’ + z
= wy + wz’ + y’ + z
= wy + y’ + wz’ + z
= (w+ y’) . (y + y’) + (w + z) . (z’ + z)
=w+y+w+z
= w + y’ + z
4. Fungsi Boolean
a. F = xy + yz
= (x+y) . (z+z’) . (y_z) . (x.x’)
= (x+y+z) . ( x+y+z’) . (x+y+z) . (x’+y+z)
= (x+y+z) . (x+y+z’) . (x’+y+z)
= π (0, 1, 4)

b. F = wxy’ + wz
= wxy’ + wxz + wx’z
= wxy’z + wxy’z’ + wxyz + wxy’z + wx’yz + wx’y’z
= m13 + m12 + m15 + m13 + m11 + m9
= wx’y’z + wx’yz + wxy’z’ + wxy’z + wxyz
= m9 + m11 + m12 + m13 + m15
= Σ (9, 11, 12, 13, 15)
Penutup

Kesimpulan
Dengan mencapainya akhir dari laporan praktikum Sistem Digital,dapat
disimpulkan bahwa aljabar Boolean adalah suatu himpunan unsur dan aturan-aturan
untuk menentukan logika digital yang dapat digunakan untuk menyderhanakan
logika kompleks menjadi logika yang lebih sederhana dengan menggunakan
aksioma-aksioma dan teorema-aksioma yang ada di dalam aljabar boolean, serta
jika dikaitkan dengan system digital aljabar Boolean dapat digunakan untuk
menyederhanakan logika dari sebuah rangkaian yang tujuaanya untuk
meningkatkan efesiensi dan juga kecepatan dari sebuah rangkaian.

Anda mungkin juga menyukai