TINJAUAN TEORITIS
2.1.2 Klasifikasi
Dikutip dari buku karangan Yusuf (2015) usia lanjut diklasifikasikan oleh
World Health Organization (WHO) , yaitu sebagai berikut:
1. Usia pertengahan (middle age) : 45–59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) : 60–74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) : 75–90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) : di atas 90 tahun
2. Teori sosial
a. Teori interaksi sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada
situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.
Pokok-pokok interaksi sosial adalah sebagai berikut
1) Masyarakat terdiri atas aktor-aktor sosial yang berupaya
mencapai tujuan masing-masing.
2) Dalam upaya tersebut, maka terjadi interaksi sosial yang
memerlukan biaya dan waktu.
3) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai seseorang
memerlukan biaya.
4) Aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah
terjadinya kerugian.
5) Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan
olehnya.
c. Teori aktivitas
Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon, dkk.
(1972) yang menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung
pada bagaimana seseorang lanjut usia merasakan kepuasan dalam
melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama
mungkin. Adapun kualitas aktivitas tersebut lebih penting
dibandingkan dengan kuantitas aktivitas yang dilakukan.
d. Teori kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan di dalam siklus
kehidupan lanjut usia, sehingga pengalaman hidup seseorang pada
suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat menjadi lanjut
usia. Hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan
seseorang ternyata tak berubah walaupun ia menjadi lanjut usia
3. Teori Psikologis
Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang berespons pada tugas
perkembangannya. Pada dasarnya perkembangan seseorang akan terus
berjalan meskipun orang tersebut telah menua.
a. Teori hierarki kebutuhan dasar manusia Maslow (Maslow’s
hierarchy of human needs)
Dari hierarki Maslow kebutuhan dasar manusia dibagi dalam lima
tingkatan mulai dari yang terendah kebutuhan fisiologi, rasa aman,
kasih sayang, harga diri sampai pada yang paling tinggi yaitu
aktualisasi diri. Seseorang akan memenuhi kebutuhan kebutuhan
tersebut. Menurut Maslow, semakin tua usia individu maka
individu akan mulai berusaha mencapai aktualisasi dirinya. Jika
individu telah mencapai aktualisasi diri, maka individu tersebut
telah mencapai kedewasaan dan kematangan dengan semua sifat
yang ada di dalamnya, otonomi, kreatif, independen, dan hubungan
interpersonal yang positif.
Faktor mekanis
Di lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yang
terpenting dalarn proses penurunan massa tulang schubungan
dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa
ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi
hormonal. Pada umumnya aktivitas fisik akan menurun dengan
bertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan fungsi
beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan
bertambahnya usia.
Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses
penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya usia,
terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi
yang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause,
dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak,
akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif,
sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya
juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari
keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa menopause ada
hubungan yang erat antara masukan kalsium dengan keseimbangan
kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause
keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta
absorbsinya kurang serta eksresi melalui urin yang bertambah.
Hasil akhir kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause
adalah pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25
mg kalsium sehari.
Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi
penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan
mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfat
melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium. Pada
umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama
makanan lain. Apabila makanan tersebut mengandung fosfor, maka
fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin.
Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium
melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein
berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi
keseimbangan kalsium yang negative.
Estrogen.
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan
mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini
disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari
makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.
2. Pencegahan
Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda,
hal ini bertujuan:
1) Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimal
2) Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar
seperti:
a. Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
b. Latihan teratur setiap hari
c. Hindari :
Makanan Tinggi protein
Minum kopi
Minum Antasida yang
Merokok
Mengandung Alumunium
Minum Alkohol
2.2.8 Komplikasi
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh
dan mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi
fraktur kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum
femoris dan daerah trokhanter, dan fraktur colles pada pergelangan
tangan .Penurunan fungsi, dan Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.
2.3.2 Diagnosa
Masalah yang biasa terjadi pada klien osteoporosis adalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur
vertebra ditandai dengan klien mengeluh nyeri tulang belakang,
mengeluh bengkak pada pergelangan tangan, terdapat fraktur traumatic
pada vertebra, klien tampak meringis.
2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi
sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis) , nyeri sekunder, atau
fraktur baru ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak cepat
menurun, klien mengatakan badan terasa lemas, stamina menurun, dan
terdapat penurunan tinggi badan.
3. Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak sekunder perubahan
skeletal dan ketidakseimbangan tubuh ditandai dengan klien mengeluh
kemampuan gerak cepat menurun, tulang belakang terlihat bungkuk.
4. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan keletihan atau
gangguan gerak ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada tulang
belakang, kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan badan
terasa lemas dan stamina menurun serta terdapat fraktur traumatic pada
vertebra dan menyebabkan kifosis angular.
5. Gangguan citra diri yang berhubungan dengan perubahan dan
ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit
atau terapi ditandai dengan klien mengatakan membatasi pergaulan dan
tampak menggunakan penyangga tulang belakang (spinal brace).
6. Gangguan eleminasi alvi yang berhubungan dengan kompresi saraf
pencernaan ileus paralitik ditandai dengan klien mengatakan buang air
besar susah dan keras.
7. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
yang berhubungan dengan kurang informasi, salah persepsi ditandai
dengan klien mengatakan kurang ,mengerti tentang penyakitnya, klien
tampak gelisah
2.3.3 Intervensi
1. Nyeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur
vertebra ditandai dengan klien mengeluh nyeri tulang belakang.
Tujuan : nyeri berkurang
Intervensi :
1) Evaluasi keluhan nyeri/ketidaknyamanan, perhatikan lokasi dan
karakteristik termasuk intensitas (skala 1-10). Perhatikan petunjuk
nyeri nonverbal (perubahan pada tanda vital dan emosi/prilaku)
2) Ajarkan klien tentang alternative lain untuk mengatasi dan mengurangi
rasa nyerinya
3) Dorong menggunakan teknik manajemen stress contoh relaksasi
progresif, latihan nafasa dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan
teraupetik
4) Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi