Anda di halaman 1dari 21

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN MATA KASUS BESAR

FAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI 2019


UNIVERSITAS HALU OLEO

HORDEOLUM OCULI SINISTRA

PENYUSUN :

Yeremia Maruli Togatorop, S.Ked

K1A1 14 088

PEMBIMBING :

dr. Suryani Rustam, Sp.M, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. G
Umur : 22 tahun
Suku : Bugis
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Tgl penerimaan : 29 Januari 2019
Rekam Medik : 20 01 96
Dokter Muda Pemeriksa : Yeremia Maruli Togatorop, S.Ked

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : benjolan pada mata
Anamnesis terpimpin :
Pasien datang ke poli mata RSUD Kota Kendari dengan keluhan
benjolan pada kelopak mata superior kiri disertai mata terasa gatal dan berair
yang dirasakan sejak bulan November yang lalu yang membesar lalu
mengecil dan terasa nyeri. Pasien menyangkal adanya benda asing yg masuk
kedalam matanya. Pasien tidak mengeluhkan pandangan kabur dan silau,
namun mengeluh kelopak mata superior terasa berat, Pasien juga merasa
seperti ada yang mengganjal di kelopak mata kiri atas. Riwayat Penyakit
Dahulu: Riwayat penyakit mata sebelumnya (-), Riwayat kontak dengan
kerabat yang mempunyai keluhan serupa (-), Riwayat trauma (-), Riwayat
memakai kacamata (-), Riwayat alergi (-), Riwayat penyakit dalam keluarga
(-), Riwayat pengobatan (-).

1
III. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
A. Inspeksi
No Pemeriksaan OD OS
.

1. Palpebra Edema (-) Edema (-)


Pseudoptosis (+)

2. App. Lakrimalis Lakrimasi (+) Lakrimasi (+)

3. Silia Normal Normal

4. Konjungtiva Hiperemis(-), Hiperemis (+)


kemosis (-)

5. Bola mata Ke segala arah Ke segala arah

6. Mekanisme
muscular

7. Kornea Jernih Jernih

8. Bilik mata depan Nomal Nomal

9. Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)


Shadow test (+) Shadow test (+)

10. Pupil Bulat, sentral, Bulat, sentral,


diameter 2.5 mm diameter 2.5 mm,
RCL (+) RCL (+)

11. Lensa Jernih Jernih

B. Palpasi
No Pemeriksaan OD OS
.

1. Tensi Okuler Tidak Tidak dilakukan

2
dilakukan pemeriksaan
pemeriksaan

2. Nyeri Tekan (-) (+)

3. Massa Tumor (-) (+) palpebra


superior

4. Glandula periaurikuler Pembesaran (-) Pembesaran (-)

C. Tonometri : Tidak dilakukan pemeriksaan


D. Visus : VOD= 6/6
VOS = 6/6
E. Penyinaran Oblik
Pemeriksaan OD OS

Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (+)


Tampak benjolan (+)

Kornea Jernih Jernih

Bilik mata depan Kesan normal Kesan normal

Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)


Shadow test (+) Shadow test (+)

Pupil Bulat, sentral, Bulat, sentral,


diameter 2.5 mm, diameter 2.5 mm,
RCL (+) RCL (+)

Lensa Jernih Jernih

F. Funduskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan


G. Laboratorium : Tidak dilakukan pemeriksaan
H. Colour Sense : Tidak dilakukan pemeriksaan
I. Campus Visual : Tidak dilakukan pemeriksaan
J. Fluorescent Test : Tidak dilakukan pemeriksaan

3
IV. Resume
Pasien Ny.G, 22 tahun datang ke poli mata RSUD Kota Kendari
dengan keluhan benjolan pada palpebra oculi sinistra disertai pruritus (+)
dan hiperlakrimasi (+) yang dirasakan sejak November yang lalu. Pasien
menyangkal adanya benda asing yg masuk kedalam matanya pada saat.
Pasien tidak mengeluhkan pandangan kabur (-) dan silau (-), namun
mengeluh palpebra superior terasa berat, Pasien juga merasa seperti ada
yang mengganjal di palpebra superior oculi sinistra. Riwayat Penyakit
Dahulu: Riwayat penyakit mata sebelumnya (-), Riwayat kontak dengan
kerabat yang mempunyai keluhan serupa (-), Riwayat trauma (-), Riwayat
memakai kacamata (-), Riwayat alergi (-), Riwayat penyakit dalam keluarga
(-), Riwayat pengobatan (-).
Pada pemeriksaan oftamologi didapatkan pada inspeksi, Palpebra OS
konjungtiva OS tampak hiperemis (+) dan serta lakrimasi (+), palpasi
didapatkan nyeri tekan OS dan benjolan OS (+). Pada pemeriksaan visus
didapatkan VODS 6/6.

V. Diagnosis
OS : Hordeolum

VI. Penatalaksanaan
Non – Medikamentosa:
Edukasi tekait menjaga higienitas kedua mata dan tangan

Medikamentosa:
- Cendo lyters ED (3dd gtt 1 OS)
- Metilprednisolon (4 mg 3dd tab I)
- Cefadroxil 500mg 3dd tab I

VII. Prognosis
Dubia et bonam

4
VIII. Diskusi
1. Anamnesa

Kasus Teori1,2,4,5,6
Pada kasus ditemukan Gejala klinik :
gejala dan riwayat berupa : - Pembengkakan
 benjolan pada - Pruritus
palpebra oculi
- Rasa nyeri pada kelopak mata
sinistra
 pruritus (+) - Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar
 hiperlakrimasi (+) pada kelopak mata
 palpebra superior
- Riwayat penyakit yang sama
terasa berat,
 seperti ada yang Gejala tambahan Selain keluhan utama
mengganjal di diatas, hordeolum juga dapat disertai dengan
palpebra superior
beberapa gejala tambahan seperti:
oculi sinistra
- Benjolan pada kelopak mata atas
atau bawah
- Pembengkakan lokal kelopak mata
- Nyeri lokal kelopak mata
- Kemerahan pada kelopak mata
- Nyeri sentuh

5
- Pengerasan kulit dari margo
kelopak mata
- Sensasi terbakar di mata
- Terasa berat pada kelopak mata
- Gatal pada bola mata
- Penglihat kabur
- Sekret purulen di mata
- Iritasi pada mata
- Sensitivitas terhadap cahaya
- Tearing
- Ketidaknyamanan selama
berkedip
- Sensasi benda asing di mata

Etiologi:

 S. aureus,

Pada anamnesa didapatkan pasien mengalami benjolan pada palpebra oculi


sinistra, pruritus (+), hiperlakrimasi (+) , palpebra superior terasa berat,
seperti ada yang mengganjal di palpebra superior oculi sinistra Hal tersebut
sesuai dengan teori.

2. Pemeriksaan Fisik

Kasus Teori1,2,4,5
Pada kasus, ditemukan pemeriksaan Pemeriksaan Fisik:
Fisik: - Eritema
-Pasien Tampak Sakit Ringan - Edema
a. Pemeriksaan Oftalmologi - Nyeri bila ditekan di dekat
 Inspeksi: pangkal bulu mata
Hiperemi - Seperti gambaran abses kecil
Pseudoptosis (+) - Tidak ada gangguan pada visus

6
 Palpasi :
- Nyeri tekan
- Masa Tumor
 Visus didapatkan VODS 6/6,

Pada pemeriksaan Fisik didapatkan gejala yang spesifik yang sesuai dengan teori.

3. Penatalaksanaan

Kasus Teori1,2,4,5,9,10,11,12

Pada kasus, diberikan tata laksana a. Umum:


terapi berupa: - Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15
menit tiap kalinya untuk membantu drainase.
 Non – Medikamentosa: Lakukan dengan mata tertutup.
Edukasi tekait menjaga - Bersikan kelopak mata dengan air bersih
higienitas kedua mata dan ataupun dengan sabun atau sampo yang
tangan tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun
bayi. Hal ini dapat mempercepat proses
 Medikamentosa: penyembuhan. Lakukan dengan mata
- Cendo lyters ED (3dd gtt tertutup.
1 OS) - Jangan menekan atau menusuk hordeolum,
- Metilprednisolon (4 mg karena kemungkinan hal itu menjadi lebih
3dd tab I) serius.
- Cefadroxil 500mg 3dd tab - Hindari pemakaian makeup pada mata,
I karena kemungkinan hal itu menjadi
penyebab infeksi.
- Jangan memakai lensa kontak karena dapat
menyebabkan infeksi ke kornea.
b. Terapi Farmako

7
Antibiotik diindikasikan bila dengan
kompres hangat selama 24 jam tidak ada
perbaikan, dan bila proses peradangan
menyebar ke sekitar daerah hordeolum.
- Antibiotik topikal
Bacitracin atau tobramicin salep mata
diberikan setiap 4 jam selama 7-10 hari.
Dapat juga diberikan eritromicin salep mata
untuk kasus hordeolum eksterna dan
hordeolum interna ringan.
- Antibiotik sistemik
Diberikan bila terdapat tanda-tanda
bakterimia atau terdapat tanda pembesaran
kelenjar limfe di preauricular. Pada kasus
hordeolum internum dengan kasus yang
sedang sampai berat, dapat diberikan
cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per oral
4 kali sehari selama 7 hari.
Bila alergi penisilin atau cephalosporin
dapat diberikan clindamicin 300 mg oral 4
kali sehari selama 7 hari atau klaritromycin
500 mg 2 kali sehari selama 7 hari.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hordeolum
1. Anatomi Palpebra 1,2
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit
yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip
melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior
berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi. Palpebra
terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat
lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan
fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae).
a. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena
tipis, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa
lemak subkutan.
b. Muskulus Orbikularis okuli
Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya
mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas
sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi
dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal
sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah
bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita.
Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.
c. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan
degan lapis subaponeurotik dari kujlit kepala.

9
d. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan
fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus
terdiri atas jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar
Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di kelopak
bawah).
e. Konjungtiva Palpebrae
Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa,
konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus.

Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan)


menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu
mata, glandula Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar
sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.
Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke
dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan
bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari
kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal)

Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian


posterior palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke
bawah melalui kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.

Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang


dibuka. Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus
lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut
tajam.

Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis


orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi
sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu
dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior; septum
orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.

10
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra
superior, bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang
berasal dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi
sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung
serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di
palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang
menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus meuskulus obliqus
inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan
orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus
simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus
okulomotoris.

Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a.


Palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus
frontal nervus V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus
V.

2. Definisi 1,2,4
Hordeolum adalah infeksi atau peradangan pada kelenjar di tepi
kelopak mata bagian atas maupun bagian bawah yang disebabkan oleh
bakteri, biasanya oleh kuman Stafilokokus (Staphylococcus aureus).
Hordeolum dapat timbul pada 1 kelenjar kelopak mata atau lebih.
Kelenjar kelopak mata tersebut meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeiss
dan Moll. Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar
Meibom yang terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut
hordeolum interna. Sedangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil dan
lebih superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.
Hordeolum eksternum adalah infeksi kelenjar sebaceous dari
Zeiss di dasar bulu mata, atau infeksi pada kelenjar keringat apokrin dari
Moll. Hordeolum eksternum terbentuk pada bagian luar palpebra dan
dapat dilihat sebagai benjolan merah kecil.
3. Epidemiologi 1,2,4,5,6

11
Hordeola adalah salah satu lesi kelopak mata paling umum yang
terlihat dalam praktik klinis, tetapi tidak ada data yang tersedia tentang
kejadian dan prevalensi yang tepat. Hordeola lebih umum pada orang
dewasa dari pada anak-anak, tetapi tidak terbatas pada kelompok umur,
jenis kelamin, atau ras apa pun.
4. Etiologi1,4,5
Hordeolum merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Staphylococcus dan Streptococcus pada kelenjar sebasea kelopak mata.
Staphylococcus aureus merupakan agent infeksi pada 90-95% kasus
hordeolum.
Hordeolom adalah salah satu penyakit yang cukup sering terjadi
pada kelopak mata. Secara klinis kelainan ini sering sulit dibedakan
dengan kalazion akut. Hordeolum merupakan infeksi lokal atau proses
peradangan pada kelopak mata. Bila kelenjar Meibom yang terkena
disebut hordeolum internum, sedangkan bila kelenjar Zeiss atau Moll
yang terkena maka disebut hordeolum eksternum.
Hordeolum biasanya menyerang pada dewasa muda, namun dapat
juga terjadi pada semua umur, terutama orang-orang dengan taraf
kesehatan yang kurang. Mudah timbul pada individu yang menderita
blefaritis dan konjungtivitis menahun.
5. Faktor resiko 1,2,4,5
a. Penyakit kronik.
b. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.
c. Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis.
d. Diabetes
e. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia.
f. Riwayat hordeolum sebelumnya
g. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih
h. Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik.
6. Patofisiologi 1,2,4,5

12
Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari
kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada
kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-
kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya.
Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis.
7. Gambaran klinis 1,2,4,5,6
Gejala:
- Pembengkakan
- Rasa nyeri pada kelopak mata
- Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata
- Riwayat penyakit yang sama

Tanda:

- Eritema
- Edema
- Pseudoptosis
- Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata
- Seperti gambaran abses kecil
Keluhan utama dapat berupa bengkak dan kemerahan pada kelopak
mata yang terasa nyeri untuk hordeolum internum, dan bisul atau
benjolan kemerahan dapat disertai nanah atau tidak pada hordeolum
eksternum.
Gejala tambahan Selain keluhan utama diatas, hordeolum juga dapat
disertai dengan beberapa gejala tambahan seperti:
- Benjolan pada kelopak mata atas atau bawah
- Pembengkakan lokal kelopak mata
- Nyeri lokal kelopak mata
- Kemerahan pada kelopak mata
- Nyeri sentuh
- Pengerasan kulit dari margo kelopak mata
- Sensasi terbakar di mata

13
- Terasa berat pada kelopak mata
- Gatal pada bola mata
- Penglihat kabur
- Sekret purulen di mata
- Iritasi pada mata
- Sensitivitas terhadap cahaya
- Tearing
- Ketidaknyamanan selama berkedip
- Sensasi benda asing di mata
Ada 2 stadium pada hordeolum, yaitu:
a. stadium infiltrat yang Ditandai dengan kelopak mata
bengkak, kemerahan, nyeri tekan dan keluar sedikit kotoran.
b. Stadium supuratif Ditandai dengan adanya benjolan yang
berisi pus (core).
8. Diagnosis 1,2,3
Diagnosis hordeolum ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda
klinis yang muncul pada pasien dan dengan melakukan pemeriksaan
mata yang sederhana. Karena kekhasan dari manifestasi klinis penyakit
ini, pemeriksaan penunjang tidak diperlukan dalam mendiagnosis
hordeolum.
a. Anamnesis
 Keluhan utama ditandai berdasarkan durasi, frekuensi,
intermiten, dan kecepatan onsetnya. Lokasi, keparahan, dan
keadaan di sekitar onsetnya adalah penting, seperti halnya
mengidentifikasi gejala okular dan nonokular lainnya yang
mungkin memerlukan penyelidikan spesifik. Obat mata saat ini
dan gangguan mata saat ini dan masa lalu ditentukan.
 Riwayat medis masa lalu harus mencakup penyelidikan
tentang gangguan vaskuler seperti diabetes dan hipertensi dan
obat-obatan sistemik, khususnya kortikosteroid karena efek

14
okularnya yang merugikan. Akhirnya, alergi obat apa pun
harus dicatat.
 Riwayat keluarga berkaitan dengan gangguan okular, seperti
strabismus,ambliopia, glaukoma, atau katarak, dan masalah
retina, seperti ablasi retina atau degenerasi makula. Penyakit
medis seperti diabetes mungkin juga relevan.
b. Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan Luar
Sebelum meneliti mata dengan kaca pembesar dilakukan
pemeriksaan luar secara umum pada adneksa mata (palpebra
dan daerah periokular). Lesi kulit, pertumbuhan, dan tanda-
tanda radang seperti pembengkakan, eritema, panas, nyeri,
tekan dinilai dengan inpeksi dan palpasi.
Periksa kelainan posisi palpebra, seperti ptosis atau retraksi
palpebra. Palpasi tepian tulang orbita dan jaringan lunak
periokular harus selalu dilakukan bila dicurigai trauma, infeksi,
atau neoplasma orbita.
Pada kondisi tertentu perlu diperiksa hal-hal yang mungkin
relefan untuk diagnosis, seperti pembesaran kelenjar getah
bening periaurikular, nyeri tekan sinus, penonjolan arteri
temporalis, atau kelainan kulit dan mukosa.
- Slit lamp
Dengan memakai slit lamp detail segmen anterior bola mata
dapat diamati. Detail-detai tepi palpebra dan bulu mata,
permukaan konjungtiva palpebra dan bulbaris, lapisan air mata
dan kornea, lensa kristalina dan bagian anterior vitreus dapat
pula diamati
9. Tatalaksana 1,2,4,5,9,10,11,12
Biasanya hordeolum dapat sembuh dengan sendirinya dalam
waktu 57 hari.
c. Umum:

15
- Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap
kalinya untuk membantu drainase. Lakukan dengan mata
tertutup.
- Bersikan kelopak mata dengan air bersih ataupun dengan
sabun atau sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti
sabun bayi. Hal ini dapat mempercepat proses
penyembuhan. Lakukan dengan mata tertutup.
- Jangan menekan atau menusuk hordeolum, karena
kemungkinan hal itu menjadi lebih serius.
- Hindari pemakaian makeup pada mata, karena
kemungkinan hal itu menjadi penyebab infeksi.
- Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebabkan
infeksi ke kornea.
d. Terapi Farmako
Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat
selama 24 jam tidak ada perbaikan, dan bila proses peradangan
menyebar ke sekitar daerah hordeolum.
- Antibiotik topikal
Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan
setiap 4 jam selama 7-10 hari. Dapat juga diberikan
eritromicin salep mata untuk kasus hordeolum eksterna
dan hordeolum interna ringan.
- Antibiotik sistemik
Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau
terdapat tanda pembesaran kelenjar limfe di preauricular.
Pada kasus hordeolum internum dengan kasus yang
sedang sampai berat, dapat diberikan cephalexin atau
dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari.
Bila alergi penisilin atau cephalosporin dapat
diberikan clindamicin 300 mg oral 4 kali sehari selama 7
hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari.

16
e. Pembedahan
Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka
prosedur pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat
drainase pada hordeolum.
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anastesi
topikal dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anastesi filtrasi
dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan
dilakukan insisi:
- Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi
pus, tegak lurus padamargo palpebra.
- Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo
palpebra.
- Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau
kuretase seluruh isi jaringan meradang di dalam
kantongnya dan kemudian diberikan salep antibiotik.
f. Akupunktur
Sampai sekarang, beberapa penelitian telah mengeksplorasi
mekanisme perawatan akupunktur untuk hordeola akut.
Mekanisme pengobatan akupunktur yang telah dipelajari paling luas
adalah untuk analgesia. Berbagai mekanisme telah diusulkan untuk
analgesia akupunktur. Sebagai contoh, penelitian pada hewan telah
memberikan bukti bahwa akupunktur merangsang pelepasan
neurokimia (biasanya opioid endogen atau serotonin). 'Gates teori'
adalah mekanisme lain yang diusulkan untuk analgesia akupunktur
(yaitu stimulasi oleh jarum akupunktur dapat menekan jalur sistem
saraf sinyal nyeri nosiseptif). Beberapa penelitian telah menemukan
bahwa akupunktur dapat memengaruhi sistem saraf otonom, yang
mengatur fungsi-fungsi tubuh yang tidak disengaja seperti reaksi

17
kekebalan dan proses-proses yang mengatur tekanan darah, aliran
darah, dan suhu tubuh. Studi ilmiah pada hewan juga menunjukkan
bahwa akupunktur menekan peradangan, gejala utama dari
hordeolum akut.
Pada randomised clinical trials (RCTs) ke dua Akupunktur dapat
dikaitkan dengan manfaat yang lebih besar pada resolusi hordeolum
akut dibandingkan dengan antibiotik topical atau antibiotik oral plus
kompres hangat, dalam tujuh hari setelah pengobatan. sementara
Pada RCT ke tiga menunjukkan sedikit atau tidak ada perbedaan
dalam resolusi hordeolum akut ketika akupunktur dibandingkan
dengan antibiotik topikal ditambah kompres hangat. Dari tiga RCT
ditemukan bahwa akupunktur plus perawatan konvensional dapat
dikaitkan dengan manfaat yang lebih besar dari resolusi atau
pengurangan hordeolum akut dibandingkan dengan perawatan
konvensional saja pada tahap awal (tidak lebih dari tujuh hari
setelah perawatan). Ketidakkonsistenan dalam perkiraan efek dari
perbandingan akupunktur dengan perawatan konvensional mungkin
disebabkan oleh sedikit perbedaan dalam metode akupunktur atau
perawatan konvensional yang digunakan. Pelaporan efek samping
jarang terjadi dan buruk, karena peneliti tidak menentukan efek
samping mana yang dikumpulkan.
10. Komplikasi 1,2,6
Komplikasi hordeolum dapat berupa mata kering, simblefaron,
abses, atau selulitis palpebra yang merupakan radang jaringan ikat jarang
palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.
11. Prognosis 1,2,7
Walaupun hordeolum tidak berbahaya dan komplikasinya sangat
jarang, tetapi hordeolum sangat mudah kambuh. Hordeolum biasanya
sembuh sendiri atau pecah dalam beberapa hari sampai minggu. Dengan
pengobatan yang baik hordeolum cenderung sembuh dengan cepat dan

18
tanpa komplikasi. Prognosis baik apabila hordeolum tidak ditekan atau
ditusuk karena infeksi dapat menyebar ke jaringan sekitar.
12. Pencegahan 1,2,4
a. Jaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum
menyentuh wajah agar hordeolum tidak mudah berulang.
b. Usap kelopak mata dengan lembut menggunakan washlap hangat
untuk membersihkan ekskresi kelenjar lemak.
c. Jaga kebersihan paralatan makeup mata agar tidak terkontaminasi oleh
kuman.
d. Gunakan kacamata pelindung jika bepergian di daerah berdebu.

19
Daftar Pustaka

1. Riorden-Eva P, Augsburger JJ. Vaughan & Asbury’s : General


Ophthalmology Ed. 19th. 2018. Mc Grav-Hill Education.
2. Olver J, Cassidy L. Ophthalmology at a glance. 2005. Blackwll Science
3. Ilyas S. Dasar Teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata. Ed. 4. 2012.
Badan penerbit fakultas kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta
4. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Ed.5. 2015. Badan penerbit
fakultas kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta
5. Agni AN, Widayanti TW, Hernowo AT. Buku ajar ilmu Mata UGM.. UGM :
Yogyakarta. 2017:
6. McAliden C, Gonzalez-Andrades M, Skiaderesi E. Hordeolum : Acute
Abscess within an eyelid sebaceous gland. Cleveland Clinic Journal of
Medicine. Vol. 83 (5). 2016
7. Hervey B. External Eye Disease and The DO. The Optician. 2004. ProQuest
8. Anon. Hordeolum. Riview of optometry. 2005. ProQuest
9. Lidsley K, Nichols J, Dickersin K. Interventions for acut Internal hordeolum.
NIH Public Access. 2012
10. Lidsley K, Nichols J, Dickersin K. Non-Surgical Interventions for acut
internal Hordeolum. HHS Public Access. 2018
11. Cheng K, Law A, Gao M, Wieland LS, Shen X, Lao L. Acupunctur for Acut
Hordeolum. HHS Public Access. 2018
12. Hove M, Hammond C. Ocular Therapeutic: Disorders Of The Eyelids,
Lacrimal System And Orbit. The Opticians. 2005. ProQuest

20

Anda mungkin juga menyukai