Anda di halaman 1dari 28

PERS

MASA
ORDE LAMA
Dari Tahun 1945 hingga 1965

Disusun oleh kelompok 4 SPI A 2017


Aceng Ahmad Alfa Dini Savitri
1175010004 1175010013
“Jika kamu tak tahu sejarah, maka kamu tidak tahu apa-apa, kamu adalah daun yang tidak tahu
bahwa kamu adalah bagian dari pohon”
(Michael Crichton)

Disusun oleh kelompok 4 SPI A 2017


Pers Orde Lama
Di mulai dari Tahun 1945 hingga 1965

1945 1959 1959 1965


Demokrasi Liberal Demokrasi Terpimpin
Masa pemerintahan parlementer, banyak didiri
Dimulai sejak Dekrit Presiden 1959, pers
kan partai politik untuk memperkuat sitem
nasional menganut sistem otoriter, dan berf
pemerintahan parlementer, juga alat propagan
ungsi sebagai alat penggerak aksi massa
da dari Par-Pol, dan dikenal sebagai pers
serta manipol atas kebijakan pemerintah.
Partisipan.

Disusun oleh kelompok 4 SPI A 2017


Pers Era
Demokrasi
Liberal
Pers Era Demokrasi Liberal
Dari tahun 1945 hingga 1959

Bercirikan:

Seiring dengan kembalinya bentuk negara dari negara federal menjadi negara kesatu
an, maka dimulailah pada masa ini sistem Demokrasi Liberal di Indonesia. Demokrasi
Liberal ini merupakan suatu masa dimana Pers di Indonesia mengalami masa kebeba
san yang begitu besar.

setiap orang asalkan memiliki modal dapat memiliki sebuah surat kabar, sehingga ia
bisa memiliki kebebasan untuk mengeluarkan pendapatnya, tanpa harus terlebih
dahulu mengurus perizinan.

Keberadaan pers pada masa ini dilandasi oleh konstitusi Indonesia Serikat dan UUDS
.Dalam konstitusi RIS pasal 19 disebutkan “setiap orang berhak atas kebebasan
mempunyai dan mengeluarkan pendapat tanpa harus terlebih dahulu mengurus perizi
nan.”

Disusun oleh kelompok 4 SPI A 2017


Pers Era Demokrasi Liberal
Dari tahun 1945 hingga 1959

Pada masa Demokasi Liberal ini Koran-koran sangat banyak bermunculan mulai dari surat kabar
Belanda, seperti Java Bode, de Locomotief, Algemeen Indisch Dagblad de Preanger Bode,
Nieuwgier dan Nieuwe Courant.
45%
Namun setelah Pemberontakan PRRI dan Permesta, Harian Rakyat, Pedoman, Indo
nesia Raya, Bintang Timur,
serta kegagalan Konstituante merancang UUD baru,
Keng Po, Djiwa Baru, Merdeka
dan dekrit Presiden Soekano. muncul beberapa pembr , Pemuda, Jawa Bode, Abadi,
edelan terhadap beberapa majalah yang dinilai berbah dan Kantor Berita Antara INPS
aya, tidak kurang dari 13 pnerbitan pers di Jakarta terk serta Aneta
ena pembredelan (September 1957)

Pada bulan April 1958, Pemerintah melarang semua Koran-koran berbahasa China. Di Medan,
Koran-koran yang ditutup adalah The Sumatra Times, New China Times, Sumatra Bin Poh,
Hwa Choa Jit Poh, dan Democratic Daily News. Di Ujung Pandang, terdapat empat surat kab
10% Chiao Seng Phao, Daily Chronicle dan Daily Telegraph. Puncaknya ialah
ar : Kuo Min-Tang,
keluarnya Dekrit Presiden oleh Presiden Soekarno.

Disusun oleh kelompok 4 SPI A 2017


Pers Sebagai Organ Partai
Secara ekonomi organ pers pribumi mengalami kelesuan dalam keuangan terutama dibandi
ngkan dengan organ pers Belanda atau China yang didukung oleh capital besar, sebaliknya
Pers pribumi tidak mengalami kapital yang besar. Pers Pribumi yang dapat bertahan ialah
pers yang tercatat sebagai organ Partai seperti Harian Pedoman, Abadi, yang nota bene a
dalah harian milik partai politik.
Menurut catatan tahun 1954, di Jakarta tercatat sebanyak 27 surat kabar dengan jumlah
oplah hampir 50% dari jumlah oplah untuk seluruh Indonesia. Koran-koran yang mencat
at oplah besar umumnya merupakan organ atau pendukung partai, Harian Rakyat (PKI)
55.000 eksemplar, Pedoman (PSI) 48.000 eksemplar, Suluh Indonesia 40.000 eksemp
lar, dan Abadi (Masyumi) 34.000 Eksemplar

Pada masa ini Pers digunakan oleh Partai Politik terutama sebagai sebuah alat propaga
nda politik terutama menjelang Pemilu 1955, oplah dan penerbitan surat kabar mengala
mi peningkatan yang demikian pesat, dibandingkan periode sebelumnya. hal ini disebab
kan para politikus menggunakan Pers sebagai sarana untuk menarik perhatian umum d
an dukungan Umum.

Disusun oleh kelompok 4 SPI A 2017


Pers Era Demokrasi Liberal
Dari tahun 1945 hingga 1959
Pers Era Demokrasi Liberal
Dari tahun 1945 hingga 1959
Indonesia
Raya Masa
Pertama
Indonesia Raya Masa Pertama
Indonesia Raya terbit sebagai surat kabar di Jakarta pertama kali pada 29 Dese
mber 1949 atau dua hari setelah persitiwa penandatangan kedaulattan Republik
Indonesia oleh Belada tanggal 27 Desember 1949.

Pemimpin redakasi yang pertama dijabat oleh Hiswara Darma Putra bersama
dengan Mochtar Lubis, yang saat itu masih bekerja di kantor berita Antara
sebagai redaktur Hubungan Luar Negeri sampai 8 bulan Indonesia Raya terbit.
Pemimpin umum dijabat oleh Juli Effendi bersama Hiswara.

Nama Indonesia Raya sendiri berasal dari saran Tengku Sjahril ketika bertanda
ng ke rumah Mochtar Lubis, tetangganya pada saat surat kabar ini hendak diterb
itkan “Daripada susah-susah , ambil saja nama lagu kebangsaan kita,” kata Sjah
ril.

Pada tahun-tahun pertamanya,Indonesia Raya banyak menyajikan berita-berita


politik, baru kemudian dalam perkembangannya, sejak Agustus 1950, berita-beri
ta budaya diarahkan kepada kehidupan di bidang politik, ekonomi, dan sosial.

Disusun oleh kelompok 4 SPI A 2017


Indonesia Raya Masa Pertama

Kehadiran surat kabar Indonesia Raya tidak lepas kaitannya


dengan kelompok militer saat itu terutama para tentara dari div
isi Siliwangi yang berupaya menghadapi kekuatan-kekuatan
Belanda yang kehadirannya masih kuat.
Misalnya, ide kelahiran Indonesia Raya datang dari sejumlah
tentara dari divisi tersebut untuk membangkitkan semangat re
publik bagi rakyat dan juga tentara, terutama upaya untuk men
gisi kekosongan setelah alih kekuasaan dilaksanakan

Disusun oleh kelompok 4 SPI A 2017


Indonesia Raya Masa Pertama
Surat Harian Umum
Kabar pikiran
Rakyat
Surat Kabar Pikiran Rakyat
Membahas sejarah kelahiran dan pertumbuhan surat kabar Pikiran Rakyat di Bandung akan
menemukan fenomena menarik karena dua hal.

Pertama, surat kabar Pikiran Rakyat yang pertama kali terbit pada tanggal 30 Mei 1950 di
Bandung ternyata berbeda dengan surat kabar yang sekarang dikenal dan mulai terbit tang
gal 24 Maret 1966.
Kedua, karena perbedaan yang pertama itu maka berbeda pula visi dan jati diri dari surat ka
bar Pikiran Rakyat di Bandung itu pada periode 1951-1965 dan 1966-sekarang.

Jika Pikiran Rakyat fase pertama merupakan produk dari zaman Demokrasi Liberal (tahun
1950-an) dan zaman Orde Lama (tahun 1960-an), maka Pikiran Rakyat fase kedua sejak ke
lahirannya merupakan pers yang menyuarakan cita-cita politik Orde Baru. Karena visi dan
jati dirinya berubah maka Pikiran Rakyat fase kedua pun harus dipegang dan dikendalikan
oleh tokoh pers yang sejalan dengan cita-cita politik Orde Baru. Dalam hal ini maka posisi
Pemimpin Umum dan Redaksi Pikiran Rakyat fase kedua itu kemudian dipegang oleh Sakti
Alamsyah Siregar (1966-1983).

Disusun oleh kelompok 4 SPI A 2017


Surat Harian Umum Kabar Pikiran Rakyat
Pers Era
Demokrasi
Terpimpin
Pers Era Demokrasi Terpimpin
Dari tahun 1959 hingga 1966

Bercirikan:

Pers berfungsi sebagai alat penggerak aksi massa dalam memberikan informasi dan
mendorong masyarakat agar mau mendukung pelaksanaan manipol dalam setiap keb
ijakan pemerintah.

Pada tanggal 12 Oktober 1960, dalam kapasitasnya sebagai Penguasa Perang Tertin
ggi (Peperti), Soekarno mengeluarkan dekrit bahwa setiap penerbitan pers harus men
daftarkan diri terlebih dahulu untuk mendapatkan SIT (Surat Ijin Terbit), Surat Izin Cet
ak (SIC), yang dikeluarkan oleh Pelaksana Khusus (Laksus) Komanda Operasi Penuli
san Keamanan dan ketertiban Derah (Kopkamtibda).

Akibatnya, pers Indonesia merasa berada dalam pengepungan manipol Soekarno.


Wartawan Indonesia kala itu menamakan sistem pers demokrasi terpimpin sebagai
pers manipol.Setelah harian Indonesia Raya dilarang terbit pada tahun 1961, Mochtar
Lubis, sang editor dipenjara di Madiun bersama PM Sutan Sjahrir, Mohammad Roem,
Anak Agung Gde Agung, Sultan Hamid, dan Soebadio Sastrosatomo.

Disusun oleh kelompok 4 SPI A 2017


Pers Era Demokrasi Terpimpin
Dari tahun 1959 hingga 1966

Soekarno kemudian menempatkan percetakan swasta di bawah pengawasan pemerint


ah berdasarkan Peraturan Administrasi Militer Tertinggi. seiring dengan semakin mening
katnya pengaruh PKI di pemerintahan. Kondisi ini kemudian sampai pada taraf kritis kar
45 % diterbitkan bersifat pro-komunis.
ena lebih dari separuh berita yang

Surat kabar milik PKI, yaitu harian Rakyat, tirasnya meningkat menjadi 75.000 ekse
mplar pada tahun 1964 dan terus meningkat menjadi 85.000 eksemplar pada tahun
1965. Hal ini kemudian mendorong para wartawan dari 10 surat kabar yang tergabu
ng dalam BPS (Barisan Pendukung Soekarno) gigih menentang PKI.

Pada tanggal 28 Juli 1965, harian Kompas terbit pertama kali. Surat kabar Indonesia me
ngalami peningkatan oplah, dari yang awalnya hanya berjumlah 692.500 eksemplar pada
tahun 1961, empat tahun kemudian, pada tahun 1965,surat kabar di Indonesia berjumlah
114 dengan oplah 1.469.350 eksemplar. Pada masa ini pula, muncul saluran televisi
Indonesia yang pertama, yaitu TVRI yang awalnya digunakan untuk menyiarkan tayanga
n Asian Games IV. Namun, setelah menayangkan acara tersebut, TVRI belum dapat men
10% karena tidak adanya studio khusus dan keterlambatan persediaan
eruskan siarannya,
film.

Disusun oleh kelompok 4 SPI A 2017


Langkah-langkah Menciptakan Pers Manipol Menuju
Pers Sosialis

01 Mendirikan kantor berita nasional yang kuat dan lengkap

Membantu organisasi penerbitan pers menyelenggarakan se


02 minar-seminar pers.

03 Mengadakan pendidikan dan latihan bagi para pelaksana pers

04 Membantu penyedian kertas Koran

Membangun pabrik-pabrik kertas agar impor kertas Koran tidak


05 diperlukan lagi
Etika Pers Orde
Lama
Etika Pers Orde Lama
Dari Tahun 1945 hingga 1966

Antara lain:

Standar moral atau code of condu


01 ct yang berlaku spesifik untuk prof 02 Melalui teori normatif sebagai pera
ngkat yang menganalisis pola hub
esi jurnalis belum terbentuk. Para j ungan antar institusi, kita dapat me
urnalis mengalami pergolakan bati lihat bahwa pola hubungan negara
n yang cukup hebat.
dengan media massa di Indonesia
Di satu sisi mereka ingin karya jurn
pada masa orde lama bersifat otori
alistiknya diterbitkan sesuai idealis
me mereka namun di sisi lain, den ter, dimana etika komunikasi ditent
gan adanya SIT yang mengontrol i ukan dan tunduk pada pemerintah.
si materi jurnalistik, jurnalis tidak la
gi leluasa menjalankan kebebasan
berpendapat mereka atau mengun
gkapkan kebenaran sesungguhny
a kepada publik.
Etika Pers Orde Lama
Dari Tahun 1945 hingga 1966

Antara lain:

03 Nilai sosial yang terinternalisasi 04 Berdasarkan nilai filsafat, yang mu


dalam diri jurnalis sebagai bagia ncul dari kesadaran intelektual dan
n dari etika komunikasi muncul pendidikan karakter, jurnalis dapat
dari nilai-nilai dalam komunitasn memilih prinsip hidupnya untuk pat
ya. Nilai-nilai sosial yang muncul uh pada kekangan pemerintah ata
pada masa itu bisa jadi merupak u menolak otoritas pemerintah ters
an rasa takut pada pemerintah. ebut
Terutama karena adanya ancam
an kehilangan pekerjaan dan dip
enjara bagi para jurnalis
Pemberangusan
Koran-Koran
Pemberangusan Koran-Koran

Pers Indonesia sejak pengakuan kedaulatan mulai menghadapi penuntut


an hukum karena kasus-kasus delik. Dalam tiga tahun pertama periode
ini tercatat tidak kurang dari 11 perkara delik, yang terbagi dalam lima
jenis:

1. Delik terhadap kepala negara/wakil kepala negara


2. Delik terhdap pemerintah
3. Delik terhadap alat negara
4. Delik terhadap pegawai negeri dalam melakukan tugas,
5. Delik terhadap kepala negara dan wakil kepala negara sahabat.

Disusun oleh kelompok 4 SPI A 2017


TERIMAKASIH
#Hidupmahasiswa
#Mahasiswamenggugat
Have a Nice Day 

Anda mungkin juga menyukai