MASA
ORDE LAMA
Dari Tahun 1945 hingga 1965
Bercirikan:
Seiring dengan kembalinya bentuk negara dari negara federal menjadi negara kesatu
an, maka dimulailah pada masa ini sistem Demokrasi Liberal di Indonesia. Demokrasi
Liberal ini merupakan suatu masa dimana Pers di Indonesia mengalami masa kebeba
san yang begitu besar.
setiap orang asalkan memiliki modal dapat memiliki sebuah surat kabar, sehingga ia
bisa memiliki kebebasan untuk mengeluarkan pendapatnya, tanpa harus terlebih
dahulu mengurus perizinan.
Keberadaan pers pada masa ini dilandasi oleh konstitusi Indonesia Serikat dan UUDS
.Dalam konstitusi RIS pasal 19 disebutkan “setiap orang berhak atas kebebasan
mempunyai dan mengeluarkan pendapat tanpa harus terlebih dahulu mengurus perizi
nan.”
Pada masa Demokasi Liberal ini Koran-koran sangat banyak bermunculan mulai dari surat kabar
Belanda, seperti Java Bode, de Locomotief, Algemeen Indisch Dagblad de Preanger Bode,
Nieuwgier dan Nieuwe Courant.
45%
Namun setelah Pemberontakan PRRI dan Permesta, Harian Rakyat, Pedoman, Indo
nesia Raya, Bintang Timur,
serta kegagalan Konstituante merancang UUD baru,
Keng Po, Djiwa Baru, Merdeka
dan dekrit Presiden Soekano. muncul beberapa pembr , Pemuda, Jawa Bode, Abadi,
edelan terhadap beberapa majalah yang dinilai berbah dan Kantor Berita Antara INPS
aya, tidak kurang dari 13 pnerbitan pers di Jakarta terk serta Aneta
ena pembredelan (September 1957)
Pada bulan April 1958, Pemerintah melarang semua Koran-koran berbahasa China. Di Medan,
Koran-koran yang ditutup adalah The Sumatra Times, New China Times, Sumatra Bin Poh,
Hwa Choa Jit Poh, dan Democratic Daily News. Di Ujung Pandang, terdapat empat surat kab
10% Chiao Seng Phao, Daily Chronicle dan Daily Telegraph. Puncaknya ialah
ar : Kuo Min-Tang,
keluarnya Dekrit Presiden oleh Presiden Soekarno.
Pada masa ini Pers digunakan oleh Partai Politik terutama sebagai sebuah alat propaga
nda politik terutama menjelang Pemilu 1955, oplah dan penerbitan surat kabar mengala
mi peningkatan yang demikian pesat, dibandingkan periode sebelumnya. hal ini disebab
kan para politikus menggunakan Pers sebagai sarana untuk menarik perhatian umum d
an dukungan Umum.
Pemimpin redakasi yang pertama dijabat oleh Hiswara Darma Putra bersama
dengan Mochtar Lubis, yang saat itu masih bekerja di kantor berita Antara
sebagai redaktur Hubungan Luar Negeri sampai 8 bulan Indonesia Raya terbit.
Pemimpin umum dijabat oleh Juli Effendi bersama Hiswara.
Nama Indonesia Raya sendiri berasal dari saran Tengku Sjahril ketika bertanda
ng ke rumah Mochtar Lubis, tetangganya pada saat surat kabar ini hendak diterb
itkan “Daripada susah-susah , ambil saja nama lagu kebangsaan kita,” kata Sjah
ril.
Pertama, surat kabar Pikiran Rakyat yang pertama kali terbit pada tanggal 30 Mei 1950 di
Bandung ternyata berbeda dengan surat kabar yang sekarang dikenal dan mulai terbit tang
gal 24 Maret 1966.
Kedua, karena perbedaan yang pertama itu maka berbeda pula visi dan jati diri dari surat ka
bar Pikiran Rakyat di Bandung itu pada periode 1951-1965 dan 1966-sekarang.
Jika Pikiran Rakyat fase pertama merupakan produk dari zaman Demokrasi Liberal (tahun
1950-an) dan zaman Orde Lama (tahun 1960-an), maka Pikiran Rakyat fase kedua sejak ke
lahirannya merupakan pers yang menyuarakan cita-cita politik Orde Baru. Karena visi dan
jati dirinya berubah maka Pikiran Rakyat fase kedua pun harus dipegang dan dikendalikan
oleh tokoh pers yang sejalan dengan cita-cita politik Orde Baru. Dalam hal ini maka posisi
Pemimpin Umum dan Redaksi Pikiran Rakyat fase kedua itu kemudian dipegang oleh Sakti
Alamsyah Siregar (1966-1983).
Bercirikan:
Pers berfungsi sebagai alat penggerak aksi massa dalam memberikan informasi dan
mendorong masyarakat agar mau mendukung pelaksanaan manipol dalam setiap keb
ijakan pemerintah.
Pada tanggal 12 Oktober 1960, dalam kapasitasnya sebagai Penguasa Perang Tertin
ggi (Peperti), Soekarno mengeluarkan dekrit bahwa setiap penerbitan pers harus men
daftarkan diri terlebih dahulu untuk mendapatkan SIT (Surat Ijin Terbit), Surat Izin Cet
ak (SIC), yang dikeluarkan oleh Pelaksana Khusus (Laksus) Komanda Operasi Penuli
san Keamanan dan ketertiban Derah (Kopkamtibda).
Surat kabar milik PKI, yaitu harian Rakyat, tirasnya meningkat menjadi 75.000 ekse
mplar pada tahun 1964 dan terus meningkat menjadi 85.000 eksemplar pada tahun
1965. Hal ini kemudian mendorong para wartawan dari 10 surat kabar yang tergabu
ng dalam BPS (Barisan Pendukung Soekarno) gigih menentang PKI.
Pada tanggal 28 Juli 1965, harian Kompas terbit pertama kali. Surat kabar Indonesia me
ngalami peningkatan oplah, dari yang awalnya hanya berjumlah 692.500 eksemplar pada
tahun 1961, empat tahun kemudian, pada tahun 1965,surat kabar di Indonesia berjumlah
114 dengan oplah 1.469.350 eksemplar. Pada masa ini pula, muncul saluran televisi
Indonesia yang pertama, yaitu TVRI yang awalnya digunakan untuk menyiarkan tayanga
n Asian Games IV. Namun, setelah menayangkan acara tersebut, TVRI belum dapat men
10% karena tidak adanya studio khusus dan keterlambatan persediaan
eruskan siarannya,
film.
Antara lain:
Antara lain: