Anda di halaman 1dari 7

POLA KEBERISLAMAN

GENERASI X DALAM ARUS


MEDIA SOSIAL
Alfa Dini Savitri
NIM 2220120003

Dosen Pengampu:
Dr. Ajid Thohir, M.Ag, CIHCS.
Dr. Dadan Rusmana, M.Ag
Arus informasi dalam era revolusi industri 4.0 membuat internet menjadi salah
satu media informasi yang memudahkan masyarakat memenuhi kebutuhan informasi

Latar Belakang
sehari-hari, media sosial kemudian menjadi alat yang mempengaruhi opini public, tidak
berhenti disitu saja media sosial juga memiliki daya tarik besar di kalangan generasi X
dalam menambah wawasan keagamaan. Perbedaan usia atau generasi menimbulkan
perbedaan pola, corak, karakteristik dalam pemanfaatan media sosial pada aspek
keagamaan, hal yang paling nampak dari generasi X (1930-1980) adalah dalam aspek
penguasaan informasi teknologi.
Religiusitas seseorang dipengaruhi tidak hanya oleh ajaran agama dan nilai-
nilai dogmatis, tetapi juga oleh pengalaman mereka dalam praktik keagamaan di
lingkungan sosial politik masyarakat. Salah satunya adalah pengaruh pembiasaan
media sosial yang terbukti secara langsung mengubah preferensi pemahaman agama
baik dalam keluarga maupun kehidupan sosial dan politik, termasuk ketundukan dalam
beribadah.
Pendekatan
Postmodernisme
Postmodernisme beranggapan bahwa semua wacana hanyalah
"language game" sehingga kebenaran atau obyektivitas (realitas)
tidak berada di dalamnya. Posmodernisme lebih memfokuskan
pada dunia manusia sebagai subjek sejarah memunculkan
kembali yang diabaikan kalangan strukturalisme. Sejarah yang
diungkap tidak lagi berpusat pada sejarah makro seperti
peralihan pemerintahan, politik, penjajahan kolonial, tokoh-tokoh
besar, atau peristiwa monumental. Namun lebih
membidik pada sejarah mikro seperti seksualitas, produk
masakan, pernikahan, penjara, pelacuran, pemikiran, filsafat,
4 dalam penelitian
sastra, seni, dan lainnya. Postmodernisme
sejarah telah memberikan semangat humanisme sehingga
subjek sejarah tetap berpusat pada manusia, bukan pada
struktur di luar manusia.
Pembahasan
Pembahasan keberagamaan di
Indonesia sendiri terbagi kedalam
beberapa aspek diantaranya,
pertama aspek kehidupan keluarga
arah konteks pembahasannya
menitik beratka pada bagaimana
posisi dan peran dari kepala
keluarga? Kedua, Islam dalam
dalam kehidupan sosial yang
konteksnya mengarah pada polemik
pergaulan dan perkawinan beda
agama. Ketiga, Islam dan politik
yang berfokus pada konteks
penerapan Islam dalam kehidupan
sehari hari dan konsep
kepemimpinan yang ideal.
Untuk menguji kontribusi penggunaan
media online terhadap perubahan perilaku
keagamaan, penelitian ini mengkaji
Kontribusi Media
Lingkungan sosial, akses ke televisi,
program televisi yang ditonton dan sikap Online terhadap
terhadap isu-isu ketimpangan sosial.
Perilaku
Pertama, tingkat pemahaman Muslim keluarga Muslim Keagamaan
dipengaruhi oleh lima variabel: tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, durasi aktivitas online dan frekuensi
penggunaan aplikasi online, nasionalisme, kebiasaan
keagamaan, dan sikap terhadap masalah.

Kedua, perbedaan lama waktu online, jumlah aplikasi online


yang digunakan, dan tingkat pendidikan membuat dampak
preferensi agama lebih negatif atau agak simpatik daripada
opsi respons 'setuju' atau 'konservatif'.
Ketiga, nasionalisme yang sebelumnya dianggap mampu mengubah pola
keagamaan menjadi lebih moderat, tidak diperlihatkan dalam survei
tersebut. Di Indonesia, identitas sebagai seorang muslim yang taat
dikaitkan dengan atau tidak dapat dipisahkan dari identitas sebagai warga
negara dan/atau negara. Dengan kata lain, bagi warga negara Indonesia,
identitas keagamaan merupakan bagian dari nasionalisme itu sendiri.

Thank you!

Anda mungkin juga menyukai