Anda di halaman 1dari 10

NABI SULAIMAN SEBAGAI SOSOK HAKIM DALAM AL-

QUR’AN (ANALISIS QS. AL-ANBIYA AYAT 78 & 79)

Karya tulis ditunjukan untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Sejarah dalam Al-Qur’an dan Hadits (Sejarah Profetik)
Doden Pengampu : Prof. Dr. Nurwadjah, E,Q., M.A
Dr. Asep Supianudin, M.Ag

Oleh:
Irma Yanti
2220120009

SEJARAH PERADABAN ISLAM


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
1444 H. / 2022 M.
NABI SULAIMAN SEBAGAI SOSOK HAKIM DALAM AL-QUR’AN
(ANALISIS QS. AL-ANBIYA AYAT 78 & 79)

Irma Yanti
Irmayanti0200@gmail.com

ABSTRAK
Tulisan ini membahas tentang Analisis QS. Al-Anbiya ayat 78 & 79 mengenai sosok Nabi Sulaiman
as. Sebagai seorang hakim yang adil dan bijaksana. Penelitian ini digolongkan kedalam penelitian
kepustakaan atau Library research, menggunakan metode kualitatif. Sedangkan dalam proses analisis
penulis menggunakan analisis isi atau Content analysis. Dan penelitian ini menemukan setidaknya
terdapat empat ibrah dalam kisah Nabi Sulaiman as. Sebagai seorang hakim. yaitu: memiliki sifat
Tawadhu, adil, bijaksana dan cerdas yang dapat kiita ambil Hikmah, Ibrah dan untuk dijadikan contoh
di masa kini.
Kata Kunci: Kepemimpinan Nabi Daud, Kisah Nabi Daud, Pemimpin

PENDAHULUAN
Salah satu tujuan Allah menyampaikan kisah adalah agar manusia mau berfikir
dan mengambil Ibrah. Kisah dalam al-Qur’an bukanlah suatu cerita yang hanya
bernilai sastra yang sangat tinggi saja, tetapi juga merupkan salah satu media untuk
mewujudkan tujuannya, sedangkan tujuan pokok dari kisah al-Qur’an adalah
pencapaian Hidayah Allah bagi manusia, agar manusia mau belajar dari kisah tersebut
dan mendapat hidayah dari Allah.1
Untuk memehami dan mengambil hikmah dan nasehat yang terkandung
didalam al-Qur’an, Allah SWT memerintahkan manusia agar senantiasa mentadaburi
atau merenungkan setiap ayat yang ada di dalam al-Qur’an, sebagaimana Allah
berfirman: “Kitab al-Qur’an yang kami turunkan kepadamu penuh berkah agar
mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat
pelajaran”.2 Bahkan Ali bin Abi Thalib r.a sangat menganjurkan agar kita mentadaburi
dan merenungkan makna yang ada dalam al-Qur’an, karena menurutnya al-Qur’an
merupakan pemberi nasehat yang tidak akan memperdaya dan petunjuk yang tidak
akan menyesatkan, sehingga akan menambah hidayah dan mengurangi kebutaan ilmu
bagi orang yang memahami kandungannya.3

1
Mustafa al-Baghdadi dan Mahyudin Mustawa, al-wadheh fi ‘ulum al-Qur’an cet II (Damaskus: dar Ulumul
Insaniyah, 1998) hal. 186
2
Al-Qur’an surat Shad ayat 29
3
Ayatullah Muhammad Baqir Haqim, Ulumul Qur’an (Jakarta: Al-Huda, 2012) hlm.13
Banyak hal yang diungkapkan oeleh al-Qur’an untuk kita renungi baik itu
mengenai hokum, kiah ataupun yang lainnya. Dalam al-qur’an banyak terdapat kisah,
bila sebuah nasihat dituangkan dalam bentuk kisah yang menggambarkan suatu
peristiwa yang terjadi dalam kehidupan, maka akan dapat meraih apa yang di tuju.
Orangpun tidak akan bosan mendengarkan dan memperhatikannya., ia akan merasa
rindu dan ingin tau apa yang dikandungnya.4
Kisah-kisah para Nabi dalam al-Qura’an menggambarkan parade iman di
jalannya yang lurus membentang, menampilkan kisah dakwah kepada agama Allah
dan tanggapan manusia terhadapnya dari generasi ke generasi. Sebagaimana juga
menaampilkan tabiat iman dalam jiwa orang-orang pilihan dan menampilkan tabiat-
tabiat orang yang menggambarkan hubungan dengan Tuhan yang telang
mengistimewakan mereka dengan karunia yang besar ini. Kisah-kisah ini juga
mengungkapkan kisah tasawwur ‘pola pikir’imani dan membedakannya di dalam
perasaan dari semua pola piker lainnya. Karena itu kisah-kisah dalam al-Qur’an
adalah bagian-bagian dari kitab dakwah ini.5
Salah satu kisah yang dapat dijadikan sebuah kajian aktual dalam memotret dan
mengoparasikan dengan kondisi hukum dan permasalahan yang dihadapi masyarakat
saat ini adalah kisah Nabi Sulaiman as. Sebagai seorang hakim yang diungkapkan
dalam QS. Al-Anbiya ayat 78 dan 79.

METODOLOGI
Penelitian yang dilakukan penulis ini tergolong sebagai penelitian kepustakaan
atau Library research dengan objek kajiannya adalah Kisah Nabi Sulaiman as. Dalam
QS. Al-Anbiya ayat 78 dan 79. Dan Teknik pengumpulan data untuk menyelesaikan
penelitian ini adalah dengan menelusuri data-data atau bahan-bahan yang diperlukan
yang berasal dari perpustakaan berupa literatur buku, ensiklopedi, jurnal, dokumen
dan lain sebagainya.6 Penulis menggunakan metode kualitatif dalam proses penelitian
ini. Sedang dalam proses analisis data penulis meggunakan teknis analisis isi atau
Content analysis yang digunakan dalam sebuah penelitian yang bersifat pembahasan
mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis dalam kajian ini adalah al-Qur’an. 7

HASIL DAN PEMBAHASAN


4
Manna Al-Qattan, pengantar studi ilmu Al-Qu’an. Ter. Annur Rafiq El-Mazni, (JakartaP Pustakaal-Kautsar,
2006) hlm.386
5
Sayyid Qurub, fi Zihal al-Qur’an, terj.As’ad Yasin , dkk,(Jakarta,: Gema insani, 2021) https://jurnal.ar-
raniry.ac.id./index.php.tafse
6
Nursapia Harahap, Penelitian kepustakaan, (Jurnal iqra’, Vol.8, No.1, 2014) hal.68
7
Seto mulyadi, Heru basuki, Metode penelitian Kualitatif Mix Method (depok: Raja Grafindo, 2020) hlm.274
Surah al-Anbiya adalah surat ke 21 dalam al-Quran yang terdiri atas 112 ayat.
Dan termasuk kedalam surat Makkiyah. Nama al-Anbiya digunakan karena surat ini
mengutarakan kisah beberapa Nabi. Pemula surat al-Anbiya menegaskan bahwa
manusia lalai dalam menghadapi hari berhisab, kemudian berhubung adanya
pengingkaran kau musyrik Makkah terhadap wahyu yang dibawa Nabi Muhammad
Saw. Maka di tegaskan Allah, kendatipun nabi-nabi itu manusia biasa akan tetapi
masing-masing mereka adalah manusia yang membawa wahyu yang pokok ajarannya
adalah tauhid, ada keharusan bahwa manusia harus menyembah Allah Tuhan
penciptanya.
Salah satu Nabi yang diungkapkan dalam Surat Al-Anbiya adalah Nabi
Sulaiman as. Nabi Sulaiman a.s adalah salah seorang raja bani israil dimasa dahulu
kala. menurut perhitungan ahli kisah atau sejarah, ia berkuasa atau menjadi raja di
tanah kan’an selama 40 tahun. Ketika beliau berusia 54 tahun. 8 Beliau diangkat
menjadi raja pada usia remaja, setelah raja Daud, ayahnya wafat. Ia disebut dalam
tradisi dan kitab suci umat yahudi dan Kristen sebagai raja yang peling besar di antara
semua raja yang muncul di kalangan Bani Israil. Pada masa kepemerintahannya,
kerajaan israi yang sudah kuat di masa ayahnya, Daud, semakin disempurnakan dan
mencapai puncak kejayaannya. Raja-raja kecil yang ada disekitar kan’an atau yang
berada di Kawasan antara sungai Efrat dan Irak dengan batas timur Negri Mesir
mengakui kekuasaannya dan memberikan upeti kepada kerajaan. Bahkan ratu Negri
Saba yang agak jaud di Yaman mengakui kekuasaanya. Bersamaan dengan itu
kebijaksanaan pribadinya, baik sebagai hamba Tuhan maupun sebagai Raja, dan juga
dikalangan bangsa lain yang berada dalam kekuasaanya, berada dalam suasana aman
dan damai. Perdagangan antara kerajaan dengan kerajaan lain menjadi berkembang
maju dan memberikan kekayaan dan kesejeahteraan yang tinggi kepada Bani Israil,
belum pernah mereka peroleh kekayaan dan kemuliaan seperti yang mereka peroleh
pada masa pemerintahan Nabi Sulaiman.9
A. Kisah Nabi Sulaiman as. Sebagai Hakim dalam Qs. Al-Anbiya ayat 78 &79
Nama lengkap Nabi Sulaiman adalah Sulaiman bin Daud bin Zakariyya bin
Beswi. Beliau berasal dari keturunan Yahude bin Ya’qub as. Ada yang
menyebutnya bahwa nama lengkapnya adalah Sulaiman bin Daud bin Isai bin Abir
bin Salmon.10
Dari segi fisik, diceritakan bahwa Nabi Sulaiman mempunyai postur tubuh
tinggi, berkulit putih, tampan, berambut lebat, dan bertubuh tegap.11
Dalam Al-Qur’an nama kisah nabi sulaiman di kisahkan dalam berbaga kondisi
dalam beberapa surat:
 Keutamaan Nabi Sulaiman terdapt dalam surat: al-An’am: 84, An-Naml:15-19,
21, dan 36. Sad:30, 39 dan 40
8
Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia, (cet.2, Jakarta: Djambatan, 2002), hal.1065
9
Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia, (cet.2, Jakarta: Djambatan, 2002), hal.1068
10
Hilmi ‘Ali Sya’ban, Sulaiman ‘Alahi as-Salam, Terj, Fathoorahman (cet.IV, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
2011) hal.1-2
11
Al-Nuairi, op.cit, hal 72
 Kerajaan Nabi Sulaiman: Al-Anbiya: 81 dan 82, An-Naml: 16-18, 20-23, 56-
39, dan 44, Saba’: 12 dan 13, Sad: 31-38
 Dakwah Nabi Sulaiman: An-Nisa: 163, dan An-Naml: 25, 31, 44.
 Nabi Sulaiman sebagai hakim: Al-Anbiya: 78 dan 79
 Nabi Sulaiman di Fitnah: Sad: 32-34
 Kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis: An-Naml: 28-31, dan 34-44
 Kerajaan Saba’: An-Naml: 27 dan Sad: 15 dan 18
 Wafat Nabi Sulaiman: Saba’: 14

Sejak kecil Nabi Sulaiman menunjukan kesalehan dan ketekunan beribadah


kepada Allah Swt. Sehingga kehadirannya ditengah-tengah keluarga merupakan
karunia Ilahi dan anugrah dari langit bagi ayahnya, Daud as. “kepada Daud kami
karuniakan (Anak Bernama) Sulaiman, dia adalah sebaik-baik Hamba. Sungguh
diasangat taat”.12 Selain hamba yang taat dan taqwa, Nabi Sulaiman juga seorang
yang cerdas dan bijaksana dalam mengambil keputusan. Sifatnya ini tidak lepas
dari upaya Nabi Daud as yang menginginkan agar anaknya tumbuh menjadi
seorang raja yang cerdas dan bijaksana.
Kisah kecerdasan Nabi Sulaiman dalam memberikan keputusan diceritakan
dalam al-Qur’an surah al-Anbiya ayat 78 & 79. Adapun kronologis kisah tersebut
dijelaskan oleh M. Quraish Shihab dalam kitabnya Tafsir al-Misbah, sebagai
berikut:
Dan ingat serta ingatkan juga tentang kisah Daud, Nabi dan Raja Bani Israil,
serta putranya Sulaiman, yaitu sewaktu keduanya menetapkan keputusan mengenai
tanaman yakni ketika tanaman itu dirusak pada waktu malam oleh sekawanan
kambing tanpa penggembalanya. Kambing-kambing itu kepunyaan sekelompok
penduduk negri itu. Dan adalah kami terhadap keputusan mereka, yakni Daud dan
Sulaiman, Maha Menyaksikan serta maha mengetahui hukum yang tepat. Maka,
kami telah memahamkannya,yakni memberikan pemahaman yang mantap, kepada
sulaiman tentang hokum yang lebih tepat sehingga ijtihadnya lebih benar, kendati
itu bukan berarti bahwa nabi daud tidak memperoleh ganjaran karena yang
kelirupun dalam berijtihad memperoleh pelajaran, dan memang kepada masing-
masing mereka, yakni Nabi Daud dan Nabi Sulaiman, telah kami berikan
kemampuan menetapkan hokum atau telah kami berikan hikmah dan kenabian
serta menganugrahkan juga ilmu yang bermanfaat.13
Apa yang terjadi dalam kasusu tersebut sama sekalitidak mengurangi
kemuliaan Nabi Daud as, ini dibuktikan oleh lanjutan ayat 79 yang menyatakan
bahwa: dan disamping anugrah diatas, secara khusus kami telah tundukan khusus
untuk Daud gunung-gunung dan, yakni begitu juga burung-burung, mereka semua
secara terus menerus bertasbih mensucikan Allah bersama Daud dan mengulang-
ulangi tasbihnya. Dan kami adakah pelaku-pelaku, yakni kami dengan kuasa kami
12
Al-Qur’an Surah Shad Ayat 30
13
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, pesan, kesan, dan keserasian dalam al-Quran (Tangrang: lentera hati,
2017) Vol.11 hal.94-95
yang tidak terkalahkan yang meanugrahkan keistimewaan itu kepada Daud as.
Secara khusus dan disamping itu, kami telah mengajarkan kepadanya tentang
pembuatan perisai, yakni baju dari bahan besi, untuk kepentingan kamu, wahai
manusia, guna memelihara kamu dalam peperangan kamu menghadapi musuhmu,
maka apakah kamu, yaqin jadilah kamu, orang-orang yang bersyukur secara
mantap.
Diriwayatkan bahwa dua orang laki-laki datang menemui Nabi Daud, salah
satu dari mereka pemilik kebun anggur yang bercerita bahwa kebunnya telah
dimasuki oleh sekawanan kambing milik seseorang pada malam hari, dan membuat
kebun anggurnya hancur, ia kemudian mengadukannya pada Raja Daud untuk
meminta keadilan, kemudian Nabi Daud memutuskan agar kambing-kambing itu
diserahkan kepada pemilik kebun anggur, kemudian mereka kembali dan bertemu
dengan Nabi Sulaiman yang menanyakan hasil putusannya, mendengar keputusan
Nabi Daud Nabi Sulaiman berkata: “seandainya saya diberi tugas memutuskan
perkala kalian, aku akan memberi putusan perkara yang lain”, hal itupun terdengar
sampai ke Nabi Daud, kenudian Nabi daud memanggil Nabi Suliman Untuk
memberikan usulan putusannya, mendengar hal itu kemudian Nabi Sulaiman
memberikan saran agar kebun anggur itu diserahkan kepada pemilik kambing, agar
ia mengurusnya sampai kebun itu berbuah lagi seperti sebelumnya, dan kambing itu
diserahkan kepada pemilik kebun, dan dia bisa memanfaatkan kambinya. Dan
ketika kebun itu telah kembali berbuah seperti sebelumnya, maka kebun itu
diserahkan kembali kepada pemiliknya begitupun dengan kambingnya. Kemudian
Nabi Daud menyepakatinya.14
Kisah lainnya juga diterangkan oleh imam al-baghawi dalam kitabnya tafsir al-
baghawi: diriwayatkan dari abu hurairah bahwa, sebelumnya ada dua orang wanita
yang masing-masing memiliki seorang anak, kemudian serigala datang dan
memangsa salah satu anak tersebut, kemudian dua orang wanita itu pergi menemui
untuk mengadukannya pada Nabi Daud dengan hanya membawa seorang anak,
kemudian Nabi Daud memutuskan, kemenangan untuk wanita yang tertua
diantaranya, kerana merasa iba. kemudian keduanya kembali dan bertemu dengan
Nabi Sulaiman, kemudian Nabi Sulaiman membantu ayahnya kang sempat
kesulitan memberikan putusan atas kedua ibu tersebut, lalu Nabi Sulaiman
meletakan asang bayi diatas meja lalu mengeluarkan pedang untuk membelah
bayinya menjadi dua agar masing-masing mereka mendapatkan setengah, melihat
hal itu kemudian yang termuda mengatakan bahwa itu adalah bayi milik wanita
tertua, karena dia tidak mau bayinya terbumuh, mendengar hal itu kemudian Nabi
Sulaiman memberiakn bayi itu kepada Wanita termuda.15
Dalam kisah permasalahan di atas, yang terdapat dalam Surah al-Anbiya
mempresentasikan Nabi Sulaiman sebagai sosok hakim yang cerdas, adil juga

14
Imam Jalaluddin as-Suyuti, tafsir al-Qur’an surat al-Anbia ayat 78 & 79 (Tafsir Jalalain, Bairut, Dat al-Kitab
Alamiyah) juz.2 hal.57-58 (maktabah syamilah)
15
Imam al-Baghawi, , tafsir al-Qur’an surat al-Anbia ayat 78 & 79 (tafsir al-Baghawi, Dar Tayibah) juz.5 Hal.334
(maktabah syamilah)
bijaksana, yang memiliki peran untuk memahami dan menemukan solusi atas
problem yang terjadi ditengah-tengah rakyatnya.
a. Konsep Hakim Dalam Islam
Menurut syara’ hakim adalah orang yang diangkat oeleh kepala Negara
untuk menjadi hakim dalam menyelesaikan gugatan, perselisihan-perselisahan
dalam bidang hukun perdata oleh karena penguasa sendiri tidak dapat
menyelesaikan tugas peradilan.16
Goldstein, menerangkan setidaknya ada tiga konsep kedudukan hakim
dalam penegakan hokum (Law enforcement). Pertama, dalam kerangka total
enforcement concept, dimana hakim diharapkan menegakan hakim secara
menyeluruh baik norma maupun norma yang terkandung didalamnya. Hal ini
sulit dilakukan karena dalam menjalankan hokum itu sendiri terdapat kerangka
due process of law sehingga terdapat pembatasan lain seperti penerapan hokum
acara. Kedua, full enforcement concept yaitu terhadapsisi-sisi yang masih grey
area hakim memberikan diskresinya atas berbagai keterbatasan subtansi
hokum, struktur hokum maupun budaya hokum. Ketiga, adalah Actual
enforcement concept.17
b. Analisis QS. Al-Anbiya ayat 78 dan 79
Kisah Nabi Sulaiman yang terdapat dalam surat al-Anbiya ayat 78 &79
merupakan salah satu dari sekian banyak kisah Nabi Sulaiman yang terdapat
dalam al-Qur’an yang tentunya mengandung banyak sekali Hikmah dan
pelajaran yang dapat di ambil. Dari ayat 78 & 79 surat al-Anbiya sendiri jika
kita analisis ada beberapa Ibrah yang dapat kita ambil diantaranya:
1. Bersikap Tawdhu
Salah satu Hikmah dan ibrah yang dapat kita ambil dan contoh dari
kisah Nabi Sulaiman adalah bersikap Tawadhu, atau rendah hati dalam
memberikan saran atau usulan. Dalam konteks ini, Sikapnabi Sulaiman yang
sebelumnya telah diberikan kecerdasan yang lebih dari sang raja, ditak lantas
langsung mengubah putusan sang raja, melainkan mengajukann usulan
putusan setelah raja memintanya. “seandainya saya diberi tugas memutuskan
perkala kalian, aku akan memberi putusan perkara yang lain”, hal itupun
terdengar sampai ke Nabi Daud, kenudian Nabi dau memanggil Nabi
Suliman Untuk memberikan usulan putusannya, Kemudian Nabi Daud
menyepakatinya.
Selain itu kita juga dapat melihat sikap tawadhu Nabi Daud, yang tidak
sungkan dan lapang hati menerima saran dari seseorang yang kedudukannya
dibawahnya.
Sikap tawadhu merupakan ilmu, dan orang yang bertawadhu karena
Allah, maka Allah akan mengangkat derajatnya. Itulah pentingnya tawdhu

16
Muhammad Salam Madkur, Peredilan dalam islam, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 19993) hal.29
17
File: ///G:/bahan%20tesis/A.%20pengertian/I/idepepedensi-hakim-dalam-penegakan-hukum.html, diunduh
4 November 2022 pukul 08.00
dan menghindarkan diri dari sifat tinggi hati karena ilmu itu memerangi
orang yang tinggi hati seperti banjir memerangi tempat yang tinggi.18
2. Bersikap Adil dan Bijaksana
Salah satu Hikmah dan ibrah yang dapat kita ambil dan contoh dari kisah
Nabi Sulaiman adalah bersikap Adil dalam memberi putusan, kebun anggur itu
diserahkan kepada pemilik kambing, agar ia mengurusnya sampai kebun itu
berbuah lagi seperti sebelumnya, dan kambing itu diserahkan kepada pemilik
kebun, dan dia bisa memanfaatkan kambinya. Dan ketika kebun itu telah
kembali berbuah seperti sebelumnya, maka kebun itu diserahkan kembali
kepada pemiliknya begitupun dengan kambingnya. Dan, Nabi Sulaiman
meletakan asang bayi diatas meja lalu mengeluarkan pedang untuk membelah
bayinya menjadi dua agar masing-masing mereka mendapatkan setengah,
melihat hal itu kemudian yang termuda mengatakan bahwa itu adalah bayi
milik wanita tertua, karena dia tidak mau bayinya terbumuh, mendengar hal
itu kemudian Nabi Sulaiman memberiakn bayi itu kepada Wanita
termuda.menurut Abdul Malik Al-Karim Amrullah (Hamka) adail adalah
menimbang yang sama berat, menyalahkan yang salah dan membenarkan yang
benar, mengembalikan hak kepada ynag punya dan jangan berlaku dzalim. 19
3. Pemikiran Cerdas
Hikmah dan ibrah yang dapat kita ambil dan contoh dari kisah Nabi
Sulaiman adalah mempunyai Pemikiran yang Cerdas Nabi Sulaiman meletakan
asang bayi diatas meja lalu mengeluarkan pedang untuk membelah bayinya
menjadi dua agar masing-masing mereka mendapatkan setengah, melihat hal
itu kemudian yang termuda mengatakan bahwa itu adalah bayi milik wanita
tertua, karena dia tidak mau bayinya terbumuh, mendengar hal itu kemudian
Nabi Sulaiman memberiakn bayi itu kepada Wanita termuda. Kecerdasan dan
pemahaman terhadap hokum tidak bergantung kepada usia. Orang yang lebih
muda adakalanya lebih faham dan lebih menguasai masalah disbanding orang
yang lebih sepuh. Begitu pula dengan Abdullah Ibn Umar lebih mampu
menjawab pertanyaan yang diajukan Rasulallah Saw. Disbanding para sahabat
senior.20
kisah ini menunjukan bahwa seorang hakim diperbolehkan menunjukan
suatu perbuatan yang sesunggunya tidak ingin dilakuaknnya, seperti halnya
Nabi Sulaiman yang menggunakan pedang utuk membelah anak utuk dua
wanita yabg sedang beperkara, sejatinya Nabi Sulaiman tidak ingin membelah
anak itu. Hanya saja ia inin menegaskan kebenaran21.
Kesimpulan

18
Imam al-Ghazali, Ringkasan Ihya ‘ulumuddin. Hal.29
19
Abdul Malik Al-Karim Amrullah, Tafsir al-Azhar Juz XIII-XIIV. (Jakarta, pustaka panjimas, 2004) hal.283
20
Dr. Sulaiman al-Asyqar, shahi al-Qashas al-Nabawi, (Oman: Daru Al-Nafa’is, 1997) cet.1 hal.156
21
Dr. Sulaiman al-Asyqar, shahi al-Qashas al-Nabawi, (Oman: Daru Al-Nafa’is, 1997) cet.1 hal.156
Berdasarkan hasil telaah kepustakaan melalui metode Analisis yang telah
penulis lakukan. Penelitian ini menemukan setidaknya ada empat Ibrah yang terdapat
didalam kisah Nabi Sulaiman dan Nabi Daud yang mepersentasikan sebagai seorag
Hakim pada Surah Al-Anbiya ayat 78 & 79. Adapun empat ibrah tersebut dapat
terapkan dimasa kini adalah sebagai berikut: pertama, bahwa seorang hakim tidak
lantas langsung memutuskan kesalahan putusan raja secara sepihak. Kedua, memiliki
sifat tawadhu, bahwa sorang hakim atau pemimpin tidak tidak malu dan segan
menerima saran dari siapapun jika memang untuk kemaslahatan Bersama walaupun
saran itu berasal dari seseorang yg lebuh rendah kedudukannya. Ketiga, bahwasannya
seorang hakim atau pemimpin harus mempunyai sikap adil dan bijaksana dalam
memberikan keputusan. Dan yang keempat: seorang hakim atau Pemimpin harus
memiliki pemikran cerdas agar dapat memberikan putusan yang sesuai.
Daftar pustaka
Nasution Harun. 2002. Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta, Djambatan
‘Ali Sya’ban Hilmi. 2011. Sulaiman ‘Alahi as-Salam, Terj, Fathoorahman.
Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset
Shihab M. Quraish. 2017. Tafsir al-Misbah, pesan, kesan, dan keserasian dalam al-
Quran. Tangrang: lentera hati
Jalaluddin as-Suyuti Imam. tafsir al-Qur’an surat al-Anbia ayat 78 & 79 . Tafsir
Jalalain, Bairut, Dat al-Kitab Alamiyah
al-Baghawi Imam, tafsir al-Qur’an surat al-Anbia ayat 78 & 79. tafsir al-Baghawi,
Dar Tayibah
Salam Madkur Muhammad. 19993. Peredilan dalam islam. Surabaya: PT Bina Ilmu
File: ///G:/bahan%20tesis/A.%20pengertian/I/idepepedensi-hakim-dalam-penegakan-
hukum.html, diunduh 4 November 2022 pukul 08.00
al-Ghazali Imam, Ringkasan Ihya ‘ulumuddin
Al-Karim Amrullah Abdul Malik. 2004. Tafsir al-Azhar Juz XIII-XIIV. Jakarta,
pustaka panjimas
Sulaiman al-Asyqar Sulaiman. 1997. Shahih al-Qashas al-Nabawi. Oman: Daru Al-
Nafa’is
al-Baghdadi Mustafa dan Mustawa Mahyudin. 1998. al-wadheh fi ‘ulum al-Qur’an
Damaskus: dar Ulumul Insaniyah
Ayatullah Muhammad Baqir Haqim Ayatullah. 2012. Ulumul Qur’an (Jakarta: Al-
Huda
Harahap Nursapia. 20014. Penelitian kepustakaan. Jurnal iqra
mulyadi Seto. Basuki Heru. 2020. Metode penelitian Kualitatif Mix Method. depok:
Raja Grafindo

Anda mungkin juga menyukai