Reformasi Di Susun Oleh : Alda Suci Dwi Hilman MEDIA PERS ZAMAN ORDE BARU
Aturan main pers di era Orde Baru bisa kita lihat di UU
dan peraturan Mentri, mulai dari yang preventif hingga yang refresif. 1. Ketetapan MPRS RI No. XXXII/MPRS/1966 (Mengatur Pembinaan Pers Indonesia) 2. UU No. 11 Tahun1966 (Mengatur tentang ketentuan – ketentuan pokok Pers. 3. Ketetapan MPR RI No. IV Tahun 1978 (Tentang Keberlangsungan Pers) 4. UU No. 21 Tahun 1982 & Permenpen No. 1 Tahun 1984 (Pers memerlukan SIUPP) Media yang di Izinkan Terbit
1. Surat Kabar Tentara, Seperti : Angkatan
Bersendjata, Berita Yudha, Ampera, Api Pancasila, dan Pelopor Baru. 2. Surat Kabar Nasionalis, Seperti : Suluh Marhaen, El Bahar, dan Warta Harian. Media yang di bredel
1. Motif pembredelan tahun 1960-an, adalah
Menerapkan Pers Pancasila dengan cara membenahi dan menghapus unsur PKI dan pro Seokarno, Seperti : Harian Rakyat, Bintang Timur. 2. Motif pembredelan tahun 1970-an, adalah untuk menjaga stabilitas politik dan kepentingan umum, ditakutkan sikap kritis dan aksi demonstrasi dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan nasional. Seperti : Harian Abadi, Harian Indonesia Raya, Kompasdll. Media yang di bredel 3. Pada tahun 1980-an masih menggunakan motif yang sama yaitu untuk menjaga stabilitas nasional, keamanan, ketertiban dan kepentingan umum. Pembredelan diakibatkan kesewenangan Permenpen dan menggunakan SIUPP. Seperti : Sinar Harapan, Tempo. 4. Tahun 1990-an masyarakat melampiaskan kejengahannya dari bentuk keotoritasan pemerintah, dengan melakukan gerakan- gerakan antusias. Dampak Pembredelan Pers
1. Banyak pers pro pemerintah
2. Manipulasi Informasi 3. Melemahnya Industri Pers Indonesia 4. Wartawan lantang terasingkan 5. Redupnya kehidupan pers mahasiswa Pers Era Reformasi
Dengan adanya transisi sistem pemerintahan dari Orde
Baru ke Reformasi, telah banyak mengubah nasib buruk Pers di indonesia kepada titik cahaya yang akan mengantarkan kedalam kebebasan pers yang mutlak atau tidak ikut campurnya pemerintah. Salah satu perubahan tersebut adalah bahwa gelombang reformasi telah mendesak untuk mengamandemen UU No. 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran. Latar belakang pertama atas amandemen UU Penyiaran tersebut adalah bahwa bangsa Indonesia telah berhasil menumbangkan rezim Soeharto.