Anda di halaman 1dari 11

Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan

Kota Sawahlunto

1.1 LATAR BELAKANG

P
ersimpangan jalan adalah simpul pada jaringan jalan dimana ruas jalan
bertemu dan lintasan arus kendaraan berpotongan. Lalu lintas pada masing-
masing kaki persimpangan menggunakan ruang jalan pada persimpangan
secara bersama-sama dengan lalu lintas lainnya. Olehnya itu persimpangan
merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan kapasitas dan waktu
perjalanan pada suatu jaringan jalan khususnya di daerah-daerah perkotaan.

Persimpangan merupakan tempat sumber konflik lalu lintas yang rawan terhadap
kecelakaan karena terjadi konflik antara kendaraan dengan kendaraan lainnya ataupun
antara kendaraan dengan pejalan kaki. Oleh karena itu merupakan aspek penting
didalam pengendalian lalu lintas. Masalah utama yang saling kait mengkait pada
persimpangan adalah:

a. Volume dan kapasitas, yang secara lansung mempengaruhi hambatan.


b. Desain geometrik dan kebebasan pandang.
c. Kecelakaan dan keselamatan jalan, kecepatan, lampu jalan.
d. Parkir, akses dan pembangunan umum.
e. Pejalan kaki.
f. Jarak antar simpang

Suatu tipologi meliputi proses mengidentifikasi karakteristik di antara perletakkan


bangunan-bangunan dalam suatu ruang kota. Dengan kata lain untuk tujuan suatu
pembelajaran, persimpangan suatu ruang kota harus sering digunakan dan ditampilkan

LAPORAN AKHIR 1-1


Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan
Kota Sawahlunto

dalam kawasan perkotaan sehingga harus mudah dalam pengaturan perletakkannya.


Tipologi yang digunakan oleh perancang kota harus mampu untuk menjelaskan
keberadaan situasi dan bertindak sebagai karya desain. Tujuan dari keberadaan tipolgi
adalah untuk membantu para perencana kota dan Dinas Pekerjaan Umum Bidang Tata
Ruang dan Tata Bangunan dalam tugasnya menata ruang kota. Adapun beberapa
model (tipe) persimpangan yang dapat dijadikan acuan bagi perencana kota dalam
menata ruang kotanya adalah sebagai berikut (sumber: Cliff Moughtin, “Urban Design
Ornamen And Decoration”):

1. Persimpangan yang terbentuk oleh sudut negatif.


2. Persimpangan yang terbentuk oleh sudut pada jalan.
3. Persimpangan yang terbentuk oleh sudut pada lapangan terbuka.

Gambar 1.1
Foto Kondisi Di Persimpangan Jalan Di Kota Sawahlunto

Persimpangan jalan di Kota Sawahlunto adalah tempat yang sangat penting dan
strategis, terutama untuk lalu-lintas dan mobilitas masyarakat. Di persimpangan jalan
orang akan berhenti, berjalan perlahan, atau paling tidak waspada dan hati-hati. Di
persimpangan jalan keindahan atau kejelekan sudut-sudut kota akan terlihat.

Persimpangan jalan di dalam kota membutuhkan perhatian oleh perencana,


desainer/arsitek kota. Persimpangan yang didisain dengan baik akan terasa nyaman,
aman dan indah. Persimpangan yang sudah didisain dengan baik pun, akan berubah
menjadi buruk karena pemanfaatan ruang-ruang di sekitarnya yang tidak sesuai.
Adalah sangat mendesak untuk dilakukan pengaturan dan pengelolaan ruang publik di
persimpangan jalan.

LAPORAN AKHIR 1-2


Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan
Kota Sawahlunto

1.2 TUJUAN DAN SASARAN PEKERJAAN

1.2.1 Tujuan Pekerjaan

Tujuan dari penyusunan Laporan Akhir adalah adalah arahan pemanfaatan ruang
Kawasan Persimpangan Jalan yang menyeluruh melalui hasil kajian-kajian dari
berbagai fungsi yang terkait dengan semua kegiatan yang meliputi fungsi estetika,
fungsi sosial budaya dan fungsi ekonomi, dengan penetapan 8 (delapan) lokasi
dengan radius lebih kurang 200 (dua ratus) meter dari titik poros tengah persimpangan
dengan berdayaguna untuk mengurangi potensi konflik di antara kendaraan (termasuk
pejalan kaki) dan sekaligus menyediakan kenyamanan maksimum dan kemudahan
pergerakan bagi kendaraan atau dengan kata lain untuk mengatasi konflik-konflik
potensial antara kendaraan bermotor, pejalan kaki, sepeda dan fasilitas angkutan
lainnya agar pada saat melewati persimpangan didapatkan tingkat kemudahan dan
kenyamanan.

1.2.2 Sasaran Pekerjaan

Sasaran yang diharapkan pada pekerjaan ini adalah sebagai berikut:

a. Terumuskan potensi, permasalahan dan strategi penanganan kawasan


persimpangan.
b. Tersusunnya konsep dan desain rencana pengembangan persimpangan jalan
sebagai masukan dari peran masyarakat dan Pemerintah Kota Sawahlunto dalam
rangka membangun kesadaran, peran serta aktif, serta prakarsa masyarakat dalam
perwujudan dan pengelolaan kawasan persimpangan jalan.
c. Tersusunnya dokumen teknis berupa : site plane kawasan, design engineering
development (DED) kawasan persimpangan jalan yang diprioritaskan, ilustrasi 3D.
d. Tersusunnya indikasi program pengembangan persimpangan jalan.
e. Terlaksananya diskusi teknis dengan Pemerintah Daerah.

LAPORAN AKHIR 1-3


Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan
Kota Sawahlunto

1.3 FUNGSI PERSIMPANGAN

1.3.1 Fungsi Estetika

Estetika di persimpangan jalan bisa diwujudkan dengan keberadaan bangunan sudut


yang indah dan megah. Keindahan itu akan berkurang bila terdapat papan iklan yang
tidak selaras dengan keadaan lingkungan sekitarnya. Pembuatan detail-detail dan
penyelesaian setiap bagian jalan dan bangunan sangat mempengaruhi keindahan
bagian kota ini. Keindahan akan bertambah bila elemen-elemen jalan dan jalur
sirkulasi berfungsi dengan baik. Kawasan persimpangan dapat dikembangkan sebagai
kawasan citywalk dengan karakter campuran colonial-tradisional-modern. Keindahan
persimpangan dapat di, dimana bangunan sudut yang bergaya colonial berdampingan
dengan shelter modern, dan diikuti dengan elemen street furniture yang bergaya
tradisional.

1.3.2 Fungsi Sosial-Budaya

Untuk persimpangan yang besar memungkinkan berfungsi sebagai plaza, tempat


untuk berkumpul, berdemo dan pemajangan patung sculpture, air mancur dan karya
seni lainnya. Fungsi itu akan optimal pada saat CFD (Car Free Day) minggu pagi atau
hari libur, dimana banyak masyarakat berkumpul untuk berinteraksi sosial dan
menikmati keindahan karya seni tersebut. Untuk persimpangan kecil memungkinkan
sebagai tempat berkumpul untuk event tertentu dengan melarang kendaraan masuk.

1.3.3 Fungsi Ekonomi

Persimpangan jalan mempunyai nilai strategis yang sangat tepat untuk pemasangan
iklan outdoor. PKL akan selalu mencari kesempatan untuk bisa berjualan di kawasan
ini. Bahkan pemilik toko di sudut akan memajang dagangannya sampai keluar.
Pemerintah kota pun akan “menjual” ititik trategis ini dengan mahal. Hampir tidak ada
persimpangan jalan tanpa space iklan. Kekacauan visual yang disebabkan oleh
potensi ekonomi dari masyarakat periklanan yang tidak dikelola dengan baik akan
merusak estetika kota.

LAPORAN AKHIR 1-4


Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan
Kota Sawahlunto

1.4 RUANG LINGKUP KAWASAN PERENCANAAN

Lingkup kawasan perencanaan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan Kota


Sawahlunto ini berdasarkan penetapan lokasi dengan radius lebih kurang 200 (dua
ratus) meter dari titik poros tengah persimpangan di Empat Kecamatan.

Persimpangan jalan yang akan dilakukan penataan dan perencanaannya yaitu


Persimpangan jalan di kota Sawahlunto, antara lain:

1. Persimpangan jalan di Muaro Kalaban.


2. Persimpangan jalan di Lapangan Segitiga.
3. Persimpangan jalan di Lubang Panjang.
4. Persimpangan jalan di Santur.
5. Persimpangan jalan di Simpang Kolok Mudik Kantor Dinas PU.
6. Persimpangan Jalan di Kandi.
7. Persimpangan jalan di Simpang Napar.
8. Persimpangan jalan di Puskesmas Talawi.

1.5 DASAR HUKUM

Dasar hukum Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan mendasarkan


kepada aspek legalitas sebagai berikut:

A. Undang-Undang, meliputi:

1. UU No. 22 Tahun 2004 tentang Bangunan Gedung.


2. UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
3. UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
4. UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
5. UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
6. UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
7. UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

B. Peraturan Pemerintah, meliputi:

1. PP No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.

LAPORAN AKHIR 1-5


Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan
Kota Sawahlunto

2. PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan.


3. PP No. 8 Tahun 2011 tentang Angkutan Multimoda.
4. PP No. 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

C. Peraturan Menteri dan Keputusan Menteri, meliputi:

1. Permen PU No. 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik


dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana
Tata Ruang.
2. Permen PU No. 24/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan
Bangunan Gedung.
3. Permen PU No. 05/PRT/M/2008, tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.
4. Permen PU No. 11/PRT/M/2010 tentang Tata Cara Persyaratan Laik Fungsi
Jalan.
5. Permen PU No. 20/PRT/M/2010 tentang Pedoman Pemanfaatan dan
Penggunaan Bagian-Bagian Jalan.
6. Permen PU No. 01/PRT/M/2012 tentang Pedoman Peran Masyarakat Dalam
Penyelenggaraan Jalan.
7. Permen PU No. 02/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Umum Jaringan Jalan.
8. Permen PU No. 03/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penetapan Fungsi Jalan
dan Status Jalan.
9. Permen PU No. 04/PRT/M/2012 tentang Tata Cara Pengawasan Jalan.
10. Permen PU No. 05/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penanaman Pohon Pada
Sistem Jaringan Jalan.
11. Kepmen PU No. 58/KPTS/M/2012 tentang Penetapan Kelas Jalan Berdasarkan
Daya Dukung untuk Menerima Muatan Sumbu Terberat dan Dimensi
Kendaraan Bermotor di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.

D. Peraturan Daerah, meliputi:

1. Peraturan Gubernur Sumatera Barat No. 4 Tahun 2006 tentang Penetapan


Status Ruas Jalan sebagai Jalan Kabupaten dan Kota Di Sumatera Barat.
2. Keputusan Gubernur Sumatera Barat No. 600-921-2012 tentang Penanganan
Jalan Strategis Provinsi.

LAPORAN AKHIR 1-6


Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan
Kota Sawahlunto

3. Keputusan Gubernur Sumatera Barat No. 600-920-2012 tentang Penetapan


Ruas-Ruas Jalan Menurut Fungsi dan Statusnya sebagai Jalan Provinsi.
4. Keputusan Walikota Sawahlunto No. 189.2/110/WAKO-SWL/2009 tentang
Penetapan Status Ruas Jalan sebagai Jalan Kota Di Kota Sawahlunto.
5. Peraturan Daerah Kota Sawahlunto No. 1 Tahun 2010 tentang Bangunan
Gedung.
6. Peraturan Daerah Kota Sawahlunto No. 2 Tahun 2010 tentang Penataan
Kawasan Kota Lama.
7. Peraturan Daerah Kota Sawahlunto No. 8 Tahun 2012 tentang RTRW Kota
Sawahlunto 2012-2032.

E. Standar Nasional Indonesia dan Pedoman Lainnya, meliputi:

1. SNI 02-2406-1991 tentang Perencanaan Umum Drainase Perkotaan.


2. SNI 03-2447-1991 tentang Spesifikasi Trotoar.
3. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) Tahun 1997.
4. RSNI T-14-2004 tentang Geometri Jalan Perkotaan.
5. Pd.S-01-2004 tentang Kriteria Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang di Sepanjang Jalan Arteri Primer Antarkota.
6. SNI 7391:2008 tentang Spesifikasi Penerangan Jalan di Kawasan Perkotaan.

1.6 KETENTUAN UMUM

Dalam ketentuan umum dijelaskan istilah dan definisi pada persimpangan jalan, yaitu
sebagai berikut:

1. Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan


perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau
air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel.

2. Persimpangan, yaitu pertemuan 2 jalan atau lebih yang bersilangan.

3. Jarak Pandang Henti (Stop Sight Distance), yaitu jarak yang diperlukan
pengemudi untuk berhenti setelah menyadari adanya suatu gangguan, halangan
atau peringatan di depannya.

LAPORAN AKHIR 1-7


Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan
Kota Sawahlunto

4. Jarak Pandang Pendekat (Approach Sight Distance), yaitu jarak pandang henti
pada suatu persimpangan.

5. Jarak Pandang Masuk (Entering Sight Distance), yaitu jarak pandang yang
diperlukan pengendara pada jalan minor (minor road) untuk memotong/masuk ke
jalan major, tanpa mengganggu arus di jalan major.

6. Jarak Pandang Aman Persimpangan (Safe Intersection Sight Distance), yaitu


jarak pandang yang diperlukan pengendara pada jalan major untuk mengamati
kendajaan pada jalan minor sehingga dapat mengurangi kecepatannya, atau
berhenti bila diperlukan.

7. Kanalisasi, yaitu sistem pengendalian lalu-lintas dengan menggunakan pulau atau


marka jalan.

8. Persimpangan Dengan Kanaiisasi, yaitu persimpangan yang menggunakan


sistem kanalisasi.

9. Kecepatan Rencana, yaitu kecepatan yang digunakan untuk merencanakan


geometri persimpangan.

10. Volume Rencana, yaitu jumlah kendaraan yang direncanakan melewati suatu jalan
atau persimpangan.

11. Kendaraan Rencana, yaitu kendaraan yang dipakai untuk menetapkan desain.

12. Tipe Gerakan Bertemu Lalu-lintas. Terdapat 4 tipe Gerakan bertemu Kendaraan,
yaitu Berpencar, Bergabung, Bersilangan dan Weaving.

13. Berpencar (Diverging), yaitu penyebaran arus kendaraan dari satu alur lalu-lintas
ke beberapa arah.

14. Bergabung (Merging), yaitu menyatunya arus kendaraan dari beberapa alur lalu-
lintas ke satu arah.

15. Berpotongan (Crossing), yaitu berpotongnya dua buah alur lalu-lintas secara
tegak lurus.

16. Weaving, yaitu bersilangnya dua alur lalu-lintas yang tidak tegak lurus dan
mempunyai jarak tertentu untuk saling bersilangan.

17. Jarak Pandang, yaitu jarak satu kendaraan dengan kendaraan lainnya dimana
kendaraan yang satu dapat melihat kendaraan lainnya.

LAPORAN AKHIR 1-8


Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan
Kota Sawahlunto

18. Persimpangan T Bergeser (Staggered T Junction), yaitu persimpangan dimana


satu kakinya bergeser atau persimpangan tegak lurus dimana salah satu kakinya
bergeser (tidak menerus bersilangan).

19. Lajur Menerus, yaitu lajur yang disediakan untuk pergerakan kendaraan jalan
menerus.

20. Lajur Belok, yaitu lajur yang disediakan untuk kendaraan membelok ke kanan atau
ke kiri.

21. Sudut Terpotong (Corner Cut-Off), yaitu ujung kaki persimpangan yang
dibulatkan dengan jari-jari tertentu agar pengemudi bebas melihat kendaraan yang
berada di kaki lainnya.

22. Tingkat Pelayanan, yaitu ukuran penilaian kualitas pelayanan persimpangan.


Perbandingan antara volume dan kapasitas dapat digunakan.

23. Kaki Persimpangan. Pada dasarnya jumlah kaki persimpangan pada suatu
persimpangan sebidang tidak boleh lebih dari 4 kaki.

24. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah serangkaian Simpul dan/atau
Ruang Kegiatan yang saling terhubungkan untuk penyelenggaraan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.

25. Ruang Kegiatan adalah berupa kawasan permukiman, industri, pertambangan,


pertanian, kehutanan, perkantoran, perdagangan, pariwisata, dan tempat lain yang
berfungsi sebagai kawasan tertentu.

26. Ruang Lalu Lintas adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah
kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas pendukung.

27. Rambu Lalu Lintas adalah bagian perlengkapan Jalan yang berupa lambang,
huruf, angka, kalimat, dan/atau perpaduan yang berfungsi sebagai peringatan,
larangan, perintah, atau petunjuk bagi Pengguna Jalan.

28. Marka Jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan Jalan atau di atas
permukaan Jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis
membujur, garis melintang, garis serong, serta lambang yang berfungsi untuk
mengarahkan arus Lalu Lintas dan membatasi daerah kepentingan Lalu Lintas.

LAPORAN AKHIR 1-9


Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan
Kota Sawahlunto

29. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas adalah perangkat elektronik yang menggunakan
isyarat lampu yang dapat dilengkapi dengan isyarat bunyi untuk mengatur Lalu
Lintas orang dan/atau Kendaraan di persimpangan atau pada ruas Jalan.

30. Halte adalah tempat pemberhentian kendaraan bermotor umum untuk menaikkan
dan menurunkan penumpang.

31. Terminal adalah pangkalan kendaraan bermotor umum yang digunakan untuk
mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang
dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan.

32. Penyelenggara Terminal adalah unit pelaksana teknis dari Pemerintah Daerah.

33. Pengguna Jalan adalah orang yang menggunakan Jalan untuk berlalu lintas.

34. Pejalan Kaki adalah setiap orang yang berjalan di Ruang Lalu Lintas.

1.7 SISTEMATIKA LAPORAN AKHIR

Laporan ini tersusun atas 7 (tujuh) bab dengan sistematika dan garis besar pokok
pembahasan sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang
lingkup pekerjaan, dasar hukum, dan ketentuan umum.

BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN TERKAIT PERSIMPANGAN JALAN

Bab ini menguraikan tentang tinjauan kebijakan terkait perencanaan


kawasan persimpangan jalan.

BAB 3 PROFIL WILAYAH KOTA SAWAHLUNTO

Bab ini gambaran umum kondisi umum wilayah perencanaan baik yang
menyangkut aspek fisik, sosial budaya, ekonomi, prasarana jalan.

BAB 4 ANALISA PENGEMBANGAN PERSIMPANGAN JALAN

Bab ini menguraikan tentang identifikasi dan analisis persimpangan jalan di


kawasan perencanaan.

LAPORAN AKHIR 1-10


Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan
Kota Sawahlunto

BAB 5 RENCANA PENGEMBANGAN PERSIMPANGAN JALAN

Bab ini menguraikan tentang rencana pengembangan persimpangan jalan.

BAB 6 INDIKASI PROGRAM DAN SUMBER PEMBIAYAAN

Bab ini menguraikan tentang indikasi program dan rencana sumber


pembiayaan pengembangan persimpangan jalan.

BAB 7 PERAN STAKEHOLDER TERHADAP PENGEMBANGAN


PERSIMPANGAN JALAN

Bab ini menguraikan tentang peran stakeholder (pemerintah, swasta, dan


masyarakat) terhadap pengembangan persimpangan jalan.

LAPORAN AKHIR 1-11

Anda mungkin juga menyukai