Kota Sawahlunto
P
ersimpangan jalan adalah simpul pada jaringan jalan dimana ruas jalan
bertemu dan lintasan arus kendaraan berpotongan. Lalu lintas pada masing-
masing kaki persimpangan menggunakan ruang jalan pada persimpangan
secara bersama-sama dengan lalu lintas lainnya. Olehnya itu persimpangan
merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan kapasitas dan waktu
perjalanan pada suatu jaringan jalan khususnya di daerah-daerah perkotaan.
Persimpangan merupakan tempat sumber konflik lalu lintas yang rawan terhadap
kecelakaan karena terjadi konflik antara kendaraan dengan kendaraan lainnya ataupun
antara kendaraan dengan pejalan kaki. Oleh karena itu merupakan aspek penting
didalam pengendalian lalu lintas. Masalah utama yang saling kait mengkait pada
persimpangan adalah:
Gambar 1.1
Foto Kondisi Di Persimpangan Jalan Di Kota Sawahlunto
Persimpangan jalan di Kota Sawahlunto adalah tempat yang sangat penting dan
strategis, terutama untuk lalu-lintas dan mobilitas masyarakat. Di persimpangan jalan
orang akan berhenti, berjalan perlahan, atau paling tidak waspada dan hati-hati. Di
persimpangan jalan keindahan atau kejelekan sudut-sudut kota akan terlihat.
Tujuan dari penyusunan Laporan Akhir adalah adalah arahan pemanfaatan ruang
Kawasan Persimpangan Jalan yang menyeluruh melalui hasil kajian-kajian dari
berbagai fungsi yang terkait dengan semua kegiatan yang meliputi fungsi estetika,
fungsi sosial budaya dan fungsi ekonomi, dengan penetapan 8 (delapan) lokasi
dengan radius lebih kurang 200 (dua ratus) meter dari titik poros tengah persimpangan
dengan berdayaguna untuk mengurangi potensi konflik di antara kendaraan (termasuk
pejalan kaki) dan sekaligus menyediakan kenyamanan maksimum dan kemudahan
pergerakan bagi kendaraan atau dengan kata lain untuk mengatasi konflik-konflik
potensial antara kendaraan bermotor, pejalan kaki, sepeda dan fasilitas angkutan
lainnya agar pada saat melewati persimpangan didapatkan tingkat kemudahan dan
kenyamanan.
Persimpangan jalan mempunyai nilai strategis yang sangat tepat untuk pemasangan
iklan outdoor. PKL akan selalu mencari kesempatan untuk bisa berjualan di kawasan
ini. Bahkan pemilik toko di sudut akan memajang dagangannya sampai keluar.
Pemerintah kota pun akan “menjual” ititik trategis ini dengan mahal. Hampir tidak ada
persimpangan jalan tanpa space iklan. Kekacauan visual yang disebabkan oleh
potensi ekonomi dari masyarakat periklanan yang tidak dikelola dengan baik akan
merusak estetika kota.
A. Undang-Undang, meliputi:
Dalam ketentuan umum dijelaskan istilah dan definisi pada persimpangan jalan, yaitu
sebagai berikut:
3. Jarak Pandang Henti (Stop Sight Distance), yaitu jarak yang diperlukan
pengemudi untuk berhenti setelah menyadari adanya suatu gangguan, halangan
atau peringatan di depannya.
4. Jarak Pandang Pendekat (Approach Sight Distance), yaitu jarak pandang henti
pada suatu persimpangan.
5. Jarak Pandang Masuk (Entering Sight Distance), yaitu jarak pandang yang
diperlukan pengendara pada jalan minor (minor road) untuk memotong/masuk ke
jalan major, tanpa mengganggu arus di jalan major.
10. Volume Rencana, yaitu jumlah kendaraan yang direncanakan melewati suatu jalan
atau persimpangan.
11. Kendaraan Rencana, yaitu kendaraan yang dipakai untuk menetapkan desain.
12. Tipe Gerakan Bertemu Lalu-lintas. Terdapat 4 tipe Gerakan bertemu Kendaraan,
yaitu Berpencar, Bergabung, Bersilangan dan Weaving.
13. Berpencar (Diverging), yaitu penyebaran arus kendaraan dari satu alur lalu-lintas
ke beberapa arah.
14. Bergabung (Merging), yaitu menyatunya arus kendaraan dari beberapa alur lalu-
lintas ke satu arah.
15. Berpotongan (Crossing), yaitu berpotongnya dua buah alur lalu-lintas secara
tegak lurus.
16. Weaving, yaitu bersilangnya dua alur lalu-lintas yang tidak tegak lurus dan
mempunyai jarak tertentu untuk saling bersilangan.
17. Jarak Pandang, yaitu jarak satu kendaraan dengan kendaraan lainnya dimana
kendaraan yang satu dapat melihat kendaraan lainnya.
19. Lajur Menerus, yaitu lajur yang disediakan untuk pergerakan kendaraan jalan
menerus.
20. Lajur Belok, yaitu lajur yang disediakan untuk kendaraan membelok ke kanan atau
ke kiri.
21. Sudut Terpotong (Corner Cut-Off), yaitu ujung kaki persimpangan yang
dibulatkan dengan jari-jari tertentu agar pengemudi bebas melihat kendaraan yang
berada di kaki lainnya.
23. Kaki Persimpangan. Pada dasarnya jumlah kaki persimpangan pada suatu
persimpangan sebidang tidak boleh lebih dari 4 kaki.
24. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah serangkaian Simpul dan/atau
Ruang Kegiatan yang saling terhubungkan untuk penyelenggaraan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
26. Ruang Lalu Lintas adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah
kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas pendukung.
27. Rambu Lalu Lintas adalah bagian perlengkapan Jalan yang berupa lambang,
huruf, angka, kalimat, dan/atau perpaduan yang berfungsi sebagai peringatan,
larangan, perintah, atau petunjuk bagi Pengguna Jalan.
28. Marka Jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan Jalan atau di atas
permukaan Jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis
membujur, garis melintang, garis serong, serta lambang yang berfungsi untuk
mengarahkan arus Lalu Lintas dan membatasi daerah kepentingan Lalu Lintas.
29. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas adalah perangkat elektronik yang menggunakan
isyarat lampu yang dapat dilengkapi dengan isyarat bunyi untuk mengatur Lalu
Lintas orang dan/atau Kendaraan di persimpangan atau pada ruas Jalan.
30. Halte adalah tempat pemberhentian kendaraan bermotor umum untuk menaikkan
dan menurunkan penumpang.
31. Terminal adalah pangkalan kendaraan bermotor umum yang digunakan untuk
mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang
dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan.
32. Penyelenggara Terminal adalah unit pelaksana teknis dari Pemerintah Daerah.
33. Pengguna Jalan adalah orang yang menggunakan Jalan untuk berlalu lintas.
34. Pejalan Kaki adalah setiap orang yang berjalan di Ruang Lalu Lintas.
Laporan ini tersusun atas 7 (tujuh) bab dengan sistematika dan garis besar pokok
pembahasan sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang
lingkup pekerjaan, dasar hukum, dan ketentuan umum.
Bab ini gambaran umum kondisi umum wilayah perencanaan baik yang
menyangkut aspek fisik, sosial budaya, ekonomi, prasarana jalan.