Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

“OKSIGENASI”

Disusun Oleh:

Karisma Puspita Tri Anggraini

20184030019

PROGRAM STUDI PROFESI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2018/2019
A. Pengertian
Oksigenasi merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme
untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh
dengan cara menghirup O2 setiap kali bernapas. Masuknya oksigen ke jaringan tubuh ditentukan
oleh sistem respirasi kardiovaskuler dan keadaan hematologi (Wartonah & Tarwoto, 2003).
Tujuan terapi oksigen adalah memberikan transport oksigen yang adekuat dalam darah
sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stres pada miokardium (Mutaqqin, 2005).
Tujuan terapi oksigenasi :
1.      Mengembalikan PO2 arterial pada batas normal.
2.      Mengoreksi kondisi hipoksia dan oksigenasi dapat diberikan secara adekuat.
3.      Mengembalikan frekuensi pernapasan dalam batas normal.

B. Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Oksigenasi


Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni jumlah oksigen yang
diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh. Konsumsi oksigen sangat erat
hubungannya dengan arus darah ke paru-paru. Berkurangnya fungsi paru-paru juga disebabkan
oleh berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru.
Faktor-faktor risiko tersebut diatas akan mendatangkan proses inflamasi bronkus dan juga
menimbulkan kerusakan pada dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari kerusakan akan terjadi
obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang mengalami penutupan atau obstruksi awal
fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat ekspirasi
banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air trapping). Hal inilah yang
menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala akibatnya. Adanya obstruksi pada awal
ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi
(Brunner & Suddarth, 200).

C.  Faktor Predisposisi
Faktor presipitasi atau pencetus dari adanya gangguan oksigenasi yaitu:
1. Gangguan jantung, meliputi: ketidakseimbangan jantung meliputi ketidakseimbangan
konduksi, kerusakan fungsi valvular, hipoksia miokard, kondisi-kondisi kardiomiopati, dan
hipoksia jaringan perifer.
2. Kapasitas darah untuk membawa oksigen.
3. Faktor perkembangan. Pada bayi premature berisiko terkena penyakit membrane hialin
karena belum matur dalam menghasilkan surfaktan. Bayi dan toddler berisiko mengalami
infeksi saluran pernafasan akut. Pada dewasa, mudah terpapar faktor risiko kardiopulmoner.
Sistem pernafasan dan jantung mengalami perubahan fungsi pada usia tua / lansia.
4. Perilaku atau gaya hidup. Nutrisi mempengaruhi fungsi kardiopilmonar. Obesitas yang berat
menyebabkan penurunan ekspansi paru. Latihan fisik meningkatkan aktivitas fisik
metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen. Gaya hidup perokok dikaitkan dengan sejumlah
penyakit termasuk penyakit jantung, PPOK, dan kanker paru (Potter & Perry, 2006).
D. Pathway
E. Pemeriksaan diagnostik
1.  Pemeriksaan Fungsi Paru : Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan
pertukaran gas secara efisien.
2. Pemeriksaan Gas Darah Arteri : Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui
membrane kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
3. Oksimetri : Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
4. Pemeriksaan Sinar X Dada : Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-
proses abnormal.
5. Broncoscopy : Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda
asing yang menghambat jalan nafas.
6. Endoscopy : Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi
7. Fluroscopy : Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan
kontraksi paru.
8. CT-Scan : Untuk mengidentifikasi adanya massa abnormal.

F. Penatalaksanaan medis dan keperawatan


1. Penatalaksanaan medis
a. Pemantauan Hemodinamika
b.  Pengobatan bronkodilator
c. Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter, misal: nebulizer,
kanula nasal, masker untuk membantu pemberian oksigen jika diperlukan.
d. Penggunaan ventilator mekanik
e. Fisoterapi dada
2.     Penatalaksanaan keperawatan
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
 Pembersihan jalan nafas
 Latihan batuk efektif
 Pengisafan lender
 Jalan nafas buatan
b.  Pola Nafas Tidak Efektif
 Atur posisi pasien ( semi fowler )
 Pemberian oksigen
 Teknik bernafas dan relaksasi
c. Gangguan Pertukaran Gas
 Atur posisi pasien ( posisi fowler )
 Pemberian oksigen
 Pengisapan lender

G. Masalah Keperawatan Oksigenasi


1. Bersihan Jalan Nafas Berhubungan Dengan:
a. Sekresi kental/belebihan sekunder akibat infeksi, fibrosis kistik atau influenza.
b. Imobilitas statis sekresi dan batuk tidak efektif
c. Sumbatan jalan nafas karena benda asing
2. Pola Nafas Tidak Efektif Berhubungan Dengan:
a. Lemahnya otot pernafasan
b. Penurunan ekspansi paru
3.  Gangguan Pertukaran Gas Berhubungan Dengan:
a. Perubahan suplai oksigen
b. Obstruksi saluran nafas
c. Adanya penumpukan cairan dalam paru
d. Edema paru

H. Intervensi Keperawatan 

No Diagnosa NOC NIC


1 Bersihan Jalan Nafas  Respiratory status : Ventilation - Pastikan kebutuhan oral /
tidak efektif b/d Infeksi,  Respiratory status : Airway tracheal suctioning.
disfungsi patency - Berikan O2  ……l/mnt,
neuromuskular,  Aspiration Control metode………
hiperplasia dinding Setelah dilakukan tindakan - Anjurkan pasien untuk istirahat
bronkus, asma, trauma keperawatan selama 2x24 jam pasien dan napas dalam
- Obstruksi jalan nafas : menunjukkan keefektifan jalan nafas - Posisikan pasien untuk
spasme jalan nafas, dibuktikan dengan kriteria hasil : memaksimalkan ventilasi
sekresi tertahan, 1. Mendemonstrasikan batuk efektif - Lakukan fisioterapi dada jika
banyaknya mukus, dan suara nafas yang bersih, tidak perlu
adanya jalan nafas ada sianosis dan dyspneu (mampu - Keluarkan sekret dengan batuk
buatan, sekresi bronkus, mengeluarkan sputum, bernafas atau suction
adanya eksudat di dengan mudah, tidak ada pursed - Auskultasi suara nafas, catat
alveolus. lips) adanya suara tambahan
DS: 2. Menunjukkan jalan nafas yang - Berikan bronkodilator
Dispneu paten (klien tidak merasa - Monitor status hemodinamik
DO: tercekik, irama nafas, frekuensi - Berikan pelembab udara Kassa
- Penurunan suara nafas pernafasan dalam rentang normal, basah NaCl Lembab
-  Orthopneu tidak ada suara nafas abnormal) - Atur intake untuk cairan
-  Cyanosis 3. Mampu mengidentifikasikan dan mengoptimalkan keseimbangan.
- Kelainan suara nafas mencegah faktor yang penyebab. - Monitor respirasi dan status O2
(rales, wheezing) 4. Saturasi O2 dalam batas normal - Pertahankan hidrasi yang
-    Kesulitan berbicara 5. Foto thorak dalam batas normal adekuat untuk mengencerkan
- Batuk, tidak efektif sekret
- Produksi sputum - Jelaskan pada pasien dan
- Perubahan frekuensi keluarga tentang penggunaan
dan irama nafas peralatan : O2, Suction, Inhalasi.
2. Pola Nafas tidak efektif  Respiratory status : Ventilation - Posisikan pasien untuk
berhubungan dengan : Respiratory status : Airway memaksimalkan ventilasi
- Hiperventilasi patency - Pasang mayo bila perlu
- Penurunan Vital sign Status - Lakukan fisioterapi dada jika
energi/kelelahan perlu
-    Perusakan/pelemahan Setelah dilakukan tindakan - Keluarkan sekret dengan batuk
muskulo-skeletal keperawatan selama 3X24 jam atau suction
- Kelelahan otot pasien menunjukkan keefektifan - Auskultasi suara nafas, catat
pernafasan pola nafas, dibuktikan dengan adanya suara tambahan
-    Hipoventilasi kriteria hasil: - Berikan pelembab udara Kassa
sindrom Mendemonstrasikan batuk efektif basah NaCl Lembab
-    Nyeri dan suara nafas yang bersih, tidak - Atur intake untuk cairan
-    Kecemasan ada sianosis dan dyspneu (mampu mengoptimalkan keseimbangan.
-Disfungsi mengeluarkan sputum, mampu - Monitor respirasi dan status O2
Neuromuskuler bernafas dg mudah, tidakada - Bersihkan mulut, hidung dan
-    Obesitas pursed lips) secret trakea
-    Injuri tulang Menunjukkan jalan nafas yang - Pertahankan jalan nafas yang
belakang paten (klien tidak merasa tercekik, paten
irama nafas, frekuensi pernafasan - Observasi adanya tanda tanda
DS: dalam rentang normal, tidak ada hipoventilasi
-    Dyspnea suara nafas abnormal) - Monitor adanya kecemasan
-    Nafas pendek Tanda Tanda vital dalam rentang pasien terhadap oksigenasi
DO: normal (tekanan darah, nadi, -  Monitor  vital sign
- Penurunan tekanan pernafasan) - Informasikan pada pasien dan
inspirasi/ekspirasi keluarga tentang tehnik relaksasi
-  Penurunan pertukaran untuk memperbaiki pola nafas.
udara per menit - Ajarkan bagaimana batuk efektif
- Menggunakan otot - Monitor pola nafas    
pernafasan
tambahan
-   Orthopnea
-   Pernafasan pursed-lip
- Tahap ekspirasi
berlangsung sangat
lama
-  Penurunan kapasitas
vital
-  Respirasi: < 11 – 24
x /mnt
DAFTAR PUSTAKA

Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi 4. :
Jakarta: Salemba Medika.
Nanda International. 2009. Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2009-   2011.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC :
Docterman dan Bullechek. 2004. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 4. United
States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press.
Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. 2004. Nursing Out Comes (NOC). United States Of
America: Mosby Elseveir Acadamic Press.
Brunner &Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:. EGC.
Harahap. 2005. Oksigenasi Dalam Suatu Asuhan Keperawatan. Jurnal Keperwatan Rufaidah
Sumatera Utara Volume 1.
Muttaqin. 2005. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Pernafasan. Jakarta: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai