Negara Indonesia merupakan rangkaian gugusan pulau yang terbentang sepanjang + 5.600 km dari
Sabang hingga Merauke. Wilayah negara Republik Indonesia mempunyai gugusan pulau terbanyak di
dunia. Data terbaru menunjukkan bahwa jumlah pulau di Indonesia mencapai 18.110 buah (Buku Pintar Seri
Senior, 2003), terdiri atas pulau besar dan kecil, baik yang berpenghuni ataupun tidak.
Letak geografis Indonesia menempatkan Indonesia di posisi silang, sehingga Indonesia berada pada jalur
transportasi perdagangan yang ramai. Bahkan sejak zaman dahulu, perairan Nusantara merupakan
perairan yang ramai dilalui kapal-kapal dagang dari India, Eropa, dan Cina. Dampak dari posisi silang ini
menyebabkan Indonesia kaya akan keragaman budaya dan suku bangsa. Selain itu, letak di antara dua
benua dan dua samudra memengaruhi kondisi cuaca dan iklim. Benua dan samudra yang memiliki
karakteristik iklim yang berlainan, secara periodik memengaruhi keadaan cuaca dan iklim di Indonesia yang
terletak di garis khatulistiwa.
Indonesia banyak memiliki gunung dan pegunungan, hal ini dikarenakan Indonesia dilintasi oleh dua jalur
pegunungan muda, yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterania. Sirkum Pasifik merupakan rangkaian
pegunungan di sekeliling Samudra Pasifik. Berawal dari Pegunungan Andes di Amerika Selatan, Rocky
Mountain di Amerika Utara, Alaska, Kepulauan Aleut, Kepulauan Kuril, Kepulauan Jepang, Taiwan, Filipina,
Pulau Irian, hingga Selandia Baru. Adapun Sirkum Mediterania dimulai dari Afrika Utara dan Eropa Selatan,
lewat Asia Barat, Pegunungan Himalaya, Thailand Utara, Myanmar, Kepulauan Andaman, dan Indonesia.
Indonesia tercatat memiliki 128 gunung api, 90 di antaranya masih aktif dan selalu menunjukkan aktivitas
vulkanismenya. Selain itu, terdapat tidak kurang dari 400 gunung api yang telah mati. Sebuah gunung
dianggap telah mati jika sejak tahun 1600 tidak lagi menunjukkan adanya gejala vulkanisme. Banyaknya
gunung api ini memengaruhi jenis dan kesuburan tanah, karena proses vulkanisme dapat menghasilkan
tanah baru dan debu hasil letusannya mampu menyuburkan tanah. Hal inilah yang menyebabkan sebagian
besar wilayah Indonesia merupakan lahan yang subur. Selain itu, banyaknya gunung api juga berpengaruh
terhadap kondisi cuaca, khususnya curah hujan sebagai akibat dari proses orografis, serta ketersediaan air
tawar karena banyak terdapat mata air di lereng-lerengnya yang menimbulkan aliran sungai.
Di wilayah Papua, kegiatan ekonomi agraris masih didominasi oleh kegiatan kehutanan, perkebunan
sagu, dan sistem pertanian lahan kering (peladangan dan tegalan). Jenis tanaman yang diusahakan
oleh penduduk pada umumnya jenis sayuran, sagu, umbiumbian, dan palawija yang digunakan
sebagai bahan makanan pokok. Kegiatan ekonomi agraris di Sulawesi dan Maluku didominasi oleh
kegiatan perkebunan rempah-rempah, sagu, kopi, dan buah-buahan.
4.1.4 Provinsi
Indonesia saat ini memiliki 33 provinsi (termasuk 2 Daerah Istimewa (DI) dan satu Daerah Khusus Ibukota
(DKI). Kedua DI tersebut adalah Nanggroe Aceh Darussalam dan Daerah Istimewa Yogyakarta sedangkan
Daerah Khusus Ibukotanya adalah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Sebelum tahun 1999, Timor Timur
merupakan salah satu provinsi di Indonesia, yang kemudian memisahkan diri melalui referendum menjadi
Negara Timor Leste.
Daftar Provinsi di Indonesia
Sumatra
Nanggroe Aceh Darussalam | Sumatera Utara | Sumatera Barat | Bengkulu | Riau | Kepulauan Riau | Jambi |
Sumatera Selatan | Lampung | Kepulauan Bangka Belitung
Jawa
Jakarta | Jawa Barat | Banten | Jawa Tengah | DI Yogyakarta | Jawa Timur
Kalimantan
Kalimantan Barat | Kalimantan Tengah | Kalimantan Selatan | Kalimantan Timur
Nusa Tenggara
Bali | Nusa Tenggara Barat | Nusa Tenggara Timur
Sulawesi
Sulawesi Barat | Sulawesi Utara | Sulawesi Tengah | Sulawesi Selatan | Sulawesi Tenggara | Gorontalo
Kepulauan Maluku dan Papua
Maluku | Maluku Utara | Papua Barat | Papua
Penduduk Indonesia dapat dibagi secara garis besar dalam dua kelompok. Di bagian barat Indonesia
penduduknya kebanyakan adalah suku Melayu sementara di timur adalah suku Papua, yang mempunyai
akar di kepulauan Melanesia. Banyak penduduk Indonesia yang menyatakan dirinya sebagai bagian dari
kelompok suku yang lebih spesifik, yang dibagi menurut bahasa dan asal daerah, misalnya Jawa, Sunda
atau Batak.
Selain itu juga ada penduduk pendatang yang jumlahnya minoritas diantaranya adalah Etnis Tionghoa,
India, dan Arab. Mereka sudah lama datang ke nusantara dengan jalur perdagangan sejak abad ke 8 SM
dan menetap menjadi bagian dari Nusantara. Di Indonesia terdapat sekitar 3% populasi etnis Tionghoa.
Angka ini berbeda-beda karena hanya pada tahun 1930-an terakhir kalinya pemerintah melakukan sensus
dengan menggolong-golongkan masyarakat Indonesia ke dalam suku bangsa dan keturunannya.
Islam adalah agama mayoritas yang dipeluk oleh sekitar 85,2% penduduk Indonesia, yang menjadikan
Indonesia negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia. Sisanya beragama Protestan (8,9%);
Katolik (3%); Hindu (1,8%); Buddha (0,8%); dan lain-lain (0,3%).
Koridor Ekonomi Sumatera mempunyai tema Sentra Produksi dan Pengolahan Hasil Bumi dan
Lumbung Energi Nasional. Secara geostrategis, Sumatera diharapkan menjadi “Gerbang ekonomi
nasional ke Pasar Eropa, Afrika, Asia Selatan, Asia Timur, serta Australia”. Secara umum, Koridor
Ekonomi Sumatera berkembang dengan baik di bidang ekonomi dan sosial dengan kegiatan ekonomi
utama seperti perkebunan kelapa sawit, karet serta batubara.
Di dalam strategi pembangunan ekonominya, Koridor Ekonomi Sumatera berfokus pada tiga kegiatan
ekonomi utama, yaitu kelapa sawit, karet, serta batubara yang memiliki potensi yang sangat besar untuk
menjadi mesin pertumbuhan ekonomi koridor ini. Selain itu, kegiatan ekonomi utama pengolahan besi baja
yang terkonsentrasi di Banten juga diharapkan menjadi salah satu lokomotif pertumbuhan koridor ini,
terutama setelah adanya upaya pembangunan Jembatan Selat Sunda.
Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan
keragaman (plural) adapt istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota
Medan bersifat terbuka. Secara Demografi, Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa
transisi demografi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan dimana
tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin
menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan
pola fakir masyarakat dan perubahan social ekonominya.
Kondisi Perekonomian
Pembangunan ekonomi daerah dalam periode jangka panjang (mengikuti pertumbuhan PDRB),
membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern
yang didominasi oleh sektor-sektor non primer, khususnya industri pengolahan dengan increasing
return to scale (relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas) yang dinamis
sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Ada kecenderungan, bahwa semakin tinggi laju
pertumbuhan ekonomi membuat semakin cepat proses peningkatan pendapatan masyarakat per
kapita, dan semakin cepat pula perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi bahwa faktor-faktor
penentu lain mendukung proses tersebut, seperti tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi, relatif tetap.
Perubahan struktur ekonomi umumnya disebut transformasi struktural dan didefinisikan sebagai
rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan lainnya dalam komposisi permintaan agregat
(produksi dan pengangguran faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja dan modal) yang diperlukan
guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Berdasarkan
perbandingan peranan dan kontribusi antar lapangan usaha terhadap PDRB pada kondisi harga
berlaku tahun 2005-2007 menunjukkan, pada tahun 2005 sektor tertier memberikan sumbangan
sebesar 70,03 persen, sektor sekunder sebesar 26,91 persen dan sektor primer sebesar 3,06 persen.
Lapangan usaha dominan yaitu perdagangan, hotel dan restoran menyumbang sebesar 26,34 persen,
sub sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 18,65 persen dan sub sektor industri pengolahan
sebesar 16,58 persen.
Kontribusi tersebut tidak mengalami perubahan berarti bila dibandingkan dengan kondisi tahun 2006.
Sektor tertier memberikan sumbangan sebesar 68,70 persen, sekunder sebesar 28,37 persen dan
primer sebesar 2,93 persen. Masing-masing lapangan usaha yang dominan yaitu perdagangan, hotel
dan restoran sebesar 25,98 persen, sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 18,65 persen,
industri jasa pengolahan sebesar 16,58 persen dan jasa keuangan 13,41 persen.
Demikian juga pada tahun 2007, sektor tertier mendominasi perekonomian Kota Medan, yaitu sebesar
69,21 persen, disusul sektor sekunder sebesar 27,93 persen dan sektor primer sebesar 2,86 persen.
Masing masing lapangan usaha yang dominan memberikan kontribusi sebesar 25,44 persen dari
Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan tahun 2009 berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
atas dasar harga konstan 2000 terjadi peningkatan sebesar 6,56 persen terhadap tahun 2008.
Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pengangkutan dan komunikasi 9,22 persen. Disusul oleh
sektor perdagangan, hotel, dan restoran 8,47 persen, sektor bangunan 8,22 persen, sektor jasa-jasa
7,42 persen, sektor listrik ,gas dan air bersih 5,06 persen, sektor pertanian 4,18 persen, sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh sebesar 2,94 persen, sektor industri 1,71 persen,
dan penggalian tumbuh 0,46 persen. Besaran PDRB Kota Medan pada tahun 2009 atas dasar harga
berlaku tercapai sebesar Rp.72,67 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp.
33,43 triliun.
Terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan tahun 2009 sebesar 6,56 persen, sektor perdagangan,
hotel, dan restoran menyumbang perumbuhan sebesar 2,20 persen Disusul oleh sektor pengangkutan
dan komunikasi 1,85 persen, sektor bangunan 0,91 persen, sektor jasa-jasa 0,76 persen, sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 0,43 persen, sektor industri 0,25 persen, sektor pertanian
0,10 persen, sektor listrik ,gas dan air bersih 0,07 persen dan sektor pertambangan dan penggalian
menyumbang pertumbuhan 0,00 persen.
Dari sisi penggunaan, sebagian besar PDRB Kota Medan pada tahun 2009 digunakan untuk
memenuhi konsumsi rumah tangga yang mencapai 36,20 persen, disusul oleh ekspor neto 30,53
persen (ekspor 50,82 persen dan impor 20,29 persen), pembentukan modal tetap bruto 20,61 persen,
konsumsi pemerintah 9,54 persen dan pengeluaran konsumsi lembaga nirlaba 0,64 persen. PDRB per
Kapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2009 mencapai Rp. 34,26 juta, lebih tinggi dibandingkan
dengan tahun 2008 sebesar Rp. 31,07 juta.
o Tjong A Fie
o Kantor Pos
o Mesjid Raya
o Gereja Lama Sumber:www.pemkomedan.go.id
o Menara Air Titanadi
o Vihara Gunung Timur
o Lonsum
o Klenteng Hindu Shri
o Museum Bukit Barisan
Marimman
batas wilayah yaitu di sebelah utara, timur Gambar 4.3 Wilayah Administratif Kota Palembang
dan barat dengan Kabupaten Banyu Asin; sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Muara Enim.
Visi tersebut memiliki makna bahwa selama lima tahun kedepan, pembangunan di Kota Palembang
memiliki cita-cita untuk mencapai terwujudnya Kota Palembang sebagai salah satu kota internasional
yang senantiasa dinamis dalam merespon semua peluang dan tuntutan global, disertai dengan
kepedulian tinggi dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang berbudaya. Terdapat tiga kunci
pokok dalam visi Kota Palembang yakni, Kota Internasional, Sejahtera, dan Berbudaya.
Untuk mewujudkan Visi Kota Palembang tersebut, maka dirumuskan pernyataan-pernyataan Misi
sebagai berikut:
Misi 1: Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang cerdas, sehat, bermoral, berbudaya serta
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Misi 2 Meningkatkan kesejahteraan dan peran serta masyarakat dalam pembangunan
Misi 3 Meningkatkan sarana dan prasarana perkotaan sesuai rencana tata ruang yang berkelanjutan
Misi 4 Meningkatkan pertumbuhan perekonomian melalui peningkatan jejaring kerja antar daerah
baik dalam negeri maupun luar negeri.
Misi 5 Melanjutkan reformasi birokrasi baik secara kultural maupun struktural untuk meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat.
Misi 6 Meningkatkan keamanan, ketertiban masyarakat secara adil dan merata serta mendorong
terlaksananya penegakan hokum
Misi Melestarikan sumber daya alam, lingkungan hidup, warisan sejarah dan budaya
Berdasarkan kondisi geologi, Kota Palembang memiliki relief yang beraneka ragam terdiri dari tanah
berupa lapisan aluvial dan lempung berpasir. Di bagian selatan kota, batuan berupa pasir lempung
yang tembus air, sebelah utara berupa batuan lempung pasir yang kedap air, sedangkan sebelah
barat berupa batuan lempung kerikil, pasir lempung yang tembus air hingga kedap air.
Dari segi kondisi hidrologi, Kota Palembang terbelah oleh Sungai Musi menjadi dua bagian besar
disebut Seberang Ulu dan Seberang Ilir. Kota Palembang mempunyai 108 anak sungai. Terdapat 4
Permukaan air Sungai Musi sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Pada musim kemarau
terjadi penurunan debit sungai, sehingga permukaan air Sungai Musi mencapai ketinggian yang
minimum. Pola aliran sungai di Kota Palembang dapat digolongkan sebagai pola aliran dendritik,
artinya merupakan ranting pohon, di mana dibentuk oleh aliran sungai utama (Sungai Musi) sebagai
batang pohon, sedangkan anak-anak sungai sebagai ranting pohonnya. Pola aliran sungai seperti ini
mencerminkan bahwa, daerah yang dialiri sungai tersebut memiliki topografi mendatar. Dengan
kekerasan batuan relatif sama (uniform) sehingga air permukaan (run off) dapat berkembang secara
luas, yang akhirnya akan membentuk pola aliran sungai (river channels) yang menyebar ke daerah
tangkapan aliran sungai (catchment area).
Berdasarkan RTRW Kota Palembang 1999-2009, sekitar 30% dari total luas Kota Palembang adalah
berupa rawa yang terdiri atas rawa reklamasi dan rawa perlindungan. Struktur rawa yang ada di Kota
Palembang juga dipengaruhi oleh pasang surut Sungai Musi dan sungai-sungai lain yang bermuara di
Sungai Musi. Satuan geomorfik rawa pada umumnya dicirikan oleh terbentuknya cekungan yang lebih
luas, dengan kedalaman relatif dangkal, genangan air yang relatif stagnant (yang tergenang tidak
mengalir, sepanjang masa), dan bahkan di beberapa lokasi dijumpai pula area rawa yang telah kering
atau tak berair kecuali di musim hujan.
Keadaan topografi Kota Palembang, pada umumnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian
rata-rata + 4 – 12 meter di atas permukaan laut, dengan komposisi: 48% tanah dataran yang tidak
tergenang air, 15% tanah tergenang secara musiman dan 35% tanah tergenang terus menerus
sepanjang musim. Lokasi daerah yang tertinggi berada di Bukit Seguntang Kecamatan Ilir Barat I,
dengan ketinggian sekitar 10 meter dpl. Sedangkan kondisi daerah terendah berada di daerah Sungai
Lais, Kecamatan Ilir Timur II. Kota Palembang dibedakan menjadi daerah dengan tofografi mendatar
sampai dengan landai, yaitu dengan kemiringan berkisar antara ± 0 - 3o dan daerah dengan topografi
bergelombang dengan kemiringan berkisar antara ± 2–10o. Sebagian besar dari wilayah Kota
Palembang merupakan dataran rendah yang landai dengan ketinggian tanah rata-rata + 12 meter di
atas permukaan laut, sedangkan daerah yang bergelumbang ditemukan di beberapa tempat seperti
Kenten, Bukit Sangkal, Bukit Siguntang dan Talang Buluh-Gandus.
Pertanian
a. Tanaman Pangan
Tahun 2009 produksi padi mencapai 27.105 TON atau mengalami peningkatan sebesar 1.894 Ton
di bandingkan tahun 2008. Luas panen padi tahun 2009 seluas 6.862 ha atau mengalami
peningkatan sebesar 285 ha. Ubi Kayu pada tahun 2009 mencapai 17.236 Ton mengalami
peningkatan sebesar 15.842 Ton dibandingkan pada tahun 2008 dan luas panen ubi kayu pada
tahun 2009 mencapai 112 ha dan mengalami peningkatan sebesar 15 ha. Sedangkan produksi
jagung mnecapai 749,91 Ton mengalami penurunan sebesar 211,09 Ton dari tahun 2008.
b. Peternakan
Data Jumlah ternak yang masuk ke Kota Palembang pada tahun 2009 yaitu 4.398.842 ekor yang
terdiri dari sapi,kerbau,kambing,domba,babi,ayam,ayam buras,ayam pedaging dan itik.
Industri
Dalam publikasi ini , In dustri menjadi 4 kelompok yaitu : Industri Logam, Mesin, Kimia dan Aneka ;
Industri Hasil Pertanian dan perikanan ; Industri Hasil Hutan dan perkebunan serta Industri Kerajinan
PT. PUSRI merupakan salam satu Perusahaan yang menghasilkan pupuk dan tidak saja merupakan
asset di Kota Palembang, ini juga merupakan salah satu asset Negara yang memegang peranan
penting. Produksi Pupuk PT.PUSRI pada Tahun 2009 sebesar 2.026.710 ton, dimana selama Periode
Januari – Desember 2009 produksi pupuk merupakan produksi terbesar dibandingkan produksi
lainnya.
Listrik
Sampai tahun 2009 pembangunan dibidang listrik terus dilaksanakan dengan tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan guna mendorong kegiatan ekonomi penduduk yang lebih produktif.
Seperti kegiatan industri , industri kerajinan rumah tangga dan bisnis lainnya. Sampai saat ini PT.PLN
terpaksa sebagai satu-satunya perusahaan penghasil listrik masih kekurangan Daya, PT.PLN terpaksa
melakukan pemadaman listrik secara bergiliran pada saat beban puncak.
PERSEDIAAN BERAS
Persediaan akhir beras untuk Kota Palembang yang tercatat pada Depot Logistic Provinsi Sumsel
Tahun 2009 adalah 23, 782,783 ton.
Kota Pontianak merupakan Ibukota Propinsi Kalimantan Barat yang terdiri dari 6 (enam) kecamatan dan
terbagi menjadi 29 (dua puluh sembilan) kelurahan dengan luas 107,82 km². Kota Pontianak terletak pada
Kondisi Fisik
Kota Pontianak Kota Pontianak terletak pada Lintasan Garis Khatulistiwa dengan ketinggian berkisar
antara 0,80 meter sampai 1,50 meter diatas permukaan laut. Struktur tanah merupakan lapisan tanah
gambut bekas endapan Lumpur Sungai Kapuas. Lapisan tanah liat baru dicapai pada kedalaman 2,4
meter dari permukaan laut. Kalimantan Barat memiliki iklim tropis dengan rata-rata temperatur harian
minimum sebesar 22,9° C dan temperatur maksimum sebesar 31,05° C. Sedangkan temperatur rata-
rata secara umum sebesar 29,5° C. Besarnya curah hujan di Kota Pontianak berkisar antara 3000 mm
- 4000 mm per tahun. Curah hujan terbesar (bulan basah) jatuh pada bulan Mei dan Oktober,
sedangkan curah hujan terkecil (bulan kering) jatuh pada bulan Juli. Jumlah hari hujan rata-rata per
bulan berkisar 15 hari. Rata – rata kelembapan nisbi dalam daerah Kota Pontianak maksimum 99,58
% dan minimum 53 % dengan rata – rata penyinaran matahari minimum 53 % dan maksimum 73%.
Kondisi Penduduk
Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kota Pontianak sementara
adalah 550.304 orang, yang terdiri atas 275.612 laki-laki dan 274.692 perempuan. Kecamatan
Kondisi Perekonomian
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk
menciptakan output (nilai tambah) pada suatu waktu tertentu. PDRB dari sisi sektoral merupakan
penjumlahan seluruh komponen nilai tambah bruto yang mampu diciptakan oleh sektorsektor ekonomi
atas berbagai aktivitas produksinya.
Berdasarkan penghitungan PDRB atas dasar harga konstan 2000, laju pertumbuhan ekonomi Kota
Pontianak tahun 2007 adalah sebesar 5,29 persen. Angka ini didapat dari adanya peningkatan PDRB
Kota Pontianak menurut harga konstan 2000, dimana pada tahun 2006 sebesar Rp.5.477.863,73 juta
meningkat menjadi Rp. 5.767.721,69 juta di tahun 2007.
Hampir seluruh sektor ekonomi pada tahun 2007 mengalami pertumbuhan. Laju pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2007 ini antara lain didukung oleh pertumbuhan di sektor dominan seperti sektor
Industri Pengolahan, sektor Bangunan, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran serta sektor-sektor
lain yang peranannya lebih kecil.
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang merupakan sektor yang paling dominan pada
perekonomian Kota Pontianak, di tahun 2007 pertumbuhannya meningkat dibandingkan pertumbuhan
di tahun 2006. Pada tahun 2006 pertumbuhan di sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar
5,55 persen dan di tahun 2007 meningkat menjadi 5,82 persen. Peningkatan pertumbuhan disektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran ini tentunya tidak terlepas dari adanya peningkatan volume
perdagangan serta peningkatan jumlah tamu hotel serta rumah makan dan restoran di kota Pontianak.
Struktur perekonomian di Kota Pontianak sampai dengan tahun 2007 masih di dominasi oleh sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran dengan peranannya sebesar 22,32 persen. Hal ini berarti bahwa
naik turunnya pertumbuhan di sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran akan sangat mempengaruhi
naik turunnya pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan di Kota Pontianak. Sektor lain yang
peranannya cukup penting dalam pembentukan PDRB Kota Pontianak adalah sektor Jasa-jasa
Nilai PDRB per Kapita di suatu wilayah di dapat dari pembagian antara nilai Produk Domestik
Regional Bruto dengan jumlah penduduk per tengahan tahun di wilayah tersebut. Jika di bandingkan
dengan nilai yang sama dengan wilayah lain dalam kurun waktu yang sama maka nilai PDRB per
Kapita ini dengan cepat akan memperlihatkan secara relatif tingkat kemakmuran wilayah tersebut
dibandingkan dengan wilayah lain. Artinya adalah jika nilai PDRB per Kapita-nya lebih besar dari nilai
PDRB per Kapita di wilayah lain maka penduduk wilayah tersebut dapat dikatakan relatif lebih makmur
demikian juga sebaliknya.
Untuk wilayah kota Pontianak, nilai PDRB per Kapitanya selalu memperlihatkan adanya kenaikan bila
dibandingkan dengan periode terdahulu. Di tahun 2006 misalnya nilainya adalah sebesar Rp.
14.819.653 yang berarti meningkat sebesar 7,76 % dibandingkan dengan nilai di tahun 2004 yang
sebesar Rp. 13.751.736.
PERINDUSTRIAN
Untuk pembagian kelompok industri mengikuti Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI),
sedangkan untuk kategori industri memakai konsep industri dari Badan Pusat Statistik, yaitu :
Jumlah perusahaan industri besar/sedang di Kota Pontianak yang telah terdata selama tahun 2005
adalah 34 perusahaan. Dari 34 perusahaan tersebut, 21 perusahaan diantaranya terletak di
Kecamatan Pontianak Utara dan sisanya tersebar di tiga kecamatan lainnya yaitu di Kecamatan
Pontianak Selatan sebanyak 5 perusahaan, Pontianak Timur 2 perusahaan dan Pontianak Barat 3
perusahaan dan Pontianak Kota sebanyak 3 perusahaan.
PERTANIAN
Tanaman Pangan dan Hortikultura
Data tentang tanaman pangan yang disajikan sub bab ini meliputi tanaman padi sawah, padi
ladang, jagung, ubi kayu, ubi rambat dan kacang tanah. Pada tahun 2006 jenis tanaman pangan
yang hasilnya paling besar adalah ubi kayu yang menghasilkan 1.206 ton dengan rata-rata
produksi 115,92 kuintal/ha, diikuti oleh padi sawah dengan produksi 892 ton dan Ubi Rambat
yang produksinya mencapai 351 ton. Luas panen yang terkecil adalah tanaman cabe dengan luas
2. Masjid Jami’
Masjid Jami’ adalah salah satu masjid besar peninggalan
masa kesultanan Pontianak. Lokasinya berada di pinggiran
sungai yang indah dan masih asli, walaupun struktur dari
masjid Jami’ tersebut telah mengalami rekonstruksi.
Masjid Jami’
Sumber: www.pontianakkota.go.id
Kawasan Rawan Bencana Alam, adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami
bencana alam. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Seperti yang kita ketahui bahwa kondisi fisik alam di bagian
Indonesia Timur rentan terhadap bencana alam yakni di daerah Wasior yang pernah terjadi Banjir Bandang.
Berikut gambaran umum wilayah Wasior dan Jayapura sebagai bagian dari wilayah rawan bencana alam
Indonesia:
4.4.1 KOTA JAYAPURA
Kota Jayapura adalah ibukota provinsi Papua, Indonesia. Kota ini merupakan ibukota provinsi yang terletak
paling timur di Indonesia. Kota yang indah ini terletak di teluk Jayapura. Sebelum Perang Dunia II Kota
Jayapura diduduki oleh Pemerintah Belanda dengan sebutan Hollandia. Tepat 17 Maret 1910 Hollandia
ditetapkan menjadi ibukota
Nederland Nieuw Guinea.
Setelah intergrasi dengan
Indonesia, Hollandda diubah
namanya menjadi Kota Baru,
kemudian Soekaroputra dan
terakhir dinamakan jayapura
sampai sekarang.
Kemudian berdasarkan undang-Undang No.6 tahun 1993 secara resmi status Kota Administratif Jayapura
ditingkatkan menjadi Kotamadya Jayapura. Secara geografis wilayah Kotamadya Jayapura terletak di
bagian utara Provinsi Papua, pada 1028'26” - 36058'82” LS dan 137024 10” - 14100” BT. Kotamadya
Jayapura secara Administratif memiliki batasan sebagai berikut :
Topografi
Topografi daerah cukup bervariasi, mulai dari dataran hingga landai dan berbukit / gunung 700 meter
di atas permukaan air laut. Kota Jayapura dengan luas wilayah 94.000 Ha terdapat ± 30% tidak layak
huni, karena tediri dari perbukitan yang terjal, rawa-rawa dan hutan di lindung dengan kemiringan 40%
bersifat konservasi dan hutan lindung.
Sebagian besar penduduk asli Kota Jayapura masih berdiam di kampung-kampung. Mereka ini relatif
belum terjangkau pelayanan pendidikan dan pelayanan kesehatan dasar, karena sarana angkutan
masih terbatas dan relatif mahal. Penduduk Kota Jayapura adalah penduduk heterogen yang terdiri
dari bermacam-macam suku yang ada di Indonesia. Jumlah Penduduk Kota Jayapura tahun 2005
adalah 218.027 jiwa dengan laju pertumbuhan 4,10 % per tahun (2002 - 2005).
Tentang kemiskinan, pada tahun 2003 tercatat penduduk miskin sebanyak 23,48 persen. Persentase
penduduk miskin ini lebih kecil dari penduduk miskin rata-rata Papua, yaitu 39,02 persen. Bila
menggunakan angka kemiskinan tahun 2002, tercatat penduduk miskin Kota Jayapura 24,83 persen,
yang tetap lebih rendah daripada kemiskinan rata-rata penduduk Papua dalam tahun yang sama, yaitu
41,80 persen.
Dalam aspek ketenagakerjaan pada tahun 2003 ditemukan angka pengangguran terbuka sebanyak
17,65 persen. Dari jumlah angkatan kerja sebanyak 93.330 orang pada tahun 2003, diantaranya
terdapat 76.860 orang yang dikategorikan working population dan 43.005 orang employment
population.
Perekonomian Daerah
Perekonomian Kota Jayapura terutama ditopang oleh pertumbuhan sektor jasa, yaitu jasa
pemerintahan, jasa perhotelan, dan jasa keuangan dan perbankan. Selain itu sektor perdagangan
juga menyumbang peran besar dalam perekonomian kota. Peran sektor pertambangan relatif kecil
dibandingkan dengan peran sektor tersebut di kabupaten-kabupaten lain di Papua. Namun bagaimana
pun juga, perlu dimengerti bahwa sektor pertambangan telah memberi dampak tidak langsung dalam
pertumbuhan ekonomi, karena pendapatan masyarakat dan pemerintah dari sektor ini banyak
dibelanjakan di Kota Jayapura.
Studi PEA menemukan dua indikator ekonomi makro yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi
daerah. Pertama, Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)8 mengalami pertumbuhan antara 2
sampai 6 persen per tahun selama lima tahun terakhir. Berdasarkan Harga Konstan 1993 tercatat
PDRB tahun 2003 sebesar Rp.606 milyar. Kedua Pendapatan per kapita mengalami pertumbuhan
antara 5 sampai 15 persen sejak 1999. Pada tahun 2003 tercatat pendapatan per kapita atas dasar
Harga Konstan tahun 1993 sebesar Rp.3,1 juta.
Monomuen PEPERA
Dibangun untuk memperingati Deklarasi Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA), yang dilakukan
tahun 1969, untuk menentukan keinginan rakyat Papua khususnya Kabupaten Jayapura bergabung
ke Indonesia. Pemungutan suara dilaksanakan selama 6 tahun setelah PBB menyerahkan Papua
kepada Indonesia. Monumen ini berada di APO, pos tentara sekutu yang pertama, 500 m dari pusat
kota Jayapura ke arah utara.
Teluk Youtefa
Sebuah teluk dengan panorama yang sangat indah. Teluk ini secara resmi memang sangat indah,
namun mempunyai arti khusus dalam Perang Dunia II, baik segi tentara Jepang maupun tentara
Sekutu dan Amerika Serikat, karena letak teluk ini sangat strategis. Pada tanggal 19 April 1942 bala
tentera Jepang masuk di Teluk Yotefa dan mendarat di PIM dan Abe pantai. Dengan diyakininya,
bahwa letak Hollanda sangat strategis, maka Jepang melabuhkan dua buah kapal perang beserta
marinirnya di Teluk Yotefa pada 6 Mei 1942.
Sumber: www.jayapurakota.go.id
Teluk Youtefa
Diteluk ini masih terdapat peninggalan sejarah Perang Dunia II berupa bangkai-bangkai kapal Jepang
maupun Sekutu yang tenggelam, sedang di Abe Pantai dibangun sebuah tugu peringatan Pendaratan
tentara Jepang. Ternyata teluk yang terlindung ini menjadikan Hollandia sebagai tumpuan pertahanan
Jepang. Begitu pula Perbekalan yang dimiliki Jepang di Hollandia diakui sekutu sebagai satu-satunya
pusat Perbekalan yang terbesar dan terkuat oleh bala tentara Jepang di seluruh wilayah Pasifik.
Pantai Base G
Pantai yang indah membentang disepanjang Samudera Pasifik. Pasoirnya putih dan airnya yang
jernih menjadikan pantai ini ideal bagi penggemar renang mandi di sinar matahari. Tempat ini pada
Penangkaran Buaya
Penangkaran buaya ini terletak di daerah Entrop wilayah kecamatan Jayapura Selatan 5 Km dari kota
Jayapura. Entrop adalah nama orang Belanda yang pertama kalinya tinggal di tempat ini. sekitar 500
meter dari jalan raya Abepura terdapat penangkaran buaya dalam berbagai jenis ukuran dengan
jumlah ribuan ekor. Sering dikunjungi oleh masyarakat kota Jayapura maupun wisatawan dan dapat
dicapai dengan jenis kendaraan.
Toko Souvenir
Disini terdapat banyak macam ukiran khas Papua yang dapat dibeli. Terletak di Pasir Hamadi, 4 Km
dari pusat kota Jayapura ke arah selatan yang ditempuh dengan semua jenis kendaraan.
Pada jam 10.00 pagi pada tanggal 22 April 1994 Jenderal Douglas MC Arthur mendarat di Pantai
Hamadi. Sebagai peringatan mendaratnya tentara sekutu tersebut, pada kaki tugu tersebut
bertuliskan: “HERE THE ALLIED FORCED LANDED ON APRIL 22, 1944”. Di Pantai Hamadi kini
terdapat sebuah tugu yang didirikan oleh Angkatan Darat Kerajaan Belanda (Koninkijke Land Macht)
pada tahun 1955, menjelang penyerahan tugasnya atas pengamanan Irian Barat kepada Angkatan
Laut Kerajaan Belanda (Koninkijke Zee Macht).
Distrik Wasior terletak di Kabupaten Teluk Wondama, yang terletak di Teluk Wondama, (bagian dari teluk
besar Teluk Cenderawasih, provinsi Papua Barat). Kabupaten yang berpenduduk ± 23.000 jiwa ini dan luas
± 14.950 km2 merupakan kabupaten hasil pemekaran kabupaten Manokwari berdasarkan UU no.26 tahun
2002. Berdasarkan UU No.26 tahun 2002, Kabupaten Teluk Wondama terdiri atas 7 distrik (setingkat
kecamatan) yang 6 distrik diantaranya diawali oleh hurup W.
Kota Wasior adalah pusat keramaian Kabupaten Teluk Wondama, kabupaten baru hasil pemekaran wilayah
2002. Wasior juga merupakan pintu gerbang Kabupaten Teluk Wondama ke wilayah lain, sehingga
tumbuh menjadi pusat perekonomian Kabupaten Wondama. Pada awalnya Kota Wasior merupakan pusat
pemerintahan Kabupaten Teluk Wondama, namun untuk percepatan pertumbuhan wilayah, pusat
pemerintahan itu di pindah ke Rasie sekitar 25 km lebih ke atas kota tersebut.
Kota yang pada tahun 2008 berpenduduk sekitar 8000 jiwa ini memiliki infrastruktur wilayah yang paling
lengkap di seluruh Kabupaten Teluk Wondama. Selain fasilitas perekonomian standar seperti pasar dan
pertokoan, Wasior juga memiliki pelabuhan yang dapat disinggahi kapal besar, bandar udara perintis dan
sarana perbankan. Karena itu, sebagian pegawai Pemda masih memilih tinggal di Wasior daripada di Rasie
yang merupakan pusat pemerintahan resmi Kabupaten Teluk Wondama. Meski kantor-kantor pemerintahan
sudah dibangun di Rasie sekitar tahun 2006, namun sampai tahun 2008 sebagian besar kantor Pemerintah
Kabupaten Wasior masih berkantor di Wasior.
Daratan yang ke arah teluk Wondama lebih lebar (lk. 11 sd 12 km) dibandingkan daratan ke arah teluk
Cenderawasih jika dihitung dari puncak di titik tertinggi semenanjung Wasior (lk. 6 sd 7 km). Hal ini
pertanda bahwa daratan di sebelah timur Wasior lebih curam dan terjal di bandingkan daratan di
sebelah barat semenanjung Wasior. Jika di kawasan hulu (kawasan puncak Wasior) terjadi hujan
yang sangat lebat, maka debit air yang mengalir ke sisi timur Semenanjung Wasior akan mengalami
kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan ke sisi barat Wasior jika tiada penghalang akar pohon
tetanaman di hutan. Pada ketinggian yang sama, Wilayah Timur Wasior relatif lebih sempit dibanding
dengan barat Wasior.
Kondisi Sosial
Seperti wilayah pesisir terpencil pada umumnya, mata pencaharian masyarakat asalnya adalah
melaut dan berkebun. Dengan pernah dijadikannya pusat pemerintahan Kabupaten Teluk Wondama
Bencana alam besar yang pernah terjadi di Wasior adalah “Banjir Bandang.” Banjir Bandang tersebut
melanda distrik Wasior pada tanggal 4 Oktober 2010, telah menewaskan lebih dari 144 jiwa manusia,
dan sekian ratus jiwa belum diketemukan. Jumlah itu sangatlah besar jika kita bandingkan jumlah
penduduk kabupaten tersebut yang hanya sekitar 23.000 jiwa, atau lebih kurang 0.5% s.d 1% dari
total jumlah penduduk.
Banjir bandang terjadi, karena kerusakan hutan di Wasior, sehingga hujan tiada henti yang terjadi
sejak Sabtu, 2 Oktober 2010 hingga Minggu, 3 Oktober 2010 menyebabkan Sungai Batang Salai yang
berhulu di Pegunungan Wondiwoy meluap. Banjir yang terjadi menyebabkan banyak infrastruktur di
Wasior hancur termasuk lapangan udara di Wasior, sementara kerusakan juga menimpa rumah
warga, rumah sakit, jembatan dan juga beberapa gereja. Kerusakan yang terjadi disebabkan banjir
yang terjadi membawa serta batu-batuan besar, batang-batang pohon, lumpur. Bencana banjir
bandang yang terjadi juga mengganggu hubungan komunikasi, jaringan listrik terputus dan aktifitas
masyarakat lumpuh.
Kota Makasar merupakan daerah pantai yang datar dengan kemiringan 0 - 5o ke arah barat, diapit dua
muara sungai yakni Sungai Tallo yang bermuara di bagian utara Kota Makasar dan Sungai Jeneberang
yang bermuara di selatan Kota Makasar. Luas keseluruhan wilayah Kota Makasar, seluas 275,77 km 2,
dengan luas daratan seluas 175,77 km2 daratan serta 11 pulau di Selat Makasar ditambah luas wilayah
perairan kurang lebih 100 Km².
Sesuai keadaan geografis mengenai lokasi dan kondisi geografis Kota Makasar, memberi penjelasan
bahwa secara geografis, kota Makassar memang sangat strategis dilihat dari sisi kepentingan ekonomi
maupun politik. Dari sisi ekonomi, Makassar menjadi simpul jasa distribusi yang tentunya akan lebih efisien
dibandingkan daerah lain. Memang selama ini kebijakan makro pemerintah yang seolah-olah menjadikan
Surabaya sebagai home base pengelolaan produk-produk draft kawasan Timur Indonesia, membuat
Makassar kurang dikembangkan secara optimal. Padahal dengan mengembangkan Makassar, otomatis
akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di kawasan Timur Indonesia
dan percepatan pembangunan. Dengan demikian, dilihat dari sisi letak dan kondisi geografis - Makassar
memiliki keunggulan komparatif dibanding wilayah lain di kawasan Timur Indonesia. Saat ini Kota Makassar
dijadikan inti pengembangan wilayah terpadu Mamminasata.
Sehubungan dengan itu, maka visi Makassar 2004-2009 sebagai penjabaran dari visi jangka panjang
adalah “Mewujudkan Kompetensi Makassar sebagai Kota Maritim, Niaga, Pendidikan, yang
Bermartabat dan Manusiawi”. Dengan deskripsi Maritim tercermin dari tumbuh dan berkembangnya
budaya bahari dalam kehidupan sehari-hari, terwujudnya atmosfir perniagaan yang aman, lancar dan
mantap, terwujudnya atmosfir pendidikan yang kondusif. Makassar sebagai kota maritim, niaga &
pendidikan yang dilandasi martabat aparat, warga kota dan pendatang yang manusiawi.
Untuk mencapai visi lima tahunan yang ditetapkan, maka dirumuskan misi lima tahunan Kota
Makassar adalah sebagai berikut;
1. Mengembangkan Kultur Maritim,
2. Mendorong Tumbuhnya Pusat Perniagaan,
3. Mendorong Peningkatan Kualitas Manusia dan Kesejahteraan
4. Masyarakat melalui Peningkatan dan Pemerataan Pendidikan, Mengembangkan Apresiasi
Budaya & Pengamalan Agama,
5. Mengembangkan Sistem Pemerintahan yang Bersih & Berwibawa,
6. Mendorong Terciptanya Stabilitas & Ketertiban, Peningkatan Infrastruktur Kota dan Peningkatan
Profesionalisme Aparatur.
Kondisi Fisik
Topografi
Wilayah Kota Makasar memiliki ketinggian yang bervariasi, yaitu sekitar 1-25 meter diatas permukaan
laut. Memiliki kelerengan sekitar 0-2% yang memiliki kondisi topografi datar.
Litologi
Jenis-jenis tanah yang ada di wilayah Kota Makassar terdiri dari tanah inceptisol dan tanah ultisol.
Jenis tanah inceptisol terdapat hampir di seluruh wilayah Kota Makassar, merupakan tanah yang
tergolong sebagai tanah muda. Tanah ini terbentuk dari berbagai macam bahan induk, yaitu aluvium
(fluviatil dan marin), batu pasir, batu liat, dan batu gamping. Tanah Inceptisol memiliki horison cambic
pada horison B yang dicirikan dengan adanya kandungan liat yang belum terbentuk dengan baik
akibat proses basah kering dan proses penghanyutan pada lapisan tanah.
Klimatologi
Berdasarkan pencatatan Stasiun meteorologi Maritim Paotere, Kota Makasar memiliki rata-rata
kelembaban udara sekitar 79 % dengan temperatur udara sekitar 25,1o-29,1oc serta memiliki rata-rata
kecepatan angin 4,2 knot.
Kepadatan penduduk di Kecamatan Makassar adalah terpadat yaitu 32.093 jiwa/ km2 , disusul
Kecamatan Mariso yaitu 29.293 jiwa/ km2, Kecamatan Bontoala 28.703 jiwa/ km2. Sedang Kecamatan
Biringkanaya merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah yaitu sekitar 2.605 jiwa/
km2, kemudian Kecamatan Tamalanrea 2.732 jiwa/ km2 , Kecamatan Manggala 4.003 jiwa/ km2,
Kecamatan Ujung Tanah 7.957 jiwa/ km2 , Kecamatan Panakkukang 10.071 jiwa/ km2
Kondisi Ekonomi
Perkembangan pertumbuhan ekonomi Kota Makassar juga dipengaruhi oleh dunia perbankan
dimana jumlah pinjaman pada tahun 2005 sebesar Rp 9,74 Trilyun lebih, pinjaman ini terdiri dari
pinjaman modal kerja Rp 3,31 Trilyun lebih atau sebesar 33,98%, pinjaman investasi sebesar Rp 3,88
Trilyun lebih atau 39,79% dan pinjaman konsumtif sebesar Rp 2,55 Trilyun lebih atau 26,23% terhadap
total pinjaman. Bentuk pinjaman ini lebih berarti dibandingkan dengan tahun sebelumnya oleh karena
pada tahun sebelumnya lebih dominan mengarah pada pinjaman yang sifatnya konsumtif.
Struktur ekonomi Makassar tahun 2005 didominasi oleh peranan perdagangan, hotel dan restoran
sekitar 28,09% diikuti pengolahan sekitar 23,09% dan ketiga adalah peranan sektor angkutan dan
komunikasi sekitar 16,23%. Sementara urutan ke empat dan kelima adalah sektor jasa dan sektor
keuangan masing-masing sekitar 11,28% dan 10,78%.