Anda di halaman 1dari 32

BAB 04

PROFIL WILAYAH KAJIAN

4.1 KONDISI LINGKUNGAN STRATEGIS INDONESIA

Negara Indonesia merupakan rangkaian gugusan pulau yang terbentang sepanjang + 5.600 km dari
Sabang hingga Merauke. Wilayah negara Republik Indonesia mempunyai gugusan pulau terbanyak di
dunia. Data terbaru menunjukkan bahwa jumlah pulau di Indonesia mencapai 18.110 buah (Buku Pintar Seri
Senior, 2003), terdiri atas pulau besar dan kecil, baik yang berpenghuni ataupun tidak.

4.1.1 Kondisi Geografis


Secara astronomis, wilayah Indonesia berada antara 6o LU - 11o LS dan 95o BT - 141o BT. Secara
geografis, Indonesia terletak di antara Benua Asia dan Benua Australia, serta di antara Samudra Hindia dan
Samudra Pasifik.

Sumber: Atlas Indonesia dan Dunia, 2003

Gambar 4.1 Letak Relatif Indonesia di Posisi Silang

Letak geografis Indonesia menempatkan Indonesia di posisi silang, sehingga Indonesia berada pada jalur
transportasi perdagangan yang ramai. Bahkan sejak zaman dahulu, perairan Nusantara merupakan
perairan yang ramai dilalui kapal-kapal dagang dari India, Eropa, dan Cina. Dampak dari posisi silang ini
menyebabkan Indonesia kaya akan keragaman budaya dan suku bangsa. Selain itu, letak di antara dua
benua dan dua samudra memengaruhi kondisi cuaca dan iklim. Benua dan samudra yang memiliki
karakteristik iklim yang berlainan, secara periodik memengaruhi keadaan cuaca dan iklim di Indonesia yang
terletak di garis khatulistiwa.

Penyusunan Materi Teknis Kebijakan Strategi Nasional


IV- 1
Penyelenggaraan Penataan Ruang
Negara Republik Indonesia sebagai negara kepulauan, berbatasan dengan laut Andawan, China Selatan,
Malaysia, Phillipina dan Samudera Pasifik, Hindia dan Australia. Bentang alam di daratan barat mempunyai
perairan dangkal (Dangkalan Sunda), daratan timur mempunyai perairan dangkalan (Dangkalan Sahul) dan
cekungan tengah memiliki perairan laut dalam dengan beberapa palung laut.

4.1.2 Relief Daratan Indonesia


Relief adalah bentuk kekasaran permukaan bumi, baik berupa tonjolan, dataran, atau cekungan.
Permukaan daratan Indonesia sangat bervariasi, hal ini dikarenakan Indonesia memiliki sejarah dan formasi
geologi yang unik. Indonesia menempati dua lapisan Lempeng benua yang berbeda, yaitu Lempeng Benua
Asia di kawasan Barat dan lempeng Benua Australia di kawasan Timur. Selain itu, Indonesia berada pada
jalur pertemuan lempeng dunia, sehingga banyak menghasilkan rangkaian gunung api. Secara garis besar,
relief daratan Indonesia dapat dibedakan atas daerah pantai, dataran rendah, dan dataran tinggi atau
daerah pegunungan.

Indonesia banyak memiliki gunung dan pegunungan, hal ini dikarenakan Indonesia dilintasi oleh dua jalur
pegunungan muda, yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterania. Sirkum Pasifik merupakan rangkaian
pegunungan di sekeliling Samudra Pasifik. Berawal dari Pegunungan Andes di Amerika Selatan, Rocky
Mountain di Amerika Utara, Alaska, Kepulauan Aleut, Kepulauan Kuril, Kepulauan Jepang, Taiwan, Filipina,
Pulau Irian, hingga Selandia Baru. Adapun Sirkum Mediterania dimulai dari Afrika Utara dan Eropa Selatan,
lewat Asia Barat, Pegunungan Himalaya, Thailand Utara, Myanmar, Kepulauan Andaman, dan Indonesia.

Indonesia tercatat memiliki 128 gunung api, 90 di antaranya masih aktif dan selalu menunjukkan aktivitas
vulkanismenya. Selain itu, terdapat tidak kurang dari 400 gunung api yang telah mati. Sebuah gunung
dianggap telah mati jika sejak tahun 1600 tidak lagi menunjukkan adanya gejala vulkanisme. Banyaknya
gunung api ini memengaruhi jenis dan kesuburan tanah, karena proses vulkanisme dapat menghasilkan
tanah baru dan debu hasil letusannya mampu menyuburkan tanah. Hal inilah yang menyebabkan sebagian
besar wilayah Indonesia merupakan lahan yang subur. Selain itu, banyaknya gunung api juga berpengaruh
terhadap kondisi cuaca, khususnya curah hujan sebagai akibat dari proses orografis, serta ketersediaan air
tawar karena banyak terdapat mata air di lereng-lerengnya yang menimbulkan aliran sungai.

4.1.3 Kegiatan Ekonomi Penduduk Indonesia


Kegiatan ekonomi meliputi semua bentuk kegiatan penduduk dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kegiatan ekonomi manusia bermacam-macam. Secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
kegiatan ekonomi agraris dan kegiatan ekonomi nonagraris.

1. Kegiatan Ekonomi Agraris


Kegiatan ekonomi agraris adalah kegiatan ekonomi penduduk dalam memanfaatkan faktor-faktor
alam, khususnya dalam bidang pertanian; termasuk di dalamnya adalah peternakan, perikanan,
perkebunan, dan kehutanan. Pada umumnya, kegiatan ekonomi agraris berpusat di daerah-daerah

Penyusunan Materi Teknis Kebijakan Strategi Nasional


IV- 2
Penyelenggaraan Penataan Ruang
pedesaan yang masih menyediakan lahan yang cukup luas. Secara umum, pertanian atau
persawahan banyak diusahakan di daerah pedesaan Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Bali, dan
sebagian Sulawesi. Pulau Jawa merupakan pusat penghasil padi utama, hal ini dikarenakan kondisi
alam di Pulau Jawa sangat mendukung. Di wilayah Sumatra, kegiatan ekonomi agraris didominasi
oleh tanaman perkebunan. Di wilayah Kalimantan, kegiatan ekonomi agraris didominasi oleh hutan
primer dan hutan produksi.

Di wilayah Papua, kegiatan ekonomi agraris masih didominasi oleh kegiatan kehutanan, perkebunan
sagu, dan sistem pertanian lahan kering (peladangan dan tegalan). Jenis tanaman yang diusahakan
oleh penduduk pada umumnya jenis sayuran, sagu, umbiumbian, dan palawija yang digunakan
sebagai bahan makanan pokok. Kegiatan ekonomi agraris di Sulawesi dan Maluku didominasi oleh
kegiatan perkebunan rempah-rempah, sagu, kopi, dan buah-buahan.

2. Kegiatan Ekonomi Nonagraris


Kegiatan ekonomi nonagraris umumnya lebih berkembang di kawasan perkotaan, khususnya di
kota-kota besar. Kegiatan ekonomi nonagraris meliputi usaha pertambangan, industri, perdagangan,
dan jasa.
a. Pertambangan
b. Perindustrian
c. Perdagangan
d. Jasa

4.1.4 Provinsi
Indonesia saat ini memiliki 33 provinsi (termasuk 2 Daerah Istimewa (DI) dan satu Daerah Khusus Ibukota
(DKI). Kedua DI tersebut adalah Nanggroe Aceh Darussalam dan Daerah Istimewa Yogyakarta sedangkan
Daerah Khusus Ibukotanya adalah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Sebelum tahun 1999, Timor Timur
merupakan salah satu provinsi di Indonesia, yang kemudian memisahkan diri melalui referendum menjadi
Negara Timor Leste.
Daftar Provinsi di Indonesia
Sumatra
Nanggroe Aceh Darussalam | Sumatera Utara | Sumatera Barat | Bengkulu | Riau | Kepulauan Riau | Jambi |
Sumatera Selatan | Lampung | Kepulauan Bangka Belitung
Jawa
Jakarta | Jawa Barat | Banten | Jawa Tengah | DI Yogyakarta | Jawa Timur
Kalimantan
Kalimantan Barat | Kalimantan Tengah | Kalimantan Selatan | Kalimantan Timur
Nusa Tenggara
Bali | Nusa Tenggara Barat | Nusa Tenggara Timur
Sulawesi
Sulawesi Barat | Sulawesi Utara | Sulawesi Tengah | Sulawesi Selatan | Sulawesi Tenggara | Gorontalo
Kepulauan Maluku dan Papua
Maluku | Maluku Utara | Papua Barat | Papua

Penyusunan Materi Teknis Kebijakan Strategi Nasional


IV- 3
Penyelenggaraan Penataan Ruang
4.1.5 Kondisi Demografi
Penduduk Indonesia berdasar sensus 2010 mencapai 237,641,326 yang terdiri atas 119,630,913 penduduk
laki-laki dan 118,010,413 penduduk perempuan. Data yang dipublikasikan melalui website BPS
http://www.bps.go.id, menyebutkan penduduk terbanyak menurut provinsi adalah provinsi Jawa Barat
kemudian Jawa Timur.

Penduduk Indonesia dapat dibagi secara garis besar dalam dua kelompok. Di bagian barat Indonesia
penduduknya kebanyakan adalah suku Melayu sementara di timur adalah suku Papua, yang mempunyai
akar di kepulauan Melanesia. Banyak penduduk Indonesia yang menyatakan dirinya sebagai bagian dari
kelompok suku yang lebih spesifik, yang dibagi menurut bahasa dan asal daerah, misalnya Jawa, Sunda
atau Batak.

Selain itu juga ada penduduk pendatang yang jumlahnya minoritas diantaranya adalah Etnis Tionghoa,
India, dan Arab. Mereka sudah lama datang ke nusantara dengan jalur perdagangan sejak abad ke 8 SM
dan menetap menjadi bagian dari Nusantara. Di Indonesia terdapat sekitar 3% populasi etnis Tionghoa.
Angka ini berbeda-beda karena hanya pada tahun 1930-an terakhir kalinya pemerintah melakukan sensus
dengan menggolong-golongkan masyarakat Indonesia ke dalam suku bangsa dan keturunannya.
Islam adalah agama mayoritas yang dipeluk oleh sekitar 85,2% penduduk Indonesia, yang menjadikan
Indonesia negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia. Sisanya beragama Protestan (8,9%);
Katolik (3%); Hindu (1,8%); Buddha (0,8%); dan lain-lain (0,3%).

4.2 KORIDOR EKONOMI SUMATERA

Koridor Ekonomi Sumatera mempunyai tema Sentra Produksi dan Pengolahan Hasil Bumi dan
Lumbung Energi Nasional. Secara geostrategis, Sumatera diharapkan menjadi “Gerbang ekonomi
nasional ke Pasar Eropa, Afrika, Asia Selatan, Asia Timur, serta Australia”. Secara umum, Koridor
Ekonomi Sumatera berkembang dengan baik di bidang ekonomi dan sosial dengan kegiatan ekonomi
utama seperti perkebunan kelapa sawit, karet serta batubara.

Di dalam strategi pembangunan ekonominya, Koridor Ekonomi Sumatera berfokus pada tiga kegiatan
ekonomi utama, yaitu kelapa sawit, karet, serta batubara yang memiliki potensi yang sangat besar untuk
menjadi mesin pertumbuhan ekonomi koridor ini. Selain itu, kegiatan ekonomi utama pengolahan besi baja
yang terkonsentrasi di Banten juga diharapkan menjadi salah satu lokomotif pertumbuhan koridor ini,
terutama setelah adanya upaya pembangunan Jembatan Selat Sunda.

4.2.1 KOTA MEDAN


Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di propinsi Sumatera Utara, Kedudukan, fungsi dan
peranan Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi
Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan

Penyusunan Materi Teknis Kebijakan Strategi Nasional


IV- 4
Penyelenggaraan Penataan Ruang
penyelenggaraan pemerintah daerah. Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab
berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota /
negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara
demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar barang/jasa yang relatif besar. Hal ini tidak
terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana tahun 2010 telah mencapai 2.109.339 jiwa.
Demikian juga secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota
Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan regional/nasional.

 Visi Dan Misi Kota Medan


Secara umum arah dan agenda pembangunan kota mengacu kepada visi :
 Jangka Panjang (Visi 2025) → Perda Nomor 8 Tahun 2009 : Kota Medan yang maju, sejahtera,
religius dan berwawasan lingkungan (Indikasi : Income perkapita Rp 72 Juta / tahun).
 Jangka Menengah (Visi 2015) : Kota Medan menjadi Kota Metropolitan yang berdaya saing,
nyaman, peduli dan sejahtera.
 Jangka Pendek (Tahun 2011) : Mendorong pertumbuhan ekonomi daerah yang semakin dinamis
dan berkualitas guna menciptakan kesempatan kerja yang luas, mengurangi kemiskinan,
meningkatkan mutu pelayanan public dan kesejahteraan masyarakat (Indikasi : Income perkapita
menjadi Rp 41,3 Juta dari Rp 36 Juta Tahun 2010).
Misi Pemerintah Kota Medan Tahun 2011
Melaksanakan percepatan dan perluasan pembangunan kota terutama pada 6 (enam) aspek dasar,
yaitu :
1. Pelayanan pendidikan baik akses, kualitas maupun manajemen pendidikan yagng semakin baik,
sehingga dapat menciptakan lulusan yang unggul.
2. Perbaikan infrastruktur, utamanya perbaikan jalan kota, jalan lingkungan, taman kota dan
drainase serta penataan pasar tradisional secara simultan.
3. Pelayanan kesehatan, baik akses, mutu maupun manajemen kesehatan yang semakin baik.
4. Peningkatan pelayanan administrasi public terutama pelayanan KTP/KK/Akte kelahiran dan
perizinan usaha.
5. Peningkatan Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk meningkatkan kapasitas dan prestasi
kerjanya, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing.
6. Menurunkan angka pengangguran dan kemiskinan. Catatan : Misi ini tidak ringan dan
pencapaiannya akan dipengaruhi faktor eksternal dan internal. Untuk itu, kita harus bekerja lebih
efektif.

Penyusunan Materi Teknis Kebijakan Strategi Nasional


IV- 5
Penyelenggaraan Penataan Ruang
 Kondisi Geografis
Kota Medan merupakan salah satu dari 25 Daerah
Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar
265,10 km². Kota ini merupakan pusat pemerintahan
Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan
langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah
utara, selatan, barat dan timur. Sebagian besar wilayah
Kota Medan merupakan dataran rendah yang
merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu
Sungai Babura dan Sungai Deli. Topografi Kota Medan
cenderung miring ke Utara dan berada pada ketinggian
2,5 – 37,5 meter diatas permukaan laut.

Letak Kota Medan memang strategis. Kota ini dilalui


Sungai Deli dan SungaiBabura. Keduanya merupakan
jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai.
Keberadaan Pelabuhan Belawan di jalur
Selat Malaka yang cukup modern sebagai pintu
gerbang atau pintu masuk wisatawan dan perdagangan
barang dan jasa baik perdagangan domestik maupun
luar negeri (ekspor-impor), menjadikan Medan sebagai
pintu gerbang Indonesia bagian barat. Sumber:Bappeda Kota Medan, 2008

Gambar 4.2 Wilayah Administratif Kota Medan


 Kondisi Demografis
Sejak tahun 1996, jumlah penduduk Kota Medan mengalami kenaikan yang cukup nyata hingga ke
tahun 2003. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2002 yaitu sebesar 1,94%. Berdasarkan data
kependudukan tahun 2010, penduduk Kota Medan diperkirakan telah mencapai 2.109.339 jiwa.
Kepadatan penduduk rata-rata Kota Medan adalah 7.520 jiwa/km2. Kepadatan penduduk tertinggi
terdapat di kecamatan Medan Perjuangan (22.813 jiwa/km2), sedangkan kecamatan dengan tingkat
kepadatan penduduk terendah yaitu kecamatan Medan Labuhan (2.551 jiwa/km2).

Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan
keragaman (plural) adapt istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota
Medan bersifat terbuka. Secara Demografi, Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa
transisi demografi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan dimana
tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin
menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan
pola fakir masyarakat dan perubahan social ekonominya.

Penyusunan Materi Teknis Kebijakan Strategi Nasional


IV- 6
Penyelenggaraan Penataan Ruang
 Kondisi Sosial
Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan dan ketertiban, agama
dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan.
Data SUSENAS tahun 2004, memperkirakan penduduk miskin di kota medan tahun 2004 berjumlah
7,13% atau 32.804 rumah tangga atau 143.037 jiwa. Dilihat dari persebarannya, Medan bagian Utara
(Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan dan Medan Belawan) merupakan kantong kemiskinan
terbesar (37,19%) dari keseluruhan penduduk miskin.

 Kondisi Perekonomian
Pembangunan ekonomi daerah dalam periode jangka panjang (mengikuti pertumbuhan PDRB),
membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern
yang didominasi oleh sektor-sektor non primer, khususnya industri pengolahan dengan increasing
return to scale (relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas) yang dinamis
sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Ada kecenderungan, bahwa semakin tinggi laju
pertumbuhan ekonomi membuat semakin cepat proses peningkatan pendapatan masyarakat per
kapita, dan semakin cepat pula perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi bahwa faktor-faktor
penentu lain mendukung proses tersebut, seperti tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi, relatif tetap.

Perubahan struktur ekonomi umumnya disebut transformasi struktural dan didefinisikan sebagai
rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan lainnya dalam komposisi permintaan agregat
(produksi dan pengangguran faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja dan modal) yang diperlukan
guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Berdasarkan
perbandingan peranan dan kontribusi antar lapangan usaha terhadap PDRB pada kondisi harga
berlaku tahun 2005-2007 menunjukkan, pada tahun 2005 sektor tertier memberikan sumbangan
sebesar 70,03 persen, sektor sekunder sebesar 26,91 persen dan sektor primer sebesar 3,06 persen.
Lapangan usaha dominan yaitu perdagangan, hotel dan restoran menyumbang sebesar 26,34 persen,
sub sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 18,65 persen dan sub sektor industri pengolahan
sebesar 16,58 persen.

Kontribusi tersebut tidak mengalami perubahan berarti bila dibandingkan dengan kondisi tahun 2006.
Sektor tertier memberikan sumbangan sebesar 68,70 persen, sekunder sebesar 28,37 persen dan
primer sebesar 2,93 persen. Masing-masing lapangan usaha yang dominan yaitu perdagangan, hotel
dan restoran sebesar 25,98 persen, sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 18,65 persen,
industri jasa pengolahan sebesar 16,58 persen dan jasa keuangan 13,41 persen.

Demikian juga pada tahun 2007, sektor tertier mendominasi perekonomian Kota Medan, yaitu sebesar
69,21 persen, disusul sektor sekunder sebesar 27,93 persen dan sektor primer sebesar 2,86 persen.
Masing masing lapangan usaha yang dominan memberikan kontribusi sebesar 25,44 persen dari

Penyusunan Materi Teknis Kebijakan Strategi Nasional


IV- 7
Penyelenggaraan Penataan Ruang
lapangan usaha perdagangan/hotel/restoran, lapangan usaha transportasi/telekomunikasi sebesar
19,02 persen dan lapangan usaha industri pengolahan sebesar 16,28 persen.

Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan tahun 2009 berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
atas dasar harga konstan 2000 terjadi peningkatan sebesar 6,56 persen terhadap tahun 2008.
Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pengangkutan dan komunikasi 9,22 persen. Disusul oleh
sektor perdagangan, hotel, dan restoran 8,47 persen, sektor bangunan 8,22 persen, sektor jasa-jasa
7,42 persen, sektor listrik ,gas dan air bersih 5,06 persen, sektor pertanian 4,18 persen, sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh sebesar 2,94 persen, sektor industri 1,71 persen,
dan penggalian tumbuh 0,46 persen. Besaran PDRB Kota Medan pada tahun 2009 atas dasar harga
berlaku tercapai sebesar Rp.72,67 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp.
33,43 triliun.

Terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan tahun 2009 sebesar 6,56 persen, sektor perdagangan,
hotel, dan restoran menyumbang perumbuhan sebesar 2,20 persen Disusul oleh sektor pengangkutan
dan komunikasi 1,85 persen, sektor bangunan 0,91 persen, sektor jasa-jasa 0,76 persen, sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 0,43 persen, sektor industri 0,25 persen, sektor pertanian
0,10 persen, sektor listrik ,gas dan air bersih 0,07 persen dan sektor pertambangan dan penggalian
menyumbang pertumbuhan 0,00 persen.

Dari sisi penggunaan, sebagian besar PDRB Kota Medan pada tahun 2009 digunakan untuk
memenuhi konsumsi rumah tangga yang mencapai 36,20 persen, disusul oleh ekspor neto 30,53
persen (ekspor 50,82 persen dan impor 20,29 persen), pembentukan modal tetap bruto 20,61 persen,
konsumsi pemerintah 9,54 persen dan pengeluaran konsumsi lembaga nirlaba 0,64 persen. PDRB per
Kapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2009 mencapai Rp. 34,26 juta, lebih tinggi dibandingkan
dengan tahun 2008 sebesar Rp. 31,07 juta.

 Pariwisata Kota Medan


Adapun objek wisata yang dapat dikunjungi di Kota Medan diantaranya sebagai berikut:
o Istana Maimon
o Tugu Guru Patimpus Sumber:ww

o Tjong A Fie
o Kantor Pos
o Mesjid Raya
o Gereja Lama Sumber:www.pemkomedan.go.id
o Menara Air Titanadi
o Vihara Gunung Timur
o Lonsum
o Klenteng Hindu Shri
o Museum Bukit Barisan
Marimman

Penyusunan Materi Teknis Kebijakan Strategi Nasional


IV- 8
Penyelenggaraan Penataan Ruang
o Tugu Jendral Ahmad Yani
o Museum Sumatera Utara
o Taman Buaya Medan
o Kebun Binatang Medan
o Rahmat Wildlife Museum &
Sumber:www.pemkomedan.go.id
Gallery
o Pekan Raya Sumatera Utara
o Danau Siombak
o Merdeka Walk
o Ramadhan Fair
o Lebaran Fair Sumber:www.pemkomedan.go.id
o Graha Bunda Maria Annai
o Taman Sri Deli
Velangkanni (tempat ziarah)
o Mesjid Raya Lama (Al-Osmani)
o Museum Perjuangan TNI
o Taman Rekreasi Mora Indah
Kodam I Bukit Barisan
o Mesjid Gang Begkok

4.2.2 KOTA PALEMBANG


Palembang merupakan salah satu kota
metropolitan di Indonesia dan secara
geografis terletak antara 2o 52′ sampai 3o
5′ Lintang Selatan dan 104o 37′ sampai
104o 52′ Bujur Timur dengan ketinggian
rata-rata 8 meter dari permukaan air laut.
Luas wilayah Kota Palembang sebesar
400,61 km2 yang secara administrasi
terbagi atas 16 kecamatan dan 107
kelurahan. Kota Palembang merupakan
ibukota Propinsi Sumatera Selatan dengan Sumber: Bappenas

batas wilayah yaitu di sebelah utara, timur Gambar 4.3 Wilayah Administratif Kota Palembang

dan barat dengan Kabupaten Banyu Asin; sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Muara Enim.

Penyusunan Materi Teknis Kebijakan Strategi Nasional


Penyelenggaraan Penataan Ruang
IV- 9
 VISI DAN MISI KOTA PALEMBANG 2008-2013
Sesuai dengan visi dan misi dari Walikota Palembang yang terpilih melalui pilkada langsung Kota
Palembang tahun 2008, maka visi pembangunan Kota Palembang sampai dengan tahun 2013,
adalah:
“Palembang Kota Internasional, Sejahtera dan Berbudaya 2013”

Visi tersebut memiliki makna bahwa selama lima tahun kedepan, pembangunan di Kota Palembang
memiliki cita-cita untuk mencapai terwujudnya Kota Palembang sebagai salah satu kota internasional
yang senantiasa dinamis dalam merespon semua peluang dan tuntutan global, disertai dengan
kepedulian tinggi dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang berbudaya. Terdapat tiga kunci
pokok dalam visi Kota Palembang yakni, Kota Internasional, Sejahtera, dan Berbudaya.
Untuk mewujudkan Visi Kota Palembang tersebut, maka dirumuskan pernyataan-pernyataan Misi
sebagai berikut:
Misi 1: Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang cerdas, sehat, bermoral, berbudaya serta
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Misi 2 Meningkatkan kesejahteraan dan peran serta masyarakat dalam pembangunan
Misi 3 Meningkatkan sarana dan prasarana perkotaan sesuai rencana tata ruang yang berkelanjutan
Misi 4 Meningkatkan pertumbuhan perekonomian melalui peningkatan jejaring kerja antar daerah
baik dalam negeri maupun luar negeri.
Misi 5 Melanjutkan reformasi birokrasi baik secara kultural maupun struktural untuk meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat.
Misi 6 Meningkatkan keamanan, ketertiban masyarakat secara adil dan merata serta mendorong
terlaksananya penegakan hokum
Misi Melestarikan sumber daya alam, lingkungan hidup, warisan sejarah dan budaya

 Kondisi Fisik Alam


Keadaan alam kota Palembang merupakan daerah tropis lembah nisbi, dengan suhu rata-rata
sebagian besar wilayah Kota Palembang 21o– 32o Celsius, curah hujan 22 – 428 mml per tahun.
Kawasan lindung yang ada di Kota Palembang dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu hutan
(5,68%) dan rawa (3,83%). Untuk hutan sendiri terdiri dari berbagai jenis guna lahan, diantaranya
adalah kawasan cagar alam (46,91 Ha) dan kawasan cagar budaya (21,75 Ha).

Berdasarkan kondisi geologi, Kota Palembang memiliki relief yang beraneka ragam terdiri dari tanah
berupa lapisan aluvial dan lempung berpasir. Di bagian selatan kota, batuan berupa pasir lempung
yang tembus air, sebelah utara berupa batuan lempung pasir yang kedap air, sedangkan sebelah
barat berupa batuan lempung kerikil, pasir lempung yang tembus air hingga kedap air.

Dari segi kondisi hidrologi, Kota Palembang terbelah oleh Sungai Musi menjadi dua bagian besar
disebut Seberang Ulu dan Seberang Ilir. Kota Palembang mempunyai 108 anak sungai. Terdapat 4

Penyusunan Materi Teknis Kebijakan Strategi Nasional


IV- 10
Penyelenggaraan Penataan Ruang
sungai besar yang melintasi Kota Palembang. Sungai Musi adalah sungai terbesar dengan lebar rata-
rata 504 meter (lebar terpanjang 1.350 meter berada disekitar Pulau Kemaro, dan lebar terpendek 250
meter berlokasi di sekitar Jembatan Musi II). Ketiga sungai besar lainnya adalah Sungai Komering
dengan lebar rata-rata 236 meter; Sungai Ogan dengan lebar rata-rata 211 meter, dan Sungai
Keramasan dengan lebar rata-rata 103 meter. Disamping sungai-sungai besar tersebut terdapat
sungai-sungai kecil lainnya terletak di Seberang Ilir yang berfungsi sebagai drainase perkotaan
(terdapat ± 68 anak sungai aktif). Sungai-sungai kecil tersebut memiliki lebar berkisar antara 3 – 20
meter. Pada aliran sungai-sungai tersebut ada yang dibangun kolam retensi, sehingga menjadi bagian
dari sempadan sungai.

Permukaan air Sungai Musi sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Pada musim kemarau
terjadi penurunan debit sungai, sehingga permukaan air Sungai Musi mencapai ketinggian yang
minimum. Pola aliran sungai di Kota Palembang dapat digolongkan sebagai pola aliran dendritik,
artinya merupakan ranting pohon, di mana dibentuk oleh aliran sungai utama (Sungai Musi) sebagai
batang pohon, sedangkan anak-anak sungai sebagai ranting pohonnya. Pola aliran sungai seperti ini
mencerminkan bahwa, daerah yang dialiri sungai tersebut memiliki topografi mendatar. Dengan
kekerasan batuan relatif sama (uniform) sehingga air permukaan (run off) dapat berkembang secara
luas, yang akhirnya akan membentuk pola aliran sungai (river channels) yang menyebar ke daerah
tangkapan aliran sungai (catchment area).

Berdasarkan RTRW Kota Palembang 1999-2009, sekitar 30% dari total luas Kota Palembang adalah
berupa rawa yang terdiri atas rawa reklamasi dan rawa perlindungan. Struktur rawa yang ada di Kota
Palembang juga dipengaruhi oleh pasang surut Sungai Musi dan sungai-sungai lain yang bermuara di
Sungai Musi. Satuan geomorfik rawa pada umumnya dicirikan oleh terbentuknya cekungan yang lebih
luas, dengan kedalaman relatif dangkal, genangan air yang relatif stagnant (yang tergenang tidak
mengalir, sepanjang masa), dan bahkan di beberapa lokasi dijumpai pula area rawa yang telah kering
atau tak berair kecuali di musim hujan.

Keadaan topografi Kota Palembang, pada umumnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian
rata-rata + 4 – 12 meter di atas permukaan laut, dengan komposisi: 48% tanah dataran yang tidak
tergenang air, 15% tanah tergenang secara musiman dan 35% tanah tergenang terus menerus
sepanjang musim. Lokasi daerah yang tertinggi berada di Bukit Seguntang Kecamatan Ilir Barat I,
dengan ketinggian sekitar 10 meter dpl. Sedangkan kondisi daerah terendah berada di daerah Sungai
Lais, Kecamatan Ilir Timur II. Kota Palembang dibedakan menjadi daerah dengan tofografi mendatar
sampai dengan landai, yaitu dengan kemiringan berkisar antara ± 0 - 3o dan daerah dengan topografi
bergelombang dengan kemiringan berkisar antara ± 2–10o. Sebagian besar dari wilayah Kota
Palembang merupakan dataran rendah yang landai dengan ketinggian tanah rata-rata + 12 meter di
atas permukaan laut, sedangkan daerah yang bergelumbang ditemukan di beberapa tempat seperti
Kenten, Bukit Sangkal, Bukit Siguntang dan Talang Buluh-Gandus.

Penyusunan Materi Teknis Kebijakan Strategi Nasional


IV- 11
Penyelenggaraan Penataan Ruang
 Kependudukan
Jumlah penduduk Kota Palembang pada pertengahan tahun 2009 adalah sebesar 1.438.938 jiwa,
sedangkan jumlah penduduk pada pertengahan tahun 2008 adalah 1.417.047 jiwa dengan
pertumbuhan penduduk sekitar 1,54 persen. Rasio jenis kelamin di Kota Palembang pada tahun 2009
sebesar 97,19 persen yang berarti bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih kecil dibandingkan dengan
jumlah penduduk perempuan. Untuk wilayah kecamatan rasio jenis kelamin yang tertinggi terdapat di
Kecamatan Ilir Timur I sebesar 115,28 persen. Diurutan kedua adalah Kecamatan Seberang Ulu I
sebesar 102,53 persen, sedangkan diurutan ketiga adalah Kecamatan Kemuning dengan angka rasio
sebesar 100,98 persen.

 Pertanian
a. Tanaman Pangan
Tahun 2009 produksi padi mencapai 27.105 TON atau mengalami peningkatan sebesar 1.894 Ton
di bandingkan tahun 2008. Luas panen padi tahun 2009 seluas 6.862 ha atau mengalami
peningkatan sebesar 285 ha. Ubi Kayu pada tahun 2009 mencapai 17.236 Ton mengalami
peningkatan sebesar 15.842 Ton dibandingkan pada tahun 2008 dan luas panen ubi kayu pada
tahun 2009 mencapai 112 ha dan mengalami peningkatan sebesar 15 ha. Sedangkan produksi
jagung mnecapai 749,91 Ton mengalami penurunan sebesar 211,09 Ton dari tahun 2008.
b. Peternakan
Data Jumlah ternak yang masuk ke Kota Palembang pada tahun 2009 yaitu 4.398.842 ekor yang
terdiri dari sapi,kerbau,kambing,domba,babi,ayam,ayam buras,ayam pedaging dan itik.

 Industri
Dalam publikasi ini , In dustri menjadi 4 kelompok yaitu : Industri Logam, Mesin, Kimia dan Aneka ;
Industri Hasil Pertanian dan perikanan ; Industri Hasil Hutan dan perkebunan serta Industri Kerajinan
PT. PUSRI merupakan salam satu Perusahaan yang menghasilkan pupuk dan tidak saja merupakan
asset di Kota Palembang, ini juga merupakan salah satu asset Negara yang memegang peranan
penting. Produksi Pupuk PT.PUSRI pada Tahun 2009 sebesar 2.026.710 ton, dimana selama Periode
Januari – Desember 2009 produksi pupuk merupakan produksi terbesar dibandingkan produksi
lainnya.
 Listrik
Sampai tahun 2009 pembangunan dibidang listrik terus dilaksanakan dengan tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan guna mendorong kegiatan ekonomi penduduk yang lebih produktif.
Seperti kegiatan industri , industri kerajinan rumah tangga dan bisnis lainnya. Sampai saat ini PT.PLN
terpaksa sebagai satu-satunya perusahaan penghasil listrik masih kekurangan Daya, PT.PLN terpaksa
melakukan pemadaman listrik secara bergiliran pada saat beban puncak.

Penyusunan Materi Teknis Kebijakan Strategi Nasional


IV- 12
Penyelenggaraan Penataan Ruang
 Air Minum
Permasalahan penyediaan air minum di Kota Palembang sampai saat ini masih merupakan
permasalahan penting yang perlu diupayakan penyelesaiannya oleh pihak /instansi terkait. PDAM Tirta
Musi sebagai perusahaan penghasil air minum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat .
Kapasitas produksi air minum selama tahun 2009 sebesar 86.282.168,90 m3 turun 2,56 % dari tahun
sebelumnya. Air minum tersebut didistribusikan kepada 142.652 pelanggan sebanyak 83.467.257,80
m3.

 Perdagangan, Ekspor, Impor


PERUSAHAAN PERDAGANGAN
Selama pada Tahun 2009 Jumlah Perusahaan – perusahaan perdagangan berbadan hokum
yang terdaftar pada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi di Palembang sebanyak 2.480
buah Perusahaan tersebut terdiri atas 665 buah PT, 1.394 buah CV, 3 buah Firma , 51 buah Koperasi
dan 1.412 buah Perusahaan Perorangan Banyak Pasar di Kota Palembang bertambah dari 19 pasar
Tahun 2008 menjadi 33 buah pasar pada Tahun 2009, begitu juga dengan jumlah petak/kios naik dari
7.244 tahun 2008 menjadi 8.480 petak/kios tahun 2009. Jumlah pedagang atau penyewa dari 7.330
pedagang /penyewa di Tahun 2008 menjadi 8.998 pada tahun 2009.
BARANG – BARANG ANTAR PULAU
Dibanding kondisi tahun-tahun sebelumnya, berat barang-barang antar pulau yang dimuat di
Pelabuhan Boom Baru Palembang Tahun 2009 mengalami penurunan. Berat barang-barang antar
pulau yang dimuat di Pelabuhan Boom Baru tahun 2009 adalah 3.051.679 ton atau turun sekitar 36,71
% dibanding keadaan tahun 2008.sebagian besar barang-barang tersebut berupa batubara, bahan
baker minyak dan pupuk. Pada tahun 2009 jumlah barang yang dibongkar di Pelabuhan Boom Baru
turun 62,52 % atau sekitar 3.181.979 ton tahun 2008 menjadi 1.192.466 ton tahun 2009. barang-
barang yang dibongkar antara lain berupa bahan makanan, bahan keperluan industri dan bahan bakar
minyak. Kunjungan kapal di Pelabuhan Palembang masih didominasi oleh kapal-kapal milik pelayaran
dalam negeri, yaitu sekitar 1.936 unit dari 2.648 unit kapal yang berlabuh di Pelabuhan Palembang.
Kapal milik pelayaran luar negeri sebanyak 704 unit dan kapal milik TNI/Tamu sebanyak 8 unit.

PERSEDIAAN BERAS
Persediaan akhir beras untuk Kota Palembang yang tercatat pada Depot Logistic Provinsi Sumsel
Tahun 2009 adalah 23, 782,783 ton.

 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH


Keuangan Pemerintah Daerah
 Realisasi Penerimaan APBD
Dalam pembangunan suatau daerah dana ddiperoleh dari Amggaran Pemdapatan Belanja
Daerah (APBN) dan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Kontribusi APBD

Penyusunan Materi Teknis Kebijakan Strategi Nasional


IV- 13
Penyelenggaraan Penataan Ruang
lebih rendah dibandingkan APBN. Realisasi penerimaan APBD Palembang Tahun 2009
mencapai 1.214.751.448.376,70 rupiah atau naik sebesar 3,18 persen, bila dibandingkan tahun
2008 sebesar 1.177.276.456.058,91 rupiah.Penerimaan APBD tahun 2009 berasal dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD), bagi hasil pajak, dan penerimaan lainnya. Besarnya penerimaan
dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 165.983.357.193,23 rupiah atau sebesar 13,66%
dari penerimaan APBD yang terbesar bersala dari Dana Perimbangan sebesar 74,95% dengan
nilai 910.511.854.523 rupiah.
 Reaslisasi Pengeluaran APBD
Pengeluaran APBD Kota Palembang tahun 2009 sebesar 1.232.983.076.011,00 rupiah terdiri
dari realisai pengeluaran belanja tak langsung sebesar 709.527.293.165 rupiah dan pengeluaran
biaya tak langsung sebesar 523.455.782.846,00 rupiah. Pengeluaran APBD Palembang tahun
anggaran 2009 mengalami penurunan sebesar 1,29% dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar
1.249.189.067.729,64 rupiah.

 PARIWISATA KOTA PALEMBANG


Adapun objek wisata yang dapat dikunjungi di Kota Medan antara lain sebagai berikut:
Benteng Kuto Besak
 Benteng Kuto Gawang
 Museum Monpera
 Museum SMB II
 Jembatan Ampera
 Jembatan Kertapati Jembatan Ampera Masjid Agung
 Sungai Musi Sumber: www.palembang.go.id
 Masjid Agung
 Masjid Lawang Kidul
 Masjid Al-Mahmudiyah (Masjid Suro)
 Kampung Etnis Al Munawar dan Kapten Arab
 Kampung Etnis : Kampung Kapitan Rumah Rakit
 Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS)
 Rumah Rakit
 Rumah Limas

4.3 KAWASAN PERBATASAN KALIMANTAN (KOTA PONTIANAK)

Kota Pontianak merupakan Ibukota Propinsi Kalimantan Barat yang terdiri dari 6 (enam) kecamatan dan
terbagi menjadi 29 (dua puluh sembilan) kelurahan dengan luas 107,82 km². Kota Pontianak terletak pada

Penyusunan Materi Teknis Kebijakan Strategi Nasional


IV- 14
Penyelenggaraan Penataan Ruang
garis lintang 0 derajat bertepatan dengan garis Khatulistiwa dan 109 derajat, 20 menit, 00 detik Bujur Timur
(Lintang 0º 02' 24" LU - 0º 01' 37" LS Bujur 109º 16' 25" BT - 109º 23' 04" BT).

Kota Pontianak dipisahkan oleh Sungai Kapuas


Besar, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Landak
dengan lebar = 400 meter, kedalaman air antara 12
s/d 16 meter, sedangkan cabangnya mempunyai
lebar 250 meter. Dengan demikian Kota Pontianak
terbagi atas:
- Belahan Utara dengan Kecamatan Pontianak
Utara
- Belahan Timur dengan Kecamatan Pontianak
Timur
- Belahan Selatan dengan Kecamatan
Pontianak Selatan
- Belahan Barat dengan Kecamatan Pontianak
Barat
- Belahan Tenggara dengan Kecamatan
Pontianak Tenggara
- Bagian Kota dengan Kecamatan Pontianak
Sumber:Bappeda Kota Medan, 2008
Kota
Gambar 4.4 Wilayah Administratif Kota Pontianak

 Visi Dan Misi Kota Pontianak


Visi Kota Pontianak
Visi Kota Pontianak diharapkan dapat tercapai pada 20 tahun yang akan datang yaitu :
“Pontianak Kota Khatulistiwa Berwawasan Lingkungan Terdepan Di Kalimantan Tahun 2025”
Pengertian Visi Kota Pontianak sbb :
Kota Khatulistiwa, mempunyai pengertian bahwa ciri khas Kota Pontianak yang dilintasi garis
khatulistiwa dan tidak dimiliki oleh kota lain di Indonesia. Berwawasan lingkungan, mempunyai
pengertian bahwa berbagai pertimbangan arah pembangunan daerah, kebijakan, program, kegiatan
dan anggaran harus didasarkan atas pertimbangan kondisi daya dukung lingkungan dan dalam upaya
meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
Lingkungan mempunyai ruang lingkup lingkungan fisik yang akan memberi nilai kehidupan yang lebih
baik bagi masyarakat baik saat ini dan masa yang akan datang dengan lebih memperhatikan
kesinambungan. Pengertian berwawasan lingkungan adalah berbagai hasil pembangunan yang
bersifat prasarana fisik diharapkan menghasilkan suatu kondisi lingkungan dengan kualitas yang tidak
melebihi batas ambang baku mutu lingkungan. Visi ini dilakukan uji publik untuk meningkatkan

Penyusunan Materi Teknis Kebijakan Strategi Nasional


IV- 15
Penyelenggaraan Penataan Ruang
kepercayaan dan keyakinan akan ketetapan tujuan serta mengikat komitmen kepada banyak pihak
yang berkepentingan (stakeholders). Visi ini mempunyai jabaran ke dalam misi yang dilakukan uji
publik untuk memperkuat arah pembangunan daerah .
Terdepan di Kalimantan, mempunyai pengertian bahwa berbagai kebijakan dan program yang
dilaksanakan memiliki keunggulan dari kota lain di Kalimantan. Pengertian keunggulan ini adalah
keunggulan dalam pengelolaan sumberdaya dan hasil yang dicapai diberbagai bidang kehidupan
meliputi bidang ekonomi, bidang sosial budaya, bidang lingkungan hidup, bidang tata pemerintahan,
kemamanan dan ketertiban.

Misi Kota Pontianak


Misi merupakan kalimat kerja dalam upaya untuk mencapai visi, adapun misi yang telah ditetapkan
sebagai berikut :
 Mewujudkan Masyarakat Berwawasan Kebangsaau Yang Sehat, Cerdas, Berbudaya Dan
Berakhlak Mulia.
 Mewujudkan Masyarakat Madani, Manusiawi, Berkurangnya Masalah Sosial, Makin Berdaya
Dan Terjaminnya Hak-Hak Warga.
 Mewujudkan Perekonomian Yang Stabil, Tumbuh Dan Merata Berbasis Ekonomi Kerakyatan.
 Mewujudkan Sarana, Prasarana, Tata Ruang dan Wilayah Perkotaan Untuk Perdagangan dan
Jasa Yang Berwawasan Lingkungan
 Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik (Good Governance) Masyarakat Yang Pahatn
Politik, Taat Hukutn Tenteram Dan Tertib.

 Kondisi Fisik
Kota Pontianak Kota Pontianak terletak pada Lintasan Garis Khatulistiwa dengan ketinggian berkisar
antara 0,80 meter sampai 1,50 meter diatas permukaan laut. Struktur tanah merupakan lapisan tanah
gambut bekas endapan Lumpur Sungai Kapuas. Lapisan tanah liat baru dicapai pada kedalaman 2,4
meter dari permukaan laut. Kalimantan Barat memiliki iklim tropis dengan rata-rata temperatur harian
minimum sebesar 22,9° C dan temperatur maksimum sebesar 31,05° C. Sedangkan temperatur rata-
rata secara umum sebesar 29,5° C. Besarnya curah hujan di Kota Pontianak berkisar antara 3000 mm
- 4000 mm per tahun. Curah hujan terbesar (bulan basah) jatuh pada bulan Mei dan Oktober,
sedangkan curah hujan terkecil (bulan kering) jatuh pada bulan Juli. Jumlah hari hujan rata-rata per
bulan berkisar 15 hari. Rata – rata kelembapan nisbi dalam daerah Kota Pontianak maksimum 99,58
% dan minimum 53 % dengan rata – rata penyinaran matahari minimum 53 % dan maksimum 73%.

 Kondisi Penduduk

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kota Pontianak sementara
adalah 550.304 orang, yang terdiri atas 275.612 laki-laki dan 274.692 perempuan. Kecamatan

Penyusunan Materi Teknis Kebijakan Strategi Nasional


IV- 16
Penyelenggaraan Penataan Ruang
Pontianak Barat adalah kecamatan dengan penduduk terbanyak yaitu sebesar 123.472 orang atau
22,44 persen dari seluruh penduduk Kota Pontianak. Kemudian diikuti oleh Kecamatan Pontianak
Utara sebanyak 112.225 orang atau sebesar 20,39 persen dari penduduk Kota Pontianak. Dengan
luas wilayah sebesar 107, 82 kilometer persegi, yang didiami oleh 550.304 orang, maka rata-rata
tingkat kepadatan penduduk Kota Pontianak adalah sebanyak 5.104 orang per kilometer persegi.
Kecamatan yang paling tinggi kepadatannya adalah Kecamatan Pontianak Timur dengan rata-rata
tingkat kepadatan sebanyak 8.886 orang per kilometer persegi. Sedangkan kecamatan yang paling
rendah kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Pontianak Utara yaitu sebanyak 3.015 orang per
kilometer persegi. (BPS Kota Pontianak)

 Kondisi Perekonomian
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk
menciptakan output (nilai tambah) pada suatu waktu tertentu. PDRB dari sisi sektoral merupakan
penjumlahan seluruh komponen nilai tambah bruto yang mampu diciptakan oleh sektorsektor ekonomi
atas berbagai aktivitas produksinya.

Berdasarkan penghitungan PDRB atas dasar harga konstan 2000, laju pertumbuhan ekonomi Kota
Pontianak tahun 2007 adalah sebesar 5,29 persen. Angka ini didapat dari adanya peningkatan PDRB
Kota Pontianak menurut harga konstan 2000, dimana pada tahun 2006 sebesar Rp.5.477.863,73 juta
meningkat menjadi Rp. 5.767.721,69 juta di tahun 2007.

Hampir seluruh sektor ekonomi pada tahun 2007 mengalami pertumbuhan. Laju pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2007 ini antara lain didukung oleh pertumbuhan di sektor dominan seperti sektor
Industri Pengolahan, sektor Bangunan, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran serta sektor-sektor
lain yang peranannya lebih kecil.

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang merupakan sektor yang paling dominan pada
perekonomian Kota Pontianak, di tahun 2007 pertumbuhannya meningkat dibandingkan pertumbuhan
di tahun 2006. Pada tahun 2006 pertumbuhan di sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar
5,55 persen dan di tahun 2007 meningkat menjadi 5,82 persen. Peningkatan pertumbuhan disektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran ini tentunya tidak terlepas dari adanya peningkatan volume
perdagangan serta peningkatan jumlah tamu hotel serta rumah makan dan restoran di kota Pontianak.

Struktur perekonomian di Kota Pontianak sampai dengan tahun 2007 masih di dominasi oleh sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran dengan peranannya sebesar 22,32 persen. Hal ini berarti bahwa
naik turunnya pertumbuhan di sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran akan sangat mempengaruhi
naik turunnya pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan di Kota Pontianak. Sektor lain yang
peranannya cukup penting dalam pembentukan PDRB Kota Pontianak adalah sektor Jasa-jasa

Penyusunan Materi Teknis Kebijakan Strategi Nasional


IV- 17
Penyelenggaraan Penataan Ruang
dengan peranannya sebesar 20,70 persen dan sektor Pengangkutan dan Komunikasi dengan
peranan sebesar 20,07 persen.

Pendapatan Per Kapita

Nilai PDRB per Kapita di suatu wilayah di dapat dari pembagian antara nilai Produk Domestik
Regional Bruto dengan jumlah penduduk per tengahan tahun di wilayah tersebut. Jika di bandingkan
dengan nilai yang sama dengan wilayah lain dalam kurun waktu yang sama maka nilai PDRB per
Kapita ini dengan cepat akan memperlihatkan secara relatif tingkat kemakmuran wilayah tersebut
dibandingkan dengan wilayah lain. Artinya adalah jika nilai PDRB per Kapita-nya lebih besar dari nilai
PDRB per Kapita di wilayah lain maka penduduk wilayah tersebut dapat dikatakan relatif lebih makmur
demikian juga sebaliknya.

Untuk wilayah kota Pontianak, nilai PDRB per Kapitanya selalu memperlihatkan adanya kenaikan bila
dibandingkan dengan periode terdahulu. Di tahun 2006 misalnya nilainya adalah sebesar Rp.
14.819.653 yang berarti meningkat sebesar 7,76 % dibandingkan dengan nilai di tahun 2004 yang
sebesar Rp. 13.751.736.

PERINDUSTRIAN

Untuk pembagian kelompok industri mengikuti Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI),
sedangkan untuk kategori industri memakai konsep industri dari Badan Pusat Statistik, yaitu :

Ø Industri Besar mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih


Ø Industri Sedang dengan tenaga kerja 20 . 99 orang
Ø Industri Kecil dengan tenaga kerja 5 . 19 orang
Ø Industri Kerajinan Rumah Tangga dengan tenaga kerja 1 . 4 orang.

Jumlah perusahaan industri besar/sedang di Kota Pontianak yang telah terdata selama tahun 2005
adalah 34 perusahaan. Dari 34 perusahaan tersebut, 21 perusahaan diantaranya terletak di
Kecamatan Pontianak Utara dan sisanya tersebar di tiga kecamatan lainnya yaitu di Kecamatan
Pontianak Selatan sebanyak 5 perusahaan, Pontianak Timur 2 perusahaan dan Pontianak Barat 3
perusahaan dan Pontianak Kota sebanyak 3 perusahaan.

PERTANIAN
 Tanaman Pangan dan Hortikultura
Data tentang tanaman pangan yang disajikan sub bab ini meliputi tanaman padi sawah, padi
ladang, jagung, ubi kayu, ubi rambat dan kacang tanah. Pada tahun 2006 jenis tanaman pangan
yang hasilnya paling besar adalah ubi kayu yang menghasilkan 1.206 ton dengan rata-rata
produksi 115,92 kuintal/ha, diikuti oleh padi sawah dengan produksi 892 ton dan Ubi Rambat
yang produksinya mencapai 351 ton. Luas panen yang terkecil adalah tanaman cabe dengan luas

Penyusunan Materi Teknis Kebijakan Strategi Nasional


IV- 18
Penyelenggaraan Penataan Ruang
panen 4 hektar dan produksi sekitar 480 Kwintal. Tanaman buah-buahan yang ada di Kota
Pontianak, disana terlihat bahwa tanaman nangka/cempedak, pisang dan nenas masih dominan
di kota ini dengan produksi masing-masing sebesar 7.326 kwintal, 6.031 kwintal dan 5.652 kwintal
pada tahun 2006.
 Peternakan dan Unggas
Jumlah ternak di Kota Pontianak sangat bervariasi dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2006.
Untuk sapi potong, populasi paling banyak adalah pada tahun 2006 ( 1.833 ekor) dan terendah
pada tahun 2001 (1.093 ekor). Untuk sapi perah jumlah terbanyak terdapat pada tahun 2002 (50
ekor) dan terendah pada tahun 2004 (27 ekor). Ternak kambing populasi tertinggi pada tahun
2005 (3.869 ekor) dan terendah pada tahun 2001 ( 1.264 ekor). Untuk ternak babi, populasi
tertinggi terdapat pada tahun 2004 (2.862 ekor), sedangkan tahun 2006 populasinya sekitar 353
ekor.
Untuk ternak ayam ras, data dari tahun 2001 sampai dengan 2006, populasinya yang sangat
menonjol adalah pada tahun 2006 (190.181 ekor) dan yang paling sedikit populasinya terjadi
pada tahun 2002 (32.400 ekor). Jumlah ternak ayam buras, yang terbanyak adalah tahun 2005
yaitu 209.500 ekor, sedangkan ternak itik tahun 2002 merupakan populasi tertinggi dengan
28.397 ekor. Sedangkan untuk ternak burung puyuh, dari tahun ke tahun terus menurun
populasinya. Bahkan pada dua tahun terakhir sudah tidak ada lagi populasinya. Ternak paling
banyak dipelihara oleh masyarakat Pontianak adalah ayam ras dengan jumlah keseluruhan
190.181 ekor dan menyebar di seluruh kecamatan di Kota Pontianak.

 PARIWISATA DI KOTA PONTIANAK


Adapun objek wisata yang bisa dikunjungi di Kota Pontianak adalah sebagai berikut:
1. Keraton Kadriah
Keraton Kadariah Pontianak adalah pusat Pemerintahan
Pontianak tempo dulu, struktur bangunan dari kayu yang
kokoh, didirikan oleh Sultan Syarief Abdurrahman Alqadrie
pada tahun 1771.
Tugu Khatulistiwa
Sumber: www.pontianakkota.go.id

2. Masjid Jami’
Masjid Jami’ adalah salah satu masjid besar peninggalan
masa kesultanan Pontianak. Lokasinya berada di pinggiran
sungai yang indah dan masih asli, walaupun struktur dari
masjid Jami’ tersebut telah mengalami rekonstruksi.

Masjid Jami’
Sumber: www.pontianakkota.go.id

Penyusunan Materi Teknis Kebijakan Strategi Nasional


IV- 19
Penyelenggaraan Penataan Ruang
3. Tugu Khatulistiwa
Sekitar lima kilometer sebelah utara dari pusat Kota
Pontianak, dapat ditemukan sebuah tanda garisKhatulistiwa
yang membagi bumi menjadi dua bagian. Tempat ini ditanda
oleh sebuah tugu ataupun monumen yang ditemukan pada
tahun 1928 oleh sebuah Ekspedisi Astronomi Belanda.
Pada tahun 1938 atau tepatnya sepuluh tahun kemudian,
Sumber: www.pontianakkota.go.id
“Tugu Khatulistiwa” direnovasi dan dikembangkan kembali
Tugu Khatulistiwa
oleh seorang Arsitek Indonesia yang bernama Sylaban.
4. Aloe Vera Centre
Aloe vera Center terletak di Jalan Budi Utomo Pontianak.
Pertama kali didirikan pada tahun 2002 dan dibudidayakan
pada tahun 1990. Di Aloe Vera Center kita dapat melihat
tanaman aloevera dibuat menjadi tepung dan berbagai jenis
makanan seperti dodol, kerupuk dan minuman. Pada lokasi
Aloe Vera Center terdapat juga Orchid Center yaitu pusat
Sumber: www.pontianakkota.go.id
pembudidayaan berbagai macam anggrek, termasuk
Aloe Vera Center
anggrek hitam, jenis anggrek khas Kalimantan yang kini
sudah mulai langka.
5. Alun Kapuas
Taman rekreasi ini terletak di jalan Rahadi Usman, tepatnya
di depan kantor Walikota Pontianak. Taman alun kapuas
dengan water front city nya merupakan tempat yang indah
dan nyaman untuk bersantai sambil menikmati
pemandangan sungai kapuas dengan Sebagaimana kota
yang berada dekat dengan sungai yang merupakan
pertemuan Sungai Kapuas dan Sungai Landak, ferry atau Sumber: www.pontianakkota.go.id
sampan merupakan alat angkutan yang menjembatani pusat Alun Kapuas
kota dengan pinggiran kawasan Siantan dan Kampung
Beting.
6. Makam Raja
Makam batu layang biasa di sebut dengan Taman Makam
dari Kerajaan Pontianak, mulai dari Raja pertama (Sultan
Syarif Abdurrahman Alqadrie) hingga raja terakhir (Sultan
Hamid II) serta beberapa keluarga raja. Tempat ini biasanya
Sumber: www.pontianakkota.go.id
ramai di kunjungi, khususnya pada hari besar islam.
Makam Raja

Penyusunan Materi Teknis Kebijakan Strategi Nasional


IV- 20
Penyelenggaraan Penataan Ruang
4.4 KAWASAN RAWAN BENCANA ALAM PAPUA

Kawasan Rawan Bencana Alam, adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami
bencana alam. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Seperti yang kita ketahui bahwa kondisi fisik alam di bagian
Indonesia Timur rentan terhadap bencana alam yakni di daerah Wasior yang pernah terjadi Banjir Bandang.
Berikut gambaran umum wilayah Wasior dan Jayapura sebagai bagian dari wilayah rawan bencana alam
Indonesia:
4.4.1 KOTA JAYAPURA
Kota Jayapura adalah ibukota provinsi Papua, Indonesia. Kota ini merupakan ibukota provinsi yang terletak
paling timur di Indonesia. Kota yang indah ini terletak di teluk Jayapura. Sebelum Perang Dunia II Kota
Jayapura diduduki oleh Pemerintah Belanda dengan sebutan Hollandia. Tepat 17 Maret 1910 Hollandia
ditetapkan menjadi ibukota
Nederland Nieuw Guinea.
Setelah intergrasi dengan
Indonesia, Hollandda diubah
namanya menjadi Kota Baru,
kemudian Soekaroputra dan
terakhir dinamakan jayapura
sampai sekarang.

Sesuai perkembangan dan


pertumbuhan penduduk yang
semakin cepat maka status
Kabupaten Jayapura dibentuk Sumber:BNPB,2010

menjadi kota administratif. Gambar 4.5 Wilayah Administratif Kota Jayapura

Kemudian berdasarkan undang-Undang No.6 tahun 1993 secara resmi status Kota Administratif Jayapura
ditingkatkan menjadi Kotamadya Jayapura. Secara geografis wilayah Kotamadya Jayapura terletak di
bagian utara Provinsi Papua, pada 1028'26” - 36058'82” LS dan 137024 10” - 14100” BT. Kotamadya
Jayapura secara Administratif memiliki batasan sebagai berikut :

 Bagian utara dengan Samudera Pasific


 Bagian barat dengan Kabupaten Jayapura
 Bagian selatan dengan Kecamtan Arso Kabupaten Jayapura.
 Bagian Timur dengan Negara Papua New Guinea

Penyusunan Materi Teknis Kebijakan Strategi Nasional


IV- 21
Penyelenggaraan Penataan Ruang
 Visi Dan Misi Pemerintah Kota Jayapura
VISI
"Terbangunnya Kota Jayapura yang Beriman, Bersatu, Sejahtera, Mandiri, dan Berbasis
Kearifan Lokal“.
Secara umum penjelasan visi sebagai berikut :
1. Beriman, memiliki makna implikatif :
 Masyarakat beriman; Mengandung makna sebagai komunitas dicitrakan oleh sikap dan
perilaku positif dilandasi oleh nilai-nilai moral keagamaan yang kuat.
 Implikasi Lingkungan; Terwujudnya Kota Jayapura yang bersih, rapi, indah, aman dan
nyaman
2. Modern, memiliki konteks makna sebagai berikut :
 Kota Modern. Sebagai Kota Berkembang, ketersediaan sarana-sarana services seperti
lahan perindustrian, parker, pedagang kaki lima (PKL), ditata secara bijak dan tertib.
 Masyarakat Modern. Berupaya untuk mengubah perilaku dan paradigm masyarakat agar
mampu berfikir bersikap dan bertindak sesuai dengan kemajuan zaman tanpa
menghilangkan nilai-nilai budaya local/kearifan lokal.
3. Mandiri, dimaksudkan agar semua warga kota terjamin mata pencahariannya sesuai dengan
profesi dan keahlian masing-masing yang membuka peluang untuk meningkatkan pendapatan.
4. Bersatu, dimaksudkan untuk mewujudkan kesatuan pandang, sikap dan perilaku sebagai
pelaku pembangunan dan menyatu tanpa perbedaan
5. Sejahtera, yakni masyarakat Kota Jayapura yang memiliki kemampuan
6. Kearifan Lokal, Pembangunan yang tidak melupakan nilai-nilai budaya lokal
MISI
1. Meningkatkan kualitas hidup umat beragama;
Sebagai konsekwensi logis dari kehendak membangun sumber daya manusia, maka aspek
moralitas keagamaan memerlukan perhatian bersama antara pemerintah dan masyarakat.
2. Melanjutkan Penataan kepemerintahan yang baik dengan dukungan kapasitas birokrasi yang
profesional;
Reformasi birokrasi yan sejalan dengan kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi
Papua. Dengan tata kepemerintahan yang baik dan benar, transparansi dan akuntabilitas
dijunjung tinggi, dimana akses informasi pembangunan dapat dilakukan oleh semua pihak
secara multi-cross section.
3. Membangun kota yang bersih, indah, aman, dan nyaman;
4. Peningkatan kualitas sumberdaya masyarakat;
Manusia berkualitas adalah manusia yang utuh dimana pencitraan keutuhan itu diwujudkan
dengan derajat kesejahteraan lahir dan bathin sehingga dapat menggunakan potensinya
secara mandiri dalam memenuhi kebutuhannya;

Penyusunan Materi Teknis Kebijakan Strategi Nasional


IV- 22
Penyelenggaraan Penataan Ruang
5. Mengembangkan potensi ekonomi kota sebagai kota jasa dan perdagangan serta utilitas
perkotaan berwawasan lingkungan;
Dalam rangka mengoptimalkan potensi sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah Kota
Jayapura, sektor perdagangan dan jasa diposisikan sebagai leading-sector yang merupakan
basis peningkatan pertumbuhan ekonomi kota, dimana sektor pertanian (dalam arti luas) ,
pariwisata, industri, dan pertambangan sebagai pendukung utamanya. Pembenahan utilitas
perkotaan terkait dengan penyediaan infrastruktur dan penataan lingkungan perkotaan secara
memadai, dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup yang nyaman.
6. Meningkatkan kualitas hukum dan demokrasi;
Dinamika hukum dan demokrasi yang berkembang di Kota Jayapura memiliki kaitan langsung
dengan kondisi nasional dan regional. Hal ini disebabkan oleh posisi kota jayapura yang
mengemban fungsi sebagai Ibukota Provinsi Papua selain peran dan kontribusinya sebagai
pusat perdagangan dan pusat pendidikan dikawasan ini
7. Memperkuat hak-hak adat dan memberdayakan masyarakat kampung;
Sebagai bagian dari upaya mewujudkan masyarakat yang berdaya dengan tetap memberikan
perhatian pada hak-hak adat secara proporsional di dalam kerangka pembangunan.

 Kondisi Fisik Kota Jayapura


Geografi Kota Jayapura hampir sama dengan garis pantai utara negeri Belanda itu. Kondisi alam yang
berlekuk-lekuk inilah yang mengilhami Kapten sache untuk mencetuskan nama Hollandia di nama
aslinya Numbay. Numbay diganti nama sampai 4 kali: Hollandia-Kotabaru-Sukarnopura--Jayapura,
yang sekarang dipakai adalah "Jayapura".

Topografi
Topografi daerah cukup bervariasi, mulai dari dataran hingga landai dan berbukit / gunung 700 meter
di atas permukaan air laut. Kota Jayapura dengan luas wilayah 94.000 Ha terdapat ± 30% tidak layak
huni, karena tediri dari perbukitan yang terjal, rawa-rawa dan hutan di lindung dengan kemiringan 40%
bersifat konservasi dan hutan lindung.

Luas Wilayah Dan Kondisi Tanah


Luas wilayah Kota Jayapura 940 KM² atau 94.000 ha atau 0,23% dari luas seluruh daerah Provinsi
Papua yang terdiri dari 4 (empat) Distrik yaitu Distrik Jayapura Utara, Jayapura Selatan, Abepura dan
Muara Tami yang terdiri dari 11 Kampung (dulu Desa) dan 20 Kelurahan. Sebagian lahan di Kota
Jayapura adalah merupakan hutan yaitu seluas 4.967 ha. Kesesuaian lahan untuk pembangunan di
Kota Jayapura dikelompokkan ke dalam Kawasan Budidaya (14.220 Ha) dan Kawasan Non Budidaya
(79.780 Ha) serta pemukiman dan lain-lain.

Penyusunan Materi Teknis Kebijakan Strategi Nasional


IV- 23
Penyelenggaraan Penataan Ruang
 Kondisi Kependudukan
Penduduk asli Kota Jayapura antara lain menempati lokasi Kayu Batu, Kayupulo, Tobati, Enggros,
Nafri, Yoka, Waena dan Skow. Kapan penduduk asli ini mendiami wilayah Jayapura tidak ada satu
literatur pun yang definitif untuk itu. Selain penduduk asli tadi, di Kota Jayapura juga terdapat banyak
suku-suku asli Papua yang berasal dari daerah lain, dan penduduk pendatang (non Papua). Khusus di
distrik Muara Tami terdapat penduduk transmigrasi dari Pulau Jawa.

Sebagian besar penduduk asli Kota Jayapura masih berdiam di kampung-kampung. Mereka ini relatif
belum terjangkau pelayanan pendidikan dan pelayanan kesehatan dasar, karena sarana angkutan
masih terbatas dan relatif mahal. Penduduk Kota Jayapura adalah penduduk heterogen yang terdiri
dari bermacam-macam suku yang ada di Indonesia. Jumlah Penduduk Kota Jayapura tahun 2005
adalah 218.027 jiwa dengan laju pertumbuhan 4,10 % per tahun (2002 - 2005).

Tentang kemiskinan, pada tahun 2003 tercatat penduduk miskin sebanyak 23,48 persen. Persentase
penduduk miskin ini lebih kecil dari penduduk miskin rata-rata Papua, yaitu 39,02 persen. Bila
menggunakan angka kemiskinan tahun 2002, tercatat penduduk miskin Kota Jayapura 24,83 persen,
yang tetap lebih rendah daripada kemiskinan rata-rata penduduk Papua dalam tahun yang sama, yaitu
41,80 persen.

Dalam aspek ketenagakerjaan pada tahun 2003 ditemukan angka pengangguran terbuka sebanyak
17,65 persen. Dari jumlah angkatan kerja sebanyak 93.330 orang pada tahun 2003, diantaranya
terdapat 76.860 orang yang dikategorikan working population dan 43.005 orang employment
population.

 Perekonomian Daerah

Perekonomian Kota Jayapura terutama ditopang oleh pertumbuhan sektor jasa, yaitu jasa
pemerintahan, jasa perhotelan, dan jasa keuangan dan perbankan. Selain itu sektor perdagangan
juga menyumbang peran besar dalam perekonomian kota. Peran sektor pertambangan relatif kecil
dibandingkan dengan peran sektor tersebut di kabupaten-kabupaten lain di Papua. Namun bagaimana
pun juga, perlu dimengerti bahwa sektor pertambangan telah memberi dampak tidak langsung dalam
pertumbuhan ekonomi, karena pendapatan masyarakat dan pemerintah dari sektor ini banyak
dibelanjakan di Kota Jayapura.

Studi PEA menemukan dua indikator ekonomi makro yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi
daerah. Pertama, Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)8 mengalami pertumbuhan antara 2
sampai 6 persen per tahun selama lima tahun terakhir. Berdasarkan Harga Konstan 1993 tercatat
PDRB tahun 2003 sebesar Rp.606 milyar. Kedua Pendapatan per kapita mengalami pertumbuhan
antara 5 sampai 15 persen sejak 1999. Pada tahun 2003 tercatat pendapatan per kapita atas dasar
Harga Konstan tahun 1993 sebesar Rp.3,1 juta.

Penyusunan Materi Teknis Kebijakan Strategi Nasional


IV- 24
Penyelenggaraan Penataan Ruang
 Objek Pariwisata Di Kota Jayapura
Monumen Yos Sudarso
Monumen in dibangun untuk mengenang jasa Komodor Yos Sudarso yang gugur dalam pertempuran
melawan Belanda di laut Arafuru tahun 1962, dalam rangka operasi pembebasan Irian barat.
Monumen ini terletak di Taman Imbi, pusat Kota Jayapura.

Monomuen PEPERA
Dibangun untuk memperingati Deklarasi Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA), yang dilakukan
tahun 1969, untuk menentukan keinginan rakyat Papua khususnya Kabupaten Jayapura bergabung
ke Indonesia. Pemungutan suara dilaksanakan selama 6 tahun setelah PBB menyerahkan Papua
kepada Indonesia. Monumen ini berada di APO, pos tentara sekutu yang pertama, 500 m dari pusat
kota Jayapura ke arah utara.

Teluk Youtefa
Sebuah teluk dengan panorama yang sangat indah. Teluk ini secara resmi memang sangat indah,
namun mempunyai arti khusus dalam Perang Dunia II, baik segi tentara Jepang maupun tentara
Sekutu dan Amerika Serikat, karena letak teluk ini sangat strategis. Pada tanggal 19 April 1942 bala
tentera Jepang masuk di Teluk Yotefa dan mendarat di PIM dan Abe pantai. Dengan diyakininya,
bahwa letak Hollanda sangat strategis, maka Jepang melabuhkan dua buah kapal perang beserta
marinirnya di Teluk Yotefa pada 6 Mei 1942.

Sumber: www.jayapurakota.go.id
Teluk Youtefa

Diteluk ini masih terdapat peninggalan sejarah Perang Dunia II berupa bangkai-bangkai kapal Jepang
maupun Sekutu yang tenggelam, sedang di Abe Pantai dibangun sebuah tugu peringatan Pendaratan
tentara Jepang. Ternyata teluk yang terlindung ini menjadikan Hollandia sebagai tumpuan pertahanan
Jepang. Begitu pula Perbekalan yang dimiliki Jepang di Hollandia diakui sekutu sebagai satu-satunya
pusat Perbekalan yang terbesar dan terkuat oleh bala tentara Jepang di seluruh wilayah Pasifik.

Pantai Base G
Pantai yang indah membentang disepanjang Samudera Pasifik. Pasoirnya putih dan airnya yang
jernih menjadikan pantai ini ideal bagi penggemar renang mandi di sinar matahari. Tempat ini pada

Penyusunan Materi Teknis Kebijakan Strategi Nasional


IV- 25
Penyelenggaraan Penataan Ruang
saat diduduki tentara Sekutu dijadikan sebagai Basis G. Pantai ini dapat dicapai dengan berbagai
jenis kendaraan.

Penangkaran Buaya
Penangkaran buaya ini terletak di daerah Entrop wilayah kecamatan Jayapura Selatan 5 Km dari kota
Jayapura. Entrop adalah nama orang Belanda yang pertama kalinya tinggal di tempat ini. sekitar 500
meter dari jalan raya Abepura terdapat penangkaran buaya dalam berbagai jenis ukuran dengan
jumlah ribuan ekor. Sering dikunjungi oleh masyarakat kota Jayapura maupun wisatawan dan dapat
dicapai dengan jenis kendaraan.

Toko Souvenir
Disini terdapat banyak macam ukiran khas Papua yang dapat dibeli. Terletak di Pasir Hamadi, 4 Km
dari pusat kota Jayapura ke arah selatan yang ditempuh dengan semua jenis kendaraan.

Monumen Pendaratan Tentara Sekutu


Tugu Pendaratan tentara sekutu ini didirikan untuk mengenang Pendaratan tentara Sekutu pada
tanggal 22 April 1944 pukul 10.00 pagi di Pantai Hamadi. Operasi Pendaratan ini diberi nama Sandi
RECKLESS dibawah pimpinan Jenderal Douglas MC Arthur dengan dibantu Laksamana D.E. Barbey
dan Letnan Jenderal R.L. Einchelberger. Jenderal Douglas MC Arthur yang bermarkas komando
diatas kapal induk NAHSVILLE mengerahkan personil dari Devisi Infantri ke-24, ke-32 dan ke-41
Amerika Serikat yang berjumlah 55.000 orang terdiri dari 37.500 orang pasukan tempur dan 18.000
orang non tempur dengan keahlian dalam berbagai bidang terutama tehnik.

Pada jam 10.00 pagi pada tanggal 22 April 1994 Jenderal Douglas MC Arthur mendarat di Pantai
Hamadi. Sebagai peringatan mendaratnya tentara sekutu tersebut, pada kaki tugu tersebut
bertuliskan: “HERE THE ALLIED FORCED LANDED ON APRIL 22, 1944”. Di Pantai Hamadi kini
terdapat sebuah tugu yang didirikan oleh Angkatan Darat Kerajaan Belanda (Koninkijke Land Macht)
pada tahun 1955, menjelang penyerahan tugasnya atas pengamanan Irian Barat kepada Angkatan
Laut Kerajaan Belanda (Koninkijke Zee Macht).

MUSEUM PROVINSI PAPUA


Luas areal museum sekitar 2,63 Ha. Museum Papua ini dibangun pada tahun 1983 dengan arsitektur
bangunan bergaya Papua. Bangunan yang terdapat adalah bangunan utama 850 m2 dan
perpustakaan 506 m2. Koleksi museum sebagian besar merupakan benda-benda etnografis seperti
perlengkapan upacara, teknologi tradisional, peralatan seniman, keramik dan patung, juga terdapat
berbagai macam buku-buku perpustakaan, berlokasi di desa Waena Museum ini berjarak sekitar 17
Km dari Kota Jayapura dan ditempun dengan semua jenis kendaraan.

Penyusunan Materi Teknis Kebijakan Strategi Nasional


IV- 26
Penyelenggaraan Penataan Ruang
4.4.2 Wasior-Kabupaten Teluk Wondama

Distrik Wasior terletak di Kabupaten Teluk Wondama, yang terletak di Teluk Wondama, (bagian dari teluk
besar Teluk Cenderawasih, provinsi Papua Barat). Kabupaten yang berpenduduk ± 23.000 jiwa ini dan luas
± 14.950 km2 merupakan kabupaten hasil pemekaran kabupaten Manokwari berdasarkan UU no.26 tahun
2002. Berdasarkan UU No.26 tahun 2002, Kabupaten Teluk Wondama terdiri atas 7 distrik (setingkat
kecamatan) yang 6 distrik diantaranya diawali oleh hurup W.

Kota Wasior adalah pusat keramaian Kabupaten Teluk Wondama, kabupaten baru hasil pemekaran wilayah
2002. Wasior juga merupakan pintu gerbang Kabupaten Teluk Wondama ke wilayah lain, sehingga
tumbuh menjadi pusat perekonomian Kabupaten Wondama. Pada awalnya Kota Wasior merupakan pusat
pemerintahan Kabupaten Teluk Wondama, namun untuk percepatan pertumbuhan wilayah, pusat
pemerintahan itu di pindah ke Rasie sekitar 25 km lebih ke atas kota tersebut.

Kota yang pada tahun 2008 berpenduduk sekitar 8000 jiwa ini memiliki infrastruktur wilayah yang paling
lengkap di seluruh Kabupaten Teluk Wondama. Selain fasilitas perekonomian standar seperti pasar dan
pertokoan, Wasior juga memiliki pelabuhan yang dapat disinggahi kapal besar, bandar udara perintis dan
sarana perbankan. Karena itu, sebagian pegawai Pemda masih memilih tinggal di Wasior daripada di Rasie
yang merupakan pusat pemerintahan resmi Kabupaten Teluk Wondama. Meski kantor-kantor pemerintahan
sudah dibangun di Rasie sekitar tahun 2006, namun sampai tahun 2008 sebagian besar kantor Pemerintah
Kabupaten Wasior masih berkantor di Wasior.

 Kondisi Fisik Wilayah Wasior


Wilayah wasior dibelah oleh Sungai Wosimi yang panjangnya kurang lebih 55 km dengan lebar
penampang 8 m dan kedalaman 2 m. Sungai ini biasa digunakan penduduk setempat sebagai sarana
trasportasi, namun pada musim kemarau sungai ini tidak bisa digunakan sebagai sarana transportasi.
Karena air yang mengalir hanya selebar 2 m dan kedalaman 30 cm.

Daratan yang ke arah teluk Wondama lebih lebar (lk. 11 sd 12 km) dibandingkan daratan ke arah teluk
Cenderawasih jika dihitung dari puncak di titik tertinggi semenanjung Wasior (lk. 6 sd 7 km). Hal ini
pertanda bahwa daratan di sebelah timur Wasior lebih curam dan terjal di bandingkan daratan di
sebelah barat semenanjung Wasior. Jika di kawasan hulu (kawasan puncak Wasior) terjadi hujan
yang sangat lebat, maka debit air yang mengalir ke sisi timur Semenanjung Wasior akan mengalami
kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan ke sisi barat Wasior jika tiada penghalang akar pohon
tetanaman di hutan. Pada ketinggian yang sama, Wilayah Timur Wasior relatif lebih sempit dibanding
dengan barat Wasior.

 Kondisi Sosial

Seperti wilayah pesisir terpencil pada umumnya, mata pencaharian masyarakat asalnya adalah
melaut dan berkebun. Dengan pernah dijadikannya pusat pemerintahan Kabupaten Teluk Wondama

Penyusunan Materi Teknis Kebijakan Strategi Nasional


IV- 27
Penyelenggaraan Penataan Ruang
di awal pendiriannya, sebagian masyarakat menjadi pegawai pemerintah daerah dan sebagian lagi
penyedia jasa,pedagang, tukang bangunan dan tukang ojek.

 Peristiwa Bencana Alam

Bencana alam besar yang pernah terjadi di Wasior adalah “Banjir Bandang.” Banjir Bandang tersebut
melanda distrik Wasior pada tanggal 4 Oktober 2010, telah menewaskan lebih dari 144 jiwa manusia,
dan sekian ratus jiwa belum diketemukan. Jumlah itu sangatlah besar jika kita bandingkan jumlah
penduduk kabupaten tersebut yang hanya sekitar 23.000 jiwa, atau lebih kurang 0.5% s.d 1% dari
total jumlah penduduk.

Banjir besar ini telah


meluluhlantakkan
prasarana dan infrastruktur
distrik Wasior dimana
ibukota kabupaten Teluk
Wondama, Rasiei, terletak.
Bencana yang pada
awalnya dikira pada
stadium kecil ternyata
merupakan bencana banjir
besar, terlebih jika dilihat
dari kerusakan yang
diakibatkan banjir bandang Sumber: www.radiohmsfakfak.wordpress.com
tersebut dan korban jiwa Gambar 4.6 Wilayah Kecamatan Wasior
yang mencapai setengah
persen dari populasi kabupaten itu.

Banjir bandang terjadi, karena kerusakan hutan di Wasior, sehingga hujan tiada henti yang terjadi
sejak Sabtu, 2 Oktober 2010 hingga Minggu, 3 Oktober 2010 menyebabkan Sungai Batang Salai yang
berhulu di Pegunungan Wondiwoy meluap. Banjir yang terjadi menyebabkan banyak infrastruktur di
Wasior hancur termasuk lapangan udara di Wasior, sementara kerusakan juga menimpa rumah
warga, rumah sakit, jembatan dan juga beberapa gereja. Kerusakan yang terjadi disebabkan banjir
yang terjadi membawa serta batu-batuan besar, batang-batang pohon, lumpur. Bencana banjir
bandang yang terjadi juga mengganggu hubungan komunikasi, jaringan listrik terputus dan aktifitas
masyarakat lumpuh.

Penyusunan Materi Teknis Kebijakan Strategi Nasional


IV- 28
Penyelenggaraan Penataan Ruang
4.5 KAWASAN STRATEGIS PERKOTAAN NASIONAL MAMMINASATA (KOTA MAKASSAR)

Kota Makasar merupakan ibu kota Provinsi


Sulawesi Selatan, mempunyai posisi
strategis karena berada di persimpangan
jalur lalu lintas dari arah selatan dan utara
dalam propinsi di Sulawesi, dari wilayah
kawasan Barat ke wilayah kawasan Timur
Indonesia dan dari wilayah utara ke wilayah
selatan Indonesia.

Kota Makassar terletak antara


119o24'17'38” Bujur Timur dan 5o8'6'19”
Lintang Selatan yang berbatasan dengan:
Utara : Kabupaten Maros
Timur : Kabupaten Maros Sumber: seksi telematika Kota Makassar
Selatan : Kabupaten Gowa Gambar 4.7 Wilayah Administrasi Kota Makassar
Barat : Selat Makassar

Kota Makasar merupakan daerah pantai yang datar dengan kemiringan 0 - 5o ke arah barat, diapit dua
muara sungai yakni Sungai Tallo yang bermuara di bagian utara Kota Makasar dan Sungai Jeneberang
yang bermuara di selatan Kota Makasar. Luas keseluruhan wilayah Kota Makasar, seluas 275,77 km 2,
dengan luas daratan seluas 175,77 km2 daratan serta 11 pulau di Selat Makasar ditambah luas wilayah
perairan kurang lebih 100 Km².

Sesuai keadaan geografis mengenai lokasi dan kondisi geografis Kota Makasar, memberi penjelasan
bahwa secara geografis, kota Makassar memang sangat strategis dilihat dari sisi kepentingan ekonomi
maupun politik. Dari sisi ekonomi, Makassar menjadi simpul jasa distribusi yang tentunya akan lebih efisien
dibandingkan daerah lain. Memang selama ini kebijakan makro pemerintah yang seolah-olah menjadikan
Surabaya sebagai home base pengelolaan produk-produk draft kawasan Timur Indonesia, membuat
Makassar kurang dikembangkan secara optimal. Padahal dengan mengembangkan Makassar, otomatis
akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di kawasan Timur Indonesia
dan percepatan pembangunan. Dengan demikian, dilihat dari sisi letak dan kondisi geografis - Makassar
memiliki keunggulan komparatif dibanding wilayah lain di kawasan Timur Indonesia. Saat ini Kota Makassar
dijadikan inti pengembangan wilayah terpadu Mamminasata.

 Visi dan Misi Kota Makassar


Untuk mencapai visi yang ditetapkan, maka rumusan misi Jangka Panjang Kota Makassar adalah
sebagai berikut ; Memberikan Pelayanan Prima, Pembinaan Dunia Usaha, Mewujudkan ingkungan

Penyusunan Materi Teknis Kebijakan Strategi Nasional


IV- 29
Penyelenggaraan Penataan Ruang
yang Bersih dan Indah, Membangun Komunikasi dan Koordinasi, serta Meningkatkan Ketertiban dan
Keamanan.

Sehubungan dengan itu, maka visi Makassar 2004-2009 sebagai penjabaran dari visi jangka panjang
adalah “Mewujudkan Kompetensi Makassar sebagai Kota Maritim, Niaga, Pendidikan, yang
Bermartabat dan Manusiawi”. Dengan deskripsi Maritim tercermin dari tumbuh dan berkembangnya
budaya bahari dalam kehidupan sehari-hari, terwujudnya atmosfir perniagaan yang aman, lancar dan
mantap, terwujudnya atmosfir pendidikan yang kondusif. Makassar sebagai kota maritim, niaga &
pendidikan yang dilandasi martabat aparat, warga kota dan pendatang yang manusiawi.

Untuk mencapai visi lima tahunan yang ditetapkan, maka dirumuskan misi lima tahunan Kota
Makassar adalah sebagai berikut;
1. Mengembangkan Kultur Maritim,
2. Mendorong Tumbuhnya Pusat Perniagaan,
3. Mendorong Peningkatan Kualitas Manusia dan Kesejahteraan
4. Masyarakat melalui Peningkatan dan Pemerataan Pendidikan, Mengembangkan Apresiasi
Budaya & Pengamalan Agama,
5. Mengembangkan Sistem Pemerintahan yang Bersih & Berwibawa,
6. Mendorong Terciptanya Stabilitas & Ketertiban, Peningkatan Infrastruktur Kota dan Peningkatan
Profesionalisme Aparatur.

 Kondisi Fisik
Topografi
Wilayah Kota Makasar memiliki ketinggian yang bervariasi, yaitu sekitar 1-25 meter diatas permukaan
laut. Memiliki kelerengan sekitar 0-2% yang memiliki kondisi topografi datar.
Litologi
Jenis-jenis tanah yang ada di wilayah Kota Makassar terdiri dari tanah inceptisol dan tanah ultisol.
Jenis tanah inceptisol terdapat hampir di seluruh wilayah Kota Makassar, merupakan tanah yang
tergolong sebagai tanah muda. Tanah ini terbentuk dari berbagai macam bahan induk, yaitu aluvium
(fluviatil dan marin), batu pasir, batu liat, dan batu gamping. Tanah Inceptisol memiliki horison cambic
pada horison B yang dicirikan dengan adanya kandungan liat yang belum terbentuk dengan baik
akibat proses basah kering dan proses penghanyutan pada lapisan tanah.
Klimatologi
Berdasarkan pencatatan Stasiun meteorologi Maritim Paotere, Kota Makasar memiliki rata-rata
kelembaban udara sekitar 79 % dengan temperatur udara sekitar 25,1o-29,1oc serta memiliki rata-rata
kecepatan angin 4,2 knot.

Penyusunan Materi Teknis Kebijakan Strategi Nasional


IV- 30
Penyelenggaraan Penataan Ruang
 Kondisi Penduduk
Penduduk Kota Makassar pada tahun 2006 tercatat sebanyak 1.223.540 jiwa, terdiri dari 611.049 laki-
laki dan 612.491 perempuan. Sementara itu komposisi penduduk di Kota Makasar menurut jenis
kelamin dapat ditunjukkan dengan rasio jenis kelamin penduduk Kota Makassar yaitu sekitar 99,76%,
yang berarti setiap 100 penduduk wanita terdapat 99 penduduk laki-laki. Adapun penyebaran
penduduk Kota Makassar dirinci menurut kecamatan, menunjukkan bahwa penduduk masih
terkonsentrasi diwilayah kecamatan Tamalate, yaitu sebanyak 148.589 atau sekitar 12,14 persen dari
total penduduk, disusul kecamatan Rappocini sebanyak 139.491 jiwa (11,40%).Kecamatan
Panakkukang sebanyak 131.229 jiwa (10,73%), dan yang terendah adalah Kecamatan Ujung Pandang
sebanyak 27.941 jiwa (2,28%).

Kepadatan penduduk di Kecamatan Makassar adalah terpadat yaitu 32.093 jiwa/ km2 , disusul
Kecamatan Mariso yaitu 29.293 jiwa/ km2, Kecamatan Bontoala 28.703 jiwa/ km2. Sedang Kecamatan
Biringkanaya merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah yaitu sekitar 2.605 jiwa/
km2, kemudian Kecamatan Tamalanrea 2.732 jiwa/ km2 , Kecamatan Manggala 4.003 jiwa/ km2,
Kecamatan Ujung Tanah 7.957 jiwa/ km2 , Kecamatan Panakkukang 10.071 jiwa/ km2

 Kondisi Ekonomi

Indikator makro ekonomi Kota Makassar memperlihatkan perkembangan yang cukup


menggembirakan. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tahun 2005 (BPS Makassar, 2005)
mencapai 15,71 Trilyun rupiah atau mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yang
hanya sebesar 13,13 Trilyun rupiah. Pada tahun yang sama, 31ias31r31y31 perekonomian lainnya,
yaitu angka perkapita, memperlihatkan perkembangan PDRB perkapita yang cukup berarti, yaitu
sebesar Rp 13 juta lebih 31ias31r31y31g dengan tahun 2004 yang besarnya hanya Rp 11 juta.
Pertumbuhan ekonomi yang baik ditandai dengan semakin tertekannya laju inflasi, dimana pada tahun
2004 mencapai rata-rata 10,17% dan tahun 2005 berada pada kisaran angka 7,10%.

Perkembangan pertumbuhan ekonomi Kota Makassar juga dipengaruhi oleh dunia perbankan
dimana jumlah pinjaman pada tahun 2005 sebesar Rp 9,74 Trilyun lebih, pinjaman ini terdiri dari
pinjaman modal kerja Rp 3,31 Trilyun lebih atau sebesar 33,98%, pinjaman investasi sebesar Rp 3,88
Trilyun lebih atau 39,79% dan pinjaman konsumtif sebesar Rp 2,55 Trilyun lebih atau 26,23% terhadap
total pinjaman. Bentuk pinjaman ini lebih berarti dibandingkan dengan tahun sebelumnya oleh karena
pada tahun sebelumnya lebih dominan mengarah pada pinjaman yang sifatnya konsumtif.

Struktur ekonomi Makassar tahun 2005 didominasi oleh peranan perdagangan, hotel dan restoran
sekitar 28,09% diikuti pengolahan sekitar 23,09% dan ketiga adalah peranan sektor angkutan dan
komunikasi sekitar 16,23%. Sementara urutan ke empat dan kelima adalah sektor jasa dan sektor
keuangan masing-masing sekitar 11,28% dan 10,78%.

Penyusunan Materi Teknis Kebijakan Strategi Nasional


IV- 31
Penyelenggaraan Penataan Ruang
 Pariwisata
Kota Makassar atau yang juga dikenal dengan nama Ujung
Pandang ini memiliki segudang objek wisata, seperti wisata pantai,
beberapa pulau dengan daya tarik oseanorium peninggalan jaman
Jepang, makam para raja, arsitektur mesjid tua dan klenteng serta
pusat souvenir Somba Opu. Pantai Losari amat terkenal dan Pantai Losari
menjadi kebanggaan masyarakat setempat. Pantai ini menawarkan
pemandangan indah terutama saat senja sunsetnya. Di sekitar pantai ini terdapat pusat perbelanjaan
kerajinan emas dan souvenir di sepanjang Jalan Somba Opu, juga banyak terdapat fasilitas
penginapan mulai dari wisma hingga hotel berbintang. Selain itu di Pantai Barombong anda 32ias
menikmati fasilitas pemandian alam dan olah raga air. Pantai ini terkenal karena keunikannya sebagai
pantai berpasir hitam.

Di bagian Utara Kota Makassar terdapat pelabuhan perahu bernama


Paotere. Salah satu pelabuhan rakyat warisan tempo doeloe yang
masih bertahan dan merupakan bukti peninggalan Kerajaan Gowa-
Tallo sejak abad ke 14, saat memberangkatkan sekitar 200 armada
Pelabuhan Perahu Paotere
Perahu Phinisi ke Malaka.

Obyek wisata lainnya yaitu Masjid Al-Markaz Al-Islami yang


merupakan tempat ibadah dan pusat pengembangan Agama Islam
terbesar dan termegah di Asia Tenggara. Masjid Al-Markaz Al-Islami
memiliki lima menara yang salah satu diantaranya menjulang hingga
ketinggian 87 meter. Di puncak menara yang terselubung dengan
Masjid Al-Markaz Al-Islami
batu granit terpasang loudspeaker yang dirancang oleh tenaga ahli
audio dari Jepang agar kumandang Adzan dapat terdengar sampai kejauhan. Selain masjid Al-Markaz
Al-Islami, terdapat juga Masjid Kuno Arab yang dibangun pada tahun 1907, dan hingga kini masih
berfungsi sebagai tempat ibadah umat Islam di sekitarnya.

Untuk memperoleh cinderamata, wisatawan dapat berkunjung ke


Jalan Somba Opu, karena di sana para wisatawan dapat memilih
aneka ragam souvenir dan hasil kerajinan khas Makassar, seperti
perhiasan dan aksesoris yang terbuat dari emas dan perak bahkan
Jalan Somba Opu
sarung sutera dari berbagai etnis di Sulawesi Selatan.

Penyusunan Materi Teknis Kebijakan Strategi Nasional


IV- 32
Penyelenggaraan Penataan Ruang

Anda mungkin juga menyukai