Anda di halaman 1dari 148

SALINAN

PROVINSI JAWA TENGAH


PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL
NOMOR 1 TAHUN 2020

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL


NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG
WILAYAH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011-2031

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KENDAL,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan kepastian hukum


penataan dan pemanfaatan ruang sehingga dapat berdaya
guna, selaras, serasi, dan seimbang dengan daya dukung
lingkungan dan kebutuhan pembangunan nasional,
regional, dan daerah serta untuk mendorong peningkatan
investasi dan perekonomian masyarakat perlu dilakukan
penyesuaian dan peninjauan kembali rencana tata ruang
wilayah di daerah;
b. bahwa dengan adanya penyesuaian dan peninjauan
kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kendal
Tahun 2011-2031, maka Peraturan Daerah Kabupaten
Kendal Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Kendal Tahun 2011-2031
sudah tidak sesuai dengan kondisi sekarang sehingga
perlu diubah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Daerah tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah
Kabupaten Kendal Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kendal Tahun 2011-2031;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam
Lingkungan Propinsi Jawa Tengah sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965
tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Batang dengan
Mengubah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam
Lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Lembaran Negara
2

Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 52, Tambahan


Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2757);
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5068);
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 183, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6398);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang
Penetapan Mulai Berlakunya Undang-Undang Nomor 12,
13, 14, dan 15 dari Hal Pembentukan Daerah-daerah
Kabupaten di Jawa Timur, Tengah, Barat, dan Daerah
Istimewa Yogyakarta;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang
Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor
25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3079);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 77, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6042);
3

10. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang


Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang
Wilayah Pertambangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 28, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang
Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5393);
13. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 75);
14. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 199);
15. Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2017 tentang
Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Kendal, Demak,
Ungaran, Salatiga, Semarang dan Purwodadi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 81);
16. Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2019 tentang
Percepatan Pembangunan Ekonomi Kawasan Kendal -
Semarang - Salatiga - Demak - Grobogan, Kawasan
Purworejo - Wonosobo - Magelang - Temanggung, dan
Kawasan Brebes - Tegal - Pemalang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 224);
17. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun
2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2009-2029 (Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 28) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Tengah Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun
2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2009-2029 (Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2019 Nomor 16, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 121);
18. Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 2 Tahun 2008
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Kabupaten Kendal Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah
Kabupaten Kendal Tahun 2008 Nomor 2 Seri E No. 1,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kendal Nomor
30);
19. Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 20 Tahun
2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Kendal Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Kabupaten
4

Kendal Tahun 2011 Nomor 20 Seri E No. 11, Tambahan


Lembaran Daerah Kabupaten Kendal Nomor 84);
20. Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 6 Tahun 2016
tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan
Pemerintahan Daerah Kabupaten Kendal (Lembaran
Daerah Kabupaten Kendal Tahun 2016 Nomor 6 Seri E No.
3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kendal Nomor
157);
Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KENDAL

dan

BUPATI KENDAL

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN ATAS


PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 20
TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011-2031.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Kendal Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Kendal Tahun 2011-2031 (Lembaran
Daerah Kabupaten Kendal Tahun 2011 Nomor 20 Seri E No.
11, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kendal Nomor
84) diubah sebagai berikut :
1. Ketentuan angka 2, angka 21, angka 22, angka 28, angka
36, angka 38, dan angka 54 Pasal 1 diubah, angka 18,
angka 19, angka 37, dan angka 44 dihapus, diantara
angka 22 dan angka 23 disisipkan 2 (dua) angka yakni 22a
dan 22b, diantara angka 27 dan angka 28 disisipkan 3
(tiga) angka yakni 27a, 27b, dan 27c, diantara angka 28
dan angka 29 disisipkan 5 (lima) angka yakni angka 28a,
angka 28b, angka 28c, angka 28d dan angka 28e, diantara
angka 35 dan angka 36 disisipkan 1 (satu) angka yakni
angka 35a, diantara angka 46 dan angka 47 disisipkan 4
(empat) angka yakni 46a, 46b, 46c, dan 46d, dan diantara
angka 49 dan angka 50 disisipkan 1 (satu) angka yakni
angka 49a, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Kendal.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
3. Bupati adalah Bupati Kendal.
5

4. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang


laut, dan ruang udara termasuk ruang di dalam bumi
sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan
memelihara kelangsungan hidupnya.
5. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola
ruang.
6. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat
permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana
yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki
hubungan fungsional.
7. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam
suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk
fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi
budi daya.
8. Penataan Ruang adalah proses perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
9. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata
ruang.
10. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan
geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan
sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif
dan/atau aspek fungsional.
11. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kendal yang
selanjutnya disingkat RTRW adalah kebijaksanaan
Pemerintah Kabupaten Kendal dan strategi
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten sebagai
pedoman bagi penataan ruang wilayah kabupaten dan
dasar dalam penyusunan program pembangunan yang
menetapkan lokasi kawasan yang harus dilindungi,
lokasi pengembangan kawasan budidaya termasuk
kawasan produksi, dan kawasan permukiman, pola
jaringan prasarana dan sarana wilayah, serta kawasan
strategis dalam wilayah Kabupaten Kendal yang akan
diprioritaskan pengembangannya dalam kurun waktu
perencanaan yaitu 20 (dua puluh) tahun.
12. Pembangunan berkelanjutan adalah proses
pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dan
sebagainya) yang berprinsip memenuhi kebutuhan
sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan
generasi masa depan.
13. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama
lindung atau budi daya.
14. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan
dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam
dan sumber daya buatan.
15. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar
kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan.
6

16. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai


kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan
sumber daya alam dan dengan susunan fungsi
kawasan permukiman sebagai tempat permukiman
perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial, dan kegiatan ekonomi.
17. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai
kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan, dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
18. Dihapus.
19. Dihapus.
20. Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai
pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten
terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan.
21. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya adalah kawasan yang berada
pada ketinggian di atas 2.000 (dua ribu) meter
dan/atau kelerengan di atas 40 (empat puluh) persen,
yang apabila tidak dilindungi dapat membahayakan
kehidupan yang ada di bawahnya.
22. Kawasan perlindungan setempat adalah kawasan
sempadan pantai, kawasan sempadan sungai,
kawasan sekitar danau/waduk/embung, kawasan
ruang terbuka hijau perkotaan dan kawasan sempadan
rel kereta api.
22a. Kawasan konservasi adalah kawasan lindung yang
meliputi kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian
alam.
22b. Kawasan lindung geologi adalah kawasan lindung yang
meliputi kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap air tanah.
23. Suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu,
baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai
fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai kawasan
penyangga kehidupan.
24. Kawasan cagar alam adalah suatu kawasan suaka alam
karena keadaan alamnya memiliki kekhasan
tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem
tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya
berlangsung secara alami.
25. Kawasan cagar budaya adalah kawasan untuk menjaga
atau melakukan konservasi terhadap benda-benda
alam atau buatan manusia yang dianggap memiliki
nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan/atau
kebudayaan.
26. Kawasan rawan bencana adalah beberapa lokasi yang
rawan terjadi bencana alam seperti tanah longsor,
7

banjir dan gunung berapi, yang perlu dilindungi agar


dapat menghindarkan masyarakat dari ancaman
bencana.
27. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk
dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk
dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
27a. Kawasan hutan produksi adalah kawasan hutan yang
memiliki fungsi pokok memproduksi hasil hutan.
27b.Kawasan peruntukan industri adalah bentangan lahan
yang diperuntukkan bagi kegiatan Industri
berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
27c. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan
hidup di luar kawasan lindung baik berupa kawasan
perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan
tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan.
28. Kawasan pertanian adalah kawasan yang meliputi
meliputi kawasan tanaman pangan, kawasan
hortikultura, perkebunan dan peternakan.
28a. Kawasan tanaman pangan adalah kawasan lahan
basah beririgasi dan lahan basah tidak beririgasi serta
lahan kering potensial untuk pemanfaatan dan
pengembangan tanaman pangan.
28b. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang
selanjutnya disingkat KP2B adalah wilayah budi daya
pertanian terutama pada wilayah perdesaan yang
memiliki hamparan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan dan/atau hamparan Lahan Cadangan
Pertanian Pangan Berkelanjutan serta unsur
penunjangnya dengan fungsi utama untuk
mendukung kemandirian, ketahanan, dan
kedaulatan pangan nasional.
28c. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang
selanjutnya disingkat LP2B adalah bidang lahan
pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan
dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan
pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan
kedaulatan pangan nasional.
28d. Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan
adalah lahan potensial yang dilindungi
pemanfaatannya agar kesesuaian dan ketersediaannya
tetap terkendali untuk dimanfaatkan sebagai Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan pada masa yang akan
datang.
28e. kawasan hortikultura adalah Kawasan yang
diperuntukkan bagi komoditas tanaman yang berkaitan
dengan buah, sayuran, bahan obat nabati, dan
florikultura, termasuk di dalamnya jamur, lumut, dan
tanaman air yang berfungsi sebagai sayuran, bahan
obat nabati, dan/atau bahan estetika.
8

29. Kawasan perikanan adalah kawasan sumber daya


perikanan.
30. Minapolitan adalah konsep pembangunan kelautan dan
perikanan berbasis wilayah dengan pendekatan sistem
dan manajemen kawasan, dengan prinsip integrasi,
kualitas, dan akselerasi.
31. Kawasan minapolitan adalah kawasan ekonomi yang
terdiri dari sentra-sentra produksi dan perdagangan
komoditas kelautan dan perikanan, jasa, perumahan
dan kegiatan terkait lainnya.
32. Kawasan perkebunan adalah kawasan yang
dikembangkan dengan fungsi tanaman komoditi skala
besar yang meliputi perkebunan tanaman tahunan,
atau perkebunan tanaman semusim.
33. Kawasan peternakan adalah kawasan sentra usaha
peternakan ternak besar, peternakan ternak kecil, dan
peternakan unggas.
34. Kawasan pariwisata adalah kawasan wisata alam di
dalam kawasan konservasi; wisata alam di luar
kawasan konservasi; dan wisata rekreasi; wisata
sejarah, wisata budaya, dan wisata religi.
35. Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan
kegiatan Industri yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola
oleh Perusahaan Kawasan Industri.
35a. Sentra industri kecil dan menengah adalah lokasi
pemusatan kegiatan industri kecil dan industri
menengah yang menghasilkan produk sejenis,
menggunakan bahan baku sejenis dan atau
mengerjakan proses produksi yang sama, dilengkapi
sarana dan prasarana penunjang yang dirancang
berbasis pada pengembangan potensi sumber daya
daerah, serta dikelola oleh suatu pengurus profesional.
36. Kawasan pertambangan dan energi adalah wilayah
yang memiliki sumber daya bahan tambang dan energi
yang berwujud padat, cair atau gas berdasarkan
peta/data geologi dan merupakan tempat dilakukannya
seluruh tahapan kegiatan pertambangan dan energi
yang meliputi : penyelidikan umum, eksplorasi, operasi,
produksi, dan pasca tambang, baik di wilayah darat
maupun di perairan.
37. Dihapus.
38. Kawasan pertahanan dan keamanan adalah wilayah
yang ditetapkan secara nasional yang digunakan untuk
kepentingan pertahanan dan keamanan.
39. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disingkat
PKN adalah kawasan perkotaaan yang melayani
kegiatan skala nasional.
40. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disingkat PKL
adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa
kecamatan.
9

41. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disingkat


PPK adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa
desa.
42. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya
disingkat PPL adalah pusat permukiman yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala antar desa.
43. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH
adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok,
yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat
tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah
maupun yang sengaja ditanam.
44. Dihapus.
45. Kegiatan pertanian adalah kegiatan pertanian dalam
arti luas, yaitu kegiatan pertanian, perkebunan,
peternakan, dan perikanan.
46. Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjutnya disingkat
TPA adalah tempat untuk memproses dan
mengembalikan sampah ke media lingkungan secara
aman, bagi manusia, dan lingkungan.
46a. Tempat pengolahan sampah terpadu yang selanjutnya
disingkat TPST adalah tempat dilaksanakannya
kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang,
pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir.
46b. Jalan nasional adalah jalan arteri dan jalan kolektor
dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan
strategis nasional, serta jalan tol.
46c. Jalan provinsi adalah jalan kolektor dalam sistem
jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota
provinsi dengan ibukota Kabupaten/kota, atau antar
ibukota Kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
46d. Jalan kabupaten adalah jalan lokal dalam sistem
jaringan jalan primer yang tidak termasuk pada jalan
nasional dan jalan provinsi, yang menghubungkan
ibukota Kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar
ibukota kecamatan, ibukota Kabupaten dengan pusat
kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal, serta jalan
umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam
wilayah Kabupaten, dan jalan strategis Kabupaten.
47. Jalan arteri adalah jalan yang melayani angkutan
utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan
rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi
secara berdaya guna.
48. Jalan kolektor adalah jalan yang melayani angkutan
pengumpulan/pembagian dengan ciri-ciri perjalanan
jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah
jalan masuk dibatasi.
49. Jalan lokal adalah jalan yang melayani angkutan
setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat,
kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk
tidak dibatasi.
10

49a. Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan


bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan
nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol.
50. Daerah aliran sungai adalah wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-
anak sungai, yang berfungsi menampung, menyimpan
dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke
danau atau ke laut secara alamiah yang terbatas di
darat merupakan pemisah topografi dan batas di laut
sampai dengan daerah perairan yang masih
dipengaruhi aktivitas daratan.
51. Prasarana sumberdaya air adalah bangunan air beserta
bangunan lain yang menunjang kegiatan pengelolaan
sumber daya air baik langsung maupun tidak
langsung.
52. Masyarakat adalah orang perorangan, kelompok orang,
termasuk masyarakat hukum adat korporasi, dan/atau
pemangku kepentingan nonpemerintah lain dalam
penyelenggaraan penataan ruang.
53. Peran masyarakat adalah berbagai kegiatan
masyarakat yang timbul atas kehendak dan keinginan
sendiri, ditengah masyarakat untuk berminat dan
bergerak dalam penyelenggaraan tata ruang.
54. Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang
selanjutnya disingkat TKPRD adalah badan ad hoc yang
dibentuk untuk mendukung pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang di provinsi dan di daerah dan mempunyai fungsi
membantu pelaksanaan tugas gubernur dan bupati
dalam koordinasi penataan ruang di daerah.
55. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan
struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana
tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan
program beserta pembiayaannya.
56. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk
mewujudkan tertib tata ruang.
57. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang
dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
58. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam
Undang-Undang untuk mencari serta pengumpulan
bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak
pidana yang terjadi guna menemukan tersangkanya.
59. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu
yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang
untuk melakukan penyidikan.
2. Diantara BAB I dan BAB II disisipkan 1 (satu) BAB yakni
BAB IA yang berbunyi sebagai berikut :
11

BAB I A
RUANG LINGKUP
Pasal 1A
(1) Ruang lingkup cakupan kawasan RTRW Kabupaten
Kendal meliputi seluruh wilayah administrasi Daerah
dengan luas kurang lebih 1.005,86 km2 (seribu lima
koma delapan enam) kilometer persegi yang terletak
pada posisi 109°40’ - 110°18’ Bujur Timur dan 6°32’ -
7°24’ Lintang Selatan dengan batas administrasi
meliputi :
a. Sebelah utara : Laut Jawa;
b. Sebelah timur : Kota Semarang;
c. Sebelah Selatan : Kabupaten Temanggung dan
Kabupaten Semarang,; dan
d. Sebelah Barat : Kabupaten Batang dan
Kabupaten Wonosobo.
(2) Ruang lingkup materi yang diatur dalam Peraturan
Daerah ini mencakup :
a. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang
Wilayah;
b. Rencana Struktur Ruang Wilayah;
c. Rencana Pola Ruang Wilayah;
d. Penetapan Kawasan Strategis;
e. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah;
f. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang;
g. Hak, Kewajiban, dan Peran Masyarakat;
h. Jangka Waktu Berlakunya RTRW;
i. Penyelesaian Sengketa;
j. Penyidikan;
k. Ketentuan Pidana; dan
l. Ketentuan Peralihan.
3. Ketentuan ayat (2) Pasal 3 diubah sehingga Pasal 3
berbunyi sebagai berikut :

Pasal 3
(1) Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 disusun
kebijakan penataan ruang wilayah.
(2) Kebijakan penataan ruang wilayah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. pengembangan dan pemantapan pusat-pusat
pelayanan secara berhierarki;
b. pengembangan dan pemantapan sistem prasarana
wilayah;
c. pengendalian dan pelestarian kawasan lindung;
d. pengembangan kawasan pertanian produktif dan
prospektif;
e. pengembangan kawasan perikanan;
12

f. pengembangan kawasan peruntukan industri;


g. pengembangan kawasan permukiman;
h. peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan
keamanan negara; dan
i. pengembangan kawasan strategis kabupaten.
4. Ketentuan Pasal 4 diubah, sehingga Pasal 4 berbunyi
sebagai berikut :

Pasal 4
(1) Strategi pengembangan dan pemantapan pusat-pusat
pelayanan secara berhierarki sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a meliputi :
a. menetapkan hierarki pelayanan kota sesuai peran
dan fungsi;
b. mengembangkan kawasan perkotaan sebagai pusat
simpul dan distribusi ekonomi; dan
c. meningkatkan interaksi antara pusat kegiatan
perkotaan dan perdesaan secara sinergis.
(2) Strategi pengembangan dan pemantapan sistem
prasarana wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 ayat (2) huruf b meliputi:
a. mengembangkan sistem jaringan transportasi
untuk mendukung kemudahan akses ke seluruh
kawasan;
b. mengembangkan sistem jaringan energi;
c. mengembangkan sistem jaringan telekomunikasi;
d. mengembangkan sistem jaringan sumber daya air;
e. mengembangkan sistem jaringan prasarana
lainnya; dan
f. mengintegrasikan pembangunan prasarana secara
terpadu.
(3) Strategi pengendalian dan pelestarian kawasan lindung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c
meliputi:
a. mempertahankan dan memulihkan fungsi hutan
lindung;
b. memelihara kawasan resapan air;
c. membatasi perkembangan kegiatan budidaya di
kawasan lindung;
d. menghindari kawasan rawan bencana tinggi sebagai
kawasan terbangun; dan
e. meningkatkan kawasan ruang terbuka hijau
perkotaan.
(4) Strategi pengembangan kawasan pertanian produktif
dan prospektif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (2) huruf d meliputi:
13

a. mengendalikan alih fungsi lahan pertanian;


b. menetapkan kawasan pertanian pangan
berkelanjutan;
c. meningkatkan jaringan irigasi dan prasarana
pendukung kegiatan pertanian; dan
d. mengembangkan kawasan peternakan sesuai
dengan potensi komoditas unggulan.
(5) Strategi pengembangan kawasan perikanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf e
meliputi:
a. mengembangkan kawasan minapolitan dengan
sistem minabisnis; dan
b. mengembangkan produktivitas kawasan perikanan
sesuai dengan potensi kawasan.
(6) Strategi pengembangan kawasan peruntukan industri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf f
meliputi :
a. mengembangkan kawasan peruntukan industri
yang berwawasan lingkungan;
b. meningkatkan akses jalan menuju kawasan
peruntukan industri; dan
c. membangun sarana dan prasarana penunjang
kawasan industri.
(7) Strategi pengembangan kawasan permukiman
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf g
meliputi:
a. mengarahkan pertumbuhan permukiman untuk
mendukung pengembangan Kawasan Peruntukan
Industri dan sebagian pada wilayah tengah;
b. meningkatkan prasarana jalan menuju kawasan
permukiman; dan
c. menyediakan prasarana dan sarana pendukung
permukiman.
(8) Strategi peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan
keamanan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 ayat (2) huruf h meliputi:
a. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif
di dalam dan di sekitar kawasan pertahanan dan
keamanan negara untuk menjaga fungsi
pertahanan dan keamanan;
b. mengembangkan kawasan budidaya tidak
terbangun di sekitar kawasan pertahanan dan
keamanan negara yang mempunyai fungsi khusus
pertahanan dan keamanan sebagai zona penyangga;
dan
c. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset
pertahanan dan keamanan.
14

(9) Strategi pengembangan kawasan Kabupaten


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf i
meliputi:
a. mengembangkan kawasan yang memiliki
kepentingan strategis dari aspek pendayagunaan
sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi;
b. mendorong pengembangan kawasan yang memiliki
kepentingan strategis dari aspek ekonomi; dan
c. meningkatkan pengelolaan pada kawasan yang
memiliki fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup.
5. Ketentuan ayat (1) Pasal 5 diubah dan ayat (2) dan ayat (3)
dihapus, sehingga Pasal 5 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 5
(1) Rencana struktur ruang wilayah terdiri atas:
a. sistem perkotaan; dan
b. sistem jaringan prasarana.
(2) dihapus.
(3) dihapus.
(4) Rencana struktur ruang wilayah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta
dengan tingkat ketelitian skala 1 : 50.000 (satu banding
lima puluh ribu) tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
6. Ketentuan Pasal 6 Bagian Kedua diubah sehingga Pasal 6
berbunyi sebagai berikut :

Bagian Kedua
Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan
Pasal 6
(1) Sistem perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. Daerah bersama dengan Kendal, Demak, Ungaran,
Salatiga, Semarang, dan Purwodadi (Kedungsepur)
berfungsi sebagai PKN;
b. PKL meliputi:
1. Kawasan perkotaan Kecamatan Kendal;
2. Kawasan perkotaan Kecamatan Weleri;
3. Kawasan perkotaan Kecamatan Kaliwungu;
4. Kawasan perkotaan Kecamatan Boja; dan
5. Kawasan perkotaan Kecamatan Sukorejo.
c. Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten.
15

(2) Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri
atas :
a. PPK berada di Kawasan Perkotaan Pegandon dan
Patebon;
b. PPL meliputi :
1. Kecamatan Cepiring;
2. Kecamatan Gemuh;
3. Kecamatan Rowosari;
4. Kecamatan Kangkung;
5. Kecamatan Pageruyung;
6. Kecamatan Patean;
7. Kecamatan Singorojo;
8. Kecamatan Limbangan;
9. Kecamatan Kaliwungu Selatan;
10. Kecamatan Ringinarum;
11. Kecamatan Ngampel;
12. Kecamatan Brangsong; dan
13. Kecamatan Plantungan.
(3) PKN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
memiliki fungsi pelayanan pusat kawasan ekonomi
strategis dan industri.
(4) PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
memiliki fungsi meliputi :
a. Perkotaan Kendal dengan fungsi sebagai pusat
pelayanan pemerintahan tingkat Daerah, pusat
perdagangan regional, dan pendidikan;
b. Perkotaan Weleri dengan fungsi pusat pelayanan
sebagai pusat perdagangan dan jasa;
c. Perkotaan Kaliwungu dengan fungsi pusat
pelayanan sebagai pusat industri, kawasan ekonomi
strategis, perdagangan, dan jasa;
d. Perkotaan Boja dengan fungsi pusat pelayanan
sebagai pusat kegiatan pertanian penyangga
Agropolitan, perdagangan, dan jasa serta
konservasi; dan
e. Perkotaan Sukorejo dengan fungsi pusat
Agropolitan, pertanian, peternakan, dan konservasi.
(5) Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c memiliki
fungsi meliputi :
a. PPK dengan fungsi untuk melayani kegiatan skala
kecamatan atau beberapa desa berupa
pengembangan fasilitas perkotaan meliputi :
16

perdagangan dan jasa, perumahan, pendidikan,


kesehatan, olah raga, peribadatan, dan industri;
dan
b. PPL dengan fungsi pusat pelayanan tingkat
kecamatan berupa pengembangan fasilitas
perkotaan berupa perdagangan dan jasa,
pendidikan, kesehatan, olah raga, dan peribadatan.
7. Ketentuan Bagian Ketiga Bab III diubah sehingga Bagian
Ketiga Bab III berbunyi sebagai berikut :

Bagian Ketiga
Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana
Paragraf 1
Umum
Pasal 8
Sistem jaringan prasarana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1) huruf b terdiri atas :
a. sistem jaringan transportasi;
b. sistem jaringan energi;
c. sistem jaringan telekomunikasi;
d. sistem jaringan sumber daya air; dan
e. sistem jaringan prasarana lainnya.
Paragraf 2
Sistem Jaringan Transportasi
Pasal 9
(1) Sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 huruf a terdiri atas:
a. sistem jaringan transportasi darat; dan
b. sistem jaringan transportasi laut.
(2) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. sistem jaringan jalan;
b. sistem jaringan kereta api; dan
c. sistem jaringan sungai, danau dan penyeberangan.
(3) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa pelabuhan laut
dan pangkalan pendaratan ikan yang terdapat pada
wilayah kabupaten.
(4) Pelabuhan laut yang terdapat pada wilayah kabupaten
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa :
a. terminal Kendal sebagai bagian dari Pelabuhan
Utama Tanjung Emas di Kecamatan Kaliwungu;
17

b. pelabuhan pengumpan regional di Kecamatan


Kaliwungu;
c. pelabuhan pengumpan lokal yaitu pelayaran rakyat
di Kecamatan Rowosari;
d. pelabuhan perikanan pantai (PPP) yaitu pelabuhan
perikanan Tawang di Kecamatan Rowosari; dan
e. pangkalan pendaratan ikan (PPI) meliputi
pelabuhan perikanan Bandengan di Kecamatan
Kendal dan pelabuhan perikanan Sendang Sikucing
di Kecamatan Rowosari.

Pasal 10
(1) Sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (2) huruf a terdiri atas:
a. jaringan jalan nasional;
b. jaringan jalan provinsi;
c. jaringan jalan kabupaten; dan
d. terminal penumpang.
(2) Jaringan jalan nasional sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a meliputi:
a. jalan arteri primer; dan
b. jalan tol.
(3) Jalan arteri primer sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a meliputi:
a. jalan Lingkar Weleri;
b. jalan Weleri-batas Kota Kendal;
c. jalan lingkar Bodri;
d. jalan raya Barat;
e. jalan raya Kendal;
f. jalan raya Timur;
g. jalan batas Kota Kendal-batas Kota Semarang;
h. jalan Ketapang-Kebonharjo;
i. jalan Lingkar Kaliwungu;
j. jalan penghubung SORR (Semarang Outer Ring
Road); dan
k. pembangunan jalan akses pelabuhan
penyeberangan Kendal.
(4) Jalan tol sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
meliputi :
a. Trans Jawa ruas Batang-Semarang.
b. Jalan Weleri – Rowosari - Kangkung-Cepiring –
Patebon – Kendal – Brangsong – Kaliwungu - (Jalan
Pesisir);
18

(5) Jaringan jalan provinsi sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf b berupa jalan Kolektor Primer dua (JKP-
2) meliputi:
a. jalan Weleri – Patean/ batas Kabupaten
Temanggung;
b. jalan Sukorejo – Plantungan/ Blimbing;
c. jalan Cangkiran – Boja – Sukorejo; dan
d. jalan Kaliwungu/ Sekopek-Boja - Limbangan -
batas Kabupaten Semarang;
(6) Jaringan jalan kabupaten sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c meliputi:
a. jalan Kolektor Primer empat (JKP-4); dan
b. jalan lokal.
(7) Jalan Kolektor Primer empat (JKP-4) sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) huruf a meliputi:
a. jalan Weleri - Ringinarum - Gemuh - Pegandon -
Ngampel - Brangsong - Kaliwungu Selatan;
b. jalan lingkar Kaliwungu - Pelabuhan Kendal;
c. jalan Patebon-Pegandon/jalan keluar tol Kendal;
d. jalan akses menuju KPI;
e. jalan Kali Kuto Lama;
f. jalan raya Kota Weleri; dan
g. jalan raya Kota Kaliwungu
(8) Jalan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf
b berupa ruas jalan lokal sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(9) Terminal penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d meliputi :
a. terminal penumpang tipe B yang merupakan
kewenangan pemerintah provinsi, meliputi
pengembangan di Kecamatan Sukorejo; dan
b. terminal penumpang tipe C yang merupakan
kewenangan pemerintah kabupaten, meliputi
pengembangan di Kecamatan Weleri, Kecamatan
Kendal, Kecamatan Kaliwungu, dan Kecamatan
Boja.

Pasal 11
(1) Sistem jaringan kereta api sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (2) huruf b terdiri atas :
a. pengembangan jaringan jalur kereta api (KA); dan
b. stasiun kereta api.
(2) Pengembangan jaringan jalur kereta api (KA)
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a berupa:
19

a. jaringan jalur kereta api umum; dan


b. jaringan jalur kereta api khusus.
(3) Jaringan jalur kereta api umum sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) huruf a berupa kereta api antar kota.
(4) Kereta api antar kota sebagaimana dimaksud dalam
ayat (3) terdiri atas:
a. Jalur lintas utara Jawa (Jakarta-Cirebon-
Semarang-Bojonegoro-Surabaya);
b. Kereta api cepat Jakarta-Surabaya;
c. Perkeretaapian jalur ganda Semarang – Pekalongan
– Tegal – Purwokerto;
d. jalur Kedungsepur; dan
e. Pengaktifan kembali jalur Kalibodri-Kendal-
Kaliwungu.
(5) Jaringan jalur kereta api khusus sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) huruf b berupa kereta api
khusus dari Stasiun Mangkang – Kawasan Industri
Kendal – Pelabuhan Kendal.
(6) Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf b berupa stasiun penumpang.
(7) Stasiun penumpang sebagaimana dimaksud dalam ayat
(6) meliputi:
a. stasiun penumpang di Kecamatan Kaliwungu;
b. stasiun penumpang di Kecamatan Pegandon;
c. stasiun penumpang di Kecamatan Weleri; dan
d. pengaktifan kembali stasiun penumpang di
Kecamatan Kendal;
Pasal 12
(1) Sistem jaringan sungai, danau dan penyeberangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf c
meliputi :
a. alur-pelayaran kelas I; dan
b. pelabuhan penyeberangan.
(2) Alur pelayaran kelas I sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi:
a. jalur Kendal – Kumai (Kalimantan Tengah);
b. pengembangan jalur Kendal-Banjarmasin (Kalimantan
Selatan);
c. pengembangan jalur Kendal-Bahaur (Kalimantan
Tengah);
d. pengembangan jalur Kendal-Tanah Laut (Kalimantan
Tengah);
e. pengembangan jalur Kendal-Pulangpisau (Kalimantan
Tengah); dan
20

(3) Pelabuhan penyeberangan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf b berupa pelabuhan penyeberangan kelas I
berada di Kecamatan Kaliwungu.

Paragraf 3
Sistem Jaringan Energi
Pasal 13
(1) sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 huruf b terdiri atas :
a. jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi; dan
b. jaringan infrastruktur ketenagalistrikan.
(2) Jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a berupa
jaringan pipa gas bumi Cirebon – Semarang –
Bangkalan.
(3) Jaringan infrastruktur ketenagalistrikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi :
a. infrastruktur pembangkit tenaga listrik dan sarana
pendukungnya; dan
b. infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan sarana
pendukungnya.
(4) Infrastruktur pembangkitan tenaga listrik dan sarana
pendukungnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a meliputi:
a. pembangkit listrik tenaga air (PLTA) meliputi :
1. pembangunan PLTA di Kecamatan Singorojo;
dan
2. pembangunan PLTA di Kecamatan Plantungan.
b. pembangkit listrik tenaga gas/pembangkit listrik
tenaga gas uap di Kecamatan Patebon.
c. pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di
Kecamatan Kangkung.
d. pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP)
berupa pengembangan panas bumi gunung
Ungaran.
e. pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH),
meliputi :
1. pembangunan PLTMH di Kecamatan
Plantungan;
2. pembangunan PLTMH di Kecamatan
Pageruyung; dan
3. pembangunan PLTMH di Kecamatan
Limbangan.
21

f. pembangkit listrik lainnya, yaitu pembangunan


Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
meliputi:
1. Kecamatan Kaliwungu Selatan; dan
2. Kecamatan Pageruyung.
(5) Infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan sarana
pendukungnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf b meliputi :
a. jaringan transmisi tenaga listrik untuk
menyalurkan tenaga listrik antar sistem berupa :
1. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)
yang membentang dari Kabupaten Brebes – Kota
Tegal – Kabupaten Tegal - Kabupaten Pemalang
– Kabupaten Pekalongan – Kota Pekalongan -
Kabupaten Batang – Kabupaten Kendal – Kota
Semarang (Ungaran Mandirancan);
2. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) yang
membentang antar Kabupaten/Kota di Jawa
Tengah.
b. jaringan distribusi tenaga listrik berupa saluran
udara tegangan menengah dan saluran udara
tegangan rendah untuk menjangkau wilayah-
wilayah di seluruh Daerah.
c. gardu induk berada di Kecamatan Weleri dan gardu
induk Kawasan Industri (KI) Kendal.

Paragraf 4
Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 14
(1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 huruf c meliputi :
a. jaringan tetap; dan
b. jaringan bergerak.
(2) Jaringan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a berupa peningkatan kapasitas jaringan kabel
telekomunikasi pada kawasan perdagangan dan jasa,
industri, fasilitas umum, dan sosial, terminal,
permukiman, dan kawasan yang baru dikembangkan.
(3) Jaringan bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi :
a. jaringan bergerak terestrial berupa penggelaran serat
optik dari Kota Tegal - Kabupaten Tegal - Kabupaten
Pemalang – Kota Pekalongan – Kabupaten
Pekalongan – Kabupaten Batang – Kabupaten Kendal
– Kota Semarang – Kabupaten Demak – Kabupaten
Kudus – Kabupaten Pati – Kabupaten Rembang;
22

b. jaringan bergerak seluler berupa pengembangan


menara telekomunikasi bersama; dan
c. jaringan bergerak satelit berupa jaringan layanan
internet pada fasilitas umum di Daerah.

Paragraf 5
Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Pasal 15

(1) Sistem jaringan sumberdaya air sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 8 huruf d meliputi :
a. sumber air; dan
b. prasarana sumberdaya air.
(2) Sumber air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a meliputi :
a. air permukaan pada sungai, mata air, embung,
dan waduk; dan
b. air tanah pada Cekungan Air Tanah.
(3) Air permukaan pada sungai, mata air, embung, dan
waduk di Kabupaten Kendal tercakup ke dalam DAS
Damar, DAS Bulanan, DAS Blukar, DAS Bodri, DAS
Buntu, DAS Kendal, DAS Blorong, DAS
Glanggahwaridin, dan DAS Garang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi :
a. Sungai yang meliputi :
1. Sungai Kuto;
2. Sungai Bulanan;
3. Sungai Blukar;
4. Sungai Bodri;
5. Sungai Buntu;
6. Sungai Kendal;
7. Sungai Blorong;
8. Sungai Glodog;
9. Sungai Waridin;
10. Sungai Aji/Slembang; dan
11. Sungai lainya di WS Badri-Kuto.
b. Mata Air yang meliputi :
1. Mata air Medini di Kecamatan Limbangan;
2. Mata air Meteseh di Kecamatan Boja;
3. Mata air Tlogomili di Kecamatan Plantungan;
dan
4. Mata air Tuk Kenci di Kecamatan Pageruyung.
c. Embung dan Waduk yang meliputi :
23

1. Embung Wonosari di Kecamatan Pegandon;


2. Embung Jatirejo di Kecamatan Ngampel;
3. Embung Triharjo di Kecamatan Gemuh;
4. Embung Galih di Kecamatan Gemuh;
5. Embung Jurang Agung di Kecamatan
Plantungan;
6. Embung Sojomerto di Kecamatan Gemuh;
7. Embung Ringinarum di Kecamatan Ringinarum;
8. Embung Kedunggading di Kecamatan
Ringinarum;
9. Embung Ngerjo di Kecamatan Ringinarum;
10. Embung Kedungasri di Kecamatan Ringinarum;
11. Embung Rowobranten di Kecamatan
Ringinarum;
12. Embung Tejorejo di Kecamatan Ringinarum;
13. Embung Gondang di Kecamatan Limbangan;
14. Embung Harjodowo di Kecamatan Plantungan;
15. Embung Ngampel di Kecamatan Ngampel;
16. Embung Bumiayu di Kecamatan Weleri;
17. Embung Sidokumpul di Kecamatan Patean;
18. Embung lainnya di seluruh kecamatan; dan
19. Waduk Bodri di Kecamatan Singorojo.
(4) Air tanah digunakan sebagai conjunctive use pada
kawasan yang tidak memiliki atau terbatas sumber air
permukaannya, dengan mempertimbangkan kondisi
Cekungan Air Tanah (CAT) sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b meliputi :
a. CAT Kendal;
b. CAT Semarang – Demak;
c. CAT Subah; dan
d. CAT Sumowono.
(5) Prasarana sumber daya air sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b meliputi :
a. sistem jaringan irigasi;
b. sistem pengendalian banjir; dan
c. jaringan air baku untuk air bersih.
(6) Sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) huruf a adalah jaringan irigasi yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Kabupaten yang penetapannya diatur
melalui peraturan perundangan, meliputi :
24

a. Daerah Irigasi (DI) lintas kabupaten/kota yang


menjadi kewenangan Pemerintah Pusat, yaitu : DI
Kedungasem;
b. Daerah Irigasi (DI) utuh kabupaten/kota yang
menjadi kewenangan Pemerintah Pusat, yaitu : DI
Bodri Trompo;
c. Daerah Irigasi (DI) lintas kabupaten/kota yang
menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi, yaitu : DI
Plumbon;
d. Daerah Irigasi (DI) utuh kabupaten/kota yang
menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi, yaitu : DI
Sojomerto dan DI Kedung Pengilon; dan
e. Daerah Irigasi (DI) utuh kabupaten/kota yang
menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IIA yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
(7) Sistem pengendalian banjir sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) huruf b meliputi :
a. embung berada di Kecamatan Pegandon, Kecamatan
Ngampel, Kecamatan Gemuh, Kecamatan
Plantungan, Kecamatan Ringinarum, Kecamatan
Limbangan, Kecamatan Plantungan, Kecamatan
Ngampel, Kecamatan Weleri, dan Kecamatan Patean;
b. waduk Bodri di Kecamatan Singorojo; dan
c. polder di Kecamatan Kendal dan Kecamatan
Kaliwungu.
(8) Jaringan air baku untuk air bersih sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) huruf c meliputi saluran
distribusi dari sumber air hingga ke Instalasi
Pengolahan Air (IPA) yang diperuntukan untuk
kebutuhan domestic, municipal (perkotaan) dan
industri.

Paragraf 6
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
Pasal 16

(1) Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 8 huruf e meliputi:
a. sistem penyediaan air minum (SPAM);
b. sistem pengelolaan air limbah (SPAL);
c. sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3);
d. sistem jaringan persampahan wilayah;
e. sistem jaringan drainase; dan
f. sistem jaringan evakuasi bencana.
(2) Sistem penyediaan air minum (SPAM) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
25

a. jaringan perpipaan; dan


b. bukan jaringan perpipaan.
(3) Jaringan perpipaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a terdiri atas:
a. unit air baku;
b. unit produksi;
c. unit distribusi; dan
d. unit pelayanan.
(4) Unit air baku sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a terdiri atas:
a. mata air Medini di Kecamatan Limbangan;
b. mata air Meteseh di Kecamatan Boja;
c. sumur dalam Salamsari d Kecamatan Boja;
d. sumur dalam Simbang di Kecamatan Boja;
e. sumur dalam Magelung di Kecamatan Kaliwungu
Selatan;
f. sumur dalam Nolokerto di Kecamatan Kaliwungu
Selatan;
g. sumur dalam Sidorejo di Kecamatan Kaliwungu
Selatan;
h. sumur dalam Sekopek di Kecamatan Kaliwungu;
i. sumur dalam Sawahjati di Kecamatan Kaliwungu;
j. sumur dalam Sokomulyo di Kecamatan Kaliwungu;
k. sumur dalam Wonorejo di Kecamatan Kaliwungu;
l. sumur dalam Krajan Kulon di Kecamatan
Kaliwungu;
m. sumur dalam Tosari di Kecamatan Brangsong;
n. sumur dalam Kebondalem di Kecamatan
Brangsong;
o. sumur dalam Sebatang di Kecamatan Kendal;
p. sumur dalam Ngilir di Kecamatan Kendal;
q. sumur dalam Candiroto di Kecamatan Kendal;
r. sumur dalam Kalibuntu di Kecamatan Kendal;
s. sumur dalam Sijeruk I di Kecamatan Kendal;
t. sumur dalam Sijeruk II di Kecamatan Kendal;
u. sumur dalam Jotang di Kecamatan Kendal;
v. sumur dalam Bugangin di Kecamatan Kendal;
w. sumur dalam Bugangin II di Kecamatan Kendal;
x. sumur dalam Ngampel di Kecamatan Kendal;
y. sumur dalam Donosari di Kecamatan Patebon;
z. sumur dalam Dawungsari di Kecamatan Pegandon;
aa. sumur dalam Rejosari di Kecamatan Kangkung;
bb. sumur dalam Gondang di Kecamatan Kangkung;
cc. sumur dalam Karangsuno di Kecamatan Cepiring;
dd. sumur dalam Botomulyo di Kecamatan Cepiring;
ee. sumur dalam Gebang di Kecamatan Gemuh;
26

ff. sumur dalam Sedayu di Kecamatan Gemuh;


gg. sumur dalam Kendayaan di Kecamatan Weleri;
hh. sumur dalam Rowosari di Kecamatan Rowosari;
ii. sumur dalam Tlahab di Kecamatan Kangkung;
jj. sumur dalam Payung di Kecamatan Kangkung;
kk. sumur dalam Ngadiwarno di Kecamatan Sukorejo;
ll. sumur dalam di Kecamatan lainnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan;
mm. mata air Tlogomili di Kecamatan Plantungan;
nn. mata air Tuk Kenci di Kecamatan Pageruyung;
oo. Sungai Kalikuto;
pp. Sungai Blorong; dan
qq. Sungai Bodri.
(5) Unit produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf b meliputi:
a. Kecamatan Kaliwungu Selatan;
b. Kecamatan Kaliwungu;
c. Kecamatan Brangsong;
d. Kecamatan Kendal;
e. Kecamatan Patebon;
f. Kecamatan Pegandon;
g. Kecamatan Cepiring;
h. Kecamatan Weleri;
i. Kecamatan Sukorejo;
j. Kecamatan Pageruyung; dan
k. Kecamatan Boja.
(6) Unit distribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf c berupa jaringan distribusi ke seluruh
kecamatan yang terlayani jaringan perpipaan.
(7) Unit pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf d terdiri atas:
a. Kecamatan Boja dengan cakupan pelayanan
Kecamatan Boja, Kecamatan Kaliwungu dan
Kecamatan Kaliwungu Selatan;
b. Kecamatan Kaliwungu Selatan dengan cakupan
pelayanan Kecamatan Boja, Kecamatan Kaliwungu
dan Kecamatan Kaliwungu Selatan;
c. Kecamatan Kaliwungu dengan cakupan pelayanan
Kecamatan Boja, Kecamatan Kaliwungu dan
Kecamatan Kaliwungu Selatan;
d. Kecamatan Brangsong dengan cakupan pelayanan
Kecamatan Brangsong dan Kecamatan Kendal;
e. Kecamatan Kendal dengan cakupan pelayanan
Kecamatan Brangsong dan Kecamatan Kendal;
f. Kecamatan Kendal dengan cakupan pelayanan
Kecamatan Kendal, Kecamatan Patebon, Kecamatan
Ngampel dan Kecamatan Pegandon;
27

g. Kecamatan Patebon dengan cakupan pelayanan


Kecamatan Kendal, Kecamatan Patebon, Kecamatan
Ngampel dan Kecamatan Pegandon;
h. Kecamatan Pegandon dengan cakupan pelayanan
Kecamatan Kendal, Kecamatan Patebon, Kecamatan
Ngampel dan Kecamatan Pegandon;
i. Kecamatan Cepiring dengan cakupan pelayanan
Kecamatan Weleri, Kecamatan Kangkung,
Kecamatan Rowosari, Kecamatan Cepiring,
Kecamatan Gemuh, dan Kecamatan Ringginarum;
j. Kecamatan Weleri dengan cakupan pelayanan
Kecamatan Weleri, Kecamatan Kangkung,
Kecamatan Rowosari, Kecamatan Cepiring,
Kecamatan Gemuh, dan Kecamatan Ringginarum;
k. Kecamatan Sukorejo dengan cakupan layanan
Kecamatan Sukorejo, Kecamatan Patean,
Kecamatan Plantungan dan Kecamatan
Pageruyung; dan
l. Kecamatan Pageruyung dengan cakupan layanan
Kecamatan Sukorejo, Kecamatan Patean,
Kecamatan Plantungan dan Kecamatan
Pageruyung.
(8) Bukan jaringan perpipaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b tersebar di seluruh kecamatan, terdiri
atas:
a. sumur dangkal;
b. sumur pompa;
c. bak penampungan air hujan; dan
d. bangunan penangkap mata air.
(9) Sistem pengelolaan air limbah (SPAL) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. sistem pembuangan air limbah termasuk sistem
pengolahan berupa instalasi pengolahan air limbah
(IPAL) yaitu pembangunan fasilitas instalasi
pengelolaan air limbah terpusat di kawasan
peruntukan industri; dan
b. sistem pembuangan air limbah rumah tanggga baik
indiviual maupun komunal, yaitu pembangunan
fasilitas instalasi pengelolaan air limbah rumah
tangga secara setempat atau terpusat di lingkungan
padat penduduk tersebar di seluruh kecamatan.
(10) Sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c berada di Kecamatan Pageruyung, Kecamatan
Kaliwungu Selatan dan pada kawasan peruntukkan
industri.
(11) Sistem jaringan persampahan wilayah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi :
a. pengembangan TPS 3R di seluruh kecamatan.
b. Tempat Penampungan Sampah Terpadu (TPST) di
Kecamatan Boja, Kecamatan Weleri, Kecamatan
28

Kaliwungu, Kecamatan Sukorejo dan Kecamatan


Kendal.
c. Tempat Pemroresan Akhir (TPA) sampah meliputi:
1. TPA Darupono Kecamatan Kaliwungu Selatan;
2. TPA Darupono II Kecamatan Kaliwungu Selatan;
dan
3. TPA di Kecamatan Pageruyung.
(12) Sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf e terdiri:
a. jaringan primer berada di sepanjang sisi jalan arteri
primer;
b. jaringan sekunder berada di sepanjang sisi jalan
kolektor; dan
c. jaringan tersier berada di sepanjang sisi jalan lokal
diseluruh kecamatan.
(13) Sistem jaringan evakuasi bencana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf f terdiri :
a. jalur evakuasi bencana; dan
b. ruang evakuasi bencana.
(14) Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada
ayat (13) huruf a terdiri atas :
a. jalur evakuasi bencana banjir meliputi :
1. sebagian Kecamatan Brangsong;
2. sebagian Kecamatan Cepiring;
3. sebagian Kecamatan Gemuh;
4. sebagian Kecamatan Kaliwungu;
5. sebagian Kecamatan Kaliwungu Selatan;
6. sebagian Kecamatan Kangkung;
7. sebagian Kecamatan Kendal;
8. sebagian Kecamatan Ngampel;
9. sebagian Kecamatan Sukorejo;
10. sebagian Kecamatan Patean;
11. sebagian Kecamatan Patebon;
12. sebagian Kecamatan Pegandon;
13. sebagian Kecamatan Ringinarum;
14. sebagian Kecamatan Rowosari;
15. sebagian Kecamatan Boja; dan
16. sebagian Kecamatan Weleri.
b. jalur evakuasi bencana banjir bandang meliputi :
1. sebagian Kecamatan Rowosari;
2. sebagian Kecamatan Kangkung;
3. sebagian Kecamatan Cepiring;
4. sebagian Kecamatan Patebon;
5. sebagian Kecamatan Kendal;
6. sebagian Kecamatan Brangsong; dan
7. sebagian Kecamatan Kaliwungu.
29

c. jalur evakuasi bencana kekeringan meliputi :


1. Kecamatan Boja;
2. Kecamatan Gemuh;
3. Kecamatan Kaliwungu
4. Kecamatan Kaliwungu Selatan;
5. Kecamatan Limbangan;
6. Kecamatan Pageruyung;
7. Kecamatan Patean;
8. Kecamatan Pegandon;
9. Kecamatan Plantungan;
10. Kecamatan Ringinarum;
11. Kecamatan Singorojo;
12. Kecamatan Sukorejo;
13. Kecamatan Weleri;
14. Kecamatan Brangsong;
15. Kecamatan Ngampel;
16. Kecamatan Rowosari;
17. Kecamatan Kangkung;
18. Kecamatan Cepiring;
19. Kecamatan Patebon; dan
20. Kecamatan Kendal.
d. jalur evakuasi bencana tanah longsor meliputi:
1. sebagian Kecamatan Pageruyung;
2. sebagian Kecamatan Plantungan;
3. sebagian Kecamatan Gemuh;
4. sebagian Kecamatan Boja;
5. sebagian Kecamatan Singorojo;
6. sebagian Kecamatan Kaliwungu Selatan;
7. sebagian Kecamatan Kaliwungu
8. sebagian Kecamatan Singorojo;
9. sebagian Kecamatan Limbangan;
10. sebagian Kecamatan Patean;
11. sebagian Kecamatan Sukorejo;
12. sebagian Kecamatan Weleri;
13. sebagian Kecamatan Ringinarum;
14. sebagian Kecamatan Pegandon; dan
15. sebagian Kecamatan Ngampel.
e. jalur evakuasi bencana gelombang ekstrim dan
abrasi meliputi:
1. sebagian Kecamatan Rowosari;
2. sebagian Kecamatan Kangkung;
3. sebagian Kecamatan Cepiring;
4. sebagian Kecamatan Patebon;
5. sebagian Kecamatan Kendal;
6. sebagian Kecamatan Brangsong; dan
30

7. sebagian Kecamatan Kaliwungu.


f. jalur evakuasi bencana kebakaran hutan meliputi:
1. sebagian Kecamatan Limbangan;
2. sebagian Kecamatan Sukorejo;
3. sebagian Kecamatan Plantungan;
4. sebagian Kecamatan Singorojo.
5. sebagian Kecamatan Limbangan;
6. sebagian Kecamatan Kaliwungu Selatan;
7. sebagian Kecamatan Ringinarum;
8. sebagian Kecamatan Boja;
9. sebagian Kecamatan Pageruyung;
10. sebagian Kecamatan Kaliwungu;
11. sebagian Kecamatan Gemuh; dan
12. sebagian Kecamatan Weleri.
(15) Ruang evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada
ayat (13) huruf b berupa Kantor Kecamatan yang
berada di wilayah lebih tinggi dan aman di pusat
pemerintahan kecamatan yang berada di:
1. Kecamatan Boja;
2. Kecamatan Gemuh;
3. Kecamatan Kaliwungu
4. Kecamatan Kaliwungu Selatan;
5. Kecamatan Limbangan;
6. Kecamatan Pageruyung;
7. Kecamatan Patean;
8. Kecamatan Pegandon;
9. Kecamatan Plantungan;
10. Kecamatan Ringinarum;
11. Kecamatan Singorojo;
12. Kecamatan Sukorejo;
13. Kecamatan Weleri;
14. Kecamatan Brangsong;
15. Kecamatan Ngampel;
16. Kecamatan Rowosari;
17. Kecamatan Kangkung;
18. Kecamatan Cepiring;
19. Kecamatan Patebon; dan
20. Kecamatan Kendal.
8. Ketentuan ayat (1) Pasal 17 diubah, sehingga Pasal 17
berbunyi sebagai berikut :

Pasal 17
(1) Rencana pola ruang wilayah terdiri atas :
a. kawasan peruntukan lindung; dan
b. kawasan peruntukan budi daya.
31

(2) Peta rencana pola ruang wilayah dengan tingkat


ketelitian skala 1 : 50.000 (satu banding lima puluh
ribu) sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
9. Ketentuan Bagian Kedua BAB IV diubah sehingga Bagian
Kedua BAB IV berbunyi sebagai berikut :

Bagian Kedua
Kawasan Peruntukan Lindung
Paragraf 1
Umum
Pasal 18
Kawasan peruntukan lindung sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a terdiri atas :
a. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya;
b. kawasan perlindungan setempat;
c. kawasan konservasi;
d. kawasan cagar budaya;
e. kawasan lindung geologi;
f. kawasan rawan bencana; dan
g. Kawasan ekosistem mangrove.

Paragraf 2
Kawasan Yang Memberikan Perlindungan
Terhadap Kawasan di Bawahnya
Pasal 19
(1) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 huruf a terdiri atas :
a. kawasan hutan lindung; dan
b. kawasan resapan air.
(2) Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dengan luas kurang lebih 1.706
(seribu tujuh ratus enam) hektar meliputi :
a. sebagian Kecamatan Limbangan;
b. sebagian Kecamatan Boja;
c. sebagian Kecamatan Plantungan; dan
d. sebagian Kecamatan Sukorejo
(3) Kawasan resapan air sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b meliputi :
a. sebagian Kecamatan Limbangan;
32

b. sebagian Kecamatan Boja;


c. sebagian Kecamatan Singorojo;
d. sebagian Kecamatan Patean;
e. sebagian Kecamatan Sukorejo;
f. sebagian Kecamatan Plantungan; dan
g. sebagian Kecamatan Pageruyung.

Paragraf 3
Kawasan perlindungan setempat
Pasal 20
Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 huruf b terdiri atas:
a. kawasan sempadan pantai;
b. kawasan sempadan sungai;
c. kawasan sekitar danau/waduk/embung;
d. kawasan ruang terbuka hijau perkotaan; dan
e. kawasan sempadan rel kereta api.

Pasal 21
Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 huruf a dengan luas kurang lebih 183 (seratus
delapan puluh tiga) hektar meliputi :
a. Kecamatan Rowosari;
b. Kecamatan Kangkung;
c. Kecamatan Cepiring;
d. Kecamatan Patebon;
e. Kecamatan Kendal;
f. Kecamatan Brangsong; dan
g. Kecamatan Kaliwungu.

Pasal 22
Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 huruf b dengan luas kurang lebih 835 (delapan
ratus tiga puluh lima) hektar meliputi:
a. Kecamatan Kendal;
b. Kecamatan Weleri;
c. Kecamatan Kaliwungu;
d. Kecamatan Boja;
e. Kecamatan Sukorejo;
f. Kecamatan Pegandon;
g. Kecamatan Cepiring;
h. Kecamatan Patebon;
33

i. Kecamatan Gemuh;
j. Kecamatan Rowosari;
k. Kecamatan Kangkung;
l. Kecamatan Pageruyung;
m. Kecamatan Patean;
n. Kecamatan Singorojo;
o. Kecamatan Limbangan;
p. Kecamatan Kaliwungu Selatan;
q. Kecamatan Ringinarum;
r. Kecamatan Ngampel;
s. Kecamatan Brangsong; dan
t. Kecamatan Plantungan.

Pasal 23
Kawasan sekitar danau/waduk/embung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 huruf c dengan luas kurang
lebih 79 (tujuh puluh sembilan) hektar berada di
Kecamatan Singorojo.

Pasal 24
Kawasan ruang terbuka hijau perkotaan termasuk di
dalamnya hutan kota berfungsi untuk menjaga fungsi
hidrologis, memelihara keindahan, mikrolimat, ekosistem,
dan habitat fauna sebagaimana dimaksud dalam Pasal
20 huruf d dengan luas kurang lebih 1.646 (seribu enam
ratus empat puluh enam) hektar atau 30 % (tiga puluh
persen) dari luas keseluruhan perkotaan.

Pasal 25
Dihapus.

Pasal 26
Kawasan sempadan rel kereta api sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 huruf e dengan luas kurang lebih 32 (tiga
puluh dua) hektar meliputi:
a. Kecamatan Weleri;
b. Kecamatan Ringinarum;
c. Kecamatan Gemuh;
d. Kecamatan Pegandon;
e. Kecamatan Ngampel;
f. Kecamatan Brangsong; dan
g. Kecamatan Kaliwungu.
34

Paragraf 4
Kawasan Konservasi
Pasal 27
Kawasan konservasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18 huruf c berupa kawasan cagar alam Pagerwunung
Darupono dengan luas kurang lebih 34 (tiga puluh empat)
hektar berada di Kecamatan Kaliwungu Selatan.
Pasal 28
Dihapus.
Pasal 29
Dihapus
Paragraf 5
Kawasan Cagar Budaya
Pasal 30

Kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 18 huruf d meliputi :
a. Situs seloarjuno berada di Kecamatan Limbangan;
b. Tugu Gerbang Kabupaten Lama berada di Kecamatan
Kaliwungu;
c. Tugu Gerbang Pasarean Berada di Kecamatan Kendal;
dan
d. Candi Gunung Gentong berada di Kecamatan
Limbangan.
Paragraf 6
Kawasan Lindung Geologi
Pasal 31
(1) Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 huruf e merupakan kawasan yang
memberikan perlindungan terhadap air tanah meliputi:
a. kawasan imbuhan air tanah; dan
b. kawasan sempadan mata air.
(2) Kawasan imbuhan air sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf a berada di Cekungan Air Tanah (CAT)
Kendal, Cekungan Air Tanah (CAT) Semarang – Demak,
Cekungan Air Tanah (CAT) Subah dan Cekungan Air
Tanah (CAT) Sumowono, yang meliputi:
a. sebagian Kecamatan Weleri;
b. sebagian Kecamatan Ringinarum;
c. sebagian Kecamatan Gemuh;
d. sebagian Kecamatan Pegandon;
e. sebagian Kecamatan Kaliwungu Selatan; dan
f. sebagian Kecamatan Singorojo.
35

(3) Kawasan sempadan mata air sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf b ditetapkan selebar 200 (dua
ratus) meter di sekeliling mata air sebagaimana
tercantum dalam Lampiran IIB yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf 7
Kawasan Rawan Bencana
Pasal 32
(1) Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 huruf f terdiri atas :
a. kawasan rawan bencana banjir;
b. kawasan rawan bencana banjir bandang;
c. kawasan rawan bencana kekeringan;
d. kawasan rawan bencana tanah longsor;
e. kawasan rawan bencana gelombang ekstrim dan
abrasi; dan
f. kawasan rawan bencana kebakaran hutan.
(2) Kawasan rawan bencana banjir sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi:
1. sebagian Kecamatan Brangsong;
2. sebagian Kecamatan Cepiring;
3. sebagian Kecamatan Gemuh;
4. sebagian Kecamatan Kaliwungu;
5. sebagian Kecamatan Kaliwungu Selatan;
6. sebagian Kecamatan Kangkung;
7. sebagian Kecamatan Kendal;
8. sebagian Kecamatan Ngampel;
9. sebagian Kecamatan Sukorejo;
10. sebagian Kecamatan Patean;
11. sebagian Kecamatan Patebon;
12. sebagian Kecamatan Pegandon;
13. sebagian Kecamatan Ringinarum;
14. sebagian Kecamatan Rowosari;
15. sebagian Kecamatan Boja; dan
16. sebagian Kecamatan Weleri.
(3) Kawasan rawan bencana banjir bandang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
1. sebagian Kecamatan Rowosari;
2. sebagian Kecamatan Kangkung;
3. sebagian Kecamatan Cepiring;
36

4. sebagian Kecamatan Patebon;


5. sebagian Kecamatan Kendal;
6. sebagian Kecamatan Brangsong; dan
7. sebagian Kecamatan Kaliwungu.
(4) Kawasan rawan bencana kekeringan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
1. Kecamatan Boja;
2. Kecamatan Gemuh;
3. Kecamatan Kaliwungu
4. Kecamatan Kaliwungu Selatan;
5. Kecamatan Limbangan;
6. Kecamatan Pageruyung;
7. Kecamatan Patean;
8. Kecamatan Pegandon;
9. Kecamatan Plantungan;
10. Kecamatan Ringinarum;
11. Kecamatan Singorojo;
12. Kecamatan Sukorejo;
13. Kecamatan Weleri;
14. Kecamatan Brangsong;
15. Kecamatan Ngampel;
16. Kecamatan Rowosari;
17. Kecamatan Kangkung;
18. Kecamatan Cepiring;
19. Kecamatan Patebon; dan
20. Kecamatan Kendal.
(5) Kawasan rawan bencana tanah longsor sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
1. sebagian Kecamatan Pageruyung;
2. sebagian Kecamatan Plantungan;
3. sebagian Kecamatan Gemuh;
4. sebagian Kecamatan Boja;
5. sebagian Kecamatan Singorojo;
6. sebagian Kecamatan Kaliwungu Selatan;
7. sebagian Kecamatan Kaliwungu
8. sebagian Kecamatan Singorojo;
9. sebagian Kecamatan Limbangan;
10. sebagian Kecamatan Patean;
11. sebagian Kecamatan Sukorejo;
37

12. sebagian Kecamatan Weleri;


13. sebagian Kecamatan Ringinarum;
14. sebagian Kecamatan Pegandon; dan
15. sebagian Kecamatan Ngampel.
(6) Kawasan rawan bencana gelombang ekstrim dan abrasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi:
1. sebagian Kecamatan Rowosari;
2. sebagian Kecamatan Kangkung;
3. sebagian Kecamatan Cepiring;
4. sebagian Kecamatan Patebon;
5. sebagian Kecamatan Kendal;
6. sebagian Kecamatan Brangsong; dan
7. sebagian Kecamatan Kaliwungu.
(7) Kawasan rawan bencana kebakaran hutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi :
1. sebagian Kecamatan Limbangan;
2. sebagian Kecamatan Sukorejo;
3. sebagian Kecamatan Plantungan;
4. sebagian Kecamatan Singorojo.
5. sebagian Kecamatan Limbangan;
6. sebagian Kecamatan Kaliwungu Selatan;
7. sebagian Kecamatan Ringinarum;
8. sebagian Kecamatan Boja;
9. sebagian Kecamatan Pageruyung;
10. sebagian Kecamatan Kaliwungu;
11. sebagian Kecamatan Gemuh; dan
12. sebagian Kecamatan Weleri.

Paragraf 8
Kawasan Ekosistem Mangrove
Pasal 33

(1) Kawasan ekosistem mangrove sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 18 huruf g berupa kawasan pantai
berhutan bakau dengan luas kurang lebih 183 (seratus
delapan puluh tiga) hektar meliputi :
a. sebagian Kecamatan Rowosari;
b. sebagian Kecamatan Kangkung;
c. sebagian Kecamatan Cepiring.
(2) Kawasan peruntukan industri yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan masih ditetapkan
sebagai kawasan pantai berhutan bakau selanjutnya
38

disebut kawasan peruntukan industri/kawasan pantai


berhutan bakau.
(3) Kawasan peruntukan industri/kawasan pantai
berhutan bakau sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berada di Kecamatan Kaliwungu, Kecamatan
Brangsong, Kecamatan Kendal dan Kecamatan Patebon
seluas kurang lebih 552 (lima ratus lima puluh dua)
hektar.
(4) Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan pantai
berhutan bakau sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

10. Ketentuan Bagian Ketiga BAB IV diubah sehingga Bagian


Ketiga berbunyi sebagai berikut :

Bagian Ketiga
Kawasan Peruntukan Budi Daya
Paragraf 1
Umum
Pasal 34

Kawasan peruntukan budi daya sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b terdiri atas :
a. kawasan hutan produksi;
b. kawasan pertanian;
c. kawasan perikanan;
d. kawasan pertambangan dan energi;
e. kawasan peruntukan industri;
f. kawasan pariwisata;
g. kawasan permukiman; dan
h. kawasan pertahanan dan keamanan.

Paragraf 2
Kawasan Hutan Produksi
Pasal 35
(1) Kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 34 huruf a terdiri atas :
a. kawasan hutan produksi terbatas; dan
b. kawasan hutan produksi tetap.
(2) Kawasan hutan produksi terbatas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan luas kurang
lebih 1.193 (seribu seratus sembilan puluh tiga)
hektar meliputi :
a. Kecamatan Limbangan;
b. Kecamatan Sukorejo;
39

c. Kecamatan Plantungan; dan


d. Kecamatan Singorojo.
(3) Kawasan hutan produksi tetap sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b dengan luas kurang lebih 15.441
(lima belas ribu empat ratus empat puluh satu) hektar
meliputi:
a. Kecamatan Boja;
b. Kecamatan Brangsong;
c. Kecamatan Gemuh;
d. Kecamatan Kaliwungu;
e. Kecamatan Kaliwungu Selatan;
f. Kecamatan Limbangan;
g. Kecamatan Ngampel;
h. Kecamatan Pageruyung;
i. Kecamatan Patean;
j. Kecamatan Pegandon;
k. Kecamatan Plantungan;
l. Kecamatan Ringinarum;
m. Kecamatan Singorojo;
n. Kecamatan Sukorejo; dan
o. Kecamatan Weleri

Pasal 36
Dihapus.

Paragraf 3
Kawasan Pertanian
Pasal 37
(1) Kawasan pertanian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 34 huruf b terdiri atas :
a. kawasan tanaman pangan;
b. kawasan hortikultura;
c. kawasan perkebunan; dan
d. kawasan peternakan
(2) Kawasan tanaman pangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, dengan luas kurang lebih 25.213
(dua puluh lima ribu dua ratus tiga belas) hektar
meliputi:
a. sebagian Kecamatan Rowosari;
b. sebagian Kecamatan Kangkung;
c. sebagian Kecamatan Cepiring;
40

d. sebagian Kecamatan Patebon;


e. sebagian Kecamatan Kendal;
f. sebagian Kecamatan Brangsong;
g. sebagian Kecamatan Ngampel;
h. sebagian Kecamatan Pegandon;
i. sebagian Kecamatan Gemuh;
j. sebagian Kecamatan Weleri;
k. sebagian Kecamatan Ringinarum;
l. sebagian Kecamatan Sukorejo;
m. sebagian Kecamatan Limbangan;
n. sebagian Kecamatan Singorojo;
o. sebagian Kecamatan Boja;
p. sebagian Kecamatan Paatean;
q. sebagian Kecamatan Plantungan;
r. sebagian kecamatan Kaliwungu Selatan; dan
s. sebagian kecamatan Pageruyung.
(3) Kawasan tanaman pangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) meliputi :
a. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B)
seluas kurang lebih 25.000 (dua puluh lima ribu)
hektar meliputi:
1. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan seluas
kurang lebih 22.666 (dua puluh dua ribu enam
ratus enam puluh enam) hektar;
2. Lahan Cadangan Pertanian Pangan
Berkelanjutan seluas kurang lebih 2.284 (dua
ribu dua ratus delapan puluh empat) hektar;
dan
3. Lahan penunjang Kawasan Pertanian Pangan
Berkelanjutan seluas kurang lebih 50 (lima
puluh) hektar.
b. Penunjang kawasan tanaman pangan seluas
kurang lebih 213 (dua ratus tiga belas) hektar.
(4) Kawasan hortikultura sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b meliputi komoditas :
a. sayuran dan buah-buahan semusim antara lain;
1) sayuran meliputi bawang daun, bawang merah,
bawang putih, bayam, buncis, cabai, kacang-
kacangan, kangkung, kol, kentang, ketimun,
dan sejenisnya; dan
2) buah-buahan meliputi blewah, melon,
semangka, dan strawbery.
b. sayuran dan buah-buahan tahunan antara lain :
41

1) sayuran meliputi jengkol, melinjo, dan petai;


2) buah-buahan meliputi duku, rambutan, durian,
dan cempedak;
c. tanaman hias meliputi anggrek, aglonema, gladiol,
pakis, dan sejenisnya;
d. tanaman biofarmaka meliputi kunyit, temulawak,
jahe, kencur, pace, sambiloto, dan sejenisnya; dan
e. tanaman keras tahunan lainnya.
(5) Kawasan hortikultura sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dengan luas kurang lebih 16.303 (enam belas
ribu tiga ratus tiga) hektar meliputi :
a. sebagian Kecamatan Rowosari;
b. sebagian Kecamatan Kangkung;
c. sebagian Kecamatan Cepiring;
d. sebagian Kecamatan Patebon;
e. sebagian Kecamatan Kaliwungu;
f. sebagian Kecamatan Brangsong;
g. sebagian Kecamatan Ngampel;
h. sebagian Kecamatan Pegandon;
i. sebagian Kecamatan Gemuh;
j. sebagian Kecamatan Weleri;
k. sebagian Kecamatan Ringinarum;
l. sebagian Kecamatan Sukorejo;
m. sebagian Kecamatan Limbangan;
n. sebagian Kecamatan Singorojo;
o. sebagian Kecamatan Boja;
p. sebagian Kecamatan Patean;
q. sebagian Kecamatan Plantungan;
r. sebagian kecamatan Kaliwungu Selatan; dan
s. sebagian kecamatan Pageruyung.
(6) Kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c dengan luas kurang lebih dengan luas
13.844 (tiga belas ribu delapan ratus empat puluh
empat) hektar meliputi :
a. sebagian Kecamatan Limbangan;
b. sebagian Kecamatan Boja;
c. sebagian Kecamatan Singorojo;
d. sebagian Kecamatan Patean;
e. sebagian Kecamatan Pageruyung;
f. sebagian Kecamatan Plantungan;
g. sebagian Kecamatan Sukorejo;
42

h. sebagian Kecamatan Kaliwungu;


i. sebagian Kecamatan Weleri;
j. sebagian Kecamatan Gemuh;
k. sebagian Kecamatan Pegandon; dan
l. sebagian Kecamatan Ringinarum.
(7) Kawasan peternakan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d terdiri atas:
a. sapi, kerbau dan kuda meliputi:
1. Kecamatan Sukorejo;
2. Kecamatan Pageruyung;
3. Kecamatan Plantungan;
4. Kecamatan Patean;
5. Kecamatan Singorojo;
6. Kecamatan Limbangan;
7. Kecamatan Boja.
8. Kecamatan Kaliwungu Selatan;
9. Kecamatan Kaliwungu
10. Kecamatan Gemuh;
11. Kecamatan Pegandon; dan
12. Kecamatan Patebon.
b. kambing, domba, itik, merpati dan ayam buras
tersebar di seluruh kecamatan.
c. kelinci meliputi:
1. Kecamatan Cepiring;
2. Kecamatan Plantungan;
3. Kecamatan Limbangan;
4. Kecamatan Gemuh;
5. Kecamatan Boja;
6. Kecamatan Pageruyung;
7. Kecamatan Pegandon;
8. Kecamatan Kaliwungu;
9. Kecamatan Kaliwungu Selatan; dan
10. Kecamatan Patean.
d. ayam ras meliputi:
1. Kecamatan Pageruyung;
2. Kecamatan Plantungan;
3. Kecamatan Sukorejo;
4. Kecamatan Patean;
5. Kecamatan Singorojo;
43

6. Kecamatan Kaliwungu Selatan;


7. Kecamatan Limbangan;
8. Kecamatan Boja;
9. Kecamatan Pegandon; dan
10. Kecamatan Gemuh

Paragraf 4
Kawasan Perikanan
Pasal 38
(1) Kawasan perikanan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 34 huruf c terdiri dari :
a. kawasan pengembangan perikanan tangkap; dan
b. kawasan pengembangan perikanan budidaya.
(2) Kawasan pengembangan perikanan tangkap
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri
dari :
a. perikanan tangkap di laut yang memanfaatkan
potensi perairan pantai utara; dan
b. perikanan tangkap di perairan umum yang
memanfaatkan potensi waduk, rawa, sungai, dan
embung.
(3) Kawasan pengembangan perikanan budidaya seluas
kurang lebih 355 (tiga ratus lima puluh lima) hektar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri
dari:
a. kawasan pengembangan perikanan budidaya air
tawar; dan
b. kawasan pengembangan perikanan budidaya air
payau.
(4) Kawasan pengembangan perikanan budidaya air tawar
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a tersebar
di seluruh kecamatan.
(5) Kawasan pengembangan perikanan budidaya air payau
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b,
sepanjang pesisir utara meliputi:
a. Kecamatan Cepiring;
b. Kecamatan Kangkung; dan
c. Kecamatan Rowosari

Paragraf 5
Kawasan Pertambangan dan Energi
Pasal 39

(1) Kawasan pertambangan dan energi sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 34 huruf d terdiri atas :
44

a. kawasan pertambangan mineral;


b. kawasan pertambangan minyak dan gas bumi; dan
c. kawasan panas bumi;
(2) Kawasan pertambangan mineral sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. kawasan pertambangan mineral bukan logam; dan
b. kawasan pertambangan batuan.
(3) Kawasan pertambangan mineral bukan logam
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi:
a. Kecamatan Pegandon;
b. Kecamatan Weleri;
c. Kecamatan Pageruyung;
d. Kecamatan Patean;
e. Kecamatan Sukorejo;
f. Kecamatan Singorojo; dan
g. sepanjang Sungai Bodri.
(4) Kawasan pertambangan batuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b, meliputi:
a. Kecamatan Kaliwungu Selatan
b. Kecamatan Kaliwungu;
c. Kecamatan Brangsong;
d. Kecamatan Ngampel;
e. Kecamatan Weleri;
f. Kecamatan Pageruyung;
g. Kecamatan Pegandon; dan
h. sepanjang Sungai Bodri.
(5) Kawasan pertambangan minyak dan gas bumi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b yang
berskala kecil berada di Kecamatan Gemuh.
(6) Kawasan panas bumi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c berada di Wilayah Kerja Pertambangan
(WKP) Gunung Ungaran dan Wilayah Kerja
Pertambangan (WKP) Dieng.

Paragraf 6
Kawasan Peruntukan Industri
Pasal 40
(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 34 huruf e terdiri atas :
a. kawasan industri; dan
b. sentra industri kecil dan menengah
45

(2) Kawasan peruntukan industri seluas kurang lebih


5.109 (lima ribu seratus sembilan) hektar berada di :
a. sebagian Kecamatan Kaliwungu;
b. sebagian Kecamatan Brangsong;
c. sebagian Kecamatan Kendal; dan
d. sebagian Kecamatan Patebon.
(3) Sentra industri kecil dan menengah berada di seluruh
kecamatan.

Paragraf 7
Kawasan Pariwisata
Pasal 41
(1) Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 34 huruf f terdiri atas :
a. kawasan pariwisata budaya;
b. kawasan pariwisata alam; dan
c. kawasan pariwisata buatan.
(2) Kawasan pariwisata budaya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. Makam Pangeran Juminah dan Makam Sunan
Katong berada di Kaliwungu Selatan;
b. Makam Nyai Dapu dan Makam Sunan Bromo berada
di Kecamatan Boja;
c. Situs Batu Seloarjuno dan Kampung Jawa Sekatul
berada di Kecamatan Limbangan; dan
d. Goa Maria berada di Kecamatan Weleri.
e. Pengembangan potensi wisata di seluruh kecamatan.
(3) Kawasan pariwisata alam sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b meliputi:
a. Pantai Sendangkulon, Pantai Jungsemi, dan Pantai
Tanjungmojo berada di Kecamatan Kangkung;
b. Pantai Sendangsikucing berada di Kecamatan
Rowosari;
c. Wana Wisata berada di Kecamatan Ringinarum;
d. Curug Semawur, Tuk Air Hangat Tirtomoyo, dan
Agrowisata Ngebruk, Curug Sewu berada di
Kecamatan Patean;
e. Goa Kiskendo dan Bendungan Singorojo berada di
Kecamatan Singorojo;
f. Air Panas Gonoharjo, Goa Jepang, dan Air Terjun
Panglebur gongso berada di Kecamatan Limbangan;
g. Pantai Muara Kencan di Kecamatan Cepiring; dan
h. Pengembangan potensi wisata di seluruh kecamatan.
46

(4) Kawasan pariwisata buatan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. Plantera berada di Kecamatan Patean;
b. Agrowisata Ngadiwarno berada di Kecamatan
Sukorejo;
c. Wisata Kuliner Pemancingan berada di Kecamatan
Weleri;
d. Pantai Cahaya/Atraksi Lumba-lumba berada di
Kecamatan Rowosari;
e. Agrowisata Darupono, Agrowisata Kedungsuren, dan
Agrowisata Jerukgiling berada di Kecamatan
Kaliwungu Selatan;
f. Kampung Jawa Sekatul berada di Kecamatan
Limbangan; dan
g. Pengembangan potensi wisata di seluruh kecamatan.

Paragraf 8
Kawasan Permukiman
Pasal 42
(1) Kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 34 huruf g meliputi :
a. kawasan permukiman perkotaan; dan
b. kawasan permukiman perdesaan.
(2) Kawasan permukiman perkotaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan luas kurang
lebih 5.485 (lima ribu empat ratus delapan puluh
lima) hektar meliputi :
a. Kecamatan Boja;
b. Kecamatan Brangsong;
c. Kecamatan Cepiring;
d. Kecamatan Gemuh;
e. Kecamatan Kaliwungu;
f. Kecamatan Kaliwungu Selatan;
g. Kecamatan Kangkung;
h. Kecamatan Limbang;
i. Kecamatan Ngampel;
j. Kecamatan Pageruyung;
k. Kecamatan Patean;
l. Kecamatan Patebon;
m. Kecamatan Pegandon;
n. Kecamatan Plantungan;
o. Kecamatan Ringinarum;
47

p. Kecamatan Rowosari;
q. Kecamatan Singorojo;
r. Kecamatan Sukorejo;
s. Kecamatan Weleri; dan
t. Kecamatan Kendal.
(3) Kawasan permukiman perdesaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan luas kurang
lebih 12.817 (dua belas ribu delapan ratus tujuh
belas) hektar berada di seluruh kecamatan.
(4) Fokus pengembangan kawasan permukiman
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada pada
Kecamatan Kaliwungu, Kecamatan Brangsong,
Kecamatan Kendal, Kecamatan Patebon, Kecamatan
Pegandon, dan Kecamatan Kaliwungu Selatan.

Pasal 43
Dihapus.
Paragraf 9
Kawasan Pertahanan dan Keamanan
Pasal 44
Kawasan Pertahanan dan Keamanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34 huruf h meliputi :
a. Komando Distrik Militer (Kodim) 0715 yang berada di
Kelurahan Pekauman Kecamatan Kendal;
b. POSAL Kendal yang berada di Desa Gempolsewu
Kecamatan Rowosari; dan
c. Kepolisian Resor (Polres) Kendal yang berada di
Kelurahan Karangsari Kecamatan Kendal.

11. Ketentuan Pasal 45 diubah, sehingga Pasal 45 berbunyi


sebagai berikut :
Pasal 45
(1) Rencana kawasan strategis Daerah meliputi :
a. kawasan strategis dari sudut kepentingan
pendayagunaan sumber daya alam dan/atau
teknologi tinggi;
b. kawasan strategis dari sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi; dan
c. kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi
dan daya dukung lingkungan hidup.
(2) Kawasan strategis dari sudut kepentingan
pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi
tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dengan luas kurang lebih 123 (seratus dua puluh tiga)
hektar berada di kawasan panas bumi Gunung
Ungaran.
48

(3) Kawasan strategis dari sudut kepentingan


pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dengan luas kurang lebih 5.109 (lima
ribu seratus sembilan) hektar berada di :
a. Kecamatan Kaliwungu;
b. Kecamatan Brangsong;
c. Kecamatan Kendal; dan
d. Kecamatan Patebon.
(4) Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan
daya dukung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c dengan luas kurang lebih 46.289
(empat puluh enam ribu dua ratus delapan puluh
sembilan) hektar meliputi :
a. sebagian Kecamatan Limbangan;
b. sebagian Kecamatan Boja;
c. sebagian Kecamatan Sukorejo;
d. sebagian Kecamatan Patean; dan
e. sebagian Kecamatan Plantungan
(5) Peta rencana kawasan strategis Daerah dengan tingkat
ketelitian skala 1 : 50.000 (satu banding lima puluh
ribu) sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
12. Ketentuan Bagian Kedua BAB VI diubah sehingga berbunyi
sebagai berikut :

Bagian Kedua
Perwujudan Rencana Struktur Ruang Wilayah
Paragraf
Umum
Pasal 47
Perwujudan rencana struktur ruang wilayah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf a meliputi :
a. perwujudan sistem perkotaan; dan
b. perwujudan sistem jaringan prasarana.

Paragraf 2
Perwujudan Sistem Perkotaan
Pasal 48

Perwujudan sistem perkotaan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 47 huruf a terdiri atas :
a. penetapan hierarki pusat pelayanan;
b. pengembangan sistem pusat pelayanan; dan
49

c. pengembangan sistem pusat permukiman perkotaan


dan perdesaan.

Paragraf 3
Perwujudan Sistem Jaringan Prasarana
Pasal 49
Perwujudan sistem jaringan prasarana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 47 huruf b meliputi :
a. perwujudan sistem jaringan transportasi;
b. perwujudan sistem jaringan energi;
c. perwujudan sistem jaringan telekomunikasi;
d. perwujudan sistem jaringan sumber daya air; dan
e. perwujudan sistem jaringan prasarana lainnya.

Pasal 50
(1) Perwujudan sistem jaringan transportasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 huruf a terdiri atas :
a. perwujudan sistem jaringan transportasi darat; dan
b. perwujudan sistem jaringan transportasi laut.
(2) Perwujudan sistem jaringan transportasi darat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. perwujudan sistem jaringan jalan;
b. perwujudan sistem jaringan kereta api; dan
c. perwujudan sistem jaringan sungai, danau, dan
penyeberangan.
(3) Perwujudan sistem jaringan jalan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas :
a. perwujudan pengembangan jaringan jalan nasional;
b. perwujudan pengembangan jaringan jalan provinsi;
c. perwujudan pengembangan jaringan jalan
kabupaten;
d. perwujudan pembangunan jalan baru; dan
e. perwujudan pengembangan terminal penumpang
tipe B dan tipe C.
(4) Perwujudan sistem jaringan kereta api sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi :
a. pengembangan jaringan jalur kereta api antar kota;
b. pengembangan jaringan jalur kereta api khusus dari
Stasiun Mangkang-Kawasan Industri Kendal-
Pelabuhan Kendal; dan
c. pengembangan stasiun penumpang.
50

(5) Perwujudan sistem jaringan sungai, danau, dan


penyeberangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c meliputi :
a. pengembangan alur pelayaran; dan
b. pengembangan pelabuhan penyeberangan Kelas I.
(6) Perwujudan sistem jaringan transportasi laut
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. pembangunan terminal Kendal sebagai bagian dari
Pelabuhan Utama Tanjung Emas;
b. penyusunan revisi Rencana Detail Tata Ruang
Kawasan Pelabuhan Kendal;
c. penyusunan masterplan pelabuhan Kendal;
d. pembangunan pelabuhan pengumpan regional;
e. pembangunan pelabuhan pengumpan lokal;
f. pengembangan pelabuhan perikanan pantai (PPP);
dan
g. pengembangan pangkalan pendaratan ikan (PPI).

Pasal 50A
Perwujudan sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 49 huruf b meliputi :
a. pembangunan jaringan pipa gas bumi Cirebon –
Semarang – Bangkalan berada di sepanjang pantai
Daerah.
b. pembangunan pembangkitan tenaga listrik dan sarana
pendukungnya, meliputi :
1. pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA);
2. pembangunan Pembangkit Listrik tenaga
gas/pembangkit listrik tenaga gas uap;
3. pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS);
4. pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas
Bumi (PLTPB); dan
5. pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro
Hidro (PLTMH).
6. pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
(PLTSa).
c. pembangunan Infrastruktur penyaluran tenaga listrik
dan sarana pendukungnya meliputi pembangunan
jaringan transmisi tenaga listrik, jaringan distribusi dan
gardu induk.

Pasal 50B

Perwujudan sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 49 huruf c meliputi :
51

a. peningkatan kapasitas jaringan kabel telekomunikasi


pada kawasan perdagangan dan jasa, industri, fasilitas
umum, dan sosial, terminal, permukiman, dan kawasan
yang baru dikembangkan;
b. penggelaran serat optik dari Kota Tegal - Kabupaten
Tegal - Kabupaten Pemalang – Kota Pekalongan –
Kabupaten Pekalongan – Kabupaten Batang –
Kabupaten Kendal – Kota Semarang – Kabupaten
Demak – Kabupaten Kudus – Kabupaten Pati –
Kabupaten Rembang;
c. pengembangan menara telekomunikasi bersama; dan
d. pengembangan pelayanan internet pada fasilitas umum
di Daerah.

Pasal 50C

Perwujudan sistem jaringan sumber daya air sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 49 huruf d meliputi :
a. penyusunan studi penanganan gelombang pasang;
b. pengendalian pemanfaatan air bawah tanah;
c. perbaikan dan pembangunan saluran irigasi;
d. pembangunan pengendali banjir;
e. pembangunan bangunan penahan abrasi pantai; dan
f. pembangunan, rehabilitasi, operasi dan pemeliharaan
sarana prasarana pengelolaan air baku untuk air
minum dan industri.

Pasal 50D
(1) Perwujudan sistem jaringan prasarana lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 huruf e meliputi
:
a. perwujudan sistem penyediaan air minum (SPAM);
b. perwujudan sistem pengelolaan air limbah (SPAL);
c. perwujudan sistem pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3);
d. perwujudan sistem jaringan persampahan wilayah;
e. perwujudan sistem jaringan drainase; dan
f. perwujudan sistem jaringan evakuasi bencana.
(2) Perwujudan sistem penyediaan air minum (SPAM)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. revisi masterplan penyediaan air minum Daerah;
b. peningkatan cakupan pelayanan air minum;
c. peningkatan jaringan perpipaan dan bukan jaringan
perpipaan; dan
52

d. peningkatan kapasitas dan kualitas pengelolaan air


minum.
(3) Perwujudan sistem pengelolaan air limbah (SPAL)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. penyusunan Masterplan pengelolaan air limbah;
b. pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) dan IPAL komunal;
c. pembangunan fasilitas instalasi pengelolaan air
limbah rumah tangga secara setempat atau terpusat
; dan
d. peningkatan akses sistem pengelolaan air limbah di
perkotaan dan pedesaan.
(4) Perwujudan sistem pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c meliputi :
a. penambahan sarana pengumpulan dan
pengangkutan limbah bahan berbahaya dan
beracun; dan
b. pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun.
(5) Perwujudan sistem jaringan persampahan wilayah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. penyusunan Masterplan sistem persampahan
Daerah;
b. peningkatan cakupan pelayanan sampah;
c. mengurangi sampah mulai dari sumbernya;
d. penyediaan sarana pewadahan, pengangkutan dan
pengumpulan sampah;
e. pembangunan TPS 3R, TPS Terpadu; dan
f. pembangunan TPA.
(6) Perwujudan sistem jaringan drainase sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi :
a. penyusunan Masterplan pengelolaan sistem drainase
Daerah;
b. pemeliharaan jaringan drainase secara berkala;
c. perbaikan jaringan drainase yang mengalami
kerusakan dengan pembersihan gorong-gorong dan
fasilitas pintu air serta pengerukan sungai; dan
d. pembangunan jaringan drainase baru sesuai
kebutuhan untuk menampung aliran air.
(7) Perwujudan sistem jaringan evakuasi bencana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f terdiri
atas:
a. perbaikan dan pembangunan jalur-jalur evakuasi
bencana; dan
53

b. optimalisasi atau pembangunan ruang evakuasi.


13. Ketentuan Pasal 51 diubah, sehingga Pasal 51 berbunyi
sebagai berikut :

Pasal 51
(1) Perwujudan rencana pola ruang wilayah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf b meliputi :
a. perwujudan kawasan peruntukan lindung; dan
b. perwujudan kawasan peruntukan budi daya.
(2) Perwujudan kawasan peruntukan lindung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. perwujudan kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
b. perwujudan kawasan perlindungan setempat;
c. perwujudan kawasan konservasi;
d. perwujudan kawasan cagar budaya;
e. perwujudan kawasan lindung geologi;
f. perwujudan kawasan rawan bencana; dan
g. Perwujudan kawasan mangrove.
(3) Perwujudan kawasan yang memberi perlindungan
terhadap kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a terdiri atas :
a. pemantauan secara rutin untuk mencegah
terjadinya penebangan liar dan kebakaran hutan;
b. pengembangan vegetasi tegakan tinggi yang mampu
memberikan perlindungan terhadap permukaan
tanah dan mampu meresapkan air ke dalam tanah;
dan
c. pembatasan pendirian bangunan yang menutup
tanah.
(4) Perwujudan kawasan perlindungan setempat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri
atas:
a. perlindungan tepi pantai terhadap kerusakan
lingkungan;
b. perlindungan sekitar sungai terhadap alih fungsi
lindung;
c. perlindungan sekitar waduk terhadap kegiatan alih
fungsi dan kegiatan yang menyebabkan kerusakan
kualitas sumber air;
d. pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan
tinggi dan penutup tanah untuk melindungi
pencemaran dan erosi terhadap air;
54

e. membatasi penggunaan lahan secara langsung


untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan
konservasi waduk;
f. penyediaan RTH kawasan perkotaan minimal 30 %
(tiga puluh perseratus); dan
g. pengamanan kawasan sempadan rel kereta api dari
aktivitas budidaya.
(5) Perwujudan kawasan konservasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c terdiri atas :
a. pemantauan secara rutin untuk mencegah
terjadinya penebangan liar dan kebakaran hutan;
b. pengembangan vegetasi tegakan tinggi yang mampu
memberikan perlindungan terhadap permukaan
tanah dan mampu meresapkan air ke dalam tanah;
c. pelestarian ekosistem alam yang berada di dalam
kawasan cagar alam;
d. pembatasan pendirian bangunan yang menutup
tanah; dan
e. pemanfaatan kawasan konservasi untuk kegiatan
produktif yang tidak menyebabkan penurunan
kualitas lingkungan dan ekosistem.
(6) Perwujudan kawasan cagar budaya sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf d terdiri atas :
a. pengendalian kegiatan yang dapat merusak cagar
budaya;
b. pembatasan bangunan pada kawasan cagar budaya;
dan
c. pelestarian bangunan cagar budaya.
(7) Perwujudan kawasan lindung geologi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf e terdiri atas :
a. perlindungan kualitas air dan kondisi fisik di daerah
sekitar cekungan air tanah;
b. pengembangan vegetasi tegakan tinggi yang mampu
memberikan perlindungan terhadap permukaan
tanah dan mampu meresapkan air ke dalam tanah;
c. perlindungan sekitar mata air terhadap alih fungsi
lindung;
d. pengembangan sistem pengelolaan kawasan rawan
bencana geologi;
e. pengembangan dan penerapan teknologi bencana
geologi;
f. pengendalian kegiatan budidaya pada kawasan
tersebut agar tidak mengganggu fungsi lindung
kawasan dan mengurangi risiko bencana; dan
g. penyusunan rencana rinci tata ruang kawasan
lindung geologi.
55

(8) Perwujudan kawasan rawan bencana alam


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f terdiri
atas :
a. penanaman tanaman lindung;
b. perbaikan dan pembangunan saluran drainase;
c. pembuatan sarana resapan air;
d. pembuatan tanggul tepi pantai;
e. penanaman mangrove;
f. perbaikan dan pembangunan jalur-jalur evakuasi;
g. penanaman vegetasi yang berkayu dengan tegakan
tinggi;
h. pembuatan talud penahan longsor;
i. pemantauan hutan secara berkala; dan
j. pengaturan bangunan dan daerah hijau.
(9) Perwujudan kawasan ekosistem mangrove sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf g terdiri atas reboisasi
dan konservasi kawasan sabuk pantai yang rawan
abrasi.
(10) Perwujudan kawasan peruntukan budidaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. perwujudan kawasan hutan produksi;
b. perwujudan kawasan pertanian;
c. perwujudan kawasan perikanan;
d. perwujudan kawasan pertambangan dan energi;
e. perwujudan kawasan peruntukan industri;
f. perwujudan kawasan pariwisata;
g. perwujudan kawasan permukiman; dan
h. perwujudan kawasan pertahanan dan keamanan.
(11) Perwujudan kawasan hutan produksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (10) huruf a mencakup kegiatan
intensifikasi lahan hutan produksi.
(12) Perwujudan kawasan pertanian sebagaimana dimaksud
pada ayat (10) huruf b meliputi :
a. mempertahankan luas kawasan pertanian pangan
berkelanjutan.
b. peningkatan sarana prasarana penunjang pertanian;
c. pengembangan lumbung pangan;
d. intensifikasi lahan pertanian sawah;
e. pengembangan pertanian organik;
f. pemantapan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN);
g. pengembangan sentra/produksi komoditas
hortikultura dan pasca panen;
56

h. intensifikasi dan diversifikasi tanaman pangan,


hortikultura, perkebunan;
i. pengembangan teknologi dan informasi pertanian;
j. pengembangan pasca panen agroforesty dan
hortikultura;
k. penyusunan masterplan kawasan agropolitan;
l. penyusunan Rencana Program Jangka Menengah
(RPJM) kawasan agropolitan;
m. penyusunan Detail Engineering Design (DED)
kawasan agropolitan;
n. mengembangkan komoditas tanaman perkebunan;
o. pengolahan hasil perkebunan;
p. pengembangan dan peningkatan mutu ternak; dan
q. peningkatan mutu produksi dan perbaikan
pemasaran hasil ternak.
(13) Perwujudan kawasan perikanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (10) huruf c meliputi :
a. pengembangan kawasan minapolitan;
b. pengembangan dan peningkatan mutu budidaya
perikanan;
c. pengolahan produksi hasil perikanan;
d. peningkatan pemasaran hasil perikanan; dan
e. renovasi dan pemeliharaan bangunan Tempat
Pelelangan Ikan (TPI), pelabuhan perikanan Pantai
(PPP), dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) meliputi:
1. Tawang di Kecamatan Rowosari;
2. Bandengan di Kecamatan Kendal;
3. Tanggul Malang di Kecamatan Cepiring;
4. Sendang Sikucing di Kecamatan Rowosari; dan
5. Karangsari di Kecamatan Kendal.
(14) Perwujudan kawasan pertambangan dan energi
sebagaimana dimaksud pada ayat (10) huruf d,
mencakup kegiatan meliputi :
a. program pengembangan pertambangan rakyat;
b. peningkatan kerjasama pengelolaan bersama
kawasan pertambangan; dan
c. perbaikan lahan (reklamasi) lahan bekas tambang
untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan
lingkungan.
(15) Perwujudan kawasan peruntukan industri
sebagaimana dimaksud pada ayat (10) huruf e meliputi:
a. penyiapan lahan dan kebijakan pengembangan
kawasan peruntukan industri;
57

b. penyusunan rencana penataan kawasan


peruntukan industri;
c. peningkatan sarana dan prasarana kawasan
peruntukan industri;
d. pembinaan industri kecil menengah; dan
e. peningkatan daya tarik investasi.
(16) Perwujudan kawasan pariwisata sebagaimana
dimaksud pada ayat (10) huruf f, meliputi:
a. peningkatan kualitas dan peran obyek unggulan;
b. penyediaan sarana dan prasarana pendukung
wisata;
c. pembentukan paket daerah tujuan wisata (DTW)
serta promosi wisata;
d. pengembangan sumber daya manusia pariwisata;
e. peningkatan peran serta masyarakat kawasan
wisata;
f. penetapan desa wisata;
g. pengembangan desa wisata; dan
h. pengembangan potensi wisata unggulan lainnya.
(17) Perwujudan kawasan permukiman sebagaimana
dimaksud pada ayat (10) huruf g meliputi :
a. program intensifikasi lahan permukiman sesuai
rencana tata ruang;
b. pengaturan dan penyusunan tata ruang wilayah
perkotaan;
c. peningkatan pelayanan sarana prasarana
lingkungan; dan
d. peningkatan kemampuan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan rumah.
(18) Perwujudan kawasan pertahanan dan keamanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (10) huruf h
meliputi :
a. pembatasan antara lahan terbangun di sekitar
kawasan strategis pertahanan dan keamanan
dengan kawasan lainnya yang belum terbangun;
dan
b. pengembangan sarana dan prasarana pertahanan
dan keamanan.
14. Ketentuan Pasal 52 diubah, sehingga Pasal 52 berbunyi
sebagai berikut :

Pasal 52
Perwujudan kawasan strategis kabupaten sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf c meliputi :
58

a. perwujudan kawasan strategis dari sudut kepentingan


pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi
tinggi;
b. perwujudan kawasan strategis dari sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi; dan
c. perwujudan kawasan strategis dari sudut kepentingan
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
15. Ketentuan Pasal 53 diubah, sehingga Pasal 53 berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 53
Perwujudan kawasan strategis dari sudut kepentingan
pendayagunaan sumberdaya alam dan/atau teknologi
tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 huruf a
meliputi:
a. penetapan kawasan panas bumi Gunung Ungaran;
b. penyusunan rencana rinci kawasan panas bumi Gunung
Ungaran;
c. pemanfaatan energi panas bumi Gunung Ungaran; dan
d. pengelolaan lingkungan sekitar kawasan panas bumi
Gunung Ungaran.
16. Ketentuan Pasal 54 diubah, sehingga Pasal 54 berbunyi
sebagai berikut :

Pasal 54
Perwujudan kawasan strategis dari sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
52 huruf b meliputi:
a. penyusunan studi pengembangan kawasan strategis
ekonomi;
b. penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan
strategis ekonomi;
c. pembangunan kawasan industri;
d. pembangunan sarana prasarana kawasan industri;
e. pembentukan badan pengelola kawasan industri;
f. pembentukan badan pengelola kawasan strategis
ekonomi; dan
g. pembangunan kawasan strategis ekonomi;
17. Ketentuan Pasal 55 diubah, sehingga Pasal 55 berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 55
Perwujudan kawasan strategis dari sudut kepentingan
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 52 huruf c meliputi :
a. penyusunan rencana rinci kawasan lindung dan rawan
bencana; dan
59

b. pengelolaan kawasan Cekungan Air Tanah (CAT)


Kendal, CAT Semarang – Demak, CAT Subah dan CAT
Sumowono.
18. Frasa BAB VII ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN
RUANG WILAYAH diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

BAB VII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN
RUANG WILAYAH

19. Ketentuan Pasal 57 diubah sehingga Pasal 57 berbunyi


sebagai berikut :
Pasal 57
Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 56 ayat (3) huruf a digunakan sebagai
pedoman dalam menyusun peraturan zonasi.
20. Ketentuan Pasal 58 diubah sehingga Pasal 58 berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 58
(1) Pengaturan ketentuan umum peraturan zonasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (3) huruf a
terdiri atas :
a. ketentuan umum peraturan zonasi struktur ruang;
dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi struktur ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi sistem perkotaan;
dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan
prasarana.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri
atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung;
dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
budidaya.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. intensitas pemanfaatan ruang;
b. kegiatan yang diizinkan;
c. kegiatan yang diizinkan dengan syarat;
d. kegiatan yang diizinkan secara terbatas; dan
60

e. kegiatan yang dilarang.


21. Ketentuan Pasal 59 diubah, sehingga Pasal 59 berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 59
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem perkotaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (2) huruf a
terdiri atas :
a. ketentuan umum peraturan zonasi PKL;
b. ketentuan umum peraturan zonasi PPK; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi PPL.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi PKL sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. diizinkan pengembangan pusat pemerintahan,
fasilitas pendidikan, kesehatan, olahraga, usaha
perdagangan dan jasa, perumahan, industri dan
pariwisata;
b. diizinkan pengembangan kawasan permukiman
dengan intensitas kepadatan rendah hingga sedang;
dan
c. dilarang pengembangan kegiatan industri yang
menghasilkan limbah B3 tanpa melalui proses
pengelolaan limbah terpadu.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi PPK sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :
a. diizinkan pengembangan pusat pemerintahan,
fasilitas pendidikan, kesehatan, olahraga, usaha
perdagangan dan jasa, perumahan, industri dan
pariwisata;
b. diizinkan pengembangan kawasan permukiman
dengan intensitas kepadatan rendah;
c. diizinkan dengan syarat pengembangan pertokoan
modern; dan
d. dilarang pengembangan kegiatan industri yang
menghasilkan limbah B3 tanpa melalui proses
pengelolaan limbah terpadu.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi PPL sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi :
a. diizinkan pengembangan pelayanan jasa
pemerintahan, fasilitas pendidikan, pertanian,
pariwisata, perkebunan, fasilitas kesehatan, usaha
perdagangan dan jasa dan industri skala kecil;
b. diizinkan pengembangan pertokoan dengan
perlindungan usaha kecil masyarakat; dan
c. diizinkan industri menengah dan besar untuk
kawasan peruntukan industri pada Kecamatan
Brangsong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40.
61

22. Ketentuan Pasal 60 diubah, sehingga Pasal 60 berbunyi


sebagai berikut :
Pasal 60
Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan
prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (2)
huruf b meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi jaringan
transportasi;
b. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan
energi;
c. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan
telekomunikasi;
d. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan
sumber daya air; dan
e. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan
prasarana lainnya.
23. Diantara Pasal 60 dan Pasal 61 disisipkan 2 (dua) Pasal
yaitu Pasal 60A dan Pasal 60B yang berbunyi sebagai
berikut :
Pasal 60A
Ketentuan umum peraturan zonasi jaringan transportasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 huruf a terdiri
atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan
transportasi darat; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan
transportasi laut.
Pasal 60B
Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan
transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
60A huruf a meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan
jalan;
b. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan
kereta api; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan
sungai, danau, dan penyeberangan.
24. Ketentuan Pasal 61 diubah, sehingga Pasal 61 berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 61
Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan
jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60B huruf a
disusun dengan ketentuan:
a. diizinkan pembangunan bangunan dengan mematuhi
aturan garis sempadan bangunan;
62

b. diizinkan bersyarat pembangunan prasarana


transportasi dengan syarat dilengkapi dengan
penyusunan kajian teknis dan dokumen lingkungan;
c. diizinkan terbatas pemanfaatan ruas-ruas jalan utama
sebagai tempat parkir hanya pada lokasi-lokasi yang
sudah ditetapkan oleh instansi yang berwenang dengan
tetap menjaga kelancaran arus lalu lintas;
d. diizinkan dengan syarat pengembangan ruang terbuka
hijau jalur dan pulau jalan;
e. diizinkan dengan syarat pembangunan atau
pengembangan jaringan prasarana dan utilitas di ruang
milik jalan;
f. diizinkan bersyarat pemanfaatan ruang di sekitar
jaringan jalan arteri untuk pembangunan pusat
kegiatan, permukiman, dan infrastruktur yang akan
menimbulkan gangguan keamanan, keselamatan,
ketertiban, dan kelancaran lalu lintas angkutan jalan
dengan syarat wajib melakukan analisis dampak lalu
lintas jalan;
g. dilarang menggunakan dan memanfaatkan ruang milik
jalan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan
tanpa izin penyelenggara jalan;
h. dilarang aktivitas pemanfaatan budidaya sampai batas
ruang pengawasan jalan sesuai dengan kelas dan
hierarki jalan.
i. pemanfaatan ruang untuk terminal berada pada
kawasan yang dilewati jaringan jalan primer;
j. pemanfaatan ruang untuk terminal diarahkan untuk
dapat mendukung pergerakan orang dan barang;
k. pembatasan pemanfaatan ruang yang peka terhadap
dampak lingkungan akibat aktivitas terminal; dan
l. pelarangan pemanfaatan ruang yang dapat
mengganggu fungsi terminal sebagai sarana fasilitas
umum.
25. Ketentuan Pasal 62 dihapus.
26. Ketentuan Pasal 63 diubah, sehingga Pasal 63 berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 63
Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan kereta
api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60B huruf b,
disusun dengan ketentuan :
a. diizinkan pengembangan prasarana pelengkap
transportasi kereta api;
b. diizinkan dengan syarat pengembangan ruang terbuka
hijau di tepi rel kereta api;
c. diizinkan dengan syarat pengembangan jaringan
prasarana dan utilitas di tepi rel kereta api;
63

d. dilarang membuat perlintasan sebidang tanpa izin


Pemerintah;
e. dilarang melakukan pemanfaatan lahan yang dapat
mengganggu kepentingan operasi dan keselamatan
transportasi perkeretaapian;
f. pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jaringan jalur
kereta api dilakukan dengan tingkat intensitas
menengah hingga tinggi yang kecenderungan
pengembangan ruangnya dibatasi;
g. ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang
pengawasan jalur kereta api yang dapat mengganggu
kepentingan operasi dan keselamatan transportasi
perkeretaapian;
h. pembatasan pemanfaatan ruang yang peka terhadap
dampak lingkungan akibat lalu lintas kereta api di
sepanjang jalur kereta api;
i. pembatasan jumlah perlintasan sebidang antara
jaringan jalur kereta api dan jalan; dan
j. penetapan garis sempadan bangunan di sisi jaringan
jalur kereta api dengan memperhatikan dampak
lingkungan dan kebutuhan pengembangan jaringan
jalur kereta api.
27. Diantara Pasal 63 dan Pasal 64 disisipkan 1 (satu) pasal
yaitu Pasal 63A, yang berbunyi sebagai berikut :

Pasal 63A
Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan sungai,
danau dan penyeberangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 60B huruf c disusun dengan ketentuan:
a. diizinkan pemanfaatan ruang untuk kebutuhan
operasional dan pengembangan kawasan pelabuhan
dengan tingkat intensitas menengah hingga tinggi yang
kecenderungan pengembangan ruangnya dibatasi,
serta mempertimbangkan keselamatan dan keamanan
pelayaran;
b. dilarang alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di
sepanjang kawasan sempadan pantai;
c. dilarang kegiatan yang dapat mengganggu fungsi
lindung sebagai sarana fasilitas umum; dan
d. pemanfaatan ruang pada badan air di sepanjang alur
pelayaran dibatasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
e. pemanfaatan ruang pada kawasan pesisir di sekitar
badan air di sepanjang alur pelayaran dilakukan
dengan tidak mengganggu aktivitas pelayaran.
28. Ketentuan Pasal 64 diubah, sehingga Pasal 64 berbunyi
sebagai berikut :
64

Pasal 64
Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan
transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 A
huruf b, disusun dengan ketentuan:
a. diizinkan pemanfaatan ruang untuk kebutuhan
operasional dan pengembangan kawasan pelabuhan
dengan tingkat intensitas menengah hingga tinggi yang
kecenderungan pengembangan ruangnya dibatasi, serta
mempertimbangkan keselamatan dan keamanan
pelayaran;
b. dilarang alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di
sepanjang kawasan sempadan pantai;
c. dilarang kegiatan yang dapat mengganggu fungsi
lindung sebagai sarana fasilitas umum; dan
d. pemanfaatan ruang pada badan air di sepanjang alur
pelayaran dibatasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
e. pemanfaatan ruang pada kawasan pesisir di sekitar
badan air di sepanjang alur pelayaran dilakukan dengan
tidak mengganggu aktivitas pelayaran.
29. Ketentuan Pasal 65 diubah, sehingga Pasal 65 berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 65
Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan energi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 huruf b disusun
dengan ketentuan:
a. diizinkan pemanfaatan ruang yang mendukung jaringan
infrastruktur ketenagalistrikan;
b. dilarang pemanfaatan ruang yang menyebabkan
gangguan terhadap berfungsinya jaringan infrastruktur
ketenagalistrikan;
c. dilarang mendirikan bangunan di sekitar jaringan
infrastruktur ketenagalistrikan dalam radius bahaya
keamanan dan keselamatan;
d. diizinkan pengembangan jaringan baru atau
penggantian jaringan lama pada pusat sistem pusat
pelayanan dan ruas-ruas jalan utama dengan arahan
menggunakan sistem jaringan bawah tanah;
e. diizinkan penempatan gardu pembangkit di luar
kawasan perumahan dan terbebas dari resiko
keselamatan umum;
f. diizinkan terbatas pemanfaatan ruang di sepanjang
jaringan SUTT dan SUTET hanya sebagai RTH;
g. diizinkan penempatan tiang sambungan kabel tegangan
rendah dan sambungan kabel tegangan menengah
dengan mengikuti ketentuan terdiri atas:
65

1. jarak antara tiang dengan tiang pada jaringan umum


tidak melebihi 40 (empat puluh) meter;
2. jarak antara tiang jaringan umum dengan tiang atap
atau bagian bangunan tidak melebihi 30 (tiga puluh)
meter;
3. jarak antara tiang atap dengan tiang atap bangunan
lainnva (sebanyak-banyaknya 5 (lima) bangunan
berderet, tidak melebihi 30 (tiga puluh) meter; dan
4. jarak bebas antara penghantar udara dengan benda
lain yang terdekat sekurang-kurangnya berjarak 0,5
(nol koma lima) meter dari penghantar udara
tersebut.
h. areal lintasan dan jarak bebas antara penghantar SUTT
dan SUTET dengan bangunan atau benda lainnya serta
tanaman harus mempertimbangkan dampak negatif
terhadap lingkungan dan dibebaskan dari bangunan
serta wajib memperhatikan keamanan, keselamatan
umum, dan estetika lingkungan, dengan ketentuan
teknis terdiri atas:
1. lapangan terbuka atau daerah terbuka sekurang-
kurangnya 7,5 (tujuh koma lima) meter dari SUTT 66
kV; 8,5 (delapan koma lima) meter dari SUTT 150 kV;
10,5 (sepuluh koma lima) meter dari SUTET275 kV;
dan 12,5 (dua belas koma lima) meter untuk SUTET
500 kV;
2. bangunan, jembatan sekurang-kurangnya 4,5 (empat
koma lima) meter dari SUTT 66 kV; 5,0 (lima koma nol)
meter dari SUTT 150 kV; 7,0 (tujuh koma nol) meter
dari SUTET275 kV; dan 9,0 (sembilan koma nol) meter
untuk SUTET 500 kV;
3. tanaman/tumbuhan, hutan, perkebunan sekurang-
kurangnya 4,5 (empat koma lima) meter dari SUTT 66
kV; 5,0 (lima koma nol) meter dari SUTT 150 kV; 7,0
(tujuh koma nol) meter dari SUTET275 kV; dan 9,0
(sembilan koma nol) meter untuk SUTET 500 kV;
4. jalan/jalan raya/rel kereta api sekurang-kurangnya
8,0 (delapan koma nol) meter dari SUTT 66 kV; 9,0
(sembilan koma nol) meter dari SUTT 150 kV; 11,0
(sebelas koma nol) meter dari SUTET275 kV; dan 15,0
(lima belas koma nol) meter untuk SUTET 500 kV;
5. lapangan umum sekurang-kurangnya 12,5 (dua belas
koma lima) meter dari SUTT 66 kV; 13,5 (tiga belas
koma lima) meter dari SUTT 150 kV; 15,0 (lima belas
koma nol) meter dari SUTET275 kV; dan 18,0 (delapan
belas koma nol) meter untuk SUTET 500 kV;
6. SUTT lain, Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR),
Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM), saluran
udara komunikasi, antena dan kereta gantung
sekurang-kurangnya 3,0 (tiga koma nol) meter dari
SUTT 66 kV; 4,0 (empat koma nol) meter dari SUTT
66

150 kV; 15,0 (lima belas koma nol) meter dari


SUTET275 kV; dan 18,0 (delapan belas koma nol)
meter untuk SUTET 500 kV;
7. Titik tertinggi tiang kapal pada kedudukan air pasang/
tertinggi pada lalu lintas air sekurang-kurangnya 3,0
(tiga koma nol) meter dari SUTT 66 kV; 4,0 (empat
koma nol) meter dari SUTT 150 kV; 6,0 (enam koma
nol) meter dari SUTET275 kV; dan 8,5 (delapan koma
lima) meter untuk SUTET 500 kV.
30. Ketentuan Pasal 66 diubah, sehingga Pasal 66 berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 66
Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan
telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60
huruf c, disusun dengan memperhatikan :
a. diizinkan pemanfaatan ruang yang mendukung jaringan
telekomunikasi;
b. diizinkan memanfaatkan secara bersama pada satu
menara oleh beberapa operator telepon seluler sesuai
peraturan perundang-undangan;
c. diizinkan pengembangan jaringan baru atau
penggantian jaringan lama pada pusat sistem pusat
pelayanan dan ruas-ruas jalan utama;
d. diizinkan dengan syarat penempatan menara
telekomunikasi dengan memperhatikan keamanan,
keselamatan umum, dan estetika lingkungan; dan
e. dilarang mendirikan bangunan di sekitar menara
telekomunikasi dalam radius bahaya keamanan
dan keselamatan sesuai ketentuan perundang-
undangan.
31. Ketentuan Pasal 67 diubah, sehingga Pasal 67 berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 67
Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan sumber
daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 huruf d,
disusun dengan ketentuan:
a. diizinkan pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar
wilayah sungai dengan tetap menjaga kelestarian
lingkungan dan fungsi lindung sungai;
b. diizinkan dengan syarat bangunan di sempadan sungai
hanya untuk bangunan pemeliharaan jaringan sungai;
c. diizinkan pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai
yang selaras dengan pemanfaatan ruang pada wilayah
sungai yang berbatasan;
d. diizinkan pemanfaatan ruang di sekitar sungai dan
jaringan irigasi sebagai ruang terbuka hijau;
67

e. dilarang pembangunan bangunan yang menganggu


sistem lindung sempadan sungai; dan
f. dilarang pemanfaatan ruang yang dapat merusak
ekosistem dan fungsi lindung sungai, dan jaringan
irigasi.
32. Ketentuan Pasal 68 diubah, sehingga Pasal 68 berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 68
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem
jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 60 huruf e, meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi sistem
penyediaan air minum (SPAM);
b. ketentuan umum peraturan zonasi sistem
pengelolaan air limbah (SPAL);
c. ketentuan umum peraturan zonasi sistem
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun
(B3);
d. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan
persampahan wilayah;
e. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan
drainase; dan
f. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan
evakuasi bencana.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem penyediaan
air minum (SPAM) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dengan ketentuan:
a. diizinkan pembangunan fasilitas pendukung
pengolahan air minum meliputi kantor pengelola,
bak penampungan/reservoir, tower air, bak
pengolahan air dan bangunan untuk sumber energi
listrik dengan sempadan bangunan sekurang-
kurangnya sama dengan lebar jalan atau sesuai
dengan Surat Keputusan Gubernur dan/atau Surat
Keputusan Bupati pada jalur-jalur jalan tertentu;
b. pembangunan dan pemasangan jaringan primer,
sekunder dan sambungan rumah yang
memanfaatkan bahu jalan wajib dilengkapi izin
galian yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang;
c. diizinkan secara terbatas pembangunan pada
kawasan resapan air dan sempadan mata air dengan
syarat tetap menjaga keberlanjutan fungsi kawasan;
d. diizinkan secara bersyarat pembangunan dan
pemasangan jaringan primer, sekunder dan
sambungan rumah yang melintasi tanah milik
perorangan, dengan syarat wajib dilengkapi
pernyataan tidak keberatan dari pemilik tanah;
68

e. dilarang pemanfaatan ruang yang menyebabkan


gangguan terhadap berfungsinya jaringan sumber
air minum; dan
f. dilarang pembangunan instalasi pengolahan air
minum yang dibangun langsung pada sumber air
baku.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan air
limbah (SPAL) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, disusun dengan ketentuan:
a. diizinkan mendirikan fasilitas pengolah limbah
dan bangunan pendukung jaringan pengolah
limbah;
b. diizinkan pemanfaatan untuk ruang terbuka hijau;
c. dilarang membangun sarana pengolah limbah
secara individual di perkotaan dengan kepadatan
bangunan tinggi;
d. dilarang mengalirkan air limbah secara langsung
ke sungai, embung, dan saluran irigasi;
e. dilarang kegiatan yang berpotensi mengganggu
atau merusak fungsi jaringan limbah; dan
f. dilarang membangun prasarana pengolah limbah
yang mengganggu fungsi kawasan.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dengan
ketentuan:
a. diizinkan mendirikan bangunan yang mendukung
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun
sesuai dengan ketentuan teknis;
b. diizinkan pembangunan sarana pengolahan limbah,
baik secara fisik, biologi maupun kimia, sebelum
dibuang untuk mencegah terjadinya resiko
pencemaran;
c. diizinkan pembangunan sarana pembuangan limbah
khusus dengan pengamanan tinggi supaya tidak
mencemari lingkungan;
d. dilarang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun yang mencemari kualitas lingkungan di
sekitarnya; dan
e. dilarang pemanfaatan ruang pada kawasan yang
terdampak dari pengolahan limbah bahan berbahaya
dan beracun.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan
persampahan wilayah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf e disusun dengan ketentuan:
a. diizinkan pemanfaatan ruang di kawasan Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) dan Tempat
69

Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) untuk kegiatan


bongkar muat sampah, pemilahan dan pengolahan
sampah, kegiatan budidaya pertanian dan kegiatan
lain yang mendukung;
b. diizinkan pemanfaatan ruang di sekitar kawasan
TPA dan TPST sebagai ruang terbuka hijau;
c. diizinkan bangunan fasilitas pengolahan sampah
berupa kantor pengelola, gudang/garase kendaraan
pengangkut dan alat-alat berat, pos keamanan,
bangunan TPS dan tempat mesin pengolah sampah
seperti genset dan incenerator;
d. diizinkan mendirikan bangunan fasilitas pengolah
sampah dan pendukung jaringan persampahan;
e. diizinkan dengan syarat pembangunan fasilitas
pengolahan sampah dengan memperhatikan
kelestarian lingkungan, kesehatan masyarakat dan
sesuai dengan ketentuan teknis;
f. dilarang pemanfaatan ruang untuk permukiman di
sekitar kawasan TPA dan TPST; dan
g. dilarang kegiatan yang menimbulkan pencemaran
lingkungan di kawasan TPA dan TPST.
(6) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem
jaringan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf f disusun dengan ketentuan:
a. diizinkan mendirikan bangunan yang mendukung
jaringan drainase;
b. diizinkan bersyarat pengembangan kawasan
terbangun yang di dalamnya terdapat jaringan
drainase, dengan syarat tidak mengurangi dimensi
saluran serta tidak menutup sebagian atau
keseluruhan ruas saluran yang ada;
c. diizinkan mendirikan bangunan dengan ketentuan
wajib menyediakan jaringan drainase lingkungan
dan/atau sumur resapan yang terintegrasi dengan
sistem drainase sekitarnya sesuai ketentuan teknis
yang berlaku;
d. diizinkan pembangunan dan pengembangan
jaringan drainase secara terpadu dan terintegrasi
dengan pembangunan jaringan jalan;
e. dilarang pemanfaatan ruang yang menyebabkan
gangguan terhadap berfungsinya jaringan drainase
atau kegiatan yang menutup/ merusak jaringan
drainase; dan
f. dilarang membangun pada kawasan tangkapan air
hujan (catchment area);
g. dilarang membangun bangunan diatas jaringan
drainase yang menganggu fungsi dan kinerja
jaringan;
70

h. tidak memanfaatkan saluran drainase untuk


pembuangan sampah, air limbah atau material
padat lainnya yang dapat mengurangi kapasitas dan
fungsi saluran; dan
i. pengembangan kawasan terbangun yang didalamnya
terdapat jaringan drainase wajib dipertahankan
secara fisik maupun fungsional dengan ketentuan
tidak mengurangi dimensi saluran serta tidak
menutup sebagian atau seluruh ruas saluran yang
ada.
(7) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem
jaringan evakuasi bencana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf g disusun dengan ketentuan:
a. diizinkan pengembangan jalur dan ruang
evakuasi bencana;
b. diizinkan mendirikan prasarana dan sarana
pendukung pada jalur dan ruang evakuasi
bencana;
c. diizinkan kegiatan pemberdayaan masyarakat
dalam pengelolaan prasarana dan sarana
pendukung pada jalur dan ruang evakuasi bencana;
d. diizinkan peningkatan aksesibilitas menuju ruang
evakuasi bencana;
e. dilarang melakukan kegiatan yang berpotensi
merusak prasarana dan sarana pendukung pada
jalur dan ruang evakuasi bencana; dan
f. dilarang kegiatan yang menutup akses jalur
evakuasi menuju ruang evakuasi bencana.
33. Ketentuan Pasal 69 diubah, sehingga Pasal 69 berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 69
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (3) huruf a,
meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan yang
memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
perlindungan setempat;
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan konservasi;
d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan cagar
budaya;
e. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung
geologi;
f. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan
bencana; dan
71

g. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan ekosistem


mangrove
34. Ketentuan Pasal 70 diubah, sehingga Pasal 70 berbunyi
sebagai berikut :

Pasal 70
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69
huruf a meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan
lindung; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
resapan air.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan
lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
disusun dengan ketentuan:
a. diizinkan pemanfaatan ruang untuk wisata alam
tanpa merubah bentang alam dan tanpa
mengurangi fungsi lindung;
b. diizinkan pemanfaatan ruang kawasan untuk
kegiatan budidaya hanya bagi penduduk asli
dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi
lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat.
c. diizinkan pemanfaatan ruang kawasan untuk
kegiatan latihan militer tanpa mengurangi fungsi
kawasan hutan dan tutupan vegetasi;
d. diizinkan pemanfaatan hutan lindung dan
penggunaan kawasan hutan lindung untuk
keperluan di luar sektor kehutanan yang diperoleh
melalui izin pinjam pakai kawasan hutan atau
mekanisme lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang kehutanan; dan
e. dilarang seluruh kegiatan yang berpotensi
mengurangi fungsi lindung, luas kawasan hutan
dan tutupan vegetasi.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan resapan air sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b disusun dengan ketentuan:
a. diizinkan secara terbatas untuk kegiatan budi daya
tidak terbangun yang memiliki kemampuan tinggi
dalam menahan limpasan air hujan;
b. dilarang pemanfaatan ruang secara eksploitatif
yang dapat merusak fungsi lindung;
c. penyediaan sumur resapan dan atau waduk pada
lahan terbanguan yang sudah ada; dan
d. menjaga keseimbangan antara pasokan dan
pengambilan air tanah melalui upaya rehabilitasi
72

lahan dan konservasi lahan.


35. Ketentuan Pasal 71 diubah, sehingga Pasal 71 berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 71
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 69 huruf b, meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
sempadan pantai;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
sempadan sungai;
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar
danau/waduk;
d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
terbuka hijau perkotaan; dan
e. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
sempadan rel kereta api.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi sempadan
pantai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf
a, disusun dengan ketentuan:
a. diizinkan pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka
hijau;
b. diizinkan secara terbatas pendirian bangunan
hanya untuk menunjang kegiatan pariwisata,
pelabuhan, bandar udara, dan pembangkitan
tenaga listrik dengan melakukan pengembangan
struktur alami dan struktur buatan untuk
perlindungan pantai;
c. garis sempadan pantai ditetapkan minimal 100
(seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah
darat.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi sempadan sungai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, disusun
dengan ketentuan:
a. diizinkan pengembangan ruang terbuka hijau;
b. diizinkan dengan syarat pendirian bangunan
penunjang taman rekreasi;
c. diizinkan untuk pembangunan jalan umum;
d. dilarang mendirikan bangunan kecuali bangunan
yang dimaksudkan untuk pengelolaan badan air
dan/atau pemanfaatan air;
e. dilarang seluruh kegiatan dan bangunan yang
mengancam kerusakan dan menurunkan kualitas
sungai;
f. garis sempadan pada sungai tidak bertanggul di
dalam kawasan perkotaan ditentukan:
73

1. paling sedikit berjarak 10 (sepuluh) meter dari


tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang
alur sungai, dalam hal kedalaman sungai
kurang dari atau sama dengan 3 (tiga) meter;
2. paling sedikit berjarak 15 (lima belas) meter
dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman
sungai lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan
20 (dua puluh) meter; dan
3. paling sedikit berjarak 30 (tiga puluh) meter
dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman
sungai lebih dari 20 (dua puluh) meter.
g. Sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan
terdiri atas:
1. sungai besar dengan luas daerah aliran sungai
lebih besar dari 500 (lima ratus) Km2; dan
2. sungai kecil dengan luas daerah aliran
sungai kurang dari atau sama dengan 500
(lima ratus) Km2
h. Garis sempadan sungai besar tidak bertanggul
di luar kawasan perkotaan ditentukan paling
sedikit berjarak 100 (seratus) meter dari tepi kiri
dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai.
i. Garis sempadan sungai kecil tidak bertanggul di
luar kawasan perkotaan ditentukan paling sedikit
50 (lima puluh) meter dari tepi kiri dan kanan
palung sungai sepanjang alur sungai.
j. Garis sempadan sungai bertanggul di dalam
kawasan perkotaan ditentukan paling sedikit
berjarak 3 (tiga) meter dari tepi luar kaki tanggul
sepanjang alur sungai.
k. Garis sempadan sungai bertanggul di luar
kawasan perkotaan ditentukan paling sedikit
berjarak 5 (lima) meter dari tepi luar kaki
tanggul sepanjang alur sungai.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
sekitar danau/waduk sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c, disusun dengan ketentuan:
a. diizinkan pengembangan Ruang Terbuka Hijau
(RTH);
b. diizinkan kegiatan wisata yang tidak mengganggu
kelestarian waduk;
c. diizinkan pemanfaatan untuk perikanan budidaya;
d. dilarang pembangunan bangunan fisik di dalam
sempadan waduk kecuali dimaksudkan untuk
pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air;
dan
74

e. dilarang mendirikan bangunan permukiman atau


kegiatan lain yang dapat mengganggu kelestarian
waduk; dan
f. garis sempadan danau/ waduk ditentukan
mengelilingi danau/waduk paling sedikit berjarak
50 (lima puluh) meter dari tepi muka air tertinggi
yang pernah terjadi.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan terbuka
hijau perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d, disusun dengan ketentuan:
a. diizinkan pemanfaatan ruang untuk kegiatan
rekreasi;
b. diizinkan penerapan konsep taman kota pada lokasi
yang potensial di seluruh Kabupaten untuk
menjaga kualitas ruang dan estetika lingkungan;
c. diizinkan seluruh kegiatan untuk menambah RTH
agar mencapai minimal 30% (tiga puluh perseratus);
d. diizinkan mendirikan bangunan secara terbatas
hanya untuk bangunan penunjang kegiatan
rekreasi dan fasilitas umum lainnya;
e. diizinkan pengelolaan ruang terbuka sepanjang
jalur instalasi listrik tegangan tinggi dengan
mengacu pada ketentuan yang berlaku;
f. diizinkan pemanfaatan ruang terbuka non hijau
dengan prioritas pada fungsi utama kawasan dan
kelestarian lingkungan yang sekaligus berfungsi
sebagai tempat evakuasi bencana;
g. dilarang seluruh pemanfaatan ruang yang bersifat
alih fungsi RTH atau mengurangi luas RTH sebagai
resapan air; dan
h. pengawasan ketat dari pemerintah terkait kegiatan
budidaya yang mempengaruhi fungsi RTH atau
menyebabkan alih fungsi RTH.
(6) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sempadan
rel kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e, disusun dengan ketentuan:
a. diizinkan pengembangan Ruang Terbuka Hijau;
b. diizinkan secara terbatas pendirian bangunan
hanya untuk menunjang kegiatan perkeretaapian
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan; dan
c. garis sempadan rel kereta api ditetapkan 6 (enam)
meter dari batas luar pengamanan rel kereta api.
36. Ketentuan Pasal 72 diubah, sehingga Pasal 72 berbunyi
sebagai berikut :
75

Pasal 72
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
konservasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 huruf c,
disusun dengan ketentuan:
a. diizinkan kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan;
b. diizinkan kegiatan pendidikan dan peningkatan
kesadartahuan konservasi alam;
c. diizinkan kegiatan penyerapan dan/atau penyimpanan
karbon;
d. diizinkan kegiatan pemanfaatan sumber plasma
nutfah;
e. diizinkan secara terbatas pendirian bangunan hanya
untuk menunjang kegiatan dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan;dan
f. ketentuan pelarangan terhadap penanaman flora dan
pelepasan satwa yang bukan merupakan flora dan
satwa endemik kawasan.
37. Ketentuan Pasal 73 diubah, sehingga Pasal 73 berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 73
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69
huruf d, disusun dengan ketentuan:
a. diizinkan pemanfaatan untuk kegiatan penelitian,
pendidikan, dan pariwisata;
b. dilarang kegiatan yang merusak bangunan cagar
budaya; dan
c. dilarang kegiatan dan pendirian bangunan yang tidak
sesuai dengan fungsi kawasan cagar budaya.
38. Ketentuan Pasal 74 diubah, sehingga Pasal 74 berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 74
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69
huruf e meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
imbuhan air; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
sempadan mata air.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan imbuhan
air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
disusun dengan ketentuan:
a. diizinkan kegiatan pemanfaatan ruang untuk wisata
alam tanpa mengubah bentang alam meliputi:
76

1. kegiatan-kegiatan preservasi dan konservasi;


2. kegiatan pembinaan, penyuluhan kepada
masyarakat dalam upaya pelestarian lindung
geologi; dan
3. eksplorasi skala kecil untuk kegiatan penelitian;
b. pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budi
daya hanya diizinkan bagi penduduk asli dengan
luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung
kawasan, dan di bawah pengawasan ketat;
c. diizinkan dengan syarat kegiatan berburu jika
populasi binatang tertentu melebihi kapasitas daya
tampung dan daya dukung:
d. dilarang kegiatan budi daya baru dan budi daya
yang telah ada di kawasan lindung yang dapat
mengganggu fungsi lindung dan kelestarian
lingkungan hidup; dan
e. menjaga keseimbangan antara pasokan dan
pengambilan air tanah melalui upaya rehabilitasi
lahan dan konservasi lahan.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
sempadan mata air sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, disusun dengan ketentuan:
a. diizinkan pengembangan Ruang Terbuka Hijau;
b. diizinkan kegiatan wisata yang tidak mengganggu
kelestarian mata air;
c. diizinkan pemanfaatan untuk perikanan
budidaya;
d. dilarang pembangunan bangunan fisik di dalam
sempadan mata air kecuali dimaksudkan untuk
pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air;
e. dilarang mendirikan bangunan permukiman atau
kegiatan lain yang dapat mengganggu kelestarian
mata air;
f. menjaga keseimbangan antara pasokan dan
pengambilan air tanah melalui upaya rehabilitasi
lahan dan konservasi lahan; dan
g. garis sempadan mata air ditetapkan dalam radius
200 (dua ratus) meter di sekeliling mata air.
39. Ketentuan Pasal 75 diubah, sehingga Pasal 75 berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 75
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan
bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69
huruf f, disusun dengan ketentuan :
a. diizinkan bersyarat aktivitas budidaya dengan syarat
teknis rekayasa teknologi yang sesuai dengan
77

karakteristik bencananya selain di kawasan


perlindungan mutlak;
b. diizinkan pemanfaatan ruang dengan
mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan ancaman
bencana (berbasis mitigasi bencana);
c. dilarang aktivitas permukiman dan pembangunan
prasarana utama di kawasan rawan bencana di zona
perlindungan mutlak;
d. pengendalian kegiatan budidaya yang berada pada
kawasan rawan bencana alam;
e. pemanfaatan kawasan aman dari bencana sebagai
tempat evakuasi;
f. pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk
kepentingan pemantauan ancaman bencana dan
kepentingan umum; dan
g. peningkatan sarana dan prasarana mitigasi di kawasan
rawan bencana melalui penyediaan sistem peringatan
dini.
h. menyiapkan jalur evakuasi pada kawasan rawan
bencana alam; dan
i. pengembangan sistem informasi deteksi dini bencana
alam.
40. Diantara ketentuan Pasal 75 dan Pasal 76 disisipkan 1
(satu) pasal yaitu Pasal 75A, sehingga Pasal 75A berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 75A
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan ekosistem
mangrove sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69
huruf g, disusun dengan ketentuan :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
penelitian, kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan,
kegiatan pendidikan, kegiatan konservasi,
pengamanan abrasi pantai, wisata alam,
penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, serta
pemanfaatan air, energi air, panas, dan angin;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi
kegiatan selain sebagaimana dimaksud dalam huruf
a yang tidak mengganggu fungsi kawasan mangrove
sebagai pelindung pantai dari pengikisan air laut;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan
yang dapat mengubah atau mengurangi luas
dan/atau mencemari ekosistem mangrove, perusakan
mangrove, dan kegiatan lain yang mengganggu
fungsi kawasan mangrove; dan
d. penyediaan prasarana dan sarana minimum berupa
sarana pembibitan dan perawatan untuk
perlindungan dan pelestarian mangrove
78

41. Ketentuan Pasal 76 diubah, sehingga Pasal 76 berbunyi


sebagai berikut :
Pasal 76
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan budi daya
sebagaimana dimaksud dalam pasal 58 ayat (3) huruf b,
meliputi :
a. kawasan hutan produksi;
b. kawasan pertanian;
c. kawasan perikanan;
d. kawasan pertambangan dan energi;
e. kawasan peruntukan industri;
f. kawasan pariwisata;
g. kawasan permukiman; dan
h. kawasan pertahanan dan keamanan.
42. Ketentuan Pasal 77 diubah, sehingga Pasal 77 berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 77
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan
produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 huruf a,
disusun dengan ketentuan :
a. diizinkan secara terbatas pengembangan usaha
kehutanan untuk menunjang kegiatan pemanfaatan
hasil hutan;
b. diizinkan dengan syarat pemanfaatan hasil hutan
untuk menjaga kestabilan neraca sumber daya
kehutanan;
c. diizinkan dengan syarat pembangunan industri
pengolah hasil hutan dan fasilitas pendukungnya;
d. dilarang pengembangan kegiatan budi daya yang
mengurangi luas hutan; dan
e. dilarang melakukan penebangan hutan tanpa izin dari
instansi yang berwenang.
43. Pasal 78 dihapus.
44. Ketentuan Pasal 79 diubah, sehingga Pasal 79 berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 79
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76
huruf b, terdiri atas :
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
tanaman pangan;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
hortikuktura;
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
79

perkebunan; dan
d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peternakan.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan tanaman
pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
meliputi:
a. diizinkan penganekaragaman jenis tanaman
pangan;
b. diizinkan kegiatan budidaya pertanian yang ramah
lingkungan;
c. diizinkan peningkatan jaringan irigasi;
d. diizinkan terbatas kegiatan pendirian sarana
prasarana penunjang pertanian pangan;
e. dilarang penggunaan pestisida berlebihan yang
tidak ramah lingkungan;
f. dilarang alih fungsi lahan pada lahan pertanian
pangan berkelanjutan dan lahan cadangan
pertanian pangan berkelanjutan;
g. pengalihan fungsi lahan nonpertanian pangan
menjadi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
dilakukan terhadap tanah telantar dan tanah bekas
kawasan hutan yang belum diberikan hak atas
tanah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
h. larangan alih fungsi lahan pertanian pangan
berkelanjutan dan lahan cadangan pertanian
pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud
huruf f dikecualikan untuk kepentingan umum
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, meliputi:
a. diizinkan dengan syarat kegiatan pendukung
pertanian;
b. diizinkan kegiatan pertanian tumpangsari; dan
c. diizinkan mengembangkan agrobisnis, agroindustri
dan agrowisata serta penyiapan prasarana dan
sarana pendukung; dan
d. diizinkan penganekaragaman jenis tanaman.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan perkebunan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c, disusun dengan ketentuan:
a. diizinkan dengan syarat kegiatan pendukung
budidaya perkebunan;
b. diizinkan kegiatan pemanfaatan ruang meliputi
budidaya tanaman perkebunan, pertanian tumpang
sari, agrowisata, agroindustri dan pembangunan
80

sistem jaringan prasarana utama dengan kriteria


dan persyaratan tertentu;
c. dilarang kegiatan budidaya tanaman perkebunan
yang merusak kesuburan bumi, air serta kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya; dan
d. diizinkan alih fungsi lahan nonperkebunan menjadi
lahan perkebunan dilakukan terhadap tanah
telantar dan tanah kritis yang belum diberikan hak
atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan peternakan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d, disusun dengan ketentuan:
a. diizinkan mendirikan bangunan untuk
mendukung sarana peternakan;
b. diizinkan penyediaan lahan untuk pendukung
pengembangan peternakan;
c. dilarang kegiatan peternakan skala besar di sekitar
sungai dan di sekitar permukiman;
d. diizinkan pembibitan dan pengembangbiakan
komoditas ternak unggulan;
e. diizinkan pengolahan komoditas hasil ternak;
f. diizinkan pengelolaan limbah ternak melalui
sistem pengelolaan limbah terpadu; dan
g. diizinkan pemanfaatan limbah ternak untuk
bioenergi.
45. Ketentuan Pasal 80 dihapus.
46. Ketentuan Pasal 81 diubah, sehingga Pasal 81 berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 81
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perikanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 huruf c, disusun
dengan ketentuan :
a. diizinkan mendirikan bangunan pendukung
pengembangan perikanan;
b. diizinkan penyediaan lahan untuk pendukung
pengembangan perikanan;
c. diizinkan kegiatan perikanan tangkap di sungai dan
waduk;
d. diizinkan kegiatan budidaya perikanan, perikanan
organik, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan,
penelitian dan wisata;
e. diizinkan terbatas kegiatan perikanan budidaya di
sungai dan waduk;
f. diizinkan dengan syarat penggunaan air irigasi untuk
perikanan;
81

g. diizinkan dengan syarat kegiatan perikanan budidaya


di kawasan permukiman;
h. dilarang kegiatan eksploitasi perikanan yang
mengganggu keseimbangan daya dukung lingkungan;
dan
i. dilarang kegiatan yang merusak lingkungan hidup
dalam budidaya perikanan yang tidak ramah
lingkungan.
47. Ketentuan Pasal 82 diubah, sehingga Pasal 82 berbunyi
sebagai berikut :

Pasal 82
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
pertambangan dan energi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 76 huruf d, disusun dengan ketentuan:
a. diizinkan kegiatan pertambangan berwawasan
lingkungan;
b. kegiatan pertambangan dibolehkan apabila dilakukan
analisis biaya, risiko dan manfaat serta analisis
terhadap lingkungan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;
c. pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan
pertambangan agar tidak mengganggu fungsi lindung
dan fungsi-fungsi kawasan lainnya;
d. pemulihan rona bentang alam setelah kegiatan
penambangan untuk dapat digunakan kembali bagi
kegiatan lain;
e. diizinkan bersyarat pemanfaatan ruang untuk
permukiman di dekat lokasi pertambangan (khusus
untuk mendukung kegiatan pertambangan);
f. diizinkan pembangunan prasarana dan sarana
penunjang pertambangan dan peningkatan nilai
tambah komoditas tambang;
g. dilarang kegiatan pertambangan pada kawasan
kegiatan pertambangan ilegal, eksploitasi potensi alam
tidak sesuai dengan daya dukung dan daya tampung
lingkungan, perusakan lingkungan;
h. dilarang penambangan di dalam kawasan lindung;
i. dilarang kegiatan penambangan di kawasan rawan
bencana dengan tingkat kerentanan tinggi;
j. dilarang penambangan batuan di perbukitan yang
dibawahnya terdapat mata air penting atau
permukiman; dan
k. dilarang membangun kawasan permukiman dalam
kawasan pertambangan.
48. Ketentuan Pasal 83 diubah, sehingga Pasal 83 berbunyi
sebagai berikut :
82

Pasal 83
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan
industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 huruf
e, disusun dengan ketentuan :
a. diizinkan kegiatan industri yang mendayagunakan
teknologi, potensi sumber daya alam, dan sumber
daya manusia di wilayah sekitarnya;
b. diizinkan untuk pembangunan prasarana dan sarana
pendukung kegiatan industri, antara lain: perumahan,
pendidikan dan pelatihan, penelitian dan
pengembangan, kesehatan, pemadam kebakaran,
tempat pembuangan sampah, kantor pengelola, sarana
ibadah, sarana olah raga, fasilitas rekreasi, fasilitas
komersial dan jasa, ruang terbuka hijau, fasilitas umum
dan fasilitas sosial;
c. diizinkan dengan syarat untuk pengembangan
kegiatan industri yang menggunakan air dalam
jumlah banyak;
d. kegiatan yang diizinkan pada kawasan peruntukan
industri adalah kegiatan industri kecil, industri
menengah dan industri besar;
e. diizinkan pengembangan kawasan industri dengan pola
penggunaan lahan di kawasan industri terdiri dari
kapling industri maksimal 70% (tujuh puluh perseratus),
jalan, infrastruktur dan sarana penunjang sesuai
kebutuhan, dan RTH minimal 10% (sepuluh perseratus);
f. dilarang pengembangan industri yang tidak ramah
lingkungan;
g. dilarang membuang limbah tanpa melalui proses
pengelolaan limbah terpadu;
h. Pengelolaan Kawasan Industri dilakukan oleh
Perusahaan Kawasan Industri;
i. Perusahaan Industri yang akan menjalankan industri
wajib berlokasi di Kawasan Industri;
j. Kewajiban berlokasi di Kawasan Industri sebagaimana
dimaksud pada huruf i dikecualikan bila:
1. belum memiliki Kawasan Industri; atau
2. telah memiliki Kawasan Industri tetapi seluruh
kaveling Industri dalam Kawasan Industrinya telah
habis.
k. Pengecualian terhadap kewajiban berlokasi di Kawasan
Industri sebagaimana dimaksud pada huruf j juga
berlaku bagi:
1. industri kecil dan industri menengah yang tidak
berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan
hidup yang berdampak luas; atau
2. Industri yang menggunakan bahan baku khusus
83

dan/atau proses produksinya memerlukan lokasi


khusus.
l. Perusahaan Industri yang dikecualikan sebagaimana
dimaksud dalam huruf j dan Perusahaan Industri
menengah sebagaimana dimaksud dalam huruf k wajib
berlokasi di Kawasan Peruntukan Industri.
m. Perusahaan Kawasan Industri wajib menyediakan lahan
bagi kegiatan Industri kecil dan Industri menengah.
n. Lahan sebagaimana dimaksud dalam huruf m dapat
ditetapkan sebagai sentra industri kecil dan industri
menengah oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
49. Ketentuan Pasal 84 diubah, sehingga Pasal 84 berbunyi
sebagai berikut :

Pasal 84
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pariwisata
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 huruf f,
disusun dengan ketentuan :
a. diizinkan pengembangan obyek dan daya tarik wisata
dengan tetap memperhatikan fungsi konservasi
kawasan;
b. diizinkan terbatas peningkatan sarana prasarana
pendukung pariwisata seperti perdagangan dan jasa,
pertanian, permukiman yang mendukung kegiatan
pariwisata; dan
c. dilarang pengembangan pariwisata yang menimbulkan
dampak negatif terhadap kondisi fisik wilayah dan
tatanan sosial masyarakat, dan kegiatan yang dapat
merusak situs dan obyek wisata.
50. Ketentuan Pasal 85 diubah, sehingga Pasal 85 berbunyi
sebagai berikut :

Pasal 85
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 huruf
g, disusun dengan ketentuan :
a. pengembangan permukiman pada lahan yang sesuai
dengan kriteria fisik, meliputi: kemiringan lereng,
ketersediaan dan mutu sumber air bersih, bebas dari
potensi banjir/ genangan dan bebas dari bencana;
b. pengembangan permukiman ditunjang dengan
Pemenuhan fasilitas minimal mengikuti standart
pelayanin minimum bidang permukiman sesuai SNI (SNI
03-1733-2004) atau peraturan yang berlaku seperti:
fasilitas perdagangan dan jasa, hiburan, pemerintahan
dan pelayanan umum, pelayanan sosial (pendidikan,
kesehatan, dan peribadatan) dan pemakaman;
c. diizinkan bersyarat untuk pembangunan dan
penyediaan fasilitas perdagangan;
84

d. pengembangan permukiman baru harus ditunjang


dengan pengembangan utilitas pendukung seperti air
minum, persampahan, listrik, drainase, telekomunikasi.
e. diizinkan beryarat untuk pengembangan kegiatan
industri kecil dan menengah, peternakan skala kecil
yang tidak menimbulkan polusi dan kemacetan lalu
lintas;
f. diizinkan terbatas untuk industri eksisting (yang
dibangun sebelum perda ditetapkan) dengan syarat:
1. tidak melakukan perluasan atau penambahan lahan;
2. mengelola limbah dan melokalisir limbah;
3. tidak menyebabkan ganguan lalu lintas dan
lingkungan;
g. diizinkan untuk optimalisasi pemanfaatan lahan-lahan
tidur yang sementara tidak diusahakan untuk kegiatan-
kegiatan pendukung permukiman sesuai dengan
perundangan;
h. pembangunan perumahan dalam skala kecil, tetap
harus menyediakan dan mempertimbangkan kebutuhan
terhadap fasilitas minimal bidang permukiman, seperti
pengelolaan sampah, penyediaan ruang terbuka,
penyediaan makam yang diwujudkan dalam penyertaan
sumbangan untuk pembelian tanah makam dan lain
sebagainya.
51. Ketentuan Pasal 86 diubah, sehingga Pasal 86 berbunyi
sebagai berikut :

Pasal 86
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 76 huruf h, disusun dengan ketentuan sebagai
berikuit :
a. diizinkan pembangunan fasilitas pendukung kegiatan
pertahanan dan keamanan; dan
b. pembangunan fasilitas kegiatan pertahanan dan
keamanan yang menimbulkan dampak lingkungan wajib
dikonsultasikan dengan Pemerintah Daerah.
52. Ketentuan huruf a Pasal 87 diubah dan huruf e dihapus,
sehingga Pasal 87 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 87
Ketentuan perizinan berupa proses administrasi dan teknis
yang harus dipenuhi sebelum kegiatan pemanfaatan
ruang dilaksanakan, untuk menjamin kesesuaian
pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang, terdiri
atas:
a. persetujuan prinsip;
b. izin lokasi;
85

c. izin Penggunaan/Pemanfaatan Tanah atau Izin


Perubahan Penggunaan Tanah Pertanian ke
Nonpertanian (IPPT);
d. izin mendirikan bangunan;
e. dihapus; dan
f. izin lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
53. Ketentuan ayat (2) Pasal 89 diubah, sehingga Pasal 89
berbunyi sebagai berikut :

Pasal 89
(1) Persetujuan prinsip sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 87 huruf a berupa persetujuan pendahuluan
yang diberikan kepada orang atau badan hukum dalam
rangka menanamkan modal atau melaksanakan/
mengembangkan kegiatan atau pembangunan di
Daerah.
(2) Persetujuan prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), digunakan sebagai kelengkapan persyaratan teknis
permohonan izin lainnya meliputi:
a. izin lokasi;
b. izin penggunaan/pemanfaatan tanah atau izin
perubahan penggunaan tanah pertanian ke
nonpertanian;
c. izin mendirikan bangunan; dan
d. izin lainnya sesuai peraturan perundang-undangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persetujuan prinsip
diatur dengan Peraturan Bupati.
54. Ketentuan Pasal 90 diubah, sehingga Pasal 90 berbunyi
sebagai berikut :

Pasal 90
(1) Izin lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87
huruf b berupa izin yang diberikan kepada perusahaan
untuk memperoleh tanah yang diperlukan dalam
rangka penanaman modal yang berlaku pula
sebagai izin pemindahan hak, dan untuk
menggunakan tanah tersebut guna keperluan usaha
penanaman modalnya.
(2) Jangka waktu izin lokasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah 3 (tiga) tahun.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai izin lokasi diatur
dengan Peraturan Bupati.
55. Ketentuan Pragraf 6 Bagian Ketiga BAB VII dihapus.
56. Ketentuan Pasal 120 diubah sehingga Pasal 120 berunyi
sebagai berikut :
86

Pasal 120
(1) Dalam rangka mengoordinasikan penataan ruang dan
kerja sama antar sektor/daerah di bidang penataan
ruang, dibentuk TKPRD.
(2) Untuk membantu pelaksanaan tugas TKPRD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk
Sekretariat dan Kelompok Kerja yang terbagi atas
Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang dan
Kelompok Kerja Pemanfaatan dan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang.
(3) Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja TKPRD
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
dengan Keputusan Bupati.
57. Frasa “BAB X KETENTUAN PERALIHAN” diubah sehingga
berbunyi sebagai berikut :

BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN

58. Ketentuan Pasal 133 diubah sehingga Pasal 133 berbunyi


sebagai berikut :

Pasal 133

(1) Kegiatan pemanfaatan ruang yang izinnya diterbitkan


sebelum berlakunya Peraturan daerah ini tetapi tidak
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini
dan dapat dibuktikan bahwa izin tersebut diperoleh
sesuai dengan prosedur yang benar, kepada pemegang
izin diberikan penggantian yang layak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(2) Penggantian yang layak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dengan memperhatikan indikator sebagai
berikut :
a. memperhatikan harga pasaran setempat;
b. sesuai dengan NJOP; atau
c. menyesuaikan kemampuan keuangan daerah.

59. Frasa “BAB XI KETENTUAN PENUTUP” diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut :

BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP

60. Ketentuan Pasal 134 diubah sehingga Pasal 134 berbunyi


sebagai berikut :
Pasal 134
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka :
a. Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 23 Tahun
2007 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Kendal Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2026
87

(Lembaran Daerah Kabupaten Kendal Tahun 2007


Nomor 23 Seri E No. 13, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Kendal Nomor 21);
b. Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 24 Tahun
2007 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Industri Kaliwungu Kabupaten Kendal Tahun 2007
sampai dengan Tahun 2026 (Lembaran Daerah
Kabupaten Kendal Tahun 2007 Nomor 24 Seri E No. 14,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kendal Nomor
22); dan
c. Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 25 Tahun
2007 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Pelabuhan Kaliwungu Kabupaten Kendal Tahun 2007
sampai dengan Tahun 2026 (Lembaran Daerah
Kabupaten Kendal Tahun 2007 Nomor 25 Seri E No. 15,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kendal Nomor
23);
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

61. Ketentuan Pasal 135 diubah sehingga Pasal 135 berbunyi


sebagai berikut :
Pasal 135
(1) Pengelolaan pemanfaatan ruang di pesisir yang
mengalami perubahan bentang alam dilaksanakan
sesuai ketentuan perundangan;
(2) Pelaksanaan program pemanfaatan ruang yang
lokasinya masih bersifat indikatif, kepastian lokasinya
ditentukan melalui kajian dan koordinasi dengan
stakeholder terkait.
62. Lampiran I diubah sehingga menjadi sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
63. Lampiran II diubah sehingga menjadi sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
64. Diantara Lampiran II dan Lampiran III disisipkan 2 (dua)
Lampiran, yakni Lampiran IIA dan Lampiran IIB, sehingga
berbunyi sebagaimana tercantum dalam Lampiran IIA dan
Lampiran IIB yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
65. Lampiran III diubah sehingga menjadi sebagaimana
tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
66. Lampiran IV diubah sehingga menjadi sebagaimana
tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
67. Lampiran V diubah sehingga menjadi sebagaimana
tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
88

Pasal II
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kendal.

Ditetapkan di Kendal
Pada tanggal 22 Mei 2020
BUPATI KENDAL,
cap ttd
MIRNA ANNISA

Diundangkan di Kendal
Pada tanggal 22 Mei 2020

SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN KENDAL,
cap ttd
MOH. TOHA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2020 NOMOR 1

NOMOR REGISTER PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL, PROVINSI


JAWA TENGAH : (1-64/2020)

Salinan sesuai dengan aslinya,


KEPALA BAGIAN HUKUM
SETDA KABUPATEN KENDAL,

NUR FUAD, S.H., M.H.


Pembina Tk I
NIP. 19700215 199003 1 006
89

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL
NOMOR 1 TAHUN 2020

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL


NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG
WILAYAH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011-2031

I. UMUM.

Pada Tahun 2011, Kabupaten Kendal telah menetapkan Peraturan


Daerah Kabupaten Kendal Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Kendal Tahun 2011-2031 sebagai strategi dasar
kegiatan penataan ruang wilayah kabupaten untuk periode waktu 20 tahun
(2011-2031).
Kabupaten Kendal telah melakukan Peninjauan Kembali RTRW
Kabupaten Kendal. Peninjauan Kembali RTRW merupakan tahapan
penilaian, yaitu suatu proses perumusan hasil evaluasi secara obyektif yang
dilakukan oleh tim pelaksana peninjauan kembali. Penilaian hasil evaluasi
menghasilkan:
1. Penilaian kualitas dan kesahihan rencana tata ruang; dan
2. Tingkat permasalahan pemanfaatan ruang berupa simpangan-simpangan
pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang yang ditinjau kembali.
Hasil penilaian dalam kegiatan peninjauan kembali RTRW Kabupaten
Kendal adalah RTRW perlu direvisi. Hasil penilaian tersebut dijadikan acuan
dalam perhitungan perubahan materi. Hasil penilaian terhadap perubahan
materi akan mempengaruhi bentuk revisi terhadap RTRW Kabupaten Kendal.
Adapun bentuk revisi RTRW dapat dilakukan melalui:
1. Perubahan peraturan perundang-undangan
Perubahan peraturan perundang-undangan dilakukan jika materi
berubah tidak lebih dari 20% (dua puluh perseratus).
2. Pencabutan peraturan perundang-undangan.
Pencabutan peraturan perundang-undangan dilakukan jika materi
berubah lebih dari 20% (dua puluh perseratus).
Berdasarkan hasil perhitungan perubahan materi terhadap substansi
RTRW Kabupaten Kendal, dapat diketahui bahwa revisi Rencana Tata Ruang
Wilayah dilakukan melalui perubahan peraturan perundang-undangan,
karena materi yang berubah tidak lebih dari 20% (dua puluh perseratus).
Perubahan materi terhadap substansi Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Kendal secara detail perlu dikaji kembali melalui kegiatan Revisi
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kendal.
90

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal I
Angka 1
Pasal 1
Cukup Jelas.
Angka 2
Pasal 1A
Cukup Jelas.
Angka 3
Pasal 3
Cukup Jelas.
Angka 4
Pasal 4
Cukup Jelas.
Angka 5
Pasal 5
Cukup Jelas.
Angka 6
Pasal 6
Cukup Jelas.
Angka 7
Pasal 8
Cukup Jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “pelabuhan utama” adalah
pelabuhan umum yang dikembangkan untuk melayani
kegiatan pelayaran dan alih muat peti kemas angkutan
laut nasional dan internasional.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “pelabuhan pengumpan regional”
adalah pelabuhan umum yang dikembangkan untuk
kegiatan pelayaran dan alih muat angkutan laut nasional
dan regional, pelayaran rakyat, angkutan sungai, dan
angkutan perintis dalam jumlah menengah, serta
menjangkau wilayah pelayanan menengah.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “pelabuhan pengumpan lokal”
adalah pelabuhan umum yang melayani kegiatan
91

pelayaran dan alih muat angkutan laut lokal dan regional,


pelayaran rakyat, angkutan sungai, dan angkutan
perintis dalam jumlah kecil; dan menjangkau wilayah
pelayanan terbatas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “pelabuhan perikanan pantai”
adalah pelabuhan perikanan Klas C, yang skala
layanannya sekurang-kurangnya mencakup kegiatan
usaha perikanan di wilayah perairan pedalaman, perairan
kepulauan, laut territorial dan Zone ekonomi Eksklusif
Indonesia.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “pelabuhan pendaratan ikan”
adalah pelabuhan perikanan Klas D, yang skala
pelayanannya sekurang-kurangnya mencakup kegiatan
usaha perikanan di wilayah perairan pedalaman dan
perairan kepulauan.
Pasal 10
Cukup Jelas.
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup Jelas.
Huruf b
Yang dimaksud “jaringan jalur kereta api khusus” adalah
jaringan jalur kereta api yang digunakan khusus oleh
badan usaha tertentu untuk menunjang kegiatan pokok
badan usaha tersebut.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Ayat (6)
Cukup Jelas.
Ayat (7)
Cukup Jelas.
Pasal 12
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud “alur pelayaran kelas I” adalah alur
pelayaran yang menjadi kewenangan pemerintah pusat.
Huruf b
Cukup Jelas.
92

Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Pasal 13
Cukup Jelas.
Pasal 14
Cukup Jelas.
Pasal 15
Cukup Jelas.
Pasal 16
Cukup Jelas.
Angka 8
Pasal 17
Cukup Jelas.
Angka 9
Pasal 18
Cukup Jelas.
Pasal 19
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “hutan lindung” adalah hutan
yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan
perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahnya
sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi
serta pemeliharaan kesuburan tanah (mencegah
terjadinya lahan kritis). Tujuan perlindungan adalah
mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi
dan menjaga fungsi hidrologi tanah serta memberikan
ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah
resapan air tanah dan air permukaan.
Kriteria kawasan hutan lindung :
1. Kawasan hutan, jika faktor lereng, jenis tanah dan
curah hujan melebihi nilai skor 175 menurut SK
Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UWI 1/1980.
2. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian 2000 m di
atas permukaan air laut yang memiliki registrasi
sebagai hutan lindung.
3. Kawasan hutan yang mempunyai kelerengan > 40%
(pasal 8, Keppres RI No. 32 Tahun 1990).
4. Kawasan yang memiliki jenis tanah yang sangat peka
terhadap erosi, yaitu: regosol, litasol, organosol dan
renzina, yang guna keperluan khusus ditetapkan oleh
Menteri Kehutanan sebagai hutan lindung.
Huruf b
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
93

Ayat (3)
Cukup Jelas.
Pasal 20
Cukup Jelas.
Pasal 21
Cukup Jelas.
Pasal 22
Cukup Jelas.
Pasal 23
Cukup Jelas.
Pasal 24
Cukup Jelas.
Pasal 26
Cukup Jelas.
Pasal 27
Cukup Jelas.
Pasal 30
Cukup Jelas.
Pasal 31
Ayat (1)
Huruf a
Kawasan imbuhan air tanah adalah kawasan resapan air
yang mampu menambah jumlah air tanah dalam secara
alamiah pada cekungan air tanah yang ditetapkan dengan
kriteria :
1. memiliki jenis fisik batuan dengan kemampuan
meluluskan air dengan jumlah yang berarti;
2. memiliki lapisan penutup tanah berupa pasir sampai
lanau;
3. memiliki hubungan hidrogeologis yang menerus dengan
daerah lepasan; dan/atau
4. memiliki muka air tanah tidak tertekan yang letaknya
lebih tinggi daripada muka air tanah yang tertekan.
Huruf b
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Pasal 32
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “banjir” adalah salah satu dari
bencana hidrometeorologi yang pengaruhi oleh cuaca,
iklim dan perubahan iklim.
Kawasan rawan bencana banjir merupakan kawasan yang
sering/berpotensi tinggi mengalami bencana alam banjir
94

atau tempat-tempat yang secara rutin setiap musim


hujan mengalami genangan lebih dari enam jam pada
saat hujan turun dalam keadaan musim hujan normal.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “banjir bandang” adalah banjir
yang terjadi secara tiba-tiba karena debit air sungai
melebihi kapasitas aliran alur sungai.
Huruf c
Kekeringan dapat terjadi apabila suatu wilayah secara
terus-menerus mengalami curah hujan di bawah rata-
rata.
Kawasan rawan bencana kekeringan merupakan kawasan
yang sering/berpotensi tinggi mengalami bencana alam
kekeringan atau tempat-tempat yang secara rutin setiap
musim kemarau mengalami kekeringan dan tidak
mendapatkan suplay air bersih.
Huruf d
Tanah longsor terjadi akibat adanya gangguan kestabilan
pada lereng yang dipicu oleh curah hujan, kejadian
gerakan tanah, dan getaran.
Kawasan rawan tanah longsor di Kabupaten Kendal
merupakan daerah yang rentan terhadap gerakan tanah
dan termasuk kawasan gerakan tanah dengan tingkat
menengah dan tinggi.
Huruf e
Gelombang ekstrim dan abrasi pada umumnya
disebabkan oleh gelombang angin yang timbul akibat
tiupan angin di permukaan laut.
Huruf f
Yang dimaksud “kebakaran hutan” adalah perubahan
langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik atau
hayatinya yang menyebabkan kurang berfungsinya hutan
atau lahan dalam menunjang kehidupan yang
berkelanjutan.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Ayat (6)
Cukup Jelas
Ayat (7)
Cukup Jelas
Pasal 33
Ayat (1)
Cukup Jelas.
95

Ayat (2)
Kawasan peruntukan industri/kawasan pantai berhutan
bakau, saat ini masih merupakan kawasan pantai berhutan
bakau sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor
78 Tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan
Perkotaan Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga, Semarang dan
Purwodadi.
Ayat (3)
Perubahan peruntukan dan fungsi Kawasan peruntukan
industri/kawasan pantai berhutan bakau menunggu
perubahan ketentuan mengenai kawasan pantai berhutan
bakau sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor
78 Tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan
Perkotaan Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga, Semarang dan
Purwodadi.
Sebelum adanya perubahan ketentuan mengenai kawasan
pantai berhutan bakau sebagaimana diatur dalam Peraturan
Presiden Nomor 78 Tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang
Kawasan Perkotaan Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga,
Semarang dan Purwodadi, seluruh kegiatan atau aktifitas yang
sesuai dengan peruntukan dan fungsi kawasan pantai
berhutan bakau, tetap diperbolehkan.
Setelah adanya perubahan ketentuan mengenai kawasan
pantai berhutan bakau sebagaimana diatur dalam Peraturan
Presiden Nomor 78 Tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang
Kawasan Perkotaan Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga,
Semarang dan Purwodadi, seluruh kegiatan atau aktifitas
dapat dilakukan dengan mendasarkan pada peruntukan dan
fungsi kawasan sesuai dengan perubahan ketentuan dalam
Peraturan Presiden dimaksud tanpa menunggu perubahan
ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.
Ayat (4)
Perubahan batas kawasan peruntukan industri dalam
Kawasan peruntukan industri/kawasan pantai berhutan
bakau secara otomatis menyesuaikan dengan ketentuan yang
diatur dalam perubahan ketentuan dalam Peraturan Presiden
Nomor 78 Tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan
Perkotaan Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga, Semarang dan
Purwodadi, tanpa menunggu perubahan ketentuan dalam
Peraturan Daerah ini.
Angka 10
Pasal 34
Cukup Jelas.
Pasal 35
Ayat (1)
Kawasan hutan produksi yang terdapat di Kabupaten Kendal
adalah kawasan hutan produksi terbatas dan hutan produksi
tetap, yaitu kawasan yang diperuntukkan bagi hutan
produksi dimana eksploitasinya hanya dapat dengan tebang
pilih dan tanam. Kawasan ini merupakan areal hutan yang
dikuasai oleh Perhutani KPH Kabupaten Kendal dan Kedu
Utara. Berdasarkan SK Menteri Pertanian No.
96

683/KPTS/Um8/1990 dan nomor 837/KPTS/-UM11/1980,


kriteria hutan produksi ialah kawasan hutan dengan
faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah hujan yang
mempunyai nilai skor 125-174, di luar hutan suaka alam,
hutan wisata dan hutan konservasi lainnya.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Pasal 37
Cukup Jelas.
Pasal 38
Cukup Jelas.
Pasal 39
Area kawasan pertambangan sesuai dengan peta wilayah
pertambangan pada instansi terkait sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 40
Cukup Jelas.
Pasal 41
Cukup Jelas.
Pasal 42
Cukup Jelas.
Pasal 44
Cukup Jelas.
Angka 11
Pasal 45
Cukup Jelas.
Angka 12
Pasal 47
Cukup Jelas.
Pasal 48
Cukup Jelas.
Pasal 49
Cukup Jelas.
Pasal 50
Cukup Jelas.
Pasal 50A
Cukup Jelas.
Pasal 50B
Cukup Jelas.
Pasal 50C
Cukup Jelas.
Pasal 50D
Cukup Jelas.
97

Angka 13
Pasal 51
Cukup Jelas.
Angka 14
Pasal 52
Cukup Jelas.
Angka 15
Pasal 53
Cukup Jelas.
Angka 16
Pasal 54
Cukup Jelas.
Angka 17
Pasal 55
Cukup Jelas.
Angka 18
Cukup Jelas.
Angka 19
Pasal 57
Cukup Jelas.
Angka 20
Pasal 58
Cukup Jelas.
Angka 21
Pasal 59
Cukup Jelas.
Angka 22
Pasal 60
Cukup Jelas.
Angka 23
Pasal 60A
Cukup Jelas.
Pasal 60B
Cukup Jelas.
Angka 24
Pasal 61
Cukup Jelas.
Angka 25
Cukup Jelas.
Angka 26
Pasal 63
Cukup Jelas.
Angka 27
Pasal 63A
Cukup Jelas.
98

Angka 28
Pasal 64
Cukup Jelas.
Angka 29
Pasal 65
Cukup Jelas.
Angka 30
Pasal 66
Cukup Jelas.
Angka 31
Pasal 67
Cukup Jelas.
Angka 32
Pasal 68
Cukup Jelas.
Angka 33
Pasal 69
Cukup Jelas.
Angka 34
Pasal 70
Cukup Jelas.
Angka 35
Pasal 71
Cukup Jelas.
Angka 36
Pasal 72
Cukup Jelas.
Angka 37
Pasal 73
Cukup Jelas.
Angka 38
Pasal 74
Cukup Jelas.
Angka 39
Pasal 75
Cukup jelas.
Angka 40
Pasal 75A
Cukup Jelas.
Angka 41
Pasal 76
Cukup Jelas.
Angka 42
Pasal 77
Cukup Jelas.
99

Angka 43
Cukup Jelas.
Angka 44
Pasal 79
Cukup Jelas.
Angka 45
Cukup Jelas.
Angka 46
Pasal 81
Cukup Jelas.
Angka 47
Pasal 82
Cukup Jelas.
Angka 48
Pasal 83
Cukup Jelas.
Angka 49
Pasal 84
Cukup Jelas.
Angka 50
Pasal 85
Cukup Jelas.
Angka 51
Pasal 86
Cukup Jelas.
Angka 52
Pasal 87
Cukup Jelas.
Angka 53
Pasal 89
Cukup Jelas.
Angka 54
Pasal 90
Cukup Jelas.
Angka 55
Cukup Jelas.
Angka 56
Pasal 120
Cukup Jelas.
Angka 57
Cukup Jelas.
Angka 58
Pasal 133
Cukup Jelas.
100

Angka 59
Cukup Jelas.
Angka 60
Pasal 134
Cukup Jelas.
Angka 61
Pasal 135
Ayat (1)
Yang dimaksud “perubahan bentang alam” antara lain yang
disebabkan karena abrasi dan akresi.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Angka 62
Cukup Jelas.
Angka 63
Cukup Jelas.
Angka 64
Cukup Jelas.
Angka 65
Cukup Jelas.
Angka 66
Cukup Jelas.
Angka 67
Cukup Jelas.
Pasal II
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 198


LAMPIRAN I
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 20 TAHUN 2011
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011-2031

PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN KENDAL

1 2020

cap ttd
LAMPIRAN II
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH
KABUPATEN KENDAL NOMOR 20 TAHUN 2011
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011-2031

DAFTAR RUAS JALAN LOKAL KABUPATEN KENDAL

NO NAMA RUAS JALAN NO NAMA RUAS JALAN

1. Ketapang - Sukodono 31. Jalan Griya Praja Mukti


2. Karangsari - Bandengan 32. Plalangan - Ngareanak
3. Banyutowo - Ganyayom 33. Margosari - Medini
4. Sijeruk - Jotang 34. Getas - Kaliputih
5. Kendal - Ketapang 35. Kaliputih - Muncar
6. Candiroto - Sudipayung 36. Puguh - Pasigitan
7. Kumpulrejo - Sukolilan 37. Jatirejo - Plalangan
8. Kendal - Kebondalem 38. Boja - Campurejo
9. Kebondalem - Dampal 39. Margosari - Sriwulan
10. Balok - Wonosari 40. Pasigitan - Branjang
11. Kebonharjo - Wonosari 41. Kliris - Laban
12. Bugangin - Purwokerto 42. Kutoharjo - Sarirejo
13. Bugangin - Jetis 43. Sedayu - Sojomerto
14. Jetis - Bojonggede 44. Pucakwangi - Gondoarum
15. Tunggulrejo - Trompo 45. Sukomangli - Kalilumpang
16. Jalan Habiproyo 46. Kalices - Sojomerto
17. Kendal - TPI Bandengan 47. Krikil - Petung
18. Kendal - Bandengan (Jl. Laut) 48. Tamanrejo - Bringinsari
19. Ketapang - Kebonharjo 49. Bringinsari - Gentinggunung
20. Jalan Waluyo 50. Sojomerto - Kalibareng
21. Jalan Notomudigdo 51. Gebang - Pucangrejo
22. Jalan Pahlawan II (Barat) 52. Karangayu - Kalirejo
23. Jalan Lingkungan Pasar Kendal 53. Bringinsari - Jambean
24. Jalur Lambat Barat Kendal 54. Kalisuren - Sojomerto
25. Lanngenharjo - Sijeruk 55. Caruban - Ringinarum
26. Pekauman - Balok 56. Cepiring - Juwiring
27. Kalibuntu - Sijeruk 57. Ringinarum - Ngerjo
28. Sebatang - Kebondalem 58. Kalisuren - Pakeman
29. Jalan Taat 59. Ringinarum - Kedunggading
30. Jalan Pekauman 60. Pagerdawung - Poncorejo
2

NO NAMA RUAS JALAN NO NAMA RUAS JALAN

61. Sumberagung - Manggungsari 96. Wonosari - Kartikajaya


62. Surukonto - Nguok 97. Tegorejo - Ngampelkulon
63. Banyuringin - Sukodadi 98. Pidodo - Jomblom
64. Banyuringin - Kaliputih 99. Wonodadi - Kediten
65. Kaliwungu - Mororejo 100. Puguh - Juwero
66. Biting - Cening 101. Laban - Jungsemi
67. Kedungsari - Getas 102. Pucangrejo - Kaliyoso
68. Darupono - Kedungsuren 103. Gondang - Botomulyo
69. Tambaksari - Biting 104. Sendang Dawuhan - Kebonsari
70. Kedungsuren - Plalangan 105. Caruban - Tejorejo
71. Kertosari - Trisobo 106. Cepiring - Kalirandugede
72. Magelung - Sumur 107. Karanganyar - Jurangagung
73. Limbangan - Getas 108. Sumbersari - Margomulyo
74. Pasigitan - Gonoharjo 109. Paraan - Tanjunganom
75. Pasigitan - Laban 110. Tambaksari - Tratemulyo
76. Tamanrejo - Ngabean 111. Wadas - Bendosari
77. Cangkring - Tosari 112. Kadilangu - Kaliyoso
78. Sumur - Penjalin 113. Ngasinan - Sumberagung
79. Jaro - Pening 114. Sidodadi - Manggung
80. Leban - Bandarejo 115. Sukomangli - Kalipuru
81. Sarirejo - Lengkong 116. Rowosari - Jatipurwo
82. Jalan Kiai Boja 117. Cepiring - Botomulyo
83. Karangmanggis - Ngabean 118. Gebang - Pamriyan
84. Kaligading - Tebet 119. Ngerjo - Kedungsari
85. Meteseh - Tambangan 120. Montongsari - Tratemulyo
86. Lingkar - Limbangan 121. Korowelang - Pidodo
87. Pageruyung - Sidomukti 122. Tanjunganom - Bulak
88. Donomerto - Gentinggunung 123. Bendosari - Tersono
89. Jatinem - Kediten 124. Sidomulyo - Rejosari
90. Pageruyung - Gondoarum 125. Limbangan - Beku
91. Ngadiwarno - Gondoarum 126. Meteseh - Trisobo
92. Pojoksari - Kaliyoso 127. Darupono - Padaan
93. Kebongembong - Mojoagung 128. Kaliputih - Cening
94. Kebumen - Tamanrejo 129. Peron - Pakis
95. Tambaharjo - Gebangan 130. Sukomulyo - Panjalin
3

NO NAMA RUAS JALAN NO NAMA RUAS JALAN

131. Ngabean - Kliris 166. Limbangan - Sriwulan


132. Limbangan - Tambaksari 167. Kertosari - Goa Kiskendo
133. Bebengan - Meteseh 168. Lengkong - Wonorejo
134. Kertomulyo - Panjalin 169. Rejosari - Sidorejo
135. Tambaksari - Brujulan 170. Cangkring - Jaro
136. Mlatiharjo - Ngargosari 171. Margosari - Gonoharjo
137. Bringinsari - Purwosari 172. Pongangan - Dukuh Wonorejo
138. Pegandon - Magangan 173. Brangsong - Tosari
139. Weleri - Sedayu 174. Lingkar - Bebengan
140. Putat - Pegandon 175. Purwogondo - Margosari
141. Magangan - Pongangan 176. Purwogondo - Limbangan
142. Nawangsari - Sendang Dawuhan 177. Gonoharjo - Nglimut
143. Puguh - Jatirejo 178. Lingkar Selatan - Boja
144. Patebon - Pegandon 179. Kebonadem - Kumpulrejo
145. Lebosari - Tanjungmojo 180. Kaliwungu - Plantaran
146. Payung - Tambaksari 181. Lingkar Utara - Boja
147. Bulugede - Putatgede 182. Sekopek - Plantaran
148. Rowosari - Gempolsewu 183. Sidorejo - Blorok
149. Gemuh - Sedayu 184. Sawah Alas - Gentansari
150. Mojoagung - Bendosari 185. Ngaglik - Nolokerto
151. Pegandon - Gemuh 186. Protomulyo - Loning
152. Boja - Darupono 187. Jl. Sawahjati
153. Kaliwungu - Darupono 188. Lingkar Utara Timur - Boja
154. Boja - Purwogondo 189. Penjor - Protomulyo
155. Ngareanak - Banyuringin 190. Jl. Sunan Katong
156. Sidorejo - Tunggulsari 191. Jl. Stasiun
157. Tampingan - Margosari 192. Jl. Pandean
158. Penjalin - Tunggulsari 193. Jl. Lingkar Pasar
159. Kliris - Gonoharjo 194. Sukorejo - Bringinsari
160. Plantaran - Sidorejo 195. Plantungan - Blumah
161. Purwokerto - Wonorejo 196. Dampal - Magangan
162. Rejosari - Turunrejo 197. Pageruyung - Selokaton
163. Nolokerto - Protomulyo 198. Wonotenggang - Rowosari
164. Boja - Kaligading 199. Cepiring - Pidodo
165. Sidorejo - Dampal 200. Jatinem - Wadas
4

NO NAMA RUAS JALAN NO NAMA RUAS JALAN

201. Ngasinan - Ringinarum 230. Penaruban - Penyangkringan


202. Damarjati - Peron 231. Payung - Sambungsari
203. Cepiring - Gemuh 232. Karangdowo - Penaruban
204. Tlahab - Gemuh 233. Lingkar Barat - Kebumen
205. Curugsewu - Kalices 234. Lingkar Utara - Sukorejo
206. Pidodo - TPI 235. Curugsewu - Gedong
207. Selokaton - Tamanrejo 236. Sumberagung - Bumiayu
208. Cepiring - Laban 237. Pagersari - Curugsewu
209. Jambearum - Wonosari 238. Rowosari - Tanjunganom
210. Curugsewu - Selo - Pagersari 239. Kaliayu - Randugede
211. Kalipuru - Curugsewu 240. Jl. Gemuh
212. Sinom - Rowosari 241. Jl. Garuda GMH - Gemuh
213. Sudipayung - Ngampelkulon 242. Mojo - Kedungsari
214. Lanji - Bulugede 243. Sedayu - Krompakan
215. Tambaksari - Tanjunganom 244. Salakan - Sambungsari
216. Gempolsewu - Sendangsikucing 245. Jalan Utama Purin
217. Bugangin - Sukolilan 246. Bunderan - Terminal
218. Lingkar Selatan - Kebumen 247. Penyangkringan - PLN
219. Tlahab - Laban 248. Gempolsewu - Tawang
220. Penaruban - Paraan 249. Karangayu - Ceiring
221. Karangmulyo - Sumbersari 250. Sukorejo - Ngemplak
Jl. Lingkar Pariwisata -
222. 251.
Ngasinan - Bumiayu Curugsewu
223. Puguh - Pekuncen 252. Jl. Lingkar - Pasar Cepiring
224. Pesanggrahan - Kalisuren 253. Jalan Cepiring
225. Pagersari - Wirosari 254. Jl. Penyangkringan
Jl. Utama Pariwisata -
226. 255.
Caruban - Jenarsari Curugsewu
227. Sukorejo - Kalipuru 256. Jl. Pariwisata - Curugsewu
228. Banyuurip - Karangmulyo 257. JL. PasarWeleri - Kantor PJKA
229. Purworejo - Rowoblanten

BUPATI KENDAL,

Cap ttd

MIRNA ANNISA

Salinan sesuai dengan aslinya,


KEPALA BAGIAN HUKUM
SETDA KABUPATEN KENDAL,

NUR FUAD, S.H., M.H.


Pembina Tk I
NIP. 19700215 199003 1 006
LAMPIRAN II A
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH
KABUPATEN KENDAL NOMOR 20 TAHUN 2011
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011-2031

DAFTAR DAERAH IRIGASI (DI) UTUH KAB/KOTA YANG MENJADI


KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL

NAMA DAERAH LUASAN NAMA DAERAH LUASAN


NO NO
IRIGASI (Ha) IRIGASI (Ha)

1. D.I. Sidomukti 357 31. D.I. Bakalan 21


2. D.I. Tuk Suruh I 8 32. D.I. Bakulan 18
3. D.I. Tuk Suruh II 12 33. D.I. Bakung 6
4. D.I. Tlogomili 154 34. D.I. Bakung 2
5. D.I. Abang 13 35. D.I. Balong 12
6. D.I. Aglik 22 36. D.I. Banaran 3
7. D.I. Aglik 13 37. D.I. Bang kiri 13
8. D.I. Aji 14 38. D.I. Banger 39
9. D.I. Aji 5 39. D.I. Bangkong 8
10. D.I. Aji 7 40. D.I. Banjaran 10
11. D.I. Aji 21 41. D.I. Banjaran 6
12. D.I. Aji Gede 17 42. D.I. Banjaran 12
13. D.I. Aji I 20 43. D.I. Bantengan 11
14. D.I. Aji Leban 38 44. D.I. Banyu Amis 33
15. D.I. Aji Pakis 36 45. D.I. Batang 8
16. D.I. Aji Semak 11 46. D.I. Batang 3
17. D.I. Aji Tabet 40 47. D.I. Belang 6
18. D.I. Aji Wonogiri 50 48. D.I. Beluk 4
19. D.I. Aji/Tlodas 18 49. D.I. Bende 20
20. D.I. Angkrik 12 50. D.I. Bendo 6
21. D.I. Angkring a 2 51. D.I. Beran 10
22. D.I. Angkring b 5 52. D.I. Beran 15
23. D.I. Angkruk 13 53. D.I. Bero 26
24. D.I. Anyar 13 54. D.I. Beruk 1
25. D.I. Anyar 14 55. D.I. Besaran 4
26. D.I. Anyar a 22 56. D.I. Betetor 11
27. D.I. Anyar b 12 57. D.I. Betro 15
28. D.I. Ares 16 58. D.I. Betro a 7
29. D.I. Ayu ayu 8 59. D.I. Biron 13
30. D.I. Babadan 2 60. D.I. Blawong/Brajan 15
2

NAMA DAERAH LUASAN NAMA DAERAH LUASAN


NO NO
IRIGASI (Ha) IRIGASI (Ha)

61. D.I. Blendo 11 96. D.I. Centong b 3


62. D.I. Blimbing 319 97. D.I. Centong d 2
63. D.I. Blimbing 6 98. D.I. Ces 5
64. D.I. Blorong Salam 9 99. D.I. Ces 7
65. D.I. Blumbang 18 100. D.I. Cetung 2
66. D.I. Bobang 18 101. D.I. Cinandi 3
67. D.I. Bobo 13 102. D.I. Cino 7
68. D.I. Bojangan 7 103. D.I. Condong 84
69. D.I. Bongkah 1 104. D.I. Cumbrangan 5
70. D.I. Bongkol 15 105. D.I. Curug 2
71. D.I. Brantin/Bendo 3 106. D.I. Curug 1
72. D.I. Bringin Getas 10 107. D.I. Dadap 14
73. D.I. Britan 20 108. D.I. Dadap 4
74. D.I. Britan Dondong 6 109. D.I. Dadap 10
75. D.I. Bronjong 5 110. D.I. Dadapan 9
76. D.I. Brujulan 12 111. D.I. Dadapan 20
77. D.I. Bubak 3 112. D.I. Dawuhan 40
78. D.I. Bubak b 4 113. D.I. Dawung 4
79. D.I. Bulu Pitu 6 114. D.I. Dawung 2
80. D.I. Bulung 3 115. D.I. Dawung 6
81. D.I. Bulung b 2 116. D.I. Dawung 7
82. D.I. Bulus 59 117. D.I. Dawung 12
83. D.I. Byombyang 16 118. D.I. Dawung 2
84. D.I. Cabe 10 119. D.I. Dawung 4
85. D.I. Canggal 6 120. D.I. Dengkeng 60
86. D.I. Cangkok 24 121. D.I. Depok 2
87. D.I. Cangkring 5 122. D.I. Dlimas 6
88. D.I. Carikan 13 123. D.I. Dlingseng 28
89. D.I. Cawang 18 124. D.I. Dluwang 16
90. D.I. Celeng 7 125. D.I. Dmbi Kerto 7
91. D.I. Cengis 10 126. D.I. Donomerto 28
92. D.I. Cengkeh 14 127. Doplang 10
93. D.I. Cengkir Legi 40 128. Doplang 10
94. D.I. Centong 11 129. D.I. Dowo 9
95. D.I. Centong a 7 130. D.I. Dukuh 1
3

NAMA DAERAH LUASAN NAMA DAERAH LUASAN


NO NO
IRIGASI (Ha) IRIGASI (Ha)

131. D.I. Dung Jambe 4 166. D.I. Gendring Ka 17


132. D.I. Dung Jambe 7 167. D.I. Gendring Ki 1
133. D.I. Duren a 4 168. D.I. Geni 4
134. D.I. Duren b 6 169. D.I. Gerong 28
135. D.I. Duwet 2 170. D.I. Gesing 8
136. D.I. Gagak 6 171. D.I. Gesing 4
137. D.I. Gajahan 6 172. D.I. Getas 8
138. D.I. Gajahan 16 173. D.I. Getas 11
139. D.I. Galbalak 24 174. D.I. Getas Blawong 84
140. D.I. Gamblok 18 175. D.I. Gintung 5
141. D.I. Gamprit 7 176. D.I. Gintung 17
142. D.I. Gandu 11 177. D.I. Gintung 2
143. D.I. Gandu a 2 178. D.I. Gintungan 12
144. D.I. Gandu b 2 179. D.I. Glagah 15
145. D.I. Gandu c 5 180. D.I. Glagah 10
146. D.I. Garung 16 181. D.I. Glagah 2
147. D.I. Gatak 16 182. D.I. Glagah a 5
148. D.I. Gayam 3 183. D.I. Glagah b 2
149. D.I. Gebang 5 184. D.I. Glagah c 3
150. D.I. Gebangan 42 185. D.I. Glompong 2
151. D.I. Geblok 24 186. D.I. Glugu 5
152. D.I. Gedangan 14 187. D.I. Glutuk 1
153. D.I. Gede 14 188. D.I. Glutuk 2
154. D.I. Gede 15 189. D.I. Godang 2
155. D.I. Gedengan 7 190. D.I. Gogor 34
156. D.I. Gedong Lengok 9 191. D.I. Golomat 16
157. D.I. Gedong Longok 9 192. D.I. Gondang 2
158. D.I. Gedong a 32 193. D.I. Gondoriyo 14
159. D.I. Gedong b 2 194. D.I. Goro Gamping 9
160. D.I. Gembenggeng 27 195. D.I. Gorok 10
161. D.I. Gembong 2 196. D.I. Gowah 20
162. D.I. Gembong 1 197. D.I. Gruyung 39
163. D.I. Gembongan 5 198. D.I. Guci 16
164. D.I. Gempor 40 199. D.I. Gumawang 14
165. D.I. Gendring 42 200. D.I. Guntur 32
4

NAMA DAERAH LUASAN NAMA DAERAH LUASAN


NO NO
IRIGASI (Ha) IRIGASI (Ha)

201. D.I. Gunung 20 236. D.I. Jetakan/Bandan 19


202. D.I. Jajar 7 237. D.I. Jetis a 2
203. D.I. Jamban 11 238. D.I. Jetis b 3
204. D.I. Jamban 26 239. D.I. Jingkang 15
205. D.I. Jamban 5 240. D.I. Jingkang a 7
206. D.I. Jamban 19 241. D.I. Jingkang b 8
207. D.I. Jamban 9 242. D.I. Jlegong 176
208. D.I. Jamban 7 243. D.I. Jolinggo 20
209. D.I. Jamban 7 244. D.I. Jrati/Ajji 24
210. D.I. Jamban a 6 245. D.I. Jrenggeng 14
211. D.I. Jamban b 5 246. D.I. Jurang 2
212. D.I. Jamban c 9 247. D.I. Jurang 14
213. D.I. Jamban/Kerto 10 248. D.I. Jurang 3
214. D.I. Jamban/Pakis 10 249. D.I. Jurang a 10
215. D.I. Jamban/Peron 18 250. D.I. Jurang b 8
216. D.I. Jamban/Medono 36 251. D.I. Jurangmangun 23
217. D.I. Jamban/Medono 21 252. D.I. Juweh 75
218. D.I. Jamban/Rejo 16 253. D.I. Juweh 9
219. D.I. Jamban/Rejo 11 254. D.I. Kudu 12
220. D.I. Jambe 2 255. D.I. Kajoran 11
221. D.I. Jambe a 1 256. D.I. Kajoran 15
222. D.I. Jambe b 3 257. D.I. Kakas 1
223. D.I. Jambu 17 258. D.I. Kakas 10
224. D.I. Jambu 2 259. D.I. Kali Bubak 10
225. D.I. Jangan 4 260. D.I. Kali Kidang 8
226. D.I. Janggan 10 261. D.I. Kali Kutuk a 3
227. D.I. Janggan 2 262. D.I. Kali Kutuk b 2
228. D.I. Janjang 42 263. D.I. Kali mati 12
229. D.I. Jaten 12 264. D.I. Kali Wates 24
230. D.I. Jati 20 265. D.I. Kalisat 20
231. D.I. Jati a 5 266. D.I. Kaliwaru 30
232. D.I. Jati b 3 267. D.I. Kalong 9
233. D.I. Jati c 6 268. D.I. Kamaran 7
234. D.I. Jemblukan 10 269. D.I. Kamaran 7
235. D.I. Jengkol 4 270. D.I. kampar 3
5

NAMA DAERAH LUASAN NAMA DAERAH LUASAN


NO NO
IRIGASI (Ha) IRIGASI (Ha)

271. D.I. Kampir 14 306. D.I. Klampok 19


272. D.I. Kancer 2 307. D.I. Klantong 14
273. D.I. Kangkrang 8 308. D.I. Klantung 9
274. D.I. Karanggantung 19 309. D.I. Klawer 15
275. D.I. Karangsari 7 310. D.I. Klebeyan 26
276. D.I. Kebonadem 5 311. D.I. Kleon 30
277. D.I. Kebrok 26 312. D.I. Klesem 5
278. D.I. Kedung Anyes 7 313. D.I. Klesem 6
279. D.I. Kedung Ingas 22 314. D.I. Klewer 3
280. D.I. Kedung Jembrok 6 315. D.I. Kliris 14
281. D.I. Kedung Penganten 39 316. D.I. Klisat 25
282. D.I. Kedung Petung 7 317. D.I. Klopo/Tengah 2
283. D.I. Kedung Rukem 8 318. D.I. klotok 10
284. D.I. Kedung Tembong 40 319. D.I. Klurahan 20
285. D.I. Kemadu 18 320. D.I. Kobar 3
286. D.I. Kembang 9 321. D.I. Kopen 10
287. D.I. Kembang 4 322. D.I. Kopyah 9
288. D.I. Kembang 7 323. D.I. Kramat 95
289. D.I. Kemijing 17 324. D.I. Kramat 5
290. D.I. Kemiri 4 325. D.I. Kramat 8
291. D.I. Kemloko 11 326. D.I. Kranggan 2
292. D.I. Kemloko 5 327. D.I. Kranggan 36
293. D.I. Kemloko Legi 18 328. D.I. Kranji 63
294. D.I. Kemulan 13 329. D.I. Krasak 10
295. D.I. Kendo 27 330. D.I. Krengseng 10
296. D.I. Kenteng 3 331. D.I. Krengseng 20
297. D.I. Kenti 8 332. D.I. Krengseng 2
298. D.I. Kepik 11 333. D.I. Kreteg 2
299. D.I. Kepik 11 334. D.I. Krikil 21
300. D.I. Keseser 39 335. D.I. Krobokan 1
301. D.I. Keseser 38 336. D.I. Kruwet 3
302. D.I. Kesruh 25 337. D.I. Kruwet a 3
303. D.I. Kintelan 19 338. D.I. Kruwet b 3
304. D.I. Klakah 26 339. D.I. Kuburan 3
305. D.I. Klakah 33 340. D.I. Kukusan 3
6

NAMA DAERAH LUASAN NAMA DAERAH LUASAN


NO NO
IRIGASI (Ha) IRIGASI (Ha)

341. D.I. Kwali 14 376. D.I. MA. Kajoran 25


342. D.I. Larangan 9 377. D.I. MA. Kemiri 12
343. D.I. Larangan 9 378. D.I. MA. Ketro 10
344. D.I. Larik 28 379. D.I. MA. Kintelan 7
345. D.I. Layur 20 380. D.I. MA. Lante 2
346. D.I. Lebuh 6 381. D.I. MA. Legik 5
347. D.I. Ledok 2 382. D.I. MA. Legok 15
348. D.I. Legok 22 383. D.I. MA. Makam Dowo 17
349. D.I. Lekeh 5 384. D.I. MA. Mangli 10
350. D.I. Lekor 15 385. D.I. MA. Mangli 26
351. D.I. Lengko 25 386. D.I. MA. Merdiko 9
352. D.I. Lengkong 5 387. D.I. MA. Mudal 4
353. D.I. Lengkong 5 388. D.I. MA. Nam Nam 14
354. D.I. Leri 19 389. D.I. MA. Omah 2
355. D.I. Leses 18 390. D.I. MA. Pandansari 21
356. D.I. Limbangan 6 391. D.I. MA. Pucung 1
357. D.I. Lingi 15 392. D.I. MA. Pulih 28
358. D.I. Lingseng 20 393. D.I. MA. Ringin 3
359. D.I. Lingseng 4 394. D.I. MA. Salaman 6
360. D.I. Lingseng 4 395. D.I. MA. Samar 9
361. D.I. Logung 30 396. D.I. MA. Sebelok 4
362. D.I. Londer 10 397. D.I. MA. Semampir 3
363. D.I. Londong 31 398. D.I. MA. Semelong 4
364. D.I. Lopang 21 399. D.I. MA. Siribut 5
365. D.I. MA. Adem 10 400. D.I. MA. Soaka Watu 7
366. D.I. MA. Ayem 5 401. D.I. MA. Srutu 7
367. D.I. MA. Gaheng 5 402. D.I. MA. Tengah a 6
368. D.I. MA. Gembongan 5 403. D.I. MA. Tengah b 4
369. D.I. MA. Gintung 5 404. D.I. MA. Tlogo 23
370. D.I. MA. Gintungan 5 405. D.I. MA. Tlogo 46
371. D.I. MA. Gintungan 13 406. D.I. MA. Truko 9
372. D.I. MA. Glenyah 14 407. D.I. MA. Tumpah 12
373. D.I. MA. Gunung 10 408. D.I. MA. Waru 6
D.I. MA. Gunung
374. 409.
Manggis 4 D.I. MA. Wero 2
375. D.I. MA. Jengkol 25 410. D.I. MA. Winong 11
7

NAMA DAERAH LUASAN NAMA DAERAH LUASAN


NO NO
IRIGASI (Ha) IRIGASI (Ha)

411. D.I. MA. Winong 4 446. D.I. Nandu 12


412. D.I. MA. Balong Duwur 11 447. D.I. Ngaglik 7
413. D.I. MA. Kesit 4 448. D.I. Ngampel 15
414. D.I. MA. Klumprit 31 449. D.I. Ngampel 5
415. D.I. MA. Mudal 36 450. D.I. Ngampel Gado 2
416. D.I. MA. Pendil 2 451. D.I. Ngandong 6
417. D.I. MA. Rejo 12 452. D.I. Ngasem 5
418. D.I. MA. Rendeng 11 453. D.I. Ngasinan 10
419. D.I. MA. Sipancur 8 454. D.I. Ngasinan 14
420. D.I. MA. Sipayung 20 455. D.I. Ngebruk 9
421. D.I. MA. Uwak 1 456. D.I. Ngendok 4
422. D.I. MA. Wiyu 2 457. D.I. Ngetuk 11
423. D.I. Majaran 1 458. D.I. Ngganblok 2
424. D.I. Manggis 6 459. D.I. Ngipik 13
425. D.I. Manggis 10 460. D.I. Ngluwung 1
426. D.I. Manggis 4 461. D.I. Ngrancah 14
427. D.I. Manggis 2 462. D.I. Ngrono 4
428. D.I. Manggis 7 463. D.I. Nloyo 8
429. D.I. Manggun Balan 15 464. D.I. Nongko 10
430. D.I. Mangunsari 29 465. D.I. Pacar 101
431. D.I. Maron 12 466. D.I. Pacel 7
432. D.I. Mendahane 20 467. D.I. Pacul Srampongan 21
433. D.I. Mendek 3 468. D.I. Panggung 11
434. D.I. Mendek 9 469. D.I. Parakan Ka 22
435. D.I. Miri 11 470. D.I. Parikesit 5
436. D.I. Miri Ombo 1 471. D.I. Pasar 12
437. D.I. Mojo/Sekrambilan 11 472. D.I. Pawadan 7
438. D.I. Mojosem 60 473. D.I. Payung 6
439. D.I. Monggang 17 474. D.I. Pelem 8
440. D.I. Montong a 4 475. D.I. Pelem 15
441. D.I. Montong b 10 476. D.I. Pelem/Sentul 17
442. D.I. Mudal 19 477. D.I. Pendem 1
443. D.I. Mudal 238 478. D.I. Pengging 55
444. D.I. Mulyosari 43 479. D.I. Penggung 14
445. D.I. Nandu 45 480. D.I. Penggung 5
8

NAMA DAERAH LUASAN NAMA DAERAH LUASAN


NO NO
IRIGASI (Ha) IRIGASI (Ha)

481. D.I. Penggung 2 516. D.I. Randu 7


482. D.I. Peron 78 517. D.I. Randu 4
483. D.I. Perto 14 518. D.I. Randu 12
484. D.I. Pesantren 6 519. D.I. Randu 3
485. D.I. Pesantren 7 520. D.I. Randu Kiri 7
486. D.I. Pete 4 521. D.I. Rondo 31
487. D.I. Petung 30 522. D.I. Ropo 26
488. D.I. Pilang 55 523. D.I. Rowo Cawet 2
489. D.I. Pinggir 5 524. D.I. Rowo Kutuk a 5
490. D.I. Pinggir 20 525. D.I. Rowo Kutuk b 4
491. D.I. Plalar 10 526. D.I. Rowo Murup 1
492. D.I. Plalar 3 527. D.I. Rowo Penjalin 5
493. D.I. Plalar 25 528. D.I. Rowogandu 27
494. D.I. Plandakan 14 529. D.I. Sabrang 11
495. D.I. Plantukan 6 530. D.I. Sabrang b 5
496. D.I. Plantukan 21 531. D.I. Sabuk Semeru 8
497. D.I. Ploso 8 532. D.I. Sabuk Semeru 3
498. D.I. Podang 20 533. D.I. Salamsari 10
499. D.I. Pring 2 534. D.I. Sanggar a 2
500. D.I. Pring 5 535. D.I. Sanggar b 2
501. D.I. Pring Wedus 15 536. D.I. Sanggar c 4
502. D.I. Pucung 7 537. D.I. Sapi 2
503. D.I. Pucung 37 538. D.I. Sarangan 2
504. D.I. Pucung 15 539. D.I. Sarangan 6
505. D.I. Pucung 1 540. D.I. Sarangan 20
506. D.I. Pucung 7 541. D.I. Saron 11
507. D.I. Pugat 12 542. D.I. Sasem 4
508. D.I. Pule 10 543. D.I. Sawang/Semayu 5
509. D.I. Pule 5 544. D.I. Secewok 9
510. D.I. Pule 13 545. D.I. Sedali 17
511. D.I. Pupon 60 546. D.I. Sedandang 6
512. D.I. Puru 10 547. D.I. Sedangin 4
513. D.I. Rambut Gono 50 548. D.I. Sedawung 9
514. D.I. Rancah 8 549. D.I. Sedempul 4
515. D.I. Randu 8 550. D.I. Segandu 11
9

NAMA DAERAH LUASAN NAMA DAERAH LUASAN


NO NO
IRIGASI (Ha) IRIGASI (Ha)

551. D.I. Segono 10 586. D.I. Sepule 10


552. D.I. Sejamban 10 587. D.I. Sepule 8
553. D.I. Sekaran 6 588. D.I. Serongkek 13
554. D.I. Sekaran 6 589. D.I. Setalang 7
555. D.I. Sekaran 9 590. D.I. Seteki 5
556. D.I. Sekaran 12 591. D.I. Setengah 8
557. D.I. Sekatul 22 592. D.I. Setinggen 10
558. D.I. Sekauman 16 593. D.I. Setonto 10
559. D.I. Seklombo 20 594. D.I. Setu 5
560. D.I. Seklopo 8 595. D.I. Setukung 8
561. D.I. Seklotok 15 596. D.I. Sewates 12
562. D.I. Sekopek 17 597. D.I. Sewatu 9
563. D.I. Sekretek 7 598. D.I. Siasem 12
564. D.I. Sekutup 14 599. D.I. Siasem 18
565. D.I. Sekuwuk 17 600. D.I. Siberuk/Ngrancah 7
566. D.I. Sekwali 18 601. D.I. Sicepit 18
567. D.I. Selanjar 10 602. D.I. Sidandang 6
568. D.I. Semadu 4 603. D.I. Sidayu 1
569. D.I. Semak 5 604. D.I. Sigatel 3
570. D.I. Semanggring 36 605. D.I. Sigeyong Kiri 7
571. D.I. Semantenan 25 606. D.I. Sijaro 41
572. D.I. Sembir 5 607. D.I. Sijo 5
573. D.I. Sembojjo 13 608. D.I. Silampar 11
574. D.I. Semek 2 609. D.I. Silangen 14
575. D.I. Sempu 23 610. D.I. Sinatah 11
D.I. Sendang
576. 611.
Sedangkel 8 D.I. Sinongko 2
577. D.I. Seneng 8 612. D.I. Sipek 5
578. D.I. Seneng 14 613. D.I. Sipreh 3
579. D.I. Senet 10 614. D.I. Sipring 42
580. D.I. Sengon Gunung 37 615. D.I. Sipring 3
581. D.I. Sengon Jurang 40 616. D.I. Siribut 18
582. D.I. Sentul 4 617. D.I. Sirotangi 22
583. D.I. Sepace 7 618. D.I. Siroto 7
584. D.I. Sepat 43 619. D.I. Situlung 6
585. D.I. Seprecet 16 620. D.I. Siwuluh 5
10

NAMA DAERAH LUASAN NAMA DAERAH LUASAN


NO NO
IRIGASI (Ha) IRIGASI (Ha)

621. D.I. Slam 5 654. D.I. Teguru/Jlegong 10


622. D.I. Soaka 9 655. D.I. Tempuran 6
623. D.I. Soban 6 656. D.I. Tengah 14
624. D.I. Sogo 6 657. D.I. Tengah 10
625. D.I. Sogo Kulon 12 658. D.I. Tengah 8
626. D.I. Sono 12 659. D.I. Tengah 17
627. D.I. Srampongan 14 660. D.I. Tinat 36
628. D.I. Srengat 55 661. D.I. Trenggo 28
629. D.I. Sriwulan 11 662. D.I. Trocoh 3
630. D.I. Sudatan 22 663. D.I. Troso 2
631. D.I. Sukomangli 2 664. D.I. Tuk Bolodewo 22
632. D.I. Sumedang 10 665. D.I. Tuk Daru 11
633. D.I. Sumurpitu 2 666. D.I. Tukung 15
634. D.I. Sumyak 28 667. D.I. Tukung 6
635. D.I. Supit Urang 11 668. D.I. Tumar/Tengah 6
636. D.I. Surokonto 145 669. D.I. Tumo 2
637. D.I. Suroloyo 80 670. D.I. Tunggoro 25
638. D.I. Susuh 10 671. D.I. Turusan 2
639. D.I. Susukan 10 672. D.I. Wero 26
640. D.I. Susukan 10 673. D.I. Wadas Tinatar 41
641. D.I. Tabunan 45 674. D.I. Wareng 8
642. D.I. Tadah a 6 675. D.I. Watu Landak 17
643. D.I. Tadah b 8 676. D.I. Werak a 3
644. D.I. Tadahan 6 677. D.I. Werak b 3
645. D.I. Tadahan 1 678. D.I. Widodo 2
646. D.I. Talang 10 679. D.I. Winong 6
647. D.I. Talang a 2 680. D.I. Winong 24
648. D.I. Talang a 6 681. D.I. Winong 2
649. D.I. Talang b 5 682. D.I. Winong 35
650. D.I. Tamansari 21 683. D.I. Wireng 6
651. D.I. Tanggulangin 17 684. D.I. Wonorejo 137
652. D.I. Tegal Temu 8 685. D.I. Wuni 9
653. D.I. Tegalsari/Talang 30 686. D.I. Yoso 17

BUPATI KENDAL,

Salinan sesuai dengan aslinya, cap ttd


KEPALA BAGIAN HUKUM
MIRNA ANNISA
SETDA KABUPATEN KENDAL,

NUR FUAD, S.H., M.H.


Pembina Tk I
NIP. 19700215 199003 1 006
LAMPIRAN II B
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH
KABUPATEN KENDAL NOMOR 20 TAHUN 2011
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011-2031

DAFTAR MATA AIR KABUPATEN KENDAL

NO NAMA MATA AIR LOKASI


1. Tuk Dandang 2 Kecamatan Limbangan
2. Tuk Mbalong Kecamatan Limbangan
3. Tuk Balong Kecamatan Patean
4. Cermey Kecamatan Patean
5. Pring Wedhus Kecamatan Patean
6. Bulung Kecamatan Patean
7. Kali Gondang Kecamatan Patean
8. Kali Sentung Kecamatan Patean
9. Kali Pucung Kecamatan Patean
10. Kali Suren Kecamatan Patean
11. Tuk Kali Ngampel Kecamatan Patean
12. Wadas Pecah Kecamatan Plantungan
13. Tuk Mentasan Kecamatan Plantungan
14. Balong Kecamatan Plantungan
15. TlogomIli Kecamatan Plantungan
16. Tuk Dandang 1 Kecamatan Singorojo
17. Balong 1 Kecamatan Singorojo
18. Tuk Rowo Kotes Kecamatan Singorojo
19. Kali Pucung Kecamatan Singorojo
20. Sipiring Kecamatan Sukorejo
21. Brebes KG Kecamatan Singorojo
22. Tuk Winong, Gondang Kecamatan Sukorejo

BUPATI KENDAL,

cap ttd

MIRNA ANNISA

Salinan sesuai dengan aslinya,


KEPALA BAGIAN HUKUM
SETDA KABUPATEN KENDAL,

NUR FUAD, S.H., M.H.


Pembina Tk I
NIP. 19700215 199003 1 006
LAMPIRAN III
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 20 TAHUN 2011
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011-2031

PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN KENDAL

1 2020

cap ttd
LAMPIRAN IV
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 20 TAHUN 2011
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011-2031

PETA RENCANA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN KENDAL

1 2020

cap ttd
LAMPIRAN V
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL
NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG
WILAYAH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011-2031

TABEL INDIKASI PROGRAM UTAMA RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011-2031

Tahun Pelaksanaan
Sumber Instansi PJM 1 PJM 2 (2017-2021) PJM 3 PJM 4
No Program Utama Lokasi Besaran
Dana Pelaksana (2011- (2022- (2027-
1 2 3 4 5
2016 2026) 2031)
A. PERWUJUDAN STRUKTUR RUANG

I Perwujudan Sistem Perkotaan


Baperlitbang/
a. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang 20 kecamatan 20 Dokumen APBD Dinas PUPR
Kab.Kendal
Baperlitbang/
Penetapan Peraturan Daerah Rencana
b. 20 kecamatan 20 Dokumen APBD Dinas PUPR
Detail Tata Ruang
Kab.Kendal
Baperlitbang/
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang Kendal, Kaliwungu, Weleri,
c. 5 Dokumen APBD Dinas PUPR
PKL Boja dan Sukorejo
Kab.Kendal
Baperlitbang/
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang Plantungan, Patean,
d. 4 Dokumen APBD Dinas PUPR
(Bagian Selatan Kabupaten Kendal) Singorojo, Limbangan
Kab.Kendal
Pageruyung, Ringinarum, Baperlitbang/
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang Gemuh, Pegandon, Dinas PUPR
e. 6 Dokumen APBD
(Bagian Tengah Kabupaten Kendal) Ngampel, Kaliwungu Kab.Kendal
Selatan
Rowosari, Kangkung, Baperlitbang/
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang
f. Cepiring, Patebon, 5 Dokumen APBD Dinas PUPR
(Bagian Utara/ Pesisir Kabupaten Kendal)
Brangsong Kab.Kendal

1
Tahun Pelaksanaan
Sumber Instansi PJM 1 PJM 2 (2017-2021) PJM 3 PJM 4
No Program Utama Lokasi Besaran
Dana Pelaksana (2011- (2022- (2027-
1 2 3 4 5
2016 2026) 2031)
Baperlitbang/
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang
g. Kabupaten Kendal 3 Dokumen APBD Dinas PUPR
Kawasan Strategis
Kab.Kendal
Penyusunan Rencana Pengembangan Baperlitbang/
Kangkung, Patebon,
Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Dinas PUPR
h. Cepiring, Kota Kendal, 5 Dokumen APBD
Desa/KTP2D (Bagian Utara/ Pesisir Kab.Kendal
Brangsong
Kabupaten Kendal)
Baperlitbang/
Penyusunan Rencana Pengembangan Gemuh, Ngampel,
i. 4 Dokumen APBD Dinas PUPR
KTP2D (Bagian Tengah Kabupaten Kendal) Ringinarum, dan Pegandon
Kab.Kendal
Boja, Pagerruyung, Baperlitbang/
Penyusunan Rencana Pengembangan
j. Limbangan, Singorojo, 6 Dokumen APBD Dinas PUPR
KTP2D (Bagian Selatan Kabupaten Kendal)
Plantungan, Sukorejo Kab.Kendal
II Perwujudan Sistem Prasarana

2.1. Transportasi Darat


APBD / Dishub Kab.
a. Pembangunan terminal penumpang tipe B Kec. Sukorejo 1 unit APBD Kendal/ Prov.
Prov. Jawa Tengah
Kec. Weleri, Kendal, Dishub Kab.
b. Pengembangan terminal tipe C 4 unit APBD
Kaliwungu, Boja Kendal
a. jalan Lingkar Weleri;
b. jalan Weleri-batas Kota
Kendal;
c. jalan lingkar Bodri;
d. jalan raya Barat;
e. jalan raya Kendal;
c. Peningkatan jalan arteri 9 ruas jalan APBN Kemen PUPR
f. jalan raya Timur;
g. jalan batas Kota Kendal-
batas Kota Semarang;
h. jalan Ketapang-
Kebonharjo;
i. jalan Lingkar Kaliwungu;

2
Tahun Pelaksanaan
Sumber Instansi PJM 1 PJM 2 (2017-2021) PJM 3 PJM 4
No Program Utama Lokasi Besaran
Dana Pelaksana (2011- (2022- (2027-
1 2 3 4 5
2016 2026) 2031)
Pembangunan jalan Weleri-Rowosari-
KPBU / BUJT /
d. Kangkung-Cepiring-Patebon- Kendal- Kab. Kendal 1 ruas jalan
APBN Kemen PUPR
Brangsong-Kaliwungu (Jalan Pesisir)
a. Jalan penghubung SORR Kemen PUPR
(Semarang Outer Ring APBN / / Dinas Bina
e. Pembangunan jalan arteri Road) 2 ruas jalan APBD Marga dan
b. Jalan akses pelabuhan Prov. Cipta Karya
penyeberangan Kendal Prov Jateng
jalan tol Trans Jawa ruas KPBU / BUJT /
f. Pengembangan jalan tol 1 ruas jalan
Batang-Semarang APBN Kemen PUPR
a. jalan Weleri – Patean/
batas Kabupaten
Temanggung;
b. jalan Sukorejo –
Plantungan/ Blimbing; Kemen PUPR
c. jalan Cangkiran-Boja- / Dinas Bina
APBN /
Sukorejo; Marga dan
APBD
g. Peningkatan jaringan jalan provinsi d. jalan 6 ruas jalan Cipta Karya
Prov. /
Kaliwungu/Sekopek- Prov Jateng /
APBD
Boja-Limbangan-batas Dinas PUPR
Kabupaten Semarang; Kab. Kendal
e. jalan Patebon-Pegandon/
jalan keluar tol Kendal;
dan
f. jalan akses menuju KPI.
a. jalan Weleri -
Ringinarum - Gemuh -
Pegandon - Ngampel -
Dinas PUPR
h. Pengembangan jalan kolektor Brangsong - Kaliwungu 2 ruas jalan APBD
Kab. Kendal
Selatan; dan
b. jalan lingkar Kaliwungu
- Pelabuhan Kendal.

3
Tahun Pelaksanaan
Sumber Instansi PJM 1 PJM 2 (2017-2021) PJM 3 PJM 4
No Program Utama Lokasi Besaran
Dana Pelaksana (2011- (2022- (2027-
1 2 3 4 5
2016 2026) 2031)
257 ruas Dinas PUPR
i. Pengembangan jalan lokal seluruh kabupaten APBD
jalan Kab. Kendal
a. Jalur lintas utara Jawa
(Jakarta-Cirebon-
KPBU / PT. KAI /
j. Pengembangan jalur kereta api antar kota Semarang-Bojonegoro- 2 jalur
APBN Kemenhub
Surabaya);
b. jalur Kedungsepur.
Pembangunan rencana kereta api cepat KPBU / PT. KAI /
k. Kab. Kendal 1 jalur
Jakarta-Surabaya APBN Kemenhub
Pembangunan rel kereta api jalur ganda
KPBU / PT. KAI /
j. Semarang – Pekalongan – Tegal – Kab. Kendal 1 jalur
APBN Kemenhub
Purwokerto
Rencana pengaktifan kembali jalur Kalibodri-Kendal- KPBU / PT. KAI /
l. 1 jalur
Kalibodri-Kendal-Kaliwungu Kaliwungu APBN Kemenhub
Pembangunan jalur kereta api khusus dari Stasiun Mangkang –
KPBU / PT. KAI /
m. Stasiun Mangkang – Kawasan Industri Kawasan Industri Kendal – 1 jalur
APBN Kemenhub
Kendal – Pelabuhan Kendal Pelabuhan Kendal

Kec Kaliwungu, Pegandon, KPBU / PT. KAI /


n. Pengembangan stasiun penumpang KA 4 unit
Weleri, Kendal APBN Kemenhub

a. jalur Kendal – Kumai


(Kalimantan Tengah);
b. rencana pengembangan
jalur Kendal-
Dinas
Banjarmasin APBD
Perhubungan
Rencana pengembangan alur pelayaran (Kalimantan Selatan); 5 alur Prov.
o. Prov Jateng/
kelas I c. rencana pengembangan pelayaran Jateng /
Dishub Kab.
jalur Kendal-Bahaur APBD
Kendal
(Kalimantan Tengah);
d. rencana pengembangan
jalur Kendal-Tanah Laut
(Kalimantan Tengah);

4
Tahun Pelaksanaan
Sumber Instansi PJM 1 PJM 2 (2017-2021) PJM 3 PJM 4
No Program Utama Lokasi Besaran
Dana Pelaksana (2011- (2022- (2027-
1 2 3 4 5
2016 2026) 2031)
dan
e. rencana pengembangan
jalur Kendal-Pulangpisau
(Kalimantan Tengah).
Dinas
Perhubungan
Studi pengembangan pelabuhan
p. Kec Kaliwungu 1 dokumen APBD Prov Jateng/
penyeberangan kelas I
Dishub Kab.
Kendal
Dinas
Perhubungan
Pengembangan pelabuhan penyeberangan
q. Kec Kaliwungu 1 unit APBD Prov Jateng/
kelas I
Dishub Kab.
Kendal
2.2. Transportasi Laut
Swasta Swasta /
Pembangunan Terminal Kendal (Kendal
a. Kec Kaliwungu 1 unit / KPBU Kemen
sea port)
/ APBN Perhubungan
Dinas
Perhubungan
Penyusunan Master Plan Pelabuhan
b. Kec Kaliwungu 1 dokumen APBD Prov Jateng/
Kabupaten Kendal
Dishub Kab.
Kendal
Dinas
Peningkatan pelabuhan menjadi
APBD Perhubungan
c. pelabuhan penyeberangan (ASDP) / Kec Kaliwungu 1 unit
Prov. Prov. Jawa
pelabuhan pengumpan regional
Tengah
Swasta Swasta /
Pembangunan Pelabuhan Pengumpan
d. Kec Rowosari 1 unit / KPBU Kemen
Lokal (Pelayaran Rakyat)
/ APBN Perhubungan

5
Tahun Pelaksanaan
Sumber Instansi PJM 1 PJM 2 (2017-2021) PJM 3 PJM 4
No Program Utama Lokasi Besaran
Dana Pelaksana (2011- (2022- (2027-
1 2 3 4 5
2016 2026) 2031)
Dinas
Renovasi, pemeliharaan bangunan dan
Kelautan dan
e. pengembangan pelabuhan perikanan Tawang Kec. Rowosari. 1 unit APBD
Perikanan
pantai (PPP)
Kab. Kendal
Dinas
Renovasi, pemeliharaan bangunan dan
Bandengan Kec. Kendal Kelautan dan
f. pengembangan pangkalan pendaratan ikan 2 unit APBD
dan Kec. Rowosari Perikanan
(PPI)
Kab Kendal
2.3. Sistem Jaringan Energi/ Kelistrikan
Kec. Kaliwungu,
Swasta
Pembangunan pipa gas alam Cirebon - Brangsong, Kendal, Swasta /
a. 1 jaringan / KPBU
Semarang – Bangkalan Patebon, Cepiring, Kemen ESDM
/ APBN
Kangkung, dan Rowosari
Pembangunan Saluran Udara Tegangan
Ekstra Tinggi 500 KVA : Mandiracan –
Brebes – Tegal – Pemalang – Pekalongan –
Batang – Kendal – Ungaran – Purwodadi –
Cepu – Krian (Circuit II); Ungaran – Demak
b. – Purwodadi – Kudus – Pati – Tanjung Jati Kab Kendal 1 jaringan Swasta PT. PLN
B (Jepara); jalur selatan terhubung
Tasikmalaya – Cilacap – Kebumen –
Purworejo – Klaten – Pedan – Wonogiri –
Kediri; Gardu Induk 500/150 kV – Pedan –
Ungaran.
Pengembangan Saluran Udara Tegangan
c. Tinggi (SUTT) yang membentang antar Kab Kendal 1 jaringan Swasta PT. PLN
Kabupaten/ Kota di Jawa Tengah
Pengembangan jaringan distribusi tenaga
listrik berupa saluran udara tegangan
d. Kab Kendal 1 jaringan Swasta PT. PLN
menengah dan saluran udara tegangan
rendah
e. Pembangunan gardu induk Kawasan Industri Kendal 1 unit Swasta PT. PLN

6
Tahun Pelaksanaan
Sumber Instansi PJM 1 PJM 2 (2017-2021) PJM 3 PJM 4
No Program Utama Lokasi Besaran
Dana Pelaksana (2011- (2022- (2027-
1 2 3 4 5
2016 2026) 2031)
Swasta
Swasta /
f. Pembangunan PLTA Kec Singorojo, Plantungan 2 unit / KPBU
Kemen ESDM
/ APBN
Swasta
Swasta /
g. Pembangunan PLTU Kec Patebon 1 unit / KPBU
Kemen ESDM
/ APBN
Swasta
Swasta /
h. Pembangunan PLTS Kec Kangkung 1 unit / KPBU
Kemen ESDM
/ APBN
Swasta
Pembangunan PLTPB (Panas Bumi) Swasta /
i. Kab Kendal 1 unit / KPBU
Gunung Ungaran Kemen ESDM
/ APBN
Swasta
Swasta /
j. Pembangunan PLTB Kec Limbangan 1 unit / KPBU
Kemen ESDM
/ APBN
Swasta
Kec Plantungan, Swasta /
k. Pembangunan PLTMH 3 unit / KPBU
Pageruyung, Limbangan Kemen ESDM
/ APBN
Swasta /
Swasta Dinas
Kec Kaliwungu Selatan,
l. Pembangunan PLTSa (Sampah) 2 unit / KPBU Lingkungan
Pageruyung
/ APBD Hidup Kab.
Kendal

2.4. Sistem Jaringan Telekomunikasi

peningkatan kapasitas jaringan kabel


telekomunikasi pada kawasan
a. perdagangan dan jasa, industri, fasilitas Kab Kendal 1 jaringan Swasta PT Telkom
umum, dan sosial, terminal, permukiman,
dan kawasan yang baru dikembangkan

7
Tahun Pelaksanaan
Sumber Instansi PJM 1 PJM 2 (2017-2021) PJM 3 PJM 4
No Program Utama Lokasi Besaran
Dana Pelaksana (2011- (2022- (2027-
1 2 3 4 5
2016 2026) 2031)
penggelaran serat optik dari Kota Tegal -
Kabupaten Tegal - Kabupaten Pemalang –
Kota Pekalongan – Kabupaten Pekalongan
b. – Kabupaten Batang – Kabupaten Kendal – Kab Kendal 1 jaringan Swasta Swasta
Kota Semarang – Kabupaten Demak –
Kabupaten Kudus – Kabupaten Pati –
Kabupaten Rembang
Pengembangan menara telekomunikasi
c. Kab Kendal 1 paket Swasta Swasta
bersama
Peningkatan jaringan layanan internet
d. Kab Kendal 1 paket Swasta Swasta
pada fasilitas umum di Daerah
2.5. Sistem Jaringan Sumberdaya Air
Dinas
Penyusunan studi penanganan gelombang Kelautan dan
a. Kab Kendal 1 dokumen APBD
pasang Perikanan
Kab Kendal
Dinas PUPR
b. Pemeliharaan jaringan irigasi Kab Kendal 686 DI APBD
Kab. Kendal
Dinas PUPR
c. pembangunan jaringan irigasi Kab Kendal 686 DI APBD
Kab. Kendal
APBD Dinas ESDM
Pengendalian pemanfaatan air bawah Prov Prov Jateng /
d. Kab Kendal 1 paket
tanah Jateng / DLH Kab
APBD Kendal
Dinas
APBD
Pusdataru
Prov
e. Pengembangan polder Kec Kendal, Kaliwungu 2 unit Prov Jateng /
Jateng /
Dinas PUPR
APBD
Kab. Kendal

8
Tahun Pelaksanaan
Sumber Instansi PJM 1 PJM 2 (2017-2021) PJM 3 PJM 4
No Program Utama Lokasi Besaran
Dana Pelaksana (2011- (2022- (2027-
1 2 3 4 5
2016 2026) 2031)
Kemen PUPR
APBN / / DKP Prov
APBD Jateng /
Pembangunan pemecah ombak, penahan Kec Kaliwungu, Kendal,
f. 1 paket Prov. Dinas
abrasi pantai / Tanggul Laut Patebon, Rowosari
Jateng / Kelautan dan
APBD Perikanan
Kab. Kendal
a. Pembangunan Bendung
Karet Sungai blorong
b. Pembangunan Waduk
Bodri
pembangunan, rehabilitasi, operasi dan APBN / Kemen PUPR
c. Pembangunan Bendung
pemeliharaan sarana prasarana APBD / Dinas
g. Karet Sungai Bodri 5 unit
pengelolaan air baku untuk air minum dan Prov Pusdataru
d. Revitalisasi Kawasan
industri Jateng Prov Jateng
Bekas sungai Bodri
e. Pembangunan Prasarana
Konservasi SDA Sungai
Blorong
Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
2.6.
Lainnya
2.6.1. Sistem penyediaan air minum
(SPAM)
Baperlitbang/
Revisi Master Plan Penyediaan Air Minum Dinas PUPR/
a. Kab Kendal 1 dokumen APBD
Kabupaten Kendal PDAM Kab.
Kendal
PDAM Kab.
Peningkatan cakupan pelayanan jaringan Kendal /
b. Kab Kendal 1 paket APBD
perpipaan Dinas PUPR
Kab. Kendal
PDAM Kab.
Peningkatan sarana pendukung jaringan Kendal /
c. Kab Kendal 1 paket APBD
perpipaan Dinas PUPR
Kab. Kendal

9
Tahun Pelaksanaan
Sumber Instansi PJM 1 PJM 2 (2017-2021) PJM 3 PJM 4
No Program Utama Lokasi Besaran
Dana Pelaksana (2011- (2022- (2027-
1 2 3 4 5
2016 2026) 2031)
Dinas PUPR
d. Optimalisasi bukan jaringan perpipaan Kab Kendal 1 paket APBD
Kab. Kendal

2.6.2. Sistem Pengelolaan Air Limbah


Kab Kendal
(SPAL)

Baperlitbang/
Dinas PUPR /
Penyusunan Master Plan Pengelolaan Air Dinas
a. Kab Kendal 1 dokumen APBD
limbah Kabupaten Kendal Lingkungan
Hidup Kab.
Kendal
Baperlitbang/
Dinas PUPR /
Pembangunan fasilitas instalasi Dinas
b. Kab Kendal 1 paket APBD
pengelolaan air limbah terpusat Lingkungan
Hidup Kab.
Kendal
Baperlitbang/
Pembangunan fasilitas instalasi
Dinas PUPR /
pengelolaan air limbah rumah tangga
Dinas
c. secara setempat atau terpusat di Kab Kendal 1 paket APBD
Lingkungan
lingkungan padat penduduk
Hidup Kab.
Kendal
Baperlitbang/
Dinas PUPR /
Peningkatan akses sistem pengelolaan air Dinas
d. Kab Kendal 1 paket APBD
limbah di perkotaan dan pedesaan Lingkungan
Hidup Kab.
Kendal

10
Tahun Pelaksanaan
Sumber Instansi PJM 1 PJM 2 (2017-2021) PJM 3 PJM 4
No Program Utama Lokasi Besaran
Dana Pelaksana (2011- (2022- (2027-
1 2 3 4 5
2016 2026) 2031)

2.6.3. Sistem Pengelolaan Limbah B3

Swasta /
Swasta
Kemen LHK /
/ KPBU
Dinas LHK
/ APBN
Prov Jateng /
a. Pembangunan pengolahan limbah B3 Kab Kendal 1 paket / APBD
Dinas
Prov
Lingkungan
Jateng /
Hidup Kab.
APBD
Kendal
Dinas
Penambahan sarana pengumpulan dan
Lingkungan
b. pengangkutan limbah bahan berbahaya Kab Kendal 1 paket APBD
Hidup Kab.
dan beracun
Kendal

2.6.4. Sistem Jaringan Persampahan


Wilayah

Dinas
Penyusunan Master Plan Sistem Lingkungan
a. Kab Kendal 1 dokumen APBD
Persampahan Kabupaten Kendal Hidup Kab.
Kendal
Kec Kaliwungu Selatan, DLH Kab.
b. Pembangunan TPA 2 unit APBD
Pageruyung Kendal
Dinas
Kec Boja, Weleri, Cepiring.
Lingkungan
c. Pembangunan TPS Terpadu Kaliwungu. Sukorejo, 6 unit APBD
Hidup Kab.
Kendal
Kendal
Dinas
Lingkungan
d. Pengembangan TPS 3R Kab Kendal 1 paket APBD
Hidup Kab.
Kendal

11
Tahun Pelaksanaan
Sumber Instansi PJM 1 PJM 2 (2017-2021) PJM 3 PJM 4
No Program Utama Lokasi Besaran
Dana Pelaksana (2011- (2022- (2027-
1 2 3 4 5
2016 2026) 2031)
Dinas
Penyediaan sarana pewadahan, Lingkungan
e. Kab Kendal 1 paket APBD
pengangkutan dan pengumpulan sampah Hidup Kab.
Kendal
2.6.5. Sistem Jaringan Drainase
Baperlitbang/
Penyusunan Master Plan Pengelolaan
a. Kab Kendal 1 dokumen APBD Dinas PUPR
Sistem Drainase Kabupaten Kendal
Kab. Kendal
Pemeliharaan dan perbaikan jaringan Dinas PUPR
b. Kab Kendal 1 paket APBD
drainase Kab. Kendal
Dinas PUPR
c. Pembangunan jaringan drainase Kab Kendal 1 paket APBD
Kab. Kendal
2.6.6. Sistem jaringan evakuasi bencana
BPBD Kab.
a. Pembangunan jalur evakuasi bencana Kab Kendal 1 paket APBD
Kendal
BPBD Kab.
b. Penyediaan ruang evakuasi bencana Kab Kendal 1 paket APBD
Kendal
B PERWUJUDAN POLA RUANG

I Perwujudan Kawasan Lindung


Kawasan yang memberikan perlindungan
1.1.
terhadap kawasan bawahannya
Perum
Perhutani/
Kec Limbangan, Boja, APBN / Dinas
Reboisasi di kawasan yang ditetapkan Plantungan, Sukorejo,, APBD Lingkungan
a. 7 kawasan
sebagai kawasan yang berfungsi lindung Singorojo, Patean, Prov. Hidup/ Dinas
Pageruyung /APBD PUPR
/Baperlitbang
Kab. Kendal

12
Tahun Pelaksanaan
Sumber Instansi PJM 1 PJM 2 (2017-2021) PJM 3 PJM 4
No Program Utama Lokasi Besaran
Dana Pelaksana (2011- (2022- (2027-
1 2 3 4 5
2016 2026) 2031)
Perum
Perhutani/
Kec Limbangan, Boja, APBN / Dinas
Pengembalian fungsi hutan lindung dan Plantungan, Sukorejo,, APBD Lingkungan
b. 7 kawasan
perlindungan satwa Singorojo, Patean, Prov. Hidup/ Dinas
Pageruyung /APBD PUPR
/Baperlitbang
Kab. Kendal
Perum
Perhutani/
Kec Limbangan, Boja, APBN / Dinas
Program Rehabilitasi dan Pemulihan Plantungan, Sukorejo,, APBD Lingkungan
c. 7 kawasan
Cadangan Sumber Daya Alam Singorojo, Patean, Prov. Hidup/ Dinas
Pageruyung /APBD PUPR
/Baperlitbang
Kab. Kendal
Perum
Perhutani/
Pengembangan vegetasi tegakan tinggi Kec Limbangan, Boja, APBN / Dinas
yang mampu memberikan perlindungan Plantungan, Sukorejo,, APBD Lingkungan
d. 7 kawasan
terhadap permukaan tanah dan mampu Singorojo, Patean, Prov. Hidup/ Dinas
meresapkan air ke dalam tanah Pageruyung /APBD PUPR
/Baperlitbang
Kab. Kendal
Perum
Perhutani/
Kec Limbangan, Boja, APBN / Dinas
Pemantauan secara rutin untuk mencegah
Plantungan, Sukorejo,, APBD Lingkungan
e. terjadinya penebangan liar dan kebakaran 7 kawasan
Singorojo, Patean, Prov. Hidup/ Dinas
hutan
Pageruyung /APBD PUPR
/Baperlitbang
Kab. Kendal

13
Tahun Pelaksanaan
Sumber Instansi PJM 1 PJM 2 (2017-2021) PJM 3 PJM 4
No Program Utama Lokasi Besaran
Dana Pelaksana (2011- (2022- (2027-
1 2 3 4 5
2016 2026) 2031)

1.2. Kawasan perlindungan setempat

Kec Rowosari, Kangkung, Baperlitbang/


Cepiring, Patebon, Kendal, APBN / Dinas PUPR/
Peningkatan fungsi konservasi (reboisasi)
Brangsong, Kaliwungu, APBD Dinas
a. di sempadan pantai, sempadan sungai, 14 kawasan
Weleri, Boja, Singorojo, Prov. Lingkungan
sekitar mata air, sekitar danau/waduk
Gemuh, Patean, /APBD Hidup Kab.
Plantungan, Sukorejo Kendal
Kec Weleri, Ringinarum,
Baperlitbang/
Pengamanan kawasan sempadan rel kereta Gemuh, Pegandon,
b. 7 kawasan APBD Dinas PUPR
api Ngampel, Brangsong,
Kab. Kendal
Kaliwungu
Pengendalian penggunaan lahan untuk Baperlitbang/
c. bangunan yang tidak berhubungan dengan Kab Kendal 1 paket APBD Dinas PUPR
konservasi Kab. Kendal
Baperlitbang/
Penyusunan Rencana Rencana Ruang Dinas
d. Kab Kendal 1 dokumen APBD
Terbuka Hijau PUPR/DLH
Kab. Kendal
Baperlitbang/
Dinas
e. DED Ruang Terbuka Hijau Kab Kendal 1 dokumen APBD
PUPR/DLH
Kab. Kendal
Baperlitbang/
Dinas
PUPR/DLH
APBD/
f. Pembuatan Ruang Terbuka Hijau Kab Kendal 1 paket Kab. Kendal/
APBN
Kementrian
Pekerjaan
Umum

14
Tahun Pelaksanaan
Sumber Instansi PJM 1 PJM 2 (2017-2021) PJM 3 PJM 4
No Program Utama Lokasi Besaran
Dana Pelaksana (2011- (2022- (2027-
1 2 3 4 5
2016 2026) 2031)

1.3. Kawasan konservasi

Perum
Perhutani/
APBN / Dinas
Pemantauan secara rutin untuk mencegah
APBD Lingkungan
a. terjadinya penebangan liar dan kebakaran Kec Kaliwungu Selatan 1 paket
Prov. Hidup/Dinas
hutan
/APBD PUPR/Baperli
tbangKab.
Kendal
Pengembangan vegetasi tegakan tinggi APBN / Dinas
yang mampu memberikan perlindungan APBD Lingkungan
b. Kab Kendal 1 paket
terhadap permukaan tanah dan mampu Prov. Hidup Kab.
meresapkan air ke dalam tanah /APBD Kendal
APBN / Dinas
Pelestarian ekosistem alam yang berada di APBD Lingkungan
c. Kec Kaliwungu Selatan 1 paket
dalam kawasan cagar alam Prov. Hidup Kab.
/APBD Kendal
Baperlitbang/
Pembatasan pendirian bangunan yang
d. Kec Kaliwungu Selatan 1 paket APBD Dinas PUPR
menutup tanah
Kab. Kendal
Pemanfaatan kawasan konservasi untuk APBN / Dinas
kegiatan produktif yang tidak APBD Lingkungan
e. Kec Kaliwungu Selatan 1 paket
menyebabkan penurunan kualitas Prov. Hidup Kab.
lingkungan dan ekosistem /APBD Kendal
1.4. Kawasan cagar budaya
Baperlitbang/
Pengendalian kegiatan yang dapat Kec Limbangan, Kaliwungu,
a. 1 paket APBD Dinas PUPR
merusak cagar budaya Kendal
Kab. Kendal
Baperlitbang/
Pembatasan bangunan pada kawasan Kec Limbangan, Kaliwungu,
b. 1 paket APBD Dinas PUPR
cagar budaya Kendal
Kab. Kendal

15
Tahun Pelaksanaan
Sumber Instansi PJM 1 PJM 2 (2017-2021) PJM 3 PJM 4
No Program Utama Lokasi Besaran
Dana Pelaksana (2011- (2022- (2027-
1 2 3 4 5
2016 2026) 2031)
Baperlitbang/
Kec Limbangan, Kaliwungu,
c. Pelestarian bangunan cagar budaya 1 paket APBD Dinas PUPR
Kendal
Kab. Kendal
1.5. Kawasan lindung geologi
Kec Weleri, Ringinarum,
Baperlitbang/
Penyusunan rencana rinci tata ruang Gemuh, Pegandon,
a. 1 dokumen APBD Dinas PUPR
kawasan lindung geologi Kaliwungu Selatan,
Kab. Kendal
Singorojo
Kec Weleri, Ringinarum, Dinas
Perlindungan kualitas air dan kondisi fisik Gemuh, Pegandon, Lingkungan
b. 6 kawasan APBD
di daerah sekitar cekungan air tanah Kaliwungu Selatan, Hidup Kab.
Singorojo Kendal
Pengembangan vegetasi tegakan tinggi Dinas
yang mampu memberikan perlindungan Lingkungan
c. Kab Kendal 1 paket APBD
terhadap permukaan tanah dan mampu Hidup Kab.
meresapkan air ke dalam tanah Kendal
Dinas
Perlindungan sekitar mata air terhadap Lingkungan
d. Kab Kendal 1 paket APBD
alih fungsi lindung Hidup Kab.
Kendal
Pengembangan sistem pengelolaan BPBD Kab.
e. Kab Kendal 1 paket APBD
kawasan rawan bencana geologi Kendal
Pengembangan dan penerapan teknologi BPBD Kab.
f. Kab Kendal 1 paket APBD
bencana geologi Kendal
1.6. Kawasan rawan bencana
BPBD Kab.
a. Studi penanganan banjir Kab Kendal 1 dokumen APBD
Kendal
Sungai Aji/Slembang,
APBN / PSDA Prov.
Waridin, Blorong, Kendal,
APBD Jateng/BPBD
b. Program Pengendalian Banjir Buntu, Bodri, Blukar, 1 paket
Prov. / Dinas PUPR
Glodog, Bulanan/Pening,
/APBD Kab. Kendal
dan Kuto

16
Tahun Pelaksanaan
Sumber Instansi PJM 1 PJM 2 (2017-2021) PJM 3 PJM 4
No Program Utama Lokasi Besaran
Dana Pelaksana (2011- (2022- (2027-
1 2 3 4 5
2016 2026) 2031)
BPBD Kab.
c. Studi penanganan longsor Kab Kendal 1 dokumen APBD
Kendal
Baperlitbang/
Dinas PUPR/
d. Pembuatan talud penahan longsor Kab Kendal 1 paket APBD
BPBD Kab.
Kendal
Dinas
Kelautan dan
Kawasan pesisir Kab.
e. Studi penanganan abrasi 1 dokumen APBD Perikanan/Di
Kendal
nas LH Kab.
Kendal
Baperlitbang/
PUPR/ Dinas
Penanganan teknis abrasi, pembuatan Kawasan pesisir Kab.
f. 1 paket APBD Kelautan dan
tanggul tepi pantai Kendal
Perikanan
Kab. Kendal
Dinas
Kelautan dan
Kawasan pesisir Kab. Perikanan /
g. Studi konservasi kawasan sabuk pantai 1 dokumen APBD
Kendal Lingkungan
Hidup Kab.
Kendal
Dinas
Kelautan dan
Reboisasi dan konservasi kawasan sabuk Kawasan pesisir Kab.
h. 1 paket APBD Perikanan /
pantai yang rawan abrasi Kendal
DLH Kab.
Kendal
Dinas
Kawasan pesisir Kab. Kelautan dan
i. Penanganan Teknis kawasan sabuk pantai 1 paket APBD
Kendal Perikanan
Kab. Kendal

17
Tahun Pelaksanaan
Sumber Instansi PJM 1 PJM 2 (2017-2021) PJM 3 PJM 4
No Program Utama Lokasi Besaran
Dana Pelaksana (2011- (2022- (2027-
1 2 3 4 5
2016 2026) 2031)
Dinas
Lingkungan
j. Penanaman tanaman lindung Kab Kendal 1 paket APBD
Hidup Kab.
Kendal
Dinas PUPR/
Dinas
k. Pembuatan sarana resapan air Kab Kendal 1 paket APBD Lingkungan
Hidup Kab.
Kendal
Dinas
Penanaman vegetasi yang berkayu dengan Lingkungan
l. Kab Kendal 1 paket APBD
tegakan tinggi Hidup Kab.
Kendal
Baperlitbang/
Dinas PUPR/
Dinas
m. Pengaturan bangunan dan daerah hijau Kab Kendal 1 paket APBD
Lingkungan
Hidup Kab.
Kendal

II Perwujudan Kawasan Budi Daya

2.1. Kawasan hutan produksi

Kec Limbangan, Sukorejo,


Plantungan, Singorojo, Perum
Boja, Brangsong, Gemuh, Perhutani/
Kaliwungu, Kaliwungu Dinas
a. Intensifikasi lahan hutan produksi 15 kawasan APBD
Selatan, Ngampel, Lingkungan
Pagerruyung, Patean, Hidup Kab.
Pegandon, Ringinarum, Kendal
Weleri

18
Tahun Pelaksanaan
Sumber Instansi PJM 1 PJM 2 (2017-2021) PJM 3 PJM 4
No Program Utama Lokasi Besaran
Dana Pelaksana (2011- (2022- (2027-
1 2 3 4 5
2016 2026) 2031)
2.2. Kawasan pertanian
Dinas
Pengawasan alihfungsi lahan pertanian Pertanian
a. Kab Kendal 1 paket APBD
pangan berkelanjutan dan Pangan
Kab. Kendal
Dinas
Peningkatan sarana prasarana penunjang Pertanian
b. Kab Kendal 1 paket APBD
pertanian dan Pangan
Kab. Kendal
Kec Rowosari,Kangkung,
Cepiring, Patebon, Kendal, Dinas
Brangsong, Kaliwungu, Pertanian
c. Pengembangan lumbung pangan 1 paket APBD
Ngampel, Pegandon, dan Pangan
Gemuh, Weleri, dan Kab. Kendal
Ringinarum
Dinas
Pertanian
d Intensifikasi lahan pertanian sawah Kab Kendal 1 paket APBD
dan Pangan
Kab. Kendal
Dinas
Pertanian
e. Pengembangan pertanian organik Kab Kendal 1 paket APBD
dan Pangan
Kab. Kendal
Dinas
Pertanian
f. Pemantapan GAPOKTAN Kab Kendal 1 paket APBD
dan Pangan
Kab. Kendal
Kec Rowosari, Kangkung,
Cepiring, Patebon, Kendal,
Dinas
Brangsong, Kaliwungu,
Pengembangan sentra/produksi komoditas Pertanian
g. Ngampel, Ringinarum, 1 paket APBD
holtikultura dan pasca panen dan Pangan
Kaliwungu Selatan, Gemuh,
Kab. Kendal
Pegandon, Sukorejo, dan
Singorojo.

19
Tahun Pelaksanaan
Sumber Instansi PJM 1 PJM 2 (2017-2021) PJM 3 PJM 4
No Program Utama Lokasi Besaran
Dana Pelaksana (2011- (2022- (2027-
1 2 3 4 5
2016 2026) 2031)
Dinas
Intensifikasi dan Diversifikasi tanaman Pertanian
h. Kab Kendal 1 paket APBD
pangan, hortikultura, perkebunan dan Pangan
Kab. Kendal
Dinas
Pengembangan teknologi dan informasi Pertanian
i. Kab Kendal 1 paket APBD
pertanian dan Pangan
Kab. Kendal
Dinas
Pengembangan pasca panen agroforesty Pertanian
j. Kab Kendal 1 paket APBD
dan holtikultura dan Pangan
Kab. Kendal
Baperlitbang/
Dinas PUPR/
Penyusunan Master Plan Kawasan Dinas
k. Kab Kendal 1 dokumen APBD
Agropolitan Pertanian
dan Pangan
Kab. Kendal
Baperlitbang/
PUPR/ Dinas
Pertanian
l. Penyusunan RPJM Kawasan Agropolitan Kab Kendal 1 dokumen APBD dan Pangan
Tanaman
Pangan Kab.
Kendal

20
Tahun Pelaksanaan
Sumber Instansi PJM 1 PJM 2 (2017-2021) PJM 3 PJM 4
No Program Utama Lokasi Besaran
Dana Pelaksana (2011- (2022- (2027-
1 2 3 4 5
2016 2026) 2031)
Baperlitbang/
PUPR/ Dinas
Pertanian
m. Penyusunan DED Kawasan Agropolitan Kab Kendal 1 dokumen APBD dan Pangan
Tanaman
Pangan Kab.
Kendal

Kec Limbangan, Boja,


Singorojo, Patean, Dinas
Pengembangan komoditas tanaman Pagerruyung, Plantungan, Pertanian
n. 1 paket APBD
perkebunan Sukorejo, Kaliwungu, dan Pangan
Kaliwungu Selatan, Kab. Kendal
Brangsong, dan Ngampel

Dinas
Pertanian
o. Pengolahan hasil perkebunan Kab Kendal 1 paket APBD
dan Pangan
Kab. Kendal

Dinas
Kec Sukorejo, Pageruyung,
Pertanian
Plantungan, Patean,
dan Pangan
Singorojo, Limbangan,
Pengembangan dan peningkatan mutu Kab. Kendal /
p. Boja, Kaliwungu Selatan, 1 paket APBD
ternak Dinas
Kaliwungu, Gemuh,
Kelautan dan
Pegandon, Patebon,
Perikanan
Cepiring
Kab Kendal

21
Tahun Pelaksanaan
Sumber Instansi PJM 1 PJM 2 (2017-2021) PJM 3 PJM 4
No Program Utama Lokasi Besaran
Dana Pelaksana (2011- (2022- (2027-
1 2 3 4 5
2016 2026) 2031)
Dinas
Pertanian
dan Pangan
Peningkatan mutu produksi dan perbaikan Kab. Kendal /
q. Kab Kendal 1 paket APBD
pemasaran hasil ternak Dinas
Kelautan dan
Perikanan
Kab Kendal

2.3. Perikanan
Dinas
Kelautan dan
a. Pengembangan kawasan minapolitan Kab Kendal 1 paket APBD
Perikanan
Kab Kendal
Dinas
Pengembangan dan peningkatan mutu Kelautan dan
b. Kab Kendal 1 paket APBD
budidaya perikanan PerikananKen
dal
Dinas
Kelautan dan
Perikanan/
c. Pengolahan hasil produksi perikanan Kab Kendal 1 paket APBD Dinas
Koperasi dan
UMKMKab.
Kendal

22
Tahun Pelaksanaan
Sumber Instansi PJM 1 PJM 2 (2017-2021) PJM 3 PJM 4
No Program Utama Lokasi Besaran
Dana Pelaksana (2011- (2022- (2027-
1 2 3 4 5
2016 2026) 2031)
Dinas
Kelautan dan
Perikanan/
Dinas
d. Peningkatan pemasaran perikanan Kab Kendal 1 paket APBD
Perindustrian
, Koperasi,
UKM Kab.
Kendal
a. Pengembangan PPP
Tawang
b. Pengembangan PPI DKP Prov.
Renovasi dan pemeliharaan bangunan Sendang Sikucing dan APBD Jateng /
Tempat Pelelangan Ikan (TPI), Pelabuhan Bandengan Prov Dinas
e. 9 unit
Perikanan Pantai (PPP), dan Pangkalan c. Pengembangan TPI jateng / Kelautan dan
Pendaratan Ikan (PPI) Tawang, Bandengan, APBD Perikanan
Tanggulmalang, Sendang Kab Kendal
Sikucing dan
Karangsari.
2.4. Kawasan pertambangan dan energi
Dinas ESDM
Kec Pegandon, Weleri,
Prov. Jawa
Pageruyung, Patean,
Tengah; /
Sukorejo, Singorojo,
Program pengembangan pertambangan APBD Dinas
a. Kaliwungu Selatan, 1 paket
rakyat Prov Perindustrian
Kaliwungu, Brangsong,
, Koperasi,
Ngampel, Weleri, sepanjang
UKM Kab.
Sungai Bodri
Kendal

23
Tahun Pelaksanaan
Sumber Instansi PJM 1 PJM 2 (2017-2021) PJM 3 PJM 4
No Program Utama Lokasi Besaran
Dana Pelaksana (2011- (2022- (2027-
1 2 3 4 5
2016 2026) 2031)

Dinas ESDM
Kec Pegandon, Weleri,
Prov. Jawa
Pageruyung, Patean,
Tengah; /
Sukorejo, Singorojo,
Peningkatan kerjasama pengelolaan APBD Dinas
b. Kaliwungu Selatan, 1 paket
bersama kawasan pertambangan Prov Perindustrian
Kaliwungu, Brangsong,
, Koperasi,
Ngampel, Weleri, sepanjang
UKM Kab.
Sungai Bodri
Kendal

Kec Pegandon, Weleri,


Dinas
Pageruyung, Patean,
Lingkungan
Sukorejo, Singorojo,
Perbaikan lahan (reklamasi) lahan bekas Hidup Kab
c. Kaliwungu Selatan, 1 paket Swasta
tambang Kendal/
Kaliwungu, Brangsong,
Perusahaan
Ngampel, Weleri, sepanjang
tambang
Sungai Bodri

2.5. Kawasan peruntukan industri

Baperlitbang/
Dinas
Penyusunan rencana penataan kawasan Perindustrian
a. Kab Kendal 1 dokumen APBD
peruntukan industri , Koperasi,
UKM Kab.
Kendal

Baperlitbang/
Dinas
Penyusunan studi pembangunan kawasan Kec Kaliwungu, Brangsong, Perindustrian
b. 1 dokumen APBD
industri Kendal, Patebon , Koperasi,
UKM Kab.
Kendal

24
Tahun Pelaksanaan
Sumber Instansi PJM 1 PJM 2 (2017-2021) PJM 3 PJM 4
No Program Utama Lokasi Besaran
Dana Pelaksana (2011- (2022- (2027-
1 2 3 4 5
2016 2026) 2031)
Swasta /
kemen
a. Pembangunan Pusat
Perindustrian
Logistik berikat KI Swasta
/ Dinas
Kendal / APBN
Perindustrian
Peningkatan sarana dan prasarana b. Pembangunan / APBD
c. 1 paket Prov Jateng /
kawasan peruntukan industri Rusunawa KI Kendal Prov
Dinas
c. Peningkatan Sarana dan jateng /
Perindustrian
Prasarana Industri APBD
, Koperasi,
Lainnya di Kab. Kendal.
UKM Kab.
Kendal
Dinas
Perindustrian
d. Pembinaan industri kecil menengah Kab Kendal 1 paket APBD , Koperasi,
UKM Kab.
Kendal
Dinas
Perindustrian
e. Peningkatan daya tarik investasi Kab Kendal 1 paket APBD , Koperasi,
UKM Kab.
Kendal
2.6. Kawasan Pariwisata
Dinas
Kepemudaan,
Revisi Rencana Induk Pengembangan Olah raga
a. Kab Kendal 1 dokumen APBD
Pariwisata Kabupaten Kendal dan
PariwisataKa
b. Kendal

25
Tahun Pelaksanaan
Sumber Instansi PJM 1 PJM 2 (2017-2021) PJM 3 PJM 4
No Program Utama Lokasi Besaran
Dana Pelaksana (2011- (2022- (2027-
1 2 3 4 5
2016 2026) 2031)
Dinas PUPR/
Dinas
APBD Kepemudaan,
Penyediaan sarana & prasarana
b. Kab Kendal 1 paket Prov. / Olah raga
pendukung
APBD dan
PariwisataKa
b. Kendal
Dinas
Kepemudaan,
APBD
Peningkatan kualitas dan peran obyek Olah raga
c. Kab Kendal 1 paket Prov. /
unggulan dan
APBD
PariwisataKa
b. Kendal
Dinas
Kepemudaan,
APBD
Pembentukan paket Daerah Tujuan Wisata Olah raga
d. Kab Kendal 1 paket Prov. /
(DTW) serta promosi wisata dan
APBD
PariwisataKa
b. Kendal
Dinas
Kepemudaan,
Peningkatan peran serta masyarakat Olah raga
e. Kab Kendal 1 paket APBD
kawasan wisata dan
PariwisataKa
b. Kendal
Dinas
Kepemudaan,
Kab Kendal Olah raga
f. Pengembangan SDM pariwisata 1 paket APBD
dan
PariwisataKa
b. Kendal

26
Tahun Pelaksanaan
Sumber Instansi PJM 1 PJM 2 (2017-2021) PJM 3 PJM 4
No Program Utama Lokasi Besaran
Dana Pelaksana (2011- (2022- (2027-
1 2 3 4 5
2016 2026) 2031)
Baperlitbang/
Dinas
Kepemudaan,
g. Penetapan Desa Wisata Kab Kendal 1 paket APBD Olah raga
dan
PariwisataKe
ndal
Dinas
Kepemudaan,
APBD
Olah raga
h. Pengembangan Desa Wisata Kab Kendal 1 paket Prov. /
dan
APBD
PariwisataKa
b. Kendal
2.7. Kawasan permukiman
Dinas
Perumahan
Program intensifikasi lahan permukiman
a. Kab Kendal 1 paket APBD dan Kaw
sesuai rencana tata ruang
Permukiman
Kab Kendal
Dinas
Perumahan
Peningkatan pelayanan sarana prasarana
b. Kab Kendal 1 paket APBD dan Kaw
lingkungan
Permukiman
Kab Kendal
Kemen PUPR
a. Pembangunan
/ Disperakim
Rusunawa Umum APBN /
Prov Jateng /
b. Pembangunan APBD
Peningkatan kemampuan masyarakat Dinas
c. Rusunami 1 paket Prov
dalam memenuhi kebutuhan rumah Perumahan
c. Penyediaan Perumahan Jateng /
dan Kaw
Bagi Masyarakat APBD
Permukiman
Berpenghasilan Rendah
Kab Kendal

27
Tahun Pelaksanaan
Sumber Instansi PJM 1 PJM 2 (2017-2021) PJM 3 PJM 4
No Program Utama Lokasi Besaran
Dana Pelaksana (2011- (2022- (2027-
1 2 3 4 5
2016 2026) 2031)
2.8. Kawasan pertahanan dan keamanan
Pembatasan antara lahan terbangun di
APBD/ Baperlitbang/
sekitar kawasan strategis pertahanan dan
a. Kab Kendal 1 paket APBD Dinas PUPR
keamanan dengan kawasan lainnya yang
Prov Kab Kendal
belum terbangun
APBD/
Pengembangan sarana dan prasarana
b. Kab Kendal 1 paket APBD TNI, Polri
pertahanan dan keamanan
Prov

C PERWUJUDAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN

Baperlitbang/
Dinas PUPR/
APBD Dinas
Studi Pengembangan Kawasan Strategis
a. Kec. Kaliwungu 1 dokumen Prov. / Perindustrian
Ekonomi di Kabupaten Kendal
APBD , Koperasi,
UKM Kab.
Kendal
Baperlitbang/
Dinas PUPR/
Dinas
Review Rencana Rinci Tata Ruang
b. Kabupaten Kendal 1 dokumen APBD Perindustrian
Kawasan Industri Kaliwungu
, Koperasi,
UKM Kab.
Kendal
Baperlitbang/
Dinas PUPR/
Dinas
Review Rencana Rinci Tata Ruang
c. Kabupaten Kendal 1 dokumen APBD Kelautan dan
Kawasan Pelabuhan Kendal
Perikanan
Kab. Kendal
Kab. Kendal

28
Tahun Pelaksanaan
Sumber Instansi PJM 1 PJM 2 (2017-2021) PJM 3 PJM 4
No Program Utama Lokasi Besaran
Dana Pelaksana (2011- (2022- (2027-
1 2 3 4 5
2016 2026) 2031)
Kemen PUPR
/ Disperakim
APBN /
Pembangunan Rusunawa Prov Jateng /
Studi Penyiapan Sarana Perumahan APBD
KI Kendal, Pusat Logistik Dinas
d. Pendukung Kawasan Industri Kabupaten 1 dokumen Prov
berikat KI serta Sarana dan Perumahan
Kendal Jateng /
Prasarana Industri Lainnya dan Kaw
APBD
Permukiman
Kab Kendal
Swasta /
kemen
a. Pembangunan Industri Perindustrian
Swasta
Berbasis Baja / Dinas
/ APBN
b. Pengembangan KI Perindustrian
/ APBD
e. Pembangunan Kawasan Industri Kendal (KEK) 1 paket Prov Jateng /
Prov
c. Pembangunan KI Dinas
jateng /
Lainnya di Kab. Kendal Perindustrian
APBD
, Koperasi,
UKM Kab.
Kendal
Dinas
Perindustrian
, Koperasi,
UKM
g. Penetapan Kawasan Industri Kabupaten Kendal 1 paket APBN /Baperlitbang
/Dinas PUPR
/Dinas
PMPTSP Kab.
Kendal
Dinas
APBN / Perindustrian
Pembentukan Badan Pengelola Kawasan APBD , Koperasi,
h. Kabupaten Kendal 1 paket
Industri Prov. / UKM /Dinas
APBD PMPTSP Kab.
Kendal

29
Tahun Pelaksanaan
Sumber Instansi PJM 1 PJM 2 (2017-2021) PJM 3 PJM 4
No Program Utama Lokasi Besaran
Dana Pelaksana (2011- (2022- (2027-
1 2 3 4 5
2016 2026) 2031)
Penyusunan Rencana Rinci Kawasan Baperlitbang/
i. Lindung dan Rawan Bencana Kabupaten Kabupaten Kendal 1 dokumen APBD PUPR / BPBD
Kendal Kab. Kendal
Dinas ESDM,
Dinas LH
Prov Jateng /
APBD
Dinas
Pengelolaan kawasan CAT Ungaran – Kecamatan Limbangan dan Prov
j. 1 paket Lingkungan
Kendal Boja jateng /
Hidup,
APBD
Baperlitbang/
PUPR Kab.
Kendal
Dinas ESDM,
APBD Dinas LH
Penyusunan rencana rinci kawasan panas Kecamatan Limbangan dan Prov Prov Jateng /
k. We
bumi Gunung Ungaran Boja jateng / Baperlitbang/
APBD Dinas PUPR
Kab. Kendal
Swasta Dinas
/ APBN Perindustrian
Pemanfaatan panas bumi Gunung Kecamatan Limbangan dan / APBD , Koperasi,
l. 1 paket
Ungaran Boja Prov UKM / Dinas
jateng / PUPR Kab.
APBD Kendal
Keterangan:
: PJM-1 sudah dilaksanakan
BUPATI KENDAL,

Salinan sesuai dengan aslinya, cap ttd


KEPALA BAGIAN HUKUM
SETDA KABUPATEN KENDAL, MIRNA ANNISA

30
NUR FUAD, S.H., M.H.
Pembina Tk I
NIP. 19700215 199003 1 006

Anda mungkin juga menyukai