Jurnal Massage Nasional Dan Internasional
Jurnal Massage Nasional Dan Internasional
MASSAGE
Massage for Sport Therapy and Injury, 1 (1), 2019, 7-17
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan dan menguji efektivitas sebuah produk model pencegahan dan
penanganan pertama cedera ankle secara mandiri untuk pemain futsal yang dikemas dalam CD dan buku
panduan. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan, dengan tahapan: (1) analisis pendahuluan, (2)
mengembangkan produk awal: membuat storyboard dan prototype, (3) evaluasi produk: validasi ahli dan revisi,
(4) uji kelayakan produk dan revisi, dan uji efektivitas, (5) produk akhir. Subjek adalah ahli materi, ahli media,
dan pemain futsal. Data berupa hasil hasil penilaian mengenai kualitas produk, saran untuk perbaikan produk
serta data kualitatif lainnya. Hasil uji efektivitas menunjukkan kelompok eksperimen yang diberikan produk
pengembangan berupa model pencegahan dan penanganan berbasis adobe flash mengalami peningkatan yang
signifikan. Dari penelitian dihasilkan model pencegahan dan penanganan pertama cedera ankle pada pemain
futsal berbasis adobeflash yang dikemas dalam bentuk CD dan buku panduan.
Kata Kunci: model pencegahan, penanganan pertama, cedera ankle, futsal
PENDAHULUAN
Olahraga Futsal merupakan olahraga yang sedang digemari di kalangan pelajar dan mahasiswa.
Olahraga futsal pertama kali dipopulerkan oleh Juan Carlos Ceriani pada tahun 1930 di Montevideo,
Uruguay. Olahraga futsal merupakan permainan bola yang dimainkan oleh dua tim yang
beranggotakan masing-masing 5 orang pemain di dalam lapangan. Tujuan dari olahraga futsal adalah
mencetak gol atau memasukan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan menjaga gawang
sendiri agar tidak kemasukan. Lapangan untuk olahraga futsal memiliki ukuran sekitar panjang 25
meter-42 meter x lebar 15 meter-25 meter. Olahraga Futsal mempunyai karakteristik permainan yang
sangat cepat dan dinamis yang menuntut pemain untuk bergerak cepat dan dinamis di lapangan.
Dengan ukuran lapangan yang relatif kecil dan permainan yang sangat cepat dan dinamis, pemain
dalam permainan futsal akan mengalami lebih banyak benturan dengan pemain lainnya yang dapat
memperbesar resiko terjadinya cedera.
Wibowo (1995, p.11) menyatakan cedera olahraga adalah segala macam cedera yang timbul
pada saat latihan ataupun pada waktu pertandingan ataupun sesudah pertandingan. Cedera merupakan
rusaknya jaringan yang disebabkan adanya kesalahan teknis, benturan, atau aktivitas fisik yang
melebihi batas beban latihan, yang dapat menimbulkan rasa sakit akibat dari kelebihan latihan melalui
pembebanan latihan yang terlalu berat sehingga otot dan tulang tidak lagi dalam keadaan anatomis
(Cava, 1995, p.145).
Berdasarkan hasil observasi dengan cara menggunakan angket yang disebar ke 103 Pemain
Futsal, 58,25% pemain pernah mengalami cedera ankle dalam olahraga futsal. Selain itu dari data
yang diperoleh pada tahun 2014 dari Rumah terapi Cedera olahraga, 12,9% orang yang mengunjungi
tempat tersebut mengalami cedera ankle. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Shariff (2014) yang
berjudul “Incidence and Characteristics of Injuries during the 2010 FELDA/FAM National Futsal
League in Malaysia” sebanyak 39% pemain futsal mengalami cedera ankle. Selain itu dari hasil
penelitian yang dilakukan Nugroho (2016) menunjukkan bahwa sebanyak 16 atlet (53,3%) memiliki
pengetahuan kurang tentang cedera ankle, sebanyak 14 atlet (46,7%) memiliki pengetahuan sedang
tentang cedera ankle. Lin, Christine, Hiller, & A. de Bie. (2010, p.22) mengatakan studi yang mengkaji
tentang cedera ankle ada 24 dari 70 kajian dengan 22% cedera olahraga adalah cedera ankle dengan
rasio perbandingan sprain dan fraktur adalah 8:1.
Berdasarkan data tersebut, pemain futsal yang mengalami cedera ankle cukup signifikan akan
tetapi pemain yang memeriksakan cederanya ke tempat penanganan cedera tidak signifikan. Ini
mengindikasikan bahwa masih banyak pemain futsal yang mengalami cedera ankle masih
mengabaikan cedera yang dialaminya. Apabila ini dibiarkan maka akan terjadi resiko cedera yang
lebih besar. Selain itu masih banyak pemain yang belum mengetahui pengetahuan tentang cedera
ankle. Untuk itu, perlu dibuat suatu Model Pencegahan dan Penanganan Pertama Cedera Ankle Secara
Mandiri pada pemain futsal yang dilakukan secara terpadu agar tidak menimbulkan resiko cedera yang
lebih besar dan menambah pengetahuan mengenai cedera ankle.
Saat ini model pencegahan dan penanganan pertama cedera ankle secara mandiri masih dalam
bentuk buku yang berukuran cukup tebal, buku saku atau lewat internet yang membutuhkan kuota
paket data untuk membukanya. Berdasarkan hasil observasi dengan cara menggunakan angket yang
disebar ke 103 orang, 64% pemain futsal belum mengetahui cara pencegahan dan penanganan cedera
ankle, 67% pemain mengatakan model pencegahan dan penanganan cedera belum efektif, dan 76%
pemain futsal membutuhkan model pencegahan dan penanganan cedera ankle yang lebih efektif. Dari
data tersebut maka perlu dikembangkan model pencegahan dan penanganan pertama cedera ankle
secara mandiri pada pemain futsal yang lebih efektif untuk mempermudah pemain futsal dalam
mengetahui informasi mengenai pencegahan dan penanganan secara mandiri cedera ankle.
Model pencegahan dan penanganan pertama cedera ankle secara mandiri pada pemain futsal
dapat menggunakan software adobe flash. Adobe Flash merupakan aplikasi yang digunakan untuk
melakukan desain dan membangun perangkat presentasi, publikasi, atau aplikasi lainnya yang
membutuhkan ketersediaan sarana interaksi dengan penggunanya. Melalui Media Adobe Flash pemain
futsal dapat mengetahui dan memahami informasi pencegahan dan penanganan secara mandiri cedera
ankle sehingga diharapkan dapat mengurangi resiko terjadinya cedera yang lebih besar.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka akan dibuat sebuah Model Pencegahan dan
Penanganan Pertama Cedera Ankle Secara Mandiri pada Pemain Futsal.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development) yaitu
jenis penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk
tersebut (Sugiyono, 2014, p.297). Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan
pengembangan, Borg & Gall (2007) mendefinisikan penelitian pengembangan, sebagai berikut:
“Research and development (R & D) is a process used to develop and validate educational
products. By product we meat only such things as textbooks, intructional films, and computer
software, but also methods, such as a methods of teaching, and program such as a drug education
program or a staff development program”.
Prosedur penelitian dan pengembangan ini menggunakan langkah-langkah Borg & Gall (2007,
pp.775-776) yang disederhanakan. Desain penelitian pengembangan model pengembangan Borg dan
Gall kemudian diubah dengan lebih sederhana melibatkan lima langkah utama: (1) analisis kebutuhan,
(2) mengembangkan produk awal: membuat storyboard dan prototype, (3) evaluasi produk: validasi
ahli dan revisi, (4) uji kelayakan produk dan revisi, dan uji efektivitas, (5) produk akhir.
Desain uji coba dimaksudkan untuk mendapat umpan balik secara langsung dari pengguna
tentang kualitas produk yang sedang dikembangkan. Sebelum uji coba, produk dikonsultasikan kepada
ahli materi dan ahli media. setelah mendapat saran maka perlu melakukan revisi terhadap produk.
langkah berikutnya uji coba yang diharapkan mampu menemukan kelemahan, kekurangan,
kesalahan dan saran-saran perbaikan sehingga produk yang dihasilkan dapat direvisi sehingga
menghasilkan produk yang valid dan layak untuk dipergunakan.
Desain uji coba meliputi dua tahap yaitu uji coba kelayakan dan uji efektivitas. Dalam
pelaksanaan uji kelayakan yaitu 10 pemain futsal yang dipilih secara insidental. Data yang digunakan
untuk merevisi produk dan setelah direvisi dan dinyatakan layak selanjutnya uji efektifitas. Uji
efektivitas merupakan uji coba tahap akhir, yang dilakukan pada 20 pemain futsal.
Untuk menghasilkan model pengembangan yang berkualitas diperlukan instrumen yang mampu
menggali data yang diperlukan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini berupa kuesioner dan tes
model pencegahan dan penanganan cedera ankle pada pemain futsal. Instrumen yang digunakan
berupa kuisioner dan lembar evaluasi.
Instrumen dalam penelitian ini diberikan untuk: (1) ahli media, untuk menilai aspek tampilan
dan pemrograman, (2) ahli materi, untuk menilai aspek kualitas materi dan isi, dan (3) untuk pemain
futsal untuk menilai aspej tampilan dan isi/materi.
Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif sebagai data pokok dan data kualitatif berupa
saran dan masukan dari respon sebagai data tambahan. Data tersebut memberi gambaran mengenai
kualitas produk yang dikembangkan. (1) Data dari ahli materi: berupa kualitas produk ditinjau dari
aspek isi materi dan desain, (2) Dari data ahli media: berupa kualitas teknik tampilan, pemrograman,
keterbacaan menyampaikan konten tertentu, (3) Data dari pemain futsal: digunakan untuk
menganalisis daya tarik dan ketepatan materi yang diberikan kepada pemain futsal.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif
yang diperoleh melalui angket penilaian dan dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif
kemudian dikonversikan ke data kualitatif yang diadaptasi dari (Kusumawardana & Sukadiyanto,
2013)
Data kualilatif dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh melalui validasi dari ahli materi,
ahli media, dan pemain futsal. Data kuantitatif dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner
penilaian dianalisis dengan statistik deskriptif yang berupa pernyataan sangat kurang, kurang, cukup,
baik, sangat baik.
Pada uji efektivitas, dilakukan dengan metode eksperimen dengan desain ‘Control Group
Pretest Posttest Desaign”. Menurut Arikunto (2010, p.272) penelitian eksperimen merupakan
penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui adanya akibat atau tidak terhadap subjek yang dikenai
perlakuan. pemain akan diberikan produk yang dikembangkan dalam penelitian ini. Selanjutnya hasil
pretest akan dibandingkan dengan hasil posttest menggunakan analisis uji t pada taraf signifikansi 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Langkah pertama yang dilakukan pengembang adalah melakukan analisis kebutuhan, sebelum
melakukan pengembangan produk. Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengumpulkan data yang
didapat melalui studi lapangan dan studi literatur. Analisis melalui studi lapangan dilakukan dengan
menyebar angket angket yang disebar ke 103 Pemain Futsal, 58,25% pemain pernah mengalami
cedera ankle dalam olahraga futsal. selain itu dari data yang diperoleh pada tahun 2014 dari rumah
terapi cedera olahraga, 12,9% orang yang mengunjungi tempat tersebut mengalami cedera ankle. Hasil
dari penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2016) yang berjudul “Incidence and Characteristics of
Injuries during the 2010 FELDA/FAM National Futsal League in Malaysia” sebanyak 39% pemain
futsal mengalami cedera ankle. Selain itu dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 16 atlet
(53,3%) memiliki pengetahuan kurang tentang cedera ankle, sebanyak 14 atlet (46,7%) memiliki
pengetahuan sedang tentang cedera ankle.
Produk pencegahan dan penanganan pertama secara mandiri cedera lutut pada pemain futsal
yang dikembangkan dengan software Adobe Flash CS6. Produk ini dikemas dalam format .exe ke
dalam CD, selain itu produk ini dapat langsung dijalankan (run) tanpa harus diinstal terlebih dahulu
pada komputer pengguna. Pengemasan produk dalam format .exe adalah agar pengguna tidak perlu
lagi menginstal Flash Player ketika ingin mengakses produk ini. Sehingga lebih memudahkan
pengguna dalam mengakses atau menggunakannya.
Produk ini dibangun dengan konsep penggabungan media video, gambar dan suara serta
teknologi flash yang membuat produk lebih interaktif, teknologi flash membuat produk lebih user
friendly yang bearti pengguna dapat dengan mudah mengontrol dan mengakses menu-menu yang ada
pada produk.
Konten produk pencegahan dan penanganan pertama secara mandiri cedera lutut pada pemain
futsal dibalut ke dalam media berupa video, direkam dengan kamera kemudian ditambahkan suara
narasi sesuai gerakan sehingga memudahkan pengguna dalam memahami maksud dan tujuan serta
petunjuk pada konten video.
Produk ini dikembangkan dengan menggunakan software Adobe Flash CS6. Adobe Flash CS6
merupakan perangkat lunak versi terbaru setelah Adobe Flash CS5, menggunakan bahasa
pemrograman ActionScript dan mendukung pembuatan media dengan video, gambar, suara, dan
animasi sehingga sangat cocok dalam pengembangan produk pada penelitian ini. Selain Adobe Flash
CS4, terdapat beberapa software pendukung lainnya yang digunakan dalam pengembangan produk ini
antara lain, VideoPad Video Editor; software ini digunakan untuk mengedit konten video, seperti
memotong durasi, size, merotasi video, menggabungkan narasi suara pada video serta menambahkan
efek dan transisi pada video. Recorder; merupakan perangkat yang berfungsi untuk merekam suara
narasi konten, perangkat ini adalah produk bawaan dari Smartphone Asus Zenphone 5. Adobe
Photoshop CS6; berfungsi dalam pengolahan konten gambar.
Dalam proses pengembangan produk, maka produk yang dikembangkan perlu melalui proses
validasi dan uji coba, proses validasi dalam penelitian ini terdiri dari validasi materi dengan ahli materi
dan validasi media dengan ahli media, yang selanjutnya dilakukan proses uji coba dengan pemain
futsal sebagai pengguna. Proses ini dilakukan agar produk yang dikembangkan layak untuk digunakan
dalam mendapatkan informasi tentang pencegahan dan penanganan pertama cedera ankle secara
mandiri.
Evaluasi dilakukan untuk menilai dan merevisi produk awal dari Model Pencegahan dan
Penanganan Pertama Cedera Ankle Secara Mandiri pada pemain futsal. Data yang diperoleh dalam
penelitian ini adalah dengan cara memberikan produk yang telah dikembangkan berupa model
pencegahan dan penanganan pertama cedera ankle secara mandiri pada pemain futsal yang berbentuk
produk software dan materi hardware disertai validasi untuk ahli materi yang berupa angket.
Dalam hal ini, ahli materi memberikan penilaian terhadap produk yang dikembangkan serta
memberikan saran perbaikan untuk selanjutnya dilakukan revisi produk. Data hasil penilaian setiap
komponen produk berupa skor dikonversikan menjadi nilai skala lima. Data hasil evaluasi model
pencegahan dan penanganan pertama cedera ankle secara mandiri berbasis adobeflash oleh ahli materi
dipaparkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Hasil Penilaian Model Pencegahan dan Penanganan Pertama Cedera Ankle Secara
Mandiri Berbasis Adobeflash oleh Ahli Materi
No. Aspek yang dinilai Skor Kategori
1. Kualitas Materi 18 Sangat Baik
2. Aspek Isi 32 Sangat Baik
Data hasil evaluasi produk oleh ahli materi yang ada pada tabel memperlihatkan bahwa Model
Pencegahan dan Penanganan Pertama Cedera Ankle Secara Mandiri pada Pemain Futsal, hasil
pengembangan ini dari aspek kualitas materi mendapatkan skor “18” dan aspek isi mendapatkan Skor
“32”, skor tersebut kemudian dikonversikan menjadi nilai berdasarkan tabel skala penilaian. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa menurut ahli materi, model pencegahan dan penanganan pertama
cedera ankle secara mandiri pada pemain futsal yang telah dikembangkan dari aspek kualitas materi
mendapatkan nilai 18 dengan kategori “Sangat Baik”dan aspek isi mendapat nilai 32 dengan kategori “
Sangat Baik”.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dengan cara memberikan produk yang telah
dikembangkan berupa “Model Pencegahan dan Penanganan Pertama Cedera Ankle Secara Mandiri
pada Pemain Futsal” yang berbentuk produk software disertai validasi untuk ahli materi yang berupa
angket.
Dalam hal ini, ahli media memberikan penilaian terhadap produk yang dikembangkan serta
memberikan saran perbaikan untuk selanjutnya dilakukan revisi produk. Data hasil penilaian
komponen produk yang berupa skor dikonversikan menjadi nilai skala lima.
Data hasil evaluasi model pencegahan dan penanganan pertama cedera ankle secara mandiri
berbasis adobeflash oleh ahli media dapat dilihat di Tabel 2.
Tabel 2. Data Hasil Penilaian Model Pencegahan dan Penanganan Pertama Cedera Ankle Secara
Mandiri Berbasis Adobeflash oleh Ahli Media
No Aspek yang dinilai Skor Kategori
1 Aspek Tampilan 87 Baik
2 Aspek Pemrograman 20 Baik
Data hasil evaluasi produk oleh ahli media yang ada pada tabel memperlihatkan bahwa Model
Pencegahan dan Penanganan Pertama Cedera Ankle Secara Mandiri pada Pemain Futsal, hasil
pengembangan ini dari aspek tampilan mendapatkan skor 87 dan aspek pemrograman 20. Skor
tersebut kemudian dikonversikan menjadi nilai berdasarkan tabel skala penilaian. Dengan demikian
dapat dinyatakan bahwa menurut ahli media, Model Pencegahan dan Penanganan Pertama Cedera
Ankle Secara Mandiri pada Pemain Futsal yang telah dikembangkan dari aspek tampilan mendapatkan
nilai 87 dengan kategori ”Baik” dan aspek pemrograman mendapat nilai 20 dengan kategori “Baik”.
Uji kelayakan produk diberikan kepada 10 pemain futsal yang dipilih secara acak. Uji coba
dilaksanakan di arena futsal. Proses pelaksanaan uji kelayakan produk ini adalah dengan memberikan
produk yang berupa model pencegahan dan penanganan pertama cedera ankle secara mandiri yang
dijalankan di laptop/komputer dan selanjutnya mahasiswa diberi waktu untuk mengoperasikan dan
melakukan gerakan yang ada video. Kemudian untuk mengetahui kualitas produk yang
dikembangkan, peneliti mengobservasi dan mewawancarai serta memberikan lembar penilaian kepada
pemain futsal. Selama proses observasi dan wawancara serta pengisian lembar penilaian, pemain
masih dapat melihat kembali model pencegahan dan penanganan pertama cedera ankle secara mandiri
yang ada pada pemain futsal.
Respon terhadap model pencegahan dan penanganan pertama cedera ankle secara mandiri
berbasis adobe flash pada pemain futsal memiliki 2 aspek yaitu aspek tampilan dan aspek isi/materi.
Data respon pemain tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Respon Pemain Futsal terhadap Model Pencegahan dan Penanganan Pertama Cedera
Ankle Secara Mandiri Berbasis Adobeflash pada Uji Kelayakan Produk
No. Aspek yang dinilai Skor Kategori
1. Aspek Tampilan 87 Baik
2. Aspek Pemrograman 20 Baik
Respon pemain futsal terhadap model pencegahan dan penanganan pertama cedera ankle secara
mandiri berbasis adobe flash ditunjukkan pada 2 aspek, yaitu aspek tampilan dan aspek isi/materi.
Data pada tabel memperlihatkan bahwa respon pemain futsal terhadap model pencegahan dan
penanganan pertama cedera ankle secara mandiri berbasis adobeflash hasil pengembangan ini dari
aspek tampilan mendapatkan skor 40,4 dan aspek isi mendapatkan skor 17,2 skor tersebut kemudian
dikonversikan menjadi nilai berdasarkan tabel skala penilaian. Dengan demikian dapat dinyatakan
bahwa berdasarkan respon pemain futsal, produk yang telah dikembangkan dari aspek tampilan
mendapat nilai B dengan kategori Baik dan aspek isi mendapatkan nilai A dengan kategori Sangat
Baik.
Pada uji kelayakan produk, pemain futsal memberikan saran terhadap model pencegahan dan
penanganan pertama cedera ankle berbasis adobeflash yaitu lebih mudahkan penggunaan video untuk
kalangan yang kurang memahami cedera, penjelasan dibuat lebih mudah, warna tombol kurang
kontras. Hasil observasi dan wawancara uji kelayakan produk disajikan pada Tabel 4. Sedangkan
masukan dan saran ahli materi ditampilkan dalam Tabel 5.
Revisi produk dilakukan sebanyak dua kali, yaitu: (1) revisi I dilakukan pada tahap validasi dan
(2) revisi II dilakukan setelah uji kelayakan produk. Revisi-revisi ini didasarkan pada data saran dan
masukan dari para pakar ahli materi dan ahli media. Adapun hasil revisi tersebut adalah sebagai
berikut. Revisi produk dilakukan setelah mendapatkan saran dan komentar dari ahli materi. Saran
perbaikan ini didapatkan setelah dilakukannya validasi produk kepada ahli materi. Hasil validasi oleh
ahli materi mendapatkan saran perbaikan dan kritikan yang menjadi pedoman dalam melakukan revisi
produk. setelah divalidasi oleh ahli materi terdapat kekurangan pada model pencegahan dan
penanganan pertama cedera ankle secara mandiri pada pemain futsal yaitu Materi dibuat lebih mudah
dimengerti karena untuk masyakarat (bukan hanya atlet), gambar atau video gunakan yang original,
tambahkan materi HARM.
Tabel 4. Hasil Observasi dan Wawancara Uji Kelayakan Produk
Aspek Masukan
Aspek Dari hasil observasi dan wawancara pemain futsal tidak ada yang kesulitan untuk
Kemudahan mempraktekkan gerakan yang ada pada video.
Aspek Durasi Dari hasil wawancara pemain futsal mengatakan, dengan durasi video 7 menit 23 detik tidak
terlalu lama dan dari hasil observasi dengan pemain futsal melakukan gerakan yang ada pada
video memerlukan durasi waktu minimal.... rata- rata... dan maksimal
Aspek Dari hasil observasi dan wawancara pemain futsal tidak ada rasa nyeri, cedera atau rasa tidak
keamanan nyaman setelah melakukan gerakan
Aspek Dari hasil observasi dan wawancara didapatkan bahwa semua pemain futsal merasa senang
Kesenangan dengan adanya produk yang dibuat karena lebih interaktif.
Aspek Dari hasil observasi dan wawancara bahwa huruf sudah jelas dan menarik namun bahasa
Keterbacaan terlalu panjang.
Aspek Dari hasil observasi dan wawancara pemain futsal mengatakan bahwa produk yang dibuat
Kemenarikan sangat menarik.
Tabel 5. Komentar dan Saran Umum dari Ahli Materi
No. Masukan dan Saran
1. Materi dibuat lebih “Pop” karena untuk masyarakat (tidak hanya atlet)
2. Gambar gunakan yang original
3. Tambahkan materi HARM
Revisi produk dilakukan setelah mendapatkan saran dan komentar dari ahli media. Saran
perbaikan ini didapatkan setelah dilakukannya validasi produk kepada ahli media. Hasil validasi oleh
ahli materi mendapatkan saran perbaikan dan kritikan yang menjadi pedoman dalam melakukan revisi
produk. setelah divalidasi oleh ahli media terdapat beberapa saran pada model pencegahan dan
penanganan pertama cedera ankle secara mandiri pada pemain futsal yaitu pada title page perlu
ditambahkan info prodi, pada tombol exit perlu diberi tombol konfirmasi, profil sebaiknya lebih
lengkap, label untuk next dan back direvisi, video perlu diberi tombol-tombol navigasi, dan narasi
diperjelas, pada video play background music mati. Hasil masukan dan saran dari ahli media
ditampilkan dalam Tabel 6.
Tabel 6. Komentar dan Saran Umum dari Ahli Media
No. Masukan dan Saran
1. Pada title page perlu ditambah info Prodi
2. Pada tombol exit perlu diberi konfirmasi
3. Prodil sebaiknya lebih lengkap (foto, email)
4. Label untuk next dan back direvisi
5. Video perlu diberi tombol-tombol navigasi dan penjelasan
6. Pada saat video play (background music mati)
Panduan pencegahan dan perawatan cedera lutut dan cedera pergelangan kaki yang berisi materi
pencegahan dan perawatan cedera lutut dan pergelangan kaki sebagai panduan yang digunakan untuk
masyarakat telah selesai dikembangkan pada tahap evaluasi dan uji coba yang dilalui yaitu validasi
ahli materi, ahli media, uji kelayakan produk, dan uji efektivitas produk. Pembahasan kajian produk
akhir pengembangan model pencegahan dan penanganan pertama cedera ankle secara mandiri pada
pemain futsal ini merupakan hasil konfirmasi antar kajian teori dengan hasil penelitian yang diperoleh.
Penilaian terhadap produk yang telah selesai dikembangkan yang berupa “Model Pencegahan
dan Penanganan Pertama Cedera Ankle Secara Mandiri pada Pemain Futsal” menunjukan hasil yang
positif. Beberapa tampilan produk yang sudah mengalami revisi dari ahli materi, ahli media dan tahap
uji coba. Kajian produk akhir berdasarkan hasil penilaian ahli dan respon masyarakat dipaparkan
sebagai berikut: (a) Ahli Materi: Hasil penilaian akhir oleh ahli materi, “Model Pencegahan dan
Penanganan Pertama Cedera Ankle Secara Mandiri pada Pemain Futsal” hasil pengembangan dari dua
aspek penilaian yang berupa kualitas materi panduan dan aspek isi masuk dalam kategori sangat baik.
Hasil penilaian tersebut mengindisikan bahwa model pencegahan dan penanganan pertama cedera
ankle secara mandiri pada pemain futsal ini memiliki kelayakan materi panduan dan aspek isi yang
sangat baik. (b) Ahli Media: Hasil penilaian oleh ahli media dari dua aspek yang berupa aspek
tampilan dan aspek pemrograman dalam kategori sangat baik. Hasil ini mengindisikan bahwa “Model
Pencegahan dan Penanganan Pertama Cedera Ankle Secara Mandiri pada Pemain Futsal” memiliki
aspek tampilan dan aspek pemrograman yang sangat baik. (c) Respon Pemain Futsal: Hasil uji coba
kelompok kecil dengan 3 aspek penilaian yang berupa aspek tampilan dalam kategori sangat baik,
aspek isi/materi dalam kategori baik dan dari aspek panduan masuk dalam kategori sangat baik
kemudian pada uji coba kelompok besar pada aspek tampilan mendapat kategori sangat baik, aspek
isi/materi baik dan aspek panduan dapat kategori baik. Hasil ini mengindikasikan bahwa model
pencegahan dan penanganan pertama cedera ankle secara mandiri pada pemain futsal ini memiliki
tampilan, materi dan aspek panduan yang baik. dengan demikian, berdasarkan kajian akhir tersebut
dapat dikatakan bahwa “Model Pencegahan dan Penanganan Pertama Cedera Ankle Secara Mandiri
pada Pemain Futsal” hasil pengembangan ini merupakan produk yang telah layak digunakan untuk
mahasiswa sebagai panduan informasi mengenai pencegahan dan perawatan cedera lutut dan
pergelangan kaki.
Hasil penilaian akhir oleh ahli materi, “Model Pencegahan dan Penanganan Pertama Cedera
Ankle Secara Mandiri pada Pemain Futsal” hasil pengembangan dari dua aspek penilaian yang berupa
kualitas materi panduan dan aspek isi masuk dalam kategori sangat baik. Hasil penilaian tersebut
mengindisikan bahwa model pencegahan dan penanganan pertama cedera ankle secara mandiri pada
pemain futsal ini memiliki kelayakan materi panduan dan aspek isi yang sangat baik.
Hasil penilaian oleh ahli media dari dua aspek yang berupa aspek tampilan dan aspek
pemrograman dalam kategori sangat baik. Hasil ini mengindisikan bahwa “Model Pencegahan dan
Penanganan Pertama Cedera Ankle Secara Mandiri pada Pemain Futsal” memiliki aspek tampilan dan
aspek pemrograman yang sangat baik.
Hasil uji coba kelompok kecil dengan 3 aspek penilaian yang berupa aspek tampilan dalam
kategori sangat baik, aspek isi/materi dalam kategori baik dan dari aspek panduan masuk dalam
kategori sangat baik kemudian pada uji coba kelompok besar pada aspek tampilan mendapat kategori
sangat baik, aspek isi/materi baik dan aspek panduan dapat kategori baik. Hasil ini mengindikasikan
bahwa model pencegahan dan penanganan pertama cedera ankle secara mandiri pada pemain futsal ini
memiliki tampilan, materi dan aspek panduan yang baik. dengan demikian, berdasarkan kajian akhir
tersebut dapat dikatakan bahwa “Model Pencegahan dan Penanganan Pertama Cedera Ankle Secara
Mandiri pada Pemain Futsal” hasil pengembangan ini merupakan produk yang telah layak digunakan
untuk mahasiswa sebagai panduan informasi mengenai pencegahan dan perawatan cedera lutut dan
pergelangan kaki.
Uji efektivitas digunakan untuk mengetahui apakah produk yang dikembangkan efektif atau
tidak. Produk dinilai efektif apabila model yang telah dikembangkan setelah diterapkan dapat
meningkatkan fleksibilitas ankle, togok, dan kekuatan otot tungkai bawah. Uji efektivitas dilakukan
dengan membandingkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang diberikan produk yang
dikembangkan, dan kelompok kontrol tanpa diberikan produk yang dikembangkan. Hasil fleksibilitas
ankle kelompok eksperimen pada Gambar 1.
Kelompok Eksperimen
50 46,15
45 40,75
40
35
27,8
30 24,25 Pretest
25
20 14,4Posttest
8, 11,5 10,95
15 9
10
5
0
PlantarDorsoInverseEversi
Gambar 1. Diagram Batang Pretest dan Posttest Hasil Uji Fleksibilitas Ankle Kelompok Eksperimen
Hasil fleksibilitas ankle kelompok kontrol pada Gambar 2.
Gambar 2. Diagram Batang Pretest dan Posttest Hasil Uji Fleksibilitas Ankle Kelompok Kontrol
Deskriptif statistik fleksibilitas togok, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan
pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Uji Fleksibilitas Togok Kelompok Eskperimen dan Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Statistik Pre Post Pre Post
N 10 10 10 10
Mean 30,70 36,7 31 31,7
Sd 4,372 5,25 3,59 4,57
Min 25 29 25 25
Max 39 46 37 40
Apabila ditampilkan dalam bentuk diagram, hasil fleksibilitas togok kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol pada gambar 3.
Gambar 3. Diagram Batang Pretest dan Posttest Hasil Uji Fleksibilitas Togok Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol
Deskriptif statistik data hasil kekuatan otot tungkai bawah, kelompok eksperimen dan kontrol
disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Uji Kekuatan Otot Tungkai Bawah Kelompok Eskperimen dan Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Statistik Pre Post Pre Post
N 10 10 10 10
Mean 195,5 236 216 224
Sd 39,18 35,26 33,06 28,751
Min 140 180 160 180
Max 270 300 260 260
Apabila ditampilkan dalam bentuk diagram, hasil kekuatan otot tungkai bawah kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol pada Gambar 4.
Gambar 4. Diagram Batang Pretest dan Posttest Hasil Uji Kekuatan Otot Tungkai Bawah Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Uji efektivitas menggunakan analisis uji-t dengan bantuan SPSS versi 20. Apabila hasil analisis
menunjukkan perbedaan yang signifikan maka model yang telah dikembangkan setelah diterapkan
dapat meningkatkan fleksibilitas ankle, togok, dan kekuatan otot tungkai bawah pada pemain futsal.
Kesimpulan penelitian dinyatakan signifikan jika nilai t hitung > t tabel dan nilai sig lebih kecil dari 0,05
(Sig < 0,05).
Perbandingan pretest dan posttest hasil uji fleksibilitas ankle, fleksibilitas togok, dan kekuatan
otot tungkai bawah pada kelompok eksperimen disajikan pada Tabel 9, 10 dan 11.
Tabel 9. Uji t Pretest dan Posttest Fleksibilitas Ankle Kelompok Eksperimen
Tabel 11. Uji t Pretest dan Posttest Kekuatan Otot Tungkai Bawah Kelompok Eksperimen
Kelompok t ht Sig Selisih %
Pretest
Posttest 11,221 .000 40,50 20,72%
Berdasarkan hasil uji-t, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi p < 0,000. Oleh karena nilai
signifikansi < 0,05, maka hasil ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan, artinya bahwa
kelompok eksperimen yang diberikan produk pengembangan berupa model pencegahan dan
penanganan berbasis adobe flash mengalami peningkatan yang signifikan.
Berdasarkan hasil uji-t pada, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi p > 0,000. Oleh karena nilai
signifikansi > 0,05, maka hasil ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan, artinya
bahwa kelompok kontrol yang tanpa diberikan produk pengembangan berupa model pencegahan dan
penanganan berbasis adobe flash tidak mengalami peningkatan yang signifikan.
Berdasarkan hasil uji-t pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi p < 0,000. Oleh
karena nilai signifikansi < 0,05, maka hasil ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan,
artinya bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Dilihat dari selisih rata-rata antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa
kelompok eksperimen lebih baik dari pada kelompok kontrol.
Pembahasan
Pengembangan model pencegahan dan penanganan pertama cedera ankle secara mandiri pada
pemain futsal berbasis adobeflash berdasarkan analisis kebutuhan adalah untuk membantu
memudahkan pemain futsal untuk mencegah dan menangani cedera ankle secara mandiri. Hal ini
sesuai dengan hasil obesrvasi dilapangan yang menyebar angket angket yang disebar ke 103 Pemain
Futsal, 58,25% pemain pernah mengalami cedera ankle dalam olahraga futsal. selain itu dari data yang
diperoleh pada tahun 2014 dari Rumah terapi Cedera olahraga, 12,9% orang yang mengunjungi tempat
tersebut mengalami cedera ankle. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Shariff (2010) yang
berjudul “Incidence and Characteristics of Injuries during the 2010 FELDA/FAM National Futsal
League in Malaysia” sebanyak 39% pemain futsal mengalami cedera ankle. Selain itu dari hasil
penelitian yang dilakukan Nugroho tahun 2016 menunjukan menunjukkan bahwa sebanyak 16 atlet
(53,3%) memiliki pengetahuan kurang tentang cedera ankle, sebanyak 14 atlet (46,7%) memiliki
pengetahuan sedang tentang cedera ankle.
Sementara Walker (2005, p.185) mengutarakan untuk mencapai tingkat kesembuhan 100% kita
diperlukan untuk melakukan terapi latihan (rehabilitasi). Tanpa rehabilitasi keadaan ankle yang cedera
hanya mencapai tingkat 80% itupun jikalau proses penyembuhan dilakukan dengan baik. Jadi,
rehabilitasi yang hanya 20% ini sangat krusial untuk melengkapi proses penyembuhan. Kaminski
(2013) menyatakan manajemen ankle sprain terbaik adalah memasukkan latihan dan teknik mobilisasi
untuk mengembalikan jangkauan gerak sendi (Range of Motion), kekuatan otot dan latihan
keseimbangan untuk mengembalikan fungsi dan mengurangi resiko cedera kembali.
Dari data tersebut kemudian dikembangkan sebuah Model Pencegahan dan Penanganan Pertama
Cedera Ankle Secara Mandiri pada Pemain Futsal. Panduan Model Pencegahan dan Penanganan
Pertama Cedera Ankle Secara Mandiri pada Pemain Futsal memungkinkan pemain futsal untuk
mendapatkan informasi mengenai model pencegahan dan penanganan cedera ankle secara mandiri.
Dalam “Model Pencegahan dan Penanganan Pertama Cedera Ankle Secara Mandiri pada Pemain
Futsal” ada beberapa menu pokok yaitu: (1) Menu Pencegahan yang berisi tentang Pencegahan
melalui physical conditioning, alat pelindung dan teknik landing. (2) Menu Penanganan yang berisi
tentang penanganan pertama Rest, Ice, Compression, Elevation serta HARM (Heat, Alcohol, Running,
Massage). (3) Menu Petunjuk yang berisi tentang petunjuk penggunaan produk. (4) Menu Profil berisi
tentang Profil Ahli Materi, Ahli Media, Dosen Pembimbing dan Pengembang.
Berdasarkan penilaian para ahli, revisi, uji kelayakan dan uji keefektifan, pengembangan
“Model Pencegahan dan Penanganan Pertama Cedera Ankle Secara Mandiri pada Pemain Futsal”
diperoleh hasil yang ditarik kesimpulan bahwa model pencegahan dan penanganan pertama cedera
ankle secara mandiri pada pemain futsal ini dinilai valid dan efektif dalam mendapatkan informasi
mengenai model pencegahan dan penanganan cedera ankle secara mandiri untuk pemain futsal.
SIMPULAN
Dari hasil pengembangan yang dilakukan disimpulkan bahwa: (1) Telah dikembangkan “Model
Pencegahan dan Penanganan Cedera Ankle Secara Mandiri pada Pemain Futsal Berbasis Adobeflash” yang
berisi menu pokok yaitu: (a) Menu Pencegahan; (b) Menu Penanganan; (c) Menu Petunjuk; dan
(d) Menu Profil, yang dikemas dalam bentuk CD dan buku panduan. Pengembengan ini melalui lima langkah
utama: (a) analisis kebutuhan; (b) mengembangkan produk awal: membuat storyboard dan prototype; (c)
evaluasi produk: validasi ahli dan revisi, (d) uji kelayakan produk dan revisi, dan uji efektivitas, (e) produk
akhir. (2) Model pencegahan dan penanganan pertama cedera ankle secara mandiri pada pemain futsal berbasis
adobe flash layak digunakan. Berdasarkan data evaluasi oleh ahli materi menunjukkan bahwa aspek kualitas
materi mendapatkan nilai 18 dengan kategori “Sangat Baik” dan aspek isi mendapat nilai 32 dengan kategori “
Sangat Baik”, sedangkan ahli media menunjukkan bahwa aspek kualitas materi mendapatkan nilai 18 dengan
kategori “Sangat Baik”dan aspek isi mendapat nilai 32 dengan kategori “ Sangat Baik”. (3) Pada uji efektivitas
menunjukkan bahwa kelompok eksperimen yang diberikan produk pengembangan berupa model pencegahan
dan penanganan berbasis adobe flash mengalami peningkatan yang signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Borg, W.R. & Gall, M.D. (2007). Educational research. (an introduction), 7th edition. New York & London:
Longman.
Cava. (1995). Pengobatan dan olahraga bunga rampai. Semarang: Dahara Prize.
Kusumawardana, D & Sukadiyanto. (2013). Pengembangan media pembelajaran vcd tenis lapangan bagi siswa
sekolah dasar. Jurnal Keolahragaan Volume 3 – Nomor 1, (79 - 90). Diakses
darijournal.uny.ac.id/index.php/jolahraga/article/view/4973/4615.
Lin, Christine, C.W, Hiller, C.E & Rob A. de Bie. (2010). Evidence-based treatment for ankle injuries.
Journal of Manual and Manipulative Therapy: 18(1): 22-28.
Nugroho, B.S. (2016). Tingkat pengetahuan atlet tentang cedera ankle dan terapi latihan di persatuan sepak bola
Telaga Utama. Skripsi. (Tidak diterbitkan). Yogyakarta: FIK UNY.
Shariff, M. (2014). Incidence and characteristics of injuries during the 2010 FELDA/FAM nasional futsal
league in malaysia. PlosOne. Vol 9.
Wibowo, H. (1994/1995). Pencegahan dan penatalaksanaan cedera olahraga. Jakarta: Buku Kedokteran.
JURNAL INTERNATIONAL
PRACTICE
A Series of Case Reports Regarding the Use of Massage Therapy to Improve Sleep Quality in
Individuals with
1
Sutherland-Chan Clinic Inc., Toronto, Ontario, 2Faculty of Health Sciences and Wellness, Humber College, Toronto, Ontario
3
of combat operations in Afghanistan in 2002,
the rate of post-traumatic stress disorder ethics approval was granted by Humber
(PTSD) in the Canadian Forces Mental College’s Research Ethics Board. Consent for
Health Survey has doubled from 2.8% in 2002 the study was obtained prior to the first
to 5.3% in 2013.(7) Additionally, there has been treatment and ongoing consent for treat- ment
an increasing awareness of the high prevalence was given throughout.
of PTSD among first responders. (8) In Canada,
the rates of PTSD for first responders has been Patient Information
estimated at 12%–23%.(8)
Treatment for PTSD often includes psy- Over a three-month period, new pa- tients
chotherapy, medications, or both.(9) These are presenting with a diagnosis of PTSD were
designed to manage symptoms and re- duce, or screened for eligibility. The inclusion criteria
stop, recurrent re-experiencing of the traumatic required that participants were a member of
event. Medications for PTSD regulate the the Canadian military, a Ca- nadian military
function of the hypothalamic- pituitary-adrenal veteran, a first responder, or retired first
axis, controlling the re- lease of cortisol; responder; were currently experiencing
alternatively, medications are selective decreased sleep quality; were receiving
serotonin reuptake inhibitors, increasing the treatment from a primary health care provider
availability of serotonin. for PTSD; and were willing to complete a 10-
week MT treatment plan. Ex- clusion criteria
Patients with PTSD commonly also seek
complementary and alternative medicine included having conditions contraindicated for
(CAM) treatment options. Recently, 95% of MT treatment, a diag- nosis of PTSD within
US veterans with PTSD reported incor- the last six months, or an inability to provide
porating at least one form of CAM in their consent.
One woman and two men were enrolled.
treatment programs.(10) In a recent survey of Their ages ranged from 38 to 59 (mean of 50)
US veterans returning from deployment in Iraq years. One participant was a first responder and
and Afghanistan, over 40% reported using two were veterans of the Canadian military.
CAM in the last 12 months, with mas- sage They had been diagnosed with PTSD, and the
therapy as the most common CAM treatment time since diagnosis ranged from four to 19
modality at 21%.(11) years (mean of 10). All three had symptoms of
Studies suggest massage therapy (MT) may disturbed sleep including difficulty falling
be able to reduce some symptoms of PTSD asleep, frequent waking, nightmares or
such as irritability, anxiety, depres- sion, and disturbing dreams, and also had difficulty
tension.(12,13) Massage therapy for sleep returning to sleep after wak- ing. Additionally,
symptoms related to PTSD have not been all there were receiving concurrent treatment for
studied in this population. (14) While the PTSD from other health care providers and
mechanism for these effects is not clear, MT where taking medications for the symptoms of
has been linked to changes in neurotransmitter PTSD.
levels, such as cortisol, serotonin, and Participant 1, female, 59 years old, had a
dopamine, which control psychological previous hand injury with chronic pain, a
arousal.(15) Additionally, MT improves sleep in history of colitis, and presented with back and
certain patient subpopu- lations.(16-18) Therefore, neck pain. Participant 2, male, 53 years old,
it is possible that MT may be an effective had previous abdominal surgery due to cancer,
treatment for sleep- related symptoms of high blood pressure, and pre- sented with back
PTSD. The research question was, “For and leg pain. He had been diagnosed with
individuals who have PTSD as a result of sleep apnea and used a continuous positive
experiencing traumatic events, does MT have airway pressure (CPAP) machine while
an effect on sleep quality?” sleeping. Participant 3, male, 38 years old,
had previous abdominal surgery for an
umbilical hernia, had nerve damage and
compartment syndrome in both legs, patella
METHODS femoral disorder in both knees, a history of
migraines and concus- sion, and presented with
To investigate the research question, a
back and arm pain.
prospective case series was undertaken.
Participants received 10-weeks of mas- sage Practitioner DESCRIPTIONS
therapy treatment, and measures were used
to assess sleep quality. Research Three therapists provided treatment at the
Belleville, Ontario, clinic. All were
4
female, had completed a 2-year MT pro- PhD, Associate Professor of Psychiatry and
gram in Ontario within the last six years, and
Psychology at the University of Pittsburgh,
were RMTs in good standing with the School of Medicine.
College of Massage Therapists of On- tario
The LSEQ is a self-report questionnaire
(CMTO). The therapists had between one consisting of ten 100 mm visual analog scales.
and five years of clinical experience. None (22)
Each line represents a stage of sleep (i.e.,
had previous experiences treat- ing patients
getting to sleep, trouble upon waking, etc.). The
with PTSD. Clinical support for treatment
patient marks a line they feel best represents
was provided by the clinic owner; an RMT
with 18 years of clinical ex- perience and their experience.(23) The LESQ was completed
previous experience work- ing with patients each week prior to treatment. The daily sleep
with PTSD. All therapists were provided a diary noted the time participants fell asleep, the
study orientation sheet which included time they woke, and the number of times they
information on PTSD and its symptoms, an awoke. It was completed after the first
outline of the study’s methods, aims, and treatment until the final treatment, record- ing
measurement tools, as well as information on each day’s sleep cycle.
additional treat- ment resources in the Data AnalySIS
community.
An information session was provided by
one author and an RMT experienced in the The PSQI was analyzed using the instruc-
treatment of the sleep symptoms of PTSD tions provided (available from http://www.
prior to commencement of treatment. No psychiatry.pitt.edu/node/8240). The result- ing
PTSD-specific training was provided beyond score was categorized as ‘good sleep quality’ or
the resources indicated and the information ‘poor sleep quality’. The LESQ was evaluated by
session. Each participant was treated by the measuring the length from the starting end to
same therapist for all treat- ments except for the line made by the participant. This was
Participant 2, who was treated by two measured by both research assistants and
therapists. averaged to produce 10 scores for each week. A
global score was calculated by adding all 10
Therapeutic Intervention scores together. The percent change was calcu-
lated for each category and global score us- ing
Sixty-minute MT sessions were provided (Week 10 - Week 1)/Week 1. The average
once a week for 10-weeks. A pragmatic MT number of hours slept and times awake were
treatment protocol was followed, within the calculated from sleep diary data.
scope of practice for Ontario,(19) which
allowed therapists to choose from a selec-
tion of massage therapy techniques that best RESULTS
suited the participant and individual
presentation. Therapists were instructed to All three participants completed the
focus on improving sleep, include the whole treatment period. There were no harmful
body, use light to moderate pres- sure, and to incidents reported by participants. Treat- ment
not use muscle stripping, trig- ger point was well tolerated, and all partici- pants
release, fascial release, or other deep adhered to the treatment with the exception of
pressure techniques. (20) Treatment occurred in one missed appointment provided the
a professional multidisciplinary clinic in following day. The results of the measures are
Belleville, Ontario. described by participant below and presented
in Table 1.
ASSESSMENT MEASURES
Participant 1
Participants completed the Pittsburgh Sleep
Quality Indicator (PSQI), the Leeds Sleep The PSQI indicated the participant be- gan
Evaluation Questionnaire (LSEQ), and kept a and ended with poor sleep quality (pre = 17;
daily sleep diary. The PSQI is a 10-item, post = 15). The results of the LSEQ are
self-report questionnaire designed to presented by cluster and then global score. For
capture sleep quality and disturbances over Participant 1, there was a 52.6% worsening in
the previous month. the Getting to Sleep (GTS) cluster. Quality of
(21)
The PSQI was completed by patients Sleep (QOS) improved by 79.3%. The clusters
prior to their first and last treatment. Per- of Awake Following
mission was granted by Anne Germain,
5
Tab le 1. Results of Leeds Sleep Evaluation Question- naire (LSEQ)
memories of combat or nightmares, al-
though he noted this improved following a
visit with a psychiatrist. The global score
Score – Score – Percent for the LSEQ improved by 69.7%. The sleep
Participant
Week 1 Week 10 Change diary showed Participant 2 attempted to
Cluster 1 – Getting to Sleep
sleep, on average, 7.5 hours a night and
1 173 82 -52.6% woke three times. However, he reported that
2 82 147 79.3% sometimes the amount of time he was
3 171.5 254 48.1% awake was sometimes more than the time he
was asleep. Participant 2 reported he noticed
Cluster 2 – Quality of Sleep his mood had improved.
1 29 52 79.3%
2 41 86 109.8% Participant 3
3 14 169 1107.1%
The PSQI indicated the participant be- gan and
Cluster 3 – Awake following Sleep ended with poor sleep quality (pre = 9; post = 8).
1 27 50 85.2% For Participant 3, there was a 48.1%
2 40 114 185.0% improvement in Getting to Sleep. Quality of
Sleep improved by 1107.1%. The participant
3 136 127 -6.6% noted a worsening in Awake Following Sleep
Cluster 4 – Behaviour following Wakening (AFS) by 6.6%. Improvement noted in
1 42 76 80.9% Behaviour Follow- ing Wakening of 236.4%.
The global score improved by 99.2%. The results
2 114 123 7.9%
of the sleep diary indicate Participant 3
3 66 22 236.4% attempted to sleep an average of 7.2 hours and
Global Scale awoke 2 times a night. Participant 3 started us-
1 271 260 -4.1% ing baclofen and amitriptyline in Weeks 5 and
6, respectively, and discontinued their use in
2 277 470 69.7%
Week 7 (baclofen) and Week 9 (amitriptyline).
3 388 772 99.2%
DISCUSSION
Sleep (AFS) and Behaviour Following Wak- ening
(BFW) both improved by 85.1% and 80.1%, This case series provides preliminary
respectively. The global score for the LESQ evidence that massage therapy is a well-
worsened by 4.1%. Despite this wors- ening, tolerated treatment for individuals with PTSD.
Participant 1 continued to receive treatment There was concern participants may be
following the study. The results of the sleep diary challenged to attend regularly sched- uled
indicate Participant 1 at- tempted to sleep an treatment, as this population some- times has
average of 6.6 hours a night. Participant 1 awoke, issues with absenteeism. (24,25) However, each
on average, three times a night. In addition, participant attended all ap- pointments and no
Participant 1 noted that, in an effort to accurately safety incidents were reported. This suggests
com- plete the sleep diary, she would repeatedly massage therapy was well tolerated by
check her clock to note the time. participants and may have a role in the
treatment of PTSD- related sleep symptoms.
Participant 2 This case series also illuminated the need
to reconsider the choice of outcome measures.
For Participant 2, the PSQI showed poor All participants mentioned to their RMT they
sleep quality at the beginning and end of the felt they were sleeping better, which
study (pre = 13; post = 15). The LSEQ showed corresponds to the results of the QOS cluster
a 79.3% improvement for the GTS cluster, a of the LSEQ. While some improvement was
109.8% improvement for the QOS cluster, a seen within the LSEQ for each participant, the
185.0% improvement for the AFS cluster, and area and amount of improvement varied. If the
a 7.9% increase in the BFW cluster. sleep diary data were reviewed alone,
Participant 2 reported having dif- ficulty participants would seem to have, on
falling asleep after waking due to average, an
6
adequate number of hours of sleep with few Participant 2 reported having difficulty
awakenings. However, all participants began,
falling asleep after waking due to memo- ries
and ended, with poor sleep qual- ity. The of combat or nightmares. He reported
results captured in the outcome measures did
improved sleep following a visit with a psy-
not match patients’ commu- nicated chiatrist, which may have better addressed the
experience. Furthermore, Partici- pant 2
cause of his sleep disturbance.
reported that he noticed his mood had
Medication may have also impacted the
improved, which was an outcome not
results. Participant 3 started using baclofen and
measured. Participant 1 continue to receive amitriptyline in Weeks 5 and 6, re- spectively.
treatment following the study despite
In Week 7, the patient stopped taking baclofen
experiencing a worsening of LSEQ global and, in Week 9, stopped taking amitriptyline.
score, suggesting she found some benefit that
Both amitriptyline and baclofen have
was not captured. potential side effects of troubled sleep,
USEfULNESS Of the Sleep Diary nightmares, and depres- sion or anxiety.(29,30)
The use or disuse of these over a short period
Using the sleep diary, the number of hours may have had an impact on sleep quality.
slept is calculated by the difference between
when the participant awoke and when they went ImplicATIONS for Practice, Education and RESEARCH
to bed.(26) However, what is actually used is the
time the participant ‘got up’ the next morning In clinical practice, the results illustrate a
and the time they went to bed. For example, if need to consider sleep evaluation. A sleep
the participant went to bed at 9:00 p.m. but could diary may not be useful for either patient or
not fall asleep until 11:00 p.m., this is not noted, practitioner. Exploring technology to more
which may be why the results suggest par- accurately discuss patterns of sleep quality
ticipants got an adequate number of hours of may be useful. The LSEQ would be
sleep per night. worthwhile for practitioners provided they
Further, the number of awakenings relies focus on any changes seen and reported by the
on the participant recording the number of patient, rather than the actual number, to gauge
awakenings they remember or tracking their patients’ progress.
awakenings while they try to get back to sleep. In entry-to-practice education pro-
Participant 1 noted she found herself watching grams, students should be exposed to sleep
the clock at times so she could accurately and its role in health. Further, stu- dents should
complete the sleep diary. Participant 2 reported monitor sleep and use the results of common
his sleep diary did not accurately record his sleep assessment tools. Both entry-to-practice
sleep quality, as the amount of time he was and continuing education should explore
awake was sometimes more than the time he mental health conditions, such as PTSD, so
was asleep. students and RMTs understand their role
In future, wearable technology to evalu- within the larger health care team. Programs,
ate sleep, in addition to patient self-report such as Mental Health First Aid,(31) should be
measures, should be explored. A study con-
ducted on university students concluded that of- fered to both students and RMTs, so they
Fitbit© (Fitbit Inc., San Francisco, CA) was a thoughtfully support patients with mental
“valid, reliable, and alternative device to use health issues.
for sleep evaluation”.(27) As technol- ogy Researchers should consider how to
continues to improve and become more measure the most appropriate dosage of MT
accessible, wearable devices should be needed to achieve outcomes related to sleep.
considered as a way to non-invasively monitor The appropriate dosage of MT for sleep
sleep.(28) outcomes is unknown, and the dos- age used in
this study may not be realistic in practice.
MASSAGE Therapy and Sleep Quality Changes in chronicity, such as a shorter period
between diagnosis and in- tervention, could be
Poor sleep quality persisted for partici- explored as it relates to dosage and outcome.
pants, as measured by the PSQI. Review of the Further, future stud- ies should explore other
ongoing notes and participant health tools to measure sleep quality. The PSQI has
histories led to the hypothesis that MT had an extension for PTSD that might improve how
little impact as it did not remove the cause. participants’ experiences are recorded,(32) and
wearable
7
technology may improve the assessment of Funding and support from Humber Col- lege,
sleep.
Sutherland-Chan Clinics, and the Registered
Massage Therapists’ Association of Ontario
STRENGTHS and LIMITATIONS
made this study possible.
This study adds to the growing body of
research for MT. The ecological validity is
high due to the use of case study design. The CONFLICT OF INTEREST NOTIFICATION
participants, while not representative of the
entire population of individuals with PTSD, The authors declare there are no conflicts of
illustrate patients’ complex health interest.
presentations. The MT intervention was
pragmatic, and practitioners pro- vided
techniques based on the patient’s
presentation, with few limitations. The lack COPYRIGHT
of experience treating individuals with
PTSD of the practitioners may be a Published under the CreativeCommons
limitation, although the training that was Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0
provided attempted to reduce this. Caution License.
should be taken when broadly applying these
results.
REFERENCES
a. AVmeringen M, Mancini C, Patterson B, et al.
n1 Post-traumatic stress disorder in Canada. CNS Neurosci Ther.
CONCLUSION 2008;14(3):171–181.
8
11. Park CL, Finkelstein-Fox L, Barnes DM, et al.
24. Hoge CW, Terhakopian A, Castro CA, et al. As-
CAM use in recently-returned OEF/OIF/OND US
sociation of posttraumatic stress disorder with
veter- ans: demographic and psychosocial
somatic symptoms, health care visits, and
predictors. Complement Ther Med. 2016;28:50–
absen- teeism among Iraq war veterans. Am J
56.
Psychiatry. 2007;164(1):150–153.
12. Collinge W, Kahn J, Soltysik R. Promoting
25. Belleville G, Marchand A, St-Hilaire MH, et al.
reinte- gration of National Guard veterans and
PTSD and depression following armed robbery:
their part- ners using a self-directed program of
pat- terns of appearance and impact on
integrative therapies: a pilot study. Military Med.
absenteeism and use of health care services. J
2012;177(12): 1477–1485.
Trauma Stress. 2012;25(4):465–458.
13. Field T, Seligman S, Scafidi F, et al. Alleviating
26. Carney CE, Buysse DJ, Ancoli-Israel S, et al.
post- traumatic stress in children following
The consensus sleep diary: standardizing
Hurricane Andrew. J Appl Dev Psychol.
prospective sleep self-monitoring. Sleep.
1996;17(1):37–50.
2012;35(2):287–302.
14. Mckenna Longacre MM, Silver-Highfield E, Lama
27. Lee PH, Suen LK. The convergent validity of Ac-
P, et al. Complementary and alternative medi-
tiwatch 2 and ActiGraph Link accelerometers in
cine in the treatment of refugees and survivors
measuring total sleeping period, wake after
of torture: a review and proposal for action.
sleep onset, and sleep efficiency in free-living
Torture. 2012;22(1):38–57.
condition. Sleep Breath. 2017;21(1):209–215.
15. Field T, Hernandez-Reif M, Diego M, et al. Corti-
28. Shih PC, Han K, Poole ES, et al. Use and
sol decreases and serotonin and dopamine in-
adoption challenges of aearable activity
crease following massage therapy. Int J
trackers. iConfer- ence 2015 Proceedings.
Neurosci. 2005;115(10):1397–1413.
Urbana-Champaign, IL: IDEALS University of
16. Kashani F, Kashani P. The effect of massage
Illinois; 2015.
therapy on quality of sleep in breast cancer
29. Rexall. Elavil. What side effects are possible
patients. Iran J Nurs Midwifery Res.
with this medication? Toronto, ON: Rexall;
2014;19(2):113–118.
2017. Avail- able from:
17. Hill R, Baskwill A. Positive effects of massage
http://www.rexall.ca/articles/view/591/
therapy on a patient with narcolepsy. Int J Ther Elavil#adverseeffects_title
Massage Bodywork. 2013;6(2):24–28.
30. Rexall. Apo-Baclofen. What side effects are pos-
18. Oliveira DS, Hachul H, Goto V, et al. Effect of
sible with this medication? Toronto, ON: Rexall;
therapeutic massage on insomnia and
2017. Available from:
climacteric symptoms in postmenopausal
http://www.rexall.ca/articles/ view/856/Apo-
women. Climac- teric. 2012;15(1):21–29.
Baclofen#adverseeffects_title
19. Government of Ontario. Massage Therapy Act,
31. Mental Health Commission of Canada. Mental
1991. Ottawa, ON: Queen’s Press; 1991.
health first aid. Ottawa, ON: The Commission;
20. Andrade CK. Outcome-Based Massage: Putting
2017. Available from: http://www.mentalhealth-
Evidence Into Practice, 3rd ed. Philadelphia, PA: firstaid.ca/en
Lippincott Williams & Wilkins; 2014.
32. Germain A, Hall M, Krakow B, et al. A brief sleep
21. Buysse DJ, Reynolds CF, Monk TH, et al. The
scale for posttraumatic stress disorder:
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI): A new
Pittsburgh Sleep Quality Index Addendum for
in- strument for psychiatric practice and
PTSD. J Anxiety Disord. 2005;19(2):233–244.
research. Psychiatry Res. 1989;28(2):193–213.
22. Parrott, AC. The Leeds Sleep Evaluation Ques-
tionnaire [online document]. 1980. Available
from: https://www.theseus.fi/bitstream/han-
dle/10024/36268/leeds-sleep-evaluation-question-
naire.pdf?sequence=4&isAllowed=y Corresponding author: Bryn Sumpton,
23. Parrott AC, Hindmarch I. Factor analysis of a BScN, Sutherland-Chan Clinic Inc.—Head
sleep evaluation questionnaire. Psychological Office, 738 Spadina Ave., Suite 200, Toronto,
Med. 1978;8(2):325–329. ON, M5S 2J8
E-mail: bryn@sc-clinic.com
9
International Journal of Massage Therapy and Bodywork
RESEARCH
The Influence of Practice Standards on Massage
Therapists’ Work Experience: A
Phenomenological Pilot Study
Luann D. Fortune, LMT, MA; Elena Gillespie, MA
School of Human Organization and Development, Fielding Graduate University, Santa Barbara, CA, USA
This original research is framed in phenom- psychodynamic perspective on work dynamics and
enological methodology, based on interviews identity.
con- ducted and interpreted using qualitative
research methods. The findings suggest that,
because of both direct and indirect factors (such The Changing Environment of
as the nebu- lous nature of the work, general Massage Therapy
isolation in work conditions, and physical
concerns), massage thera- pists perform their Massage is an ancient tradition that, until recently,
work with multiple sources of ambiguity that was more aligned with folk medicine and tradition
are potentially anxiety-causing. Li- censing
offers potential relief for this anxiety, but also
generates a new set of frustrations and work
concerns. The new concerns include the
potential that practice will change to adapt to
non-relevant standards and the difficulty of
defining a body of work that frequently defies a
“one size fits all” cat- egorization. This pilot
study suggests several areas for further
exploration and also demonstrates the
generativity of phenomenological methodology
for research related to massage therapy.
INTRODUCTION
5
InternatIonal Journal of therapeutIc Massage and Bodywork—VoluMe 3, nuMBer 3, septeMBer 2010
measured, little research has considered the EG, is a Reiki practitioner who has conducted
qualita- tive impact of the professionalization empirical research in alternative and complementary
movement. therapies; she is also a phenomenological research
Walkley suggests that the investigator. EG assisted in framing the written
professionalization and medicalization of study to CON- SORT and the accepted standards of
massage will reframe the experi- ence of the the Uniform Re- quirements for Manuscripts
therapist(5). How practitioners view and Submitted to Biomedical Journals. In future
experience their work is likely to evolve as investigations involving multiple analysts, steps
related institutions and organizations exercise should be taken to identify and resolve variances
greater control over what was previously the between the analysts. In this pilot study, perceptual
artisan’s realm. Beyond influencing the variances were not a factor because of the division of
logistics and techniques of service delivery, tasks.
this control will likely affect how therapists
conceptualize their work and “what they feel
in their hands”(5). Hence, the move to
professionalization car- ries inherent and
possibly unforeseen implications for the
practitioner and ultimately for the consumer.
Yes
Practitioners were excluded if they
had not been actively practicing during
the preceding 6 months, did not meet the
study criteria (Figure 1), or could not
commit time within the necessary
schedule. Each participant in the study is
identified by an alias of their choosing.
The Institutional Review Board at No Lic Sp
Lic en ec
Fielding Graduate University approved se ial
ens
this research project, and all participants e? ? ty
gave written informed consent for the Li
study. Participants received no monetary Pt.
#1
Pt.
#2
Pt
ce
.
compen- sation for their participation in M, M, ns
#3
49 50 F,
the study. y.o. y.o e?
49
were 3 massage therapists in active fIgure 1. Participant (Pt) selection flowchart. M = male;
y.o. = years old; F = female.
6
InternatIonal Journal of therapeutIc Massage and Bodywork—VoluMe 3, nuMBer 3, septeMBer 2010
g
ticin
Prac ge
s a
mas y for No-
p d
thera ast 6 exclu
l ed
the
n ths?
mo
Interviews through recognized strategies es- tablished for
qualitative research design(24): member- checking
Consistent with phenomenological (taking the final report of specific themes back to the
research methods(22), data were collected participants to obtain their thoughts about the
during interviews. Each participant was accuracy of the representations of their comments)
interviewed twice. The first interview was and use of an external auditor (a published expert in
structured into two parts: the first col- lected the area of applied psychodynamic theory (25)). This
the background and work experience of the strategy provided further external consistency by tri-
therapists; the second explored their thoughts angulating the themes emerging from the data
about how licensing had affected their against applied and theoretical constructs(23).
practice. The initial interview was conducted
in person, took 60 – 90 min- utes, and was
audiotaped and transcribed. Hardcopy and e-
mail messages were used to collect corrections
and revisions from the participants, and
changes were made as instructed. A
subsequent conversation asked the participants
to comment on the initial interview and to
offer any interpretive thoughts. These second
interviews were conducted by telephone or
exchange of e-mail messages, and each one
took 10 – 20 min- utes (Figure 1).
Analysis
2 part interview
Informed consent
Participant selection
from the work of the participating massage
therapists. The am- biguity and nebulousness
of massage therapy, while affording creativity
and deep rewards, contribute to a climate of
uncertainty. Because the experience is
structured to be intensely private, the value or
ef- fectiveness of the therapist’s work goes
Written text
Specialty Licenses
7
InternatIonal Journal of therapeutIc Massage and Bodywork—VoluMe 3, nuMBer 3, septeMBer 2010
and perceived threats. Participants who had I’m
satisfied minimum credentials found licensing feeling, I just want to pay attention here.
to be a source of comfort and support. — Billy Bass; July 26, 2009; line 611
8
InternatIonal Journal of therapeutIc Massage and Bodywork—VoluMe 3, nuMBer 3, septeMBer 2010
Anxiety Reduction Through outside authority can be another source of anxiety,
because the independent massage therapist (p. 30–
Professionalization 31)(5) is forced to conform to regulatory
Licensure can serve to reduce anxiety requirements(30). The underlying profes- sionalization
related to the work of massage therapy by movement, linking tensions between individuality
increasing credibility: and group conformity, is both revered and
resented(5,30):
When I first did the licensing, and the
NCTMB ap- plication, going through that This has all been put in place for a reason you
process was just good in terms of realizing know, getting a notary and all this other stuff is such
this is a serious job. a pain. But, it gives us credibility.
— P3; July 2, 2009; lines 804–806 — P3; July 2, 2009; lines 804–810
Licensing also provides substantive support,
as demonstrated in these statements:
9
InternatIonal Journal of therapeutIc Massage and Bodywork—VoluMe 3, nuMBer 3, septeMBer 2010
work itself could be changed, with the The therapists interviewed consistently conveyed
associated anxiety of who has a voice in that deep passion and reverence for their work. If the col-
change. Being judged by rapidly changing lective body of massage therapy can manage to
knowledge and new constructs makes the incor- porate the depth and wisdom arising from its
therapist susceptible to potential failure in a roots into the vision of its future, the energy driving
system in which the rules are changing— an the move to professionalization could be enhanced
additional source of anxiety. by increased personal investment from the
The data also indicated one emerging gap: community:
effec- tive monitoring of the therapist’s
qualitative skills beyond the number of hours I feel like I’m blessed, ’cause I’ve had a vocation.
trained. Other themes that arose included the It’s not just a job. In fact, I would go so far as calling
complications from being self-employed,
inconsistent training, confused social status,
cultural norms about touch, and workplace
isolation. Some of the individual anxieties
expressed by the study participants speaks to
an underlying inconsistency in definitions,
characteristics, and even expectations about
the nature of the work. As is typical of manual
therapies, virtuosity in tactile experience is
innate and also takes years to develop(5). Rather
than ignore this critical aspect of the essence
of massage, its elusiveness in language calls
for a holistic appreciation. The praxis of
massage could describe a new approach to
credentialing based on a theoretical–
practitioner model. According to Walk- ley, a
new category of manual practitioner, with a
different range of techniques and education,
will emerge in the United States(5).
Still, the empowerment resulting from
profession-
alization projects can influence context.
Although professionalization alone does not
directly mitigate the challenges of anxiety and
the lack of definitions, it could have a long-
term impact on how massage therapy is
delivered(12). Integration into the health care
delivery system is an increasing possibility
“because people look at massage therapists
these days ... as health care practitioners”
(Billy Bass; June 26, 2009; lines 231–232)(5).
At a time when the entire system is subject to
reordering, the evolution of massage therapy
can work synergistically to affect the delivery
of wellness services, as evidenced by the
literature.
Finally, the lack of clarity concerning what
con- stitutes massage therapy points to an
integrity issue. Although various components
of the craft currently defy categorization, the
practice balances on the cusp of change.
Better definition of the synergistic properties
of massage today is a logical first step in
designing and promoting a vision of what
massage therapy should become. This area is
clearly calling out for further investigation,
including variations based on regional
practices and training factors.
it a spiritual calling. But it’s taken me
a while to get to the place where I can
say, “Yeah, this is a calling” ’cause I COPYRIGHT
think a lot of things have to come
together ... going beyond ... the Published under the CreativeCommons
mechanical aspect of giving a massage Attribution- NonCommercial-NoDerivs 3.0
— Joseph; June 29, 2009; lines 279–286 License.
10
InternatIonal Journal of therapeutIc Massage and Bodywork—VoluMe 3, nuMBer 3, septeMBer 2010
6. Eisenberg DM, Cohen MH, Hrbek A, Grayzel J,
21. Bentz VM, Shapiro JJ. Mindful Inquiry in Social
Van Rompay M, Cooper R. Credentialing Research.
complementary and alternative medical Thousand Oaks, CA: Sage; 1998.
providers. Ann Intern Med. 2002;137(12):965– 22. Hymel GM. Research Methods for Massage and
973. Holistic Therapies. St. Louis, MO: Elsevier
7. Nahin RL, Barnes PM, Stussman BJ, Bloom B. Mosby; 2006.
Costs of complementary and alternative 23. Neuman WL. Social Research Methods:
medicine (CAM) and frequency of visits to CAM Qualitative and Quan- titative Approaches. New
practitioners: United States, 2007. Natl Health York, NY: Allyn and Bacon; 2003.
Stat Report. 2009;(18):1–14. 24. Creswell JW. Research Design: Qualitative,
8. Field T. Touch. Cambridge, MA: MIT Press; Quantitative, and Mixed Method Approaches.
2001. 2nd ed. Thousand Oaks, CA: Sage Publications;
9. Macdonald KM. The Sociology of Professions. 2003.
London, UK: Sage; 1995. 25. Hirschhorn L, Barnett CK, eds. The
10. Jackson JA. Professions and Professionalization. Psychodynamics of Orga- nizations.
London, UK: Cambridge University Press; 1970. Philadelphia, PA: Temple University Press; 1993.
11. Abbott A. The Systems of Professions: An Essay 26. Hirschhorn L. The Workplace Within: The
on the Divi- sion of Expert Labor. Chicago, IL: Psychodynamics of Organizational Life.
University of Chicago Press; 1988. Cambridge, MA: MIT Press; 1988.
12. Hatch NO, ed. The Professions in American 27. Hirschhorn L, Gilmore TN. The psychodynamics
History. Notre Dame, IN: University of Notre of a cultural change: learnings from a factory.
Dame Press; 1988. In: Hirschhorn L, Barnett CK, eds. The
13. Kimball B. “True Professional Ideal” in America: Psychodynamics of Organizations. Philadelphia,
A History. PA: Temple University Press; 1993: 119–142.
Cambridge, MA: Blackwell; 1992.
28. Associated Bodywork and Massage Professionals
14. Bondurant C. Why massage therapy guidelines?
(ABMP). Massage Profession Metrics:
Massage Today. 2008;8(10):1–3,11.
Practitioner Characteristics and Professional
15. Kahn J. Introduction. In: Rich GJ, ed. Massage
Membership Patterns. ABMP website. http://
Therapy: The Evidence for Practice. Edinburgh:
www.massagetherapy.com/media/metricschara
Mosby; 2002: xi–xvii.
cteristics.php. Published n.d. Updated n.d.
16. Hymel GM. Advancing massage therapy
Accessed January 8, 2010.
research competen- cies: dimensions for
29. Stokes J. The unconscious at work in groups
thought and action. J Bodyw Mov Ther.
and teams: contri- butions from the work of
2003;7(3):194–199.
Wilfred Bion. In: Obholzer A, Roberts V, eds.
17. Greene E. Maryland massage therapy bill passes
The Unconscious at Work. London, UK:
after 10 years.
Routledge; 1994; 19–27.
J Altern Complement Med. 1997;3(1):87–90.
30. Aronson E. The Social Animal. 4th ed. New York,
18. American Massage Therapy Association (AMTA).
NY: WH Freeman and Company; 1972.
Michigan Governor Signs Massage Therapy
31. National Center for Complementary and
Licensing Act. AMTA website.
Alternative Medi- cine (NCCAM).
http://www.amtamassage.org/articles/2/PressRelea
Backgrounder—Massage Therapy: An
se/detail/2138. Published January 9, 2009.
Introduction. Training, Licensing, and
Accessed March 2, 2009.
Certification. NC- CAM website.
19. Crownfield PW, Beychok T, Bondurant C. Winds
http://nccam.nih.gov/health/massage/#certs.
of change in North Carolina and Pennsylvania.
Published September 2006. Updated June
Massage Today. 2008;8(12):1 -3.
2009. Accessed January 8, 2010.
20. Van Manen M. Researching Lived Experience:
Human Science for an Action Sensitive Corresponding author: Luann D. Fortune, 5305 Broad
Pedagogy. Albany, NY: State University of New Branch Road NW, Washington, DC 20015 USA.
York Press; 1990. E-mail: lfortune@email.fielding.edu