PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Menurut data World Health Organization(WHO) pada tahun 2009, diare adalah
penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Secara global setiap tahunnya ada
sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1.5 juta pertahun. Pada negara
berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun.
Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk
tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak (WHO, 2009).
karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai penularan
tersebut. Sesuai data UNICEF awal Juni 2010, ditemukan salah satu pemicu diare baru, yaitu
bakteri Clostridium difficile yang dapat menyebabkan infeksi mematikan di saluran
pencernaan. Bakteri ini hidup di udara dan dapat dibawa oleh lalat yang hinggap di makanan.
Di Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan
pasien pada ruang praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data
menunjukkan diare akut karena infeksi (gastroenteritis) terdapat pada peringkat pertama
sampai dengan keempat pasien yang datang berobat ke rumah sakit (Koppadi VI, Jakarta,
1984).
Oleh karena itu peran perawat sangat dibutuhkan dalam mengatasi masalah yang
dihadapi pasien dengan memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan pasien,
menjaga kebersihan lingkungan, perawat juga berkolaborasi dengan dokter dalam memberi
terapi dan juga memberikan beberapa informasi yang penting
Berbagai faktor mempengaruhi terjadinya kematian, malnutrisi, ataupun kesembuhan
pada pasien penderita diare. Pada balita, kejadian diare lebih berbahaya disbanding tubuh
balita yang lebih banyak komposisi dikarenakan orang dewasa pada mengandung air
dibanding dewasa. Jika terjadi diare, balita lebih rentan mengalami dehidrasi dan komplikasi
lainnya yang dapat merujuk pada malnutrisi ataupun kematian.
Faktor ibu berperan sangat penting dalam kejadian diare pada balita. Ibu adalah sosok
yang paling dekat dengan balita. Jika balita terserang diare maka tindakan-tindakan yang ibu
ambil akan menentukan perjalanan penyakitnya. Tindakan tersebut dipengaruhi berbagai hal,
salah satunya adalah pengetahuan. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003)
2. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada anak dengan diare.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tinjauan teoritis diare
2. Untuk mengetahui Pengkajian pada anak dengan diare
3. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan pada anak dengan diare
4. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan diare
5. Untuk mengetahui Implementasi keperawatan pada anak dengan diare
6. Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan pada anak dengan diare
3. Sasaran Penulisan
B. Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor Infeksi
2. Faktor Malabsorbsi
3. Faktor makanan dan minuman yang dikonsumsi
4. Faktor psikologis
5. Faktor Pendidikan Menurut penelitian
6. Faktor pekerjaan Ayah dan ibu
7. Faktor umur balita
8. Faktor lingkungan
9. Faktor Gizi
10. Faktor sosial ekonomi
C. Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :
1. Gangguan osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap
akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini
akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Akibat
rangsangan mediator abnormal misalnya enterotoksin, menyebabkan villi gagal
mengabsorbsi natrium, sedangkan sekresi klorida disel epitel berlangsung terus atau
meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
3. Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltic usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang
selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
D. Patofisiologi
Gastroenteritis akut (Diare) adalah masuknya Virus (Rotavirus, Adenovirus enteritis),
bakteri atau toksin (Salmonella. E. colli), dan parasit (Biardia, Lambia). Beberapa
mikroorganisme pathogen ini me nyebabkan infeksi pada sel- sel, memproduksi enterotoksin
atau cytotoksin Penyebab dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada
gastroenteritis akut. Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal oral dari satu klien ke klien
lainnya. Beberapa kasusditemui penyebaran pathogen dikarenakan makanan dan minuman
yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus
berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di
dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan
motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu
sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam
basa (asidosis metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia dan gangguan sirkulasi.
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi: (a) Kehilangan air dan
elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan asam-basa
(asidosis metabolik, hypokalemia dan sebagainya). (b) Gangguan gizi sebagai akibat
kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah). (c) Hipoglikemia, (d)
Gangguan sirkulasi darah.
E. Manifestasi Klinis
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin
disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan
karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya
defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang
berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat
terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang
atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita telah banyak
kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi makin tampak. Berat badan menurun,
turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun membesar menjadi cekung, selaput lendir bibir
dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi
menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat, sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat
dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik, dan hipertonik. (Mansjoer, 2009).
Menurut Budiarto (2002) bahwa secara umum faktor resiko diare pada dewasa yang
sangat berpengaruh terjadinya penyakit diare yaitu faktor lingkungan (tersedianya air bersih,
jamban keluarga, pembuangan sampah, pembuangan air limbah), perilaku hidup bersih dan
sehat, kekebalan tubuh, infeksi saluran pencernaan, alergi, malabsorbsi, keracunan,
imunodefisiensi, serta sebab-sebab lain.
Sedangkan menurut Sutono (2008) bahwa pada balita faktor resiko terjadinya diare
selain faktor intrinsic dan ekstrinsik juga sangat dipengaruhi oleh perilaku ibu dan pengasuh
balita karena balita masih belum bisa menjaga dirinya sendiri dan sangat bergantung pada
lingkungannya. Dengan demikian apabila ibu balita atau ibu pengasuh balita tidak bisa
mengasuh balita dengan baik dan sehat maka kejadian diare pada balita tidak dapat dihindari.
Diakui bahwa faktor-faktor penyebab timbulnya diare tidak berdiri sendiri, tetapi sangat
kompleks dan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan satu sama lain,
misalnya faktor gizi, sanitasi lingkungan, keadaan social ekonomi, keadaan social budaya,
serta faktor lainnya. Untuk terjadinya diare sangat dipengaruhi oleh kerentanan tubuh,
pemaparan terhadap air yang tercemar, system pencernaan serta faktor infeksi itu sendiri.
Kerentanan tubuh sangat dipengaruhi oleh faktor genetik, status gizi, perumahan padat dan
kemiskinan.
H. Penatalaksaan
Prinsip penatalaksanaan diare menurut RI antara lain dengan drehidrasi, nutrisi,
medikamentosa.
1. Dehidrasi
Diare cair membutuhkan pengganti cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya.
Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan jumlah yang telah hilang melalui diare dan
atau muntah, ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin,
pernafasan, dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah
yang masih terus berlangsung. Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat
masing-masing anak atau golongan umur,
2. Nutrisi
Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindari efek
buruk pada status gizi. Agar pemberian diet pada anak dengan diare akut dapat
memenuhi tujuannya, serta memperhatikan faktor yang mempengaruhi gizi anak, maka
diperlukan persyaratan diet sebagai berikut yakni pasien segera diberikan makanan oral
setelah rehidrasi yakni 24 jam pertama, makanan cukup energy dan protein, makanan
tidak merangsang, makanan diberikan bertahap mulai dengan yang mudah dicerna,
makanan diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering. Pemberian ASI
diutamakan pada bayi, pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan, pemberian
vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup.
3. Medikamentosa
Antobiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, obat-obat anti diare
meliputi antimotilitas seperti loperamid, difenoksilat, kodein, opium, adsorben seperti
norit, kaolin, attapulgit, anti muntah termasuk prometazin dan kloropomazin.
K. Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat
terjadi berbagai macam komplikasi seperti:
a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik
c. Hypokalemia
d. Hipoglikemia
e.Intoleransi laktosa sekunder
f. Kejang
g. Malnutrisi energy protein
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1) Identitas
Nama : an. A
Umur : 7th
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Alamat : semarang
Diagnosa : sindroma nefrotik
2) Penanggung jawab
Nama : tn.T
Alamat : semarang
Pekerjaan : wiraswasta
Agama : islam
Hubungan : ayah
Diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak, frekuensi diare untuk neonatus
> 4 kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari dalam sehari. Status ekonomi yang
rendah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya diare pada
nak ditinjau dari pola makan, kebersihan dan perawatan. Tingkat pengetahuan perlu
dikaji untuk mengetahui tingkat perlaku kesehatan dan komunikasi dalam pengumpulan
data melalui wawancara atau interview. Alamat berhubungan dengan epidemiologi
(tempat, waktu dan orang)
3) Keluhan utama
Yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klnis berupa BAB yang tidak
normal/cair lebih banyak dari biasanya.
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan
pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi,
status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-
lain.
Prenatal
Pengaruh konsumsi jamu-jamuan terutamma pada kehamilan semester pertama, penyakti
selama kehamilan yang menyertai seperti TORCH, DM, Hipertiroid yang dapat
mempengaruhi pertunbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim.
Natal
Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yang dapat mempengaruhi fungsi dan
maturitas organ vital.
Post natal
Apgar skor <6 berhubungan dengan asfiksia, resusitasi atau hiperbilirubinemia. berat
badan dan panjang badan untuk mengikuti pertumbuhan dan perkembangan anak pada
usia sekelompoknya. Pemberian ASI dan PASI terhadap perkembangan daya tahan tubuh
alami dan imunisasi buatan yang dapat mengurangi pengaruh infeksi pada tubuh.
d. Persepsi keluarga
Kondisi lemah dan mencret yang berlebihan perlu suatu keputusan untuk penangan
awal atau lanjutan ini bergantung pada tingkat pengetahuan dan penglaman yang
dimiliki oleh anggota keluarga (orang tua).
B. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Neurologi
a) Subyektif, klien tidak sadar, kadang-kadang disertai kejang
b) Inspeksi, Keadaan umum klien yang diamati mulai pertama kali bertemu dengan
klien. Keadaan sakit diamati apakah berat, sedang, ringan atau tidak tampak sakit.
Kesadaran diamati komposmentis, apatis, somnolen, delirium, stupor dan koma.
c) Palpasi, adakah parese, anestesia,
d) Perkusi, refleks fisiologis dan refleks patologis.
2. Sistem Penginderaan
Mata, Amati mata conjunctiva adakah anemis, sklera adakah icterus. Reflek mata dan
pupil terhadap cahaya, isokor, miosis atau midriasis. Pada keadaan diare yang lebih
lanjut atau syok hipovolumia reflek pupil (-), mata cowong.
c) Palpasi,
Kepala, Ubun-ubun besar cekung, kulit kepala kering, sedangkan untuk anak-anak
ubun-ubun besar sudah menutup maksimal umur 2 tahun. Mata, tekanan bola mata
dapat menurun, Telinga, nyeri tekan, mastoiditis
3. Sistem Integumen
a) Subyektif, kulit kering
b) Inspeksi , kulit kering, sekresi sedikit, selaput mokosa kering
c) Palpasi, tidak berkeringat, turgor kulit (kekenyalan kulit kembali dalam 1 detik =
dehidrasi ringan, 1-2 detik = dehidrasi sedang dan > 2 detik = dehidrasi berat
4. Sistem Kardiovaskuler
a) Subyektif, badan terasa panas tetapi bagian tangan dan kaki terasa dingin
b) Inspeksi,
pucat, tekanan vena jugularis menurun, pulsasi ictus cordis (-), adakah pembesaran jantung,
suhu tubuh meningkat.
c) Palpasi,
suhu akral dingin karena perfusi jaringan menurun, heart rate meningkat karena vasodilatasi
pembuluh darah, tahanan perifer menurun sehingga cardiac output meningkat. Kaji frekuensi,
irama dan kekuatan nadi.
d) Perkusi,
normal redup, ukuran dan bentuk jantung secara kasar pada kasus diare akut masih dalam
batas normal (batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis
midsternal pada ruang interkostalis ke 4,5 dan 8.
e) Auskultasi,
pada dehidrasi berat dapat terjadi gangguan sirkulasi, auskulatasi bunyi jantung S1, S2,
murmur atau bunyi tambahan lainnya. Kaji tekanan darah.
5. Sistem Pernafasan
6. Sistem Pencernaan
a) Subyektif, Kelaparan, haus
b) Inspeksi
BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari, adakah bau,
disertai lendi atau darah. Kontur permukaan kulit menurun, retraksi (-) dan kesemitrisan
abdomen.
c) Auskultasi,
Bising usus (dengan menggunakan diafragma stetoskope), peristaltik usus meningkat
(gurgling) > 5-20 detik dengan durasi 1 detik.
d) Perkusi,
mendengar aanya gas, cairan atau massa (-), hepar dan lien tidak membesar suara tymphani.
e) Palpasi, adakah nyeri tekan, superfisial pemuluh darah, massa (-). Hepar dan lien tidak
teraba.
7. Sistem Perkemihan
8. Sistem Muskuloskletal
a) Subyektif, lemah
b) Inspeksi, klien tampak lemah, aktivitas menurun
c) Palpasi, hipotoni, kulit kering , elastisitas menurun. Kemudian dilanjutkan dengan
pengukuran berat badan dan tinggi badan , kekuatan otot.
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a) Feces lengkap
Makroskopis dan mikroskopis (bakteri (+) mis. E. Coli, PH dan kadar gula, biakan dan uji
resistensi
Sesuai dengan kriteria hasil yang ditetapkan pada awal memberikan asuhan keperawatan ini
tujuan keperawatan teratasi, sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan, intervensi
dihentikan.
Kriteria hasil yang telah ditetapkan dalam tinjauan pustaka sebagai berikut:
c. Kerusakan integritas kulit b.d iritasi karena defekasi yang sering dan feses yang cair
(Wong, 2009). Kriteria hasil yang ditetapkan dalam tinjauan pustaka sebagai berikut:
Sesuai dengan kriteria hasil yang ditetapkan pada awal memberikan asuhan keperawatan ini
tujuan keperawatan teratasi, sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan, intervensi dihentikan.
PEMBAHASAN
Diare didefinisikan sebagai suatu keadaan bertambahnya frekuensi dan
keenceran buang air besar. Frekuensi buang air besar yang dianggap normal adalah
1-3 kali per hari dan banyaknya 200-250 gram sehari. Jika melebihi jumlah tersebut,
maka seseorang sudah dapat dikatakan mengalami diare.
ii. Diare persiten adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dan
disebabkan oleh infeksi misalnya diare akibat virus karena pelaksanaanya
yang kurang baik sehingga berlanjut hinggga lebih dari 14 hari disentri yang
tidak mendapatkan obat sehingga berlangsung lebih dari 14 hari atau diare
akibat bakteri yang telah resisten terhadap jumlah antibioptik sehingga
berlangsung lebih dari 14 hari .
iii. Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dan bukan
disebabkan oleh virus misal akibat gangguan fungsi usus dalam mencerna
makanan adanya suatu zat makanan. Yang tidak dapat diserap tubuh .
iv. Disentri adalah diare yang di sertai lendir dan darah . disentri disebabkan oleh
bakteri sigella atau parasit .
v. Kolera dalah diare cair yang hampir tidak dapat ditemukan ampas tinja sama
sekali (watery diarrhea). Kolera sering kali menimbulkan wabah dan sangat
cepat menimbulkan dehidrasisehingga menyebabkan penderitanya meninggal
kolera disebabkan oleh bakteri Vibriocholerae.
Ciri yang mudah untuk di kenali pada penderita diare yaitu :
Penderitanya akan buang air besarencer atau mencret. Biasanya penderitanya akan
mengalami sakit perut dan mengeluarkan cairan yang menyembur disertai adnya
angin atau gas yang keluar tidak tertahankan .
A. Sifat fesesnya encer berupa air , disertai darah atau lendir tergantung kuman
penyebabnya .
B. Pada kasus yang lumayan berat , feses penderita diare kronis berwarna
kehijau-hijauan sebab sudah tercampur empedu .
C. Terkadang disertai rasa melilit atau mules sehingga perut menjadi
sakit ,Rasa sakit yang di rasakan bisa saja ringan taupun berattergantung
penyebabnya .
D. Perut penderita diare kronis kerab kembung serta apabila di ketuk perut akan
berbunyi nyaring seper gendang .
E. Penderita diare kronis suhu badannya meningkat (demam) yang bisa
menyerang dengan mudah pada bayi dan anka-anak akibatnya mereka ( bayi
dan anak-anak ) menjadi cengeng dan gelisah ,bahkan tidak mau makan dan
minum , kadang – kadang di sertai mutah , badan merekan menjadi lemas ,
mata cekung , ubun-ubun cekung , kulit menjadi tidak elastis yang
(menandakan mulai mengalami kekurangan cairan tubuh),berat badan pun
turun drastis .