“ASKEP THALASEMIA”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Imun I
Pembibing :
Octo Zulkanaen S.Kep.Ners
Disusun oleh :
KELOMPOK SGD 6
Anggota:
Eko Kurnia Wicaksono (131141008)
Ela Yulia Arifiana (131141009)
Eko Nur Syafiq (131144001)
Jufri Latabay (131144002)
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah tentang “Askep Thalasemia” dan kami harap dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Melalui makalah ini kami ingin mengajak pembaca untuk lebih mendalami
dan memahami tentang materi Sistem Imun I. Dalam Penulisan makalah ini kami
merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua
pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. dan
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Penulis pada khususnya
dan pembaca pada umumnya. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu
dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah
memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini
Akhir kata, kami sebagai kelompok SGD 6 berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi yang membaca dan jika terdapat kesalahan-kesalahan kami sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan kedepannya.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................................2
1.4 Manfaat..........................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................3
2.1 Definisi Thalasemia.......................................................................................................3
2.2 Etiologi Thalasemia.......................................................................................................4
2.3 Patofisiologis Thalasemia.............................................................................................4
2.4 Manifestasi klinis Thalasemia.......................................................................................5
2.5 Klasifikasi Thalasemia..................................................................................................5
2.6 Pemeriksaan Diagnostik................................................................................................6
2.7 Prognosis ......................................................................................................................6
2.8 Pencegahan...................................................................................................................7
2.9 Penatalaksanaan............................................................................................................7
2.10 WOC...........................................................................................................................10
2.11 Konsep Asuhan Keperawatan.....................................................................................10
2.11.1 Pengkajian............................................................................................................11
2.11.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................................12
2.11.3 Intervensi Keperawatan.......................................................................................13
BAB III PEMBAHASAN.........................................................................................................15
3.1 Asuhan Keperawatan....................................................................................................15
3.1.1 Pengkajian.............................................................................................................15
3.1.2 Analisa Data..........................................................................................................17
3.1.3 Rencana Intervensi................................................................................................18
3.1.4 Implementasi dan Evaluasi...................................................................................20
BAB IV PENUTUP..................................................................................................................21
4.1 Kesimpulan...................................................................................................................21
4.2 Saran.............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................22
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Thalasemia berasal dari kata Yunani, yaitu talassa yang berarti laut. Yang
dimaksud dengan laut tersebut yaitu Laut Tengah, oleh karena penyakit ini pertama
kali dikenal di daerah sekitar Laut Tengah. Penyakit ini pertama sekali ditemukan
oleh seorang dokter di Detroit USA yang bernama Thomas B.1
Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang diwariskan oleh orangtua
kepada anak. Thalasemia mempengaruhi kemampuan dalam menghasilkan
hemoglobin yang berakibat pada penyakit anemia. Hemoglobin adalah suatu protein
dalam sel darah merah yang mengangkut oksigen dan nutrisi lainnya ke sel-sel
lainnya dalam tubuh. Sekitar 100.000 bayi di seluruh dunia terlahir dengan jenis
thalassemia berbahaya setiap tahunnya. Thalassemia terutama menimpa keturunan
Italia, Yunani, Timur Tengah, Asia dan Afrika. Ada dua jenis thalassemia yaitu alpha
dan beta. Kedua jenis thalassemia ini diwariskan dengan cara yang sama. Penyakit ini
diturunkan oleh orangtua yang memiliki mutated gen atau gen mutasi thalassemia.
Seorang anak yang mewarisi satu gen mutasi disebut pembawa atau carrier, atau yang
disebut juga dengan thalassemia trait (sifat thalassemia). Kebanyakan pembawa ini
hidup normal dan sehat. Anak yang mewarisi dua sifat gen, di mana satu dari ibu dan
satu dari ayah, akan mempunyai penyakit thalassemia. Jika baik ibu maupun ayah
adalah pembawa, kemungkinan anak mewarisi dua sifat gen, atau dengan kata lain
mempunyai penyakit thalassemia, adalah sebesar 25 persen. Anak dari pasangan
pembawa juga mempunyai 50 persen kemungkinan lahir sebagai pembawa.
Jenis paling berbahaya dari alpha thalassemia yang terutama menimpa
keturunan Asia Tenggara, Cina dan Filipina menyebabkan kematian pada jabang bayi
atau bayi baru lahir. Sementara itu, anak yang mewarisi dua gen mutasi beta
thalassemia akan menderita penyakit beta thalassemia. Anak ini memiliki penyakit
thalassemia ringan yang disebut dengan thalassemia intermedia yang menyebabkan
anemia ringan sehingga si anak tidak memerlukan transfusi darah. Jenis thalassemia
yang lebih berat adalah thalasemia major atau disebut juga dengan Cooley's Anemia.
Penderita penyakit ini memerlukan transfusi darah dan perawatan yang intensif.
Anak-anak yang menderita thalasemia major mulai menunjukkan gejala-gejala
penyakit ini pada usia dua tahun pertama. Anak-anak ini terlihat pucat, lesu dan
mempunyai nafsu makan rendah, sehingga menyebabkan pertumbuhannya terlambat.
Tanpa perawatan medik, limpa, jantung dan hati menjadi membesar. Di
samping itu, tulang-tulang tumbuh kecil dan rapuh. Gagal jantung dan infeksi menjadi
penyebab utama kematian anak-anak penderita thalassemia major yang tidak
mendapat perawatan semestinya. Bagi anak-anak penderita thalassemia major,
transfusi darah dan suntikan antibiotic sangat diperlukan.
Transfusi darah yang rutin menjaga tingkat hemoglobin darah mendekati
normal. Namun, transfusi darah yang dilakukan berkali-kali juga mempunyai efek
samping, yaitu pengendapan besi dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan
hati, jantung dan organ- organ tubuh lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Talasemia
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan
secara resesif. Ditandai oleh defisiensi produksi globin pada hemoglobin. dimana
terjadi kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit
menjadi pendek (kurang dari 100 hari) (Yuwono, 2012).
Thalasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan ditandai oleh
defisiensi produksi rantai globin pada hemoglobin (Suryadi dan rita, 2001).
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan
secara resesif (Arif Manjoer, 2000).
Thalasemia kelompok heterogen anemia hemolitik herediter yang ditandai oleh
penurunan kecepatan sintesis satu rantai polipeptida hemoglobin atau lebih
diklasifikasikan menurut rantai yang terkena (alfa, beta, gamma) ; dua kategori mayor
adalah alfa-dan beta-thalasemia, alfa-t, thalasemia yang disebabkan oleh penurunan
kecepatan sintesis rantai alfa hemoglobin (Kamus Dorlan,2000).
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel
darah merah didalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek
(kurang dari 120 hari). Penyebab kerusakan tersebut adalah Hb yang tidak normal
sebagai akibat dari gangguan dalam pembentukan jumlah rantai globin atau struktur
Hb (Nursalam,2005).
Thalasemia merupakan keadaan yang diwarisi, yaitu diwariskan dari keluarga
kepada anak. Kecacatan gen menyebabkan haemoglobin dalam sel darah merah
menjadi tidak normal. Mereka yang mempunyai penyakit Thalasemia tidak dapat
menghasilkan haemoglobin yang mencukupi dalam darah mereka. Haemoglobin
adalah bahagian sel darah merah yang mengangkut oksigen daripada paru-paru
keseluruh tubuh. Semua tisu tubuh manusia memerlukan oksigen. Akibat kekurangan
sel darah merah yang normal akan menyebabkan pesakit kelihatan pucat kerana paras
hemoglobin (Hb) yang rendah (anemia).
2.1.1 Jenis – jenis talasemia:
1. Talasemia major, paling serius. Ia juga dikenali sebagai Cooley's anemia
sempena nama doktor yang mula-mula menjumpai penyakit ini pada tahun
1925. Talasemia major merujuk kepada mereka yang mempunyai baka
talasemia sepenuhnya dan menunjukkan tanda-tanda talasemia.
2. Talasemia intermedia, Cooley's anemia yang sederhana.
3. Talasemia minor, tidak mempunyai gejala tetapi terdapat perubahan dalam
darah. alasemia minor merujuk kepada mereka yang mempunyai kecacatan
gen talasemia tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda talasemia atau
pembawa.
2. 2 Etiologi
Adapun etiologi dari thalasemia adalah faktor genetik (herediter). Faktor
genetik yaitu perkawinan antara 2 heterozigot (carier) yang menghasilkan keturunan
Thalasemia (homozigot).
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan
sel darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek
(kurang dari 100 hari). Kerusakan tersebut terjadi karena gangguan struktural
pembentukan hemoglobin (hemoglobin abnormal) dan atau gangguan jumlah (salah
satu/beberapa) rantai globin.
2.3 Patofisiologi
Normal hemoglobin adalah terdiri dari Hb A dengan polipeptida rantai alfa
dan dua rantai beta . Pada beta thalasemia adalah tidak adanya atau kurangnya rantai
beta dalam molekul hemoglobin yang mana ada gangguan kemampuan eritrosit
membawa oksigen. Adanya suatu kompensator yang meningkat dalam rantai alfa,
tetapi rantai beta memproduksi secara terus-menerus sehingga menghasilkan
hemoglobin defective. Ketidakseimbangan polipeptida ini memudahkan
ketidakstabilan dan disintegrasi. Hal ini menyebabkan sel darah merah menjadi
hemolisis dan menimbulkan anemia dan atau hemosiderosis.
Kelebihan dalam rantai alfa ditemukan pada thalasemia beta dan kelebihan
rantai beta dan gamma ditemukan pada thalasemia alfa. Kelebihan rantai polipeptida
kini mengalami presipitasi dalam sel eritrosit. Globin intra eritrositik yang
mengalami presipitasi, yang terjadi sebagai rantai polipeptida alfa dan beta, atau
terdiri dari hemoglobin tak stbil badan Heinz, merusak sampul eritrosit dan
menyebabkan hemolisis. Produksi dalam hemoglobin menstimulasi bone marrow
memproduksi RBC yang lebih. Dalam stimulasi yang konstan pada bone marrow,
produksi RBC diluar menjadi eritropoetik aktif. Kompensator produksi RBC secara
terus-menerus pada suatu dasar kronik. Dan dengan cepatnya destruksi RBC,
menimbulkan tidak adekuatnya sirkulasi hemoglobin. Kelebihan produksi dan
destruksi RBC menyebabkan bone marrow menjadi tipis dan mudah pecah atau
rapuh.
2.6 Komplikasi
Akibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi gagal jantung. Transfusi darah
yang berulang-ulang dari proses hemolisis menyebabkan kadar besi dalam darah
tinggi, sehingga tertimbun dalam berbagai jaringan tubuh seperti hepar, limpa, kulit,
jantung dan lain-lain. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan fungsi alat tersebut
(hemokromotosis). Limpa yang besar mudah ruptur akibat trauma yang ringan,
kematian terutama disebabkan oleh infeksi dan gagal jantung.
Secara umum komplikasi thalassemia antara lain :
a. Fraktur patologi
b. Hepatosplenomegali
c. Gangguan tumbang
d. Disfungsi organ
e. Gagal jantung
f. Hemosiderosis
g. Hemokromatosis
h. infeksi
2.7 Prognosis
Thalasemia homozigot umumnya meninggal pada usia muda dan jarang
mencapai usia dekade ke-3, walaupun digunakan antibiotik untuk mencegah
infeksi dan pemberian chaleting agents untuk mengurangi hemosiderosis (harganya
pun mahal, pada umumnya tidak terjangkau oleh penduduk negara berkembang).
Thalasemia tumor trait dan Thalasemia beta HbE yang umumnya mempunyai
prognosis baik dan dapat hidup seperti biasa.
2.8. Pencegahan
a. Pencegahan primer :
Penyuluhan sebelum perkawinan (marriage counselling) untuk mencegah
perkawinan diantara pasien Thalasemia agar tidak mendapatkan keturunan
yang homozigot. Perkawinan antara 2 hetarozigot (carrier) menghasilkan
keturunan : 25 % Thalasemia (homozigot), 50 % carrier (heterozigot) dan 25
normal.
b. Pencegahan sekunder :
Pencegahan kelahiran bagi homozigot dari pasangan suami istri dengan
Thalasemia heterozigot salah satu jalan keluar adalah inseminasi buatan
dengan sperma berasal dari donor yang bebas dan Thalasemia troit. Kelahiran
kasus homozigot terhindari, tetapi 50 % dari anak yang lahir adalah carrier,
sedangkan 50% lainnya normal.
Diagnosis prenatal melalui pemeriksaan DNA cairan amnion merupakan suatu
kemajuan dan digunakan untuk mendiagnosis kasus homozigot intra-uterin
sehingga dapat dipertimbangkan tindakan abortus provokotus (Soeparman
dkk, 1996)
2.9 Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Pemberian iron chelating agent (desferoxamine): diberikan setelah kadar
feritin serum sudah mencapai 1000 mg/l atau saturasi transferin lebih 50%,
atau sekitar 10-20 kali transfusi darah.
Desferoxamine, dosis 25-50 mg/kg berat badan/hari subkutan melalui pompa
infus dalam waktu 8-12 jam dengan minimal selama 5 hari berturut setiap
selesai transfusi darah. Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi
besi, untuk meningkatkan efek kelasi besi.
Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat. Vitamin
E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat memperpanjang umur sel
darah merah.
b. Bedah
Splenektomi, dengan indikasi:
Limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan
peningkatan tekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya rupture.
Hipersplenisme ditandai dengan peningkatan kebutuhan transfusi darah atau
kebutuhan suspensi eritrosit (PRC) melebihi 250 ml/kg berat badan dalam
satu tahun.
Ini ditunda sampai pasien berumur di atas 6 tahun karena resiko infeksi.
c. Suportif
Transfusi darah :
Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl sampai 11 g/dl. Dengan kedaan ini
akan memberikan supresi sumsum tualang yang adekuat, menurunkan tingkat
akumulasi besi, dan dapat mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan
penderita. Pemberian sel darah merah sebaiknya10-20 ml/kg BB untuk setiap
kenaikan Hb 1 g/dl.
d. Pada sedikit kasus transplantasi sumsum tulang telah dilaksanakan pada
umur 1 atau 2 tahun dari saudara kandung dengan HIA cocok (HIA-Matched
Sibling). Pada saat ini keberhasilan hanya mencapai 30% kasus.
e. Lain-lain (rujukan subspesialis, rujukan spesialisasi lainnya dll)
Tumbuh kembang, kardiologi, Gizi, endokrinologi, radiologi, Gigi.
Diagnosa II
Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat (Penurunan
Hemoglobin)
NOC:
1) Kontrol resiko
2) Status imun
Kriteria Hasil:
• Monitor perubahan status kesehatan
• Mengetahui faktor-faktor resiko
• Jumlah sel darah putih
• Suhu tubuh
• Observasi demam
• Malaise
NIC:
1) Memberikan resep obat
1.1 kaji riwayat kesehatan dan obat yang dahulu pernah digunakan
1.2 konsultasi dengan farmakologi
2) Kontrol Infeksi
2.1 administrasi terapi antibiotic
Diagnosa III
Kerusakkan integritas kulit berhubungan dengan sirkulasi
NOC:
1) Status sirkulasi
2) Perfusi jaringan perifer
Kriteria Hasil:
• Tekanan nadi dalam rentang normal
• Pengisian kapiler kurang dari 2-3 detik
NIC:
1) Circulatory Precautions
1.1 Lakukan pengkajian komperhensif sirkulasi perifer (Cek nadi perifer edema,
kapilari refill, warna kulit dan temperature)
2) Skin surveillance
2.1 Observasi ekstremitas yaitu warna, kehangatan, bengkak, nadi, tekstur, edema
dan ulserasi
2.2 Monitor infeksi
Diagnosa IV
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
dengan kebutuhan oksigen
NOC:
1) Status sirkulasi pasien baik
2) Status pernafasan pasien baik
Kriteria Hasil:
• Tekanan darah sistolik dalam rentang normal
• Tekanan darah diastolic dalam rentang normal
• Tekanan nadi dalam rentang normal
• Pernafasan pasien dalam rentang normal
NIC :
1) Terapi Oksigen
1.1 Pertahankan kecepatan jalan nafas
1.2 Monitor posisi pasien
1.3 Monitor warna kulit pasien
2) Disritmia Management
1.1 Monitor dan koreksi kekurangan oksigen dan ketidakseimbangan cairan
1.2 Monitor respon hemodinamik menuju disritmia
3) Self care Assistance
3.1 Monitor kemampuan perawatan mandiri pasien
3.2. Monitor keperluan pasien untuk cara adapif melakukan personal hygiene,
berpakaian, toileting dan makan
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. ASUHAN KEPERAWATAN TALASEMIA PADA ANAK
3.1.1. Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama : An. L
Umur : 1 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : -
Alamat : Perumaham Miranti 53 purwerejo
A . Keluhan utama
1. kulitnya kuning dan perutnya kelihatan membesar selama
satu minggu disertai pucat pada mukanya, hilangnya nafsu
makan dan kadang mual.
2. Riwayat penyakit sekarang :
TALASEMIA
B. Observasi Dan Pemeriksaan Fisik
A. Pemeriksaan fisik
1. Brain (B3)
Wajah
- Tampak pucat
2. Bowel (B5)
Abdomen
- Perut membesar karena pembesaran limpa
dan hati.
B. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah, umumnya di dapatkan hasil:
a. Hb dan eritrosit menurun.
b. Leukosit menurun.
c. Thrombosit: menurun (thrombositopeni).
d. Plasma menurun.
3.1.2. Analisa Data
hari meningkat
4. Sebagai anti
oksidan dan dapat
memperpanjang
umur sel darah
merah
BAB VI
PENUTUP
4. 1 Kesimpulan
Dengan kata lain thalasemia meruoakan penyakit anemia hemolitik,
dimana terjadi kerusakan sel darah merah didalam pembuluh darah sehingga
umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 120 hari) penyebab kerusakan
tersebut adalah Hb yang tidak normal sebagai akibat dari gangguan dalam
pembentukan jumlah rantai globin atau struktur Hb
Secara klinis thalasemia dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1. Talasemia minor
Talasemia minor merujuk kepada mereka yang mempunyai kecacatan
gen talasemia tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda talasemia atau
pembawa.
2. Talasemia major
Talasemia major merujuk kepada mereka yang mempunyai baka
talasemia sepenuhnya dan menunjukkan tanda-tanda talasemia.
Selama masa kehamilan hendaknya perlu dikaji secara mendalam
adanya resiko thalasemia apabila diduga adanya faktor resiko hendaknya ibu
diberitahukan adanya faktor resiko yang mungkin dialami oleh anaknya nanti
setelah lahir sehingga ibu harus memeriksakan secara rutin kehamilannya ke
dokter. Dan pada anak yang terjangkit penyakit thalasemia akan terlihat lemah
dan tidak selincah anak seusianya sehingga anak lebih diberikan banyak
istirahat mengurangi aktivitas yang mudah membuat lelah.
4.2 Saran
1. Diharapkan kepada mahasiswa keperawatan agar benar-benar memahami
dan mengerti Tentang Thalasemia.
2. Diharapkan bagi perawat aqgar lebih mengetahui dan mengerti tentang
Asuhan Keperawatan pada klien dengan Thalasemia.
3. Diharapkan mahasiswa menjadi tau tentang penyakit Thalasemia.
DAFTAR PUSTAKA
2 PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Thalassemia berasal dari kata Yunani, yaitu talassa yang berarti laut. Yang
dimaksud
dengan laut tersebut ialah Laut Tengah, oleh karena penyakit ini pertama
kali dikenal di
daerah sekitar Laut Tengah. Penyakit ini pertama sekali ditemukan oleh
seorang dokter di
Detroit USA yang bernama Thomas B.1
Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang diwariskan oleh orangtua
kepada
anak. Thalassemia mempengaruhi kemampuan dalam menghasilkan
hemoglobin yang
berakibat pada penyakit anemia. Hemoglobin adalah suatu protein dalam
sel darah merah
Thalassemia berasal dari kata Yunani, yaitu talassa yang berarti laut. Yang
dimaksud
dengan laut tersebut ialah Laut Tengah, oleh karena penyakit ini pertama
kali dikenal di
daerah sekitar Laut Tengah. Penyakit ini pertama sekali ditemukan oleh
seorang dokter di
Detroit USA yang bernama Thomas B.1
Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang diwariskan oleh orangtua
kepada
anak. Thalassemia mempengaruhi kemampuan dalam menghasilkan
hemoglobin yang
berakibat pada penyakit anemia. Hemoglobin adalah suatu protein dalam
sel darah merah
yang mengangkut oksigen dan nutrisi lainnya ke sel-sel lainnya dalam
tubuh. Sekitar 100.000
bayi di seluruh dunia terlahir dengan jenis thalassemia berbahaya setiap
tahunnya.
Thalassemia terutama menimpa keturunan Italia, Yunani, Timur Tengah,
Asia dan Afrika.
Ada dua jenis thalassemia yaitu alpha dan beta. Kedua jenis thalassemia
ini diwariskan
dengan cara yang sama. Penyakit ini diturunkan oleh orangtua yang
memiliki mutated gen
atau gen mutasi thalassemia. Seorang anak yang mewarisi satu gen
mutasi disebut pembawa
atau carrier, atau yang disebut juga dengan thalassemia trait (sifat
thalassemia). Kebanyakan
pembawa ini hidup normal dan sehat. Anak yang mewarisi dua sifat gen,
di mana satu dari
ibu dan satu dari ayah, akan mempunyai penyakit thalassemia. Jika baik
ibu maupun ayah
adalah pembawa, kemungkinan anak mewarisi dua sifat gen, atau dengan
kata lain
mempunyai penyakit thalassemia, adalah sebesar 25 persen. Anak dari
pasangan pembawa
juga mempunyai 50 persen kemungkinan lahir sebagai pembawa.
Jenis paling berbahaya dari alpha thalassemia yang terutama menimpa
keturunan Asia
Tenggara, Cina dan Filipina menyebabkan kematian pada jabang bayii
atau bayi baru lahir.
Sementara itu, anak yang mewarisi dua gen mutasi beta thalassemia akan
menderita penyakit
beta thalassemia. Anak ini memiliki penyakit thalassemia ringan yang
disebut dengan
thalassemia intermedia yang menyebabkan anemia ringan sehingga si
anak tidak memerlukan
transfusi darah. Jenis thalassemia yang lebih berat adalah thalassemia
major atau disebut juga
dengan Cooley's Anemia. Penderita penyakit ini memerlukan transfusi
darah dan perawatan
yang intensif. Anak-anak yang menderita thalassemia major mulai
menunjukkan gejala-gejala
penyakit ini pada usia dua tahun pertama. Anak-anak ini terlihat pucat,
lesu dan mempunyai
nafsu makan rendah, sehingga menyebabkan pertumbuhannya terlambat.
B. Tujuan
Mahasiswa mengetahui konsep umum penyakit thalassemia. Mahasiswa
mengetahu
Penkes
Thalasemia heterozigot salah satu jalan keluar adalah inseminasi buatan dengan
sperma berasal dari donor yang bebas dan Thalasemia troit. Kelahiran kasus
homozigot terhindari, tetapi 50 % dari anak yang lahir adalah carrier, sedangkan 50%
lainnya normal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
ketidaknormalan pada protein globin yang terdapat di gen. Jika globin alfa yang rusak
maka penyakit itu dinamakan alfa-thalassemia dan jika globin beta yang rusak maka
penyakit itu dinamakan alfa thalassemia. Gejala yang terjadi dimulai dari anemia
hingga osteoporosis. Thalassemia harus sudah diobati sejak dini agar tidak berdampak
B. Saran
Thalassemia ini harus sudah didiagnosis sejak dini dan diharapkan kepada
penderita agar peduli terhadap penyakitnya. Karena gejala awalnya seperti anemia
biasa, maka gejala tersebut jangan diabaikan dan lakukan pengobatan sejak dini serta
DAFTAR PUSTAKA
http://adeirmaners.blogspot.com/2010/06/askep-thalassemia-pada-anak.html
USA
Suriadi, Yuluiani r: 2001; Asuhan Keperawatan pada Anak, Edisi I, CV Sagung Seto,
Jakarata