Anda di halaman 1dari 8

Vol.

13 Nomor 4 November 2018 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

EVALUASI PASCA PELATIHAN KONSELING MENYUSUI TERHADAP


PENINGKATAN CAKUPAN ASI EKSKLUSIF DI KOTA YOGYAKARTA

Rahayu Widaryanti1, Ian Rossalia PP

ABSTRAK

Latar Belakang :Pemberian ASI eksklusif di negara berkembang berhasil menyelamatkan sekitar 1, 5 juta bayi
pertahun. Jumlah konselor ASI di DIY sudah cukup banyak yaitu lebih dari 600 konselor, tetapi banyaknya
jumlah konselor menyusui masih belum dapat mendukung peningkatan cakupan ASI eksklusif sesuai yang
ditargetkan pemerintah yaitu 80%. Berdasarkan data yang didapatkan dari dinas kesehatan provinsi DIY
cakupan pemberian ASI eksklusif pada tahun 2014 sekitar 55.4 %. Cakupan ASI Eksklusif terendah di Kota
Yogyakarta yaitu 54,9 %. Di Puskesmas Umbulharjo I cakupan ASI eksklusifnya sekitar 43,69% dibawah target
nasional
Metode :Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Pengambilan informan
secara purposive sampling, informan utama dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan yang pernah mengikuti
pelatihan konseling menyusui sebanyak 3 orang.Informan triangulasi antara lain ibu hamil, ibu nifas, ibu yang
datang ke puskesmas untuk mengimunisasikan anaknya, seksi gizi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dan
Kepala Puskesmas Umbulharjo I. Pengumpulan data menggunakan tehnik purposive sampling.Penelitian
dilakukan di Puskesmas Umbulharjo I pada bulan Juli s.d September 2018.Tehnik pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara mendalam.Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil dan pembahasan: Berdasarkan penelitian semua informan mengikuti pelatihan konseling menyusui yang
diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, namun baru satu informan yang sudah mengambil
sertifikat. Pada implementasi konseling menyusui belum semua melaksanakan sesuai standar yang telah
ditetapkan, karena keterbatasan waktu dan beban kerja yang banyak. Semua informan belum membuat laporan
atau dokumentasi hasil kinerjanya sebagai konselor menyusui karena belum adanya formulir yang baku,
pendokumentasian hanya dilakukan dengan register pasien dengan keterangan konsul laktasi. Hambatan yang
dimiliki konselor berupa beban kerja yang banyak menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya cakupan ASI
Eksklusif di Kota Yogyakarta.
Simpulan : Kegiatan konseling menyusui belum semua melaksanakan sesuai standar yang telah ditetapkan,
karena keterbatasan waktu dan beban kerja yang banyak. Semua informan belum membuat laporan atau
dokumentasi hasil kinerjanya sebagai konselor menyusui, sehingga cakupan ASI eksklusif belum bisa optimal.

Kata kunci : Evaluasi, Konseling Menyusui, ASI Eksklusif


dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI1.
Pemberian ASI eksklusif di negara berkembang
PENDAHULUAN
berhasil menyelamatkan sekitar 1, 5 juta bayi
Menyusui sangat penting untuk dasar pertumbuhan
pertahun.Atas dasar tersebut, WHO
dan perkembangan bayi dan anak serta baik untuk
merekomendasikan untuk hanya memberi ASI
kesehatan ibu dan ekonomis bagi keluarga.Bayi yang
eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan (Roesli,
disusui lebih sehat dan dapat terhindar dari berbagai
2012).Pada tahun 2001 melalui konsultasi pakar ASI
penyakit infeksi terutama diare.Penelitian menunjukan
eksklusif dan telah penelitian yang sistematis. WHO
bahwa bayi yang diberi ASI 17 kali lebih kurang
merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sebagai
kemungkinannya untuk terserang penyakit diare
standar emas makanan bayi dari 4 bulan menjadi 6
dibandingkan dengan bayi yang tidak disusui. Selain
bulan tanpa tambahan makanan apapun, dilanjutkan
itu bayi yang diberi susu formula 3-4 kali
dengan tambahan makanan pendamping ASI sampai
kemungkinan meninggal karena pneumonia
bayi berusia 2 tahun atau lebih (WHO dalam Roesli,
9
Vol. 13 Nomor 4 November 2018 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

2012). Demikian pula dengan pemerintah Indonesia cakupan pemberian ASI eksklusif pada tahun 2014
yang merubah rekomendasi lamanya pemberian pada sekitar 55.4 %. Cakupan ASI Eksklusif terendah di
tahun 2003, dari 4 bulan menjadi 6 bulan ( SDKI, Kota Yogyakarta yaitu 54,9 %. Di Puskesmas
2012). Umbulharjo I cakupan ASI eksklusifnya sekitar
Beberapa kendala dalam pemberian ASI eksklusif ibu 43,69% dibawah target nasional ( Dinas Kesehatan
tidak percaya diri bahwa dirinya mampu menyusui Kota Yogyakarta, 2015)
dengan baik sehingga tidak mencukupi seluruh Konselor menyusui berasal dari latar belakang yaitu
kebutuhan gizi bayi. Hal ini tersebut disebabkan dokter, perawat, bidan, ahli gizi dan lembaga sosial
karena kurangnya pengetahuan ibu, kurangnya masyarakat dan institusi pendidikan. Pelatihan
dukungan keluarga serta rendahnya kesadaran konseling menyusui diselenggarakan oleh beberapa
masyarakat tentang manfaat pemberian ASI lembaga antara lain Dinas Kesehatan Provinsi atau
eksklusif.Selain itu kurangnya dukungan tenaga Kabupaten, Perinasia dan Selasi. Pelatihan konseling
kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan, dan produsen menyusui menggunakan paket modul 40 jam
makanan bayi untuk keberhasilan ibu dalam menyusui WHO/UNICEF.
bayinya (Nugroho, 2011).
Menurut WHO, keberhasilan menyusui dapat METODE PENELITIAN
dicapai dengan sepuluh langkah sukses menyusui. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
Salah satu langkah tersebut adalah semua staf yang dengan metode studi kasus.Dalam penelitian ini,
berinteraksi dengan ibu menyusui membutuhkan peneliti berupaya untuk mencari dan mendeskripsikan
pelatihan tentang konseling menyusui yang memadai data dari kasus yang terjadi di lapangan secara alami
untuk melaksanakan kebijakan pemberian konseling berkaitan dengan pelaksanaan evaluasi pasca pelatihan
menyusui. Penelitian yang dilakukan oleh Ambarwati konseling menyusui terhadap peningkatan cakupan
(2013) menyatakan bahwa konseling laktasi intensif ASI eksklusif.Informan utama dalam penelitian ini
yaitu sebanyak 4 kali pada saat Prenatal dan 5 kali adalah tenaga kesehatan yang pernah mengikuti
pada postnatal berpengaruh terhadap peningkatan pelatihan konseling menyusui sebanyak 3
pengetahuan, perubahan sikap dan peningkatan jumlah orang.Informan triangulasi antara lain ibu hamil, ibu
ibu yang memberikan asi ekslusif. Permasalahan nifas, ibu yang datang ke puskesmas untuk
cakupan asi eksklusif yang belum mencapai target mengimunisasikan anaknya, seksi gizi Dinas
salah satunya karena pengawasan dan bimbingan Kesehatan Kota Yogyakarta dan Kepala Puskesmas
konseling untuk mendukung ibu menyusui masih Umbulharjo I. Pengumpulan data menggunakan tehnik
kurang. Masyarakat terutama kaum ibu belum purposive sampling.Penelitian dilakukan di Puskesmas
memanfaatkaan jasa konselor ASI puskesmas ( Dinkes Umbulharjo I pada bulan Juli s.d September 2018.
Kota Yogyakarta, 2015) Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumen,
Jumlah konselor ASI di DIY sudah cukup banyak wawancara mendalam, observasi, dan focus group
yaitu lebih dari 600 konselor, tetapi banyaknya jumlah discussion. Studi dokumen dilakukan untuk mengecek
konselor menyusui masih belum dapat mendukung kelengkapan data meliputi data cakupan ASI
peningkatan cakupan ASI eksklusif sesuai yang eksklusif, kunjungan klien, sertifikat pelatihan dan
ditargetkan pemerintah yaitu 80%. Berdasarkan data SOP pelaksanaan konseling menyusui di Puskesmas.
yang didapatkan dari dinas kesehatan provinsi DIY Wawancara mendalam dilakukan pedainforman
10
Vol. 13 Nomor 4 November 2018 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

konselor ASI, ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui pada rentang reproduksi sehat. berdasarkan paritas
yang datang saait mengimunisasikan anaknya, kepala sebagian besar primipara dan bersadarkan pendidikan
puskesmas, dan seksi gizi Dinas Kesehatan Kota sebagian besar memiliki pendidikan SMA dan
Yogyakarta.Observasi dilakukan untuk melihat berdasarkan pekerjaan ibu sebagian besar adalah IRT.
kelengkapan sarana dan prasarana pelaksanaan Tabel 1. Karakteristik Informan Utama Konselor ASI
konseling menyusui serta melakukan FGD satu Puskesmas
kelompok klien yang telah diberikan konseling Kode Usia Jabatan Pendidikan Lama
Informan menjadi
menyusui.Analisis data yang digunakan dalam
konselor
penelitian ini adalah model interaktif Miles dan ASI
Huberman (2007) yaitu: pengumpulan data, reduksi KA 1 44 Nutrisionis D III Gizi 9
Tahun Tahun
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. KA2 57 Nutrisionis D I Gizi 4
Tahun Tahun
KA3 33 Bidan D III Bidan 1
HASIL Tahun Tahun
Informan utama adalah karyawan Puskesmas KA4 56 Bag. SMA 4
Tahun Pendaftaran Tahun
Umbulharjo I yang pernah mengikuti pelatihan
konseling menyusui (KA), dua informan utama adalah Tabel 2. Karakteristik Informan Triangulasi Kepala

pegawai bagian gizi puskesmas (KA1 dan KA2) yang Puskesmas dan Kepala Seksi Gizi

sudah berpengalaman dibidang gizi dan sudah lama Kode JK Jabatan Pendidikan
Informan
menjadi konselor ASI, Informan utama (KA 3) adalah KP P Kepala PT
seorang bidan pelaksana di puskesmas yang baru satu Puskesmas
KS P Kepala PT
tahun menjadi konselor selain itu KA3 juga Seksi Gizi
mempunyai tanggung jawab selain konselor ASI yaitu
Tabel 3. Karakteristik Informan Triangulasi ibu yang
sebagai penanggungjawab wilayah sehingga harus
melakukan kunjungan ke puskesmas Umbulharjo
membuat laporan PWS KIA, penanggungjawab
I
imunisasi yang setiap bulan harus membuat laporan
Kode Us Parit Pendidi Pekerj Pasien
imunisasi, penanggungjawab program SIDTK, dan Infor ia as kan aan
koordinator akreditasi bab 6. Sedangkan KA 4 adalah man
PH 1 20 1 SMA Swast Hamil
petugas bagian pendaftaran. Sebelum di pidah ke a
bagian pendaftaraan tahun 2017 KA4 bertugas di PH 2 29 1 D III Swast Hamil
a
bidang promosi kesehatan dan mengikuti pelatihan PH 3 36 3 SMA IRT Hamil
konseling menyusui pada tahun 2013 sehingga yang PN 1 23 2 SMA IRT Nifas
PN 2 33 3 SMA IRT Nifas
bersangkutan pernah memberikan konseling selama 4 PN 3 21 1 SMA IRT Nifas
tahun (2013 s.d 2017) (Tabel 1). Informan triangulasi PI 1 25 1 SMP IRT Imunis
asi
dalam penelitian ini adalaah kepala puskesmas PI 2 35 2 SMA Swast Imunis
Umbulharjo I (KP) dan seksi gizi dinas kesehatan a asi
PI 3 23 1 SMA IRT Imunis
Kota Yogyakarta (KS). Informan triangulasi ibu yang asi
melakukan kunjungan pemeriksaan ke puskesmas. Ibu
Pelatihan konseling menyusui mengacu pada modul
yang menjadi informan triangulasi usia termuda yaitu
standar 40 jam WHO/ UNICEF selama lima hari.
20 tahun dan tertua 36 tahun sebagian besar berada
11
Vol. 13 Nomor 4 November 2018 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

setiap angkatan berjumlah 20 orang dan setiap adanya poster 10 langkah keberhasilan menyusui dan
fasilitator mengawasi lima peserta pelatihan. Metode disediakan ruang laktasi sesuai kriteria yang
pelatihan dilakukan dengan memberikan kuis sebelum dianjurkan. ”..Di sini sangat mendukung program ASI
dan sesudah pelatihan (pre test dan post test), eksklusif buktinya ada ruang laktasi, ada poster
memberikan materi kepada peserta, diskusi tentang menyusui dan terdapat SOP tentang
pengalaman dilahan praktik, melakukan praktik menyusui’ (Informan KP). Dalam memberikan
konseling langsung kepada pasien, dan memberikan konseling semua informan sudah sesuai prosedur yang
kuis setiap hari di awal pertemuan. Konselor dibuat yaitu pasien periksa di KIA kemudian jika ada
menyatakan belum ada pemantauan pasca pelatihan permasalahan menyusui atau jika pasien minta di
dari dinas kesehataan. Pelatihan ini diadakan oleh rujuk ke bagian gizi maka dari poli KIA akan dirujuk
dinas kesehatan kota Yogyakarta sejak tahun 2009 ke bagian gizi. “setelah melahirkan seminggu yang
yang diikuti oleh petugas kesehatan baik dari dokter, lalu saya pertamanya periksa di poli KIA, tetapi
bidan, ahli gizi, perawat maupun serta kesehatan karena bayi saya rewel dan putting susu saya lecet
masyarakat yang di adakan di rumah pemulihan gizi kemudian saya di suruh pindah ke poli gizi, di poli
kota Yogyakarta. Semua Informan mendapat pelatihan gizi saya mendapatkan banyak pengetahuan tentang
dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta “ saya ikut menyusui dan saya juga di ajari cara menyusui
pelatihan angkatan pertama tahun 2009, pelatihan supaya puting saya tidak lecet. (Informan PN 1)
yang mengadakan Dinkes Kota Yogyakarta, “…… karena ada ruang menyusui nya, jadi saya saat
pelatihannya di rumah pemulihan gizi kota menunggu antrian saya masih bisa menyusui bayi
Yogyakarta” (Informan KA1). saya dengan nyaman, ruangan menyusui nya juga
Setelah mengikuti pelatihan peserta akan mendapatkan bagus… (Informan PI2)
sertifikat, syarat mengambil sertifikat yaitu peserta Saat memberikan konseling menyusui KA1 dan KA2
diwajibkan memberikan konseling kepada klien sering menggunakan alat bantu konseling menyusui
sebanyak 5 orang dan membuat laporan, Informan karena informan bertugas di instalasi gizi yang
KA1 sudah mendapatkan sertifikat karena sudah mempunyai alat bantu konseling yang lengkap, namun
mengumpulkan laporan kepada dinas kesehatan Informan KA3 yang bertugas di poli KIA jarang
“saya sudah mendapatkan sertifikat pelatihan, dulu memberikan konseling sesuai dengan prosedur dan
syarat ambil sertifikatnya mengumpulkan laporan menggunakan alat bantu dengan alasan banyak pasien
hasil konseling ke klien” (Informan KA1).
yang harus di layani dan keterbatasan waktu.
Informan KA2,3 dan 4 belum mendapatkan sertifikat “……saat memberikan konseling saya sering nya
karena belum mengumpulkan tugas yang diwajibkan menggunakan alat bantu boneka menyusui dan
dari dinas “ saya belum punya sertifikatnya, karena manikin payudara, karena konselingnya kan di
syarat ambil sertifikat harus mengumpulkan PR nya, ruangan gizi jadi alat bantu konselingnya sudah
yaitu laporan konseling, temen temen pelatihan juga tersedia, tetapi untuk lembar baliknya belum ada jadi
tidak mengambil sertifikat jadi saya juga tidak ikut kita konselingnya sesuai yang di ajarkan saja saat
mengambil (Informan KA2). pelatihan…”(Informan KA2).
Tempat kerja mendukung kebijakan pemberian ASI “… saya kalau konseling ya sesuai masalah yang di
dengan di buktikan adanya SOP pemberian konseling rasakan pasien, saya konseling secara singkat karena
menyusui yang di susun oleh kepala puskesmas , waktu terbatas dan pasien di KIA kan banyak, jadi
12
Vol. 13 Nomor 4 November 2018 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

kalau harus konseling sesuai prosedur ya gag bisa, menjadi konselor ASI KA3 juga mempunyai tugas
biasanya kalau ada masalah tentang menyusui ya sebagai penanggungjawab imunisasi, SIDTK, dan
saya rujuk ke poli gizi biar nanti dari bagian gizi yang penanggungjawab borang akreditasi standar 6. KA1
memberikan konseling secara lengkap …(Informan dan KA2 selain bertugas sebagai konselor ASI
KA3). informan juga bertugas program gizi lainnya.
Dalam melaksanakan kebijakan konseling menyusui Informan KA4 sejak tahun 2017 sudah tidak
di Puskesmas semua informan utama belum membuat memberikan pelayanan sebagai konselor ASI karena
dokumentasi asuhan atau laporan secara tertulis pindah bagian di bagian pendaftaran sehingga tidak
tentang kegiatan konseling menyusui baik yang memungkinkan untuk memberikan konseling pada
dilaporkan ke puskesmas ataupun ke Dinas Kesehatan klien.“Kendala yang saya hadapi sebagai konselor
Kota. Setelah pelatihan dari Dinas Kesehatan juga banyak mbak, misalkan terlalu banyak pasien
belum pernah ada supervisi khusus tentang kegiatan sehingga kalau mau konseling sesuai teori kasian
konseling menyusui, belum ada format untuk pasien lain yang menunggu lama, apalagi biasanya
dokumentasi sebagai laporan keberhasilan konseling pasien datang berbarengan dengan imunisasi jadi
menyusui. Supervisi hanya dilakukan oleh Kepala lebih tidak kondusif lagi untuk konseling. Selain itu
Puskesmas namun belum dibuat formulir khusus saya juga bertanggung jawab dalam program
pelaksanaan konseling menyusui. Selama ini indikator imunisasi, SIDTK, dan boraing akreditasi jadi agak
keberhasilan konseling menyusui hanya berdasarkaan susah membagi waktunya’’(Informan KA3)
angka cakupan ASI eksklusifyang dilaporkan setiap “Dulu saya memberikan konseling tapi semenjak ada
bulan dari bagian gizi puskesmas dengan asumsi penataan kepegawaian dari puskesmas maka sejak
apabila angka cakupan ASI eksklusif tinggi dapat juga 2017 saya di pidah ke bagian pendaftaran sehingga
diartikan proses konseling menyusui berhasil. “ saya saya tidak lagi memberikan konseling “(Informan
tidak pernah membuat laporan secara tertulis tentang KA4)
konseling menyusui, karena dari puskesmas dan dari Kendala lain berasal dari klien, biasanya klien datang
Dinas tidak ada formulirnya, saya hanya menulis di ke konselor ASI bukan karena inisiatif dari klien itu
register gizi terus assessment di tulis konseling sendiri melainkan rujukan dari poli KIA, sehingga
laktasi, soalnya dari puskesmas atau dari dinas tidak klien kurang antusias dalam mengikuti konseling
pernah minta laporan konseling menyusui, yang menyusui, selain dari klien kendala kadang berasal
diminta hanya cakupan ASI eksklusifsetiap bulan. dari keluarga klien seperti suami, orang tua ibu
Selain itu juga tidak pernah ada supervisi dari dinas ataupun mertua.
kesehatan, biasanya kalau ada masalah mengenai “kalau pasien itu rujukan dari poli KIA biasanya
konseling menyusui hanya di sampaikan saja saat kurang antusias saat di berikan konseling, beda kalau
pertemuan rutin dengan dinas“ (Informan KA1) pasien itu datang ke konselor atas inisiatif sendiri
Kendala yang dihadapi oleh konselorberasal dari diri biasanya pasien sangat semangat dan lebih antusias,
konselor sendiri dan berasal dari klien. kendala yang tapi pasien yang punya inisiatif datang ke konselor ya
berasal dari konselor yaitu keterbatasan waktu sedikit sekali selain itu kendala lain biasanya dari
konseling karena pasien terlalu banyak selain itu simbahnya atau keluarganya yang kurang mendukung
konselor juga mempunyai tugas lain selain menjadi pemberian ASI eksklusif. (Informan KA2)
konselor, seperti yang di jalani informan KA3 selain
13
Vol. 13 Nomor 4 November 2018 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

“saya bingung bu, pengen nya memberikan ASI saja karena keterbatasan waktu dan banyaknya jumlah
tapi kendalanya ASI saya sedikit, terus ibu saya sering pasien, khusus informan KA4 tidak bisa memberikan
menyuruh saya untuk memberikan susu tambahan konseling karena sudah di pindah ke bagian
atau susu formula (Informan PI3) pendaftaran sehingga tidak memungkinkan dalam
Data Cakupan ASI Ekslusif memberikan konseling. Puskesmas sudah mendukung
adanya program ASI eksklusif dengan di sediakan
ruang laktasi yang sesuai standar dan adanya SOP
dalam meberikan pelayanan konseling menyusui
dalam teori evaluasi level 3 behavior (perilaku)
menurut Kirkpatrick (2006) di definisikan sejauh
mana perubahan perilaku yang muncul karena peserta
mengikuti program pelatihan. Evaluasi level 3
dilakukan untuk mengindikasi sejauh mana materi
dalam pelatihan di aplikasikan pada pekerjaan dan
tempat kerja peserta. Dalam mengaplikasikan

Gambar 1. Data Cakupan ASI ekslusif perubahan perilaku tersebut terdapat empat kondisi

berdasarkan data cakupan ASI eksklusif terjadi yang diperlukan, yaitu: seseorang harus mempunyai

peningkatan pada tahun 2013 dari 39,28 % menjadi keinginan untuk berubah, seseorang harus tahu apa

66,05 % dan mengalami penurunan terus hingga tahun yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukan

2016 menjadi 35,47% dan kemabi meningkat pada hal tersebut, seseorang harus bekerja dilingkungan

tahun 2017 sebanyak 39,15 % namun peningkatan yang tepat serta seseorang harus mendapatkan

belum optimal mengingat target cakupan ASI penghargaan karena dia berubah. Puskesmas sudah

eksklusif nasioanl sebanyak 80%. menyediakan ruang laktasi hal ini sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2012 Tentang

PEMBAHASAN Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif yaitu tempat kerja

Semua Informan mengikuti pelatihan konseling dan tempat sarana umum harus mendukung program

menyusui 40 jam yang diadakan Dinas kesehatan Kota ASI eksklusif yang sesuai dengan ketentuan di tempat

Yogyakarta menggunakan panduan yang kerja yang mengatur hubungan kerja antara pengusaha

derekomendasikan WHO dan Unicef hal ini sesuai dan pekerja atau melalui perjanjian bersama antara

standar yang diberlakukan oleh Kemenkes RI tentang serikat pekerja/ serikat buruh dengan pengusaha (Jika

pelatihan konseling menyusui. Semua informan tidak, sebagaimana dimaksud dalam pasal 36, sanksi

berada pada rentang umur 33 sampai 56 tahun, dan pidana yang akan dikenakan sesuai dengan undang-

mempunyai pengalaman antara 1-9 tahun menjadi Undang Kesehatan pasal 200/ 201).

konselor ASI. Lama kerja seseorang akan menjadikan Dalam melaksanakan kebijakan konseling menyusui

semakin terampil menghadapi dan mencari solusi di Puskesmas semua informan utama belum membuat

terhadap masalah yang dihadapi. dokumentasi asuhan atau laporan secara tertulis

Pada saat memberikan konseling menyusui konselor tentang kegiatan konseling menyusui baik yang

belum menerapkan praktik konseling sesuai teori dilaporkan ke puskesmas ataupun ke Dinas Kesehatan
Kota. Setelah pelatihan dari Dinas Kesehatan juga
14
Vol. 13 Nomor 4 November 2018 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

belum pernah ada supervisi khusus tentang kegiatan Tenaga konselor merupakan sumberdaya manusia
konseling menyusui, belum ada format untuk yang diharapkan dapat berkerja secara maksimal
dokumentasi sebagai laporan keberhasilan konseling dalam upaya peningkatan cakupan ASI eksklusif,
menyusui. Supervisi hanya dilakukan oleh Kepala namun pada penelitian ini masih kurang optimalnya
Puskesmas namun belum dibuat formulir khusus peran konselor menyusui dikarenakan beban tugas
pelaksanaan konseling menyusui. Selama ini indikator yang ganda, Hal ini sejalan dengan penelitian yang
keberhasilan konseling menyusui hanya berdasarkaan dilakukan oleh Murtiyani, dkk (2014) yang
angka cakupan ASI eksklusifyang dilaporkan setiap menyatakan bahwa kendala konseling menyusui
bulan dari bagian gizi puskesmas dengan asumsi antaralain keterbatasan waktu, tenaga dan beban kerja
apabila angka cakupan ASI eksklusif tinggi dapat juga yang banyak sehingga pemberian konseling belum
diartikan proses konseling menyusui berhasil. Hal ini optimal, selain itu kendala lain juga belum adanya
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Santi (2014) SOP yang jelas untuk konseling menyusui serta tidak
yang menyatakan bahwa seluruh bidan konselor ASI adanya sangsi yang diberikan dinas terhadap konselor
tidak membuat laporan tertulis tentang kegiatan yang tidak melaksanakan tugasnya sebagai konselor
konseling ASI.Sebagai indikator keberhasilan menyusui. Penelitian yang dilakukan oleh Damanik,
konseling menyusui hanya diperoleh dari jumlah dkk (2015) menyatakan bahwa hambatan sebagai
cakupan ASI eksklusif yang dilaporkan oleh bagian konselor menyusui adalah keterbatasan waktu,
gizi setiap bulan. sebagian besar informan tidak memiliki banyak waktu
Kendala konseling menyusui berasal dari dalam diri untuk memberikan konseling menyusui karena
pasien yaitu pasien yang rujukan dari poli KIA kesibukan tugas pokok sebagai petugas gizi dan bidan.
biasanya kurang antusias dalam proses konseling, Tetapi hal ini tidak menjadi hambatan karena konselor
karena mereka datang ke konselor menyusui bukan dapat melakukan kenseling menyusui pada saat tugas
karena keinginan sendiri melainkan karena rukujan. diluar gedung puskesmas seperti pada saat posyandu
Hal ini menyebabkan pasien kurang mempunyai dan kegiatan kunjungan rumah.
antusias dalam mengikuti konseling, pasien lebih Cakupan ASI Eksklusif
sering pasif dan tidak tau harus menanyakan apa Hasil penelitian menunjukan bahwa ketersediaan
kepada konselor hal inilah yang membuat konseling tenaga konselor ASI di kota Yogyakarta belum
kurang maksimal. memberikan peningkatan yang signifikan terhadap
Kendala lain berasal dari keterbatasan sumber daya cakupan ASI eksklusif, dari tahun 2012 sampai tahun
manusia (SDM) antara lain keterbatasan waktu, tenaga 2017 cakupan belum mecapai target SMP sebesar
dan beban kerja yang banyak sehingga menyebabkan 80%. Menurut Ambarwati, dkk (2013) konseling
pemberian konseling menyusui belum optimal. laktasi yang intensif yaitu sebanyak 4 kali pada saat
Berdasarkan pendekatan SDM, manusia dianggap prenatal dan 5 kali sebanyak postnatal berpengaruh
sebagai sumber daya paling penting dan menentukan terhadap peningkatan pengetahuan, perubahan sikap,
dalam pencapaian tujuan organisasi. Menurut dan peningkatan jumlah ibu yang memberikan ASI
Ivancevikh, dkk kunci keberhasilan suatu organisasi eksklusif sampai umur bulan.
adalah pengelolaan sumber daya manusianya. Hambatan yang dimiliki konselor berupa beban kerja
Organisasi memerlukan SDM yang mau bekerja keras, yang banyak menjadi salah satu faktor penyebab
berfikir kreatif dan mempunyai kinerja unggul. rendahnya cakupan ASI Eksklusif di Kota
15
Vol. 13 Nomor 4 November 2018 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

Yogyakarta. Hal ini sejalan dengan penelitian yang DAFTAR PUSTAKA


dilakukan Damanik, dkk (2015) Hambatan yang Ambarwati, R., muis, SF., Susantini, P.
dimiliki konselor menyusui menjadi salah satu (2013).Pengaruh Konseling Laktasi Intensif Terhadap
penyebab kegagalan dalam meningkatkan cakupan Pemberian ASI Sampai 3 bulan. Jurnal Gizi Indonesia,
ASI eksklusif di kota Kupang. Hambatan utama yang 2(1),15-23
dimiliki konselor menyusui adalah kurangnya Damanik, R. Y., Rahmawati, W., & Dini, S.
motivasi untuk melaksanakan tugasnya sebagai (2015).Hambatan Kinerja Konselor Menyusui dalam
konselor menyusui. Meningkatkan Cakupan Pemberian ASI Eksklusif di
Kota Kupang.Indonesian Journal of Human Nutrition,
KESIMPULAN 2(1), 1-10
Berdasarkan penelitian semua informan mengikuti Murtiyarini, I., Herawati, D. M. D., & Afriandi, I.
pelatihan konseling menyusui yang diselenggarakan (2014). Evaluasi Pelaksanaan Konseling Menyusui.
oleh Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, namun baru Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 8 (9),
satu informan yang sudah mengambil sertifikat. Pada 78-86
implementasi konseling menyusui belum semua Nugroho, T. 2011. ASI dan Tumor
melaksanakan sesuai standar yang telah ditetapkan, Payudara.Yogyakarta : Nuha Medika
karena keterbatasan waktu dan beban kerja yang Perinasia, 2009. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi.
banyak. Semua informan belum membuat laporan atau Jakarta: Ed4
dokumentasi hasil kinerjanya sebagai konselor Roesli, Utami, 2013. Mengenal ASI Ekslusif.
menyusui karena belum adanya formulir yang baku, Jakarta:Trubus Agriwidya
pendokumentasian hanya dilakukan dengan register Santi, M. Y. (2014). Implementasi Kebijakan
pasien dengan keterangan konsul laktasi. Hambatan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Melalui Konseling
yang dimiliki konselor berupa beban kerja yang oleh Bidan Konselor. Kesmas: National Public Health
banyak menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya Journal, 8(8), 346-352
cakupan ASI Eksklusif di Kota Yogyakarta. SDKI. 2012, Survey Demografi dan Kesehatan
SARAN Indonesia

Saran bagi Dinas Kesehatan membuat formulir untuk WHO & UNICEF.2011. Buku Panduan Peserta

pendokumentasian kegiatan konseling menyusui pelatihan Konseling Menyusui

sehingga memudahkan konselor menyusui untuk


membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan
konseling menyusui, laporan tersebut memudahkan
kepala puskesmas dan dinas kesehatan untuk
memantau kinerja konselor menyusui setiap bulan.
Melakukan kegiatan supervisi, monitoring dan
evaluasi secara langsung terhadap kegiatan konseling
menyusui secara berkala. Bagi Puskesmas untuk
memberikan reward

16

Anda mungkin juga menyukai