Anda di halaman 1dari 21

SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN INDIKATOR MUTU KESELAMATAN PASIEN

AH
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ANUGERAH

ER
UG
AN
IA
RS

RSIA ANUGERAH
Jl. Perintis Kemerdekaan No. 03 Pekalongan
Telp : (0285) 431491 , E-mail : rsiaanugerah@ymail.com

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia dan
hidayah kepada kita sekalian sehingga kami dapat menyelesaikan sistem penctatan dan
pelaporan indikator mutu keselamatan pasien .

Undang-undang Republik Indonesia No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit dalam
Bab VIII, kewajiban dan Hak Rumah Sakitpasal 29 ayat (1).” Setiap rumah sakit mempunyi

AH
kewajiban memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi, dan efektif
dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan Standar Pelayanan Rumah Sakit”.

Pada bagian V pasal 43 ayat (1).” Rumah sakit wajib menerapkan pasien” selain hal
tersebut mutu pelayanan rumah sakit harus selalu dipantau dan dievaluasi sehingga upaya
ER
peningkatan mutu dapat dilakukan secara berkelanjutan. Dengan memperhatikan hal
tersebut disusunlah” Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Pada Patient Safety” yang dapat
digunakan sebagai acuan bagi manajemen dan pihak yang terkait serta seluruh unit kerja
UG
dalam upaya meningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien diRumah Sakit ibu dan anak
anugerah Pekalongan.

Pedoman ini disusun oleh komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah
Sakit ibu dan anak anugerah Pekalongan proses penyempurnaan pedoman ini terus –
AN

menerus dilaksanakan sehingga dapat terlaksana mutu pelayanan yang meningkat dan
keselamatan pasien menjadi budaya di Rumah Sakit ibu dan anak anugerah Pekalongan,
oleh karena itu kami mohon masukan untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Semga pedoman ini berguna bagi seluruh unit yang terkait dan dpat meningkatkan
IA

mutu pelayanan kepada pengguna jasa untuk memenuhi kebutuhan keselamatan pasien.
RS

Tim Penyusun

2
SAMBUTAN DIREKTUR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Rumah sakit ibu dan anak Anugerah Pekalongan merupakan rumah sakit yang selalu
menjaga Peningkatan Mutu Pelayanan dan Keselamatan Pasien oleh karenanya kita sambut
dengan hangat penerbit buku Pedoman Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien pada
tahun 2015 yang telah disusun oleh komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien

AH
Rumah Sakit Ibu dan Anak Anugerah Pekalongan.

Buku pedoman peningkatan mutu dan keselamatan pasien disusun berdasarkan visi
dan misi rumah sakit ibu dan anak angerah pekalongan, peraturan/regulasi tentang
peningkatan mutu keselamatan pasien serta tuntutan kebutuhan pelayanan kesehatan
ER
dirumah sakit. Proses penyempurnaan pedoman ini terus menerus dilaksanakan sehingga
dapat terlaksana mutu pelayanan yang mingkat dan keselamatan pasien yang menjadi
budaya dirumah sakit ibu dan anak anugerah Pekalongan
UG
Sehingga bk peningkatan mutu dan keselamatan pasien ini bermanfaat dan
digunakan dengan baik sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan, meningkatkan
keselamatan pasien, dan meningkatkan kepuasan pengguna jasa. Penghargaan kami
berikan kepada Tim Editor yang telah menyelesaikan penyusunan pedoman ini dengan baik.
AN

Wassalammu’alaikum wr.wb.

Direktur RSIA Anugerah Pekalongan


IA
RS

dr.Bonis Edi Artoko

3
DAFTAR ISI

BAB l PENDAHULUAN................................................................................

BAB ll Langkah- Langkah Kegiatan Pelaksanaan Patient Safety.....................

BAB III Aspek Hukum Terhadap Patient Safety.................................................

BAB IV Sistem Pencatatan dan Pelaporan Pada Patient Safety.........................

BAB V Monitoring dan evaluasi.....................................................................

AH
BAB VI Penutup ............................................................................................

ER
UG
AN
IA
RS

4
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Patient Safety


Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis
obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit
yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis
(medical errors). Menurut Institute of Medicine(1999),medical error didefinisikan
sebagai : The failure of a planned action to be completed as intended(i.e., error of
execusion) or the use of a wrong plan to achieve an aim (i.e., error of planning).
Artinya kesalamatan medis didefinisikan sebagai: suatu kegagalan tindakan medis

AH
yang telah direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu,
kesalahan tindakan) atau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan
(tujuan, keselamatan perencanaan). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan
medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada
pasien, bisa
diharapkan/KTD).
berupa Near Miss
ER atau Adverse Event (kejadian tidak
UG
Near Miss atu Nyaris Cidera (NC) merupakan suatu kejadian akibat
melaksanakan suatu tindakan (commission)atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius
tidak terjadi, karena keberuntungan (misalnya , pasien terima suatu obat kontra
AN

indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis
lethal akan diberikan), dan peringanan (suatu oabta dengan overdosis lethal
diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya).

Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu


IA

kejadian yang mengakibatkan cedera tidak diharapkan pada pasien karena suatu
tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil(omission), dan bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien.
RS

Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostic seperti kesalahan atau
keterlambatan diagnose, tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai,
menggunakan cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak bertindak
atas hasil pemeriksaan atau observasi, tahap pengobatan seperti kesalahan pada
prosedur pengobatan, pelaksanaan terapi, metode penggunaan obat, dan
keterlambatan merespn hasil pemeriksaan asuhan yang tidak layak, tahap
preventive seperti tidak memberikan terapi provilatik serta monitor dan follow up
yang tidak adekuat, atau pada hal teknis yang lain seperti kegagalan
berkomunikasi, kegagalan alat atau sistem yang lain.
Dalam kenyataan masalah medical error dalam sistem pelayanan kesehatan
mencerminkan fenomena gunung es, karena yang terdeteksi umumnya adalah

5
adverse event yang ditemukan secara kebetulan saja. Sebagian besar lain
cenderung tidak dilaporkan, tidak dicatat, atau justru luput dari perhatian kita
semua.

Pada november 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of


Trustees mengidentifikasikan bahwa keselamatan dan keamanan pasien (patient
safety) merupakan sebuah prioritas stategik. Mereka juga menerapkan capaian-
capaian peningkatan yang terukur untuk medication safety sebagai target
utamanya. Tuhan 2000, Institute of Medidicine, Amerika serikat dalam “TO ERR IS
HUMAM, Building a Safer Health System” melaporkan bahwa dalam pelayanan
paasien rawat inap dirumah sekitar ada sekitar 3-16% Kejadian Tidak Diharapkan

AH
(KTD/ Adverse Event). Menindaklanjuti penerapan ini, pada tahun 2004, WHO
merencanakan World Alliance for Patienty Safety, program bersama dengan
berbagai negara untuk meningkatkan keselamatan pasien dirumah sakit.

Di Indonesia, telah
ER
dikeluarkan pula Kepmen
496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit yang
NOMOR

tujuan utamanya adalah untuk tercapainya pelayanan medis prima dirumah sakit
UG
yang jauh dari medical error dan memberikan keselamatan bagi pasien.
Perkembangan ini diikuti oeh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI)
yang berinisatif melakukan pertemuan dan mengajak semua stakeholder rumah
sakit untuk lebih memperhatikan keselamatan pasien di rumah sakit
AN

Mempertimbangkan betapa pentingnya misi rumahsakit untuk mampu


memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien mengharuskan
rumah sakit untuk berusaha mengurangi medical error sebagai bagian dari
penghargaannya terhadap kemanusiaan, maka dikembangkan sistem patient
IA

safety yang dirancang mampu menjawab permasalahan yang ada.

2. Pengertian Patient Safety


RS

Keselamatan pasien adalan suatu sistem yang membuat asuhan pasien dirumah
sakit menjadi lebih aman.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melakasnakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.

3. Tujuan Patient Safety


a. Terciptanya budaya keselamatan pasien dirumah sakit
b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
c. Menurunnya KTD dirumah sakit

6
d. Terlaksananya program- program pencegahan sehingga teidak terjadi
pengulangan KTD.

4. Langkah – langkah pelaksanaan Patient Safety


Pelaksanaannya meliputi
A. Sembilan solusi keselamtan pasien dirumah sakit (WHO Collaborating Center
for Patient Safety, 2 May 2007), yaitu:
1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound –alike
medication names).
2. Pastikan identifikasi pasien
3. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien

AH
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
5. Kendalikan cairan eloktrolit pekat
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
7. Hindari salah kateter dan salah sambung selang
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai
ER
9. Tindakan kebersihan tangan untuk mencegah infeksi nosokomial.
UG
B. Tujuan standar keselamatan pasien (Mengacu Pada “ Hospital Patient Safety
Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health
Organisations, Illinois, USA , Tahun 2002), yaitu:
1. Hak pasien
AN

Standarnya adlah pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk


mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk
kemungkinan terjadi KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).
Kreterianya adalah :
a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
IA

b. Dokter penanggung jawab pelayana wajib membuat rencana


pelayanan
c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan
RS

yang jelas dan benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan
hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk
kemungkinan terkadi KTD.
2. Mendidik pasien dan keluarga
Standarnya adalah rumah sakit harus memdidik pasien dan keluarganya
tentang kewjiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
Kreteriannya adalah:
Kesalamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien adalah partner dalam proses pelayanan. Karena itu,
dirumah sakit harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan
keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan

7
pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga
dapat:
a. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab.
c. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak mengerti
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
g. Memenuhi kewajiban finisial yang disepakati

C. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

AH
Standarnya adalah rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan
menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Kreteriannya adalah :
a. Koordinasi pelayanan secara menyeluruh
ER
b. Koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber
daya
c. Koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
UG
d. Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan

D. Penggunaan metode- metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi


dan program peningkatan keselamatan pasien.
AN

Standarnya adlah rumah sakit harus mendesign proses baru atau memperbaiki
proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan
data, menganalisis secara intensif KTD , dan melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja serta KP.
Kreterianya adalah:
IA

a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perencanaan (design) yang


baik sesuia dengan “tujuan langkah menuju keselamatan pasien rumah
sakit”
RS

b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja


c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi insentif
d. Setiap ruamh sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil
analisis

E. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.


Standarnya adalah
a. Pimpinan dorong dan jamin implementaasi program KP melalui penerapan
“7 langkah menuju rumah sakt”
b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko KP
dan program mengurangi KTD

8
c. Pimpinan dorong dan tumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit
danindividu berkaitan dengan pengamilan keputusan tentang KP
d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta tingkatkan KP
e. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja rumah sakit dan KP
Kriterianya adalah:
1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola progrqm keselamatan
pasien
2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden

AH
3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komonen dari
rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi
4. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi resiko pada orang
ER
lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan
analisis.
5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan ekternal berkaitan dengan
UG
insiden.
6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit
dan antar pengelola pelayanan
AN

8. Tersedia sumber daya dan system informasi yang dibutuhkan


9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan
kreteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah
sakit dan keselamatan pasien
IA

D. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

Standarnya adalah:
RS

1. Rumah sakit proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan
mencakup keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.
2. Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan
untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung
pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.
Kreterianya adalah:
1. Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang membuat topic
keselamatan pasien
2. Mengintegrasikan topic keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan
insiden
9
3. Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork)
guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka
melayani pasien

F. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien


Standarnya adalah
1. Rs merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi KP untuk
memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat
Kreterianya adalah
1. Disediakan anggaran untuk menrencanakan dan mendesain proses

AH
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal- hal
terkait dengan keselamatan pasien.
2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala kominikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada
ER
3. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien Rumah Sakit (berdasarkan
KKP-RS No.001-VIII-2005) sebagai panduan bagi staf rumah sakit.
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien,” ciptakan kepemimpinan dan
UG
budaya yang terbuka dan adil”.
Bagi rumah sakit:
 Kebijakan: tindakan staf segera setelah insiden, langkah kumpul fakta,
dukungan kepada staf, pasien, kelurga.
AN

 Kebijakan: peran dan akuntabilitas individual pada pasien


 Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden
 Lakukan assesmen dengan menggunakan survey penilaian KP

Bagi tim :
IA

 Anggota mampu berbicara, peduli dan berani lapor bila ada insiden
 Laporan terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan
tindakan/ solusi yang tepat
RS

2. Pimpin dan dukung staf, “bangunlah komitmen dan focus yang kuat dan jelas
tentang KP di Rumah Sakit”.
Bagi rumah sakit :
 Ada anggota direksi yang bertanggung jawab atas KP
 Dibagi 2 ada orang yang dapat menjadi “penggerak”(champion) KP
 Prioritaskan KP dalam agenda rapat Direksi/Manajemen
 Masukkan KP dalam semua program latihan staf

Bagi tim :

 Ada “penggerak” dalam tim untuk memimpin gerekan KP


10
 Jelas relevansi dan pentingnya, serta manfaat gerakan KP
 Tumbuhkan sikap kesatria yang menghargai pelaporan insiden

3. Integrasikan aktivitas pengelolaan resiko, “ kembangkan system dan proses


pengelolaan resiko,serta lakukan identifikasi dan assesmen hal yang potensial
bermasalah”
Bagi rumah sakit:
 Struktur dan proses menjamin risiko klinis dan non klinis, mencakup KP
 Kembangkan inkator kinerja bagi system pengelolaan risiko
 Ginakan informasi dari system pelaporan insiden dan assessmen risiko
dan tingkatkan kepedulian terhadap pasien

AH
Bagi tim:
 Diskusi isu KP dalam forum 2, untuk umpan balik kepada menjamin
terkait


ER
Penilaian risiko pada individu pasien
Proses asesmen risiko teratur, tentukan akseptabilitas tiap risiko dan
langkah memperkecil risiko tersebut.
UG
4. Kembangkan system pelaporan,”pastikan staf agar dengan mudah dapat
melaporkan kejadian/insiden serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada KKP-
RS”
Bagi rumah sakit :
AN

1. Lengkapi rencana implementasi system pelaporan insiden, ke dalam maupun


keluar yang harus dilaporkan ke KKPRS- PERSI

Bagi tim:

1. Dorong anggota untuk melaporkan setiap insiden dan insiden yang telah
IA

dicegah tetapi tetap terjadi juga, sebagai bahan pelajaran yang penting

5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien”kembangkan cara-cara komunikasi


RS

yang terbuka dengan pasien


Bagi rumah sakit
a. Kibijakan: komunikasi terbuka tentang insiden dengan pasien dan keluarga
b. Pasien dan keluarga mendapat informasi bila terjadi insiden
c. Dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar selalu
terbuka kepada pasien dan keluarga (dalam seluruh proses asuhan pasien)

Bagi tim:

a. Hargai dan dukung keterlibatan pasien dan keluarga bila telah terjadi insiden
b. Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga pasien bila terjadi
insiden
11
c. Segera setelah kejadian, tunjukkan empati kepada pasien dan keluarga

6. Belajar dab berbagi pengalaman tentang Keselamatan pasien,”dorong staf untuk


melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa
kejaian itu timbul”
Bagi rumah sakit :
a. Staf terlatih mengkaji insiden secara tepat, mengidentifikasi sebab
b. Kebijakan: kretiria pelaksanaan Analilis Akar Masalah (Root Cause
Analisis/RCA) atau Failure Modes dan Effects Analisis (FMEA) atau metoda
analisis lain, mencakup semua insiden dan minimum 1x per tahun untuk
proses risiko tinggi.

AH
Bagi tim:

a. Diskusikan dalam tim pengalaman dari hasil analisis insiden


b. Identifikasi bagian laian yang mungkin terkena dampak dan bagi
pengalaman tersebut
ER
7. Cegah cedera melalui implementasi system Keselamat pasien,” gunakan
UG
informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan [ada
system pelayanan”
Bagi rumah sakit:
a. Tentukan solusi dengan informasi dari system pelaporan, asesmen risiko,
AN

kajian insiden, audit serta analisis.


b. Solusi mencakup penjabaran ulang system, penyesuaian pelatihan staf dan
kegiatan klinis, penggunaan instrumen yang menjamin KP
c. Asesmen risiko untuk setiap perubahan
d. Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS-PERSI
IA

e. Umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas insiden

Bagi tim:
RS

a. Kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman


b. Telaah perubahan yang dibuat tim dan pastikan pelaksanaannya
c. Umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden yang dilaporkan

BAB II

LANGKAH LANGKAH KEGIATAN PELAKSANAAN PATIEN SAFETY

12
A. Di rumah Sakit
1. Rumah sakit agar membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit, dengan
susunan organisasi sebagai berikut: ketua: dokter Anggota : dokter , dokter Gigi ,
perawat, tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya
2. Rumah Sakit agar mengembangkan sistem informasi pencatatan dan pelaporan
internal tentangt insiden
3. Rumah sakit agar melakukan pelaporan insiden ke Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (KKPRS) secara rahasia
4. Rumah Sakit agar memenuhi standar keselamatan pasien rumah sakit dan
menerapkan tujuh langkah menuju keselamtan pasien rumah sakit
5. Rumah sakit pendididkan mengembangkan standar pelayanan medis berdasarkan

AH
hasil dari analisis akar masalah dan sebagai tempat pelatihan standar–standar
yang baru dikembangkan

B. Di provinsi/Kabupaten/Kota
ER
1. Melakukan advokasi program keselamatan pasien rumah sakit -rumah sakit di
wilayahnya
2. Melakukan advokasi kepemerintah daerah agar tersedianya dukungan anggran
UG
terkait dengan program keselamatan pasien rumah sakit
3. Melakukan pembinaan pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit

C. Di pusat
AN

1. Membentuk komite keselamatan pasien rumah sakit dibawah Perhimpunan rumah


sdakit seluruh Indonesia
2. Menyusun panduan nasional tentang keselamtan pasien rumah sakit
3. Melakukan sosialisasi dan advokasi program keselamatan pasien ke Dinas
Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota, PERSI Daerah dan rumah sakit pendidikan
IA

dengan jejaring Pendidikan


4. Mengembangkan laboraturium uji coba program keselamatan pasien
RS

Selain itu,menurut Hasting G, 2006, ada delapan langkah yang bisa dilakukan untuk
mengembangkan budaya patient safety ini

1. Put the focus back on safety


Setiap staf yang bekerja di RS pasti ingin memberikan yang terbaik dan teraman untuk
pasien. Tetapi supaya keselamatan pasien ini bisa di kembangkan dan semua staf
merasa mendapatkan dukungan, patient safety ini nharus menjadi prioritas strategis
dari rumah sakit atau unit pelayanan kesehatan lainnya. Empat CEO RS yang terlibat
dalam safety patient initiatives di Inggris mengatakan bahwa tanggung jawab untuk
keselamatan pasien tidak bisa di delegasikan dan mereka memegang peran kunci
dalam membangun dan mempertahankan fokus Patient Safety didalam RS
2. Think small and make the right thing easy to do

13
Memberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien mungkin membutuhkan
langkah – langkah yang agak kompleks. Tetapi dengan memecah kompleksitas ini
dan membuat langkah-langkah yang lebih mudah mungkin akan memberikan
peningkatan yang lebih nyata
3. Encourage open reporting
Belajar dari pengalaman, meskipun itu sesuatu yang salah adalah pengalaman yang
berharga . Koordinator patient safety dan manager RS harus membuat budaya yang
mendorong pelaporan. Mencatat tindakan – tindakan yang membahayakan pasien
sama penting nya dengan mebncatat tindakan – tindakan yang menyelamatkan
pasien. Diskusi terbuka mengenai insiden – insiden yang terjadi bisa menjadi
pembelajaran bagi semua staf.

AH
4. Make data capture priority
Dibutuhkan sistem pencatatan data yang lebih baik untuk mempelajari dan mengikuti
perkembangan kualitas dari waktu ke waktu. Misalnya saja data mortalitas. Dengan
perubahan data mortalitas dari tahun ke tahun, klinisi dan manajer bisa melihat
ER
bagaimana manfaat dari peneraapan dari patiens safety.
5. Use system – wide approaches
Keselamatan pasien tidak bisa menjadi tanggung jawab yang individual.
UG
Pengembangan hanya bisa terjadi jika ada sistem pendukung yang adekuat. Staf juag
harus dilatih dan didorong untuk melakukan peningktan kualitas pelayanan dan
keselamatan terhadap pasien. Tetapi jika pendekatan patiens safety tidak di
intregasikan secara utuh kedalam sistem yang beerlaku di Rumah Sakit, maka
AN

peningkatan yang terjadi akan bersifat sementara.


6. Build implementation knowledge
Staf juga membutuhkan motifasi dan dukungan untuk mengembangkan metidologi,
sistem berfikir, dan implementasi program. Pemimpin sebagai pengarah jalannya
program disini memegang peranan kunci. Di Inggris, pengembangan mutu pelayanan
IA

kesehatan dan keselamatan pasien sudah dimasukkan kedalam kurikulum kedokteran


dan keperawatan, sehingga diharapkan sesudah lulus kedua hal ini sudah menjadi
bagian dalam budaya kerja.
RS

7. Involve potients in safety efforts


Keterlibatan pasien dalam pengembangan Patiens Safety terbukti dapat memberikan
pengaruh yang positif. Perannya saat ini mungkin masih kecil, tetapi akan terus
berkembang. Dimasukkannya perwakilan masyarakat umum dalam komite
keselamatan pasien adalah salah satu bentuk kontribusi aktif dari masyarakat (pasien).
Secara sederhana pasien bisa diarahkan untuk menjawab ketiga pertanyaan sebagai
berikut : Apa masalahnya ? Apa yang bisa kubantu ? apa yang tidak boleh ku
kerjakan?
8. Develop top- class patiens safety leaders
Prioritisasi keselamtan pasien, pembangunan sistem untuk pengumpulan data-data
berkualitas tinggi, mendorong budaya untuk tidak saling menyalahkan, memotifasi

14
staf, dan melibatkan pasien dalam lingkungan kerja bukanlah sesuatu hal yang bisa
tercapai dalam semalam. Diperlukan kepemimpinan yang kuat, tim yang kompak,
serta dedikasi dan komitmen yang tinggi untuk tercapainya tujuan pengembangan
budaya patien safety. Seringkali RS harus bekerja dengan konsultan leadership untuk
mengembangakankan kerjasama tim dan keterampilan komukasi staf. Dengan
kepemimpinan yang baik masing – masing anggota tim dengan berbagai peran yang
berbeda bisa saling melengkapi dengan anggota time lainnya melalui kolaborasi
yang erat.

AH
ER
UG
AN
IA
RS

BAB III

ASPEK HUKUM TERHADAP PATIENT SAFETY

Aspek hukum terhadap “patient safety” atau keselamatan pasien adalah sebagai berikut UU
Tentang Keselamtan dan UU Tentang Rumah Sakit
15
1. Keselamtan Paien sebagai Isu Hukum
a. Pasal 53 (3) UU No.36/2009
“Pelaksanaan Pelayanan kesehatan harus mendahulukan keselamatan nyawa
pasien “
b. Pasal 32n UU No.44/2009
“ Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di rumah sakit “
c. Pasal 58 UU No.36/2009
1. “Setiap orang berhak menuntut G.R terhadap seseorang, tenaga kesehatan,
dan /atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkna kerugian akibat
kesalahan atau kelalaian dalam Pelkes yang diterimanya”.

AH
2. “,...... tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan
penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dala keadaan
darurat”

2. Tanggung jawab hukum rumah sakit


a. Pasal 29 b UU no.44/2009
ER
“memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidikriminasi, dan efektif
UG
dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan
Rumah sakit
b. Pasal 46 UU No.44 /2009
“Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang di
AN

timbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan di RS”


c. Pasal 45 (2) UU No.44/2009
“Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka
menyelamatkan nyawa manusia”.
IA

3. Bukan Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit


Pasal 45 (1) UU No.44/ 2009 tentang rumah sakit
“Rumah sakit tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan/atau
RS

keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian


pasien setelah adanya penjelasan medis yang berkompresehensif.”

4. Hak pasien
a. Pasal 32 d UU No.44/ 2009
“ setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu
sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasiaonal “
b. Pasal 32 e UU No.44 /2009
“setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan yang efektif dan
efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi “
c. Pasal 32 i UU No.44/2009

16
“setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, resiko
dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang
dialkukan serta perkiraan biaya pengobatan “
d. Pasal 32q UUNo 44/2009
“setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/ atau menuntut rumah sakit
apabila diduga rumah sakit memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan
standar baik secara perdata ataupun pidana “

5. Kebikajan yang mendukung keselamatan pasien


a. Pasal 43 UU No.44/2009
1. RS wajib menerapkan standar keselamatan pasien.

AH
2. Standar keselamatan pasien dilakasanakan melalui pelaporan insiden,
menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah dalam rangka
menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan .
3. Rs melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komite yang membidangi
ER
keselamatan pasien yang di tetapkan oleh menteri.
4. Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonym dan di tunjukan
untuk mengoreksi system dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien .
UG

Pemerintah bertanggung jawab mengeluarkan kebijakan tentang keselamatan pasien.


Keselamatan pasien yang dimaksud adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman . Sistim tersebut meliputi :
AN

a. Assesment resiko
b. Identifikasi dan pengolahan yang terkait resiko pasien
c. Pelaporan dan analisis insiden
d. Kemampuan belajar dari insiden
e. Tindak lanjut implementasi solusi meminimalkan resiko
IA

6. Mana jemen patient safety


Pelaksanaan patient safety ini dilakukan dengan sistem pencatatan dan pelaporan
RS

serta monitoring san Evaluasi

BAB IV

SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN PADA PATIENT SAFETY

A. Di rumah sakit
1. Setiap unit kerja di rumah sakit mencatat semua kejadian terkait dengan
keselamatan pasien (Kejadian Nyaris Cidera, Kejadian Tidak Diharpkan , dan
Kejadian Sentinel) pada formulir yang sudah disediakan oleh rumah sakit.
17
2. Setiap unit kerja di rumah sakit melaporkan semua kejadian terkait dengan
keselamatan pasien( Kejadian Nyaris Cidera, Kejadian Tidak Diharpkan , dan
Kejadian Sentinel) kepada tim keselamatan pasien rumah sakit pada formulir yang
sudah disediakan oleh rumah sakit
3. Tim keselamatan pasien rumah sakit menganaisis akar penyebab maslah semua
kejadian yang dilaporkan oleh unit kerja
4. Berdasarkan hasil analisis akar maslah maka tim keselamatan pasien rumah sakit
merekomendasikan solusi pemecahan dan mengirimkan hasil solusi pemecahan
masalah kepada pimpinan rumah sakit
5. Pimpinan rumah sakit melaporkan insiden dan hasil solusi masalah ke komite
keselamata pasien rumah sakit setiap terjadinya insiden dan setelah melakukan

AH
analisis akar masalah yang bersifat rahasia

B. Di Profinsi
Dunas kesehatan Profinsi dan PERSI Daerah menerika produk- produk dari komite
keselamatan rumah sakit
ER
C. Di pusat
UG
1. Komite keselamatan pasien rumah sakit merekapituasi laporan dari rumah sakit
untuk menjaga kerahasiaannya.
2. Komite keselamatan rumah sakit melakukan analisis yang telah dilakukan oleh
rumah sakit.
AN

3. Komite keselamatan pasien rumah sakit melakukan analisis laporan insiden


berkerjasama dengan rumah sakit pendidikan dan rumah sakit yang ditunjuk
sebagai laboratorium uji coba keselamatan pasien rumah sakit.
4. Komite keselamatanpasien rumah sakit melakukan sosialisai hasil analisis dan
solusi masalah ke dinas kesehatan Profinsi dan PERSI Daerah, rumah sakit terkait
IA

dan rumah sakit lainnya.


RS

BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
A. DIRUMAH SAKIT
Pimpinan rumah sakit melakukan monitoring dann evaluasi pada unit-unit
kerja di rumah sakit, terkait dengan pelaksanaan keselamatan pasien di unit
kerja

B. DI PROPINSI

18
Dinas kesehatan propinsi dan PERSI daerah melakukan monitoring dan
evaluasi pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit diwilayah
kerjanya

C. Di Pusat
1. Komite keselamatan pasien rumah sakit melakukan monitoring dan
evaluasi pelaksanaan keselamatan pasien rumah sakit di rumah sakit –
rumah sakit .
2. Monitoring dan evaluasi dilakukan minimal satu tahapan satu kali.

AH
ER
UG
AN
IA
RS

BAB VI

PENUTUP

Sistem pencatatan dan pelaporan indikator pada Rumah Sakit Ibu dan Anak Anugerah
Pekalongan kami menyusun agar dapat di gunakan dalam merencanakan, melaksanakan

19
monitoring dan evaluasi sistem pencatatan dan indikator mutu keselamatan pasien di RSIA
Anugerah.

Sistem pencatatan dan indikator mutu merupakan kegiatan peningkatan yang berjalan
secara kesenambungan dan berkelanjutan, oleh sebab itu sistem pencatatan dan pelaporan
indikator mutu keselamatan pasien dapat digunakan sebagai pedoman Rumah Sakit Ibu dan
Anak Anugerah Pekalongan.

Pekalongan, 20 Juli 2016


Mengetahui

AH
Direktur RSIA Anugerah Pekalongan

ER dr.Bonis Edi Artoko


UG
AN
IA
RS

REFERENSI

1. Komalawati, Veranica.(2010) Community & Patient Safety Dalam Perspektif Hukum


Keselamatan
2. Lestrasi. Trisasi. Knteks Mikro dalam implementasi Patient Safety. Delapan langkah
untuk mengembangkan Budaya Patient Safety. Buletin IHQN Vol II/Nomor.04/

20
2006 Hal.1.3
3. Pabuti, Aumas .(2011) Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien(KP) Rumah
Sakit Proceedings of expert lecture of medical student of Block 21 st of Andalas
University, Indonesia.
4. Panduang Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety).2005
5. Tim keselamatan pasien RS RSUD Penambahan Senopati. Patient Safety.
6. Yahya, Adib A. (2006) Konsep dan Program “Patient Safety”. Proceedings of
National Convention VI of The Hospital Quality Hotel Pertama Bidakara, Bandung
14.15 November 2006 .
7. Yahya, Adib A. (2007) Fraud& Patient Safety. Proceedings Of Pamjaki Meeting
“Kecurangan (Fraud) Dalam Jaminan/Asuransi Kesehatan“ Hotel Bumi Karsa,

AH
Jakarta 13 Dsember 2007.

ER
UG
AN
IA
RS

21

Anda mungkin juga menyukai