Anda di halaman 1dari 12

Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Gabah

No. 18/03/36/Th. XIV, 2 Maret 2020

BERITA
RESMI
STATISTIK PROVINSI BANTEN

Perkembangan Nilai Tukar


Petani dan Harga Gabah
• NTP Banten Februari 2020 sebesar 105,49 atau naik 0,32 persen
dibanding NTP bulan sebelumnya. Peningkatan NTP dikarenakan
oleh kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) lebih tinggi
Nilai Tukar Petani dari kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
• Pada Februari 2020 terjadi inflasi perdesaan di Provinsi Banten
(NTP) Februari 2020 sebesar 0,43 persen yang terjadi pada delapan kelompok
Sebesar 105,49 atau pengeluaran, yakni kelompok Makanan, Minuman Dan Tembakau,
Perlengkapan, Peralatan Dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga,
naik sebesar 0.32 kesehatan, Rekreasi, Olahraga Dan Budaya, Penyediaan Makanan
Dan Minuman/Restoran, Pakaian Dan Alas Kaki, Perumahan, Air,
persen Listrik Dan Bahan Bakar Rumah Tangga serta Informasi, Komunikasi
Dan Jasa Keuangan, berbeda dengan kelompok transportasi yang
mengalami deflasi.
Rata-rata harga gabah • Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Banten Februari 2020 sebesar
kualitas GKG di Tingkat 105,57 atau naik 0,20 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.
• Rata-rata harga gabah di tingkat petani pada Februari
Petani sebesar Rp. dibandingkan keadaan Januari untuk Gabah Kering Giling (GKG)
5.564 per Kg mengalami kenaikan 1,90 persen, Gabah Kering Panen (GKP)
mengalami kenaikan sebesar 4,57 persen dan Gabah kualitas
rendah mengalami kenaikan 0,82 persen.
Upah Nominal Harian • Rata-rata harga gabah bulan Februari 2020 di tingkat Petani untuk
kualitas GKG Rp. 5.564, GKP Rp. 5.550,- per kg dan kualitas rendah
Buruh Tani Provinsi Rp. 4.900,-. Harga terendah sebesar Rp. 4.900,- untuk kualitas
Banten Februari 2020 Rendah varietas Ciherang dan harga tertinggi di tingkat petani
sebesar Rp 6.000,- untuk kualitas GKG varietas Ciherang
Sebesar Rp.64.943,- • Upah nominal buruh tani pada Februari 2020 naik dibandingkan
bulan Januari 2020 sebesar Rp. 64.943,- per hari, namun Secara
riil*) mengalami penurunan sebesar 0,12 persen yakni turun dari
Rp. 61.101,- per hari menjadi Rp. 61.030,- per hari.

Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Gabah 1


1. Perkembangan Nilai Tukar Petani
NTP, yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap
indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat
kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade)
dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.
Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks
harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana
komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan
dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih
mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan
biaya produksinya.
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di 4 Kabupaten di Provinsi Banten
pada Februari 2020, NTP secara umum mengalami peningkatan dibandingkan NTP Januari 2020
yakni sebesar 0,32 persen. Peningkatan NTP yang terjadi pada Februari 2020 ini dikarenakan
oleh indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 0,77 persen lebih tinggi dari
kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,44 persen.
Tabel 1
Nilai Tukar Petani Provinsi Banten Bulan Februari 2020 (2018=100)

Bulan
Persentase
Subsektor
Perubahan
Januari 2020 Februari 2020
(1) (2) (3) (4)
a. Indeks yang diterima (It) 111,39 112,24 0,77
b. Indeks yang dibayar (Ib) 105,94 106,40 0,44
c. Indeks Konsumsi Rumah Tangga 105,95 106,41 0,43
d. Indeks BPPBM 105,72 106,32 0,56
e. Nilai Tukar Petani (NTP) 105,14 105,49 0,32

Peningkatan NTP Februari 2020 ini disebabkan oleh naiknya NTP pada Subsektor Tanaman
Perkebunan Rakyat sebesar 1,75 persen, Subsektor Hortikulura sebesar 0,60 persen dan Subsektor
Tanaman Pangan yang naik sebesar 0,24 persen. Sementara itu Subsektor Perikanan mengalami
penurunan sebesar 0,91 persen dan Subsektor Peternakan turun sebesar 0,03 persen.

2. Indeks Harga yang Diterima Petani (It)


Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menggambarkan fluktuasi harga komoditas pertanian
yang dihasilkan petani. Pada Februari 2020, It Banten mengalami kenaikan sebesar 0,77 persen
dibanding It Januari, yaitu naik dari 111,39 menjadi 112,24. Peningkatan It disebabkan oleh
meningkatnya It pada Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 2,25 persen, Subsektor
Hortikultura naik sebesar 1,07 persen, Tanaman Pangan naik sebesar 0,71 persen dan Subsektor
Peternakan yang naik sebesar 0,15 persen. Berbeda untuk Subsektor Perikanan yang mengalami
penurunan indeks sebesar 0,58 persen

2 Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Gabah


Gambar
Gambar11
Perubahan
Perubahan Indeks HargaYang
Indeks Harga DiterimaPetani
Yang Diterima Petani
Januari
Januari––Februari 2020
Februari 2020

Jan-20 Feb-20
3,00
2,49
2,50 2,25
2,00
1,50 1,07
0,94
1,00 0,71 0,84 0,84 0,77
0,50 0,15 0,20
0,00
-0,50
-1,00 -0,68 -0,58
T. pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Gabungan

3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)


Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) terdiri dari konsumsi rumah tangga (KRT) dan biaya
produksi dan penambahan barang modal (BPPBM). Melalui indeks harga yang dibayar petani
dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan,
serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada
Februari 2020 indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,44 persen. Hal ini
terjadi karena naiknya indeks harga pada Indeks KRT sebesar 0,43 persen dan kenaikan indeks
harga pada Indeks BPPBM sebesar 0,56 persen. Kenaikan indeks KRT terjadi cukup signifikan pada
kelompok Makanan, Minuman Dan Tembakau sebesar 0,65 persen, Perlengkapan, Peralatan Dan
Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga sebesar 0,56 persen, kesehatan sebesar 0,46 persen, Rekreasi,
Olahraga Dan Budaya sebesar 0,37 persen, Penyediaan Makanan Dan Minuman/Restoran sebesar
0,20 persen, Pakaian Dan Alas Kaki sebesar 0,06 persen, Perumahan, Air, Listrik Dan Bahan Bakar
Rumah Tangga sebesar 0,01 persen Dan Kelompok Informasi, Komunikasi Dan Jasa Keuangan
sebesar 0,01 persen. Sementara itu kelompok pengeluaran transportasi mengalami penurunan
indeks sebesar 0,32 persen.
Gambar
Gambar 2 2
Perubahan Indeks
Perubahan IndeksHarga Yang
Harga Dibayar
Yang PetaniPetani
Dibayar
Bulan
BulanFebruari 20202020
Februari

Ib Konsumsi RT BPPBM

0,80
0,71
0,70 0,64 0,65
0,60 0,56
0,48 0,47 0,50
0,50 0,45 0,47 0,44 0,44 0,43
0,42
0,40 0,34 0,37
0,30
0,30
0,18
0,20
0,10
0,00
-0,10 -0,02
T. Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Gabungan

Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Gabah 3


4. Nilai Tukar Petani (NTP) Subsektor
a. Subsektor Tanaman Pangan/Padi dan Palawija (NTP-P)
Pada bulan Februari 2020 NTP-P mengalami peningkatan indeks sebesar 0,24 persen atau naik
dari 106,70 menjadi 106,96. Hal ini disebabkan karena kenaikan indeks harga yang diterima petani
sebesar 0,71 lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayar petani yakni sebesar 0,48
persen. Naiknya It pada subsektor tanaman pangan terjadi karena naiknya indeks pada kelompok
padi 0,72 persen yang ditandai oleh naiknya harga gabah 0,72 persen dan kelompok palawija
yang mengalami kenaikan indeks sebesar 0,65 persen yang ditandai naiknya harga ketela rambat
sebesar 6,44 persen dan kacang tanah yang naik sebesar 1,28 persen, sebaliknya harga ketela pohon
mengalami penurunan harga sebesar 2,07 persen dan harga jagung menurun sebesar 0,72 persen.
Adapun kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,48 persen dipengaruhi oleh naiknya
indeks KRT sebesar 0,42 persen dan indeks BPPBM yang naik sebesar 0,64 persen.
b. Subsektor Hortikultura (NTP-H)
Nilai Tukar Petani subsektor Hortikultura (NTP-H) pada bulan Februari 2020 mengalami
peningkatan sebesar 0,60 persen atau naik dari 105,77 menjadi 106,40. Hal ini terjadi karena kenaikan
indeks harga yang diterima petani sebesar 1,07 persen lebih tinggi dari kenaikan indeks harga yang
dibayar petani sebesar 0,47 persen. Kenaikan It pada subsektor hortikultura disebabkan naiknya
indeks pada kelompok sayur - sayuran sebesar 2,50 persen dan kelompok buah - buahan sebesar 0,31
persen meskipun tanaman obat - obatan mengalami penurunan sebesar 0,68 persen. Kenaikan cukup
signifikan pada kelompok sayur - sayuran terjadi pada harga cabai merah 10,51 persen, harga pak choi
9,51 persen, harga melinjo 8,99 persen, ketimun 5,73 persen, cabai hijau 4,81 persen, bayam 4,79
persen, jengkol 2,81 persen, kangkung 2,51 persen dan cabai rawit 1,85 persen. Untuk kelompok buah
- buahan peningkatan cukup signifikan terjadi pada harga buah durian yang naik sebesar 4,91 persen,
manggis 4,55 persen, mangga naik 1,09 persen dan buah pisang yang naik sebesar 0,28 persen. Pada
kelompok tanaman obat - obatan penurunan terjadi hanya pada harga jahe sebesar 3,65 persen dan
harga kencur 2,28 persen.Kenaikan indeks harga pada Ib dipengaruhi oleh naiknya indeks KRT sebesar
0,45 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,65 persen.
c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTP-R)
Pada Bulan Februari 2020 NTP-R sebesar 106,24. Terjadi kenaikan indeks yang cukup tinggi
dari bulan sebelumnya sebesar 1,75 persen. Hal ini disebabkan karena kenaikan indeks harga yang
diterima petani sebesar 2,25 persen lebih tinggi dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani
sebesar 0,50 persen. Kenaikan It terjadi karena naiknya indeks harga pada kelompok tanaman
perkebunan rakyat sebesar 2,25 persen yakni dari 110,66 menjadi 113,15. Kenaikan It yang cukup
signifikan pada subsektor ini dipengaruhi oleh naiknya harga kakao / coklat biji sebesar 7,47 persen,
kelapa sawit yang mengalami kenaikan sebesar 4,97 persen, karet yang naik sebesar 4,22 persen dan
harga kelapa yang mengalami kenaikan sebesar 0,03 persen walaupun tidak dibarengi oleh harga
lada/merica yang mengalami penurunan sebesar 2,94 persen dan cengkeh yang turun sebesar 0,21
persen. Naiknya indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,50 persen dipengaruhi oleh naiknya
indeks KRT sebesar 0,47 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,71 persen.

4 Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Gabah


Tabel 2
Indeks Diterima & Dibayar Petani Banten Per Subsektor & Perubahannya
Desember 2019 – Februari 2020 (2018=100)
Bulan Persentase
perubahan
Sektor, Kelompok dan
Februari 2020
Sub Kelompok
Desember 2019 Januari 2020 Februari 2020 thd
Januari 2020

(1) (2) (3) (4) (5)


1. Tanaman Pangan
a. Indeks Diterima Petani 112,05 113,10 113,90 0,71
- Padi 112,01 113,04 113,85 0,72
- Palawija 113,04 114,54 115,29 0,65
b. Indeks Dibayar Petani 105,00 105,99 106,49 0,48
- Indeks Konsumsi Rumahtangga 105,00 106,08 106,53 0,42
- Indeks BPPBM 104,99 105,69 106,37 0,64
c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 106,71 106,70 106,96 0,24
2. Hortikultura
a. Indeks Diterima Petani 110,55 111,48 112,68 1,07
- Sayur-sayuran 102,13 105,35 107,99 2,50
- Buah-buahan 115,78 115,33 115,69 0,31
- Tanaman Obat 109,93 109,57 108,82 -0,68
b. Indeks Dibayar Petani 104,37 105,40 105,90 0,47
- Indeks Konsumsi Rumahtangga 104,33 105,44 105,92 0,45
- Indeks BPPBM 104,63 104,78 105,68 0,65
c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 105,92 105,77 106,40 0,60
3. Tanaman Perkebunan Rakyat
a. Indeks Diterima Petani 107,97 110,66 113,15 2,25
- Tanaman Perkebunan Rakyat 107,97 110,66 113,15 2,25
b. Indeks Dibayar Petani 104,91 105,98 106,51 0,50
- Indeks Konsumsi Rumahtangga 104,80 105,97 106,47 0,47
- Indeks BPPBM 105,73 106,05 106,80 0,71
c. Nilai Tukar Petani (NTP-R) 102,91 104,42 106,24 1,75
4. Peternakan
a. Indeks Diterima Petani 103,56 102,86 103,02 0,15
- Termak Besar 104,68 105,17 104,94 -0,22
- Ternak Kecil 101,30 100,88 100,61 -0,27
- Unggas 103,52 102,57 102,75 0,17
- Hasil Ternak 103,84 104,46 106,60 2,05
b. Indeks Dibayar Petani 105,96 106,53 106,72 0,18
- Indeks Konsumsi Rumahtangga 104,71 105,82 106,29 0,44
- Indeks BPPBM 106,95 107,08 107,06 -0,02
c. Nilai Tukar Petani (NTP-T) 97,73 96,56 96,53 -0,03
5. Perikanan
a. Indeks Diterima Petani 105,24 105,44 104,83 -0,58
- Penangkapan 104,77 105,16 104,70 -0,44
- Budidaya 106,36 106,11 105,15 -0,91
b. Indeks Dibayar Petani 104,33 105,01 105,36 0,34
- Indeks Konsumsi Rumahtangga 104,78 105,89 106,28 0,37
- Indeks BPPBM 103,92 104,09 104,41 0,30

5
c. Nilai Tukar Petani (NTNP) 100,86 100,42 99,50 -0,91
Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Gabah
d. Subsektor Peternakan (NTP-T)
Pada bulan Februari 2020 NTP-T mengalami penurunan indeks sebesar 0,03 persen yang
disebabkan karena naiknya indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,15 persen lebih rendah
dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,18 persen. Peningkatan yang terjadi
pada It disebabkan karena turunnya indeks harga pada kelompok Ternak besar sebesar 0,22 persen
dan kelompok ternak kecil yang turun sebesar 0,27 persen meskipun kelompok hasil - hasil ternak/
unggas mengalami kenaikan sebesar 2,50 persen dan kelompok unggas yang naik sebesar 0,17
persen. Penurunan yang terjadi pada kelompok ternak besar adalah turunnya harga sapi potong
sebesar 1,32 persen dan kerbau sebesar 0,12 persen, kelompok ternak kecil yang turun terjadi pada
harga biri-biri / domba sebesar 0,80 dan kambing yang turun sebesar 0,17 persen. Untuk kelompok
hasil - hasil ternak/unggas kenaikan terjadi pada harga telur itik/bebek sebesar 2,95 persen dan
telur ayam ras yang naik sebesar 0,67 persen. Kelompok unggas terjadi kenaikan pada harga ayam
ras pedaging sebesar 0,26 persen, sementara harga itik manila turun 1,56 persen, itik/bebek turun
0,38 persen dan harga ayam kampung/buras turun sebesar 0,21 persen, Naiknya indeks harga yang
dibayar petani sebesar 0,18 persen disebabkan oleh naiknya indeks KRT sebesar 0,44 persen dan
turunnya indeks BPPBM sebesar 0,02 persen.
e. Subsektor Perikanan (NTNP)
NTNP pada bulan Februari 2020 mengalami penurunan indeks sebesar 0,91 persen dari
100,42 menjadi 99,50. Hal ini disebabkan karena turunnya indeks harga yang diterima petani sebesar
0,58 persen sementara indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,34 persen.
Adapun penurunan It disebabkan karena turunnya indeks harga pada kelompok perikanan tangkap
sebesar 0,44 persen dan kelompok perikanan budidaya yang turun sebesar 0,91 persen. Naiknya
Indeks Ib sebesar 0,34 persen disebabkan oleh naiknya indeks KRT sebesar 0,37 persen dan naiknya
indeks BPPBM sebesar 0,30 persen.
1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)
Pada Februari 2020, NTN turun sebesar 0,75 persen dari 100,58 menjadi 99,83. Hal ini
terjadi karena indeks it mengalami penurunan sebesar 0,44 persen yang ditandai oleh
turunnya harga gurita sebesar 14,76 persen, penurunan lainnya yakni lobster(udang karang/
barong), kepiting laut, Rajungan, teri, sembilang, selar(oci/tude), ikan kurisi (kerisi), layang
(malalugis/momar), banjar-banjar , layar (layaran) dan cakalang. Kelompok ikan tangkap di
perairan umum yang naik yakni pada harga ikan mas (karper/tombro) sebesar 0,96 persen.
Indeks ib naik sebesar 0,31 persen disebabkan oleh naiknya indeks KRT sebesar 0,36 persen
dan indeks BPPBM sebesar 0,26 persen
2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)
Pada Februari 2020 , NTPi turun sebesar 1,31 persen dari 100,03 menjadi 98,72. Hal ini terjadi
karena turunnya It sebesar 0,91 persen sementara Ib naik sebesar 0,40 persen. Penurunan
terjadi pada kelompok ikan budidaya air payau sebesar 1,28 persen yakni pada harga ikan
mujair payau, bandeng payau dan udang payau . Kenaikan Ib terjadi karena naiknya indeks
KRT sebesar 0,40 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,41 persen.
5. Indeks Harga Konsumen Pedesaan
Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi atau deflasi di
pedesaan. Pada bulan Februari 2020, dari pantauan di empat Kabupaten terjadi inflasi di perdesaan
sebesar 0,43 persen yang terjadi pada delapan kelompok pengeluaran.

6 Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Gabah


Tabel 3
IKRT, Inflasi Perdesaan Provinsi Banten
Menurut Kelompok Pengeluaran Bulan Februari 2020 (2018=100)

Inflasi
IKRT Januari IKRT Februari
KELOMPOK IKRT Perdesaan
2020 2020
(persen)
(1) (2) (3) (4)
UMUM 105,95 106,41 0,43

1. Makanan, Minuman Dan Tembakau 106,01 106,70 0,65

2. Pakaian Dan Alas Kaki 109,85 109,91 0,06

3. Perumahan, Air, Listrik Dan Bahan Bakar Rumah Tangga 103,28 103,29 0,01

4. Perlengkapan, Peralatan Dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga 106,33 106,92 0,56

5. Kesehatan 107,87 108,36 0,46

6. Transportasi 104,12 103,79 -0,32

7. Informasi, Komunikasi Dan Jasa Keuangan 100,22 100,23 0,01

8. Rekreasi, Olahraga Dan Budaya 107,25 107,65 0,37

9. Pendidikan 100,00 100,00 0,00

10. Penyediaan Makanan Dan Minuman/Restoran 106,84 107,05 0,20

11. Perawatan Pribadi Dan Jasa Lainnya 111,79 111,80 0,00

6. Perbandingan antar Provinsi di Indonesia


Pada Bulan Februari 2020 dari 34 provinsi di Indonesia sebanyak 22 provinsi yang NTP-nya
berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Riau dengan nilai indeks sebesar
117,90 yang diikuti oleh Provinsi Kalimantan Timur sebesar 114,73. Sedangkan Nilai Tukar Petani
terendah terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 96,03. NTP Nasional sebesar 103,35
yang mengalami penurunan sebesar 0,78 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar
104,16
Tabel 4
Nilai Tukar Petani Seluruh Provinsi di Indonesia
Februari 2020 (2018=100)
Perubahan Perubahan
Provinsi NTP Rangking Provinsi NTP Rangking
(%) (%)

(1) (2) (3) (4) (1) (5) (6) (7)


Riau 117,90 -4,86 1 Kalimantan Selatan 101,99 -0,61 18
Kalimantan Timur 114,73 1,66 2 Papua Barat 101,79 0,00 19
Bengkulu 113,76 -2,52 3 Papua 101,35 -0,20 20
Sulbar 111,80 2,05 4 Kepulauan Riau 101,27 -0,10 21
Sumatera Utara 111,71 -1,74 5 DKI 100,40 -0,76 22
Kalimantan Barat 109,21 -0,09 6 NAD 99,20 -1,87 23
NTB 107,96 0,73 7 Sulawesi Utara 99,10 -0,17 24
Kalimantan Tengah 107,48 -0,58 8 Gorontalo 98,71 -0,33 25
Jambi 107,07 -3,08 9 Maluku 98,38 -0,63 26
Bangka Belitung 105,79 -0,13 10 Sulawesi Selatan 97,73 0,89 27
Banten 105,49 0,32 11 Maluku Utara 97,59 -0,58 28
Jawa Barat 104,48 0,01 12 Sulawesi Tengah 97,43 0,53 29
Kalimantan Utara 103,81 -0,22 13 Sulawesi Tenggara 97,01 0,38 30
Jawa Tengah 103,29 -0,71 14 Sumatera Selatan 96,85 -3,76 31
Yogyakarta 103,19 0,03 15 Lampung 96,83 -1,11 32
Jatim 103,16 -0,79 16 Bali 96,63 0,37 33
Sumatera Barat 102,63 -0,74 17 NTT 96,03 -0,23 34

Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Gabah 7


7. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor
Pada Februari 2020 Nilai Tukar usaha pertanian (NTUP) Banten sebesar 105,57 atau
mengalami kenaikan sebesar 0,20 persen. Hal ini terjadi karena kenaikan indeks harga yang
diterima petani sebesar 0,77 persen lebih tinggi dari kenaikan indeks BPPBM sebesar 0,56
persen. Jika dilihat per subsektor, NTUP pada subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami
peningkatan cukup signifikan sebesar 1,54 persen, diikuti subsektor Hortikultura yang naik 0,43
persen, subsektor Peternakan yang naik sebesar 0,17 persen dan subsektor Tanaman pangan
yang naik sebesar 0,07 persen. Berbeda dengan subsektor Perikanan yang mengalami penurunan
NTUP sebesar 0,88 persen.

Tabel 5
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya
Februari 2020 (2018=100)

Subsektor Januari 2020 Februari 2020 Perubahan (%)

(1) (2) (3) (4)


1. Tanaman Pangan 107,00 107,08 0,07

2. Hortikultura 106,17 106,62 0,43

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 104,35 105,95 1,54

4. Peternakan 96,06 96,22 0,17

5. Perikanan 101,30 100,41 -0,88

a. Tangkap 101,94 101,23 -0,70

b. Budidaya 99,82 98,51 -1,31

8. Perkembangan Harga Produsen Gabah


Pada Februari 2020, dari seluruh observasi yang dilakukan ditemukan kualitas GKG sebanyak
84,09 persen, kualitas GKP 13,64 persen dan kualitas rendah 2,27 persen. Dari keseluruhan
observasi diperoleh harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp. 4.900,- per kg untuk
Gabah Kualitas Rendah varietas Ciherang dan harga tertinggi di tingkat petani sebesar Rp. 6.000,-
per kg untuk kualitas GKG varietas ciherang
Tabel 6
Banyaknya Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan,
dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) menurut Kelompok Kualitas, Februari 2020

Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp./Kg.) Rata-rata


Persentase Harga Pembelian
Kelompok Harga Tingkat
Jumlah Pemerintah
Kualitas Penggilingan
Observasi (HPP)* (Rp./Kg.)
Terendah Tertinggi Rata-Rata (Rp/Kg)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


Penggilingan
GKG 84,09 5000 6000 5564 5699
4.600

Petani
3.700
GKP 13,64 4900 6000 5550 5633
Penggilingan
3.750

Gabah Kualitas
2,27 4900 4900 4900 5000 -
Rendah

8 Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Gabah


9. Rata – rata Komponen Mutu
Untuk rata – rata komponen mutu yang terdiri dari kadar air (KA) dan kadar hampa/
kotoran (KH), yaitu untuk gabah dengan kualitas GKG KA nya sebesar 13,47 persen dan KH nya
sebesar 5,55 persen; kualitas GKP KA nya sebesar 17,68 persen dan KH nya 6,9 persen.

Tabel 7
Rata – rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas Gabah
Desember 2019 – Februari 2020

Kadar Air (persen) Kadar Hampa/Kotoran (persen)


Kelompok
Kualitas
Desember Januari Februari Desember Januari Februari
2019 2020 2020 2019 2020 2020

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

GKG 13,64 13,47 13,47 2,72 3,16 3,16

GKP 15,51 15,5 15,5 7,56 6,13 6,13

Gabah Kualitas
24,3 19,56 19,56 12 11,4 11,4
Rendah

10. Rata – rata Harga Gabah Menurut Kualitas


Rata-rata harga gabah kualitas kering giling (GKG) di tingkat penggilingan sebesar Rp.5.699,-
per kg, sementara di tingkat petani sebesar Rp.5.564,- per kg. Rata-rata harga gabah kualitas kering
panen (GKP) di tingkat penggilingan sebesar Rp.5.633,- per kg sementara di tingkat petani rata-rata
harga gabah kualitas GKP sebesar Rp.5.550,- per kg. Untuk gabah kualitas GKP di tingkat penggilingan
mengalami kenaikan rata-rata harga sebesar 2,57 persen dan di tingkat petani juga mengalami kenaikan
rata-rata harga yakni sebesar 4,57 persen.

Tabel 8
Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas
Desember 2019 – Februari 2020

Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Tingkat Petani (Rp/Kg)

Kualitas % %
Desember Januari Februari Perubahan Desember Januari Februari Perubahan
2019 2020 2020 Kol (4) thd 2019 2020 2020 Kol (8) thd
(3) (7)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

GKG 5364 5585 5699 2,03 5241 5460 5564 1,90

GKP 5193 5492 5633 2,57 5070 5308 5550 4,57

Gabah Kualitas
4600 4960 5000 0,81 4500 4860 4900 0,82
Rendah

Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Gabah 9


11. Perkembangan Upah Buruh
Secara umum, rata-rata upah nominal buruh tani pada Februari 2020 dibanding upah
buruh tani Januari 2020 mengalami kenaikan menjadi Rp. 64.943,- per hari. Namun, secara riil
mengalami penurunan 0,12 persen atau turun dari Rp. 61.101,- per hari menjadi Rp. 61.030,- per
hari.
Tabel 9
Ringkasan Upah Buruh Tani Provinsi Banten Per Hari (rupiah)
Desember 2019 – Februari 2020

Bulan
%Perubahan
Rincian Jenis Upah Februari 2020 thd
Desember Januari Februari Januari 2020
2019 2020 2020

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


Provinsi Upah Nominal 64.327 64.739 64.943 0,32

Upah Riil *) 61.344 61.101 61.030 -0,12

10 Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Gabah


Penjelasan Teknis Nilai Tukar Petani dengan Indeks Harga 2018 = 100

Mulai Januari 2020, penghitungan NTP menggunakan indeks harga dengan tahun dasar
baru yakni 2018=100 baik untuk It maupun Ib. Ada beberapa perubahan yang mendasar dalam
penghitungan indeks harga 2018=100 dibandingkan dengan indeks harga 2012=100, khususnya
mengenai paket komoditas maupun diagram timbang pada masing-masing subsektor yakni
Tanaman Pangan, Tanaman Hortikultura, Tanaman Perkebunan Rakyat, Peternakan, dan
Perikanan. Pada Subsektor Perikanan, diagram timbang dibangun dari Kegiatan Penangkapan
Ikan maupun Kegiatan Budidaya Ikan.
Perubahan paket komoditas dan diagram timbang dalam penghitungan NTP dengan
indeks harga 2018=100 didasarkan pada hasil Survei Penyempurnaan Diagram Timbang
Nilai Tukar Petani 2017 (SPDT-NTP 2017) yang dilaksanakan oleh BPS. Hasil SPDT-NTP 2017
ini sekaligus mencerminkan adanya perubahan pola produksi, pola biaya produksi, dan pola
konsumsi rumah tangga petani dibandingkan dengan hasil SPDT-NTP periode sebelumnya yang
dilaksanakan pada tahun 2012. Secara nasional, penghitungan NTP dengan tahun dasar baru
mencakup 34 provinisi sedangkan pada tahun dasar sebelumnya mencakup 33 provinsi.
Perubahan mendasar lainnya terjadi pada pengklasifikasian pengeluaran konsumsi
rumah tangga yang merupakan salah satu komponen nilai yang dibayar oleh rumah tangga
petani. Perkembangan harga konsumsi rumah tangga yang meliputi berbagai barang dan
jasa dari waktu ke waktu tercermin melalui Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT). IKRT yang
dihitung dengan tahun dasar baru 2018=100 menggunakan klasifikasi pengeluaran konsumsi
rumah tangga berdasarkan modifikasi Classification of Individual Consumption According to
Purpose 2018 (COICOP 2018). COICOP 2018 merupakan referensi internasional untuk klasifikasi
pengeluaran rumah tangga. Pengklasifikasian pengeluaran konsumsi rumah tangga dengan
COICOP 2018 terdiri dari 11 (sebelas) Kelompok Pengeluaran. Sementara itu, pada tahun
dasar sebelumnya yakni 2012=100, pengklasifikasian rumah tangga didasarkan pada 7 (tujuh)
Kelompok Pengeluaran berdasarkan modifikasi COICOP 1999.

Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Gabah 11


Diterbitkan oleh:

Badan Pusat Statistik


Provinsi Banten Konten Berita Resmi Statistik dilindungi oleh
Jl. Syech Nawawi Al Bantani Kav H1-2, Undang-Undang, hak cipta melekat pada
KP3B, Serang, Banten 42171 Badan Pusat Statistik. Dilarang mengumumkan,
mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau
Ir. Adhi Wiriana, M.Si
Kepala BPS Provinsi Banten menggandakan sebagian atau seluruh isi tulisan ini
Telepon: (0254)267027, untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan
E-mail:pst3600@bps.go.id Pusat Statistik.
Website:http://banten.bps.go.id

12 Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Gabah

Anda mungkin juga menyukai