6646 30295 3 PB PDF
6646 30295 3 PB PDF
ABSTRAK
Bakteri coliform adalah mikroorganisme yang dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan kualitas sumber
air yang terkontaminasi. Bakteri pada makanan atau minuman mengindikasikan bahwa makanan tersebut pernah
tercemar oleh tinja. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui total mikroba dan jumlah bakteri coliform pada
es dung-dung di sekitar kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penelitian deskriptif ini menggunakan 7
sampel es dung-dung yang diperoleh dari 7 penjual di sekitar Universitas Muhammadiyah Surakarta. Teknik pengujian
sampel menggunakan Total Plate Count (TPC) dan Most Probable Number (MPN). Data penelitian yang diperoleh
dianalisis dengan membandingkan nilai standar TPC dan MPN dengan PKBPOM Nomor 16 Tahun 2016 Tentang
Kriteria Mikrobiologi dalam Panganan Olahan. Hasil penelitian dari kedua teknik tersebut yaitu 7 sampel yang diuji
menunjukkan tidak memenuhi syarat. Semua sampel yang diuji memiliki jumlah mikroba di atas 105 CFU/ml (melebihi
standar yang ditentukan yaitu batas maksimum 104 CFU/ml) dan nilai MPN > 2400 APM/100 ml (melebihi standar
yang ditentukan, yaitu batas maksimum 10 APM/100 ml). Kesimpulan dari penelitian ini yaitu mutu mikrobiologi
jajanan es dung-dung tidak memenuhi standar.
ABSTRACT
Coliform bacteria is microorganisms that can be used as indicator to define the quality of water. Bacteria in food or
drink indicates that the food may be contaminated by stool. The purpose of this research was to describe the total
number of microbes and the number of bacteria coliform on “dung-dung” ice around Universitas Muhammadiyah
Surakarta campus. This descriptive research used 7 samples which were taken from 7 “dung-dung” ice sellers around
Muhammadiyah University of Surakarta. The samples were analyzed by using Total Plate Count (TPC) and Most
Probable Number (MPN) methods. The results were compared with standard value of TPC and MPN according to
the Indonesia Food and Drug Administration Regulation number 16/2016 about the criteria for food microbiology.
The results of the study showed that all of the 7 samples being tested were above the standards, because the microbes
count were above 105 CFU/ml (the standard is maximum 104 CFU/ml), and the MPN value > 2400 MPN/ml (the
standard is 10 APM/100ml) This study concluded that all of the “dung-dung” ice studied were not comply the food
safety standard.
41
42 Media Gizi Indonesia, Vol. 13, No. 1 Januari–Juni 2018: hlm. 41–48
makanan olahan dalam kemasan dengan 2 kejadian terkontaminasi patogen atau tidak. Bakteri coliform
dan sebanyak 37 korban, penyebab keracunan dapat tumbuh dan berkembang biak pada suhu
karena minuman lain sebanyak 1 kejadian dengan penyimpanan 7°C hingga 60°C (Nurjanah, 2006).
korban sebanyak 16 orang. Makanan penyebab Penyebab keracunan makanan menurut
KLB keracunan pada makanan yang tertinggi Rien dan Wiharyani (2010) adalah adanya
yaitu, pada masakan olahan jasa boga dan olahan cemaran bakteri patogen. Terjadinya keracunan
rumah tangga. Berdasarkan Badan POM (2010) ditandai dengan adanya gejala diare. Jika diare
data keracunan makanan disebabkan oleh agen terjadi dalam jangka yang panjang akan dapat
berupa mikroba dan kimia. Higiene dan sanitasi menyebabkan kematian. Kasus keracunan
pengolah makanan menjadi salah satu faktor risiko terjadi karena penerapan sanitasi lingkungan
utama yang menjadi penyebab terjadinya KLB pengolahan yang masih kurang memadai.
keracunan pangan. Cemaran yang dapat menyebabkan penyakit adalah
Kasus keracunan makanan yang terjadi di cemaran mikrobiologi seperti Eschericia Coli,
Jawa Tengah antara lain menurut Dinkes Boyolali Staphylococcus aureus atau bakteri coliform.
(2013), kejadian keracunan yang terjadi di Dukuh Penelitian yang dilakukan oleh Trisuci (2013)
Menoro Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono di Medan tentang identifikasi bakteri pada es krim
Kabupaten Boyolali disebabkan karena warga tradisional, menunjukkan bahwa dari 15 sampel
masyarakat mengonsumsi hidangan acara resepsi es krim tradisional yang diteliti, 11 sampel aman
pernikahan di salah satu warga setempat. Jumlah dikonsumsi dan 4 sampel tidak aman dikonsumsi
tamu undangan sekitar 500 orang warga yang karena ditumbuhi bakteri Klebsiella oxytoca dan
mengalami keracunan sebanyak 104 orang dan 4 Klebsiella pneumoriae.
orang dirawat di rumah sakit. Kejadian keracunan Es dung-dung atau es puter merupakan
luar biasa di Kabupaten Boyolali tahun 2013 telah hidangan pencuci mulut dari Indonesia yang
tercatat sebanyak 6 kejadian yaitu di Kecamatan hampir sama dengan es krim. Perbedaannya
Boyolali, Ngemplak, Ampel, Teras, Wonosegoro terletak pada bahan dasarnya, es krim berbahan
dan Kemusu. Jumlah orang yang keracunan dasar susu, sedangkan es dung-dung berbahan
sebanyak 1.258 (43,56% total kejadian keracunan dasar santan. Es dung-dung bertekstur kasar
akibat makanan dan minuman) dalam 548 kasus dan dibekukan secara tradisional dengan alat
keracunan. berbentuk tabung yang diputar-putar hingga
Kasus keracunan yang terjadi di wilayah mengkristal di dalam tabung besar yang telah diisi
sekitar Surakarta yaitu kasus keracunan masal di dengan bongkahan es batu dan garam (Alfian,
desa Ngringo, kabupaten Karanganyar. Insiden 2016). Hasil observasi penelitian pendahuluan
keracunan terjadi setelah warga mengonsumsi menunjukkan bahwa para penjual kurang
hidangan dari acara pesta. Korban keracunan memperhatikan kebersihan, yang terlihat dari
kurang lebih ada 110 orang, warga mengalami serbet yang digunakan untuk membersihkan
mual, muntah, sakit perut, pusing dan diare. Bakteri tumpahan es juga digunakan untuk mengelap
yang mengontaminasi makanan tersebut adalah keringat. Banyak mahasiswa dan anak‑anak di
Staphylococcus aureus, Clostridium botulinum area sekitar kampus yang mengonsumsinya.
dan Escherichia coli (Iskandar, 2013; Wicaksono, Salah satu es dung-dung yang dijual di sekitar
2013). kampus juga ada yang diberikan tambahan
Makanan yang kurang terjamin kebersihannya pemanis buatan/sakarin. Es dung-dung yang baik
akan sangat mudah terkontaminasi. Kontaminasi dikonsumsi adalah es yang telah terjamin mutunya
juga dapat terjadi jika penyimpanan makanan dan memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh
terlalu lama. Penyimpanan yang lama akan pemerintah. Menurut Peraturan Kepala Badan
menyebabkan tumbuhnya bakteri patogen Pengawas Obat Dan Makanan (PKBPOM) Nomor
seperti coliform. Bakteri coliform merupakan 16 Tahun 2016 Tentang Kriteria Mikrobiologi
mikroorganisme yang sering digunakan sebagai dalam Pangan Olahan, es krim termasuk dalam
indikator untuk menentukan suatu sumber air kategori es untuk dimakan (edible ice), termasuk
Aprilia Mustikaning Putri, Pramudya Kurnia., Identifikasi Keberadaan Bakteri Coliform... 43
44 Media Gizi Indonesia, Vol. 13, No. 1 Januari–Juni 2018: hlm. 41–48
Hasil perhitungan kemudian diklasifikasikan menjadi
Jumlah koloni
ditutup lagi plastik kemasannya sehingga terpapar dan kemungkinan untuk TBUD (Terlalu Banyak
udara, begitu juga dengan roti setelah membuka Untuk Dihitung) besar. Perhitungan mikroba dari
dan menjajakan dengan roti, plastik kemasan juga pengenceran yang ditanam yaitu pengenceran
tidak ditutup kembali, sehingga memungkinkan 10-4 CFU/ml dan 10-5 CFU/ml. Menurut BPOM
terpapar oleh udara. Responden B, D, F, dan G (2008) pengenceran pada sampel dilakukan untuk
mencuci gelas saji es dung-dung dengan air yang mendapatkan koloni yang tumbuh dengan terpisah.
telah digunakan berkali-kali untuk mencuci, dan Koloni yang terpisah memudahkan untuk dihitung,
diganti apabila terlihat sudah agak kotor. dan dapat membantu terutama pada sampel dengan
Pada saat diwawancarai semua penjual cemaran yang sangat tinggi. Mutu mikrobiologis
mengaku bahwa es dung-dung yang dijajakan, produk es dung-dung yang dilihat dari hasil
menggunakan air yang telah dimasak, dan ada pengujian TPC dibandingkan dengan standar
salah satu responden yaitu responden B yang PKBPOM pada sampel yang telah diuji dapat
menggunakan air isi ulang. Dari hasil pengamatan, dilihat pada Tabel 3.
skop yang digunakan ada yang digantungkan dan Tabel 3 menunjukkan bahwa semua sampel
terpapar udara. melebihi batas cemaran mikroba (batas maksimum
104 CFU/ml) menurut PKBPOM Nomor 16 Tahun
Jumlah Mikrobia Menggunakan Metode TPC 2016 Tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam Pangan
Berdasarkan Pengencerannya Olahan. Jumlah total mikroba yang banyak dapat
Perhitungan jumlah mikroba pada es dipengaruhi oleh kebiasaan responden yang kurang
dung‑dung berdasarkan SPC (Standar Plate Count) memperhatikan kebersihan diri terutama kebersihan
dapat dilihat pada Tabel 2. tangan. Lama penjualan es dung-dung juga
Berdasarkan hasil perhitungan Standar Plate dapat memengaruhi banyaknya jumlah mikroba.
Count (SPC) pada Tabel 2, sampel D merupakan Penjualan yang lama menyebabkan seringnya es
sampel yang paling banyak mengandung mikroba dung-dung terpapar dengan udara, karena terlalu
dan sampel A mengandung paling sedikit mikroba. sering mengalami buka tutup pada pengambilan es
Pengambilan SPC dari pengenceran 10-4 CFU/ dung-dung. Es dung-dung yang sering mengalami
ml dan 10 -5 CFU/ml. Pengenceran dilakukan paparan udara dapat menyebabkan bertambahnya
secara bertingkat, karena sampel yang tidak mikroba yang terdapat pada es dung-dung.
dilakukan dengan pengenceran akan sangat pekat
Tabel 2. Hasil Perhitungan Total Plate Count (TPC) Berdasarkan Standar Plate Count (SPC)
Sumber air yang digunakan dalam pembuatan Tabel 4. Hasil Pengujian dengan Metode Most Probable
es dung-dung juga dapat menjadi penyebab Number ( MPN)
tingginya jumlah mikroba pada es dung-dung. Air Nomor Tabung yang Positif Indeks MPN
Sampel
yang digunakan untuk memeras parutan kelapa ada 10 ml 1 ml 0,1 ml per 100 ml
A 3 3 3 > 2400
yang dipanaskan lagi, namun ada juga yang hanya
B 3 3 3 > 2400
menggunakan air matang saja tanpa dipanaskan C 3 3 3 > 2400
lagi, sehingga memungkinkan adanya cemaran D 3 3 3 > 2400
bakteri Escherichia coli. E 3 3 3 > 2400
Penggunaan sumber air dapat memengaruhi F 3 3 3 > 2400
G 3 3 3 > 2400
cemaran mikroba. Salah satu responden
menggunakan air isi ulang dalam pembuatan
produknya. Meskipun hasil penghitungan TPC Nilai MPN yang diperoleh dari hasil pengujian
tidak setinggi pada 5 sampel lainnya, namun menunjukkan jumlah bakteri coliform pada es
hasilnya tetap melebihi batas. Penelitian lain yang dung-dung sebesar > 2400 per 100 ml (Tabel 4).
dilakukan oleh Andrian (2014), menunjukkan Kusuma (2009) menjelaskan proses fermentasi
bahwa dari sembilan sampel air minum isi ulang gula (laktosa) dalam media LB(Lactose Broth)
yang diuji, semuanya menunjukkan melebihi batas karena adanya bakteri coliform fekal (Escherichia
cemaran mikroba. Sementara menurut Handayani coli). Fermentasi gula dengan adanya energi
(2010) tingginya kontaminasi pada sampel yang dihasilkan oleh bakteri akan menghasilkan
minuman jajanan menunjukkan penggunaan air asam piruvat dan asam asetat, kemudian muncul
yang tidak bersih dan tidak dilakukan perlakuan gelembung gas CO2 yang berada dalam media.
pemanasan sebelumnya. Tabung reaksi yang tertutup rapat,
menyebabkan gas karbon akan mendorong ruang
Jumlah Mikroba Berdasarkan Nilai MPN pada tabung durham. Jika dalam waktu lebih dari
Metode Most Probable Number (MPN), 24 jam maka akan semakin banyak ruang gas yang
merupakan metode perhitungan sel terutama akan terbentuk pada tabung durham pada reaksi
untuk perhitungan bakteri coliform berdasarkan yang positif. Reaksi negatif tidak menunjukkan
jumlah perkiraan terdekat. Perkiraan terdekat adanya keberadaan bakteri ditandai dengan tidak
yaitu perhitungan dalam range tertentu. Dihitung terbentuknya gelembung gas pada tabung durham.
sebagai nilai duga dekat secara statistik dengan Terbentuknya gelembung/gas dan perubahan warna
merujuk pada tabel MPN (Most Probable Number) menunjukkan terjadinya fermentasi laktosa yang
(Hartanti, 2015). Jumlah mikroorganisme yang ada dalam media laktosa cair oleh bakteri yang
diuji berdasarkan nilai MPN dapat dilihat pada ada pada es dung-dung, sehingga menghasilkan
Tabel 4. asam dan gas.
Hasil yang diperoleh dari pengujian Menurut penelitian Wandrivel (2012) produksi
menunjukkan bahwa semua sampel positif gas pada tabung reaksi menunjukkan adanya
membentuk gelembung/gas, yang diduga telah pertumbuhan koloni bakteri coliform pada medium
terjadi kontaminasi oleh bakteri coliform. yang digunakan sehingga dapat dimasukkan ke
Aprilia Mustikaning Putri, Pramudya Kurnia., Identifikasi Keberadaan Bakteri Coliform... 47
dalam tabel perkiraan untuk mendapatkan total sakarin, diatur dan harus memenuhi ketentuan
bakteri coliform yang terkandung dalam 100 ml sebagaimana tercantum dalam Perka BPOM No. 4
sampel air. Hasil dari jumlah tabung yang positif Tahun 2014 tentang Batas Maksimum Penggunaan
dibandingkan dengan tabel MPN (Most Probable Bahan Tambahan Pangan Pemanis.
Number). Hasil perhitungan jumlah coliform
menggunakan tabel MPN (Most Probable Number)
dapat menentukan kualitas suatu produk. Hiegene Personal
Hasil pengujian MPN dari ketujuh sampel Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa semua sampel melebihi batas ketujuh penjual es dung-dung kurang menjaga
cemaran mikroba (batas maksimum 10 APM/100 kebersihan, terbukti dari air pencucian gelas
ml) berdasarkan PKBPOM Nomor 16 Tahun 2016 digunakan berkali-kali dan diganti jika sudah
Tentang Kriteria Mikrobiologi dalam Pangan terlihat kotor. Serbet yang digunakan berkali-kali
Olahan. Ini menunjukkan bahwa kualitas sampel untuk mengeringkan gelas yang telah dicuci, dan
es dung-dung yang telah diuji kurang layak untuk digunakan untuk mengelap keringat. Skop yang
dikonsumsi. digunakan untuk mengambil es dibiarkan terpapar
Risiko cemaran mikroba pada produk oleh udara. Roti dan cup untuk menjajakan es
minuman es juga ditemukan pada penelitian sejenis dung-dung juga dibiarkan terpapar, jika membuka
lain, misalnya penelitian oleh Trisuci (2013) di plastik, plastik tidak ditutup kembali. Keseluruhan
Medan, yang menemukan bahwa dari 15 sampel es responden kurang memperhatikan kebersihan
krim tradisional yang telah diteliti, 11 sampel aman tangan. Responden tidak mencuci tangan setelah
dikonsumsi dan 4 sampel tidak aman dikonsumsi mengambil uang kembalian, setelah merapikan
karena di dalam sampel yang telah diuji ditumbuhi rambut maupun topi. Responden juga ada yang
oleh bakteri Klebsiella oxytoca dan Klebsiella merokok.
pneumoriae. Higiene personal mengacu pada kebersihan
penjamah makanan. Sanitasi makanan dapat
Potensi Bahaya pada Es Dung-Dung
dipengaruhi oleh kesehatan penjamah makanan.
Dalam kaitannya dengan keamanan pangan, Penjamah makanan merupakan sumber mikroba
potensi bahaya merupakan suatu bahan biologi, penyebab penyakit yang dapat dipindahkan
kimia dan fisik yang dapat menyebabkan sakit atau kepada orang lain melalui makanan. Upaya untuk
cidera apabila tidak dikendalikan. Potensi bahaya menghindari kontaminasi pada makanan adalah
dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu diantaranya menerapkan standar yang tinggi terhadap higiene
bahaya biologi, kimia dan fisik. Bahaya biologi personal. Usaha atau industri yang menyediakan
dapat dijadikan perhatian yang besar, karena makanan sebaiknya memiliki prosedur standar
sebagian besar kasus keracunan makanan yang menjamin keamanan pangan bagi konsumen
disebabkan oleh adanya mikroorganisme. Bahaya (Rauf, 2013).
kimia apabila suatu produk makanan ditambahkan
dengan suatu senyawa kimia berbahaya seperti Penyajian Es Dung-dung
melamin dan terkait dengan keamanan pangannya Responden biasanya membuat es dung-
(Rauf, 2013). dung dari pagi, dan menjajakannya menjelang
Responden E menyatakan bahwa dalam siang. Rentang waktu menjajakan dengan proses
pembuatan es dung-dung menggunakan tambahan pembuatan cukup lama karena mempersiapkan
pemanis yaitu sakarin, dengan alasan jika semua peralatan yang dibutuhkan. Menurut
menggunakan gula akan memperbanyak biaya Rauf (2013) lamanya rentang waktu yang
yang dikeluarkan. Pada saat es dung-dung dicoba digunakan dalam penanganan makanan sejak
dirasakan memang terasa manis namun ada sedikit makanan selesai dimasak, kemudian dikemas
pahit. Penambahan sakarin dalam pembuatan es hingga pendistribusian, menjadi penyebab utama
dung-dung termasuk dalam potensi bahaya pada terjadinya keracunan makanan. Kontaminasi
makanan. Penggunaan pemanis buatan, termasuk makanan terjadi akibat dari bakteri, udara, tangan
48 Media Gizi Indonesia, Vol. 13, No. 1 Januari–Juni 2018: hlm. 41–48
penjamah atau peralatan yang digunakan. Waktu bulan Juli-September 2017. Diakses dari http://
yang lama dapat memberikan waktu inkubasi bagi ik.pom.go.id/v2016/berita-keracunan/berita-
mikroba untuk melakukan aktivitas metabolisme keracunan-bulab-juli-september-2017.
dan berkembang biak. Dinkes Boyolali. (2013). Data surveilans keracunan
Kondisi udara dan suhu penyimpanan pangan di Boyolali. Boyolali: Bidang P3PL
makanan/minuman penting untuk diperhatikan Dinkes Kabupaten Boyolali.
Hartanti, A.S. (2015). Mikrobiologi kesehatan. Ed.
karena, agar dapat mempertahankan kualitas
I. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
mikrobiologis makanan. Makanan/minuman yang
Kusuma, S.A.F. (2009). Uji biokimia bakteri.
disimpan pada suhu ruang dapat meningkatkan (Karya ilmiah). Bandung: Fakultas Farmasi,
jumlah mikroba dua kali dari jumlah semula Universitas Padjadjaran.
dan dapat tercemar dengan bakteri patogen Nurjanah, S. (2006). Kajian sumber cemaran
misalnya Bacillus cereus. Proses pengolahan mikrobiologis pangan pada beberapa rumah
makanan, terutama suhu yang digunakan pada di lingkar kampus IPB Darmaga. Jurnal Ilmu
proses pengolahan dapat memengaruhi kualitas Pertanian Indonesia, 11(3), 18–24.
mikroorganisme makanan (Supomo, 2016). Perka BPOM No 4. (2014). Batas maksimum
penggunaan BTP pemanis. Jakarta: Organisasi
penerbit.
KESIMPULAN PKBPOM RI. (2016). Kriteria mikrobiologi dalam
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka pangan olahan. Jakarta: Organisasi penerbit.
dapat disimpulkan bahwa, mutu mikrobiologi Rauf, R. (2013). Sanitasi pangan dan HACCP.
jajanan es dung-dung yang dijual di sekitar Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rien, HB., & Wiharyani, W. (2010). Kondisi
kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta
sanitasi dan keracunan makanan tradisional.
masih kurang baik. Hasil pengujian mikroba
Fakultas Pertanian. Universitas Mataram.
menggunakan standar TPC dan MPN menunjukkan Wicaksono, B.E. (2013). Keracunan ngringo, tiga
bahwa jumlah mikroba pada semua sampel bakteri penyebab keracunan makanan. Diakses
melebihi batas aman yang ditetapkan oleh dari http://www.solopos.com/2013/03/23/
PKBPOM Nomor 16 Tahun 2016 Tentang Kriteria keracunan-ngringo-tiga-bakteri-penyebab-
Mikrobiologi dalam Pangan Olahan. keracunan-makanan-390240.
Iskandar. (2013). Seratusan warga Ngringo
keracunan. Diakses dari http://www.solopos.
DAFTAR PUSTAKA
com/2013/03/05/seratusan-warga-ngringo-
Alfian, W.I. (2016). Kelayakan konsumsi es krim keracunan-385386.
pot berdasarkan tempat penyimpanan dan Supomo., Kusumawati, E., & Amin, M. (2016). Uji
varian toping berbeda. (Skripsi yang tidak cemaran coliform pada ice coffee blended yang
dipublikasikan). KIP Biologi. Surakarta: beredar di kecamatan samarinda ulu dengan
Universitas Muhammadiyah Surakarta. menggunakan metode MPN. Jurnal Kebidanan,
Andrian, B.G., Fatimawati., & Kojong, S.N. 2(2), 92–96.
(2014). Analisis cemaran bakteri coliform dan Trisuci, E. (2013). Identifikasi bakteri pada
identifikasi escherichia coli pada air isi ulang es krim tradisional yang dijual di sekitar
dari depot di Kota Manado. Jurnal Ilmiah sekolahan wilayah Medan Timur. (Skripsi yang
Farmasi-UNSRAT, 3(3), 325–334. tidak dipublikasikan). Fakultas Kedokteran.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Universitas Sumatera Utara, Medan.
Indonesia (BPOM). (2010). Kejadian luar biasa Wandrivel, R., Suharti, N., & Lestari, Y. (2012).
keamanan pangan. Buletin Keamanan Pangan, Kualitas air minum yang diproduksi depot air
17(1), 15. minum isi ulang di Kecamatan Bungus Padang
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik berdasarkan persyaratan mikrobiologi. Jurnal
Indonesia (BPOM). (2017). Berita keracunan Kesehatan Andalas, 1(3), 129–133.