Anda di halaman 1dari 11

TES PROTEIN SERUM

A. PENDAHULUAN
Protein tersusun dari asam amino yang bergandengan dengan
hubungan peptisida, asam amino masuk kedalam tubuh melalui sumber
makanan dan asam amino itu segera diantar ke sel-sel jaringan yang segera
menyusun protein. Hati adala tempat sintetis lebih 90% dari seluruh protein
dan 100% albumin. Menurut distribusinya protein tubuh terdiri dari : protein
plasma, protein jaringan, dan haemoglobin. Protein plasma utama terdiri dari
albumin, globulin, dan fibrinogen.
1. FUNGSI PROTEIN PLASMA
• Mempertahankan tekanan osmotic plasma
• Sebagai media transportasi misalnya, thyroksin dinding globulin,
transcobalamin, apoliprotein.
• Sebagai protektif misalnya, antibody system komplemen dan
hemostasis.
Penetapan protein dalam serum dilakukan dengan mengukur protein
total, albumin dan globulin secara kimia. Untuk menentukan nilai
maksimal albumin, alfa, beta dan gamma, globulin dilakukan dengan
elektroforesis protein pada pH 8,6. Protein serum termasuk dalam panel tes
diagnostic penyakit hati, ginjal, paratiroid, tulang dan sendi protein serum
termasuk dalam panel tes hati bersama dengan glutamate privat
transminase (CPT), glutamate oksalasetat transminase (GOT), bilirubin,
alkali fosfatetase, gamma glutamyl transferase (GGT) dan waktu
pretrombin.
Tujuan tes protein serum adalah untuk melihat defesiansi protein,
penyakit hati, ginjal, gastrointestinal atau pada keganasan.
B. METODE
1. TES PROTEIN TOTAL
a. PRA ANALITIK
- Tidak perlu persiapan khusus
- Hindari zat-zat yang ada hubungannya dengan peningkatan total
protein serum invivo seperti seroid, androgen, angiotensin
digitalis, epinefrin, hormone pertumbuhan, horon tiroid, insulin,
kloribrat, kontrasepsioral, progesterone, kortikolporin, obat yang
dapat menurunkan protein total serum invivo seperti laksansia,
rifampisin, pirazinamid, dekstran dan estrogen.
- Persiapan sampel : hindari hemolisis dan pemakaian tourniquet
yang lama.
- Metode : biuret
- Prinsip : dalam larutan alkali ikatan peptide dari protein akan
bereaksi dengan ion Cu membentuk komlek protein. Biuret
berwarna ungu, intensitas warna yang sesuai dengan konsentrasi
protein.
- Persamaan reaksi buiret sebagai berikut :
Protein + Cu kompleks protein Cu (ungu)
1). Alat dan Bahan
Alat :
o Cara semiautomatic dengan fotometer 4020 dibutuhkan
tabung reaksi pipet volumetric 1000 ml dan 20 ml
o Cara automatic dengan cobas mira dibutuhkan tabung
mikro, rak sampel, pipet volumetric 500 ml
Bahan :
o Sampel : serum atau plasma (heparin atau EDTA). Stabil
selama 3 hari pada suhu 2-8°C dan 6 bulan pada suhu -
20°C
o Reagen : R1 : Reagen blanko terdiri dari :
1. NaOH 0,1 N
2. K-Na-tartrate 16 mmol/l
R2 : Reagen biuret terdiri dari :
1. NaOH 0,1 N
2. K-Na-tartrate 16 mmol/l
3. Potassium Iodida 15 mmol/l
4. CuSO 6 mmol/l
o Reagen kalibrator/standard konsentrasi protein total 6 gr/dl
1. Aquadest
2. NaCL 0,9%

2. ANALITIK
1. Cara kerja
Persiapkan larutan kerja : larutan R1dan R2 dengan aquadest
masing-masing dengan perbandingan 1:1 campur R1 dan R2 yang
telah dilarutkan dengan perbandingan 1:1 stabil 6 bulan pada suhu
2-4°C atau 3 bulan pada suhu 15-25°C.
a) Cara semi automatic
1. Ambil 2 tabung reaksi masing-masing diisi sesuai dengan
skema dibawah ini :
Tabung I (standar) Tabung II (Sampel)
Standar 20μl
Sampel 20μl
Larutan kerja 1000μl 1000μl

2. Campur masing-masing isi tabung dan inkubasi selama 10-


30 menit pada suhu ruangan
3. Masukkan campuran tersebut kedalam pipet pada panjang
gelombang 456nm sesuai dengn penunjuk pada program
tes protein total pada layar fotometer. Hasil akan terbaca
pada display dan dapat dicetak pada printout.
b) Cara Automatik Cobas Mira
1. Masukkan serum 500ml pada tempat sampel dan
tempatkan pada rak sampel sesuai nomor tes
2. Tempatkan reagen pada rak reagen sesuai program protein
total
3. Masukkan nomor identitas penderita dan program tes
protein total
4. Tes akan dilakukan secara otomatis pada panjang
gelombang 550nm dengan program pengambilan sampel
10 μl, reagen 350 μl, pengenceran dengan H2O 30 μl.
Setelah selesai program, hasil tes protein total akan keluar
dan tercetak pada printout.
c) Batas Linearitas
Batas linearitas 13 g/dl. Untuk konsentrasi yang lebih
tinggi encerkan sampel 1:1 dengan NaCl 0,9% dan hasilnya
kalikan dengan 2.
• Nilai rujukan
Umur Fotometer 4020 (g/dl) Cobas Mira
Dewasa 6,6 – 3,7 6,4 – 8,8
Neonatus (1 hr -4mgg) 4,6 – 6,8
Bayi (2-12bulan) 4,8 – 7,6

Anak (lebih 12bulan) 6,0 – 8,0

Umbilical cord 4,8 – 8,0


Prematur 3,6 – 6,0

Bayi baru lahir 4,6 – 7,0

1 mgg 4,4 – 7,6

7 bulan – 1 thn 5,1 – 7,6

1-2 tahun 5,6 – 7,5

Lebih dari 3 thn 6,0 – 3,0

3. PASCA ANALITIK
▪ Interpretasi
Total protein meningkat pada :
- Inflamasi kronik misalnya arthritis
- Dehidrasi
- DM asidosis (diabetes mellitus asidosis)
- Makroglobulinemia
- Leukemia monosik
- Multiple myeloma
- Sarkoidosis
Total protein menurun pada :
- Gangguan hati
- Malabsorbsi
- Malnutrisi
- Nefrosis
- Terbakar
- DM
- Toksemia gravidarum
- Glomerulonefritis kronik
- Shok berat
B. TES ALBUMIN
1. PRA ANALITIK
o Persiapan pasien :
- Tidak perlu persiapan khusus
- Hindari obat-obat yang dapat mempengaruhi kadar albumin
serum in vivo, kadarnya meningkat pada infuse albumin,
frogesteron, dan menurun pada obat esterogen, dextan,
halotan, pirazinamid.
o Persiapan sampel :
- Hindari hemolisis dan penggunaan tourniquet yang lama
karena akan menyebabkan hasil peningkatan palsu.
- Metode : Kolonimetrik dengan Bromocresol – green
(BCG)
- Prinsip : Kemampuan albumin untuk meningkat zat arna
bromocresol – green pada pH 4,1. Makin banyak zat warna
yang diikat, makin banyak kadar albumin dalam serum.
pH 4,1
Albumin + BCG Kompleks albumin BCG
1). Alat dan Bahan
Alat :
Cara semiautomatic dengan fotometer 4020 dibutuhkan :
- Tabung reaksi
- Pipet volumetric 1000 μl dan 100 μl
Cara automatic dengan Autonalyzer Cobas Mira dibutuhkan :
- Tabung mikro
- Rak sampel
- Pipet volumetric 500 μl
Bahan :
- Sampel : serum atau plasma EDTA
Stabil 1 minggu pada suhu ruangan dan 1 bulan pada suhu 2-8°C
- Reagen : R1 : Buffer (larutan siap pakai) terdiri dari :
1. Sitrat buffer 95 mmol/l, pH 4,1
2. Bahan pengawet
R2 : Substrat (larutan siap pakai) terdiri dari :
1. Sitrat buffer 95 mmol/l
2. Bromcresol 0,66 mmol/l
3. Bahan pengawet
- Larutan standar : Precinom U atau C fas
- Aquadest

2. ANALITIK
o Cara Kerja :
Persiapkan larutan kerja :
Buat larutan kerja dengan mencampur R1 dan R2 dengan
perbandingan 5:1 sesuai dengan keperluan. Stabil selama 7 hari
pada suhu 2-8°C dan 8 jam pada suhu 15-25°C
Cara semiautomatic :
- Ambil 2 tabung dan masing-masing diisi sesuai skema
dibawah ini :
Tabung I (Standar) Tabung II (Sampel)
Standar 20 ml
Sampel 20 ml
Larutan kerja 1000 ml 1000 ml
- Campur masing-masing isi tabung dan inkubasi selama 1,5
menit pada suhu kamar.
- Tekan nomor program albumin kemudian start
- Ikuti petunjuk alat dan baca fotometer 4020 sesuai dengan
memori program albumin pada panjang gelombang 578 nm
dan hasil akan terbaca pada display dan dicetak pada
printout.
Cara automatic :
- Masukkan serum pada cup sampel (tempat sampel) dengan
pipet otomatis sebanyak 500 ml dan tempatkan pada rak
sampel sesuai nomor tes
- Buat larutan kerjadengan mencampur R1 dengan R2
dengan perbandingan 5:1 sesuai dengan keperluan. Stabil
selama 7hari pada suhu 2-8°C. tempatkan pada rak reagen
sesuai program albumin.
- Masukkan nomor identitas penderita dan program tes
albumin
- Tes akan dilakukan secara otomatis pada panjang
gelombang 600 nm
- Hasil tes akan keluar pada printout

▪ Nilai Rujukan :
Dewasa : 3,4 – 4,8 g/dl
0 – 4 hari : 2,8 – 4,4 g/dl
4hari – 14thn : 3,8 – 5,4 g/dl
14 – 18 thn : 3,2 – 4,5 g/dl
3. PASCA ANALITIK
o Interpretasi :
Total protein meningkat pada :
- Inflamasi kronik misalnya arthritis
- Dehidrasi
- Makriglobulinemia
- DM asidosis
- Leukemia monositik
- Multiple myeloma
- Sarkoidosis
Total protein menurun pada :
- Gangguan hati
- Malabsorpsi
- Malnutrisi
- Nefrosis
- Luka bakar
- DM
- Toksemia gravidarum
- Clomerulonefritis kronik
- Shok berat
Albumin meningkat pada :
- Dehidrasi
- Multiple myeloma
Albumin menurun pada :
- Penyakit hati
- Penyakit gunjal
- Penyakit darah
- Keganasan
- Malnutrisi
- AID
- Penyakit kolagen
- Inflamasi gastrointestinal
- Hipertiroid
- Diare kronik (colitis ulseratif, Crohn desease)

AlfaI globulin meningkat pada :


- Infeksi (akut dan kronik) dan reaksi lebris
AlfaI globulin menurun pada :
- Nefrosis dan defisiensi alfa I anti tripsin
Alfa 2 globulin meningkat pada :
- Sirosis biller
- Obstruksi bilier
- Nefrosis
- Multiple myeloma
- Colitis ulseratif
Alfa 2 globulin menurun pada :
- Anemia hemolitik
Beta globulin meningkat pada :
- Sirosis bilier
- Obstruksi bilier
- Multiple myeloma
Beta globulin menurun pada :
- Nefrosis
Gamma globulin meningkat pada :
- Infeksi kronik
- Penyakit hati
- Penyait autoimun
- Penyakit kolagen
- Multiple myeloma
- Wadenstroms makroglobulinnemia
- Leukemia
- Penyakit kanker yang lain
Gamma globulin menurun pada :
- Agammaglobulinemia
- Hipogammaglobulinemia
- Sindroma netrotik

Anda mungkin juga menyukai