Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengetahuan tentang Anatomi dan Fisiologi sistem reproduksi pada manusia
merupakan ilmu yang paling dasar bagi setiap pelaku kesehatan reproduksi
khususnya para wanita. Dalam makalah ini akan dibahas tentang Sistem
Reproduksi pada Manusia yang menerangkan tentang Anatomi Saluran
Reproduksi Laki-laki dan Anatomi Saluran Reproduksi Wanita. Sistem
reproduksi pada manusia akan mulai berfungsi ketika seseorang mencapai
kedewasaan (pubertas) atau masa akil baligh.
Pada seorang pria testisnya telah mampu menghasilkan sel kelamin jantan
(sperma) dan hormon testosteron. Hormon testosteron berfungsi mempengaruhi
timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder pada pria, di antaranya suara berubah
menjadi lebih besar, tumbuhnya rambut di tempat tertentu misalnya jambang,
kumis, jenggot, dan dada tumbuh menjadi bidang, jakun membesar.
Sedangkan seorang wanita ovariumnya telah mampu menghasilkan sel telur
(ovum) dan hormon wanita yaitu estrogen. Hormon estrogen berfungsi
mempengaruhi timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita, yaitu
kulit menjadi semakin halus, suara menjadi lebih tinggi, tumbuhnya payudara
dan pinggul membesar.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sistem reproduksi pria ?
2. Bagaimanakah sistem reproduksi wanita ?
3. Bagaimanakah fungsi organ reproduksi wanita ?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Agar mahasiswa/i dapat mengetahui sistem reproduksi pria.
2. Agar mahasiswa/i dapat mengetahui sistem reproduksi wanita.
3. Agar mahasiswa/i dapat mengetahui tentang fungsi organ reproduksi
wanita.

D. Kegunaan Penulisan
Disamping ada tujuan penulisan, karya tulis ini juga mempunyai kegunaan
sebagai berikut :
1. Sebagai informasi pembaca;
2. Untuk menambah pengetahuan pembaca dan penulis;
3. Sebagai acuan pembaca yang ingin membuat suatu karya tulis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Reproduksi Pria dan Fungsinya


1. Anatomi Organ Reproduksi Pria

Organ reproduksi pada pria dibedakan menjadi dua, yaitu alat reproduksi
luar dan organ reproduksi dalam. Organ reproduksi luar berupa penis dan
skrotum. Organ reproduksi dalam berupa testis, saluran kelamin, dan
kelenjar kelamin.
a) Organ Reproduksi Bagian Luar
1. Penis
Penis merupakan alat untuk memasukan sperma ke dalam saluran
kelamin wanita. Di dalam penis terdapat tiga rongga. Dua rongga
bagian atas tersusun atas jaringan spons korpus kavernosa. Satu
rongga bawahnya tersusun atas jaringan spons korpus spongiosum.
Korpus spongiosum membungkus uretra. Uretra pada penis dikelilingi
oleh pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa.

3
2. Skrotum (kantong pelir)
Skrotum merupakan kulit terluar yang melindungi testis. Skrotum
berjumlah dua buah, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Antara
skrotum kanan dan skrotum kiri terdapat jaringan ikat dan otot polos.
Adanya otot polos mengakibatkan skrotum dapat mengerut dan
mengendur. Dalam skrotum terdapat otot lurik yang berfungsi
mengatur suhu di sekitar testis agar selalu stabil (pembentukan sperma
memerlukan suhu sedikit di bawah suhu tubuh).

b) Organ Reproduksi Bagian Dalam


1. Testis (Gonad Jantan)
Testis merupakan alat untuk memproduksi sperma. Untuk
memproduksi sperma diperlukan suhu yang sedikit lebih rendah dari
suhu tubuh. Dalam testis terdapat saluran-saluran halus yang disebut
saluran penghasil sperma (tubulus seminiferus). Dalam tubulus
seminiferus inilah terjadi pembentukan sperma.
2. Saluran Kelamin
Saluran kelamin berfungsi menyalurkan sperma dari testis ke luar
tubuh. Saluran kelamin meliputi epididimis, vas deferens, saluran
ejakulasi, dan uretra.
a) Epididimis
Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok dalam skrotum yang
keluar dari testis. Epididimis berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sperma sementara. Sperma yang telah matang
disalurkan menuju vas deferens.
b) Vas Deferens
Vas deferens merupakan saluran yang mengarah ke atas dan
merupakan lanjutan dari epididimis. Vas deferens berfungsi sebagai
saluran yang dilalui sperma dari epididimis menuju vesikula
seminalis (kantong sperma).

4
c) Saluran Ejakulasi
Saluran Ejakulasi merupakan saluran penghubung vesikula
seminalis dengan uretra. Fungsi saluran ejakulasi untuk
mengeluarkan sperma menuju uretra.
d) Uretra
Uretra merupakan saluran reproduksi terakhir. Fungsi uretra
sebagai saluran kelamin dari vesikula seminalis dan saluran urine
dari kantong kemih.
3. Kelenjar Kelamin
Di dalam saluran kelamin, sperma mengalami penambahan cairan-
cairan kelamin. Cairan kelamin berguna untuk mempertahankan hidup
gerak sperma. Cairan-cairan kelamin dihasilkan oleh vesikula
seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar cowper.
a) Vesikula seminalis menghasilakan cairan yang berfungsi sebagai
sumber energi dan untuk memudahkan gerakan sperma.
b) Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang memberi suasana basa
pada cairan sperma. Cairan tersebut mengandung kolesterol, garam,
dan fosfolipid.
c) Kelenjar cowper/kelenjar bulbouretra yang menghasilkan cairan
yang bersifat basa.

2. Kelainan Organ Reproduksi Pria


Gangguan pada sistem reproduksi pria antara lain :
1. Hipogonadisme
Hipogonadisme merupakan penurunan fungsi testis yang disebabkan
oleh gangguan interaksi hormon, seperti hormon androgen dan
estrogen. Gangguan ini menyebabkan infertilitas, impotensi, dan
tidak adanya tanda-tanda kepriaan. Penanganannya dapat dilakukan
dengan terapi hormon.

5
2. Kriptorkidisme
Kriptorkidisme merupakan kegagalan dari satu atau kedua testis
untuk turun dari rongga abdomen ke dalam scrotum pada waktu
bayi. Penangannya dapat dilakukan dengan pemberian hormon
human chorionic gonadotropin untuk merangsang testoteron.
3. Impotensi
Impotensi yaitu ketidakmampuan ereksi ataupun mempertahankan
ereksi penis pada pada hubungan kelamin yang normal.
4. Infertilitas (kemandulan)
Yaitu ketidakmampuan menghasilkan ketururan. Pada pria
infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan mengfertilisasi
ovum. Hal ini dapat disebabkan oleh:
- Gangguan spermatogenesis, misalnya karena testis terkena sinar
radio aktif, terkena racun, infeksi, atau gangguan hormon
- Tersumbatnya saluran sperma
- Jumlah sperma yang disalurkan terlalu sedikit
5. Anorkidisme
Anorkidisme adalah penyakit dimana testis hanya bejumlah satu atau
tidak ada sama sekali.
6. Hernia inguinalis
Hernia merupakan protusi/penonjolan isi rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan.

3. Aktivitas Seksual Pria


Hipotalamus mengeluarkan gonadrotopik stimulating hormon melalui
sistem portal, sehingga hipofise interior mengeluarkan hormon
gonadrotopik. Interstitial cell stimulating hormon merangsang sel Leydig.
Pada umur sekitar 13-14 tahun, perubahan suara sebagai tanda akil-balik
dan mengeluarkan sperma pada saat tertidur (nochturnal orgasm).
pembentukan spermatozoa melalui proses spermatogenesis yang berasal
dari sel Satroli pada tubulus testis, merupakan mata rantai yang panjang.

6
Sel Lydig yang berperan aktif sehingga akhirnya terbentuk dua
spermatozoa X dan Y.
Dalam hubungan seks, pria berperan aktif untuk memberikan
rangsangan sehingga dapat menimbulkan keinginan seks wanita, dengan
menimbulkan keinginan seks wanita, dengan sentukan halus di daerah
erogen. Dengan melakukan sentuhan halus, sebagian besar pria telah
menimbulkan pada dirinya sendiri keinginan untuk seks. Faktor yang
menyebebkan pembagian ini bersumber dari konsep dasar fenomena
organisme yang diliputi vasokongesti (penimbunan darah) dan miotonik
(peningkatan tonus otot). Siklus seksualitas lengkap ini bukan merupakan
batas tegas, tetapi merupakan mata rantai.
Pada pria terjadi 4 fase yang merupakan mata rantai ( menurut penelitian
Master dan Johnson):
1. Masa rangsangan (excitement phase)
2. Masa dataran tinggi (plateu phase)
3. Masa orgasme (orgasmic phase)
4. Masa peredaan (resolution phase)

4. Pengaturan Fungsi Seksual Pria


a. Hormon Reproduksi Pada Pria
1. Hormone gonadotropin
Dihasilkan oleh hipotalamus (di bagian dasar dari otak) yang
merangsang kelenjar hipofisis sebagian depan (anterior) agar
mengeluarkan hormone FSH dan LH.
2. Follicle Stimulating Hormon/FSH
Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior. FSH
berfungsi untuk merangsang perkembangan tubulus seminiferus dan
sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding
Protein/protein pengikat androgen) yang akan memacu pembentukan
sperma.

7
3. Luteinizing Hormone/LH
Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior. Fungsi LH
adalah merangsang sel-sel interstial (sel Leydig) untuk menghasilkan
hormone testosterone.
4. Hormone Testosterone
Testosterone adalah hormone yang berfungsi merangsang
perkembangan organ seks primer pada saat embrio belum lahir,
mempengaruhi perkembangan alat reproduksi dan ciri kelamin
sekunder pria seperti jambang, kumis, jakun, suara membesar,
pertambahan massa otot, dan perubahan suara.

b. Spermatogenesis
Spermatogenesis terjadi melalui tiga tahap, yaitu tahap penggandaan,
tahap pertumbuhan, dan tahap pematangan.
Pada proses spermatogenesis terjadi proses-proses dalam istilah sebagai
berikut :
• Spermatositogenesis (spermatocytogenesis)
adalah tahap awal dari spermatogenesis yaitu peristiwa pembelahan
spermatogonium menjadi spermatosit primer (mitosis), selanjutnya
spermatosit melanjutkan pembelahan secara meiosis menjadi
spermatosit sekunder dan spermatid. Istilah ini biasa disingkat proses
pembelahan sel dari spermatogonium menjadi spermatid.
• Spermiogenesis (spermiogensis)
adalah peristiwa perubahan spermatid menjadi sperma yang dewasa.
Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu
selama 2 hari.
• Spermiasi (Spermiation)
adalah peristiwa pelepasan sperma matur dari sel sertoli ke lumen
tubulus seminiferus selanjutnya ke epididimidis. Sperma belum
memiliki kemampuan bergerak sendiri (non-motil). Sperma non
motil ini ditranspor dalam cairan testicular hasil sekresi sel Sertoli

8
dan bergerak menuju epididimis karena kontraksi otot peritubuler.
Sperma baru mampu bergerak dalam saluran epidimis namun
pergerakan sperma dalam saluran reproduksi pria bukan karena
motilitas sperma sendiri melainkan karena kontraksi peristaltik otot
saluran.

B. Sistem Reproduksi Wanita


1. Alat Genitalia Luar dan Dalam

Organ reproduksi wanita terdiri atas organ kelamin luar dan organ
kelamin dalam.
1. Genetalia Eksterna (bagian luar)
Meliputi semua organ-organ yang terletak antara os pubis, ramus inferior
dan perineum. Antara lain:
a. Mons veneris / mons pubis (daerah tumbuhnya rambut)
Merupakan bagian yang menonjol (bantalan) berisi jaringan lemak
dan sedikit jaringan ikat yang terletak di atas shympisis pubis.
Setelah pubertas kulit dari mons veneris tertutup oleh rambut-

9
rambut. Mons veneris berfungsi untuk melindungi alat genetalia dari
masuknya kotoran selain itu untuk estetika.

b. Labia Mayora (bibir besar)


Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong dan
menonjol, berasal dari mons veneris dan berjalan ke bawah dan
belakang. Kedua bibir ini di bagian bawah bertemu membentuk
perineum (pemisah anus dengan vulva). Permukaan ini terdiri dari :
1) Bagian luar : tertutup rambut, yang merupakan kelanjutan dari
rambut pada mons veneris.
2) Bagian dalam : tanpa rambut, merupakan selaput yang
mengandung kelenjar sebasea (lemak)
Berfungsi untuk menutupi organ-organ genetalia di dalamnya dan
mengeluarkan cairan pelumas pada saat menerima rangsangan.

c. Labia Minora atau Nimfae (bibir kecil)


Merupakan lipatan di bagian dalam bibir besar, tanpa rambut.
Dibagian atas klitoris, bibir kecil bertemu membentuk prepusium
klitoridis dan di bagian bawahnya bertemu membentuk frenulum
klitoridis. Bibir kecil ini mengelilingi orifisium vagina.

d. Clitoris (kelentit/ jaringan yang berisi saraf)


Merupakan sebuah jaringan erektil kecil yang serupa dengan penis
laki-laki. Mengandung banyak urat-urat syaraf sensoris dan
pembuluh-pembuluh darah sehingga sangat peka. Letaknya anterior
dalam vestibula. Berfungsi untuk menutupi orga-organ genetalia di
dalamnya serta merupakan daerah erotik yang mengandung
pambuluh darah dan syaraf.

10
e. Vestibulum (muara vagina)
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang dibatasi oleh kedua
bibir kecil, bagian atas klitoris, bagian belakang (bawah) pertemuan
kedua bibir kecil. Pada vestibulum terdapat muara uretra, dua lubang
saluran kelenjar Bartholini, dua lubang saluran Skene. Berfungsi
untuk mengeluarkan cairan yang berguna untuk melumasi vagina
pada saat bersenggama.
f. Kelenjar Bartholini (kelenjar lendir)
Merupakan kelenjar terpenting di daerah vulva dan vagina karena
dapat mengeluarkan lendir. Pengeluaran lendir meningkat saat
hubungan seks, dan salurannya keluar antara himen dan labia
minora.
g. Hymen (selaput dara)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina, bersifat rapuh
dan mudah robek. Himen ini berlubang sehingga menjadi saluran
dari lendir yang dikeluarkan uterus dan darah saat menstruasi. Bila
himen tertutup seluruhnya disebut hymen imperforata dan
menimbulkan gejala klinik setelah mendapat menstruasi.
h. Lubang kencing (orifisium uretra externa)
Tempat keluarnya air kencing yang terletak dibawah klitoris.
Fungsinya sebagai saluran untuk keluarnya air kencing.
i. Perineum (jarak vulva dan anus)
Terletak diantara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih
4cm.Terdapat otot-otot yang penting yaitu sfingter anus eksterna dan
interna serta dipersyarafi oleh saraf pudendus dan cabang-
cabangnya.

11
2. Genetalia Interna (bagian dalam)
Genetalia interna antara kandung terdiri dari :
a. Vagina (liang senggama)
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan
uterus dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan
dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani, oleh karena itu
dapat dikendalikan. Vagina terletak di antara kandung kemih dan
rektum. Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding
belakangnya sekitar 11 cm.
Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebur
rugae dan terutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina,
menonjol serviks bagian dari uterus. Bagian serviks yang menonjol ke
dalam vagina disebut porsio. Porsio uteri membagi puncak vagina
menjadi forniks anterior (depan), forniks posterior (belakang),forniks
dekstra (kanan), forniks sinistra (kiri). Sel dinding vagina
mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu dengan
PH 4,5. Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi.
Fungsi utama vagina adalah:
1) sebagai saluran keluar dari uterus yang dapat mengalirkan darah
pada waktu haid dan sekret dari uterus.
2) sebagai alat persetubuhan.
3) sebagai jalan lahir pada waktu partus.

b. Uterus (rahim)
Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, terletak
di dalam pelvis (panggul), antara rektum di belakang dan kandung
kencing di depan. Berfungsi sebagai tempat calon bayi dibesarkan.
Bentuknya seperti buah alpukat dengan berat normal 30-50 gram.
Pada saat tidak hamil, besar rahim kurang lebih sebesar telur ayam
kampung. Diding rahim terdiri dari 3 lapisan :

12
1) Peritoneum
Yang meliputi dinding uterus bagian luar, dan merupakan
penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan
urat saraf. Bagian ini meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
(perut).
2) Myometrium
Merupakan lapisan yang paling tebal, terdiri dari otot polos yang
disusun sedemikian rupa hingga dapat mendorong isinya keluar
saat proses persalinan.Diantara serabut-serabut otot terdapat
pembuluh darah, pembulh lymfe dan urat syaraf.
3) Endometrium
Merupakan lapisan terdalam dari uterus yang akan menebal untuk
mempersiapkan jika terjadi pembuahan. Tebalnya sususnannya dan
faalnya berubah secara siklis karena dipengaruhi hormon-hormon
ovarium. Dalam kehamilan endometrium berubah menjadi decidua.
Fungsi uterus yaitu untuk menahan ovum yang telah di buahi
selama perkembangan. Sebutir ovum, sesudah keluar dari ovarium,
diantarkan melalui tuba uterina ke uterus. (pembuahan ovum secara
normal terjadi di dalam tuba uterina). Endometrium disiapkan untuk
penerimaan ovum yang telah dibuahi itu dan ovum itu sekarang
tertanam di dalamnya.
Sewaktu hamil, yang secara normal berlangsung selama kira-kira
40 minggu, uterus bertambah besar, dindingnya menjadi tipis, tetapi
lebih kuat dan membesar sampai keluar pelvis masuk ke dalam rongga
abdomen pada masa pertumbuhan fetus.
Pada waktu saatnya tiba dan mulas tanda melahirkan mulai, uterus
berkontraksi secara ritmis dan mendorong bayi dan plasenta keluar
kemudian kembali ke ukuran normalnya melalui proses yang dikenal
sebagai involusi.

13
c. Tuba Uterina (saluran telur)
Tuba uterina atau saluran telur, terdapat pada tepi atas ligamentum
latum, berjalan ke arah lateral, mulai dari ostium tuba internum pada
dinding rahim.Tuba fallopi merupakan tubulo muskular, dengan
panjang sekitar 12 cm dan diametrnya 3 dan 8 mm. Tuba fallopi
terbagi menjadi 4 bagian:
1) Pars interstitialis (intramularis), terletak di antara otot rahim, mulai
dari ostium internum tuba.
2) Pars isthmika tuba, bagian tuba yang berada di luar uterus dan
merupakan bagian yang paling sempit.
3) Pars ampularis tuba, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk S
4) Pars infundibulo tuba, bagian akhir tubae yang memiliki umbai
yang disebut fimbriae tuba.
Fungsi tuba fallopi sangat penting, yaitu untuk menangkap ovum yang
dilepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan
hasil konsepsi,tempat terjadinya konsepsi, dan tempat pertumbuhan
dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula,
yang siap mengadakan implantasi.

d. Ovarium (indung telur)


Ovarium adalah kelenjar berbentuk buah kenari, terletak di kanan
dan kiri uterus, di bawah tuba uterina, dan terikat di sebelah belakang
oleh ligamentum latum uteri. Ovarium berisi sejumlah besar ovum
belum matang, yang disebut oosit primer. Setiap oosit dikelilingi
sekelompok sel folikel pemberi makanan. Pada setiap siklus haid
sebuah dari ovum primitif ini mulai mematang dan kemudian cepat
berkembang menjadi folikel ovari yang vesikuler (folikel Graaf).
Sewaktu folikel Graff berkembang, perubahan terjadi di dalam sel-
sel ini, dan cairan likuor folikuli memisahkan sel-sel dari membran
granulosa menjadi beberapa lapis. Pada tahap inilah dikeluarkan
hormon estrogen. Pada masa folikel Graff mendekati pengembangan

14
penuh atau pematangan, letaknya dekat permukaan ovarium, dan
menjadi makin mekar karena cairan, sehingga membenjol, seperti
pembengkakan yang menyerupai kista pada permukaan ovarium.
Tekanan dari dalam folikel menyebabkannya sobek dan cairan serta
ovum lepas melalui rongga peritoneal masuk ke dalam lubang yang
berbentuk corong dari tuba uterina. Setiap bulan sebuah folikel
berkembang dan sebuah ovum dilepaskan dan dikeluarkan pada saat
kira-kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi.

2. Anatomi Payudara

Payudara (mammae, susu) adalah kalenjar yang terletak di bawah kulit, di


atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk
menutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kalenjar payudara, yang
beratnya lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram.
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :

15
1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar
Korpus alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian
dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot
polos dan pembuluh darah
Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.
Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus
pada tiap payudara. ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran
kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk
saluran yang lebih besar (duktus laktiferus)
2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar,
akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam
dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat ototpolos yang bila
berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
3. Papilla atau puting, yaaitu bagian yang menonjol di puncak payudara
Bagian yang menonjol yang dimasukan ke mulut bayi untuk aliran air
susu

3. Kelainan Organ Reproduksi Wanita


a. Vulva
1). Himen Imperforata
Himen imperforate adalah selaput dara (hymen) yang tidak
mempunyai hiatus himenalis (lubang hymen). Kelainan ini tidak
nampak sebelum menarche. Penderita akan mengeluh molimina
menstrualia tiap bulan, tetapi tidak diikuti menstruasi. Darah akan
terkumpul di vagina dan rongga rahim. Tampak hymen kebiruan
karena jendalan darah dan tampak menonjol. Penanganan dengan
melakukan himenektomi dan pemberian antibiotika. Darah dari vagina
dan rongga rahim dilakukan drainase, penderita tidur posisi Fowler.

16
2). Atresia labium minus
Disebabkan karena membran urogenitalis tidak menghilang. Ostium
uretra tetap ada demikian juga dengan liang vagina. Koitus dapat
dilakukan, kehamilan dapat terjadi. Saat persalinan memerlukan
sayatan kecil untuk melahirkan kepala bayi. Pada umumnya bedah
rekonstruksi sederhana dapat menyelesaikan masalah ini.
3). Hipertrofi labium minus
Kelainan ini tidak berbahaya dan tidka berpengaruh terhadap fertilitas.
Masalah yang timbul adalah masalah estetika. Tindakan rekonstruksi
berupa pengangkatan jaringan yang berlebihan akan cukup mengatasi
masalah tersebut.
4). Duplikasi vulva
Sangat jarang ditemukan, bila terjadi biasanya diikuti dengan kelainan
congenital yang lain dan seringkali bersifat lethal.
5). Hipoplasi vulva
Bila kelainan ini terjadinya, seringkali disertai dengan tidak
berkembangnya organ reproduksi yang lain. Tanda seksual sekunder
juga tidak nampak.
6). Kelainan perineum
Bila septum urogenitalis tidak terbentuk, maka bayi tidak memiliki
lubang anus atau anus bermuara dalam sinus urogenital sehingga
terdapat lubang untuk keluar feces dan urine secara bersama-sama.
b. Vagina
1). Septum vagina
Septum sagital dapat ditemukan sehingga membagi vagina seakan
menjadi 2 ruangan kanan-kiri. Seringkali hal ini ditemukan juga
dengan kelainan pada uterus karena adanya gangguan fusi pada duktus
mulleri.
Kelainan ini biasanya tidak menimbulkan keluhan, menstruasi
dapat terjadi normal. Saat hubungan seksual dapat terjadi dyspareuni.
Masalah dapat terjadi saat persalinan, karena septum tersebut dapat

17
menghambat penurunan kepala. Tindakan septektomi dapat mengatasi
masalah tersebut.
2). Aplasia dan atresia vagina
Pada aplasia vagina, terjadi fusi dari duktus mulleri, tetapi tidak
terjadi kanalisasi atau tidak berkembang sehingga vagina tidak
terbentuk. Seringkali terdpat uterus yang rudimenter. Ovarium juga
seringkasi hipoplasi atau hanya berupa jaringan seperti pita atau
polikistik sehingga tidak menghasilkan folikel dan estrogen.
Pada aplasia vagina, hanya terdapat cekungan di introitus vagina.
Keadaan ini seringkali tidak disadari atau baru disadari saat hubungan
seksual atau saat konsultasi karena terjadi infertilitas. Tindakan
vaginoplasti dapat mengatasi masalah seksual, besar dan panjang
vagina dapat disesuaikan. Tindakan ini dilakukan saat penderita akan
menikah sehingga vagina yang dibuat dapat “dilatih” sehingga tidak
menyempit lagi.
3). Kista vagina
Terdapat dua macam kista kongenital yaitu kista dari sisa epitel duktus
mulleri dan kista dari sisa duktus gardner (kista Gardner) yang terletak
pada bagian anterolateral vagina. TIndakan yang dapat dilakukan
adalah ekstirpasi kista.
c. Uterus Dan Tuba Falopi
1). Gagal pembentukan
Bila satu duktus tidak terbentuk,akan terjadi uterus unikornis
dengan satu tuba, satu ovarium dan satu ginjal sedangkan vagina san
serviks normal.
Bila kedua duktus tidak terbentuk, maka tidak terdapat uterus, tuba
dan vagina 2/3 bagian atas, sengakan vagina 1/3 bagian bawah tetap
terbentuk. Ovarium dapat terbentuk sehingga tanda seks sekunder
normal tetapi terjadi amenorea.
Tidak terbentuknya serviks tetapi uterus terbentuk merupakan
kelainan yang amat jarang dijumpai, keadaan ini disebut ginatresia

18
servikalis. Penderita akan mengalami gejala molimina mestrualia dan
kriptomenorea. Darah menstruasi akan tertimbun dalam rongga uterus
menimbulkan rasa nyeri. Tindakan bedah rekonstruksi dengan
memasang pipet polietilen dari rongga uterus ke vagina dan
pemberian antibiotic akan dapat mengatasi masalah ini. Pipet tersebut
diambil setelah ada epitelisasi sehingga tetap terbentuk “jalan” dari
dalam uterus ke vagina.

2). Gangguan fusi


a. Uterus dengan 2 bagian simetris
1. Satu uterus dengan 2 ruangan dalam rongga uterus yang
dipisahkan oleh sekat menyeluruh (uterus septus) atau sebagian
(uterus subseptus).
2. Dua uterus yang masing-masing memiliki rongga uterus atau 1
rongga uterus dengan 2 puncak uterus.
a). Uterus bikornis bikollis (uterus didelphys)
Dua uterus terpisah, disertai dengan 2 vagina atau satu vagina
yang terbagi oleh sekat vagina menjadi 2 bagian.
b). Uterus bikornis unikolli
Uterus dengan 1 serviks, dengan 2 fundus masing-masing
dengan rongga uterus, 1 tuba dan 1 ovarium.
c). Uterus arkuatus
Terdapat sekungan pada pundus dengan subseptus.
b. Uterus dengan 2 bagian tidak simetris
1. Terjadi akibat satu duktus mulleri berkembanga sedangkan yang
satu lagi tidak berkembang, sehingga terjadi hemiuterus yang
berkembang normal sedangkan yang lain rudimenter. Bagian
yang rudimenter seringkali tidak berhubungan dengan rongga
uterus yang terbentuk. Bila endometrium dari bagian yang
rudimenter berfungsi maka dapat terjadi timbunan darah.

19
2. Seperempat wanita dengan kelainan uterus kembar tidak akan
mengalami gangguan, dapat hamil dan melahirkan secara
normal. Gangguan yang mungkin timbul adalah dismenorea,
menoragia, metroragia, dispareunia dan infertilitas. Tindakan
korektif (operasi) dapat dilakukan untuk mengatasi kelaian
uterus tersebut.
3. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan ginekologi
yang teliti dan mengguna pemeriksaan radiologis berupa
histerisalfingograf (HSG). Bila terdapat kelainan uterus,
kelainan traktus urinarius harus diteliti. Pielografi intravena
dapat dilakukan untuk mengetahui kelainan pada traktus
urinarius.
4. Ovarium
Keadaan tidak adanya ovarium baik bilateral maupun unilateral
dengan oragan reproduksi lainnya normal adalah keadaan yang
sangat jarang ditemui.
5. Sistem Genital Dan Sistem Traktus Urinarius
Dua system ini saat pertumbuhan embriologi memiliki hubungan
yang dekat sehingga dapat terjadi kelainan bersamaan pada kedua
system ini, misalnya kloaka persisten, ekstrofi kandung kemih
sehingga mendorong vagina ke daerah suprapubik dan klitoris
yang terbagi 2.
6. Gangguan menstruasi
Gangguan menstruasi pada wanita dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu amenore primer dan amenore sekunder. Amenore primer
adalah tidak terjadinya menstruasi sampai usia 17 tahun dengan
atau tanpa perkembangan seksual. Amenore sekunder adalah
tidak terjadinya menstruasi selama 3 – 6 bulan atau lebih pada
orang yang tengah mengalami siklus menstruasi.

20
7. Infertilitas (kemandulan)
Pada wanita infertilitas disebabkan oleh:
- Kerusakan pada ovarium karena infeksi, racun, atau sinar radio
aktif sehingga pembentukan ovum terganggu
- Penyumbatan pada tuba fallopi
- Gangguan sistemik, misalnya gangguan hormon, diabetes
mellitus, dsb

C. Fungsi Organ Reproduksi Wanita


1. Fisiologi Alat Reproduksi Wanita
Pubertas pada wanitas dalam masa itu mulai produktif artinya masa
mendapat keturunan yang berlangsung kira-kira 30 tahun. Setelah itu wanita
memasuki masa klimakterium, merupakan masa peralihan antara masa
reproduksi dengan masa senium (kemunduran). Haid berangsur-angsur
berhenti selama 1-2 bulan dan kemudian berhenti sama sekali yang disebut
dengan menopause. Selanjutnya terjadi kemunduran alat-alat reproduksi,
organ tubuh, dan kemampuan fisik.
Menstruasi :
Wanita yang sehat dan tidak hamil setiap bulan secara teratur
mengeluarkan darah dari alat kandungannya yang disebut menstruasi (haid).
Siklus menstruasi, selaput lendir rahim dari hari ke hari terjadi perubahan
yang berulang selama satu bulan mengalami empat masa (stadium).
Stadium menstruasi (desquamasi) :
Pada masa ini endometrium terlepas dari dinding rahim disertai dengan
perdarahan, hanya lapisan tipis yang tinggal disebut statum basale yang
berlangsung selama empat hari. Dengan haid, keluar darah, potongan
endometrium dan lendir dari serviks. Darah ini tidak membeku karena ada
fermen (biokatalisator) yang mencegah pembekuan darah dan mencairkan
potongan mukosa, banyaknya perdarahan selama haid kira-kira 50 cc.

21
Stadium post-menstrum (regenerasi) :
Luka yang terjadi karena endometrium terlepas, berangsur-angsur ditutup
kembali oleh selaput lendir baru yang terjadi dari sel epitel kelenjar
endometrium. Pada masa ini tebal endometrium kira-kira 0,5 mm dan
berlangsung selama 4 hari.
Stadium intermenstruum (proliferasi) :
Pada masa ini endometrium tumbuh menjadi tebal kira-kira 3,5 mm.
kelenjar-kelenjar tumbuhnya lebih cepat dari jaringan lain, berlangsung
kira-kira 5-14 hari dari hari pertama haid.
Stadium praemenstruum (sekresi) :
Pada stadium ini endometrium tetap tebalnya tetapi bentuk kelenjar
berubah menjadi panjang dan berliku-liku dan mengeluarkan getah. Dalam
endometrium telah tertimbun glikogen dan kapur yang diperlukan sebagai
makanan untuk sel telur. Perubahan ini untuk mempersiapkan endometrium
menerima telur.
Pada endometrium sudah dapat dibedakan lapisan atas yang padat
(stratum kompaktum) yang hanya ditembus oleh saluran-saluran keluar dari
kelenjar, lapisan stratum spongeosum yang banyak lubang-lubangnya
karena terdapat rongga dari kelenjar dan lapisan bawah disebut stratum
basale. Stadium ini berlangsung 14-28 hari, kalau tidak terjadi kehamilan
maka endometrium dilepas dengan perdarahan dan berulang lagi siklus
menstruasi.

a. Fungsi Organ Reproduksi Wanita


1. Memproduksi sejumlah kecil ovum yaitu sel telur matur.
2. Menyediakan tempat yang sesuai untuk fertilisasi ovum oleh
spermatozoon.
3. Menyediakan lingkungan yang cocok sehingga embrio mendapatkan
nutrisi dan dapat berkembang serta matur.

22
b. Oogenesis
Oogenesis merupakan proses pembentukan dan perkembangan sel
ovum. Proses oogenensis dipengaruhi oleh beberapa hormon yaitu :
1). Hormon FSH yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel
folikel sekitar sel ovum.
2). Hormon Estrogen yang berfungsi merangsang sekresi hormone LH.
3). Hormon LH yang berfungsi merangsang terjadinya ovulasi (yaitu
proses pematangan sel ovum).
 Hormon Progesteron yang berfungsi untuk menghambat sekresi FSH
dan LH.
Selama 28 hari sekali sel ovum dikeluarkan oleh ovarium. Sel telur
ini telah matang (mengalami peristiwa ovulasi). Selama hidupnya
seorang wanita hanya dapat menghasilkan 400 buah sel ovum setelah
masa menopause yaitu berhentinya seorang wanita untuk
menghasilkan sel ovum yang matang Karena sudah tidak
dihasilkannya hormon, sehingga berhentinya siklus menstruasi sekitar
usia 45-50 tahun.
 Setelah ovulasi maka sel ovum akan mengalami 2 kemungkinan yaitu:
a. Tidak Terjadi Fertilisasi maka sel ovum akan mengalami
menstruasi yaitu luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi
bersamaan dengan dinding endometrium yang robek. Terjadi
secara periodic/sikus. Mempunyai kisaran waktu tiap siklus sekitar
28-35 hari setiap bulannya.
b. Terjadi Fertilisasi yaitu peleburan antara sel sperma dengan sel
ovum yang telah matang dan menghasilkan zygote. Zygote akan
menempel/implantasi pada dinding uterus dan tumbuh berkembang
menjadi embrio dan janin. Keadaan demikian disebut dengan masa
kehamilan/gestasi/nidasi. Janin akan keluar dari uterus setelah
berusia 40 minggu/288 hari/9 bulan 10 hari. Peristiwa ini disebut
dengan kelahiran.

23
2. Hubungan Ovarium dan Gonadotropin Hormon, Efek Hormon
Ovarium, Sekresi Hormon Ovarium.
Pertumbuhan dan perkembangan organ–organ kelamin betina sewaktu
pubertas dipengaruhi oleh hormone–hormone gonadotropin dan hormone–
hormone gonadal. Pelepasan FSH ke adalam aliran darah menjelang
pubertas menyebabkan pertumbuhan folikel–folikel pada ovarium. Sewaktu
folikel–folikel itu tumbuh dan menjadi matang, berat ovarium meninggi dan
estrogen diekskresikan di dalam ovaroium untuk di lepaskan ke dalam aliran
darah. Estrogen menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan saluran
kelamin betina.
Ovum mengalami perubahan-perubahan kearah pematangan. Estradiol
dari folikel de Graaf yang matang menyebabkan perubahan – perubahan
pada saluran reproduksi tubuler yang maksimal pada fase ini. Matestrus atau
postestrus adalah periode segera setelah estrus di mana corpus luteum
bertambah cepat dari sel – sel granulose folikel yang telah pecah di bawah
pengaruh hormone LH dari adenohypophisa. Matestrus sebagian besar
berada dibawah pengaruh hormone progesterone yang dihasilkan oleh
corpus luteum. Progesteron menghambat sekresi FSH oleh adenohypophisa
sehingga menghambat folikel de Graaf yang lain dan mencegah terjadinya
estrus.
Apabila folikel-folikel menjadi matang, ovum dilepaskan dan turun ke
tubafallopii. Dapat dilihat bahwa hormon juga memegang peranan penting
dalam kelangsungan produktivitas dari suatu ternak.
Hormon adalah subtansi yang dihasilkan oleh sel atau kelompok sel yang
bergerak dalam aliran darah yang mengantarnya ke organ target atau
jaringan dalam tubuh yang memberikan suatu reaksi yang dapat menolong
mengkoordinasi fungsi-fungsi dalam tubuh.

24
3. Kehamilan dan Laktasi
Kehamilan
Fertilisasi terjadi di saat spermatozoa membuahi ovum di tuba fallopii,
terjadilah zigot. Zigot membelah secara mitosis menjadi dua, empat,
delapan, enam belas dan seterusnya. Pada saat 32 sel disebut morula, di
dalam morula terdapat rongga yang disebut blastosoel yang berisi cairan
yang dikeluokan oleh tuba fallopii, bentuk ini kemudian disebut blastosit.
Lapisan terluar blastosit disebut trofoblas merupakan dinding blastosit yang
berfungsi untuk menyerap makanan dan merupakan calon tembuni atau ari-
ari (plasenta), sedangkan masa di dalamnya disebut simpul embrio
(embrionik knot) merupakan calon janin. Blastosit ini bergerak menuju
uterus untuk mengadakan implantasi (perlekatan dengan dinding uterus).

Pada hari ke-4 atau ke-5 sesudah ovulasi, blastosit sampai di rongga
uterus, hormon progesteron merangsang pertumbuhan uterus, dindingnya
tebal, lunak, banyak mengandung pembuluh darah, serta mengeluarkan
sekret seperti air susu (uterin milk) sebagai makanan embrio.
Enam hari setelah fertilisasi, trofoblas menempel pada dinding uterus
(melakukan implantasi) dan melepaskan hormon korionik gonadotropin.
Hormon ini melindungi kehamilan dengan cara menstrimulasi produksi
hormon estrogen dan progesteron sehingga mencegah terjadinya menstruasi.
Trofoblas kemudian menebal beberapa lapis, permukaannya berjonjot

25
dengan tujuan memperluas daerah penyerapan makanan. Embrio telah kuat
menempel setelah hari ke-12 dari fertilisasi.
Setelah terjadi implantasi, blastosit akan mengalami tahap perkembangan
selanjutnya yaitu menjadi gastrula dan neurula. Selanjutnya zigot ini akan
berkembang menjadi embrio.

Pembuatan Lapisan Lembaga. Setelah hari ke-12, tampak dua lapisan


jaringan di sebelah luar disebut ektoderm, di sebelah dalam endoderm.
Endoderm tumbuh ke dalam blastosoel membentuk bulatan penuh. Dengan
demikian terbentuklah usus primitif dan kemudian terbentuk Pula kantung
kuning telur (Yolk Sac) yang membungkus kuning telur. Pada manusia,
kantung ini tidak berguna, maka tidak berkembang, tetapi kantung ini sangat
berguna pada hewan ovipar (bertelur), karena kantung ini berisi persediaan
makanan bagi embrio.

Di antara lapisan ektoderm dan endoderm terbentuk lapisan mesoderm.


Ketiga lapisan tersebut merupakan lapisan lembaga (Germ Layer). Semua
bagian tubuh manusia akan dibentuk oleh ketiga lapisan tersebut. Ektoderm
akan membentuk epidermis kulit dan sistem saraf, endoderm membentuk
saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan, mesoderm membentuk antara

26
lain rangka, otot, sistem peredaran darah, sistem ekskresi dan sistem
reproduksi.

Membran (Lapisan Embrio). Terdapat 4 macam membran embrio, yaitu :


a. Kantung Kuning Telur (Yolk Sac)
Kantung kuning telur merupakan pelebaran endodermis berisi persediaan
makanan bagi hewan ovipar, pada manusia hanya terdapat sedikit dan
tidak berguna.
b. Amnion
Amnion merupakan kantung yang berisi cairan tempat embrio
mengapung, gunanya melindungi janin dari tekanan atau benturan.
c. Alantois
Pada alantois berfungsi sebagai organ respirasi dan pembuangan sisa
metabolisme. Pada mammalia dan manusia, alantois merupakan kantung
kecil dan masuk ke dalam jaringan tangkai badan, yaitu bagian yang akan
berkembang menjadi tall pusat.
d. Korion
Korion adalah dinding berjonjot yang terdiri dari mesoderm dan
trofoblas. Jonjot korion menghilang pada hari ke-28, kecuali pada bagian
tangkai badan, pada tangkai badan jonjot trofoblas masuk ke dalam
daerah dinding uterus membentuk ari-ari (plasenta). Setelah semua
membran dan plasenta terbentuk maka embrio disebut janin/fetus.

 Pada fase kehamilan , hormon-hormon yang berperan adalah:


1. Progesteron dan Estrogen
Hingga kehamilan bulan ke 3-4 hormon ini diproduksi oleh korpus
luteum. Secara berangsur-angsur fungsi korpus luteum diganti oleh
plasenta.
2. Prolaktin
Yakni hormon yang merangsang kerja kelenjar susu untuk
memproduksi ASI, sehingga pada saat diperlukan siap berfungsi.

27
Hormon ini juga mengatur metabolisme pada ibu, sehingga kebutuhan
zat oleh tubuh ibu dapat dikurangi dan dialirkan ke janin. Hormon ini
diproduksi oleh plasenta.

Selama kehamilan, hormone prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI


biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang
tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca perasalinan, kadar estrogen dan
progesteron menurun drastis, sehingga prolaktin lebih dominan dan pada
saat inilah mulai terjadi sekresi ASI.
Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan putting susu,
terbentuklah prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi ASI lebih lancar.
Dua reflek pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu prolaktin
dan reflek aliran timbul karena akibat perangsangan putting susu karena
hisapan oleh bayi.
1) Reflek Prolaktin

28
Pada akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk
membuat kolostrum, terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat
oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca oersalinan,
yaitu lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka
estrogen dan progesteron juga berkurang.
Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara
karena ujung-ujung syaraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor
mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla
spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat
sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor
pemacu sekresi prolaktin.
Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior
sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang
berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyusui
akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan
anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau
ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi
normal pada minggu ke 2-3. Sedangkan pada ibi menyusui prolaktin
akan meningkat dalam keadaan seperti : stress atau pengaruh psikis,
anestesi, operasi dan rangsangan puting susu.

2) Reflek let down


Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior,
rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise
posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui
aliran darah hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan
kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat
keluar dari alveoli dan masuk melalui duktus lactiferus masuk ke mulut
bayi.

29
4. Mekanisme Haid
Ovarium seorang wanita mampu memproduksi sel telur setelah masa
puber sampai dewasa subur, yaitu berkisar antara umur 12 sampai
dengan 50 tahun. Setelah sel telur habis diovulasikan, maka seorang
wanita tidak lagi mengalami menstruasi (haid), dan disebut masa
menopause. Pada masa menopause alat reproduksi tidak berfungsi lagi
dan mengecil, karena berkurangnya produksi hormon kelamin.
Menstruasi terdiri dari beberapa siklus yang selalu dilalui.
Mempelajari siklus menstruasi sangat dibutuhkan khususnya untuk
reporduksi. Karena, dengan mengetahui dan memahaminya, maka dapat
dideteksi kapan sel telur siap untuk dibuahi. Selain manusia, beberapa
hewan khususnya primate besar seperti monyet, gorilla dan siamang
juga mengalami siklus menstruasi.
Umumnya, siklus menstruasi pada wanita terjadi dalam rentang
waktu 28 hari, namun tidak menutup kemungkinan, antara satu wanita
dengan wanita lain memiliki rentang waktu siklus yang sama, dimana
ada yang lebih pendek yaitu 21 hari atau bahkan lebih panjang yaitu 30
hari. Lamanya masa menstruasi cukup bervariasi antara 5 sampai 7 hari,
tergantung hormonal wanita tersebut.

30
SIKLUS MENSTRUASI

Siklus menstruasi merupakan siklus waktu berkala yang terjadi


setiap sebulan sekali dimana pada hari pertama yaitu hari pertama
terjadinya perdarahan menstruasi.
Pada hari pertama menstruasi ini, saat kadar estrogen dan progesteron
dalam tubuh sangat rendah artinya di darah kadar progesteron dan
estrogen sangat minimal yang berpengaruh pada mengelupasnya
dinding endometrium
Dampak berkurangnya hormon dari gonade ini akan mempengaruhi
hormon gonadotrop untuk disekresi. Keadaan ini akan merangsang
produksi Gonadotrophic Hormon dari Kelenjar Hipofise anterior pada
pituitary memproduksi Follicle Stimulating HormoneFSH)
Diproduksinya hormon FSH ini meningkatan kadar FSH di darah ,
ini akan memulai siklus baru di ovarium. FSH akan merangsang
pertumbuhan Folikel primordial ovarium agar tumbuh membesar
membentuk Folllicle de Graff.

31
Pada siklus menstruasi ini hanya satu follicle yang akan benar-benar
membesar
Seiring membesarnya folikel membentuk Follicle de Graf , FDG
mampu memproduksi hormon estrogen sehingga hormon Estrogen di
ovarium jdan dialiran darah meningkat.
Sekitar 24-48 jam setelah kadar estrogen dalam darah mencapai
puncak, maka hal ini akan merangsang Kelenjar hipofise memproduksi
LH (Luteinizing Hormon) sekaligus menghentikan FSH
Dengan produksinya hormon Luteinizing ini akan membawa
lonjakan kadar LH dalam darah dan menurunnya hormon FSH . OK
Banyaknya LH dan memicu terjadinya pematangan Follicle de Graff
Matangnya FDG akan membuat terjadinya ovulasi (keluarnya sel
telur dari folikel dan ovarium)
Akibat Ovulasi maka Follicle menjadi kosong yang kemudian disebut
Corpus Luteum ( badan kuning )
Terbentuknya Badan kuning Follicle kosong itu tidak membentuk
lagi Estrogen dan penurunan kadar estrogen. (huruf X ) , badan kuning
mensekresi progesteron.
Setelah terjadi ovulasi Corpus luteum atau badan ini akan
meningkatkan produksi progesteron dalam tubuh dan sedikit estrogen.

32
Progesteron ini akan merangsang penebalan lapisan endometrium.
Lapisan endometrium akan menjadi tebal dan kenyal serta disupport
oleh pembuluh-pembuluh darah.
Lapisan ini berfungsi untuk memberikan suplai nutrisi bagi sel telur
yang telah dibuahi.
Kadar progesteron yang tinggi dan dan kadar estrogen dalam darah
menekan produksi Gonadotropin Releasing Factor
Sehingga Gonadotropin Releasing Factor menurunkan produksi
gonadotropin (FSH dan LH).
Gonadotropin ini meski dalam jumlah sedikit akan terus menerus
menopang fungsi corpus luteum, tetapi jika sampai saat mendekati akhir
siklus tidak terjadi pembuahan, maka corpus luteum mengalami
degenasi dan rusak.
Mekaninsme degenerasi ini belum diketahui dengan pasti, tetapi
konsekuensi yang didapat adalah kadar Progesteron dan Estrogen dalam
darah juga akan menurun.
Penurunan kedua hormon ini menyebabkan hilangnya penunjang
lapisan endometrium, arteri spiral di endometrium mengalami
kontraksi, sel-sel endometrium mati dan luruh karena tidak ada supplay
darah dan nutrisi.
Luruhnya lapisan endometrium dikenal dengan nama menstruasi, dan
disini siklus menstruasi dimulai lagi.

33
Jadi, Menstruasi adalah peristiwa luruhnya sel telur yang tidak
dibuahi yang sudah menjadi mati bersama-sama dengan selaput lendir
dinding rahim yang merupakan lapisan yang kaya pembuluh darah.
Masa menstruasi berlangsung selama 2 - 7 hari. Setelah itu siklus
yang baru akan dimulai. Diawali dengan pulihnya kembali dinding
endometrium, selanjutnya FSH mulai dihasilkan lagi dan
mempengaruhi pembentukan sel telur kembali.
Kejadian seperti ini akan terjadi berulang-ulang, lalu berhenti untuk
sementara waktu pada saat terjadinya kehamilan, lalu akan terjadi lagi
setelah kelahiran.

34
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem reproduksi pria dan wanita berbeda. Pada reproduksi pria memiliki
penis dan kelenjar testis untuk menghasilkan sperma, kematangan sel sperma
ditandai dengan mimpi basah pada usia pubertas. Pada system reproduksi
wanita memiliki vagina dan ovarium untuk menghasilkan ovum. Kematangan
sel telur atuovum ditandai menarche pada usia antara 13-16 tahun. Apabila
terjadi pertemuanantara sel sperma dan sel ovum akan terjadi kehamilan yang
akan berkembang menjadi janin.
Reproduksi manusia secara vivipar (melahirkan anak) dan fertilisasinya
secara internal (di dalam tubuh), oleh karena itu memiliki alat-alat reproduksi
yang mendukung fungsi tersebut. Alat-alat reproduksi tersebut dibagi menjadi
alat reproduksi bagian dalam dan alat reproduksi bagian luar yang masing-
masing alat reproduksi tersebut telah disebutkan dan dijelaskan dalam makalah
ini.
Selain itu dalam makalah ini juga membahas sedikit tentang proses
terjadinya gametosis dan oogenesis. Maka kesimpulan akhir dari makalah ini
adalah reproduksi bertujuan untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan
jenis agar tidak punah.

3.2. Saran
1. Diharapkan kepada mahasiswa/i agar dapat memahami dan mempelajari
lebih dalam tentang sistem reproduksi pada manusia karena sistem
reproduksi ini sangat penting dalam melakukan asuhan kebidanan.
2. Diharapkan kepada mahasiswa/i dapat memahami dengan mudah tentang
konsep materi ini. Dan yang paling penting adalah setelah mempelajari
materi ini mahasiswa/i tidak mengarah kepada hal-hal yang negatif.

35
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra.


Evulanda, Ayu F. 2011. Biologi Reproduksi. Jakarta : Salemba Medika.
Kristiyanasari, W. 2009. ASI, Menyusui dan Sadari. Yogyakarta : Nuha medika.
Marimbi, H. 2010. Biologi Reproduksi. Yogyakarta : Nuha Medika.
Maryunani, A. 2010. Biologi Reproduksi dalam Kebidanan. Jakarta : CV Trans
Info Media.
Roesli, U. 2005. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Puspaswara.
Saryono. 2009. Biokimia Reproduksi. Yogyakarta : Mitra Cedika.
Tim Biologi SMU.1997. 320,339-344, 348,349, 354-359. Biologi 2. Galaxy Puspa
Mega. Jakarta.
Verrals, S. 1997. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Jakarta :
EGC.

36

Anda mungkin juga menyukai