Hari
Marilah kita senantiasa memuji Allah Subhanahu wa pembalasan pasti akan datang, dan apa saja yang
Ta’ala yang menjadikan hidup dan mati kita, untuk akan datang adalah sesuatu yang dekat. Maka,
menguji hamba-hamba-Nya sehingga terbedakan janganlah kita tertipu dengan gemerlapnya kehidupan
siapa yang paling baik amalannya di antara mereka. dunia yang sementara ini, sehingga melalaikan dari
Begitu pula kita memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala, kehidupan yang sesungguhnya di akhirat nanti.
Rabb yang telah menciptakan manusia untuk Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah,
beribadah kepada-Nya dan memuliakan hamba- Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan keadaan
hamba-Nya yang menaati-Nya. Maka, sungguh orang-orang yang berbahagia saat kematiannya
berbahagialah orang-orang yang bertakwa kepada- dalam firman-Nya dalam surat Fushshilat: 30-31:
Nya. Dan sungguh merugilah orang-orang yang
bermaksiat kepada-Nya. Shalawat dan salam semoga
tercurah kepada Nabi yang mulia, sayyidina
Muhammad ibn ‘Abdillah, keluarganya, para
sahabatnya dan orang-orang yang senantiasa
mengikuti jalannya.
Hadits di atas mengajarkan bahwa dunia ini bukanlah ‘Atho’ As-Salimi berkata dalam doanya,
tempat kita menetap dan bukanlah negeri kita ِِ
كَ ْ َو ْار َح ْم َم ْوقفي َغداً َبنْي َ يَ َدي، َو ْار َح ْم يِف ال َقرْبِ َو ْح َشيِت، الد ْنيَا ُغ ْربَيِت
ُّ اللهم ْار َح ْم يِف
َّ
sesungguhnya. Maka dari sinilah seharusnya setiap
“Ya Allah, rahmatilah keasinganku di dunia,
mukmin berada pada salah satu dari dua keadaan
selamatkanlah dari kesedihan di kuburku, rahmatilah
berikut.
aku ketika aku berdiri di hadapan-Mu kelak.” (Jami’ pada hari itu tidak lagi memiliki arti. Begitu pula
Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2: 379). marilah kita berusaha menjaga anggota badan kita
dari melakukan perbuatan yang tidak diridhai Allah
Orang yang tergila2 dengan dunia, lupa akan akhirat, Ta’ala, sebelum datang hari yang pendengaran,
gambarannya seperti yang disampaikan oleh Yahya penglihatan, dan tubuh yang lainnya akan berbicara
bin Mu’adz Ar-Razi, sebagai saksi. Allah Ta’ala berfirman dalam surah
“Dunia adalah khamarnya setan. Siapa yang mabuk, Fushshilat: 19-21:
barulah tersadarkan diri ketika kematian (yang gelap)
itu datang. Nantinya ia akan menyesal bersama
dengan orang-orang yang merugi.” (Jami’ Al-‘Ulum wa
Al-Hikam, 2: 381).
Kedua:
19. Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah di
Hidup seperti seorang musafir atau pengembara yang
giring ke dalam neraka, lalu mereka dikumpulkan
tidak punya niatan untuk menetap sama sekali
semuanya.
didunia. Orang seperti hanya ingin terus menelusuri
20. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka,
jalan hingga sampai pada ujung akhirnya, yaitu
pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi
kematian. Yang ia lakukan:
saksi terhadap mereka tentang apa yang telah
1. Terus mencari bekal untuk safarnya supaya bisa
mereka kerjakan.
sampai di ujung perjalanan.
21. Dan mereka berkata kepada kulit mereka:
2. Tidak punya keinginan untuk memperbanyak
"Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?" kulit
kesenangan dunia karena ingin sibuk terus
mereka menjawab: "Allah yang menjadikan segala
menambah bekal menuju kampung akhirat.
sesuatu pandai berkata telah menjadikan Kami pandai
(pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu
Maka, marilah kita berusaha untuk menghitung
pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu
amalan-amalan kita agar menjadi orang yang
dikembalikan".
senantiasa memperbaiki diri di dunia ini, sebelum
datangnya hari perhitungan amalan yang penyesalan
Khutbah ke dua Barangsiapa yang waktunya hanya untuk ketaatan
Inilah nasehat berharga dari para ulama kita. dan beribadah pada Allah, maka itulah waktu dan
Ja’far bin Sulaiman berkata bahwa dia mendengar umurnya yang sebenarnya. Selain itu tidak dinilai
Robi’ah menasehati Sufyan Ats Tsauri, sebagai kehidupannya, namun hanya teranggap
“Sesungguhnya engkau adalah kumpulan hari. Jika seperti kehidupan binatang ternak.”
satu hari berlalu, maka sebagian dirimu juga akan Lalu Ibnul Qoyyim melanjutkan perkataan selanjutnya yang
hilang. Bahkan hampir-hampir sebagian harimu sangat menyentuh qolbu, “Jika waktu hanya dihabiskan untuk
hal-hal yang membuat lalai, untuk sekedar menghamburkan
berlalu, lalu hilanglah seluruh dirimu (baca: mati) syahwat (hawa nafsu), berangan-angan yang batil, hanya
sedangkan engkau mengetahuinya. Oleh karena itu, dihabiskan dengan banyak tidur dan digunakan dalam kebatilan
beramallah.”[2] atau hal yg sia-siaan), maka sungguh MATI lebih layak bagi
Imam Asy Syafi’i rahimahullah pernah mengatakan, dirinya.”[4]
“Aku pernah bersama dengan orang-orang sufi. Aku
tidaklah mendapatkan pelajaran darinya selain dua
hal. Pertama, dia mengatakan bahwa waktu bagaikan
pedang. Jika kamu tidak (memanfaatkannya), maka
dia akan memotongmu.” “Kemudian orang sufi
tersebut menyebutkan perkataan lain:
Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik
(haq), pasti dirimu akan tersibukkan dengan hal-hal
yang sia-sia (batil).”[3]
Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan, “Waktu
manusia adalah umurnya yang sebenarnya. Waktu
tersebut adalah waktu yang dimanfaatkan untuk
mendapatkan kehidupan yang abadi, penuh
kenikmatan dan terbebas dari kesempitan dan adzab
yang pedih. Ketahuilah bahwa berlalunya waktu lebih
cepat dari berjalannya awan (mendung).