Anda di halaman 1dari 2

Lo 2 persaingan by ocik anin meh

Persaingan di tempat kerja adalah sesuatu yang sangat wajar, karena di dalam perusahaan
individu tidak melakukan segala sesuatunya sendirian. Namun, apabila persaingan kerja sudah
berjalan tidak sehat akan menjadikan lingkungan kerja menjadi tidak nyaman bagi karyawan
untuk memunculkan puncak prestasi. Persaingan di tempat kerja bisa menjadi hal yang positif,
bila persaingan berlangsung sehat. Akan tetapi, seringkali individu bersaing dengan tidak sehat
sehingga terkadang menimbulkan berbagai akibat, mulai dari saling cemburu sampai pada saling
benci dan permusuhan (Sutoyo, 2000: 177). Persaingan dapat membuat hubungan antar pekerja
menjadi tidak harmonis dan tidak akan mencapai sukses.

Tujuan persaingan adalah untuk menuntut karyawan memunculkan kreativitas, keahlian


dan aktualisasi potensi terpendam yang selama ini belum tergali. Covey (dalam Tjahjono, 2008:
59-60) menyatakan bahwa persaingan ternyata lebih didasari oleh mentalitas kekurangan
(scarcity mentality) atau sebuah mentalitas atau sikap mental serba kekurangan yang melihat
dunia dan seisinya terbatas. Dampak dari persaingan ini sering merugikan dan membahayakan,
baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Bahkan secara ekstrem bisa menjurus pada prinsip the
end justifies the mean atau tujuan menghalalkan segala cara.

Persaingan yang terjadi terkadang bersifat samar-samar dan pada akhirnya akan muncul
dalam bentuk perselisihan dan adanya usaha untuk saling menjatuhkan. Persaingan yang terjadi
menyebabkan ketakutan dan kekhawatiran hilangnya kesempatan untuk peluang promosi karena
sudah diisi teman, susahnya peluang naik gaji lebih besar di masa selanjutnya sebab didahului
oleh teman karena menganggap persaingan adalah segalanya (Tjahjono, 2008: 61).

Persaingan kerja akan dapat membawa ke arah keterpurukan bagi karyawan apabila tidak
dijalani dengan benar. Pangkalan (2010: 192) menyatakan bahwa terdapat tiga kemampuan
individu yang dapat digunakan dalam menghadapi persaingan, salah satunya adalah kekuatan
(power), yaitu mengelola yang sudah ada dalam diri. Molloy (2010: 61-62) menyatakan bahwa
pengelolaan diri berarti bahwa diri kita sendirilah yang secara aktif mengendalikan, mengatur
dan mengalokasikan waktu yang dimiliki. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan
menetapkan beberapa tujuan yang jelas dan mengevaluasi kemajuan pencapaiannya dengan
teratur. Karyawan dengan pengelolaan diri yang baik dapat menata setiap pekerjaan demi
pencapaian visi kesuksesan tanpa harus melakukan berbagai cara yang dapat merugikan rekan
kerja. Karyawan dengan pengelolaan diri yang baik, diharapkan dapat terhindar dari persaingan
yang tidak sehat karena adanya pengelolaan terhadap sumber daya yang dimiliki guna mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.

Pendapat yang diutarakan oleh UNCT (2011) bahwa ciri-ciri persaingan kerja yang tidak
sehat adalah saling membicarakan di belakang satu sama lain, menyabotase kesuksesan, dan
merasa terancam oleh orang lain, menarik karyawan lain ke dalam keyakinan sesat bahwa
dengan menghilangkan musuh, karyawan akan lebih bersinar dan meningkat, melebih-lebihkan
sisi positif diri sendiri dan negatif karyawan lain, menahan informasi, mencuri hasil kerja keras
dan ide karyawan lain, terus-menerus berusaha untuk membuktikan bahwa individu lebih pintar
dan lebih cepat dari pada yang lain, menyela rekan ketika rekan mencoba untuk menyampaikan
ide, mengabaikan rekan untuk menunjukkan dirinya sebagai yang terbaik, mengelola hubungan
yang dapat berguna dalam karir di masa depan.

Sutoyo, A. 2000. Kiat Sukses Prof. Hembing. Jakarta: Prestasi Insan Indonesia.

Tjahjono, H. 2008. The Six Says: Siapa Cepat Dia Dapat. Jakarta: PT. Gramedia.

Molloy, A. 2010. Success: Sukses Bukan Mimpi. Alih Bahasa: Annisa C. Putri. Bogor: Raih Asa
Sukses.

Pangkalan, I. 2010. Strategic Thinking to Fight Frustration. Jakarta: PT. Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai