Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH TENTANG HIPOSPADIA

DISUSUN OLEH:

LIFIA RAMADHANTY 213219004


DEWI SRI ARIANTI 213219007
DEWI ANGGRAENI 213219037
NANDA PUTRI PERTIWI 213219033
MELANI SUKMA P 213219015
M.RIZAL GINANTO 213219025
ANGGITA INTANIA RACHMA 213219030

PRODI ILMU KEPERAWATAN S1 (LINTAS JALUR)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis berbentuk makalah yang
berjudul   HIPOSPADIA pada mata kuliah Keperawatan anak dengan lancar dan sesuai
waktu yang telah ditentukan.
  Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu serta menambah ilmu pengetahuan
dalam dunia kesehatan. Sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah yang
kami buat agar menjadi lebih baik untuk kedepannya.
Oleh karena itu kami harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan-masukan atau
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Cimahi, 26 desember 2019

penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................iii
BAB IPENDAHULUAN.............................................................................................................................5
A. LATAR BELAKANG......................................................................................................................5
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................5
C. TUJUAN......................................................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................................6
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................................................................10
A. KONSEP PENYAKIT HIPOSPADIA..................................................................................................10
1. Pengertian...............................................................................................................................10
2. Etiologi.....................................................................................................................................11
3. Manifestasi Klinik.....................................................................................................................12
4. Klasifikasi.................................................................................................................................13
5. Patofisiologi.............................................................................................................................15
6. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang.......................................................................................16
7. Penatalaksanaan Medis...........................................................................................................16
8. Komplikasi................................................................................................................................17
ASUHAN KEPERAWATAN PADA HIPOSPADIA..................................................................................18
BAB IV PENUTUP..................................................................................................................................26
A. Kesimpulan..............................................................................................................................26
B. Saran........................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kelainan kongenital pada penis menjadi suatu masalah yang sangat penting,
karena selain berfungsi sebagai pengeluaranurine juga berfungsi sebagai alat seksual
yang pada kemudian haridapat berpengaruh terhadap fertilitas. Salah satu kelaian
kongenital terbanyak kedua pada penis setelahcryptorchidism yaitu hipospadia dan
epispadia. Hipospadia adalah suatu kelaianan bawaan berupa lubang uretra yang terletak
dibagian bawah dekat pangkal penis.
Istilah hipospadia berasal dari bahasa yunani, yaitu Hypo (below) dan spaden
(opening). Hipospadia menyebabkan terjadinya berbagai tingkatan defisiensi uretra.
Jaringan fibrosis yang menyebabkan chordee menggantikan fascia bucks dan tunika
dartos kulit dan preputium pada bagian ventral menjadi tipis, tidak sempurnadan
membentuk kerudung dorsal di atas glans.
Hipospadia merupakan salah satu dari 16 jenis kelainan kongenital yang menjadi
prioritas surveilans kelainan bawaan di Indonesia. Meskipun belum ada penelitian yang
menyebutkan angka pasti kejadian hipospadia di Indonesia, beberapa penelitian terkait
hipospadia telah dilakukan di berbagai daerah Kasus hipospadia ditemukan bervariasi dalam
beberapa kurun waktu tertentu, diantaranya di RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado (2009-
2010) sebanyak 17 kasus, Jawa Tengah (2010-2012) 120 kasus, Djamil Padang (2012-2014) 44
pasien pada penelitian mengenai luaran dari pembedahan uretroplasti pada hipospadia, dan 124
sampel pada studi retrospektif terhadap komplikasi TIP (Tubularized Incised Plate) di RS Cipto
Mangunkusumo (2002-2014).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian hipospadia?
2. Apa etiologi hipospadia?
3. Bagaimana klasifikasi hipospadia?
4. Bagaimana manifestasi hipospadia?
5. Bagaimana patofisiologi hipospadia?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik hipospadia?
7. Bagaimana penatalksanaan hipospadia?

4
5

8. Bagaimana asuhan keperawatan hipospadia?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian hipospadia?


2. Untuk mengetahui etiologi hipospadia?
3. Untuk mengetahui klasifikasi hipospadia
4. Untuk mengetahui manifestasi hipospadia?
5. Untuk mengetahui patofisiologi hipospadia?
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik hipospadia?
7. Untuk mengetahui penatalksanaan hipospadia?
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan hipospadia?
BAB II
EMBRIOLOGI LINGKUNGAN GENETIK HORMONAL

Mutasi gen yang


Tidak ada sintesis
Konsumsi sayur menglode sistesis
Minggu ke-2 terbentuk hormon androgen
Terpapar zat androgen
lapisan ektoderm dan dan buah yang
polutan bersifat
endoderm mengandung
tetragonik
pestisida
Penghentian diri
Androgen tidak
perkembangan sel-
terbentuk
Dipisahkan oleh lekukan di sel penghasil
tengah yaitu mesoderm androgen
yang kemudia bermigrasi
ke perifer bagian kaudal
mutasi Difrensiasi uretra
membentuk membran
pada penis tidak Penurunan
kloaka
terbentuk secara androgen
sempurna
Perkembangan
terjadinya fusi dari
Pada minggu ke-6 garis tengah Testosteron tidak
terbentuk tuberkel lipatan uretra dapat diubah
genital tidak lengkap menjadi
dihidrotosteron

Dibagian tengah bawah terdapat Tuberlel genital


lekukan dimana sisi lateral nya membentuk lipatan
ada 2 lipatan memanjang : Gangguan
uretra dibagian anterior, pembentukan
genital fold skrotum menonjol dan tuberlel genital
bergerak ke kaudal
6
Minggu ke-7 genital
tuberlel membentuk glans: Genital fold membentuk sisi-
laki-laki= penis sisi sinus urogenitalis.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG Terbentuknya 7
Genital fold gagal
bersatu di atas sinus
- Rontgen fistula uretrokutan Resiko infeksi
HIPOSPADIA
urogenitalis - Usg sistem kemih
kelamin
- BNO- IVP Resiko komplikasi
- Kultur urine ke struktur uretra
CHORDEE

penatalaksanaan Keluaran urin tidak


Penatalaksanaan
lancar
Urin tidak memancar
secara sempurna

Pre-op Gangguan eliminasi


Post op urine
Urin merembes ke
perianal

Chordectomy dan
Kurangnya uretroplasty
pengetahuan
orangtua mengenai Iritasi diarea sekitar
kondisi, prognosis
penyakit dan prosedur Terputusnya kontinuitas
pembedahan jaringan
Kerusakan
integritas kulit

Merangsang syaraf nyeri


Ansietas radicdorsal medulla
spinal

Nyeri akut
INTERVENSI KEPERAWATAN 8

Dx : Nyeri akut berhubungan


Dx : Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur
dengan cidera fisik terkait dengan
invasif Dx : Gangguan eliminasi urine
kondisi pembedahan
Manajemen pencegahan infeksi berhubungan dengan efek tindakan
Manajemen Nyeri
medis dan dianostik
1. Observasi
1. Observasi Manajemen eliminasi urine
a.Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
a. Identifikasi lokasi, 1. Observasi tanda dan gejala
2. Teurapetik
karakteristik, durasi, retensi dan inkontenesia urine
a. batasijumlah pengunjung
frekuensi, kualitas, 2. Identifikasi factor yang
intensitas nyeri. b. berikan perawatan kulit pada area edema
menyebabkan retensi
b. Identifikasi nyeri c. cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
inkontenensia urine
pasien dan lingkungan pasien
c. Identifikasi respons nyeri
3. Monitor eliminasi urine
non verbal d. pertahankan teknik aseptic pada pasien
3. edukasi
(mis. Frekuensi, konsistensi,
d. Identifikasi faktor yang
a. jelaskan tanda dan gejala infeksi aroma, volume dan warna)
memperberat dan
b. ajarkan cara mencuci tangan dengan benar 4. Edukasi ajarkan tanda dan
memperingan nyeri
c. ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau gejala infeksi saluran kemih
e. Monitor keberhasilan
terapi komplomenter yang luka operasi 5. Ajarkan mengukur asupan

sudah diberikan d. anjurkan meningkatkan asupan nutrisi cairan dan haluaran urine
f. Monitor efek samping e. anjurkan meningkatkan asupan cairan
penggunaan analgetik 4. kolaborasi
kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu.
9

Dx : Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan


dengan kelembapan
Perawatan intergritas kulit Dx : Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
1. Observasi terkait dengan rencana operasi

g. Identifikasi penyebab gangguan integritas Reduksi ansietas

kulit (mis, perubahan sirkulasi, perubahan 1. Observasi

status nutritis, penurunan b. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah


kelembapan,penurunan mobilitas) (mis. Kondisi, waktu, stressor)
2. Terapeutik c. Monitor tanda-tanda ansietas
d. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah 1. Teurapeutik
baring a. Ciptakan suasana teurapetik untuk
e. Bersihkan perineal dengan air hangat menumbuhkan kepercayaan
f. Gunakan produk berhbahan b. Temani pasien untuk mengurangi kecemasah,
ringan/alami dan hipoalergik pada jika memungkinkan
kulit sensitive c. Tempatkan barang pribadi yang memberikan
g. Hindari produk berbahan dasar kenyamanan
alcohol pada kulit kering 2. Edukasi
3. Edukasi a. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
b. Anjurkan meningkatan asupan nutrisi pasien, jika perlu
c. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan Kolaborasi pemberian obat antlanansietas, jika perlu.
sayur
d. Anjurkan menghindari terpapar suhu
ekstrem
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. KONSEP PENYAKIT HIPOSPADIA


1. Pengertian
Hipospadia berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang berarti “di bawah” dan
“spadon“ yang berarti keratan yang panjang. Berikut ini adalah berbagai definisi
hipospadia menurut berbagai sumber yaitu:
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus uretra
externa terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya
yang normal (ujung glans penis).
Menurut referensi lain, hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa lubang uretra
yang terletak di bagian bawah dekat pangkal penis.
Hipospadia adalah kelainan congenital berupa muara uretra yang terletak di
sebelah ventral penis dan sebelah proksimal ujung penis. Letak meatus uretra bisa
terletak pada glandular hingga perineal.
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana terjadi hambatan penutupan uretra
penis pada kehamilan miggu ke 10 sampai ke 14 yang mengakibatkan orifisium uretra
tertinggal disuatu tempat dibagian ventral penis antara skrotum dan glans
Hipospadia adalah keadaan dimana uretra bermuara pada suatu tempat lain
pada bagian belakang batang penis atau bahkan pada perineum (daerah antara
kemaluan dan anus).
Hipospadia adalah kelainan kongetinal berupa kelainan letak lubang uretra
pada pria dari ujung penis ke sisi ventral .
Hipospadia adalah kegagalan meatus urinarius meluas ke ujung penis, lubang
uretra terletak dibagian bawah batang penis, skrotum atau perineum.
Hipospadia adalah suatu kondisi letak lubang uretra berada di bawah glans
penis atau di bagian mana saja sepanjang permukaan ventral batang penis. Kulit
prepusium ventral sedikit, dan bagian distal tampak terselubung.

10
11

Hipospadia adalah kelainan kongenital berupa muara uretra yang terletak di


sebelah ventral penis dan sebelah proksimal ujung penis. Hipospadia terjadi pada 1
sampai 3 per 1.000 kelahiran dan merupakan anomali penis yang paling sering.

Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis


bagian bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan kelainan kelamin
bawaan sejak lahir. Hipospadia sering disertai kelainan bawaan yang lain, misalnya
pada skrotum dapat berupa undescensus testis, monorchidism, disgenesis testis dan
hidrokele. Pada penis berupa propenil skrotum, mikrophallus dan torsi penile, sedang
kelainan ginjal dan ureter berupa fused kidney, malrotasi renal, duplex dan refluk
ureter.

2. Etiologi
Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum
diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa faktor yang oleh para
ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :
a. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone
Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang mengatur
organogenesis kelamin (pria). Atau biasa juga karena reseptor hormone
androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga
walaupun hormone androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila
reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang
12

semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormone androgen tidak
mencukupi pun akan berdampak sama.
b. Genetika
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena
mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari
gen tersebut tidak terjadi. Mekanisme genetik yang tepat mungkin rumit dan
variabel. Penelitian  lain adalah turunan autosomal resesif dengan manifestasi tidak
lengkap. Kelainan kromosom ditemukan secara sporadis pada pasien dengan
hipospadia.
c. Prematuritas
Peningkatan insiden hipospadia ditemukan di antara bayi yang lahir dari ibu
dengan terapi estrogen selama kehamilan. Prematuritas juga lebih sering dikaitkan
dengan hipospadia.
d. Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat
yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.
3. Manifestasi Klinik
a. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah
penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.
b. Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian
punggung penis.
c. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan
membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar.
d. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
e. Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.
f. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis.
g. Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok.
h. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum).
i. Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.
j. Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah, menyebar,
mengalir melalui batang penis, sehingga anak akan jongkok pada saat BAK.
k. Pada Hipospadia grandular/ koronal anak dapat BAK dengan berdiri dengan
mengangkat penis keatas.
l. Pada Hipospadia peniscrotal/ perineal anak berkemih dengan jongkok.
13

m. Penis akan melengkung kebawah pada saat ereksi.


4. Klasifikasi

Hipospadia adalah keadaan dimana lubang kencing terletak dibawah batang


kemaluan / penis. Ada beberapa type hipospadia :

a. Hipospadia type Perenial, lubang kencing berada di antara anus dan buah zakar
(skrotum).
b. Hipospadia type Scrotal, lubang kencing berada tepat di bagian depan buah zakar
(skrotum).
c. Hipospadia type Peno Scrotal, lubang kencing terletak di antara buah zakar (skrotum)
dan batang penis.
d. Hipospadia type Peneana Proximal, lubang kencing berada di bawah pangkal penis.
e. Hipospadia type Mediana, lubang kencing berada di bawah bagian tengah dari batang
penis.
f. Hipospadia type Distal Peneana, lubang kencing berada di bawah bagian ujung batang
penis.
g. Hipospadia type Sub Coronal, lubang kencing berada pada sulcus coronarius penis
(cekungan kepala penis).
h. Hipospadia type Granular, lubang kencing sudah berada pada kepala penis hanya
letaknya masih berada di bawah kepala penisnya.
14

Hipospadia dibagi menjadi beberapa tipe menurut letak orifisium uretra eksternum
yaitu sebagai berikut :

1) Tipe sederhana/ Tipe anterior (60-70%)


Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal.
Pada tipe ini, meatus terletak pada pangkal glands penis. Secara klinis, kelainan ini
bersifat asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak sempit
dapat dilakukan dilatasi atau meatotomi.
2) Tipe penil/ Tipe Middle (10-15%)

Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan pene-escrotal.
Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum. Biasanya disertai
dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium bagian ventral, sehingga
penis terlihat melengkung ke bawah atau glands penis menjadi pipih. Pada kelainan
tipe ini, diperlukan intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat kulit di
bagian ventral prepusium tidak ada maka sebaiknya pada bayi tidak dilakukan
sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat berguna untuk tindakan bedah selanjutnya.

3) Tipe Posterior (20%)

Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe ini, umumnya
pertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai dengan skrotum bifida, meatus
uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak turun.
15

Semakin ke proksimal letak meatus, semakin berat kelainan yang diderita dan
semakin rendah frekuensinya. Pada kasus ini, 90% terletak di distal, dimana meatus
terletak di ujung batang penis atau pada glans penis. Sisanya yang 10% terletak lebih
proksimal yaitu ditengah batang penis, skrotum, atau perineum. Kebanyakan
komplikasinya kecil, fistula, skin tag, divertikulum, stenosis meatal atau aliran
kencing yang menyebar. Komplikasi ini dapat dikoreksi dengan mudah melalui
prosedur minor.

5. Patofisiologi
Hipospadia merupakan suatu cacat bawaan yang diperkirakan terjadi pada
masa embrio selama pengembangan uretra, dari kehamilan 8-20 minggu.
Perkembangan terjadinya fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap
terjadi sehingga meatus uretra terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai
derajat kelainan letak meatus ini, dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans,
kemudian di sepanjang batang penis hingga akhirnya di perineum.
Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topu yang menutup sisi
dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee, pada sisi ventral
menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari penis.
Chordee atau lengkungan ventral dari penis, sering dikaitkan dengan hipospadia,
terutama bentuk-bentuk yang lebih berat. Hal ini diduga akibat dari perbedaan
pertumbuhan antara punggung jaringan normal tubuh kopral dan uretra ventral
dilemahkan dan jaringan terkait. Pada kondisi yang lebih jarang, kegagalan jaringan
spongiosum dan pembentukan fasia pada bagian distal meatus uretra dapat
membentuk balutan berserat yang menarik meatus uretra sehingga memberikan
kontribusi untuk terbentuknya suatu korda.
16

6. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang


Pemeriksaan diagnostik berupa pemeriksaan fisik. Jarang dilakukan
pemeriksaan tambahan untuk mendukung diagnosis hipospadi. Tetapi dapat dilakukan
pemeriksaan berikut untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan pada ginjal sebagai
komplikasi maupun kelainan bawaan yang menyertai hipospadia:
a. Rontgen
b. USG sistem kemih kelamin
c. BNO – IVP karena biasanya pada hipospadia juga disertai dengan kelainan
kongenital ginjal
d. Kultur urine (Anak-hipospadia)

7. Penatalaksanaan Medis
Untuk penatalaksanaan hipospadia pada bayi dan anak biasanya dilakukan
dengan prosedur pembedahan. Tujuaan utama pembedahan ini adalah untuk
merekontruksi penis menjadi lurus dengan meatus uretra di tempat yang normal atau
dekat normal sehingga pancaran kencing arahnya kedepan. Keberhasilan pembedahan
atau operasi dipengaruhi oleh tipe hipospadia dan besar penis. Semakin kecil penis
dan semakin ke proksimal tipe hipospadia semakin sukar tehnik dan keberhasilan
operasinya.
Ada banyak variasi teknik, yang populer adalah tunneling Sidiq-Chaula,
Teknik Horton dan Devine.
a. Teknik tunneling Sidiq-Chaula dilakukan operasi 2 tahap:
1) Tahap pertama eksisi dari chordee dan bisa sekaligus dibuatkan terowongan yang
berepitel pada glans penis. Dilakukan pada usia 1 ½ -2 tahun. Penis diharapkan
lurus, tapi meatus masih pada tempat yang abnormal. Penutupan luka operasi
menggunakan preputium bagian dorsal dan kulit penis
2) Tahap kedua dilakukan uretroplasti, 6 bulan pasca operasi, saat parut sudah lunak.
Dibuat insisi paralel pada tiap sisi uretra (saluran kemih) sampai ke glans, lalu
dibuat pipa dari kulit dibagian tengah. Setelah uretra terbentuk, luka ditutup
dengan flap dari kulit preputium dibagian sisi yang ditarik ke bawah dan
dipertemukan pada garis tengah. Dikerjakan 6 bulan setelah tahap pertama
dengan harapan bekas luka operasi pertama telah matang.
b. Teknik Horton dan Devine, dilakukan 1 tahap, dilakukan pada anak lebih besar
dengan penis yang sudah cukup besar dan dengan kelainan hipospadi jenis distal
17

(yang letaknya lebih ke ujung penis). Uretra dibuat dari flap mukosa dan kulit bagian
punggung dan ujung penis dengan pedikel (kaki) kemudian dipindah ke bawah.
Mengingat pentingnya preputium untuk bahan dasar perbaikan hipospadia, maka
sebaiknya tindakan penyunatan ditunda dan dilakukan berbarengan dengan operasi
hipospadi.
8. Komplikasi
a. Pseudohermatroditisme (keadaan yang ditandai dengan alat-alat kelamin dalam 1
jenis kelamin tetapi dengan satu beberapa ciri sexsual tertentu)
b. Infertility
c. Resiko hernia inguinalis
d. Gangguan psikologis dan psikososial
e. Kesukaran saat berhubungan sexsual, bila tidak segera dioperasi saat dewasa.
Komplikasi paska operasi yang terjadi :
a. Edema / pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya dapat
bervariasi, juga terbentuknya hematom / kumpulan darah dibawah kulit, yang
biasanya dicegah dengan balut tekan selama 2 sampai 3 hari paska operasi.
b. Striktur, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan oleh angulasi
dari anastomosis.
c. Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing berulang
atau pembentukan batu saat pubertas.
d. Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang sering dan digunakan sebagai
parameter untuyk menilai keberhasilan operasi. Pada prosedur satu tahap saat ini
angka kejadian yang dapat diterima adalah 5-10 %.
e. Residual chordee/rekuren chordee, akibat dari rilis korde yang tidak sempurna,
dimana tidak melakukan ereksi artifisial saat operasi atau pembentukan skar yang
berlebihan di ventral penis walaupun sangat jarang.
f. Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu lebar, atau adanya
stenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut.
18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA HIPOSPADIA


A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien Penanggung Jawab

Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Suku Bangsa :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Status :
Alamat :
Diagnosa Medis :
Sumber Biaya :
Tanggal MRS :
Hubungan dengan Pasien :
1. Keluhan Utama
Lubang penis tidak terdapat diujung penis, tetapi berada dibawah atau didasar penis,
penis melengkung kebawah, penis tampak seperti berkerudung karena adanya
kelainan pada kulit dengan penis, jika berkemih anak harus duduk.(Muslihatum,
2010:163)
2. Riwayat Kesehatan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya lubang kencing yang
tidak pada tempatnya sejak lahir dan tidak diketahui dengan pasti penyebabnya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya penis yang melengkung
kebawah adanya lubang kencing tidak pada tempatnya sejak lahir
Riwayat Kongenital
a. Penyebab yang jelas belum diketahui.
b. Dihubungkan dengan penurunan sifat genetik.
c. Lingkungan polutan teratogenik.
19

Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran: Hipospadia terjadi karena adanya hambatan


penutupan uretra penis pada kehamilan minggu ke-10 sampai minggu ke-
14Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan
Pada pengkajian ini dilakukan pengkajian berdasarkan 11 komponen pola fungsi
kesehatan yang terdiri dari :
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien biasanya tidak mengetahui penyakitnya kurangnya pemahaman klien dan
keluarga terkait penyakit yang diderita klien dan pada umumnya pemeliharaan
kesehatan klien tidak ada masalah.
b. Pola Nutrisi
Pada umumnya pasien hipospadia nutrisi cairan dan elektrolit dalam tubuhnya
tidak mengalami gangguan.
c. Pola Eliminasi
Pada saat BAK mengalami gangguan karena anak harus jongkok karena pancaran
kencing pada saat BAK tidak lurus dan biasanya kearah bawah, menyebar dan
mengalir melalui batang penis.
d. Aktivitas dan Latihan
Aktivitas klien hipospadia tidak ada masalah.
e. Tidur dan istirahat
Pada umumnya klien dengan hipospadia tidak mengalami gangguan atau tidak
ada masalah dalam istirahat dan tidurnya.
f. Pola sensori, persepsi, dan kognitif
Secara fisik daya penciuman, perasa, peraba dan daya penglihatan pada klien
hipospadia adalan normal, secara mental kemungkinan tidak ditemukan adanya
gangguan.
g. Konsep diri
Adanya rasa malu pada diri klien sendiri apabila sudah dewasa juga akan merasa
malu dan kurang percaya diri atas kondisi kelainan yang dialaminya.
h. Seksual dan reproduksi
Adanya kelainan pada alat kelamin terutama pada penis klien akan membuat
klien mengalami gangguan pada saat berhubungan seksual karena penis yang
tidak bisa ereksi.
20

i. Pola peran hubungan


Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal dan
peran dalam menjalankan perannya selama sakit
j. Pola manajemen koping stress
Biasanya orang tua klien akan mengalami stress pada kondisi anaknya yang
mengalami kelainan.
k. Sistem nilai dan keyakinan
Kepercayaan klien, kepatuhan klien dalam melaksanakan ibadah dan keyakinan-
keyakinan pribadi yang bisa mempengaruhi pilihan pengobatan
7. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem kardiovaskuler: Tidak ditemukan kelainan
b. Sistem neurologi: Tidak ditemukan kelainan
c. Sistem pernapasan: Tidak ditemukan kelainan
d. Sistem integument: Tidak ditemukan kelainan
e. Sistem muskuloskletaL: Tidak ditemukan kelainan
f. Sistem Perkemihan:
1) Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau pembesaran pada
ginjal.
2) Kaji fungsi perkemihan
3) Dysuria setelah operasi
i. Sistem Reproduksi
1) Adanya lekukan pada ujung penis
2) Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi
3) Terbukanya uretra pada ventral
4) Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis, perdarahan, drinage.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan cidera fisik terkait dengan kondisi pembedahan
2. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif terkait dengan kondisi
klinis tindakan invasive
3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan efek tindakan medis dan dianostik
(mis. Operasi saluran kemih, anestesi, obat-obatan)
4. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan kelembapan terkait dengan
kondisi imobilisasi
5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional terkait dengan rencana operasi
21

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri akut Ekspetasi Meningkat Manajemen Nyeri
berhubungan Kriteria hasil : 1. Observasi
dengan cidera 1. Melaporkan nyeri a. Identifikasi lokasi,
fisik terkait terkontrol meningkat karakteristik, durasi,
dengan kondisi 2. Kemampuan mengenali frekuensi, kualitas,
pembedahan onset nyeri meningkat intensitas nyeri.
3. kemampuan mengenali b. Identifikasi nyeri
penyebab nyeri c. Identifikasi respons nyeri
meningkat non verbal
4. kemampuan d. Identifikasi faktor yang
menggunakan teknik memperberat dan
non farmakologis memperingan nyeri
meningkat e. Monitor keberhasilan terapi
5. dukungan orang komplomenter yang sudah
terdekat meningkat diberikan
6. keluhan nyeri f. Monitor efek samping
menggunakan analgesic penggunaan analgetik
menurun 2. terapeutik
2. Resiko infeksi Ekspetasi menurun Manajemen pencegahan infeksi
berhubungan Kriteria hasil : 1. Observasi
dengan efek 1. demam menurun a. Monitor tanda dan gejala
prosedur 2. kemerahan menurun infeksi local dan sistemik
invasif 3. nyeri menurun 2. Teurapetik
4. bengkak menurun a. batasi jumlah
5. vesikel menurun pengunjung
6. cairan berbau busuk b. berikan perawatan kulit
menurun pada area edema
7. kadar sel darah putih c. cuci tangan sebelum dan
membaik sesudah kontak dengan
8. kultur darah membaik pasien dan lingkungan
9. kultur urine membaik pasien
22

10. kultur area luka d. pertahankan teknik


membaik aseptic pada pasien
11. kadar sel darah putih 3. edukasi
membaik a. jelaskan tanda dan
gejala infeksi
b. ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
c. ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
d. anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
e. anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
4. kolaborasi
a. kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu.
3. Gangguan Ekspetasi Membaik Manajemen eliminasi urine
eliminasi urine Kriteria Hasil : 1. Observasi tanda dan gejala
berhubungan 1. Frekuensi BAK retensi dan inkontenesia
dengan efek membaik urine
tindakan medis 2. Karakteristik Urino 2. Identifikasi factor yang
dan dianostik membaik menyebabkan retensi
3. Sensasi berkemih inkontenensia urine
meningkat 3. Monitor eliminasi urine
4. Desakan berkemih (mis. Frekuensi, konsistensi,
menurun aroma, volume dan warna)
5. Urine menetes 4. Edukasi ajarkan tanda dan
menurun gejala infeksi saluran kemih
5. Ajarkan mengukur asupan
cairan dan haluaran urine
23

4. Gangguan Ekspetasi Meningkat Perawatan intergritas kulit


integritas Kriteria hasil: 1.
kulit/jaringan 1. a. Identifikasi penyebab
berhubungan 2. gangguan integritas
dengan 3. kulit (mis, perubahan
kelembapan meningkat sirkulasi, perubahan
4. status nutritis,
menurun penurunan
5. kelembapan,penurunan
menurun mobilitas)
6. 2.
7. a. Ubah posisi tiap 2
8. jam jika tirah
9. baring
10. b. Bersihkan perineal
dengan air hangat
c. Gunakan produk
berhbahan
ringan/alami dan
hipoalergik pada
kulit sensitive
d. Hindari produk
berbahan dasar
alcohol pada kulit
kering
3.
a. Anjurkan meningkatan
asupan nutrisi
b. Anjurkan
meningkatkan asupan
buah dan sayur
c. Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem
24

d. Anjurkan mandi dan


menggunakan sabun
secukupnya
5. Ansietas Ekspetasi Menurun Reduksi ansietas
berhubungan Kriteria Hasil:Verbalisasi 11. Obs

dengan krisis kebingungan menurun ervasi

situasional 1. Verbalisasi b. Identifikasi saat tingkat


ansietas berubah (mis.
terkait dengan kekhawatiran
Kondisi, waktu, stressor)
rencana menurun
c. Monitor tanda-tanda ansietas
operasi 2. Perilaku gelisah
1. Teur
menurun
apeutik
3. Perilaku tegang
e. Ciptakan suasana teurapetik
menurun untuk menumbuhkan
4. Tremor menurun kepercayaan
5. Konsentrasi f. Temani pasien untuk
membaik mengurangi kecemasah, jika
6. pola tidur membaik memungkinkan

7. pola berkemih g. Tempatkan barang pribadi

membaik yang memberikan


kenyamanan
8. orientasi membaik
2. Edu
kasi
e. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien, jika
perlu
4. Kolaborasi pemberian obat
antlanansietas, jika perlu.

D. IMPLEMENTASI
Dilakukan sesuai dengan intervensi
E. EVALUASI
1. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap klien
terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan)
2. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsis observasi dan analisis
mengenai status kesehatan klien terhadap waktu
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipospadia merupakan suatu kelainan kongenital yang dapat di deteksi
ketika atau segera setelah bayi lahir, atau instilah lainya yaitu
adanya kelainan pada muara uretra pria. Dan biasanya tampak disisi
ventral batang penis. Kelainan tersebut sering diasosiasikan sebagai
suatu chordee yaitu penis yang menekuk kebawah
Terapi untuk hipospadia adalah dengan pembedahan untuk mengembalikan
penampilan dan fungsi normal penis. Pembedahan biasanya tidak di
jadwalkan sampai bayi berusia 1-2 th ketika ukuran penis dinyatakan
sebagai ukuran yang layak di operasi. Komplikasi potensial mliputi
infeksi dan obstruksi uretra.
B.   Saran
Pemahaman dan keahlian dalam aplikasi Asuhan Keperawatan Anak
Dengan Hipospadia merupakan salah satu cabang ilmu keperawatan yang
harus dimiliki oleh tenaga kesehatan khususnya perawat agar dapat
mengaplikasikannya serta berinovasi dalam pemberian asuhan keperawatan
pada pasien. Ini akan mendukung profesionalisme dalam wewenang dan
tanggung jawab perawat sebagai bagian dari tenaga medis yang memberikan
pelayanan Asuhan Keperawatan secara komprehensif.

25
DAFTAR PUSTAKA
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Adelucky. 2016. Hipospadia.


Tersedia pada : https://id.scribd.com/doc/307001906/HIPOSPADIA-pdf
(diakses pada tanggal 7 November 2017)
Chonk, Irma. 2015. Laporan Pendahuluan Hipospadia.
Tersedia pada : https://id.scribd.com/document/258450488/LAPORAN-PENDAHULUAN-
HIPOSPADIA-docx (diakses pada tanggal 7 November 2017)
Jingga, Yabniel Lit. 2014. LP Hipospadia.
Tersedia pada : ocw.usu.ac.id/course/download/...anak
dan...anak/dia_122_slide_hipospadia.pdf (diakses pada tanggal 7 November 2017)
Lely, Laily. 2014. Laporan Pendahuluan Hipospadia.
Tersedia pada : https://id.scribd.com/doc/239301425/Laporan-Pendahuluan-
hipospadia (diakses pada tanggal 7 November 2017).
Madridista, Rudi. 2012. Asuhan Keperawatan dengan Hipospadia.
Tersedia pada : https://id.scribd.com/doc/111999934/Asuhan-Keperawatan-Dengan-
Hipospadia (diakses pada tanggal 7 November 2017)

26

Anda mungkin juga menyukai