Anda di halaman 1dari 12

Kasus Dugaan Persetubuhan pada Seorang Wanita 35 Tahun

Angela Christine Virginia


102014080
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara no.6 Jakarta Barat 11470
Abstrak
Kasus kejahatan seksual adalah salah satu bentuk kejahatan yang memiliki kaitan dengan
Ilmu Kedokteran Forensik yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia. Adanya kaitan antara
Ilmu Kedokteran Forensik dengan kejahatan seksual dapat dipandang sebagai konsekuensi
dari pasal-pasal di Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) serta Kitab Undang-undang
Acara Hukum Pidana(KUHP) yang memuat ancaman hukuman serta tatacara pembuktian
pada setiap kasus yang termasuk dalam pengertian kasus kejahatan seksual.
Perkosaan ialah tindakan menyetubuhi wanita yang bukan istrinya dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan. Persetubuhan sendiri didefinisikan sebagai penetrasi penis ke dalam
kemaluan wanita (mulai dari labia minor).1
Kejahatan terhadap kesusilaan dapat berupa persetubuhan, percabulan maupun pelecehan
seksual.
Kata kunci : kejahatan seksual, KUHP, kedokteran forensik
Abstract
Sexual crime cases are one form of crime that has links with Forensic Medicine that
concerns the human body and life. The connection between Forensic Medicine and sexual
crimes can be seen as a consequence of the articles in the Criminal Code (KUHP) as well as
the Criminal Procedure Code (KUHP) which contains the threat of punishment and
evidentiary procedures in each case including in terms of sexual crime cases.
Rape is the act of screwing women who are not their wives with violence or threats of
violence. Sex itself is defined as the penetration of the penis into the female genitalia
(starting from the labia minor).1
Crimes against decency can be in the form of intercourse, sexual immorality or sexual
harassment.
Keywords : sexual crime, KUHP, forensic medicine
Pendahuluan
Pemeriksaan kasus-kasus persetubuhan yang merupakan tindakan pidana, hendaknya
dilakukan dengan teliti dan waspada. Pemeriksa harus yakin akan semua bukti-bukti yang
ditemukannya karena berbeda dengan di klinik ia tidak lagi mempunyai kesempatan untuk
melakukan pemeriksaan ulang guna memperoleh lebih banyak bukti. Tetapi dalam
melaksanakan kewajiban itu dokter jangan sampai meletakkan kepentingan si korban di
bawah kepentingan pemeriksaan. Terutama bila korban masih anak-anak hendaknya
pemeriksaan itu tidak sampai menambah trauma psikis yang sudah dideritanya.2
Visum et repertum yang dihasilkan mungkin menjadi dasar untuk membebaskan
terdakwa dari penuntutan atau sebaliknya untuk menjatuhkan hukuman. Di Indonesia
pemeriksaan korban persetubuhan yang diduga merupakan tindak kejahatan seksual
umumnya dilakukan oleh dokter ahli ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, kecuali di
tempat yang tak ada dokter ahli demikian, dokter umumlah yang harus melakukan
pemeriksaan itu.2
Sebagai ahli klinis yang perhartian utamanya tertuju pada kepentingan pengobatan
penderita, memang agak sukar untuk melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan
kejahatan. Sebaiknya korban kejahatan seksual dianggap sebagai orang yang telah mengalami
cedera fisik dan/atau mental, sehingga sebaiknya pemeriksaan ditangani oleh dokter di klinik.
Penundaan pemeriksaan dapat memberikan hasil yang kurang memuaskan.2

Aspek Hukum
Kewajiban dokter untuk membuat keterangan ahli telah diatur dalam pasal 133
KUHP. Keterangan ahli ini akan dijadikan sebagai alat bukti yang sah di depan sidang
pengadilan (pasal 184 KUHP).2
Menurut KUHP pasal 133 ayat 1 yang berwenang mengajukan permintaan keterangan
ahli aalah penyidik.2
Kekerasan seksual :2
Pasal 285 KUHP
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita
bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun.
Pasal 286 KUHP
Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal diketahui
bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam dengan pidana penjara
paling lama sembilan tahun.
Pasal 287 KUHP
(1) Barangsiapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal diketahui
atau sepatutnya harus diduganya bahwa umurnya belum lima belas tahun, atau kalau
umurnya tidak jelas, bahwa belum waktunya untuk dikawini, diancam dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun.
(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umur wanita itu belum
sampai dua belas tahun atau jika ada salah satu hal berdasarkan pasal 291 dan pasal
294.

Pasal 288 KUHP


(1) Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di dalam perkawinan yang diketahui
atau sepatutnya harus diduga bahwa belum mampu dikawin, diancam apabila
perbuatan mengakibatkan luka-luka dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling lama 8
tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, dijatuhkan pidana penjara paling lama 12 tahun.

Pasal 289 KUHP


Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang untuk
melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam karena melakukan
perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan dengan pidana penjara paling lama 9
tahun.

Pasal 290 KUHP


Diancam dengan pidana paling lama tujuh tahun:
1. Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang padahal diketahui, bahwa
orang itu pingsan atau tidak berdaya.
2. Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang padahal diketahui atau
sepatutnya harus diduga bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya
tidak ternyata, bahwa belum mampu dikawin.
3. Barang siapa membujuk seorang yang diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa
umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak ternyata, bahwa belum
mampu dikawin, untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, atau
bersetubuh di luar perkawinan dengan orang lain.

Pasal 291 KUHP


(1) Jika salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 286, 287, 289 dan 290
mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling lama 12 tahun.
(2) Jika salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 285, 286, 287 dan 290 itu
mwngakibatkan mati, dijatuhkan pidana penjara paling lama 15 tahun.

Aspek Medikolegal
Persetujuan Tindakan Medik. Peraturan Menteri Kesehatan No.
585/MenKes/Per/IX/1989 tentang persetujuan tindakan medis.3
Pasal 1. Permenkes No 585/MenKes/Per/IX/1989.
a.       Persetujuan tindakan medis/informed consent adalah persetujuan yang diberikan
oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medic yang
akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
b.      Tindakan medik adalah suatu tindakan yang dilakukan terhadap pasien berupa
diagnostik atau terapeutik.
c.       Tindakan invasif adalah tindakan medis yang langsung dapat mempengaruhi
jaringan tubuh.
d.      Dokter adalah dokter umum/spesialis dan dokter gigi/dokter gigi spesialis yang
bekerja di rumah sakit, puskesmas, klinik atau praktek perorangan/bersama.

Pasal 2. PerMenKes No 585/MenKes/Per/IX/1989


a.       Semua tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat
persetujuan.
b.      Persetujuan dapat diberikan secara tertulis maupun lisan.
c.       Persetujuan sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat
informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medik yang bersangkutan serta
risiko yang dapat ditimbulkannya.
d.      Cara penyampaian dan isi informasi harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan
serta kondisi dan situasi pasien.
Pasal 4. PerMenKes No 585/MenKes/Per/IX/1989.
a.       Informasi tentang tindakan medik harus diberikan kepada pasien, baik diminta
maupun tidak diminta.
b.      Dokter harus memberikan informasi selengkap-lengkapnya kecuali bila dokter
menilai bahwa informasi tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien atau
pasien menolak diberikan informasi.
c.       Dalam hal-hal sebagaimana yang disebut di pasal (2) dokter dengan persetujuan
pasien dapat memberikan informasi tersebut kepada terdekat dengan didampingi oleh
seorang perawat/paramedik lainnya sebagai saksi.

Pemeriksaan medis
1. Anamnesis
Pada umumnya anamnesis yang diberikan oleh orang sakit dapat dipercaya,
sebaiknya anamnesis yang diperoleh dari korban tidak selalu benar. Terdorong
oleh berbagai maksud atau perasaan, misalnya maksud untuk memeras, rasa
dendam, menyesal, atau karena takut pada ayah/ibu, korban mungkin
mengemukakan hal-hal yang tidak benar.2
Anamnesis merupakan suatu yang tidak dapat dilihat atau ditemukan oleh dokter
sehingga bukan merupakan pemeriksaan yang objektif sehingga seharusnya tidak
dimasukkan dalam Visum et Repertum. Anamnesis dibuat terpisah dan
dilampirkan pada Visum et Repertum dengan judul “Keterangan yang diperoleh
dari korban”. Dalam mengambil anamnesis, dokter meminta pada korban untuk
menceritakan segala sesuatu tentang kejadian yang dialaminya dan sebaiknya
bersifat terarah. Anamnesis terdiri dari bagian yang bersifat umum dan khusus.
Anamnesis umum meliputi pengumpulan data tentang umur, tanggal,dan tempat
lahir, status perkawinan, siklus haid untuk anak yang tidak diketahui umurnya,
penyakit kelamin, penyakit kandungan dan penyakit lainnya seperti epilepsi,
katalepsi, syncope. Keterangan pernah atau belum pernahbersetubuh, saat
persetubuhan terakhir, adanya penggunaan kondom.
Halkhusus yang perlu diketahui adalah tanggal dan jam kejadian. Bila antara
kejadian dan pelaporan kepada yang berwajib berselang beberapa hari/minggu,
dapat diperkirakan bahwa perisriwa itu bukan perkosaan tetapi persetubuhaana
yangpada dasarnya tidak disetujui oleh wanita yang bersangkutan karena berbagai
alasan, misalnya merasa tertipu, cemas terjadi kehamilan atau karena ketakutan
diketaahui orangtuanya bahwa dia sudah pernah bersetubuh makan mengaku
disetubuhi secara paksa. Jika korban benar telah diperkosa biasanya akan segera
melapor. Pada pelaporan yang terlambat, ada kemungkinan pula karena korban
diancam untuk tidak melapor ke polisi.
Hal selanjutnya yang ditanyakan adalah tempat kejadian. Adanya rumput, tanah
dan lainnya yang melekat pada pakaian dan tubuh korban dapat dijadikan
petunjuk dalam pencarian trace evidence yang berasal dari tempat kejadian. Perlu
diketahui pula apakah korban melawan. Jika korban melawan maka pada pakaian
mungkin ditemukan robekan, pada tubuh korban akan ditemukan tanda-tanda
bekas kekerasan dan pada alat kelamin mungkin terdapat bekas perlawanan.
Kerokan kuku mungkin menunjukkan adanya sel-sel epitel kulit dan darah yang
berasal dari pemerkosa. Temukan adanya kemungkinan korban menjadi pingsan
karena ketakutan atau dibuat pingsan dengan pemberian obat tidur/bius. Dalam
hal ini diperlukan sampel pengambilan urin dan darah untuk pemeriksaan
toksikologik. Tanyakan apakah setelah kejadian korban mencuci, mandi dan
menggantin pakaian.
2. Pemeriksaan pakaian
Pakaian diteliti helai demi helai, apakah terdapat robekan lama atau baru
sepanjang jahitan atau melintang pada pakaian, kancing terputus akibat tarikan,
bercak darah, air mani, lumpur,dan sebagainya yang berasal dari tempat kejadian.
Catat apakah pakaian dalam keadaan rpi atau tidak, benda-benda yang melekat
dan pakaian yang mengandung trace evidence dikirim ke laboratorium
kriminologi untuk pemeriksaan lebih lanjut.2
3. Pemeriksaan tubuh korban
Pemeriksaan tubuh meliputi pemeriksaan umum; lukiskan penampilannya (rambut
dan wajah), rapi atau kusut, keadaan emosional tenang atau sedih dan sebagainya.
Adakah tanda-tanda bekas kehilangan kesadaran atau diberikan obat tidur/bius.
Dicatat pula pupil, refleks cahaya, pupil pinpoint, tinggi dan berat badan, tekanan
darah, keadaan jantung, paru dan abdomen.
4. Pemeriksaan genital
Pada vulva, teliti adanya tanda0tanda bekas kekerasan, seperti hiperemi, edema,
memar dan luka lecet (goresan kuku). Introitus vagina apakah hiperemi/edema.
Dengan kapas lidi mengambil bahan untuk pemeriksaan sperma dari verstibulum.
Periksa jenis selapuit dara, adakah rupture atau tidak. Bila ada tntukan ruptur baru
atau lama dan catat lokasi ruptur tersebut, teliti apakah sampai ke insertion atau
tidak. Tentukan besar orifisium, sebesar ujung jari kelingking, jari telunjuk atau 2
jari. Sebagai gantinya juga oleh ditentukan ukuran lingkaran orifisium dengan
cara ujung kelingking atau telunjuk dimasukkan dengan hati-hati ke dalam
orifisium sampai terasa tepi selaput dara menjepit ujung jari, beri tanda pada
sarung tangan dan lingkaran pada titik itu diukur. Ukuran pada seorang perawan
kira-kira 2,5 cm. Lingkaran yang memungkinkan persetubuhan terjadi menurut
Voight adalah minimal 9 cm.
Harus diingat bahwa persetubuhan tidak selalu disertai dengan deflorasi. Pada
ruptur lama,robekan menjalar sampai ke insertio disertai adanya parut pada
jaringan di bawahnya. Ruptur yang tidak sampai ke insertio, bila sudah sembuh
tidak dapat dikenal lagi.
Periksa pula apakah frenulum labiorum pudendi dan commusura labiorum
posterior utuh atau tidak. Periksa vagina dan serviks dengan spekulum, bila
keadaan alat genital mengijinkan. Adakah tanda penyakit kelamin.
Pada daerah genitalia juga diperiksa ada/tidaknya rambut kemaluan yang saling
melekat menjadi satu karena air mani yang mengering, gunting untuk pemeriksaan
laboratorium. Selain itu juga dapat dilakukan penyisiran rambut kemaluan dan
kemudian mengumpulkan rambut kemaluan yang terlepas untuk diperiksa lebih
lanjut di laboratorium, apakah benar milik korban atau kemungkinan milik
pelaku.2
5. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Swab Vagina, Oral dan Anal
Cairan mani merupakan cairan agak putih kekuningan, keruh dan berbau khas.
Cairan mani pada saat ejakulasi kental kemudian akibat enxim proteolitik menjadi
uka-lukacair dalam waktu yang singkat (10-20 menit). Dalam keadaan normal,
volume cairan mani 3-5 ml pada 1 kali ejakulasi dengan pH 7,2-7,6.
Cairan mani mngandung spermatozoa, sel-sel epitel dan sel-sel lain yang
tersuspensi dalam cairan yang disebut plasma seminal yang mengandung
spermion dan beberapa enzim seperti fosfatase asam. Spermatozoa mempunyai
bentuk yang khas untuk spesies tertentu dengan jumlah yang bervariasi, biasanya
antara 60-120 juta per ml.
Sperma itu sendiri di dalam liang vagina masih dapat bergerak dalam waktu 4-5
jam post-coitus; sperma masih dapat ditemukan tidak bergerak sampai sekitar 24-
36 jam post coital dan bila wanitanya mati masih dapat ditemukan 7-8 hari.2
Identifikassi spermatozoa:
- Vaginal dan servic swab
Merupakan cara yang terbaik untuk mendapatkan bukti telah terjadi
persetubuhan yang masih baru. Akan tetapi, terkadang pada beberapa kasus
sperma bisa tidak ditemukan, misalnya pada orang yang sudah vasektomi atau
cairan maninya sendiri tidak mengandung sperma.
- Oral / anal swab
Swab pada bagian rektum dengan lidi yang diteliti kapas lalu diolesi ke kaca
objek untuk diperiksa apakah sperma positif atau negatif.
6. Tanda Kekerasan
Kekerasan pada delik susila adalah kekerasan yang menunjukkan adanya unsur
pemaksaan, seperti jejas bekapan pada hidung,mulut dan bibir, jejas cekik pada
leher, kekerasan pada kepala, luka lecet pada punggung atau bokong akibat
penekanan, memar pada lengan atas dan paha akibat pembukaan secara paksa,
luka lecet pada pergelangan tangan akibat pencekalan dan sebagainya.
Adanya luka-luka ini harus dibedakan dengan luka-luka akibat “foreplay” pada
persetubuhan yang “biasa” seperti luka isap (cupang) pada leher, daerah payudara
atau sekitar kemaluan, cakaran pada punggung (yang sering terjadi saat orgasme),
dan sebagainya.
Luka-luka yang terakhir ini memang merupakan kekerasan tetapi bukan kekerasan
yang dimaksud pada delikperkosaana. Adanya luka-luka jenis ini harus dinyatakan
secara jelas dalam kesimpulan visum et repertum untuk menghindari kesalahan
interpretasi oleh aparat penegak hukum.
Tanpa adanya kejelasan ini, suatu kasus persetubuhan biasa bisa saja
disalahtafsirkan sebagai perkosaan yang berakibat hukumannya menjadi lebih
berat.
Pemeriksaan toksikologi untuk beberapa jenis obat-obatan yang umum digunakan
untuk membuat orang mabuk atau pingsan perlu pula dilakukan karena tindakan
membuat orang mabuk atau pingsan secara sengaja dikategorikan juga sebagai
kekerasan. Obat-obatan yang perlu diperiksa adalah obat penenang alkohol, obat
tidur, obat perangsang (termsuk ekstasi).4
7. Tanda persetubuhan
Tanda persetubuhan secara garis besar dapat dibagi dalamtanda penetrasi dan
tanda ejakulasi.
Tanda penetrasi biasanya hanya jelas ditemukan pada korban yang masih kecil
atau belum pernah melahirkan atau nullipara. Pada korban-korban ini penetrasi
dapat menyebabkan terjadinya robekan selaput dara sampai ke dasar pada lokasi
pukul 5 sampai 7, luka lecet, memar sampai luka robek baik di daerah liang
vagina, bibir kemaluan maupun daerah perineum. Adanya penyakit keputihan
akibat jamur Candida misalnya dapat menunjukkan adanya erosi yang dapat
disalahartikan sebagai luka lecet oleh pemeriksa yang kurang berpengalaman.
Tidak ditemukannya luka-luka tersebut pada korban yang bukan nulli para tidak
menyingkirkan kemungkinan adanya penetrasi.
Tanda ejakulasi bukanlah tanda yang harus ditemukan pada pesetubuhan
meskipun adanya ejakulasi memudahkan kita secara psti bahwa telah terjadi
persetubuhan. Ejakulasi dibuktikan dengan pemeriksaan ada tidaknya sperma dan
komponen cairan mani.
Usapan lidi kapas diambil dari daerah labia minora dinding vagina dan kulit yang
menunjukkan adanya adanya kerak. Adanya rambut kemluan yang menggumpa
harus diambil dengan cara digunting karena umumnya merupakan akibat ejakulasi
di daerah luar vagina tersebut.
Untuk mendeteksi ada tidaknya sel mani dari bahan swab dapat dilakukan dengan
pemeriksaan mikroskopik seara langsung terhadap ekstrak atau dnegan pembuatan
preparat tipis yang diwarnai dengan pewarnaan melachite green atau christmas
tree. Adanya cairan mani dicari dengan pemeriksaaan terhadap beberapa
komponen sekret kelenjar kelamin pria (khususnya kalenjar prostat) yaitu spermin
(dengan uji Florence), cholin (dengan uji Berberio) dan zink (dengan uji PAN)).
Suatu temuan berupa sel sperma negatif tapi komponen cairan manipositif
menunjukkankemungkinan ejakulasi oleh pria yang tidak memiliki sel sperma
(azoozpermia) atautelah menjalani sterilisasi atau vasektomi.4

Aspek psikososial
Terdapat perubahan psikologis pada korban penganiayaan seksual:5
1. Fase pertama atau akut (beberapa hari setelah kejadian):
- Anak sering menangis atau diam sama sekali
- Anak merasa tegang,takut, khawatir, malu, terhina, dendam dan sebagainya
2. Fase kedua atau adaptasi:
- Rasa takut atau marah dapat dikendalikan dengan represi atau rasionalisasi
3. Fase ketiga atau fase reoganisasi
- Depresi yang dapat berlangsung lama
- Sering sulit tidur, mimpi buruk dan sulit melupakan kejadian yang telah
menimpanya.
- Takut melihat orang banyak atau orang yang berada di belakangnya.
- Takut terhadap hubungan seksual.

Dampak Penganiayaan Seksual terhadap Anak:5


Gangguan/masalah kejiwaan yang dapat timbul
- Berbagai gejala kecemasan seperti misalnya fobia, insomnia dan sebagainya dan
dapat juga berupa Gangguan Stres Pasca Trauma.
- Gejala disosiatif dan histerik
- Rasa rendah diri dan kecenderungan untuk bunuh diri yang menunjukkan
terdapatnya depresi
- Keluhan somatik seperti enuresis, eukoporesis serta keluhan somatik lainnya
- Gangguan perilaku seksual; masturbasi, sexual hyraousal.

Peranan LSM
Lembaga Swadaya Masyarakat (disingkat LSM) adalah sebuah organisasi yang
didirikan oleh perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela yang memberikan
pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari
kegiatannya. Dalam hal kejahatan seksual terhadap anak, LSM berperan penting. Peran LSM
tersebut mencakup:
a.       Memberikan konseling dan rasa aman
b.      Menerangkan mengenai hak-hak korban
c.       Memberikan dan menyediakan tempat yang aman bagi korban (bila pelaku kejahatan tinggal
di rumah yang sama)
d.      Melakukan koordinasi terpadu dengan pelayanan kesehatan dan polisi
e.       Mendampingi korban secara objektif dan menyeluruh
f.       Menguatkan psikologis dan fisik pasien6
Laporan Hasil Pemeriksaan
VISUM ET REPERTUM KEJAHATAN SUSILA
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No 6 Telp (021)56942061, Fax (021)5631731 Jakarta 11510
Nomor             : ...............................                                            Jakarta, .......
PROJUSTIA
Visum Et Repertum
            Yang bertanda tangan di bawah ini, ............................, dokter ahli kedokteran forensik pada Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Ukrida Jakarta, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari
kepolisian Resort Polisi Jakarta Barat No. Pol .:.....................Serse teretanggal ............, maka pada
tanggal .................., pukul ................................ Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di Rumah Sakit Ukrida
telah melakukan pemeriksaan korban dengan nomor registrasi..................yang menurut surat tersebut adalah :
Nama : B............................................................................................................
Jenis kelamin : Perempuan........................................................................................................
Umur           : 35 tahun.............................................................................................................
Kebangsaan    : Indonesia............................................................................................................
Agama            : ............................................................................................................
Pekerjaan        : ............................................................................................................
Alamat            : ............................................................................................................

Pada pemeriksaan ditemukan:


a.     Perempuan tersebut adalah seorang wanita berusia tiga puluh lima tahun dengan kesadaran baik, emosi gelisah,
rambut rapi, penampilan bersih, sikap selama pemeriksaan kurang
membantu...........................................................................
b.     Pakaian rapi tanpa robekan..................................................................................
c.     Pemeriksaan tubuh korban : ................................................................................
1.     Keadaan umum jasmaniah baik, tekanan darah seratus sepuluh per tujuh puluh milimeter air raksa, denyut nadi
delapan puluh kali per menit, pernapasan dua puluh kali permenit...............................................................
2.     Tanda kelamin sekunder sudah berkembang..................................................
3.     Tampak memar ditemukan pada pipi kanani dan di payudara kiri.......................
d.     Pemeriksaan alat kelamin : .................................................................................
1.     Terdapat robekan lama selaput dara dan robekan baru selaput
dara....................................................................................
2.     Ditemukan luka lecet pada bibir kemaluan..............................................................

KESIMPULAN
Dengan ditemukannya luka lecet pada bibir kemaluan, robekan lama dan robekan baru pada selaput
dara menandakan memang telah terjadi persetubuhan...............................................
Demikian Visum et Repertum ini saya buat dengan sebenar-benarnya dengan mengingat sumpah
jabatan berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana..............................................................................................................................
                                                                                                            Jakarta, ...... 
                                                                                                            Dokter Pemeriksa,

                                                                                                            dr..............................
                                                                                      
Kesimpulan
Pemeriksaan kasus-kasus persetubuhan yang merupakan tindakan pidana, hendaknya
dilakukan dengan teliti dan waspada. Pemeriksa harus yakin akan semua bukti-bukti yang
ditemukannya karena berbeda dengan di klinik ia tidak lagi mempunyai kesempatan untuk
melakukan pemeriksaan ulang guna memperoleh lebih banyak bukti. Pada umumnya
anamnesis merupakan suatu yang tidak dapat dilihat atau ditemukan oleh dokter sehingga
bukan merupakan pemeriksaan yang objektif sehingga seharusnya tidak dimasukkan dalam
Visum et Repertum. Anamnesis dibuat terpisah dan dilampirkan pada Visum et Repertum
dengan judul “Keterangan yang diperoleh dari korban”. Pada pemeriksaan dapat dilakukan
pemeriksaan pada pakaian, pada tubuh korban khususnya pada organ genitalia untuk mencari
bukti demi bukti. Selain itu untuk mendukung anamnesis dan pemeriksaan, dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium. Dalam setiap rangkaian
pemeriksaan ini penting halnya untuk mencari tanda-tanda kekerasan dan tanda-tanda
persetubuhan untuk ditulis dan dilaporkan dalam sebuah visum et repertum.

Daftar Pustaka
1. Aspek psikososial kejahatan susila. Diunduh dari:
http://www.scribd.com/doc/54031577/KASUS-3, 14 Desember 2019
2. Arif. B, Wibisana. W, Siswandi.S, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Cetakan ke-2.
Jakarta. 1997. h.3,147-58
3. Pemeriksaan Kedokteran Forensik Klinik. Diunduh tanggal: 14 Desember 2019  dari :
http://www.scribd.com/doc/17381449/Pemeriksaan-Kedokteran-Forensik-Klinik.
4. Anonym Issues in Human and Animal Bite Mark Analysis. 2009.Diunduh dari:
http://www.forensic.to/webhome/bitemarks/. 14 Desember 2019
5. Dampak Psikososial Korban Perkosaan. Diunduh dari
www.depkes.go.id/downloads/Psikososial.PDF. 14 Desember 2019
6. Kejahatan seksual. Diunduh dari https://lukasdoni.blogspot.com/2015/08/kejahatan-
seksual-pendahuluan-banyak.html . 14 Desember 2019

Anda mungkin juga menyukai

  • Okupasi
    Okupasi
    Dokumen4 halaman
    Okupasi
    angela christine virginia
    Belum ada peringkat
  • Pajanan Biologi
    Pajanan Biologi
    Dokumen6 halaman
    Pajanan Biologi
    angela christine virginia
    Belum ada peringkat
  • Okupasi
    Okupasi
    Dokumen4 halaman
    Okupasi
    angela christine virginia
    Belum ada peringkat
  • Makalah PBL 23
    Makalah PBL 23
    Dokumen16 halaman
    Makalah PBL 23
    angela christine virginia
    Belum ada peringkat
  • Makalah b28
    Makalah b28
    Dokumen10 halaman
    Makalah b28
    angela christine virginia
    Belum ada peringkat
  • Makalah App DR - Arief
    Makalah App DR - Arief
    Dokumen8 halaman
    Makalah App DR - Arief
    YohanaSidabalok
    Belum ada peringkat
  • Blok 30
    Blok 30
    Dokumen12 halaman
    Blok 30
    angela christine virginia
    Belum ada peringkat
  • Makalah 24
    Makalah 24
    Dokumen17 halaman
    Makalah 24
    angela christine virginia
    Belum ada peringkat
  • Imunisasi - Renoir - DR Afaf
    Imunisasi - Renoir - DR Afaf
    Dokumen30 halaman
    Imunisasi - Renoir - DR Afaf
    theresia
    Belum ada peringkat
  • PBL Blok26
    PBL Blok26
    Dokumen10 halaman
    PBL Blok26
    angela christine virginia
    Belum ada peringkat
  • Makalah App DR - Arief
    Makalah App DR - Arief
    Dokumen8 halaman
    Makalah App DR - Arief
    YohanaSidabalok
    Belum ada peringkat
  • A2 Sken1
    A2 Sken1
    Dokumen12 halaman
    A2 Sken1
    angela christine virginia
    Belum ada peringkat
  • Kelainan Enzim Glukosa
    Kelainan Enzim Glukosa
    Dokumen5 halaman
    Kelainan Enzim Glukosa
    angela christine virginia
    Belum ada peringkat
  • Referat Folikulitis
    Referat Folikulitis
    Dokumen6 halaman
    Referat Folikulitis
    angela christine virginia
    Belum ada peringkat
  • Referat Stomatitis Fix
    Referat Stomatitis Fix
    Dokumen9 halaman
    Referat Stomatitis Fix
    angela christine virginia
    Belum ada peringkat
  • Blok 5
    Blok 5
    Dokumen4 halaman
    Blok 5
    angela christine virginia
    Belum ada peringkat
  • Blok 5
    Blok 5
    Dokumen4 halaman
    Blok 5
    angela christine virginia
    Belum ada peringkat
  • Penyakit Tuberkulosis Paru-Skenario 2 Blok 18
    Penyakit Tuberkulosis Paru-Skenario 2 Blok 18
    Dokumen21 halaman
    Penyakit Tuberkulosis Paru-Skenario 2 Blok 18
    yayaya_
    Belum ada peringkat
  • Artropoda Penyebab Penyakit Scabies Pada Kulit
    Artropoda Penyebab Penyakit Scabies Pada Kulit
    Dokumen14 halaman
    Artropoda Penyebab Penyakit Scabies Pada Kulit
    Anjas Prabowo
    Belum ada peringkat
  • Graciela - Sken 5
    Graciela - Sken 5
    Dokumen9 halaman
    Graciela - Sken 5
    angela christine virginia
    Belum ada peringkat
  • Blok 5
    Blok 5
    Dokumen15 halaman
    Blok 5
    angela christine virginia
    Belum ada peringkat
  • Makalah Fatty Liver Edit
    Makalah Fatty Liver Edit
    Dokumen31 halaman
    Makalah Fatty Liver Edit
    RaTih Kusumawardani
    Belum ada peringkat
  • Makalah Blok 12 Skenario 1
    Makalah Blok 12 Skenario 1
    Dokumen10 halaman
    Makalah Blok 12 Skenario 1
    angela christine virginia
    Belum ada peringkat
  • Blok 4
    Blok 4
    Dokumen23 halaman
    Blok 4
    angela christine virginia
    Belum ada peringkat
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen31 halaman
    Makalah
    angela christine virginia
    Belum ada peringkat
  • B4 Sken H
    B4 Sken H
    Dokumen12 halaman
    B4 Sken H
    angela christine virginia
    Belum ada peringkat
  • Blok 4
    Blok 4
    Dokumen23 halaman
    Blok 4
    angela christine virginia
    Belum ada peringkat
  • Blok 4
    Blok 4
    Dokumen23 halaman
    Blok 4
    angela christine virginia
    Belum ada peringkat