Seorang pekerja operator mesin diesel usia 45 tahun (20 tahun bekerja di tempat yang sama)
mengeluh sakit kepala, migren, nyeri otot di leher dan tulang punggung, susah tidur (terutama
untuk masuk tidur) dan sakit maag sejak beberapa minggu terakhir
Pada pemeriksaan ditemukan: aritmia, TD 180/100
Angka absen: 1 tahun terakhir 48 hari kerja, sering melakukan kesalahan ditempat kerja,
sering kena marah atasan
Hubungan kerja sesama pekerja: buruk, shift work
Lingkungan kerja: bising suara mesin diesel, panas, getaran
Jawab:
1. Diagnosis :
Identitas : laki-laki 45 tahun
Pekerjaan : operator mesin diesel
Keluhan utama : sakit kepala, migran, nyeri otot dileher dan tulang punggung
Keluhan penyerta : susah tidur dan maag
Hasil PF : aritmia dan hipertensi
3. Cari referensi :
Keluhan sakit kepala dapat terbagi menjadi dua secara garis besar: sakit kepala primer
& sekunder. Sakit kepala primer dapat disebabkan oleh gangguan pada vaskularisasi
(migraine & cluster) dan oleh gangguan pada otot (tension-type headache), sementara
sakit kepala sekunder terjadi karena adanya inflamasi maupun cedera pada kepala-
leher. Bila etiologi sakit kepala yang dialami pasien berasal dari daerah leher, maka
keluhan sakit kepala tersebut dikenal dengan istilah cervicogenic headache (CGH).
CGH sendiri merupakan hasil dari konvergensi input sensorik dari beberapa lokasi:1
Otot leher atas
Diskus intervertebralis C2-3
Arteri karotis interna dan vertebralis
Jadi, bilamana pasien memiliki posisi bekerja yang tidak ergonomis yang
menyebabkan gangguan pada otot rangka di regio coli, maka dapat dipastikan bahwa
gangguan tersebut juga berdampak pada keluhan migraine yang dialami pasien.1
Pajanan bising suara mesin (phonophobia) yang dialami pasien juga dapat
menyebabkan serangan migraine, namun baru sedikit riset yang dilakukan pada
pasien dengan migraine yang memiliki sensitivitas terhadap stimulus sensorik yang
dapat mencetuskan sakit kepala.2 Dari hal ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa keluhan
migraine yang dialami pasien tidak dicetuskan oleh pajanan suara bising.
Pada pasien dengan sakit kepala kronik, insomnia menjadi gangguan tidur yang paling
sering dialami. Riset membuktikan bahwa separuh individual dengan migraine
mengalami gejala-gejala insomnia, 38% dilaporkan tidur di bawah 6 jam setiap
malam, dan 50% melaporkan bahwa gangguan tidur ini justru mencetuskan migraine
mereka lagi.3 Dari hal ini, dapat disimpulkan bahwa migraine dapat mencetuskan
terjadinya insomnia seperti yang mungkin diderita oleh pasien.
Sebuah studi menunjukkan bahwa stress secara psikis dan fisik juga memiliki peran
dalam mencetuskan terjadinya migraine. Karena beban kerja biasanya tinggi di
pertengahan minggu dan stres fisik menjadi tinggi pada akhir minggu sehingga
migrain sangat dilaporkan pada periode ini. Dilaporkan juga bahwa individu dengan
stress emosional, memiliki ratio tinggi menderita migraine.4
Hipertensi dan insomnia sangat umum dan sering hidup berdampingan. Ada bukti
yang menunjukkan bahwa peningkatan prevalensi hipertensi arteri dalam dekade
terakhir mungkin terkait baik dengan peningkatan prevalensi insomnia dan dengan
penurunan durasi tidur. Sebuah analisis menunjukkan bahwa kurang tidur, durasi tidur
pendek, dan insomnia persisten dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah dan
peningkatan risiko hipertensi, bahkan setelah mengendalikan faktor risiko lainnya.5
Dari pembahasan yang telah ditulis, dapat disimpulkan bahwa pada awalnya pasien
mengalami gangguan muskuloskeletal dari pajanan ergonomis yang berakibat pada
myalgia otot leher dan arthralgia vertebra yang kronik (sudah 20 tahun). Hal tersebut
kemudian memicu terjadinya sakit kepala dan migraine yang dicetuskan oleh
gangguan pada stuktur leher. Di lain sisi, pasien juga sering mendapat stress
emosional dari atasannya yang sama-sama berkontribusi dalam terjadinya migraine.
Migraine tersebut kemudian mengganggu tidur pasien sehingga pasien menderita
insomnia onset (kesulitan untuk masuk ke dalam tidur). Insomnia tersebut kemudian
mengganggu metabolisme tubuh pasien dan berakibat dalam tekanan darah yang
meninggi (hipertensi).
Daftar pustaka
a. Page P. Cervicogenic headaches: An evidence-led approach to clinical
management. Int J Sports Phys Ther. 2011;6(3):h.254–266
b. Wober C, Wober-Bingol C. Triggers of migraine and tension-type headache.
In: Handbook of clinical neurology. 3rd ed. Austria: Saunders Elsevier
2011;h.168
c. Fernandez C, Munoz JJ, Palacios M, Paras P, Cigaran M, Navarro E. Sleep
disturbances in tension-type headache and migraine. Ther Adv Neurol Disord.
2018;11:h.4
d. Noushad S, Ahmed S. Role of stress in progression of migraine.International
Journal of Endorsing Health Science Research 2014;2(2):h.70
e. Palagini L, Bruno RM, Gemignani A, Baglioni C, Ghiadoni L, et al. Sleep loss
and hypertension: A systematic review. Curr Pharm Des 2013;19(13):h.2409-
19