Anda di halaman 1dari 110

MODUL

KALKULUS
PROGRAM STUDI STATISTIKA

PROGRAM DIPLOMA III


TAHUN 2016

Oleh:
Neli Agustina, S.Si, M.Si
Lia Yuliana, S.Si, M.T

SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK


Jl Otto Iskandardinata No 64 C Jakarta 13330
Telp. (021) 8508812, 8197577 Fax. (021) 8197577
MODUL MATA KULIAH

KALKULUS

PENYUSUN:
NELI AGUSTINA, S.Si., M.Si.
LIA YULIANA, S.Si., MT.

SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK


PROGRAM DIPLOMA D3
TAHUN 2016
MODUL
KALKULUS
Program Studi Statistika Program Diploma III

Oleh:
Neli Agustina, S.Si, M.Si
Lia Yuliana, S.Si, M.T

Hak Cipta 2016 pada penulis.

Edisi Pertama,
Cetakan Pertama , 2016;

Penerbit:
Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS)
Jl. Otto Iskandardinata No. 64C
Jakarta Timur 13330
Telpon. (021) 8508812, 8191437,
Fax (021) 8197577
Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi
bahan ajar ini dalam bentuk apa pun, baik secara elektronik maupun mekanik, termasuk
mempotokopi, merekap, atau menggunakan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis
dari Penerbit

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA


1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumukan atau
memperbanyak suatu ciptaan atau member izin untuk itu, dipidana
dengan penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau denda paling
banyak Rp. 5.000.000.0000,00 (lima miliar rupiah)
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan
atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil
pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Penulis mengucapkan syukur alhamdulillah dan segala puji kehadirat


Allah SWT, atas terselesaikannya modul ajar ini. Modul ini semata-mata dengan
tujuan untuk membantu mahasiswa diploma III Sekolah Tinggi Ilmu Statistik
untuk memahami mata kuliah Kalkulus , namun demikian tidak tertutup
kemungkinan bahwa para mahasiswa dengan jenjang yang lebih tinggi dapat
menggunakan buku ini.
Dalam sebagian besar mata kuliah tidak terlepas keterkaitannya dengan
materi matematika (kalkulus). Sehingga kemampuan dasar matematika sangat
diperlukan dalam mempelajari bidang eksakta. Kemampuan dasar matematika
pada tahap awal dapat dipelajari dalam pengantar matematika, yang dilanjutkan
dengan materi kalkulus. Modul ini terdiri sembilan Bab di mana masing-masing
bab dilengkapi dengan contoh-contoh yang bisa memudahkan mahasiswa
menyerap materi yang terdapat di buku dan mengaplikasikannya.
Penulis sangat menyadari bahwa buku ini masih banyak kekurangan
sehingga besar harapan kami adanya kritik dan saran dalam perbaikan isi materi
buku ini selanjutnya.

Tim Penulis
DAFTAR ISI

Prakata
Daftar Isi
1. Integral Tak Wajar
 Integral tak wajar dengan Batas-Batas Integral Tak Terhingga 1
 Integral tak wajar dengan Integran Tak Terhingga 4
 Latihan 8
2. Fungsi Gamma dan Fungsi Beta
 Fungsi Gamma 10
 Fungsi Beta 15
 Latihan 18
3. Barisan dan Deret tak hingga
 Barisan tak hingga 19
 Deret tak hingga 27
 Deret harmonic 28
 Deret geometric 29
 Latihan 30
4. Uji Kekonvergenan Deret Tak Hingga
 Uji divergen 32
 Uji integral 35
 Uji deret-P 36
 Uji banding 37
 Uji rasio 38
 Uji akar 40
 Uji banding limit 41
 Uji deret ganti tanda 42
 Uji konvergen mutlak dan konvergen bersyarat 44
 Latihan 47
5. Fungsi dua variabel
 Pengertian fungsi peubah banyak 49
 Grafik fungsi dua peubah 52
 Limit fungsi dua peubah 56
 Kekontinuan fungsi dua peubah 58
 Latihan 60
6. Turunan Parsial
 Definisi Turunan parsial 62
 Turunan parsial orde tinggi 65
 Turunan dengan aturan rantai 66
 Turunan fungsi implisit 71
 Latihan 73
7. Aplikasi Turunan Parsial
 Maksimum Minimum untuk fungsi dua variabel dengan uji 76
turunan pertama
 Maksimum Minimum untuk fungsi dua variabel dengan uji
turunan kedua 77
 Latihan 80
8. Integral fungsi dua variable ( Integral Lipat Dua)
 Pengertian integral lipat dua 82
 Integral lipat dua atas daerah persegi panjang 84
 Integral lipat dua atas daerah bukan persegi panjang 87
 Latihan 91
9. Aplikai Integral fungsi dua variable ( Integral Lipat Dua)
 Integral lipat dua untuk menentukan luas daerah 94
 Integral lipat dua untuk menentukan volume benda 96
 Latihan 99

Daftar Pustaka 100


INTEGRAL TAK WAJAR

Tujuan Pembelajaran :

Mahasiswa mampu memahami dan menyelesaikan permasalahan integral tak

wajar

Materi / Substansi belajar :


 Definisi integral tak wajar
 Integral tak wajar pada batas integral
 Integral tak wajar pada fungsi integran

Evaluasi :
dilakukan dengan melakukan penilaian dari keaktifan mahasiswa dalam diskusi di
kelas, pengerjaan tugas dan latihan

Integral Tak Wajar


b
Bentuk  f ( x)dx
a
disebut integral tak wajar jika:

a. Paling sedikit satu batas integrasinya tak hingga, yaitu:


[𝑎, +∞), (−∞, 𝑏], (−∞, +∞); atau
b. Integran 𝑓(𝑥) mempunyai titik diskontinu tak hingga di suatu titik c pada
selang [𝑎, 𝑏], yaitu lim f ( x)   .
x c

Integral Tak Wajar dengan Batas-Batas Integral Tak Terhingga


1. Satu batas integral tak terhingga
Definisi:
b b

 f  x dx  lim  f x dx


a  
 
 b

 f x dx  lim  f x dx


a
b
a

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 1


 Jika limitnya bernilai terhingga maka integral tak wajar dikatakan
konvergen memiliki nilai yang terhingga tersebut.
 Jika limitnya bernilai tak hingga atau limitnya tidak ada (tidak memiliki
nilai) maka integral tak wajar dikatakan divergen.

Contoh Selesaikan integral di bawah ini:



1
1. x
1
2
dx.


1
2. 
1 x
dx.

Jawab
1.
 b
1 1
1 x 2 dx  blim 
 x 2
1
dx

b
 lim  x  2 dx
b 
1
1

 lim  x  
1 b 1
 lim  
b  1
 b
b  x

 1
 lim 1  
b 
 b
 1 0  1

2.
 1 1
1 

1 x
dx   x dx
0
2

1 1

 2x 2

0
1
2 x
0

2 12

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 2


2. Kedua batas integral tak terhingga
Definisi:

 f x dx kedua-duanya konvergen maka


0 
Apabila  f  x dx dan  f x dx
 0 

 0 
dikatakan konvergen dengan nilai

 f x dx   f x dx   f x dx . Dalam hal lain,
 0


apabila salah satu atau keduanya divergen maka  f x dx dikatakan divergen.


Contoh Selesaikan integral-integral di bawah ini:


 xe
x
1. dx
0

1

 xe
 x2
2. dx



3.  sin xdx
0

Jawab
 b

 xe dx  lim  xe dx
x x
1.
b 
0 0

   
b
 lim   e  x dx
x b
 lim  xe
b  0 b 
0

 b 
 lim   b  0   lim e  x   b

b 
 e  b  0

 1 
 0  lim  b  1  1

b  e

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 3


1 1

 xe dx  lim  xe
x 2
 x2
2. dx
a  
 a

 1 1  x 2 
 lim    e  2 x dx 
a  
 2a 
1
 1 2
 lim   e  x 
a  
 2 a
 1 1  1
 lim    a2    .
a  
 2e 2e  2e

 b
3.  sin xdx  lim  sin xdx
0
b 
0

 lim  cos x 0
b
b 

 lim cos x b
0
b 

 lim cos 0  cos b  1  lim cos b


b  b

lim cos b tidak ada sehingga  sin xdx divergen.


b 
0

Integral Tak Wajar dengan Integran Tak Terhingga


Integral tak wajar dengan fungsi integrannya yang tak hingga dapat dibedakan
menjadi:
1. Integran yang tak terhingga pada titik ujung suatu selang
Integran adalah fungsi di dalam integral. Misalkan 𝑓(𝑥) kontinu dan
nonnegatif pada [𝑎, 𝑏) tetapi lim f x    , maka
x b 

b t

 f x dx  lim  f x dx


a
t b 
a

b
 Jika limitnya bernilai terhingga maka  f x dx dikatakan konvergen.
a

 Jika limitnya bernilai tak hingga atau limitnya tidak ada (tidak
memiliki nilai) maka integral tersebut dikatakan divergen.

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 4


Hal yang serupa, misalkan f(x) kontinu dan nonnegatif pada (a, b] tetapi
b b
lim f  x    , maka  f  x dx  lim  f x dx .
xa t a
a t

b
 Jika limitnya bernilai terhingga maka  f x dx dikatakan konvergen.
a

 Jika limitnya bernilai tak hingga atau limitnya tidak ada (tidak
memiliki nilai) maka integral tersebut dikatakan divergen.

2. Integran yang tak terhingga pada sebuah titik dalam pada selang.
Misalkan f(x) kontinu pada [a, b] kecuali di titik c∈[a, b] dan misalkan
b c b
lim f  x    , maka  f  x dx   f  x dx   f x dx .
x c
a a c

b
 Apabila kedua integral pada ruas kanan konvergen maka  f x dx
a

konvergen.
b
 Apabila tidak maka  f x dx divergen.
a

Contoh
Selesaikan integral di bawah ini:
1
dx
1. 
0 1 x
2
dx
2. 1 x
1
4
dx
3.  (x  2)
1
2/3

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 5


Jawab
1. Integral ini merupakan integral tak wajar karena fungsi integran menuju
  pada saat x menuju batas atas limit 1 dari kiri.

2. Integral ini merupakan integral tak wajar karena fungsi integran menuju
  pada saat x menuju batas bawah limit 1 dari kanan.

Karena nilai limit menuju   (divergen), maka integral dikatakan


divergen

3. Integral ini merupakan integral tak wajar karena fungsi integran menuju
  pada saat x = 2 yang merupakan titik dalam interval (1,4).
Berdasarkan definisi di atas,

Sehingga kita harus menguji kekonvergenan dari kedua integral tak wajar
di ruas kanan, jika keduanya konvergen maka integral di sebelah ruas kiri

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 6


juga konvergen.

Karena kedua integral tak wajar konvergen, sehingga


4
dx
 ( x  2)
1
2/3
 3  33 2 .

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 7


LATIHAN
Selesaikanlah integral-integral di bawah ini:

1
1. x
1
3
dx

0
1
2. 
 1 x
dx


1
3. x
1
43
dx

e
2 x
4. dx
0


1
5. 
0
3
x 1
dx


cos x
6.  1  sin
0
2
x
dx

 xe
 x2
7. dx


 cos
2
8. xdx


9. Selidiki integral-integral tak wajar berikut:


1
1
a. 
0 x
dx

2
1
b.  x  2
1
2
dx

2
1
c.  dx
2 x  13
2
0

10. Apakah integral-integral berikut konvergen atau divergen? Jika konvergen


tentukan nilainya.

1
a.  x  1
2
2
dx

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 8



1
b. b.  x  1 dx
2

11. Tentukan luas daerah yang terletak di bawah grafik y  e x , di atas sumbu
x dan di sebelah kiri garis x = 1.

12. Selesaikanlah:
2
1
a.  1  x dx
1


dx
b. x
0
2
9

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 9


FUNGSI GAMMA DAN BETA

Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa mampu memahami dan menyelesaikan permasalahan integral dengan
menggunakan fungsi gamma dan fungasi Beta

Materi / Substansi belajar :


 Definisi fungsi Gamma dan fungsi Beta
 Penyelesaian integral dengan fungsi Gamma
 Penyelesaian integral dengan fungsi Beta
 Penyelesaian integral trigonometri dengan fungsi Beta

Evaluasi :
dilakukan dengan melakukan penilaian dari keaktifan mahasiswa dalam diskusi di
kelas, pengerjaan tugas dan latihan

FUNGSI GAMMA

Fungsi gamma didefinisikan sebagai



n    x n1e  x dx  lim  x n1e  x dx
b

0 b 0

yang konvergen untuk x > 0. Rumus berulang untuk fungsi gamma adalah
n  1  nn  untuk n > 0.
Bukti:

n  1   x n e  x dx  lim  x n e  x dx .
b
Gunakan teknik integral parsial:
0 b 0

 udv  uv   vdu
u  x n  du  nx n1
Misalkan:
dv  e  x dx  v  e  x

b  
 
n  1  lim  x n  e  x     e nx dx 
b

0
b

0
x n 1

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 10


 lim   x n e  x  n  x n1e  x dx 
b b

b   0 0 

b
 
 lim  b n e b  lim  n  x n1e  x dx 
b  
b

0 

 0  n lim  x n1e  x dx  n  x n1e  x dx
b
 nn .
b 0 0

Grafik fungsi gamma

Tabel nilai fungsi gamma

n (n)
1,00 1,0000
1,10 0,9514
1,20 0,9182
1,30 0,8975
1,40 0,8873
1,50 0,8862
1,60 0,8935
1,70 0,9086
1,80 0,9314
1,90 0,9618
2,00 1,0000

Contoh Tunjukkan bahwa 1  1 .


Jawab

1   x11e  x dx  lim  e  x dx
b

0 b 0

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 11


 lim   e  x 
b

b  0

 1 1
 lim  b  0 

b  e e 
1 1  1
 lim   b   1  lim b  1  0  1.

b  1 e  b  e

FUNGSI FAKTORIAL
n
Fungsi faktorial didefinisikan sebagai n!   k , n  1 , n bilangan asli. Atau
k 1

nn  1! , n  1 
n!  
 1 , n  0.
Atau n!  
0
x n e  x dx .

nn
Rumus Stirling untuk fungsi faktorial n!  2n n .
e

Contoh Buktikan bahwa


1. 0!  1.
2. 1!  1.
Untuk n = 1, 2, 3, ….
2   1  1  11  1!
3  2  1  22   2  1!  2!
4   3  1  33  3  2!  3!

dst .
Secara umum 3  2  1  22  2 1! 2!

1
Buktikan    
2
Bukti:

1
1
 1
    t 2 e t dt
2 0
Misalkan:

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 12


t  y 2  dt  2 ydy
t 0 y 0
t    y  

1  1 1  1
   2 e  y ydy atau    2 e  x xdx .
2 2

2 0 y
2 0 x

2
  1 
      2  e  x dx  2  e  y dy 
 2  2

  2   0  0 
 
 4  e  x e  y dxdy
2 2

0 0

e x  y dxdy
 
 4 
2 2

0 0

Dengan mengubah bentuk di atas dalam koordinat kutub diperoleh;


y
r 2  x 2  y 2 dan tan  
x
2

Misalkan,   1    4  e  r rdrd


  2

  2  0 0


b
 4 lim  e  r rddr
2
2
b 0 0
b
   e r 
2
b
 dr  2 lim 
r 2
 4 lim re 
2 b  0 b 
 2  0

  lim e 0  e b
b 
2

  lim 1  0   .
b 

1
Jadi,     .
2

Untuk n yang bukan bilangan bulat nonnegatif:


 Fungsi gamma untuk n > 0 namun bukan bilangan bulat, memenuhi:
n  1  nn .

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 13


5 3 2
Contoh       
2 2 2
3 3 3 1 2
      
2 2 2 2 2
3 1 1
   
2 2 2
3 1 3
     .
2 2 4
 Fungsi gamma untuk n < 0, memenuhi:
 n  1
 n   .
n

Contoh
 1 
    1
 1 1
    
2 
 2   2  .
 2 
1 2
2

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 14


Formula-formula terkait Fungsi Gamma:


 (n  1)  2 n nn e n e 12( n 1)
,0    1

  ( x ) (1  x )  ,0  x 1
sin x
 1
 22 x 1 ( x)  x       2 x 
 2
 1  2   m 1 
 2     mx 
1  mx m 1 2
 ( x)   x     x   ...   x  m
2

 m  m  m 
1 
 x  
  xe x  1   e x / m  , konstanta  adalah konstanta Euler
( x) m 1  m 
1.2.3...k
   x  1  lim .k x  lim   x, k 
k   x  1 x  2  ...  x  k  k 

Dimana   x, k  dinamakan Fungsi Gauss  .

 1 1 139 
   x  1  2 x x x e x 1     ...
 12 x 288 x 51840 x 
2 3

 Ini dinamakan Deret Asimtot Stirling untuk Fungsi Gamma.


 ' 1   e x ln xdx  

0

 ' x 1 1   1 1  1 1 
           ...      ...
  x  1 x   2 x 1   n x  n 1 

FUNGSI BETA

Fungsi beta didefinisikan sebagai


1
Bm, n    x m1 1  x  dx
n 1

Integral di atas konvergen untuk m, n > 0.


Misalkan: x  sin 2   1  x  cos 2 
dx  2 sin  cos d
x  0   0

x 1 
2

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 15


Maka,

2
Bm, n    sin 2 m2   cos 2 n2   2 sin  cos  d
0

2
 2  sin 2 m1   cos 2 n1  d
0

m n 
Hubungan fungsi beta dan fungsi gamma dinyatakan dalam Bm, n   .
m  n 

Contoh Buktikan bahwa Bm, n   Bn, m .


Bukti:
Misalkan: x  1  y  dx  dy
x  0  y 1
x 1 y  0
0 1

Sehingga, Bm, n    1  y  y n 1  1dy   y n 1 1  y  dy  Bn, m .


m 1 m 1

1 0

m n 
Tunjukkan bahwa Bm, n   .
m  n 
Contoh

Jawab:
Misalkan: z  x 2  dz  2 xdx x, dimana z  0  x  0, z    x   ,

m    z m1e  z dz
0

  x 2 m2 e  x 2 xdx
2

0

 2  x 2 m1e  x dx
2

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 16



Dengan cara pemisalan yang sama , yaitu z  y 2 , diperoleh n   2 y 2 n1e  y dy
2

 
 

m n    2  x 2 m1e  x dx  2  y 2 n1e  y dy 
2 2

 0  0 

 4   x 2 m1 y 2 n1e  x e  y dxdy
2 2
.
0 0

 4   x 2 m1 y 2 n1e x  y2 dxdy
2

0 0

Misalkan, x  r cos  , y  r sin  .



2 
m n   4   r cos   r sin  2 n 1 e  r
2 m 1
rdrd
2

0 0

2 
 4   r 2 m 1 r 2 n 1 r cos 2 m 1  sin 2 n 1   e  r drd
2

0 0

2 
   2r 2 m  n 1 e  r  2 cos 2 m 1  sin 2 n 1 drd
2

0 0

  2 m  n 1  r 2 
 
2
  2 cos 2 m 1
 sin 2 n 1
   2r e dr d
0 0 

 
2
   2r 2 m  n 1 e  r dr   2 cos 2 m 1  sin 2 n 1  d
2

0 0
 2 
 
 m  n   2 cos 2 m 1
 sin 2 n 1
 d   m  n   Bm, n 
0 
 

m n 
 Bm, n   .
m  n 

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 17


LATIHAN
1. Hitunglah:
5
 
a)  2 
1
 
2
32,5
5,5
b) b.

 5
c) c.   
 2

2. Selesaikan integral-integral di bawah ini:



dx
  ln x
a) 0

 xe  x dx
3
b)
0

3
4 z 2
c) dz
0

(1) n n !
1

 x (ln x) dx 
m n
3. Buktikan bahwa , di mana n adalah bilangan
0 (m  1) n 1
bulat positif dan m > – 1.

4. Selesaikan soal integral di bawah ini


1

 x 1  x  dx
4 3
a.
0

2
x2
b. 
0 2 x
dx


2

 sin  cos 2  d
3
c.
0


2

 sin  d
8
d.
0

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 18


BARISAN DAN DERET TAK HINGGA

Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dan menyelesaikan masalah
kekonvergenan dari barisan dan deret tak hingga

Materi / Substansi belajar :


 Barisan tak hingga
 Deret tak hingga
 Kekonvergenan barisan dan deret tak hingga
 Deret harmonik
 Deret geometrik

Evaluasi :
dilakukan dengan melakukan penilaian dari keaktifan mahasiswa dalam diskusi di
kelas, pengerjaan tugas dan latihan

BARISAN TAK HINGGA

Definisi Barisan
Barisan merupakan suatu susunan bilangan yang dibentuk menurut suatu
urutan tertentu. Masing-masing bilangan pada suatu barisan disebut dengan suku
barisan. Suku pertama dilambangkan dengan a1 , suku kedua dengan a 2 dan
seterusnya. Secara umum penulisan barisan yang jumlah sukunya terbatas (finite)
misalkan n adalah sebagai berikut :
a1 , a 2 , a3 , a 4 , ... , a n

Perubahan di antara suku-suku berurutan ditentukan oleh penambahan


bilangan tertentu atau suatu kelipatan bilangan tertentu. Jika barisan yang suku
berurutannya mempunyai tambahan bilangan yang tetap, maka barisan ini disebut
barisan aritmetika. Sementara jika barisan yang suku berurutannya mempunyai
kelipatan bilangan tetap, maka barisan tersebut disebut barisan geometri.
Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 19
Contoh Barisan Aritmatika
a. 2, 5, 8, 11, 14, ................ ditambah 3 dari suku di depannya
b. 100, 95, 90, 85, 80, ........ dikurangi 5 dari suku di depannya

Contoh Barisan Geometri


a. 2, 4, 8, 16, 32, 64, 128, .......... dikalikan 2 dari suku di depannya
b. 80, 40, 20, 10, 5, 2½, ............ dikalikan ½ dari suku di depannya

Definisi Barisan Tak Hingga


Barisan tak hingga (infinite sequence) adalah suatu fungsi dengan domain
bilangan bulat positif, yakni yang dinotasikan dengan an n1  a1 , a2 , a3 ,... , dan an

merupakan suku ke-n dari barisan.

Contoh
Tentukan suku-suku dari barisan berikut:

1.  n 
 
 n  1n 1

 n 
2. (1) n 1 
 n  1 n 1

Jawab:

1.  n  1 2 3 4 5
   , , , , ,
 n  1 n 1 2 3 4 5 6

2.  n 1 n  1 2 3 4 5
(1)   ,  , , , , 
 n  1 n 1 2 3 4 5 6

LIMIT BARISAN TAK HINGGA

Barisan tak hingga an n1 dikatakan barisan yang konvergen jika
lim an  L , sedangkan jika limitnya tidak ada, maka barisan tak hingga dikatakan
n 
barisan divergen.

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 20


Definisi
Barisan an n1 disebut konvergen ke L, ditulis lim an  L bila

untuk setiap
n 

ε>0 terdapat bilangan cacah nΝ, sehingga n  N  an  L .


Barisan yang tidak konvergen disebut divergen.

Contoh
Tentukan kekonvergenan dari barisan berikut:

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 21


Sifat-sifat Limit Barisan Tak Hingga
Andaikan barisan tak hingga a n  dan bn  konvergen ke limit L1 dan L2,
dan c adalah suatu konstanta. Maka,
a. Lim c  c
n 

b. Lim can  c Lim a n  c L1


n  n 

c. Lim a n  bn   Lim a n   Lim bn   L1  L2


n  n  n 

d. Lim a n  bn   Lim a n   Lim bn   L1  L2


n  n  n 

e. Lim a n .bn   Lim a n . Lim bn   L1 .L2


n  n  n 

a n . Lim a n . L1
f. Lim  n   , L2  0
n  b  Lim bn  L2
n
n 
n 

Teorema
Suatu barisan tak hingga dikatakan konvergen ke suatu limit L, jika barisan dari
suku-suku ganjil dan barisan dari suku-suku genap konvergen ke nilai yang sama,
yaitu L.

Contoh
Tentukan kekonvergenan dari barisan tak hingga 1 1 1 1 1 1
, , , , , ...
2 3 2 2 32 23 33

Jawab:
1 1 1
Barisan suku-suku ganjil : , 2 , 3 ,... , dimana Lim 1  0
2 2 2 n  2 n

1
Barisan suku-suku genap : 1 , 1 , 1 ... , dimana Lim n  0
n 3
3 3 2 33
Karena limit dari suku ganjil = limit suku genap, maka barisan tersebut dikatakan
konvergen ke 0.

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 22


KEMONOTONAN BARISAN

Definisi
Barisan tak hingga an n1 dikatakan:

Naik jika a1  a 2  a3    a n  
Tidak turun jika a1  a 2  a3    a n  
Turun jika a1  a 2  a3    a n  
Tidak naik jika a1  a 2  a3    a n  

Contoh
1 2 3 4 n
, , , , , , barisan naik
2 3 4 5 n 1
1 1 1 1
1, , , ,, , barisan turun
2 3 4 n
1, 1, 2, 2, 3, 3,  barisan tidak turun
1 1 1 1
1, 1, , , , , barisan tidak naik
2 2 3 3

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 23


Uji Kemonotonan Barisan

Kemonotonan barisan tak hingga dapat diuji dengan menggunakan


beberapa metode sebagai berikut
a. Berdasarkan selisih dua suku, Kemonotonan barisan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
a n 1  a n  0 naik
a n 1  a n  0 turun
a n 1  a n  0 tidak turun
a n 1  a n  0 tidak naik

c. Uji rasio, barisan dengan suku-suku positif dapat diuji kemonotonannya dengan
uji rasio dari dua sukunya, sehingga kemonotonan barisan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:

a n 1
 1 naik
an
a n 1
 1 turun
an
a n 1
 1 tidak turun
an
a n 1
 1 tidak naik
an

c. Jika f (n)  a n barisan suku ke n, dan jika f dapat diturunkan untuk x  1 ,


maka:
f ' ( x)  0 naik
f ' ( x)  0 turun
f ' ( x)  0 tidak turun
f ' ( x)  0 tidak naik

Contoh
Tunjukan barisan 1 2 3 4 n adalah suatu barisan yang monoton naik
, , , ,..., ,...
2 3 4 5 n 1

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 24


Jawab:
a. Uji kemonotonan dengan selisih dua suku

n n 1
an  ; a n 1 
n 1 n2
n 1 n
a n 1  a n  
n  2 n 1
n 2  2n  1  n 2  2n

n  1n  2
1
  0 (barisan monoton naik )
n  1n  2

b. Uji kemonotonan dengan uji rasio dua suku

n n 1
an  ; a n 1 
n 1 n2
a n 1 n 1 n 1
 .
an n2 n
n 2  2n  1
  1 (barisan monoton naik )
n 2  2n

c. Uji kemonotonan dengan uji turunan


x
f ( x) 
x 1
f ' ( x) 
x  1(1)  x(1)  1  0 (barisan monoton naik )
( x  1) 2 x  12

Contoh

10 n 
Tunjukan bahwa barisan tak hingga   merupakan barisan monoton turun.
 n!  n 1

Jawab
10 n 10 n 1
an  ; a n 1 
n! (n  1)!

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 25


a n 1
 1 untuk semua n ≥ 10, sehingga barisan tak hingga monoton turun untuk n
an
≥ 10.Seperti dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Konvergensi Barisan Monoton


Teorema
Jika a1  a2  a3  ...  an  ... merupakan suatu barisan yang tidak turun, maka
ada dua kemungkinan;
1. Ada suatu konstan M, disebut batas atas barisan, sehingga berlaku an  M
untuk semua n, sehingga barisan konvergen ke suatu limit L yang memenuhi L  M
2. Tidak ada batas atas, sehingga lim a n  
n  

Teorema
Jika a1  a2  a3  ...  an  ... merupakan suatu barisan yang tidak naik, maka ada
dua kemungkinan;
1. Ada suatu konstan M, disebut batas bawah barisan, sehingga berlaku an  M
untuk semua n, sehingga barisan konvergen ke suatu limit L yang memenuhi L  M
2. Tidak ada batas atas, sehingga lim a n  
n  

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 26


DERET TAK HINGGA

Definisi
Deret tak hingga didefinisikan dengan notasi sigma sebagai berikut:

u
k 1
k  u1  u 2  u 3  ...  u k  ...

Bilangan u1 , u 2 , u 3 , ... , u k , ... adalah suku-suku dari deret .

Jumlah Deret Tak Hingga


Definisi
Misal {Sn} adalah suatu barisan jumlah parsial dari deret tak hingga
u1  u 2  u 3  ...  u k  ... . Jika barisan {Sn} konvergen ke S, maka deret
dikatakan konvergen, dan S merupakan jumlah dari deret. Dan dinotasikan:

S   uk
k 1

Jika barisan jumlah parsial divergen, maka deret dikatakan divergen. Suatu deret
divergen tidak mempunyai jumlah.
Misalkan Sn menyatakan jumlah n suku pertama dari deret tak hingga ,
n
dimana S n   u n . Maka,
n 1
S1  u1
S 2  u1  u 2
S 3  u1  u 2  u 3

n
S n  u1  u 2    u n   u k
k 1

Contoh
Tunjukan kekonvergenan deret 1-1+1-1+1-1....Jika deret konvergen tentukan
jumlahnya.
Jawab:
Jumlah parsial dari deret tersebut adalah

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 27


S1  1
S2  1 1
S3  1  1  1
S4  1 1  1 1…

Sehingga membentuk barisan jumlah parsial: 1, 0, 1, 0, 1, 0, ….

Barisan ini merupakan barisan yang divergen (barisan suku genap dan barisn suku
ganjil konvergen ke nilai yang berbeda). Karena barisan jumlah parsial divergen,
deret juga divergen sehingga deret tidak mempunyai jumlah.

DERET HARMONIK

Bentuk umum deret harmonik:



1 1 1 1
 k  1 2  3  k 
k 1

Pandang jumlah parsial n suku pertama dari deret harmonik:


1 1 1 1 1 1 1 1
Sn  1            
2 3 4 5 6 7 8 n
1 1 1 1 1 1 1 1
 1           
2  4 4 8 8 8 8 n
1 1 1 1
 1   
2 2 2 n

1 1 1 1 Sn  
Untuk n maka 1         . Sehingga lim
n 
2 2 2 n

1 divergen .
Oleh karena itu, deret harmonis k
k 1

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 28


DERET GEOMETRI

Teorema
Suatu deret geometri a  ar  ar 2  ...  ar k 1  ... (a  0)
konvergen jika r  1 dan divergen jika r  1. Jika deret konvergen, maka
jumlahnya adalah
a
 a  ar  ar 2  ...  ar k 1  ... ( a  0)
1 r

Contoh
Tentukan kekonvergenan deret 5  5  5  ...  5 ... .Jika konvergen tentukan
4 42 4 k 1
jumlahnya.

Jawab:
Diketahui deret 5  5  52  ...  5k 1 ... , yang merupakan deret geometri dengan
4 4 4
dimana a = 5; r = ¼ < 1 sehingga deret konvergen. Dan jumlahnya
a 5 20
 
1 r 1 4
1
3 .

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 29


LATIHAN

1. Uraikan barisan tak hingga berikut:



1 
a.  
 n  n 1

b.  1 n 1
n  2n1


 2n 
c.  n 
1  2  n 1

d. ne n 
n 1

2. Tentukan kemonotonan barisan berikut:



1 
a.  
 n  n 1

 n 
b.  
 2n  1 n 1
c. ne n n 1


nn 
d.  
 n !  n 1

 2n 
e.  n 
1  2  n 1

3. Selidiki kekonvergenan barisan:



 n 1
a.  
 n  2  n 1

 n 
b.  n 
 4  n 1

 n  3  n 
c.   
 n  1   n 1

 ( 1) n 1 
d.  2 
 n  n 1

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 30



 2  n 
e. 1   
 n   n 1

4. Nyatakan bilangan desimal berulang 0,784784784... sebagai bilangan rasional.



1 1 1 1
5. Tentukan  k (k  1)  1 2  2  3  3  4  ...
k 1
konvergen/divergen. Jika
konvergen tentukan jumlahnya.

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 31


UJI KONVERGENAN DERET TAK HINGGA

Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa mampu menyelesaikan masalah kekonvergenan deret tak hingga, serta
deret ganti tanda

Materi / Substansi belajar :


Teknik menguji kekonvergenan deret;
 Uji divergen
 Uji deret-P
 Uji integral
 Uji banding
 Uji rasio
 Uji akar
 Uji banding limit
 Uji deret ganti tanda
 Uji konvergen mutlak dan konvergen bersyarat

Evaluasi :
dilakukan dengan melakukan penilaian dari keaktifan mahasiswa dalam diskusi di
kelas, pengerjaan tugas dan latihan

1. Uji Divergen

Teorema 1.
(a) Jika lim u k  0 , maka deret  u divergen.
k  k
(b) Jika lim u k  0 , maka deret  u mungkin konvergen atau divergen.
k   k

Teorema 2.
Jika deret  u konvergen, maka lim uk  0 .
k k 

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 32


Contoh:

k 1 2 3 k
Deret  k  1  2  3  4    k  1   merupakan deret yang divergen karena
k 1

k 1
lim  lim 1 0.
k   k  1 k   1  1 / k

Teorema 3. (Sifat-siaft aljabar dari deret tak hingga)


(a) Jika  u dan  v adalah deret-deret yang konvergen, maka  (u  v )
k k k k
dan  (u  v ) adalah deret-deret konvergen dan jumlah deret sebagai
k k
berikut:


k 1 k



 u  v  u  v
k k 1 k k 1 k



k 1 k
 
 u  v  u  v
k k 1 k k 1 k

(b) Jika c konstanta bukan nol, maka deret  u dan  cu keduanya konvergen
k k
atau keduanya divergen.
 

 cuk  c uk
k 1 k 1

(c) Kekonvergenan atau kedivergenan tidak dipengaruhi oleh penghapusan


sejumlah suku-suku dari deret, misalnya untuk bilangan positif K, deret-deret

u
k 1
k  u1  u 2  u3  ...

u
k K
k  u K  u K 1  u K 2  ...

keduanya konvergen atau keduanya divergen.


 3 2 
Contoh: Carilah jumlah deret   4
k 1
k
 
5 k 1 

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 33


Penyelesaian

3 3 3 3
Deret 4
k 1
k
  2  3   adalah deret geometeri yang konvergen, dengan
4 4 4

3 1 2 2 2 2
a  , r  . Dan deret
4 4
5
k 1
k 1
 2     adalah deret geometri yang
5 5 2 53

1  3 2 
konvergen juga dengan a  2, r 
5
. Maka deret   4
k 1
k
  juga konvergen
5 k 1 
dan jumlah deret adalah

 3 2   3 
2
  4
k 1
k
 k 1  
5  k 1 4
 k
 
k 1 5
k 1

3
2 3
 4  
1 1 2
1 1
4 5
Contoh:
Tentukan apakah deret sebagai berikut konvergen atau divergen

5 5 5 5
(a)  k  5  2  3  k 
k 1


1 1 1 1
(b)  k  10  11  12  
k 10

Penyelesaian:
 
5 1
(a) 
k 1 k
 
k 1
5   merupakan deret harmonik, deret divergen.
k

1 1 1 1
(b)  k  10  11  12   merupakan deret harmonik, deret divergen.
k 10

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 34


2. Uji Integral

Teorema 4.
Misalkan  u adalah deret dengan suku-suku positif, dan misalkan f(x) fungsi di
k
mana k diganti x dalam formula uk. Jika f turun dan kontinu pada interval [a,) ,
 
maka uk 1
k dan  f ( x)dx keduanya konvergen atau keduanya divergen.
a

Contoh:
Gunakan Uji Integral untuk menentukan apakah deret sebagai berikut konvergen
atau divergen

1
(a) k
k 1


1
(b) (b) k k 1
2

Penyelesaian:
(a) Jika k diganti dengan x dalam formula u k , diperoleh f ( x)  1 / x

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 35


 l
dx  lim  dx  lim ln l  ln 1   divergen
1 1

1
x l  
1
x l  


1
Maka k
k 1
juga divergen

1
(b) Jika k diganti dengan x dalam formula u k , diperoleh f ( x) 
x2
 l
 1  1
l
1 dx

1 x 2
dx  lim  2  lim    lim 1    1 konvergen
l  
1 x
l  
 x  1 l   l 

1
Maka k
k 1
2
juga konvergen

3. Deret P

Teorema 5.

1 1 1 1
k
k 1
p
 1
2 p
 p  ...  p  ... dikatakan konvergen jika p > 1 dan divergen
3 k
jika 0 < p ≤ 1.

Contoh:
1 1 1
1 3 3  3   merupakan deret yang divergen karena deret tersebut
2 3 k
merupakan deret-p dengan p = 1/3 < 1.

Prinsip informal
1. Suku-suku konstanta dalam denominator dari u k biasanya dapat dihilangkan
tanpa mempengaruhi konvergensi atau divergensi dari deret.
2. Jika suatu polynomial dalam k tampak sebagai factor dalam numerator atau
denominator dari u k , semua kecuali pangkat tertinggi dari k dalam

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 36


polynomial biasanya bisa dihilangkan tanpa mempengaruhi konvergensi atau
divergensi deret tersebut.

Teorema 6.
Jika  u adalah deret-deret dengan suku-suku non negatif, dan jika terdapat
k
konstanta M sedemikian hingga sn  u1  u 2  ...  u n  M untuk setiap n, maka

deret-deret konvergen dan jumlah S memenuhi S  M . Jika tidak, maka deret-


deret divergen.

4. Uji Banding

Teorema 7.
Misalkan  a dan  b deret-deret dengan suku-suku non negatif, dan anggap
k k
bahwa a1  b1 , a2  b2 , a3  b3 ,..., ak  bk ,...

(a) Jika ‘deret yang lebih besar’  b konvergen, maka ‘deret yang lebih
k
kecil’  a juga konvergen.
k
(b) Jika ‘deret yang lebih kecil’  a divergen, maka ‘deret yang lebih besar’
k
 b juga divergen.
k

Contoh:
Gunakan Uji Banding untuk menentukan apakah deret berikut konvergen atau
divergen

1
(a)  1
k 1
k
4

1
(b) 
k 1 k 5

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 37


Penyelesaian:

1 1 1
(a) Diketahui bahwa k divergen, dan
1

k
untuk k  1, 2, ...
k 1
k
4

1
Maka  1
divergen
k 1
k
4

1
(b) Diketahui bahwa 
k 1 k
deret p yang divergen

1 1 1
Dan untuk k  25,  
k 5 k k 2 k

1
Maka 
k 1 k 5
divergen

5. Uji Rasio

Teorema 8.
Misalkan  u deret-deret dengan suku-suku positif, dan anggap bahwa
k
u k 1
  lim .
k  u
k

(a) Jika   1 , deret-deret konvergen.


(b) Jika   1 atau    , deret-deret divergen.
(c) Jika   1 , deret-deret mungkin konvergen atau divergen.

Contoh:
Gunakan Uji Rasio untuk menentukan deret berikut konvergen atau divergen.

1
(a)  k!
k 1


k
(b) 2
k 1
k

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 38



kk
(c) 
k 1 k !


(2k )!
(d) 
k 1 4
k

Penyelesaian:
 k 1 1 /( k  1)! k! 1
(a)   lim  lim  lim  lim  0  1 , maka
k    k   1/ k ! k   ( k  1)! k   k  1
k

deret konvergen

 k 1 k  1 2k 1 k 1 1
(b)   lim  lim k 1   lim   1 , maka deret
k    k   2 k 2 k   k 2
k

konvergen

 k 1 (k  1) k 1 k !
k
(k  1) k  1
(c)   lim  lim  k  lim  lim 1    e  1 ,
k    k   ( k  1)!
 k
k   k k  
k k k
maka deret divergen

(d)   lim
 k 1
 lim
2(k  1)!  4 k  lim (2k  2)!  1  1 lim (2k  2)(2k  1)  
k    k   4 k 1 (2k )! k   (2k )! 4 4 k 
k

maka deret divergen

Contoh:
Tentukan deret berikut konvergen ataukah divergen
1 1 1 1
1    
3 5 7 2k  1

Penyelesaian:
Dengan menggunakan Uji Rasio, deret tidak dapat disimpulkan kekonvegenan.
Karena nilai ρ = 1.

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 39


 k 1 1 2k  1 2k  1
  lim  lim   lim 1
k    k   2( k  1)  1 1 k   2k  1
k

Ganti dengan uji yang lain, missal gunakan Uji Integral


 l

l
dx dx 1
1 2 x  1  llim 
  2 x  1
1
 lim ln( 2 x  1)  
l   2
1
Karena dengan menggunakan uji integral, hasil integral tidak konvergen (∞),
maka deret tersebut dikatakan deret divergen

6. Uji Akar

Teorema 9.
Misalkan  u deret-deret dengan suku-suku positif, dan anggap bahwa
k

  lim k uk
k  

(a) Jika   1 , deret-deret konvergen.


(b) Jika   1 atau    , deret-deret divergen.
(c) Jika   1 , deret-deret mungkin konvergen atau divergen.

Contoh:
Gunakan Uji Akar untuk menentukan apakah deret berikut konvergen ataukah
divergen

 4k  5 
 k

(a)   
k  2  2k  1 


1
(b)  (ln( k  1))
k 1
k

Penyelesaian:
4k  5
(a)   lim (  k )1 / k  lim  2  1 , maka deret divergen
k   k   2 k  1

1
(b)   lim (  k )1 / k  lim  0  1 , maka deret konvergen
k   k   ln( k  1)

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 40


7. Uji Banding Limit

Teorema 10
Misalkan  a dan  b deret-deret dengan suku-suku positif dan misalkan
k k
ak
bahwa   lim . Jika  berhingga dan   0 , maka deret-deret tersebut
k  b
k

keduanya konvergen atau keduanya divergen.

Contoh:
Gunakan Uji Banding Limit untuk menentukan apakah deret berikut konvergen
atau divergen

1
(a)  2k
k 1
2
k

1
(b)  1
k 1
k
4

3k 3  2k 2  4
(c)  5
k 1 k  k  2
3

Penyelesaian:

1 1  1
(a) Menggunakan deret pembanding yaitu 
k 1 2k
2
  yang
2 k 1 k 2
1
merupakan deret p dengan p=2>1, deret konvergen. a k  dan
2k  k
2

1 ak 2k 2 2
bk  .   lim  lim  lim  1  0 , maka deret
2k 2 k   b k   2 k  k
2 k   2  1 / k
k


1
 2k
k 1
2
k
konvergen

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 41



1
(b) Menggunakan deret pembanding yaitu k
k 1
yang merupakan deret

1 1
harmonic, deret divergen. Dengan a k  dan bk 
1 k
k
4

ak k 1 1
  lim
k   b
 lim
k   1
 lim
k   1
1 0, maka deret  1
k k 1 k 1
k
4 4k 4

divergen

 
3k 3 3
(c) Menggunakan deret pembanding yaitu 
k 1 k
5
 
k 1 k
2
yang merupakan

deret p dengan p=2> 1, deret konvergen.


3k 3  2k 2  4
3k 5  2k 4  4k 2
  lim k  k  2  lim
5 3
 1  0 , maka deret
k   3 k   3k 5  3k 3  6

k2
3k 3  2k 2  4


k 1 k  k  2
5 3
konvergen.

8. Uji Deret Ganti Tanda

Teorema 11.

 (1)
k 1
k 1
ak  a1  a2  a3  a4  ... (1)

 (1)
k 1
k
ak  a1  a2  a3  a4  ... (2)

Deret ganti tanda untuk bentuk (1) atau (2) konvergen jika memenuhi dua kondisi
sebagai berikut:
(a) a1  a2  a3  ...  ak  ...

(b) lim ak  0
k 

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 42


Contoh:
Gunakan Uji Deret Ganti Tanda untuk menentukan apakah deret berikut
konvergen atau divergen

1
(a)  (1)
k 1
k 1

k

k 3
(b)  (1)
k 1
k 1

k (k  1)

Penyelesaian:
1 1 1
(a) a k    a k 1 dan lim a k  lim  0
k k 1 k   k   k
Kedua kondisi dipenuhi, maka deret konvergen

a k 1 k4 k (k  1) k 2  4k k 2  4k
(b)    2  2 1
ak (k  1)(k  2) k  3 k  5k  6 ( k  4 k )  ( k  6 )

1 1
 2
k 3 k k  0 , keduanya
maka a k  a k 1 dan lim a k  lim  lim
k   k   k ( k  1) k   1
1
k
dipenuhi maka deret konvergen

Teorema 12.
Jika deret ganti tanda memenuhi kondisi uji deret ganti tanda, dan jika jumlah S
dari deret didekati dengan jumlah parsial ke n yaitu sn, karena itu hasil dalam error
dari S - sn, maka S  sn  an1 Lagi pula, tanda dari error sama dengan koefisien

dari an1 dari deret.

Definisi.

Suatu deret u
k 1
k  u1  u 2  ...  u k  ... dikatakan konvergen mutlak jika deret


dari nilai mutlak | u
k 1
k | | u1 |  | u 2 | ... | u k | ... konvergen.

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 43


Teorema 13.

Jika deret | u
k 1
k | | u1 |  | u 2 | ... | u k | ... konvergen, maka begitu juga deret

u
k 1
k  u1  u 2  ...  u k  ... . Dengan kata lain, jika suatu deret konvergen mutlak,

maka deret tersebut konvergen.

Contoh:
1 1 1 1 1 1
Deret 1   2  3  4  5  6   merupakan deret konvergen mutlak,
2 2 2 2 2 2
1 1 1 1 1 1
karena harga mutlak dari di atas, deret 1   2  3  4  5  6 
2 2 2 2 2 2
merupakan deret geometri yang konvergen ( r = ½ < 1).
1 1 1 1
Sedangkan deret 1       bukan deret yang konvergen mutlak,
2 3 4 5
1 1 1 1
karena harga mutlak dari deret tersebut deret 1       merupakan
2 3 4 5
derat harmonik, deret divergen.

9. Uji Rasio Konvergen Mutlak

Teorema 14.
Misalkan  u deret-deret dengan suku-suku bukan nol, dan anggap bahwa
k
| u k 1 |
  lim
k  | u |
k

(a) Jika   1 , deret-deret  u konvergen mutlak, oleh karena itu


k
konvergen.
(b) Jika   1 atau    , deret-deret  u divergen.
k
(c) Jika   1 , tidak dapat disimpulkan konvergensi atau konvergensi
mutlaknya.

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 44


Contoh:

2k
Deret  (1) k
k 1 k!
konvergen mutlak, karena nilai

 k 1 2 k 1 k ! 2
  lim  lim  k  lim  0  1.
k   k k   ( k  1)! 2 k   k  1

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 45


Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 46
LATIHAN
1. Tentukan apakah deret sebagai berikut merupakan deret yang konvergen
atau divergen

1
a. 
k 1
3
k5

k2  k 3

b. 
k 1 2 k  1
2

 k
 1
c.  1  
k 1  k

1
d.  (k  1)ln( k  1)
k 1
2

k e k
3
2
e.
k 1


 k2 1 
f.  
k 1 1  k
2
 
k (k  1) 

 3k  2 
 k

g.   
k 1  2 k  1 


(k  4)!
h.  4!k!4
k 0
k

1 2 1 2  3 1 2  3  4
i. 1   
1 3 1 3  5 1 3  5  7
2 ! 3! 4! 5!
j.    
1 1  4 1  4  7 1  4  7  10

2. Tentukan apakah deret sebagai berikut merupakan deret yang konvergen


mutlak, konvergen bersyarat atau divergen.
 k
 3
a.   
k 1  5

kk 
 3
b.  ( 1) 
 e k 
k 1  
k

 k2 
c.  (1)
k 1
k 1
 
 3k  1 

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 47



k2
d.  (1)
k 1
k 1

k (k  3)

(1) k (k 2  1)
e. 
k 2 k3  2

(1) k 1
f. 
k 1 k 1  k

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 48


FUNGSI DUA VARIABEL

Tujuan Pembelajaran :

Mahasiswa mampu memahami dan menyelesaikan permasalahan fungsi dua

variabel, limit dan kekontinuan

Materi / Substansi belajar :


 Definisi fungsi dua variabel
 Grafik fungsi, peta kontur dan kurva ketinggian
 Limit fungsi dua variabel
 Kekontinuan fungsi dua variabel

Evaluasi :
dilakukan dengan melakukan penilaian dari keaktifan mahasiswa dalam diskusi di
kelas, pengerjaan tugas dan latihan

Pengertian Fungsi

Fungsi adalah relasi yang memetakan setiap elemen dari suatu himpunan yang
merupakan daerah asal (domain) ke tepat sebuah elemen dari himpunan yang
merupakan daerah kawan (codomain).

Misal A, B adalah himpunan dan f adalah fungsi yang memetakan himpunan A ke


himpunan B, maka dapat dituliskan :

f : A B

Contoh

Jika f(a) = b, maka b dinamakan bayangan (image) dari a dan a adalah pra-
bayangan (pre-image) dari b.

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 49


A B

f
(a,
a
b

b)

Fungsi Dua Variabel

Definisi

Misal D adalah sebuah himpunan pasangan bilangan riil. Fungsi f dari dua
variabel x dan y merupakan suatu aturan yang menghubungkan setiap pasangan
(x,y) bilangan riil yang unik pada D, dinyatakan dengan f(x,y). Himpunan D
merupakan daerah asal (domain) dari fungsi. Daerah hasil (range) dari f
merupakan semua bilangan riil f(x,y) untuk (x,y) dalam D.
A B

f
(a,b) f(a.b)
(a,b
(c,d) f(c,d)
)
(x,y) f(x,y)

Contoh

a. f ( x, y)  x  y
Daerah asal hanya akan terdefinisi jika x  y maka daerah asalnya adalah
semua (x,y) yang berada dibawah garis y  x , sehingga domainnya adalah
x, y  x  y

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 50


D  x, y  : x  y

b. g ( x, y )  x  y 2

Fungsi g(x,y) hanya akan terdefinisi jika x  y 2 , maka daerah asalnya


adalah semua (x, y) dimana x  y 2 .


D   x, y  : x  y 2 

Contoh

Misal f ( x, y)  y  1  ln( x 2  y) . Tentukan nilai f(e,0) dan gambarkan daerah


asal (domain dari fungsi tersebut.

Jawab

Dengan mensubstitusi nilai x dan y ke dalam fungsi diperoleh,

f (e,0)  0  1  ln( e 2  0)  1  2 ln e  3 .

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 51


Daerah asal fungsi, y  1 terdefinisi hanya untuk y ≥ -1 sementara ln( x 2  y )

terdefinisi jika ( x 2  y )  0  y  x 2 . Dengan demikian domain dari f memenuhi

 1  y  x 2 . Grafik dari domain fungsi tersebut adalah

Grafik Fungsi

Grafik fungsi f(x,y) adalah himpunan semua titik-titik x, y  z  f ( x, y)


yang biasanya membentuk suatu permukaan di ruang tiga dimensi. Setiap
pasangan terurut (x,y) dihubungkan dengan tepat satu nilai di z, sehingga setiap
garis tegak lurus yang melalui titik (x,y) beririsan dengan permukaan tepat satu
kali.

Contoh

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 52


Peta kontur

Irisan tiap bidang horizontal z=c dengan permukaan umumnya merupakan kurva.
Proyeksi kurva ini pada bidang xy disebut Kurva/Kelengkungan Ketinggian
Fungsi.

Kurva Ketinggian merupakan himpunan titik-titik (x,y) dimana sebuah fungsi


f(x,y) bernilai konstan atau f(x,y)=c

Peta Kontur merupakan himpunan kurva-kurva ketinggian dari berbagai nilai c.


Kegunaannya untuk memperoleh gambaran ketinggian dari suatu permukaan tiga
dimensi dengan menggunakan gambar dua dimensi.

Secara geometrik, kurva ketinggian adalah hasil proyeksi kurva C


 x, y, c  : f ( x, y)  c pada bidang-xy

Secara Aljabar, kurva ketinggian adalah hasil penyelesaian persamaan


f ( x, y)  c

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 53


Contoh
Kurva ketinggian permukaan z  x 2  y 2 dengan ketinggian c memenuhi

persamaan x 2  y 2  c yang tidak lain adalah lingkaran. Maka peta konturnya


adalah keluarga lingkaran-lingkaran.

Contoh

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 54


Limit Fungsi Dua Variabel

Dalam fungsi satu variabel, lim f ( x)  L apabila limit kiri dan limit kanan
x x0

dari fungsi tersebut memiliki nilai yang sama, dalam hal ini
lim f ( x)  lim f ( x)  L . Sementara untuk limit fungsi dua variabel atau lebih,
x x0 x x0

akan lebih rumit mencarinya, karena terdapat tak terhingga (infinite) kurva yang
berbeda yang melalui suatu titik.

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 55


Gambar Lintasan melalui (xo,yo)

Sehingga untuk mencari nilai limit dari fungsi f(x,y) pada saat (x,y) (xo,yo)
harus ditinjau dari semua arah kurva yang melalui titik tersebut.

Definisi limit fungsi 2 variabel


Misalkan f suatu fungsi dua variabel dan andaikan f didefinisikan pada setiap
titik dalam daerah lingkaran dengan pusat (xo,yo) kecuali pada titik (xo,yo).
lim f ( x, y )  L
( x , y )  ( xo , y o )

Menyatakan jika diberikan sebarang bilangan   0, terdapat  >0 sedemikian


hingga f(x,y) memenuhi f ( x, y)  L   dimana jarak antara (x,y) dan (xo,yo)
memenuhi 0  (x - x o ) 2  (y - y o ) 2  

Contoh
Tentukan nilai lim
( x , y )  (1, 2 )
4 x 2
y3  5 

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 56


Jawab
lim
( x , y )  ( 1, 2 )
4 x 2

y 3  5  lim 4 x 2 y 3  lim 5  4 (1) 2 (2) 3  5  32  5  27
( x , y )  ( 1, 2 ) ( x , y )  (1, 2 )
 

Contoh
y
Tentukan nilai limit lim
( x , y ) (1, 0 ) x  y  1

Jawab
Saat pasangan (x, y)(1,0) dimasukkan ke dalam fungsi, maka menghasilkan
nilai 0/0 atau bentuk tak tentu. Sehingga penyelesaiannya harus didekati melalui
beberapa lintasan yang melalui titik (1,0)
 Saat melalui lintasan sepanjang x = 1
y y
lim  lim  lim 1  1
(1, y ) (1, 0 ) x  y  1 (1, y ) (1, 0 ) y (1, y ) (1, 0 )

 Saat melalui lintasan sepanjang y = 0


y 0
lim  lim  lim 0  0
( x , 0 ) (1, 0 ) x  y  1 ( x , 0 ) (1, 0 ) x  0  1 x 1

 Pendekatan dari kedua lintasan yang berbeda menghasilkan nilai limit


y
yang berbeda, sehingga dapat dikatakan lim tidak ada.
( x , y ) (1, 0 ) x  y  1

Contoh
xy
Tentukan nilai limit lim
( x , y ) ( 0 , 0 ) x  y2
2

Jawab
Saat pasangan (x, y)(0,0) dimasukkan ke dalam fungsi, maka menghasilkan
nilai 0/0 atau bentuk tak tentu. Sehingga penyelesaiannya harus didekati melalui
beberapa lintasan yang melalui titik (0,0).
 Saat melalui lintasan sepanjang x = 0 dan y = 0 menghasilkan nilai limit
yang sama, yaitu 0.
 Selanjutnya, ambil lintasan lain yang melalui (0,0), misal kurva y = x.
x( x) x2 1
lim  lim 
( x , x )( 0 , 0 ) x  ( x )
2 2 x 0 2 x 2
2

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 57


 Menghasilkan nilai limit yang berbeda, sehingga dapat dikatakan limit
tidak ada.

Sifat-sifat Limit Fungsi Dua Variabel

Beberapa sifat yang berlaku dalam limit fungsi dua variabel.


Jika lim f ( x, y )  L1 dan lim g ( x, y )  L2 , maka
( x , y )  ( xo , y o ) ( x , y )  ( xo , y o )

1. lim cf ( x, y )  cL1 , jika c suatu konstanta


( x , y )  ( xo , y o )

2. lim [ f ( x, y )  g ( x, y )]  L1  L2
( x , y )  ( xo , y o )

3. lim [ f ( x, y )  g ( x, y )]  L1  L2
( x , y )  ( xo , y o )

4. lim [ f ( x, y ) g ( x, y )]  L1 L2
( x , y )  ( xo , y o )
f ( x, y ) L1
5. lim  , dimana L2 0
( x , y )  ( xo , y o ) g ( x, y ) L2

Kekontinuan Fungsi Dua Variabel

Definisi
Andaikan f(x,y) terdefinisi dalam daerah lingkaran yang berpusat di titik (a,b).
f(x,y) dikatakan kontinu di (a,b) jika lim f ( x, y )  f ( a , b )
( x , y )  ( a ,b )

Jika f(x,y) tidak kontinu di (a,b) disebut f diskontinu di (a,b).

Dengan kata lain, suatu fungsi dua variabel f disebut kontinu di titik (xo,yo) jika:
1. f (xo,yo) terdefinisi
2. lim f ( x, y ) ada
( x , y )  ( xo , y o )

3. lim f ( x, y )  f ( x0 , y0 )
( x , y )  ( xo , y o )

Sifat-sifat Kontinuitas
Beberapa sifat kontinuitas sebagai berikut:
1. Jika f(x,y) dan g(x,y) kontinu di titik (a,b), maka f + g, f – g, f . g akan
kontinu di (a,b). Begitu juga f/g akan kontinu di (a,b) asalkan g(a,b) ≠ 0.

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 58


2. Jika g dan h suatu fungsi satu variabel yang kontinu, maka f(x,y) =
g(x)h(y) adalah suatu fungsi kontinu dari x dan y
3. Jika g suatu fungsi kontinu satu variabel dan h fungsi kontinu dari dua
variabel, maka fungsi komposisi f(x,y) = g(h(x,y)) adalah fungsi kontinu
dari x dan y

Contoh
x
Tentukan semua titik dimana fungsi f ( x, y ) akan kontinu.
x y 2

Fungsi ini merupakan pembagian dua polinom yang masing-masing merupakan


fungsi yang kontinu, f(x,y) akan kontinu asalkan x2 – y ≠ 0.

Contoh
Fungsi f ( x, y )  3 x 2 y 5 kontinu, karena f(x,y) merupakan perkalian dua fungsi
kontinu g ( x)  3x 2 dan h( y )  y 5

Contoh
x3 y 2
Fungsi f ( x, y )  adalah fungsi kontinu bersyarat, fungsi tersebut kontinu
1  xy
di setiap titik kecuali pada hyperbola xy = 1.

Contoh
xy
Tunjukan bahwa fungsi f ( x, y )  kontinu pada titik (-1,2)
x  y2
2

Jawab
xy
Diberikan f ( x, y ) 
x  y2
2

xy 2
Diperoleh f(-1,2) = -2/5 dan nilai limitnya lim 
( x , y )  ( 1, 2 ) x y
2 2
5
Karena nilai fungsi dan nilai limitnya pada titik (-1,2) keduanya mempunyai nilai
yang sama, yakni -2/5, maka dapat dikatakan fungsi kontinu di titik (-1,2).

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 59


LATIHAN
x y
A. Misal diberikan fungsi f ( x, y )  . Tentukan nilai dari fungsi di
x  y 1
bawah ini:
a. f(2,1)
b. f(a,a)
c. f(1,2)
d. f((y + 1), y)

B. Tentukan domain dan gambarkan grafik dari fungsi-fungsi berikut.


1. f ( x, y)  ln xy

2. f ( x, y )  1  x 2  y 2

x2
3. f ( x, y ) 
ln y

4. f ( x, y )  e 2 x  e y

5. f ( x, y)  x 2  1

B. Tentukan persamaan kurva ketinggian permukaan dan gambar sketsa peta


konturnya.
1. z  2  x  y 2 di titik (1,1,0) dan (2,1,-1)

2. z  2  x 2  y 2 di titik (1,1,0) dan (1,2,-3)

3. z  2 x 2  y 2 di titik (1,1,3) dan (1,2,6)

C. Carilah nilai limit:


1. xy
lim
( x , y ) ( 0 , 0 ) x  y 2
2

2. xy 2
lim
( x , y ) ( 0 , 0 ) x 2  y 4

3. ( x  1) 2 ln x
lim
( x , y ) (1, 0 ) ( x  1) 2  y 2

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 60


D. Tentukan semua titik dimana fungsi g(x,y) kontinu
x4 , ( x, y )  (0,0)
 x( x 2  y 2 )

g ( x, y )  
0 , ( x, y )  (0,0)

E. Gambarkanlah daerah dimana fungsi – fungsi di bawah ini kontinu.


1. f ( x, y )  y ln 1  x 

2. f ( x, y )  e1 xy

3. 
fx, y, z )  ln 4  x 2  y 2  z 2 

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 61


TURUNAN PARSIAL FUNGSI DUA VARIABEL

Tujuan Pembelajaran :

Mahasiswa mampu memahami dan menyelesaikan permasalahan turunan parsial

fungsi dua variabel

Materi / Substansi belajar :


 Definisi turunan parsial fungsi dua variabel
 Turunan parsial tingkat tinggi
 Aturan rantai
 Turunan fungsi implisit

Evaluasi :
dilakukan dengan melakukan penilaian dari keaktifan mahasiswa dalam diskusi di
kelas, pengerjaan tugas dan latihan

Turunan Parsial Fungsi Dua Variabel

Jika z = f(x,y), perubahan nilai z pada saat y dibuat konstan sementara x


berubah atau sebaliknya nilai x yang dibuat konstan dan y yang dibuat berubah.
Dalam hal ini, misalkan (xo,yo) adalah titik dalam suatu domain fungsi f(x,y), jika
y=yo maka f(x,yo) merupakan fungsi satu variabel x.

Nilai turunannya
d
 f x, y 0  pada saat xo menyatakan perubahan nilai
dx
fungsi f terhadap x di titik (xo,yo). Sementara jika x=xo maka f(xo,y) merupakan

fungsi satu variabel y. Nilai turunannya


d
 f x0 , y  pada saat yo menyatakan
dy
perubahan nilai fungsi f terhadap y di titik (xo,yo).

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 62


Definisi

Misal f fungsi dua variabel. Turunan parsial pertama fungsi f terhadap x dan y
adalah:

f ( x, y ) f ( x  h, y )  f ( x, y )
f x ( x, y )   lim
x h 0 h
f ( x, y ) f ( x, y  h )  f ( x, y )
f y ( x, y )   lim
y h 0 h

Notasi untuk turunan parsial

Jika z=f(x,y), maka turunan parsial pertama memiliki beberapa notasi dalam
penulisannya, yakni;

f 
f x  f x ( x, y )   f ( x, y )  z x
x x
f 
f y  f y ( x, y )   f ( x, y )  z y
y y

Sementara notasi turunan parsial z=f(x,y) di titik (xo,yo) adalah

f f z f z
f x ( x0 , y 0 )  x  x0 , y  y 0    ( x0 , y 0 )  ( x0 , y 0 )
x x x x x
( x0 , y 0 ) ( x0 , y 0 )

Contoh

Tentukan f x (2,1) dan f y (2,1) dari fungsi f ( x, y )  x 3 y 2  4 xy  3 y .

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 63


Jawab
f x ( x, y )  3 x 2 y 2  4 y
f x (2,1)  3(2) 2 (1) 2  4(1)  12  4  16

f y ( x, y )  2 x 3 y  4 y  3
f y (2,1)  2(2) 3 (1)  4(1)  3  16  4  3  23

Sama halnya dengan fungsi satu variabel, jika u=f(x,y) dan v=g(x,y), maka
turunan parsial untuk perkalian dan pembagian dari kedua fungsi tersebut adalah:


uv   u v  v u
x x x
u v
v u

u / v   x 2 x
x v

Contoh

f f x2  2y
Tentukan turunan parsial pertama, dan dari fungsi f ( x, y )  .
x y
2
ye x

Jawab

Turunan parsial fungsi f terhadap x

x2  2y
f ( x, y )  2
ye x

u v
misalkan u  x 2  2 y   2 x dan v  ye x   2 xye x .
2 2

x x

Sehingga dengan menggunakan aturan turunan pembagian dua fungsi diperoleh ;

f 2 x  ye x  ( x 2 2 y )  2 xye x
2 2


x ye x
2 2
 
2 xye x (1  x 2  2 y )
2


ye  x2
2

2 x(1  x 2  2 y )

ye x2

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 64


Sementara turunan parsial fungsi f terhadap y

x2  2y u v
f ( x, y )  , misalkan u  x 2  2 y   2 dan v  ye x   ex .
2 2

ye x2
y y

Sehingga dengan menggunakan aturan turunan pembagian dua fungsi diperoleh ;

f  2 ye x  ( x 2 2 y )e x
2 2


y ye x
2 2
 
 2 ye x  x 2 e x  2 y e x
2 2 2


ye 
x2
2

 x 2e x
2


ye  x2
2

 x2
 2
y 2e x

Turunan Parsial Pangkat Tinggi

Andaikan f adalah fungsi dua variabel x dan y, turunan parsial


f f
dan juga merupakan fungsi dari variabel x dan y . Fungsi-fungsi tersebut
x y
juga mempunyai turunan, yang dalam hal ini merupakan turunan parsial kedua
dari fungsi f . berikut beberapa notasi turunan parsial kedua dari f.

   f   2 f
f x  ( f x ) x  f xx   
x x  x  x 2
   f   2 f
f x  ( f x ) y  f xy   
y y  x  y x
   f   2 f
f y  ( f y ) x  f yx   
x x  y  x y
   f   2 f
f y  ( f y ) y  f yy   
y y  y  y 2

Teorema

Misal f adalah fungsi dua variabel x dan y. Jika f, fx , fy , fxy, dan fyx adalah kontinu
pada daerah terbuka R, maka fxy = fyx.
Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 65
Contoh

Tentukan turuanan parsial kedua dari f ( x, y )  x 3 y 2  x 5 y

Jawab

Turunan parsial pertama fungsi adalah

f
 3x 2 y 2  5 x 4 y
x
f
 2x3 y  x5
y

Sehingga turunan parsial keduanya adalah

2 f 
 (3 x 2 y 2  5 x 4 y )  6 xy 2  20 x 3 y;
x 2
x
 f
2

 (2 x 3 y  x 5 )  2 x 3
y 2
y
2 f 
 (3 x 2 y 2  5 x 4 y )  6 x 2 y  5 x 4
yx y
2 f 
 (2 x 3 y  x 5 )  6 x 2 y  5 x 4
xy x

Dalam hal ini terbukti fxy = fyx..

Turunan parsial ketiga dan yang lebih tinggi dinyatakan dalam bentuk
yang sama.
   2 f  3 f
f xx  f xxx    
x x  x 2  x
3

   2 f  3 f
f xy  f xyx    
x x  y x  x yx

Dimana, jika fungsi f kontinu akan memenuhi fxyx = f yxx = fxxy dan fyxy = fxyy = fyyx.

Aturan Rantai

Jika y suatu fungsi x yang dapat diturunkan (differentiable) dan x


merupakan fungsi t yang differentiable juga, maka aturan rantai untuk fungsi satu

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 66


variabel memenuhi
dy dy dx
y  x  t maka 
dt dx dt
Selanjutnya untuk fungsi dua variabel, asumsikan z suatu fungsi dua variabel x
dan y, z  f ( x, y ) . Andaikan x dan y fungsi satu variabel t, x(t ) dan y(t ) .
Dengan mensubstitusikan x dan y diperoleh hubungan z  f ( x(t ), y(t )) , yakni z
menjadi fungsi satu variabel t. Dengan demikian, z dapat diturunkan terhadap
dz
variabel t, . Dengan menggunakan aturan rantai diperoleh hubungan,
dt

xt dz z dx z dy
z   
yt dt x dt y dt

Teorema

Jika x=x(t) dan y=y(t) fungsi yang differensiabel di t, dan jika z = f(x,y)
differensiabel di titik (x(t), y(t)), maka z = f (x(t), y(t)) differensiabel di t, dan
dz z dx z dy
 
dt x dt y dt

Contoh

Misal z  x 2 y , dimana x  t 2 , y  t 3 . Gunakan aturan rantai untuk menentukan


dz
saat t = 2.
dt

Jawab

Misal z  x 2 y , dengan x  t 2 , y  t 3 .

Turunan parsial pertama dari z yaitu

z z
 2 xy dan  x2
x y

Turunan pertama x dan y terhadap t yaitu

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 67


dx dy
 2t dan  3t 2
dt dt

Sehingga dengan menggunakan aturan rantai diperoleh ;

dz z dx z dy
 
dt x dt y dt
 2 xy(2t )  x 2 (3t 2 ) ,
 4t 6  3t 6  7t 6

dz
t 2  7( 2) 6  448
dt

Tinjau fungsi dua variabel z = f(x,y),dimana x dan y adalah fungsi dari u


dan v, yakni x  x(u, v); y  y(u, v) . Dengan mensubstitusikan fungsi x dan y
diperoleh hubungan z = f(x(u,v),y(u,v)), sehingga z menjadi fungsi dua variabel u
dan v. Dengan demikian kita dapat mencari turunan parsial pertama dari z
z z
terhadap u dan v, dan .
u v

u
x
v
z
u
y
v

Teorema

Jika x  x(u, v) dan y  y(u, v) mempunyai turunan parsial pertama di titik (u,v)
dan jika z = f(x,y) differensiabel di titik (x(u,v),y(u,v)), maka z = f(x(u,v),y(u,v))
mempunyai turunan parsial pertama di (u,v), yang memenuhi

z z x z y
 
u x u y u
z z x z y
 
v x v y v

Contoh

Misal z  e xy ; x  2u  v ; y  u / v .

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 68


z z
Tentukan turunan parsial pertama dan .
u v

Jawab

Misal z  e xy , dimana x  2u  v dan y  u / v

Turunan parsial pertama z terhadap x dan y yaitu

z z
 ye xy dan  xe xy
x y
Sementara turunan parsial x dan y terhadap variabel u dan v adalah

x x
 2 dan 1
u v
y y
 1 / v dan  u / v 2
u v
Sehingga dengan mengunakan aturan rantai diperoleh

z z x z y
 
u x u y u
 ye xy (2)  xe xy (1 / v)
 e xy (2 y  x / v)
( 2u  v )u ( 2u  v )u
 2u (2u  v)  (4u  v)
e v
   e v

 v v  v

z z x z y
 
v x v y v
 ye xy (1)  xe xy (u / v 2 )
 ux 
 e xy  y  2 
 v 
( 2u  v )u
 u u (u  2v) 
e v
  
v v2 
( 2u  v )u
 u (u 2  2uv ) 
e v   
v v2 
( 2u  v )u
(u 2  uv )
 e v
v2

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 69


Contoh

Tentukan kecepatan perubahan luas persegi panjang yang panjangnya 15 inch


berubah dengan kecepatan 3 inch/dt dan lebarnya 6 inch berubah dengan

kecepatan 2 inch/dt.

Jawab

dp
Diketahui panjang persegi panjang = p = 15 inch, dengan  3inch / dt .
dt

dl
Lebar persegi panjang l = 6 inch dengan  2inch / dt .
dt

Luas persegi panjang = L = pl, maka perubahan luas persegi panjang terhadap
waktu adalah

dL L dp L dl
 
dt p dt l dt
dp dl
l p
dt dt
 (6  3)  (15  2)  48 inch 2 / dt

Contoh

Misal z fungsi satu variabel u dan z = f(x2+y2).

z z
Tunjukkan bahwa y x 0 .
x y

Jawab

Diberikan z = f(x2+y2). Misalkan u  x 2  y 2 , sehingga dapat dikatakan z = f (u).

x
zu
y

z dz u z dz u
Aturan rantai yang memenuhi adalah  dan  .
x du x y du y

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 70


z dz u dz
  2x dan
x du x du

z dz u dz
  2y
y du y du

Dengan mensubstitusikan keduanya, diperoleh

z z dz dz
y x  y  2x  x  2y  0.
x y du du

Dengan demikian terbukti.

Turunan Fungsi Implisit

Andaikan z = f(x,y), dan y adalah fungsi differensiabel terhadap x, rumus aturan


rantainya memenuhi

dz f dx f dy f f dy
    .
dx x dx y dx x y dx

Hasil ini dapat digunakan untuk mencari turuan dari suatu fungsi yang dinyatakan
secara implisit. Andai f(x,y) = c, dimana y adalah fungsi differensiabel terhadap x,
dy
dalam hal ini akan dicari . Dengan menurunkan kedua ruas terhadap x maka
dx
f f dy
diperoleh  0
x y dx

Teorema

Jika f(x,y) = c yang mendefiniskan y secara implisit sebagai fungsi yang


f
f
  x
dy
differentiabel terhadap x, dan jika  0 , maka
y dx f
y

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 71


Contoh

dy
Misal x 3  y 2 x  3  0 , dimana y = f(x). Tentukan .
dx

Jawab

Dengan cara penguraian biasa, diperoleh;

x3  y 2 x  3  0

3x 2  y 2  2 xy
dy
0
dy


3x 2  y 2 
dx dx 2 xy

Dengan menggunakan rumus di atas,

f ( x, y )  x 3  y 2 x  3  0
f f
 3x 2  y 2 ;  2 xy
x x
f
dy
  x  

3x 2  y 2 
dx f 2 xy
x

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 72


LATIHAN

z z
1. Tentukan dan dari fungsi di bawah ini:
x y


a. z  x 3 ln 1  xy
 3
5

xy
b. z 
x  y2
2

1
c. z 
xy  x 2 y
2

d. z  x 3 e  y  y 3 sec x

e. z  e xy sin( 4 y 2 )
3

f. z  y 2
tan 1 ( x / y )

2. Tentukan f x , f y dan f z dari fungsi di bawah ini :

a. f ( x, y , z )  y 3 e 2 x  3 z

x2  y2
b. f ( x, y , z ) 
y2  z2

c. f ( x, y, z )  z ln x 2 y cos z  

3. Tunjukkan bahwa f xy  f yx untuk fungsi – fungsi di bawah ini:

a. f ( x, y)  e x  y
2

x2  y2
b. f ( x, y ) 
x2  y2

c. f ( x, y )  ln 4 x  5 y 

d. f ( x, y )  x 3 e  y  y 3 sec x

e. f ( x, y )  x 3 ln 1  xy 
 3
5

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 73


dz
4. Gunakan aturan rantai untuk mencari dari fungsi – fungsi di bawah ini:
dt
1
a. z  e1 xy ; x  t 3 dan y  t 3

 
b. z  ln 2 x 2  y ; x  t dan y  t 3
2

c. z  x 3 e  y  y 3 sec x ; x  t dan y  2t

z z
5. Dengan menggunakan aturan rantai carilah dan dari fungsi – fungsi
u v
di bawah ini

a. z  e x y ; x  uv dan y  1 / v
2

b. z  3x  2 y; x  u  v ln u dan y  u 2  v ln v

c. z  x / y; x  u 2  v 2 dan y  4uv 3

z z
6. Gunakan aturan rantai untuk mencari nilai dari r  2 ,  / 6 dan r  2 ,  / 6 .
r 
Dimana z  xye x / y , x  r cos  dan y  r sin  .

7. Misalkan f suatu fungsi satu variabel yang differensiabel. Dan misalkan


z z
z  f ( x  y, y  x) . Tunjukkan bahwa   0.
x y

8. Misalkan f suatu fungsi satu variabel yang differensiabel. Dan misalkan


w w w dw
w  f (u ) , dimana u  x  2 y  3z . Tunjukkan bahwa   6
x y z du
dy
9. Diberikan y = f(x). Carilah dari fungsi implisit di bawah ini :
dx
a. e xy  ye y  1

b. x  xy  3 y  4

c. x 2 y 3  cos y  0

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 74


z z
10. Diberikan . Carilah , dari fungsi implisit di bawah ini:
x y

a. ye x  5 sin 3z  3z

b. ln 1  z   xy 2  z  1

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 75


APLIKASI TURUNAN PARSIAL FUNGSI DUA VARIABEL

Tujuan Pembelajaran :

Mahasiswa mampu memahami dan menyelesaikan permasalahan aplikasi

turunan parsial fungsi dua variabel

Materi / Substansi belajar :


 Definisi nilai ekstrim fungsi dua variabel
 Uji untuk ekstrim fungsi
 Nilai Maksimum dan Minimum Absolut (Selang Tertutup)
 Ekstrim Fungsi Menggunakan Metode Pengali Lagrange

Evaluasi :
dilakukan dengan melakukan penilaian dari keaktifan mahasiswa dalam diskusi di
kelas, pengerjaan tugas dan latihan

Optimasi Fungsi

Optimasi fungsi merupakan salah satu aplikasi turunan parsial dua variabel. Dari
fungsi dua variabel dapat ditentukan nilai ekstrim yaitu nilai maksimum dan
minimum fungsi. Optimasi fungsi menggunakan uji ekstrim fungsi dan metode
Lagrange.

Nilai Ekstrim untuk Fungsi Dua Variabel

Definisi Nilai Ekstrim

i. Jika f(x,y) ≤ f(a,b) ketika (x,y) dekat (a,b) maka f(a,b) disebut nilai
maksimum lokal.

ii. Jika f(x,y) ≥ f(a,b) ketika (x,y) dekat (a,b) maka f(a,b) disebut nilai
minimum lokal.

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 76


iii. Jika definisi di atas berlaku untuk semua (x,y) dalam Df maka f mempunyai
maksimum mutlak (minimum mutlak) di (a,b).

Definisi

Misal f fungsi dua variabel. Pasangan titik (a,b) disebut titik kritis fungsi jika:

i. fx(a,b) = 0 dan fy(a,b) = 0


ii. fx(a,b) atau fy(a,b) tidak ada

Teorema

Jika f mempunyai maksimum atau minimum lokal di (a,b) dan turunan parsial
orde satu di (a,b) ada, maka

fx(a,b) = 0 dan fy(a,b) = 0

Uji untuk Ekstrim Fungsi


Teorema
Misal f fungsi dua variabel, yang memiliki turunan parsial kedua kontinu pada
daerah persegi panjang Q dan misal

g ( x, y)  f xx ( x, y) f yy ( x, y )  f xy ( x, y) 
2

Untuk setiap (x,y) dalam Q. jika (a,b) dalam Q dan fx(a,b) = 0, fy(a,b) = 0, maka

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 77


i. f(a,b) merupakan nilai maksimum lokal dari f jika g(a,b)> 0 dan fxx(a,b) < 0
ii. f(a,b) merupakan nilai minimum lokal dari f jika g(a,b) > 0 dan fxx(a,b) > 0
iii. f(a,b) bukan merupakan ekstrim dari f jika g(a,b) < 0

untuk memudahkan mengingat rumus g(x,y) menggunakan determinan

 f xx f yy   f xy 
f xx f xy
g
2

f xy f yy

Catatan
Jika g(a,b)>0, maka fxx(a,b) fyy(a,b) positif serta fxx(a,b) dan fyy(a,b) mempunyai
tanda yang sama. Selanjutnya, dapat mengganti fxx(a,b) pada i dan ii dengan
fyy(a,b). Jika g(a,b) = 0, maka tidak ada informasi (tidak ada kesimpulan).

Contoh

Jika f ( x, y )  x 2  4 xy  y 3  4 y , tentukan ekstrim lokal dari f

Jawab:

Ketika f x ( x, y )  2 x  4 y dan f y ( x, y)  4 x  3 y 2  4 , titik kritis adalah solusi

dari sistem dua persamaan. Pada saat fx=0, 2x  4 y  0 Dan saat

fy=0,  4 x  3 y 2  4  0

Dengan melakukan substitusi terhadap dua persamaan tersebut, diperoleh


pasangan titik (4,2) dan  43 , 23 
Selanjutnya menentukan turunan parsial kedua dari f , diperoleh sebagai berikut

f xx ( x, y )  2
f xy ( x, y )  4
f yy ( x, y )  6 y

Sehingga dengan menggunakan teorema diatas, dihasilkan

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 78



g ( x, y )  f xx ( x, y ) f yy ( x, y )  f xy ( x, y ) 
2

 (2)(6 y )  ( 4) 2
 12 y  16

Masukkan titik-titik kritis ke dalam fungsi g(x,y)

Saat g  43 , 23   8  0, f  43 , 23  bukan merupakan ekstrim dari f.

Saat g 4, 2  8  0, f xx 4, 2  2  0 dan f mempunyai minimum lokal f(4,2)=0

Nilai Maksimum dan Minimum Absolut (Selang Tertutup)

Teorema

Jika f kontinu pada himpunan tertutup dan terbatas, D  R2, maka f mencapai
nilai maksimum mutlak f ( x1 , y1 ) di titik ( x1 , y1 ) D dan mencapai nilai

minimum mutlak f ( x 2 , y 2 ) di titik ( x 2 , y 2 ) D .

Catatan :

Himpunan terbatas dalam R2 adalah himpunan yang memiliki jangkauan


berhingga, serta himpunan tertutup dan tidak tertutup

Langkah-langkah mencari maksimum dan minimum mutlak fungsi kontinu


pada himpunan tertutup dan terbatas :
1. Tentukan titik kritis dalam D.
2. Tentukan nilai ekstrim f pada perbatasan D.
3. f ( x0 , y 0 ) terbesar merupakan nilai maksimum mutlak.

f ( x0 , y 0 ) terkecil merupakan nilai minimum mutlak.

Contoh
Tentukan nilai maksimum dan minimum mutlak pada D
f(x,y) = x2 + y2 + x2y + 4 , D = {(x,y) | |x| ≤ 1, |y| ≤ 1}.

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 79


LATIHAN

1. Tentukan nilai ekstrim dari fungsi berikut:

a. f ( x, y )  x 2  2 xy  3 y 2

b. f ( x, y )  x 2  4 y 2  x  2 y

c. f ( x, y )  e x sin y

 
d. f ( x, y)  x 2  3 y 2 e  x
2
 y2

e. f ( x, y )  x 2  y  e y

2. Misal f ( x, y )  1  x 2  y 2 untuk 0  x 2  y 2  4 . Tentukan ekstrim dari f

3. Tentukan ekstrim dari fungsi

a. f ( x, y )  3 x 3  y 2  9 x  4 y

a3 b3
b. f ( x, y )  xy  
x y

4. Tentukan nilai maksimum dan minimum dari fungsi


 
f ( x, y )  2 x 2  y 2  4 x  2 y  5 pada S  x, y  x 2  12 y 2  1

5. Tentukan volume kotak terbesar yang parallel dengan bidang koordinat yang
terletak di dalam ellips 16 x 2  4 y 2  9 z 2  144

6. Tentukan titik pada permukaan bola x 2  y 2  z 2  36 yang tertutup dan


paling jauh dengan titik (1, 2, 2)

7. Jika f ( x, y )  x 2  4 xy  y 3  4 y , tentukan ekstrim mutlak dari fungsi pada


daerah segitiga R yang mempunyai titik-titik koordinat (-1,-1), (7,-1) dan (7,7)

8. Jika f ( x, y )  xe y  x 2  e y , tentukan ekstrim mutlak dari fungsi pada daerah


persegi panjang R yang mempunyai titik-titik koordinat (0,0), (0,1), (2,1) dan
(2,0).

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 80


9. Tentukan tiga bilangan positif yang jumlahnya 48, sehingga hasil perkalian
tiga bilangan tersebut menjadi maksimum.

10. Tentukan titik pada permukaan x 2  yz  5 , yang mempunyai jarak terpendek


ke titik asal (0,0).

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 81


INTEGRAL LIPAT DUA

Tujuan Pembelajaran :

Mahasiswa mampu memahami dan menyelesaikan permasalahan integral lipat

dua

Materi / Substansi belajar :


 Pengertian integral lipat dua
 Sifat-sifat integral lipat dua
 Integral Lipat untuk Daerah Bukan Persegi Panjang

Evaluasi :
dilakukan dengan melakukan penilaian dari keaktifan mahasiswa dalam diskusi di
kelas, pengerjaan tugas dan latihan

Integral Lipat Dua

Pengertian Integral Lipat Dua

Penyelesaian integral untuk fungsi dua variabel prosesnya sama dengan


penyelesaian integral fungsi satu variabel, yakni:

1. Partisi daerah tertutup R di bidang xy menjadi persegi panjang - persegi


panjang kecil, nyatakan luas dari persegi panjang – persegi panjang ini

sebagai  A1 ,  A2 ,  A3 ,... An .
2. Pilih titik sembarang dalam persegi panjang–persegi panjang tersebut,
katakan

( x1* , y1* ), ( x 2* , y 2* ),..., ( x n* , y n* ) .


n
3. Tentukan jumlah Riemann  f (x , y )  A
k 1
*
k
*
k k , yang merupakan penjumlahan

volume dari balok-balok yang terbentuk. Jumlah Riemann ini merupakan


aproksimasi volume suatu benda di bawah permukaan z= f(x,y)

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 82


4. Untuk n   , maka nilai limit jumlah riemann diatas sama dengan nilai
n
integralnya.
 f ( x, y) dA  lim 
R n k 1
f ( xk* , yk* )  Ak

Dalam kasus khusus dimana f(x,y) fungsi nonnegatif atas daerah R, integral lipat
bisa diinterpretasikan sebagai volume benda solid yang dibatasi atas dengan
permukaan z = f(x,y) dan bawah dibatasi daerah R.

Jika fungsi f(x,y) atas daerah R bernilai positif dan negatif , integral lipat bisa
diinterpretasikan sebagai selisih dari volume, volume diatas bidang xy antara
z = f(x,y) dan R dikurangi volume di bawah bidang xy antara z = f(x,y) dan R.

Sifat-sifat Integral Lipat Dua

1.  cf ( x, y)dA  c  f ( x, y)dA , c suatu konstan


R R

2.  [ f ( x, y)  g ( x, y)]dA  f ( x, y)dA   g ( x, y)]dA


R R R

3.  [ f ( x, y)  g ( x, y)]dA  f ( x, y)dA   g ( x, y)]dA


R R R

4. Jika daerah R merupakan gabungan dari beberapa daerah, katakan

R  R1  R2  R3 ...Rn maka

 f ( x, y)dA   f ( x, y)dA   f ( x, y)dA  ...   f ( x, y)dA


R R1 R2 Rn

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 83


Penghitungan integral lipat dua, sama dengan penyelesaian turunan parsial untuk
fungsi dua variabel, yakni membuat satu variabel menjadi bebas dan lainnya
dibuat konstan.

Integral Lipat Dua atas Daerah Persegi Panjang

Teorema

Misal R daerah persegi panjang yang didefinisikan dengan pertidaksamaan


a  x  b, c  y  d jika f(x,y) kontinu atas daerah persegi panjang ini, maka

d b

 f ( x, y )dA    f ( x, y )dxdy
R c a
b d
   f ( x, y ) dydx
a c

d b d
b 

c a
f ( x, y )dxdy     f ( x, y )dx dy
c a 
b d

b d


a c
f ( x, y )dydx     f ( x, y )dy dx
a c 

Contoh
1

 xy dx
2
Tentukan nilai integral
0

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 84


Jawab
1 1

 xy dx  y  xdx
2 2

0 0
1
y x2 
2
y2
  
2  x 0 2

Contoh
1

 xy dy
2
Tentukan nilai integral
0

Jawab
1 1

 xy dy  x  y dy
2 2

0 0
1
xy 3  x
  
3  y 0 3

Contoh
3 4
Tentukan nilai dari   (40  2 xy)dydx
1 2

Jawab

3 4
4 3

1 2 (40  2 xy)dydx  1 2 (40  2 xy)dy dx

3
  (40 y  xy 2 )
4
y 2 dx
1
3
  (160  16 x)  (80  4 x)dx
1
3
  (80  12 x)dx
1

3
 (80 x  6 x 2 ) 1
 112

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 85


Contoh
4 3
Tentukan nilai dari   (40  2 xy)dxdy
2 1

Jawab
4 3 4
3 
2 1 ( 40  2 xy ) dxdy  2 1
 ( 40  2 xy ) dx dy

3


4
  (40 x  x y ) 2
dy
2 x 1
4
  (120  9 y )  (40  y )dy
2
4
  (80  8 y )dy
2

 (80 y  4 y 2 ) 2 
4

 112

Contoh

 y
2
Selesaikan integral lipat dua xdA di atas persegi panjang
R

R  ( x, y) : 3  x  2, 0  y  1

Jawab
2
1 2 2   5 2

1 2 1 1
5 21 5
R y xdA  0 3 y xdxdy  0  2 y x  dy  0   2 y dy   6 y 0   6
2 2

x  3

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 86


Integral Lipat untuk Daerah Bukan Persegi Panjang

Integral lipat dua pada bahasan sebelumnya memiliki daerah asal (domain)
berbentuk persegi panjang. Tetapi pada kenyataannya, banyak pula kasus dimana
daerah asalnya tidak berbentuk persegi panjang. Sehingga ada ketentuan khusus
bagi daerah yang bukan persegi panjang.

Definisi

Daerah bukan persegi panjang dibagi dalam dua tipe, yaitu daerah tipe I dan
daerah tipe II.

a. Daerah tipe I adalah daerah yang dibatasi di sebelah kiri dan kanan oleh
garis vertikal x  a dan x  b , serta dibatasi di sebelah bawah dan atas
oleh kurva kontinu y  g1 ( x) dan y  g 2 ( x) , di mana g1 ( x)  g 2 ( x) untuk
a xb
b. Daerah tipe II adalah daerah yang dibatasi di sebelah bawah dan atas oleh
garis horisontal y  c dan y  d . Serta dibatasi di sebelah kiri dan kanan

oleh kurva kontinu x  h1 ( y ) dan x  h2 ( y ) yang memenuhi h1 ( y )  h2 ( y )


untuk c  x  d .

Teorema

a. Jika R adalah daerah tipe I dimana f(x,y) kontinu, maka


b g2 ( x )

 f ( x, y )dA    f ( x, y )dydx
a g1 ( x )

 g2 ( x )
b 
    f ( x, y ) dy  dx
a 
 g1 ( x ) 

b. Jika R adalah daerah tipe II dimana f(x,y) kontinu, maka

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 87


d h2 ( y )

 f ( x, y ) dA    f ( x, y )dxdy
c h1 ( y )

d  h2 ( y ) 
 c  h ( y )f ( x, y ) dx  dy
1 

Contoh
1 x2

y
2
Selesaikan xdydx
0 x

Jawab

1 x2 x 2 
2
1

0 x  0 x
  dx
2
y xdydx y xdy
 
x2
y3x
1
 
0

3  y  x
1
 x7 x4 
     dx
0 
3 3
1
 x 8 x 5  13
    
 24 15  0 120

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 88


Contoh
 / 3 cos y
Selesaikan   x sin ydxdy
0 0

Jawab

 / 3 cos y

 / 3 cos y

  x sin ydxdy     x sin ydx dy
0 0 0  0 
 /3 2
sin y x 0 dy
x
 
cos y

0
2
 /3
1 
   2 cos
2
y sin y  dy
0 
1  /3
  cos 3 y 0
6

7

48

Contoh

 ( x  4 y )dA dimana R adalah daerah dalam bidang-xy yang dibatasi


3
Hitunglah
R

oleh grafik-grafik dari persamaan y  x 2 dan y  2 x

Jawab

Daerah R bisa merupakan daerah tipe I maupun tipe II. Jika R dianggap bentuk
tipe I dengan batas bawah y  x 2 dan batas atas y  2 x , di mana 0  x  2 , maka

2 2x

 ( x  4 y )dA    ( x 3  4 y ) dy dx
3

R 0 x2

1
Jika R merupakan bentuk tipe II, maka batas kirinya adalah x  y dan batas
2

kanannya adalah grafik x  y , dimana 0  y  4

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 89


4 y

 f ( x, y)dA    ( x  4 y ) dx dy
3

R 0 (1 / 2 ) y

y
1 
4
   x 4  4 yx dy
0  (1 / 2 ) y
4
 1   1 
4
   y 2  4 y 3 / 2    y 4  2 y 2  dy
0    64 
4
32

3

Contoh

Misalkan R daerah yang dibatasi oleh persamaan-persamaan


y x , y  3 x  18 , dan y  0. Jika f fungsi kontinu pada R, nyatakan integral

lipat dua  f ( x, y)dA dalam bentuk tipe I dan tipe II.


R

Jawab

Grafik-grafik y  x dan y  3 x  18 merupakan separo bagian atas dari

parabola-parabola y 2  x dan y 2  3x  18 .

Untuk bentuk tipe I, perlu dipartisi menjadi 2 daerah, karena untuk 0  x  6 ,


batas bawahnya adalah grafik y  0. Sedangkan untuk 6  x  9 , batas

bawahnya adalah y  3 x  18 . Maka

 f ( x, y) dA   f ( x, y) dA   f ( x, y) dA
R R1 R2

6 x 9 x
  f ( x, y) dydx    f ( x, y) dydx
0 0 6 3 x 18

Jika menggunakan bentuk tipe II, batas untuk y adalah 0  y  3 dan batas untuk x
y2
adalah x  y 2 serta x  3 6

y2
3 3
6

 f ( x, y) dA    f ( x, y) dxdy
R 0 y2

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 90


LATIHAN
A. Selesaikan semua integral berikut ini:
1 2
1.   ( x  3)dydx
0 0

0 5
2.   dxdy
1 2

3 1
3.   (2 x  4 y)dydx
1 1

6 7
4.   dydx
4 3

1 1
x
5.   ( xy  1)
0 0
2
dydx

0 2

  (x  y 2 )dxdy
2
6.
 2 1

4 1

x
2
7. ydxdy
2 0

ln 3 ln 2

 e
x y
8. dydx
0 0

 2
9.   x cos xydydx
 /2 1

2 1
10.   y sin xdydx
0 0

ln 2 1

  xye dydx
2
y x
11.
0 0

4 2
1
12.   ( x  y)
3 1
2
dydx

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 91


B. Sketsalah daerah integrasi sebagai berikut:
2 4 x 2
1.   f ( x, y) dydx
1  4  x 2

3 y
1
2.   f ( x, y) dxdy
0 y

1 ex
3.   f ( x, y) dydx
3 tan 1 x

1 cos y
4.   f ( x, y ) dxdy
11 y 4

C. Ubahkan ke bentuk tipe yang lain, kemudian hitunglah integral lipat sebagai
berikut:
1 2
 y 2  dydx
1.  e
0 2x

2 4

  y cos x
2
2. dxdy
0 y2

8 2
y
3. 
0 3 16  x 7
dxdy
y

D. Tuliskan formula untuk mencari luas daerah R di bawah ini, dengan


menggunakan kedua tipe pengintegralan.

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 92


Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 93
APLIKASI INTEGRAL LIPAT DUA

Tujuan Pembelajaran :

Mahasiswa mampu memahami dan menyelesaikan permasalahan aplikasi integral

lipat dua

Materi / Substansi belajar :


 Volume Benda Padat dengan Menggunakan Integral Lipat Dua
 Luas Daerah dengan Menggunakan Integral Lipat Dua

Evaluasi :
dilakukan dengan melakukan penilaian dari keaktifan mahasiswa dalam diskusi di
kelas, pengerjaan tugas dan latihan

Aplikasi Integral Lipat Dua

Integral lipat dua banyak sekali digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Luas
suatu daerah dan volume benda padat dapat diselesaikan dengan menggunakan
integral lipat dua. Aplikasi integral lipat dua untuk menghitung luas suatu daerah
dan volume benda padat mengikuti aturan sebagai berikut.

Luas Daerah dengan Menggunakan Integral Lipat Dua

Aplikasi integral lipat dua lainnya adalah dapat menentukan luas suatu daerah.
Dengan menggunakan rumus integral lipat dua pada pembahasan sebelumnya,
luas daerah dapat dipandang sebagai integral lipat dua jika f(x,y) = 1.

Luas daerah jika daerah merupakan tipe I

x2 b y 2  y ( x )

A   dA    dydx
R x1 a y1  y ( x )

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 94


Luas daerah jika daerah merupakan tipe II
y 2 b x 2  x ( y )

A   dA    dxdy
R y1  a x1  x ( y )

Contoh

Hitung luas daerah yang dibatasi oleh x + y = 2 dan 2y = x + 4

Jawab :

Sebelum ditentukan luasnya, daerah tersebut digambar terlebih dahulu

2y=x+4

x+y=2

2 2 y
A   dA    dxdy
R 0 2 y 4
2
  x 2 y  4 dy
2 y

0
2
  6  3 y dy
0


 6 y  32 y 2 2
0

 12  6  6 satuan luas

Contoh

Gunakan integral lipat dua untuk menentukan luas daerah yang dibatasi oleh:

3x + 2y = 12, x = 0, y = 0

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 95


Jawab

Maka luas daerah yang diarsir adalah

6 4 3 y
2

A   dA    dxdy
R
0 0
6
4  23 y
 x0 dy
0

 2 
6
   4  y dy
0
3 
6
 1 
 4 y  y 2 
 3 0
 24  12
 12 satuan luas

Volume Benda Padat dengan Menggunakan Integral Lipat Dua

Salah satu aplikasi dari integral lipat dua adalah dapat menentukan volume benda
padat. Dengan menggunakan rumus integral lipat dua pada pembahasan
sebelumnya, bentuk umum dari volume benda padat diberikan sebagai berikut.

Volume benda padat jika daerah asal merupakan daerah tipe I

V   f ( x, y ) dA
R
x2 b y 2  y ( x )

  
x1  a y1  y ( x )
f(x,y) dydx

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 96


Volume benda padat jika daerah asal merupakan daerah tipe II

V   f ( x, y ) dA
R
y2  d x 2  x ( y )

   f(x,y) dxdy
y1  c x 1  x ( y )

Contoh

Dengan menggunakan integral lipat dua, tentukan volume benda padat yang

dibatasi oleh 6 x  4 y  3z  12 serta bidang-bidang koordinat.

Jawab

Z
(0,0,4)

X
(2,0,0)

Y (0,3,0)

6 x  4 y  3 z  12
 3 z  12  6 x  4 y
 z  4  2 x  43 y

Volume benda padat dihitung dengan menggunakan integral lipat dua sebagai
berikut:

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 97


V   f ( x, y ) dA
R
x2  2 y 2 3 2 x
3

 
x1 0

y1 0
4  2x  4
3 y dydx

x2  2
y2 3 32 x
 
x1 0
4 y  2 xy  2
3 y2 y1 0 dx

x2  2

  (4  2 x)(3 
x1 0
3
2 x )  23 (3  3
2 x ) 2 dx

x2  2

  (12  6 x  6 x  x )  23 (9  9 x 
2 9
4 x 2 ) dx
x1 0
x2  2

 6  6x 
x2  2
 3
2 x 2 dx  6 x  3x 2  1
2 x3 x1 0
x1 0

 6( 2)  3( 2) 2  1
2 ( 2) 3  4 satuan volume

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 98


LATIHAN

1. Dengan menggunakan integral lipat dua hitunglah luas area berikut ini:
a. Daerah yang dibatasi oleh parabola y 2  4  x dan y 2  4  4 x

b. Daerah pada kuadran pertama yang dibatasi oleh x 2  4  2 y`

c. Daerah yang dibatasi oleh parabola-parabola y  2  x 2 dan y  3x 2  6 x

d. Daerah yang dibatasi oleh x 2  4 y , 8 y  x 2  16

e. Daerah yang dibatasi oleh kurva y 2  4 x, x 2  5  2 y dan x  0

2. Tentukan volume benda padat berikut ini dengan menggunakan integral lipat
dua. Setiap benda padat masing-masing dibatasi oleh daerah sebagai berikut.
a. dibatasi oleh bidang-bidang x 2  z 2  9, y  2 x, y  0, z  0 di oktan
pertama.
b. dibatasi oleh bidang-bidang koordinat dan 6x + 4y + 3z = 12
c. di dalam x 2  y 2  9 di atas z = 0 dan di bawah z = 3-x

d. dibatasi di atas oleh z  9  x 2 dan di bawah oleh z = 0 dan y 2  3 x

e. dibatasi oleh z  x 3 , x  4 y 2 ,16 y  x 2 , z  0 di oktan pertama.

3. Tentukan volume benda pejal di bawah ini dengan menggunakan integral lipat
dua.

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 99


DAFTAR PUSTAKA:

1. Anton, Howard, Calculus with Analytic Geometry, New York: John Wiley
& Sons, 1988
2. Mursita, Danang, Matematika Dasar untuk Perguruan Tinggi, Bandung:
Penerbit Rekayasa Sains, 2004
3. Purcell, Edwin J., Kalkulus, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004
4. Swokowsky, Earl W, Calculus with Analytic Geometry, Boston: PWS-
Kent, 1988
5. Modul Kalkulus 2, STIS, 2014

Modul Kalkulus 1 D3 STIS Page 100


SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK
Jl Otto Iskandardinata No 64 C Jakarta 13330
Telp. (021) 8508812, 8197577 Fax. (021) 8197577

Anda mungkin juga menyukai