Anda di halaman 1dari 114

Powered by TCPDF (www.tcpdf.

org)
DAFTAR ISI SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………...……1
1.2 Bilangan Kompleks…………………………....4
1.2.1 Operasi Bilangan Kompleks…………. 5
1.2.2 Sifat Operasi Bilangan Kompleks…….7
1.2.3 Geometri Bilangan Kompleks………...9
1.2.4 Konjuget Kompleks………………… 13
1.2.5 Bentuk Polar…………………………19
1.2.6 Bentuk Akar…………………………26

BAB II FUNGSI ANALITIK DAN FUNGSI UNIVALE


2.1 Fungsi Analitik………………………………...29
2.1.1 Fungsi Variabel Kompleks…………..29
2.1.2 Geometri Fungsi Kompleks……….....32
2.1.3 Limit…………………………...…….35
2.1.4 Limit Takhingga dan Limit di Tak
Hingga………………………………..42
2.1.5 Kekontinuan………………………….44
2.1.6 Turunan……………………………....46
2.1.7 Persamaan Cauchy-Riemann……...…48
DAFTAR ISI SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

2.1.8 Fungsi Analiti……………………...…50


2.1.9 Fungsi Harmonik……………………..52
2.2 Fungsi Univalen………………………………..55
2.2.1 Konjektur Bieberbach…...………...…58
2.2.2 Fungsi Dengan Bagian Riil
Positif………………………………...59
2.2.3 Subkelas bagi fungsi univalent………60
2.2.4 Subordinasi………………………..…61
2.2.5 Operator Integral………………….....63

BAB III SIFAT-SIFAT SUBKELAS FUNGSI UNIVALEN


MENGGUNAKAN INTEGRAL NOOR
3.1 Subkelas Fungsi Univalen.................................65
3.2 Sifat Subkelas S n (  ;  ), menggunakan operator
integral Noor.....................................................67
3.3 Sifat Subkelas C n (  ;  ) menggunakan operator
integral Noor.....................................................70
3.4 Sifat Subkelas Qn (  ,  ;  , ) menggunakan
operator integral Noor......................................71
..
BAB IV SIFAT-SIFAT SUBKELAS FUNGSI UNIVALEN
MENGGUNAKAN INTEGRAL NOOR
MELIBATKAN INTEGRAL LIBERA
4.1 Subkelas Fungsi Univalen.................................81
4.2 Sifat Subkelas S n (  ;  ), melibatkan integral
Libera................................................................83
4.3 Sifat Subkelas C n (  ;  ) melibatkan integral
Libera.............................................................. 86
DAFTAR ISI SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

4.4 Sifat Subkelas Qn (  ,  ;  , ) melibatkan integral


Libera.............................................................. 87

BAB V PENUTUP.................................................................97
DAFTAR PUSTAKA...........................................................101
BAB I SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan
yang sangat unik sekali. Karena matematika dapat digunakan
hampir oleh semua bidang ilmu pengetahuan yang lain.
Sehingga matematika dapat dikatakan sebagai alat (tools) yang
akan digunakan untuk hal yang lainnya. Banyak hal dibahas
pada matematika diantaranya kalkulus yang membahas
mengenai konsep dan penghitungan pada fungsi, limit , turunan
dan integral. Aljabar yang membahas mengenai konsep matriks
dan ruang vektor, adalagi statistik yang berhubungan dengan
pengolahan data dan sebagainya.
Semua materi pada tersebut berdomain pada
bilangan yang besar yaitu bilangan riil dan bilangan kompleks.
Materi yang membahas mengenai bilangan riril dikenal dalam
Analisis Rill dan materi yang membahas mengenai bilangan
kompleks Analisis Kompleks.
Analisis kompleks dalam matematika adalah suatu
objek yang sangat menarik sekali disebabkan dalam bidang
kompleks yang dikaji tidak hanya satu bilangan saja, tetapi ada
dua bilangan. Bilangan yang dimaksud adalah bilangan riil dan
bilangan khayal (imajiner), sebab kita ketahui bahwasannya
bilangan kompleks dapat ditulis dalam bentuk a + bi.
Seterusnya bentuk a + bi ini akan dilambangkan dengan suatu
1
BAB I SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

simbol z. Akhirnya simbol z inilah yang akan mewakili bentuk


kompleks pada fungsi-fungsi yang berkaitan dengan analisis
kompleksnya antara lain fungsi analitik, fungsi univalen dan
yang berkaitan dengan kompleks lainnya.
Konsep fungsi dalam matematika merupakan suatu
pemetaan dari himpunan domain (daerah asal) ke himpunan
range (daerah hasil). Konsep pemetaan seperti ini tentunya
terdapat pada bilangan riil 𝑅 yang hanya memerlukan satu
bidang saja, yaitu domain dan range pada bidang yang sama
(bidang 𝑥𝑦). Selanjutnya pada bidang tersebut kita dapat buat
berbagai bentuk dari fungsi – fungsi yang diinginkan yang
disebut dengan geometri.
Geometri merupakan cabang sains matematika tertua
yang mencakup bentuk dari suatu benda, ukuran benda,
kedudukan tempat dan sifat ruang. Geometri juga membahas
panjang suatu bentuk benda, luas dan isi dari volume benda.
Pada abad ke-3 sebelum masehi geometri diterjemahkan
kedalam bentuk aksioma yang hingga kini dikenal sebagai
geometri Euklidan. Selanjutnya pada saat Koordinat Cartesian
diperkenalkan maka geometri dapat diterjemahkan kedalam
dimensi satu, dua dan tiga.
Geometri terdapat pada setiap komponen kehidupan,
diantaranya: pada badan manusia terdapat corak atau pola
tertentu untuk memudahkan mengetahui jenis DNA. Contoh
lainnya dalam batu permata juga terdapat bentuk ukiran yang
berbeda-beda antara permata satu dengan yang lain, begitu juga
dalam bentuk seni bangunan bentuk tertentu dapat
menggambarkan status keagamaan dan status bangsa pada
suatu daerah.

Semua paparan di atas merupakan contoh-contoh


geometri pada bilangan riil. Banyak yang tidak mengetahui ada
2
BAB I SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

satu lagi bidang yang disebut dengan bidang kompleks 𝐶.


Geometri pada bidang kompleks 𝐶 merupakan pemetaan dari
satu bidang ke bidang yang lain, yaitu bidang 𝑧 dan bidang 𝑤,
sehingga geometri pada kompleks cukup rumit untuk
membayangkannya. Namun banyak peneliti yang mengkaji
geometri pada bidang kompleks tersebut. Landasan para
peneliti tersebut adalah Teori Fungsi Geometri.
Setiap fungsi peubah kompleks dalam teori fungsi
geometri diartikan dalam beberapa keadaan dan diberi nama
berdasarkan kepada domain atau daerah asal fungsi tersebut
didefinisikan. Sebagai contoh fungsi starlike (bakbintang),
convex (cembung) dan close-to-convex (hampir cembung).
Semua fungsi tersebut merupakan subkelas-subkelas dari
bentuk fungsi univalen yang ternormalkan dengan 𝑓(0) =
0 𝑑𝑎𝑛 𝑓 ′ (0) = 1 dan dilambangkan sebagai kelas 𝑆.

Fungsi univalen merupakan satu dari cabang yang amat


penting dalam bidang teori fungsi geometri. Secara umum
fungsi yang ternormalkan dan dilambangkan dengan 𝑆 dapat di
bentuk seperti berikut

𝑓 (𝑧) = 𝑧 + ∑∞ 𝑛
𝑛=2 𝑎𝑛 𝑧 .

Berdasarkan bentuk fungsi tersebut banyak hal yang dapat


dikaji, antaranya terkaan atau estimate dari koefisien 𝑎𝑛 .
Penelitian ini pertamakali dikaji oleh Bieberbach yang sangat
dikenal dalam bidang kompleks yaitu Konjektur Bieberbach
(1916). Selanjutnya banyak peneliti matematika
mempekenalkan kelas baru yang berdasarkan subkelas dasar
dari 𝑆 dengan melibatkan berbagai bentuk operator, baik
operator integral maupun operator turunan. Berdasarkan kelas
tersebut juga dapat dikaji fungsian fekete-szego (1933) yaitu
suatu kajian yang berhubungan dengan terkaan bieberbach
pada kelas-kelas yang disebutkan seperti di atas.
3
BAB I SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Fungsi univalen dan fungsi analtik yang dibicarakan


semuanya berdomain di bilangan kompleks. Suatu fungsi
dikatakan analitik apabila memenuhi persamaan Cauchy-
Rieman. Suatu fungsi yang bernilai tunggal f dikatakan
univalen apabila ianya tidak mengambil dua nilai yang sama,
maksudnya jika f z1   f z 2  untuk semua titik di z1 dan z 2 di
domain D dengan z1  z 2 .

1.2 BILANGAN KOMPLEKS


Sistem bilangan kompleks merupakan perluasan
dari sitem bilangan riil atau nyata. Bilangan kompleks
pertamakali menjadi penting disaat belajar pada persamaan
aljabar. Pada bilangan riil diketahui bahwa setiap persamaan
kuadrat mempunyai dua akar-akar penyelesaian, setiap
persamaan kubik mempunyai tiga akar-akar penyelesaian dan
seterusnya. Tetapi pada persamaan x 2  1  0 tidak mempunyai
akar-akar penyelesaian bilangan riil, disebabkan akar-akarnya
mempunyai nilai x    1 yang dikenal dengan penyelesaian
akar-akar imajiner. Bilangan imajiner merupakan bagian dari
bilangan kompleks, sehingga kita akan memperkenalkan
mengenai bilangan kompleks tersebut.
Sistem bilangan kompleks dapat diperkenalkan
secara formal dengan menggunakan konsep pasangan terurut
(order pair) bilangan nyata (x,y). Himpunan bilangan kompleks
dinotasikan dengan C . Himpunan bilangan kompleks
didefinisikan sebagai keseluruhan semua besaran yang
berbentuk

𝑥 + 𝑖𝑦

dengan 𝑥 dan 𝑦 adalah bilangan nyata dan 𝑖 adalah bilangan


imajiner atau khayal yang nilai 𝑖 2 = −1.
4
BAB I SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Jika 𝑧 = 𝑥 + 𝑖𝑦 merupakan suatu bilangan


kompleks, maka 𝑥 inamakan bagian nyata (real part) dari 𝑧
dan 𝑦 dinamakan bagian khayal (imaginary part) dari 𝑧,
dalam penulisan matematikanya menggunakan simbol yaitu:

𝑅 (𝑧 ) dan 𝐼 (𝑧 )

Perlu dinyatakan bahwa 𝑅(𝑧) dan 𝐼 (𝑧) adalah


bilangan nyata. Dari bilangan kompleks 𝑧 = 𝑥 + 𝑖𝑦, apabila
𝑅(𝑧) = 0 dan 𝐼(𝑧) ≠ 0 maka 𝑧 dinamakan khayal murni
(pure imaginary), contohnya 𝑧 = 7𝑖. Khususnya lagi apabila
𝑅(𝑧) = 0 dan 𝐼 (𝑧) = 1 , maka kita dapat tuliskan 𝑧 = 𝑖, dan
bilangan ini kita namakan satuan khayal (imaginary unit).
Bila 𝐼(𝑧) = 0 maka 𝑧 menjadi bilangan nyata 𝑅(𝑧), maka
dalam pengertian ini kita dapat memandang suatu bilangan
nyata 𝑥 sebagai bilangan kompleks dengan bentuk 𝑧 = 𝑥 + 0𝑖.

1.2.1 Operasi Bilangan Kompleks


Operasi bilangan kompleks sama halnya dengan
operasi bialngan nyata atau riil. Di bawah ini diberikan
beberapa definisi operasi pada bilangan kompleks. Jika 𝑧1 =
𝑥1 + 𝑖𝑦1 dan 𝑧2 = 𝑥2 + 𝑖𝑦2 maka berlaku:

1. Kesamaan
Kesamaan bilangan kompleks didefinisikan sangat
sederhana, yaitu:

𝑧1 = 𝑧2 jika dan hanya jika 𝑥1 = 𝑥2 dan 𝑦1 = 𝑦2 ,

atau dalam bentuk pasangan berurut (𝑥1 , 𝑦1 ) = (𝑥2 , 𝑦2 ).

2. Penjumlahan

5
BAB I SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Jumlah dua bilangan kompleks didefinisikan sebagai

𝑧1 + 𝑧2 = (𝑥1 + 𝑖𝑦1 ) + (𝑥2 + 𝑖𝑦2 )

= (𝑥1 + 𝑥2 ) + 𝑖 (𝑦1 + 𝑦2 ),
dalam bentuk pasangan berurut menjadi
(𝑥1 , 𝑦1 ) + (𝑥2 , 𝑦2 ) = (𝑥1 + 𝑥2 , 𝑦1 + 𝑦2 )

3. Selisih
Selisih dua bilangan kompleks didefinisikan sebagai

𝑧1 − 𝑧2 = (𝑥1 + 𝑖𝑦1 ) − (𝑥2 + 𝑖𝑦2 )


= (𝑥1 + 𝑥2 ) − 𝑖 (𝑦1 + 𝑦2 ),

dalam bentuk pasangan berurut menjadi


(𝑥1 , 𝑦1 ) − (𝑥2 , 𝑦2 ) = (𝑥1 − 𝑥2 , 𝑦1 − 𝑦2 )

4. Perkalian
Perkalian dua bilangan kompleks didefinisikan sebagai

z1 z 2  x1  iy1 x2  iy 2 


 x1 x2  y1 y 2   x1 y 2  x2 y1 i

5. Pembagian
Pembagian dua bilangan kompleks didefinisikan sebagai

z1 x1  iy1 x1 x2  y1 y 2   x2 y1  x1 y 2 i


 
z 2 x2  iy 2 x2 2   y2 2
Berdasarkan operasi pada bilangan kompleks di atas maka akan
diberikan sifat-sifat aljabar yang berlaku dari operasi bilangan
kompleks tersebut
6
BAB I SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

1.2.2 Sifat Operasi Bilangan Kompleks


1. Sifat Komutatif pada penjumlahan dan
perkalian, yaitu;
z1  z 2  z 2  z1
z1 z 2  z 2 z1

2. Sifat Assosiatif pada penjumlahan dan


perkalian, yaitu;
z1  z 2  z 3   z1  z 2   z 3
z1 z 2 z 3   z1 z 2 z 3

3. Sifat distributif kiri dan kanan


z1 z 2  z 3   z1 z 2   ( z1 z 3 )
z1  z 2  z3  z1 z 3   ( z 2 z 3 )

4. Identitas penjumlahan
z0  z dengan 0  (0,0) atau
0  0  0i
5. Identitas perkalian
z 1  z dengan 1  (1,0) atau 1  1  0i

6. Memiliki invers penjumlahan


z  ( z )  0 dengan  z   x, y  atau
 z   x  iy

7. Memiliki invers perkalian


z  z 1  1 dengan
 x y 
z 1   2 , 2 
2 
x y x y 
2

7
BAB I SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Contoh 1.1

Apabila z1  3  5i, z 2  4  2i , z 3  2  i maka:

1. z1  2 z 2  3z3

 3  5i   2 4  2i   32  i 
 11  12i.
2. ( z1  z 2 ) z 3

 3  5i   4  2i 2  i 
 5  15i.
3. z1 z 2  z 3 

 3  5i   4  2i   2  i 
 3  5i  2  i 
 1  13i.

Contoh 1.2
Buktikan hukum komutatif untuk penjumlahan
z1  z 2  z 2  z1.

Penyelesaian:

Misalkan z1  x1  iy1 dan z 2  x2  iy 2 maka

8
BAB I SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

z1  z 2  x1  iy1   x2  iy 2 


 x1  x 2   i  y1  y 2  definisi jumlah

 x2  x1   i  y2  y1  sifat komutatif bilangan riil

 x2  iy 2   x1  iy1  definisi jumlah

 z 2  z1

1.2.3 Geometri Bilangan Kompleks


Berdasarkan definisi awal mengenai bilangan kompleks
yang merupakan pasangan berurut bilangan nyata (x,y), maka
suatu bilangan kompleks dapat diiterprestasikan pada sebuah
bidang koordinat kartesius xy atau bidang z (bidang
kompleks) . Sumbu x disebut sumbu nyata (real) dan sumbu y
disebut sumbu khayal. Bilangan kompleks x  iy dapat
dipikirkan sebagai vektor pada bidang datar, berpangkal pada
titik pusat dan berujung pada titik (x,y). Sebagai contoh dapat
dilihat gambar di bawah ini, yaitu bentuk representasi bilangan
kompleks pada bidang z (bidang kompleks).

Selanjutnya untuk sebarang bilangan kompleks


z  x  iy , modulus bilangan kompleks yang dinotasikan
sebagai z yang didefinisikan sebagai panjang vektor z
sehingga:


z  x2  y2  1
2
.
 x y
2 2

9
BAB I SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Contoh 1.3

1. Jika z  3  2i maka z   3  2i  13

2. Jika z  5  7i maka z  5  7i  74.

Jarak antara dua titik z1  x1  iy1 danz 2  x2  iy 2


merupakan modulus dari z1  z 2 , secara aljabar dapat dilihat
sebagai berikut z1  z 2  x1  x2   i y1  2  maka

z1  z 2  x1  x2 2   y1  y 2 2 .

Bilangan kompleks z berkorespondensi pada titik-titik


yang terletak di lingkaran dengan pusat z 0 dan jari-jari R maka
memenuhi persamaan z  z0  R dan sebaliknya.

Contoh 1.4 Persamaan z  5  2i  7 merupakan lingkaran


dengan pusat z 0  5,  2 dan jari-jari R  7 .

Berdasarkan definisi modulus maka bilangan real dari


modulus z adalah x 2 dan imajiner dari modulus z adalah y 2
yang dapat dilihat seperti berikut :

z  Re z   Im 
2 2 2

maka :

Re z  Re z  z , Im z  Im z  z .

10
BAB I SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Berdasarkan definisi modulus di atas jelaslah bahwa


modulus z merupakan jarak titik z ke titik pusat dan oleh
karena itu, modulus z merupakan bilangan nyata positif.
Apabila z  x  iy merupakan bilangan nyata jika y  0 ,
  1
sehingga nilai modulus z  x 2 2 yang merupakan definisi
nilai mutlak sutau bilangan nyata x . Hal ini menunjukkan
bahwa modulus bilangan kompleks dapat dipikirkan sebagai
pengembangan konsep nilai mutlak bilangan real (nyata).

Konsep z yang merupakan jarak antara titik pusat o


dan z , sehingga dapat dikembangkan secara alami untuk
mendefinisikan jarak antara sebarang dua bilangan dan
w  a  ib sebagai besaran z  w . Persamaan tersebut benar-
benar merupakan jarak antara titik-titik x, y  dan a, b
dengan mudah dapat diperlihatkan sebagai berikut:

z  w  x  iy   a  ib 
 x  a   i y  b 

 x  a 2   y  b 2
Bentuk terakhir dari persamaan di atas merupakan bentuk
jarak antara dua titik yang kita kenal di materi kalkulus dan
analitik.

Sifat-sifat dari modulus bilangan kompleks z :

1. z   z  z .

2. z  w  w  z .

11
BAB I SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

3. z  z 2  z z .
2

4. zw  z w .

z z
5.  , w0
w w

6. z  w  z  w .

7. z  w  zw .

8. z  w  z  w .

Sifat 6 dikenal sebagai ketidaksamaan segitiga.

Contoh 1.5 Tunjukkan bahwa persamaan z  i  2 merupakan


suatu lingkaran dan tentukan pusat lingkaran dan jari-jarinya.

Penyelesaian:
Dengan menuliskan persamaan di atas kedalam bentuk jarak
maka:

z   i   2

yang merupakan jarak dari z ke –i , sehingga persamaan ini


akan dipenuhi oleh semua titik z yang jaraknya dari –i sama
dengan 2. Jelaslah bahwa himpunan semua titik tersebut
merupakan lingkaran yang pusatnya –i dan jari-jarinya 2.
Hasil yang sama dapt diperoleh dengan cara aljabar berikut:

12
BAB I SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

z   i   2 , dengan mengganti z  x  iy ke
dalam persamaan maka akan diperoleh:

x  iy   i   2
x  i  y  1  2

gunakan aturan modulus kompleks, maka didapat:

x 2   y  1  2
2

kuadratkan ruas kiri dan kanan maka :

x 2   y  1  2 2
2

maka di dapat dari persamaan di atas bahwa persamaan


tersebut merupakan lingkaran dengan pusat 0,1 atau z  i
dan jari-jarinya 2.

1.2.4 Konjuget Kompleks


Konjuget dari suatu bilangan kompleks didefinisikan
sebagai bilangan kompleks yang berbentuk z  x  iy ,
konjuget tersebut juga dapat dinyatakan sebagai pasangan
berurut x,  y . Konjuget dari suatu bilangan kompleks yang
konjuget akan kembali kebentuk awal bilangan kompleks yaitu;

z  x  iy
 x  iy . .
 x  iy
 z.

13
BAB I SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Modulus dari bentuk konjuget kompleks adalah modulus dari


bilangan kompleks yaitu:

z  x 2   y 
2

 x2  y2
 z.

Sifat - sifat konjuget kompleks :

Jika diberikan z1  x1  iy1 dan z 2  x2  iy 2 maka:

1. z1  z 2   x1  iy1    x 2  iy 2 
  x1  x 2   i  y1  y 2 
  x1  x 2   i  y1  y 2 
  x1  iy1    x 2  iy 2 
 z1  z 2 .

2. z1  z 2  z1  z 2 .

3. z1 z 2  z1 z 2 .

z  z1
4.  1   , z 2  0 .
 z2  z2

5. z z  z .
2

14
BAB I SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Contoh 1.6
Buktikan sifat ke 6 dari sifat modulus yaitu sifat ketidaksamaan
segitiga!

Penyelesaian:

 
z  w  z  w z  w sifat modulus no.3
2

 
 z  w z  w sifat konjuget no 1

 z z  w w  z w  zw sifat perkalian aljabar


2 2
 
 z  w  2 Re z w sifat modulus no 3

 z  w  2 zw
2 2

 z  w  2 z w sifat modulus no 1 dan no4


2 2


 z w
2 2 2
 sifat persamaan kuadrat aljabar

Berdasarkan hasil pembuktian di atas maka diperoleh

zw  z  w
2
 2 2

artinya

zw  z  w

Terbukti sifat ketidaksamaan segitiga.

15
BAB I SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Penjumlahan z  z pada bilangan kompleks dengan


z  x  iy dan konjuget kompleks z  x  iy menghasilkan
bilangan real 2x dan selisihnya z  z adalah murni bilangan
zz zz
imajiner 2iy yaitu: Re z  dan Im z  .
2 2i

Contoh 1.7 Tunjukkan 2  i   3  4i !


2

penyelesaian:

2  i 2  2  i 2  i 
 4  4i  1  3  4i
 3  4i.

Contoh 1.8 Carilah tempat kedudukan semua titik pada bidang


 
datar sedemikian hingga Im i  z  4 .

Penyelesaian: Substitusikan persamaan z  x  iy kedalam


 
persamaan Im i  z  4 , maka didapat;

Im i  x  iy   4

gunakan aturan konjuget maka:

Im i  x  iy   4
Im x  i 1  y   4

sehingga imajiner dari persamaan di atas adalah 1  y dan


1  y  4 maka

16
BAB I SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

y  3 . Jadi tempat kedudukan yang memenuhi adalah garis


mendatar y  3 .

Contoh 1.9 Tentukan secara geometri kemudian secara aljabar,


tempat kedudukan titik z sedemikian hingga z  2i  z  2 .

Penyelesaian:
Secara geometri: Kita cari semua titik z yang jaraknya dari 2i
dan -2. Berdasarkan geometri bidang datar kita ketahui bahwa
tempat kedudukan titik-titik itu ialah sumbu yang membagi dua
sama besar dan tegak lurus pada penggal garis yang
menghubungkan titik-titik 2i dan -2. Dengan menggambarkan
titik-titik tersebut kita dapatkan tempat kedudukan yang
dinyatakan yaitu garis:

y  x .

Secara Aljabar: Jika z  x  iy disubstitusikan ke persamaan di


atas maka diperoleh:

z  2i  z  2
x  iy  2i  x  iy  2
x  i y  2  x  2  iy

gunakan aturan modulus pada bilangan kompleks maka:

x 2   y  2  x  22  y 2
2

kuadratkan kedua ruas persamaan maka:

17
BAB I SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

x 2   y  2  x  2  y 2
2 2

sederhanakan sehingga diperoleh;

x 2  y 2  4 y  4  x 2  4x  4  y 2
 4 y  4  4x  4
y   x.

Contoh 1.10 Tentukan bentuk kompleks dari persamaan


x  3y  2 !

Penyelesaian:
Sebelumnya diketahui bahwa nilai x dan y diberikan sebagai
berikut:

zz zz
Re z  dan Im z  .
2 2i

zz zz
maka x dan y 
2 2i
selanjutnya substitusikan persamaan di atas ke dalam
persamaan x  3 y  2 , maka akan di peroleh:

18
BAB I SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

zz zz
3 2
2 2i
   
z  z 2i  3 z  z 2
2
4i
2iz  2i z  6 z  6 z
2
4i
2iz  6 z  2i z  6 z  8i
iz  3z  i z  3z  4i
i  3z  i  3z  4i
Persamaan di atas merupakan bentuk kompleks dari persamaan
linier yang diberikan.

1.2.5 Bentuk Polar


Andaikan r dan  adalah koordinat – koordinat polar
pada titik x, y  yang berkorespondensi pada bilangan
kompleks yang tidak nol z  x  iy , dengan:

x  r cos  dan y  r sin 

maka persamaan z menjadi :


z  r cos   i r sin 
 r cos   i sin  .

Contoh 1.11 Diberikan bilangan kompleks 1  i yang terletak


pada kuadran keempat, maka tentukan bentuk polar dari
bilangan kompleks tersebut!
19
BAB I SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Penyelesaian:
Akan ditentukan nilai r dan  nya terlebih dahulu

r z  12   12  2.

y 1
tan     1
x 1

  45  
4

Maka persamaannya menjadi:

z  r cos   i sin  
      
1  i  2 cos   i sin  
  4   4 

Diambil nilai  yang positif dengan aturan argument yaitu


  2 n (n  0,  1,  2...) ,
4

sehingga persamaannya menjadi:

  7   7 
1  i  2 cos   i sin   .
  4   4 

Bilangan kompleks z  x  iy dapat disajikan dalam


koordinat kutub r ,  . Misalkan x  r cos dan y  r sin 
maka z  x  iy dapat dinyatakan dalam bentuk kutub

z  r cos  i r sin   r cos  i sin  


 r cis 
20
BAB I SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

dengan

r = modulus (nilai mutlak) z = z = x2  y2 .

 = argumen dari z = arg z


y
= arc tg , x  0.
x

y • z = x+ iy
r

θ
x

Nilai argumen dari z (arg z) tidak tunggal tetapi


merupakan kelipatan 2 (sesuai dengan kuadran dimana titik z
berada). Misalnya arg 1  i  dapat diambil salah satunya yaitu

 / 4, 9 / 4 dan  15 / 4 atau secara umum    2 n
4
dengan n bilangan bulat. Sedangkan, nilai utama (principal
value) dari arg z ditulis Arg z dengan    Arg z   adalah
tunggal. Sehingga didapat hubungan antara argument dengan
principal value yaitu:
arg z  Arg z  2n , n  0,  1,  2, .

21
BAB I SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Apabila diberikan

z  r cos  i sin   z  r cos  i sin  


dan
 r cis  r cis   

Maka

arg z   dan arg z  

Operasi aljabar bentuk kutub (polar) dan sifat argumen

Misal diberikan z1  r1 cos1  i sin 1  dan

z 2  r2 cos 2  i sin  2 

dengan r1  z1 , r2  z 2 , arg z1  1 , arg z 2   2 .

a. Perkalian
z1 z 2  r1r2 cis 1   2 
 z1 z 2 cis 1   2 

arg z1 z 2  arg z1  arg z 2 .

b. Pembagian z 2  0
z1 r1 z
 cis 1   2   1 cis 1   2  .
z 2 r2 z2

z1
arg  arg z1  arg z 2 .
z2
22
BAB I SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

i
c. Invers sebarang bilangan kompleks z  r e yaitu
z 1   cis    .
1 1
z r

1
arg   arg z .
z

Contoh 1.12 Nyatakan bilangan z  5  75i dalam bentuk


kutub!

Penyelesaian:
Langkah pertama adalah menentukan nilai modulus kompleks
yaitu

 52   
2
r z  75  100  10 .

Dan selanjutnya menentukan nilai argumentnya yaitu:


75 2
  arc tg    2k .
5 3

sehingga

2 2
z  5  75i  10 cos  10 i sin
3 3
2
z  10 cis .
3

dalam hal ini kita memilih principal value  yaitu Arg z

23
BAB I SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Contoh 1.13

(1  i ) (1  i 3 )
Diketahui z  . Tentukan bentuk kutub dari z
1 i
dan z .

Penyelesaian :
Dengan cara yang sama pada contoh di atas , maka kita akan
menentukan nilai modulus kompleks dan nilai  pada masing-
masing bilangan kompleksnya. Selanjutnya dengan
menggunakan sifat argumen diperoleh :

 
( 2 cis ) (2 cis )
z 4 3
3
2 cis
4
   3   
 2 cis      2 cis   .
4 3 4   6
dan

 
z  2 cis   .
6

Selain dalam bentuk umum z  x  iy dan bentuk kutub


z  r cos  i sin  , bilangan kompleks z juga dapat
dinyatakan dalam bentuk eksponen.

24
BAB I SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Bentuk eksponen: Bentuk eksponen bilangan kompleks


z  x  iy yaitu

i
z  re

i
dengan e  cos  i sin  dinamakan rumus Euler.

Operasi aljabar bentuk eksponen

i 1 i 2
Misal diberikan z1  r1 e dan z 2  r2 e , maka berlaku
operasi
a. Perkalian
i 1 i  2 i (   2 )
z1 z 2  r1 r2 e e  r1 r2 e 1 .

b. Pembagian
z1 r1 i (1   2 )
 e .
z 2 r2

i
c. Invers sebarang bilangan kompleks z  r e yaitu:
1 1  i
z 1   e .
z r

i
Bentuk pangkat: Misalkan z  r e , maka dengan
menggunakan aturan pangkat seperti pada bilangan riil
diperoleh:
25
BAB I SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

i n i n
z n  (r e )  rn e , n  0,  1,  2, 

Rumus De Moivre: Jika r  1 , maka bentuk pangkat di atas


i i n i i n
menjadi z n  ( e ) n  e , atau ( e ) n  e ,
n  0,  1,  2,  . Selanjutnya dapat ditulis dalam bentuk
(cos   i sin  ) n  cos n  i sin n yang disebut Rumus De
Moivre .

1.2.6 Bentuk akar


Misalkan z  r cis , akar pangkat n dari bilangan kompleks z
1
ditulis z n atau n z . Jika diberikan bilangan kompleks z  0
dan n bilangan bulat positif, maka diperoleh n buah akar
1
untuk z n yaitu

   2k   2k 
z  n r cos  i sin ,
k  n n 
k  0, 1, 2, , (n  1) .

Secara geometri, n buah akar tersebut merupakan titik-titik


sudut segi n beraturan pada suatu lingkaran dengan pusat titik
O dan jari-jari n r .

Contoh 1.14 Tentukan semua akar dari 3  8i dan gambarkan


akar-akar tersebut dalam bidang kompleks!
26
BAB I SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Penyelesaian :
8 
Misalkan z  8 i , maka r  z  8 dan   arctg  ,
0 2

Sehingga dengan menggunakan bentuk akar

   
   2k   2k 
z  3  8 i  3 8 cos 2  i sin 2 ,
k 3 3
 
 
k  0, 1, 2.

maka diperoleh akar-akar dari 3  8i yaitu:

   
   
z  3 8 cos 2  i sin 2 
0 3 3 
 .
 
   
 2cos ( )  i sin(  )  3  i
 6 6 

   
z  2 cos ( )  i sin( )  2 i .
1  2 2 

 7 7 
z  2 cos ( )  i sin( )   3 i .
2  6 6 

27
BAB I SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Contoh 1.15 Carilah ketiga akar dari bilangan i

Penyelesaian:
Ketiga akar dari bilangan i artinya adalah mencari nilai
persamaan untuk z 3  i atau z  i 1 3 . Selanjutnya tentukan
bentuk kutub dari z 3  i yaitu:


r 3 cis 3t  1 cis
2

Kemudian


r 3  1 dan 3t   2k ,
2

maka

 2k
r  1 dan t  
6 3

Dengan mengambil k  0, 1, 2 maka kita dapatkan berturut-


turut:

 3 i
z 0  1 cis  
6 2 2

5  3 i
z1 1 cis  
6 2 2
dan

3
z 2  1 cis  i.
2

28
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

BAB II
FUNGSI ANALITIK DAN
FUNGSI UNIVALEN

2.1 FUNGSI ANALITIK

Fungsi f z  disebut analitik di titik z 0 apabila


f (z ) ada di semua titik pada suatu lingkungan z 0 . Untuk
menguji keanalitikan suatu fungsi kompleks
w  f z   ux, y   i vx, y  digunakan persamaan Cauchy –
Riemann. Sebelum mempelejari persamaan Cauchy-Riemann
akan diperkenalkan terlebih dahulu pengertian tentang limit
fungsi dan turunan fungsi pada bilangan kompleks. Namun
sebelum hal tersebut maka kita harus bicara mengenai fungsi
peubah kompleks.

2.1.1 Fungsi Variabel Kompleks


Definisi 2.1: Misalkan C himpunan bilangan kompleks. Fungsi
kompleks f z  pada S adalah aturan yang mengawankan
setiap z  C dengan bilangan kompleks w.

Notasi w = f(z). Dalam hal ini, C disebut domain dari f dan z


dinamakan variabel kompleks.

29
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Misalkan w  u  iv adalah nilai fungsi f di


z  x  iy , sehingga

w  f z 
u  iv  f  x  iy .

Masing-masing bilangan riil u dan v bergantung pada variabel


riil x dan y , sehingga f z  dapat dinyatakan sebagai pasangan
terurut dari variabel riil x dan y , yaitu:

f z   ux, y   ivx, y  .

Jika koordinat polar r dan θ pada x dan y digunakan, maka:

 
u  iv  f re i ,

dimana w  u  iv dan z = reiθ.

Sehingga f z  dapat ditulis menjadi

f z   ur,   ivr,  .

Contoh 2.1 Misalkan w  f z   z 2  3z .

Tentukan u dan v serta hitung nilai dari f pada z  1 3i .


Nyatakan juga u dan v dalam bentuk polar.

Penyelesaian:
Misal z  x  iy , sehingga

30
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

f ( z )  f ( x  iy )
 ( x  iy ) 2  3( x  iy )
 x 2  3 x  y 2  i (2 xy  3 y )

jadi

u  x 2  3x  y 2

dan v  2 xy  3 y .

Untuk z  1 3i maka

f ( z )  f (1  3i)  (1  3i) 2  3(1  3i)  5  15i .

sehingga

u1.3  5 dan v1,3  15 .

Jika koordinat polar digunakan dengan z = reiθ, maka

f ( z )  f (re i )  (re i ) 2  3(re i )  r 2 e 2i  3re i


 r 2 cos 2  ir 2 sin 2  3r cos   3ir sin 
 r 2 cos 2  3r cos   i (r 2 sin 2  3r sin  )

sehingga di dapat

u  r 2 cos 2  3r cos 

dan v  r 2 sin 2  3r sin  .

31
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Contoh 2.2 Jika f  z   z  maka tentukan nilai dari ur, 


1
z

dan vr,  !

Penyelesaian:
Fungsi tersebut dapat dibentuk kedalam bentuk polar, yaitu:

 
f re i  re i 
1
i
 r cos   i sin    cos   i sin  
1
r
re
 1  1
  r   cos   i  r   sin 
 r  r

sehingga didapat nilai u dan v yaitu:

 1
u r ,     r   cos 
 r

 1
dan vr ,     r   sin  .
 r

2.1.2 Geometri Fungsi Kompleks

Selanjutnya kita tinjau geometri fungsi kompleks


artinya kit akan a memeriksa grafik yang mewakili fungsi
w  f z  . Menurut definisi, untuk setiap nilai peubah bebas
z  x  iy (dalam domain f ), fungsi itu menghasilkan nilai
tunggal w  u  iv sebagai peubah tak bebas. Masing-masing
peubah ini mempunyai dua dimensi dan gabungan mereka
membentuk besaran yang berdimensi empat yang sangat sulit
32
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

untuk digambarkan. Karena kesulitan ini grafik yang mewakili


suatu fungsi kompleks akan dipermudah dengan mengerjakan
pada dua bidang kompleks, lazimnya dinamakan: bidang z
dan bidang w .

Pemetaan fungsi variabel kompleks

Sifat-sifat dari fungsi bernilai riil dapat dilihat dari


grafik fungsinya. Tetapi untuk w  f z  , dengan w dan z
bilangan kompleks, tidak ada grafik yang menyatakan fungsi f
karena setiap bilangan z dan w berada di bidang bukan di garis
bilangan.

Definisi (Transformasi): Korespondensi antara titik-titik di


bidang- z dengan titik-titik di bidang w disebut pemetaan atau
transformasi dari titik-titik di bidang- z dengan titik-titik di
bidang w oleh fungsi f .

Pemetaan dapat berupa:


a. Translasi / pergeseran
b. Rotasi / perputaran
c. Refleksi / pencerminan
Sebagai contoh, pemetaan

a. w  z  1  x  1  iy , dimana z = x + iy,
mentranslasikan / menggeser setiap titik z satu satuan
ke kanan.
  
b. w  iz  r exp i   , dimana z = reiθ dan i = eiπ/2,
 2 
merotasi / memutar setiap titik taknol z ke kanan dari
pusatnya berlawanan arah jarum jam.
33
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

c. w  z  x  iy merefleksikan / mencerminkan setiap


titik z = x + iy pada sumbu riil.

Jika diberikan suatu fungsi w  f z  , untuk setiap


z  x  iy didomainnya pada bidang z , kita hitung padanannya
w  u  iv dan kita tempatkan dibidang w . Pengulangan proses
yang sama untuk setiap titik dalam suatu himpunan C didalam
domain f akan menghasilkan ”bayangan C di bawah f ”
pada bidang w . Kita gambarkan proses ini dalam contoh
berikut.

Contoh 2.3 Perhatikan fungsi w  z . Untuk setiap nilai peubah


bebas z  x  iy kita dapatkan nilai w  x  iy . Misalnya untuk

z1  2  3i akan menghasilkan w1  2  3i

z 2  1  2i akan menghasilkan w2  1  2i dan


seterusnya .

Contoh 2.4. Diberikan fungsi w  2 z 2  3 , tentukan pemetaan


dengan z  3  2i, z  3i, z  1  i, z  i, z  5 , dan buat
gambar pemetaan dari bidang z ke bidang w .

Penyelesaian:
Sebelum kita membuat gambar pemetaannya, maka kita akan
menentukan titik-titik pememtaan terlebih dahulu, yaitu

untuk z  3  2i , maka w  23  2i   3  ,


2

untuk z  3i , maka w  2 3i   3  ,


2

34
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

untuk z  1  i , maka w  21  i   3  ,


2

untuk z  i , maka w  2 i   3  ,


2

untuk z  5 , maka w  25  3  ,


2

Setelah didapat titik-titik yang akan dipetakan maka kita akan


buat pemetaan pada fungsi variabel kompleksnya.
Tidaklah sulit untuk melihat bahwa akibat fungsi ini
terhadap titik-titik pada bidang datar adalah pencerminan
terhadap sumbu nyata ; dengan kata lain titk w sebagai kawan
titik z yang diberikan merupakan bayangan cermin z terhadap
sumbu nyata. Dalam pengertian lebih umum, sebarang bentuk
geometri pada bidang z dicerminkan pada sumbu nyata tanpa
perubahan bentuk, menghasilkan bentuk kongruen yang
“terbalik”. Sebagai hailnya, panjang penggal-penggal garis,
demikian pula besar sudut-sudutnya, tidak berubah.
Setelah mengenal fungsi variabel kompleks dan
pemetaannya maka selanjutnya akan dibahas mengenai limit,
turunan dan persamaan cauchy-riemann untuk melihat
keanalitikan suatu fungsi variabel kompleks.

2.1.3 Limit
Secara umum definisi limit dalam bilangan kompleks
sama dengan definisi limit pada bilangan riil. Pada bilangan riil
bila x mendekati x0 hanya mendekati sepanjang garis riil
sedangkan pada bilangan kompleks bila z mendekati z0 akan
mendekati dari semua arah dalam bidang kompleks.

35
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Misalkan suatu fungsi w  f z  dengan domain C dan


titik z 0 adalah titik tetap pada domain C atau pada batas C.
Apabila variabel z mendekati z 0 sepanjang jalur P yang
terletak seleruhnya pada domain C. Artinya bahwa untuk setiap
z sepanjang P fungsi tersebut akan menghasilkan suatu titik
f z  pada bidang w , lihat gambar 4 di atas . Jika nilai-nilai
f z  mendekati suatu bilangan tertentu L pada bidang w
sehingga kita dapat mengatakan bahwa untuk z mendekati z 0 ,
limit f z  adalah L dan dapat dituliskan sebagai

lim f z   L.
z  z0

Pernyataan di atas dapat ditulis secara analisis sebagai berikut:


“Limit f z  untuk z  z 0 adalah L jika dan hanya jika
diberikan sebarang N L, , dapat ditemukan suatu N  z 0 ,  
sedemikian sehingga bila titik z adalah anggota D yang
terletak di dalam N  z 0 ,   maka f z  di dalam N L, “.

Pernyataan di atas dapat juga diartikan sebagai : “Jika L


merupakan limit f , untuk z mendekati z0 , maka kita harus
dapat menempatkan

f z  sedekat mungkin ke L dengan cara mengambil titik z


cukup dekat ke z 0

Contoh 2.5 Titik z 0 pada definisi di atas tidak harus teerletak


dalam domain f bahkan f z  boleh tidak didefinisikan di z 0 .
Misalnya fungsi seperti berikut ini

36
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

z 2  25
f z  
z 5

Pada fungsi tersebut untuk z  5 maka f z  menuju 10


artinya limit f z  sama dengan 10 walaupun nilai f 5 tidak
mempunyai arti atau tidak terdefinisi.
Definisi limit tidak menyebutkan secara khusus dari
arah mana z harus mendekati z 0 . Berdasarkan definisi bahwa
suatu fungsi mempunyai limit yang nilainya L tidak tergantung
dari arah pendekatannya. Sehingga pernyataan ini berguna
untuk membuktikan bahwa suatu fungsi tidak mempunyai limit
dengan menunjukkan bahwa jika z mendekati z 0 sepanjang
dua jalur yang berbeda dan mempunyai nilai fungsi yang
berbeda pula. Sehingga kita mesti memberikan definisi limit
secara baku.

Definisi limit. lim f ( z )  w0 dibaca “limit f z  untuk z


z  z0

menuju z0 sama dengan w0 “, dan didefinisikan sebagai berikut:

lim f ( z )  w0    0   0  0  z  z 0   berlaku
z  z0

f ( z)  w0   .

Secara geometri definisi di atas mengatakan bahwa


untuk setiap lingkungan z dari w0 , yaitu w  w0   ada
suatu lingkungan  dari z 0 , yaitu 0  z  z0   sedemikian
sehingga setiap titik z pada image w berada pada lingkungan
.

37
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Berdasarkan definisi dan contoh di atas maka dapat


disimpulkan bahwa :i
a. Jika limit tersebut ada, maka limitnya tunggal
b. z mendekati z 0 dari berbagai arah atau lintasan
c. Jika untuk lintasan yang berbeda, nilai f z  untuk z
menuju z 0 berbeda maka lim f ( z) tidak ada
z z0

d. f z  tidak disyaratkan terdefinisi di z = z 0


Di bawah ini diberikan beberapa contoh limit berdasarkan
definisi.

iz
Contoh 2.6 Misalkan f ( z)  , z  1. Buktikan
2
i
lim f ( z )  .
z 1 2

Bukti:

Ambil ε > 0 sebarang. Pilih   2  z  1   berlaku

i iz i i ( z  1)
f ( z)    
2 2 2 2
i z 1 1 z 1
 
2 2
z 1  2
   
2 2 2

38
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

i
Jadi untuk setiap z dan  positif berlaku f ( z )    bila
2
0  z  1  2 , sehingga menurut definisi limit terbukti
i
lim f ( z )  .
z 1 2

z
Contoh 2.7 Misalkan f ( z )  . Buktikan lim f ( z ) tidak ada.
z z0

Penyelesian:
Akan ditunjukkan nilai limit dengan lintasan yang berbeda.

a. Pendekatan sepanjang sumbu x positif, dalam hal ini


y  0.
x  iy x  i.0
lim f ( z )  lim  lim  lim 1  1.
z 0 ( x , y )( 0 , 0 ) x  iy ( x , 0 ) x  i.0 x 0

b. Pendekatan sepanjang sumbu y positif, dalam hal


ini x  0 .
x  iy 0  i. y
lim f ( z )  lim  lim  lim  1  1 .
z 0 ( x , y )( 0 , 0 ) x  iy ( 0, y ) 0  i. y y 0

c. Pendekatan sepanjang garis y  x .


x  iy x  i.x x(1  i) 1  i
lim f ( z )  lim  lim  lim 
z 0 ( x , x )( 0, 0 ) x  iy x 0 x  i.x x 0 x(1  i ) 1 i

Karena pendekatan sepanjang arah yang berbeda menghasilkan


nilai yang tidak sama maka lim f ( z ) tidak ada.
z0

39
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Di bawah ini akan diberikan beberapa teorema yang berkaitan


dengan limit.

Teorema 2.1 Andaikan f z   ux, y   i vx, y  , dan


z 0  x0  i y 0 , w0  u 0  i v0 maka
lim f ( z )   0  lim u ( x, y )  u 0
z  z0 ( x , y )  ( x0 , y 0 )

dan lim v ( x, y )  v 0
( x , y )  ( x0 , y 0 )

Bukti:

() Misalkan lim u ( x, y )  u 0 dan


( x , y )  ( x0 , y 0 )

lim v ( x, y )  v 0 artinya
( x , y )  ( x0 , y 0 )


  0 1 ,  2  u  u 0  ,0  ( x  x0 ) 2  ( y  y 0 ) 2   1
2

v  v0  ,0  ( x  x0 ) 2  ( y  y 0 ) 2   2
2

Pilih   min( 1 ,  2 ) .

Karena
(u  iv)  (u0  iv 0 )  (u  u0 )  i(v  v0 )  u  u0  v  v0

dan
( x  x0 ) 2  ( y  y0 ) 2  ( x  x0 )  i( y  y0 )  ( x  iy )  ( x0  iy 0 )

40
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

 
maka 
(u  iv )  (u 0  iv 0 )  apabila 
2 2
0  ( x  iy )  ( x0  iy 0 )   , sehingga lim f ( z )  0 .
z  z0

() Misalkan lim f ( z )  0 , artinya


z  z0

  0  (u  iv)  (u0  iv0 )   apabila


0  ( x  iy )  ( x0  iy 0 )   .

Perhatikan bahwa

u  u 0  (u  u 0 )  i (v  v0 )  (u  iv )  (u 0  iv 0 )
v  v0  (u  u 0 )  i (v  v0 )  (u  iv )  (u 0  iv 0 )

dan

( x  iy )  ( x0  iy 0 )  ( x  x0 )  i( y  y0 )  ( x  x0 ) 2  ( y  y0 ) 2

Sehingga u  u0   dan v  v0   apabila

0  ( x  x0 ) 2  ( y  y 0 ) 2   .

Jadi lim u ( x, y )  u 0 dan


( x , y )  ( x0 , y 0 )

lim v ( x, y )  v 0
( x , y )  ( x0 , y 0 )

41
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Teorema 2.2 Andaikan lim f ( z)  A , lim g ( z)  B maka


z  z0 z  z0

a. lim  f ( z)  g ( z)  A  B .
z  z0

b. lim f ( z ) g ( z )  AB .
z  z0

f ( z) A
c. lim 
z  z0 g ( z) B

2.1.4 Limit Tak Hingga dan Limit di Tak Hingga


Kadang-kadang suatu bidang kompleks memuat titik di
tak hingga. Bidang kompleks yang memuat titik tersebut
disebut bidang kompleks yang diperluas.

Teorema 2.3: Jika z 0 dan w0 titik-titik pada bidang z dan w ,


maka
1) lim f ( z )   jika dan hanya jika
z  z0

1
lim 0
z  z0 f ( z)

2) lim f ( z )  w0 jika dan hanya jika


z 

1
lim f    w0
z 0
z

3) lim f ( z )   jika dan hanya jika


z 

1
lim 0
z 0 f (1 / z )

42
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Bukti:

1) Misalkan lim f ( z )   , artinya


z  z0

1
  0  f ( z )  apabila 0  z  z 0   .(2.1).
 …
1
Akan dibuktikan lim  0.
z  z0 f ( z)

Titik w  f (z ) berada di suatu lingkungan  ,yaitu


1
w dari  bila z ada di lingkungan

0  z  z 0   dari z 0 .

Sehingga persamaan (2.1) dapat ditulis menjadi

1
 0   bila 0  z  z 0   .
f ( z)

1
Jadi lim  0.
z  z0 f ( z)

2) Misalkan lim f ( z )  w0 ,
z 

1
artinya   0  f ( z)  w0   bila z  ....(2.2).

1
Akan dibuktikan lim f    w0 .
z 0
z

43
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

1
Pada persamaan (2.2) rubah z dengan , maka akan
z
1
diperoleh f    w0   bila 0  z  z 0   .
z

1
Jadi lim f    w0 .
z 0
z

3) Misalkan lim f ( z)   ,
z 

1 1
artinya   0  f ( z )  bila z  .........(2.3).
 
1
Akan dibuktikan lim 0.
z 0 f (1 / z )

1
Pada persamaan (2.3) rubah z dengan , maka akan
z
1
diperoleh  0   bila 0  z  z 0   .
f (1 / z )

1
Jadi lim 0.
z 0 f (1 / z )

2.1.5 Kekontinuan

Definisi Kontinu: Fungsi f (z ) dikatakan kontinu di z = z 0


jika

 lim f ( z ) ada
z z 0

44
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

 f (z ) ada
 lim f ( z )  f ( z 0 )
z  z0

Dengan kata lain f (z ) kontinu di z = z0 jika


lim f ( z )  f ( z 0 )    0   0  z  z 0   berlaku
z  z0

f ( z)  f ( z0 )   .

Fungi kompleks f (z ) dikatakan kontinu pada region D


jika f (z ) kontinu pada tiap titik z dalam D. Misalkan
f z   ux, y   i vx, y  kontinu di z 0  x0  i y0 ,

 ux, y  dan vx, y  kontinu di x0 , y 0 

 lim u ( x, y )  u ( x 0 , y 0 ) dan
( x , y )  ( x0 , y 0 )

lim v ( x, y )  v ( x 0 , y 0 )
( x , y )  ( x0 , y 0 )

Sifat-sifat fungsi kontinu


1) Fungsi konstan kontinu pada bidang kompleks
2) Jika f dan g kontinu pada daerah D maka
a) f  g kontinu
b) f  g kontinu
c) f g kontinu
d) f / g kontinu kecuali di z 0  D sehingga g z 0   0

45
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

2.1.6 Turunan

Definisi Turunan: Turunan fungsi f di z 0 , ditulis dengan


f ( z 0 ) didefnisikan sebagai berikut:

f ( z 0  z )  f ( z 0 )
f ( z 0 )  lim
z 0 z
jika limitnya ada. Notasi untuk turunan f di z adalah
d
f ( z )  f ( z) .
dz

Aturan turunan pada bilangan riil berlaku juga pada bilangan


kompleks.

Aturan Turunan Bilangan Kompleks


d
1. (c )  0
dz
d
2. ( z)  1
dz
3.
d
c( f ( z )  cf ( z )
dz
d n
4. ( z )  nz n 1 , z  0, n  
dz
5.
d
 f ( z )  g ( z )  f ( z )  g ( z )
dz
6.
d
 f ( z ) g ( z )  f ( z ) g ( z )  f ( z ) g ( z )
dz

46
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

d  f ( z )  f ( z ) g ( z )  f ( z ) g ( z )

dz  g ( z ) 
7. .
g ( z )2
Contoh 2.8 Tentukan turunan dari fungsi berikut:

1. 
f ( z )  2 z 2  3i 7

( z  i)
2. f ( z )  pada i
zi
Penyelesaian :
1. Dengan menggunakan aturan turunan (4) dan aturan
rantai diperoleh
f ( z )  7(2 z  3i) (4 z )  (28z ) (2 z  i) .
2 6 2 6

2. Dengan menggunakan aturan turunan (7) diperoleh


f ( z ) g ( z )  f ( z ) g ( z ) 1( z  i)  ( z  i)1 2i
f ( z )   
g ( z)2
z  i 2
( z  i) 2

Sehingga untuk z  i diperoleh

2i 2i 1
f (i )   2   i.
(i  i ) 2
4i 2

Aturan Rantai

Misalkan f mempunyai turunan di z 0 , dan g mempunyai


turunan di f z 0  . Maka fungsi F z   g f z  mempunyai
turunan di z 0 , dan

F ( z0 )  g [ f ( z0 )]. f ( z0 ).

47
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Dengan kata lain, jika w  f z  dan W  g w  F z  ), maka


menurut aturan rantai

dW dW dw
 .
dz dw dz


Contoh 2.9 Tentukan turunan dari fungsi f ( z )  2 z 2  3i 
7

dengan menggunakan aturan rantai!

Penyelesaian:


Misalkan w  2 z 2  3i 7
dan W  w 7 W = w5. Maka menurut
aturan rantai

dW dW dw
dz

dw dz
6

= 7w 4 z   28z 2 z 2  3i .
6

2.1.7 Persamaan Cauchy-Riemann


Persamaan Cauchy – Riemann merupakan persamaan
yang sangat penting pada analisis kompleks. Karena persamaan
ini digunakan untuk menguji keanalitikan suatu fungsi
kompleks w  f z   ux, y   i vx, y 

Definisi Persamaan Cauchy - Riemann


Fungsi f dikatakan analitik pada domain D jika dan
hanya jika turunan parsial pertama dari u dan v memenuhi
persamaan Cauchy – Riemann, yaitu u x  v y u y  v x
48
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

u u v v
dengan u x  uy  vx  vy  .
x y x y

Contoh 2.10 Misalkan f z   z 2  x 2  y 2  i 2 xy

Apakah f z  analitik untuk semua z ?

Penyelesaian :

f z  analitik jika memenuhi persamaan Cauchy – Riemann,


u x  v y u y  v x .

Perhatikan bahwa

u  x2  y2 dan v  2 xy . Maka u x  2x  v y dan


u y  2 y  v x .

Karena memenuhi persamaan Cauchy -Riemann maka f z 


analitik untuk semua z .

Teorema 2.4 Misalkan f z   ux, y   i vx, y  terdefinisi dan


kontinu di suatu lingkungan dari z  x  iy dan mempunyai
turunan di z maka u x , v y , u y , v x ada dan memenuhi
persamaan Cauchy - Riemann u x  v y u y  v x .

Teorema 2.5 Jika dua fungsi kontinu yang bernilai riil ux, y 
dan vx, y  mempunyai turunan parsial pertamanya kontinu
dan memenuhi persamaan Cauchy – Riemann dalam domain

49
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

D maka fungsi kompleks f z   ux, y   i vx, y  analitik di


D.

Contoh 2.11 Apakah f z   z 3 analitik?

Penyelesaian :
Perhatikan bahwa

u  x 3  3xy2 dan v  3x 2  y 3 . Maka u x  3x 2  3 y 2  v y


dan u y  6 xy  v x .

Karena memenuhi persamaan Cauchy - Riemann maka f z 


analitik untuk semua z .

2.1.8 Fungsi Analitik

Definisi Fungsi Analtik: Fungsi f z  disebut analitik (atau


holomorfik) di titik z 0 apabila f z  ada di semua titik pada
suatu lingkungan z 0 .

Teorema 2.6 Misal f z   ux, y   i vx, y  . Andaikan

i. u x , v y , u y , vx kontinu di semua titik dalam


lingkungan tertentu N dari titik z 0
ii. persamaan Cauchy- Riemann u x  v y u y  v x
berlaku di setiap titik di N maka f z  analitik di N .

50
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Contoh 2.12 Buktikan f  z   z


2
tidak analitik

Bukti:

Karena f z  hanya mempunyai turunan di z  0 atau f z 


tidak ada pada persekitaran z  0 .
Beberapa hal yang perlu diperhatikan

a. Jika f z  analitik pada setiap titik di himpunan S maka


f z  analitik pada S .
b. Jika f z  analitik di seluruh bidang kompleks maka f z 
fungsi menyeluruh /fungsi utuh (entire function).
c. Daerah keanalitikan (region of analycity) bagi f z 
adalah keseluruhan titik pada bidang datar yang membuat
f z  analitik.

z3  z 1
Contoh 2.13 Misalkan f ( z)  . Apakah f z 
z2 1
analitik?

Penyelesaian:

f z  ada di semua z kecuali di z 2  1  0 atau z   i . Jadi


f z  analitik kecuali di z   i .

Definisi Titik Singular: Titik z 0 dinamakan titik singular bagi


f z  jika dan hanya jika f z  gagal menjadi analitik pada z 0
51
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

tetapi setiap lingkungan z 0 memuat paling sedikit satu titik


yang membuat f z  analitik.

2z  1
Contoh 2.14 Misalkan f ( z )  . Tentukan titik singular
z3  z
dari f z  dan tentukan dimana saja f z  analitik!

Penyelesaian:

f z  ada di semua z kecuali di z 3  3  0 atau di z  0


dan di z   i . Sehingga titik singular dari f z  adalah di
z  0 dan di z   i . f z  analitik di semua z
kecuali di z  3  0 atau di z  0 dan di z   i .
3

2.1. 9 Fungsi Harmonik

Definisi Fungsi Harmonik: Fungsi riil H x, y  yang


mempunyai turunan parsial orde 1 dan 2 yang kontinu dan
memenuhi persamaan Laplace

H xx x, y   H yy x, y   0 disebut fungsi Harmonik.

Contoh 2.15 Misalkan ux, y   x 2  y 2 dan vx, y   2xy .


Apakah ux, y  dan vx, y  fungsi harmonik?

52
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Penyelesaian:
Perhatikan bahwa:

u x  2x , vx  2 y u xy  0 v xy  2

u y  2 y v y  2x u yx  0 v yx  2
u xx  2 v xx  0 u yy  2 v yy  0
Karena u x  2x  v y , u y  2 y  v x ,
u xx  u yy  2   2  0 0 dan v xx  v yy  0  0  0 dimana
ux, y  dan vx, y  memenuhi persamaan Laplace maka
ux, y  dan vx, y  fungsi harmonik.

Definisi Fungsi Harmonik Sekawan: Misalkan f z   u  iv


= . vx, y  disebut fungsi harmonik sekawan dari ux, y  jika
ux, y  fungsi harmonik dan ux, y  fungsi harmonik.

Contoh 2.16 Misalkan ux, y   y 3  3x 2 y . Tentukan fungsi


harmonik sekawan dari ux, y  .

Penyelesaian:

u x x, y   6 xy dan u y x, y   3 y 2  3x 2 .

Menurut persamaan Cauchy – Riemann diperoleh


u x x, y   v y x, y   6 xy .

Sehingga

53
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

v( x, y )   (6 xy)dy  3xy 2  h( x) ……………………(2.4)

atau

v x x, y   3 y 2  h x, y  .

Syarat persamaan Cauchy – Riemann yang kedua harus


dipenuhi, yaitu u y x, y   v x x, y 

Sehingga


3 y 2  3 x 2    3 y 2  h( x ) 
3 y 2  3 x 2  3 y 2  h( x )
………………………..……(2.5)
h ( x)  3 x 2
h( x)   3 x 2 dx  x 3  c

Dari (2.4) dan (2.5) diperoleh

v x, y   3xy2  x 3  c

yang merupakan fungsi harmonik sekawan dari ux, y  .

 2
Contoh 2.17 Misalkan v  x 2  y 2 . Apakah fungsi tersebut
harmonik? Jika ya, tentukan fungsi analitik sekawan dari

f z   ux, y   i vx, y  .

54
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Penyelesaian:

Akan diselidiki apakah v  x, y  merupakan fungsi harmonik


atau bukan.
Perhatikan bahwa:

 
v x  2 x 2  y 2 2 x  4 x 3  4 xy 2

 
v y  2 x 2  y 2 (2 y)  4 x 2 y  4 y 3

v xx  12 x 2  4 y 2 dan v yy  4 x 2  12 y 2 .

v xx dan v yy kontinu pada semua z , tetapi tidak memenuhi


persamaan Laplace, yaitu

 
v xx  v yy  8x 2  8 y 2  8 x 2  y 2  0 . Jadi v  x, y  bukan
fungsi harmonik.
Dalam bab ini akan diperkenalkan hal-hal mengenai
kelas fungsi univalen yang berhubungan dengan subkelasnya
seperti fungsi starlike, fungsi convex dan fungsi close-to-
convex. Teori subordinasi dan operator integral juga akan
diberikan untuk digunaan pada bab selanjutnya.

2.2 FUNGSI UNIVALEN


Fungsi univalen adalah konsep dasar yang diperlukan
untuk penulisan seterusnya dalam penelitian ini. Definisi dan
syarat-syarat dasar yang berkaitan diambil sebagian besarnya
dari Duren(1983) dan Pommerenke(1975). Semua fungsi yang

55
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

terlibat pada penelitian ini tertumpu kepada fungsi yang


analisis dan univalen pada unit disk U  z  C : z  1.

Definisi 2.1 Suatu fungsi dikatakan univalen ataupun disebut


fungsi Schlicht dalam domain U  C jika tidak ada nilai yang
sama yaitu f z1   f z 2  untuk semua titik z1 dan z 2 dalam U
dengan z1  z 2 .

Fungsi yang ditekankan di sini merupakan fungsi yang


ternormalkan dengan f 0  0 dan f 0  1 dan
dilambangkan sebagai kelas S. Untuk setiap f  S , f dapat
ditulis dalam bentuk deret Taylor yaitu:

f ( z)  z   an z n , z  1, an  C (2.6)
n2

Fungsi univalen dalam U mempunyai beberapa sifat seperti di


bawah ini:
a) Jika g adalah fungsi yang univalen dalam G dan jika
f H    f z  : z  H   G maka gabungan g  f z 
adalah univalen dalam H. Secara khususnya, 1 f z 
adalah univalen jika dan hanya jika f z  adalah
univalen.
b) Suatu fungsi analisis adalah injektif dalam beberapa
kejiranan bagi suatu titik jika dan hanya jika
mempunyai turunan pada titik itu. Oleh karena itu
f z   0 untuk z  H . Tetapi tidak sebaliknya,
sebagai contoh fungsi exp 2 z  adalah tidak univalen
dalam z  1. Jika f z  mempunyai kutub pada z 0

56
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

maka 1 f z  adalah analisis dan univalen pada z 0 dan


mempunyai turunan pada z 0 .

Contoh utama pada fungsi bagi kelas S adalah fungsi


Koebe yang berbentuk

k z   z 1  z 
2
 z  2 z 2  3z 3  ...

Fungsi Koebe memetakan unit disk U keseluruh bidang kecuali


1
pada bagian riil negatif dari  ke takterhingga. Ini dapat
4
dilihat dengan lebih jelas bila ditulis fungsi Koebe sebagai

1 1 z 
2

k z   
1
 
4 1 z  4

dan dapat diperhatikan bahwa fungsi

1 z
w z  
1 z

memetakan U secara menyeluruh pada separuh bidang


Rew  0 .

Apabila diperhatikan bahawa setiap fungsi



f ( z)  z   an z n , z  1, an  C
n2

57
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

pada kelas S mempunyai sifat a2  2 , hanya berlaku dengan


ketaksamaan untuk putaran fungsi Koebe

k  z   z 1  z    nz n  z  2 z 2  3 z 3  ...
2

Hal ini merupakan gambaran permasalahan menyeluruh untuk


mendapatkan

An  sup a n , n  2, 3, 4,...
f S

Karena Fungsi Koebe memainkan peranan yang sangat


kuat di dalam beberapa permasalahan untuk kelas S ,
bahwasannya secara natural dapat ditentukan nilai maksimum
dari an untuk setiap n. Ini adalah konjektur terkenal
Bieberbach, pertama kali diperkenalkan pada tahun 1916.
Namun konjektur ini lebih dikenali sebagai Teorem De Brange
kerana Louis de Brange (1985) mampu memberi pembuktian
lengkap terhadap konjektur tersebut.

2.2.1 Konjektur Bieberbach


Konjektur Bieberbach menyatakan bahawa diantara semua
fungsi memenuhi

f ( z)  z   an z n , z  1,
n2

di dalam S , fungsi Koebe mempunyai pekali terbesar iaitu:

an  n untuk n  2, 3, 4, ... .

58
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Banyak kaedah-kaedah untuk fungsi univalen yang


telah berkembang dalam mengatasi masalah ini. Selanjutnya
pada tahun 1923 Lowner telah menunjukan untuk a3  3 , juga
diperkenalkan persamaan turunan Lowner. Schaeffer dan
Spencer (1943) memberikan pembuktian dengan kaedah
ubahan. Jenkins (1960) menggunakan turunan kuadratik untuk
membuktikan ketaksamaan pekali yang mengimplikasikan
a3  3 . Kaedah ubahan telah digunakan oleh Garabedian dan
Schiffer (1955) untuk membuktikan a4  4 . Seperti yang
dipaparkan sebelum ini konjektur tersebut telah selesai
pembuktiannya.
Sekarang diperkenalkan subkelas bagi fungsi univalen.
Sebelum itu diperkenalkan fungsi dengan bagian riil positif.

2.2.2 Fungsi dengan bagian riil positif


Lemma 2.1 Andaikan P adalah kelas yang mempunyai bagian
riil positif. Jika untuk semua q  P dan q adalah kelas fungsi
berbentuk qz   1  p1 z  p2 z 2  .... , yang analisis pada U
untuk semua z U , maka q(0) = 1 dan memenuhi
ketaksamaan berikut

pn  2 n  1, 2, ... dan

2
p2 p1
p2  1  2 
2 2

59
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

2.2.3 Subkelas bagi fungsi univalen S


1. Fungsi starlike
Andaikan P dilambangkan sebagai kelas bagi semua fungsi
pz  yang analisis dalan U dengan
p0  1, Re pz   0  z  1 dan
pz   1  c1 z  c 2 z  c3 z  ...
2 3

Fungsi f z   a1 z  ... dikatakan starlike dalam U jika


f z  adalah univalen dan jika peta dari F  f U  starlike.

Secara geometri boleh boleh ditakrifkan seperti berikut:

Definisi 2.2 Suatu himpunan E  C dikatakan starlike terhadap


titik w0  E jika segmen linear yang menyambungkan w0
kepada titik lain w  E seluruhnya berada dalam E.

Himpunan bagi kelas fungsi starlike ini dilambangkan dengan


S

Teorema 2.7 Suatu fungsi f analisis adalah starlike dalam U


z f z 
jika dan hanya jika pz   P
f z 

2. Fungsi convex

Fungsi f z   a1 z  ... dikatakan convex dalam U jika f z 


adalah univalen dan jika peta dari F  f U  adalah convex.
z  1  z 
Untuk contoh fungsi dan log   adalah fungsi
1 z  1  z  
convex.

60
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Definisi 2.3 Himpunan E dikatakan convex jika E adalah


starlike pada setiap titik, bermakna jika segmen linear
menyambungkan dua titik pada E yang seluruhnya berada
dalam E.
Himpunan bagi fungsi convex ini dilambangkan dengan C
Teorema 2.8 Suatu fungsi f analisis adalah convex dalam U
z f z 
jika dan hanya jika 1  P
f z 

3. Fungsi close –to - convex

Fungsi f z   a1 z  ...  z  1 dikatakan close –to - convex


jika terdapat fungsi starlike g z   b1 z  ... sehinggakan

z f z 
Re  0, z 1
g z 

Fungsi close –to - convex telah diperkenalkan oleh Kaplan


(1952)
Selanjutnya diberi definisi subordinasi yang amat berguna
dalam pembuktian teorema selanjutnya.

2.2.4 Subordinasi
Andaikan F dan G fungsi analisis di dalam unit disk U
. Fungsi F adalah subordinat kepada G ditulis sebagai F  G ,
jika G adalah univalen, F(0) = G(0) dan F U   GU  . Pada
umumnya, diberikan dua fungsi analisis F dan G dalam U
maka fungsi F disebut subordinat kepada G(z) dalam U jika
terdapat suatu fungsi h yang analisis dalam U dengan

61
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

h(0)  0 dan hz)  1 untuk semua z U

sehinggakan

F z)  G(h( z) untuk semua z U

Andaikan  : C  C dan h univalen dalam U . Jika p


adalah analisis dalam U dan memenuhi turunan subordinasi
  pz , zp z   hz  , maka p dikatakan penyelesaian pada
turunan subordinasi. Fungsi univalen q dikatakan dominan
pada penyelesaian turunan subordinasi jika p  q . Jika p dan
  pz , zp z  adalah univalen dalam U dan memenuhi
turunan superordinasi hz     pz , zp z  , maka p
dikatakan suatu penyelesaian pada turunan superordinasi.
Fungsi analisis q dikatakan subordinan pada penyelesaian
turunan superordinasi jika q  p .

Untuk pembuktian teorema utama, maka akan diperlukan


Lemma Miller dan Mocanu yaitu:

Lemma 2.2 (Miller dan Mocanu 1981.)

Andaikan  dalah convex dalam U dengan  (0) = 1 dan


Re z   v 0 untuk

κ, ν  C . Jika p adalah analisis dalam U dengan p(0) = 1,


maka

zp   z 
pz     (z), z U
 pz   

mengakibatkan
62
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

pz    z , z U .

Operator integral yang terlibat dalam penelitian


berkenaan sifat dalam kelas fungsi univalen akan
diperkenalkan. Disebabkan kelas fungsi univalen yang
diperkenalkan adalah suatu kelas fungsi univalen yang
melibatkan operator integral.

2.2.5 Operator Integral


Operator integral yang terlibat dalam kelas fungsi
univalen adalah Operator integral Noor. Sekarang kita
lambangkan D  : A  A adalah suatu operator yang
didefinisikan sebagai berikut :
D  f  z  :  f z ,   1
z
1  z  1
dengan  adalah Hadamard product atau convolution. Maka
akan mengakibatkan:

D f z  
n    ,
z z n1 f z 
n

n   0    0.
n

Kita dapatkan bahwa D 0 f z   f z  dan Df z   zf z  .

Operator D n f dikatakan turunan Ruscheweyh order n pada


fungsi f .

Noor telah mendefinisikan dan mengkaji suatu operator


integral I n : A  A yang analog kepada D n f sebagai berikut:

63
BAB II SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Andaikan f n z  :
z 1
, n   0 dan andaikan f n yang
1  z  n 1

didefinisikan sebagai
f n z   f n z  
 1 z
(2.7)
1 z
maka
1
 
I n f z   f n z   f z      f z 
1 z
n 1 
(2.8)
 1  z  
Kita dapatkan bahwa I 0 f z   zf z  dan I1 f z   f z  .

Operator I n f z  dikatakan integral Noor order yang ke


n pada fungsi f . Dengan menggunakan (2.7) dan (2.8) dan
suatu identitas yang sudah diketahui untuk D n f , kita punya

n  1 I n f z  n I n1 f z   z I n1 f z  . (2.9)

Kajian dibuku ini juga melibatkan integral Libera,


c 1
z
yaitu: Lc  f   Lc  f z   c  t c 1 f t  dt
z 0

64
BAB III SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

BAB III
SIFAT-SIFAT SUBKELAS FUNGSI UNIVALEN
MENGGUNAKAN INTEGRAL NOOR

Bagian ini akan dibuktikan mengenai sifat-sifat


subkelas-subkelas pada kelas-kelas berikut S n (  ;  ) ,
C n (  ;  ) dengan menggunakan operator integral Noor yang
telah diperkenalkan pada bab sebelumnya.

3.1 Subkelas Fungsi Univalen

Andaikan N kelas semua fungsi  yang analisis dan


univalen dalam U untuk  (U) adalah convex dengan  (0) = 1
dan Re{  } > 0 untuk z U . Dengan menggunakan prinsip
dasar pada subordinasi antara fungsi univalen diperkenalkan
subkelas S  (μ;  ) dan C(μ;  ) pada kelas S untuk μ  0 dan
  N yang didefinisikan sebagai berikut:

 1  zf ' ( z )  
S * (; )   f  S :       ( z ), z  U 
 1    f ( z)  

65
BAB III SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

 1  zf ' ' ( z )  
C * (; )   f  S : 1       ( z ), z  U 
 1   f ( z)  
dan

 1  zf ' ( z ) 
Q * (  ,  ; , )   f  S ; g  S * (  ; ) s.t : 1       ( z
 1   g ( z) 

Seterusnya dengan menggunakan operator integral I n f (z )


diperkenalkan kelas pada fungsi univalen, yaitu:

S n (  ; )   f  S , I n f ( z )  S * (  ; )

C n (  ; )  f  S, I n f ( z )  C * (  ; )

dan

Qn (  ; )   f  S , I n f ( z )  Q * (  ,  ; , )

dengan catatan bahawa


f ( z )  C * (  ;  )  zf ' ( z )  S * (  ;  ) .

Sifat pada subkelas seperti yang dinyatakan diatas telah


dibuktikan dengan melibatkan integral Noor.

66
BAB III SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

3.2 Sifat Subkelas S n (  ;  ), menggunakan opertor integral


Noor
Teorema 3.1. Andaikan f  A untuk   0 dan   N , maka

S n (  ;  )  S n1 (  ;  ) .

Bukti. Akan dibuktikan S n (  ;  )  S n1 (  ;  ) . Andaikan


f  S n (  ; ) dan andaikan

1  z I f ( z )  
p( z )   n 1   . (3.1)
1   I n 1 f ( z ) 

dengan pz  1  c1 z  c2 z 2  ... adalah analitik di dalam U


dengan p0  1. Dengan menggunakan persamaan (2.9), yaitu

n  1 I n f z   n I n1 f z   z I n1 f z 


kita peroleh

1  n  1 I n f z   nI n1 f ( z )  
p( z )    
1   I n1 f ( z ) 

selanjutnya

n  1I n f z 
1    pz      n
I n1 f z 
(3.2)

67
BAB III SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

n  1I n f z 
1    pz     n  (3.3)
I n1 f z 

menggunakan aturan turunan logaritma pada persamaan (3.3),


akan kita dapatkan
1
(1 − 𝜇)𝑝′ (𝑧)
(1 − 𝜇)𝑝(𝑧) + 𝜇 + 𝑛
𝐼𝑛+1 𝑓(𝑧)
=
(𝑛 + 1)𝐼𝑛 𝑓(𝑧)
(𝑛 + 1)𝐼𝑛 𝑓 ′(𝑧) 𝐼𝑛+1 𝑓(𝑧) − (𝑛 + 1)𝐼𝑛 𝑓(𝑧)𝐼𝑛+1 𝑓′(𝑧)
⋅{ }
[𝐼𝑛+1 𝑓(𝑧)]2

maka diperoleh

1    pz   I n f z   I n1 f z 


(3.4)
1    pz    n I n f z  I n 1 f ( z )

dan kedua belah persamaan diatas dikalikan dengan z maka


akan diperoleh:

1    zpz   z I n f z   z I n1 f z  (3.5)


1    pz     n I n f z  I n 1 f ( z )

dengan menggunakan persamaan (2.9) yaitu


68
BAB III SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

n  1 I n f z   n I n1 f z   z I n1 f z 


Dan dengan aturan yang sama maka persamaan (3.5)
selanjutnya akan diperoleh

1    zpz   z I n f z    n  1 I n f z   n I n 1 f z 
1    pz    n I n f z   I n 1 f  z 

1    zpz   z I n f z    n  1 I n f z   n
 
1    pz    n I n f z   I n 1 f  z  

dari persamaan (3.2) maka akan diperoleh selanjutnya adalah

1    zpz   z I n f z   1    pz    


;
1    pz     n I n f z 


 z p z   z I n f  z 
1     p z    ;
 1    pz     n  I n f z 

maka diperoleh

69
BAB III SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

 z p  z  
 1    p  z     n  p  z 
 
. (3.6)
 z I n f z  
 1     
 I n f z  
dengan menggunakan Lemma 2.2 untuk persamaan (3.6),
ianya menunjukkan bahwa p   , sehingga f  S n1 (  ;  ) .

3.3 Sifat Subkelas C n (  ;  ) menggunakan operator


integral Noor

Teorema 3.2. Andaikan f  A untuk   0 dan   N , maka


C n (  ;  )  C n1 (  ;  ) .

Bukti.
Menggunakan persamaan

f ( z )  C * (  ; )  zf ' ( z )  S * (  ; ) dan teorema 3.1,


akan kita buktikan bahwa

f  C n (  ;  )  I n f ( z )  C * ; 


 zI n f z   S  ; 

 I n f z   S  ; 
 z f  z   S n  ;  

70
BAB III SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

 z f ' ( z)  S n1 (  ;  )

 I n1 f z   S  ; 

 zI n1 f z   S  ; 
 I n 1 f ( z )  C n  ;  

 f  C n1 (  ;  ) .

Selanjutnya akan dibuktikan untuk kelas Qn (  ,  ;  , )


dengan menggunakan Lemma 2.2.

3.4 Sifat Subkelas Qn (  ,  ;  , ) menggunakan operator


integral Noor

Teorema 3.3. Andaikan f  A untuk  ,   0 dan  ,   N ,


maka Qn (  ,  ;  , )  Qn1 (  ,  ;  , ) .

Bukti. Andaikan f  Qn (  ,  ;  , ) , maka terdapat


g  S n (  ;  ) sehinggakan,

 z I f ( z )  
     z ,
1
 n z U .
1   I n g ( z ) 

dan andaikan

 z I f ( z )  
pz  
1
 n 1   , (3.7)
1   I n 1 g ( z ) 

71
BAB III SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

dengan pz  1  c1 z  c2 z 2  ... adalah analitik di dalam U


dengan p0  1. Dengan menggunakan persamaan (2.9) yaitu:

n  1 I n f z  n I n1 f z   z I n1 f z 


maka kita peroleh

1  n  1I n f ( z )   nI n1 f z  
p z     
1   I n1 g ( z ) 

n  1 I n f ( z )  n I n1 f ( z )
1    p( z)    . (3.8)
I n1 g ( z )

menggunakan aturan turunan logaritma pada persamaan (3.8),


akan kita dapatkan
1
(1 − 𝛽)𝑝′ (𝑧)
(1 − 𝛽)𝑝(𝑧) + 𝛽
𝐼𝑛+1 𝑔(𝑧)
=
(𝑛 + 1)𝐼𝑛 𝑓(𝑧) − 𝑛 𝐼𝑛+1 𝑓(𝑧)

[((𝑛 + 1)𝐼𝑛 𝑓(𝑧)) − (𝑛 𝐼𝑛+1 𝑓 (𝑧)′ )] (𝐼𝑛+1 𝑔(𝑧))

−[(𝑛 + 1)𝐼𝑛 𝑓(𝑧) − 𝑛 𝐼𝑛+1 𝑓 (𝑧)](𝐼𝑛+1 𝑔(𝑧))

[𝐼𝑛+1 𝑔(𝑧)]2

{ }

selanjutnya

72
BAB III SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

1
( 1 − 𝛽 )𝑝 ′ (𝑧 )
( 1 − 𝛽 ) 𝑝( 𝑧 ) + 𝛽

𝐼𝑛+1 𝑔(𝑧) [((𝑛 + 1)𝐼𝑛 𝑓(𝑧)) − (𝑛 𝐼𝑛+1 𝑓(𝑧)′ )] (𝐼𝑛+1 𝑔
=[ ][
(𝑛 + 1)𝐼𝑛 𝑓(𝑧) − 𝑛 𝐼𝑛+1 𝑓(𝑧) [𝐼𝑛+1 𝑔(𝑧)]2


𝐼 𝛼+1 𝑔(𝑧) [(𝑛 + 1)𝐼𝑛 𝑓(𝑧) − 𝑛 𝐼𝑛+1 𝑓(𝑧)](𝐼𝑛+1 𝑔(𝑧))
−[ 𝛼 𝛼+1
][ ]
2𝐼 𝑓 (𝑧) − 𝐼 𝑓 (𝑧 ) [𝐼𝑛+1 𝑔(𝑧)]2

dan

1    pz   n  1I n f z   n ( I n 1 f z )


1    pz    n  1 I n f z  n I n 1 f z 
 , (3.9)

 I n 1 g z 
I n 1 g z 


dengan mengubah n  1 I n f z   n I n1 f z   z I n1 f z  ,

maka persamaan (3.9) menjadi:


1    p z  n  1I n f z   n ( I n1 f z )

1    pz    z I n 1 f z 

,
I n1 g z 

I n 1 g z 

73
BAB III SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

selanjutnya kalikan dengan z pada kedua ruas persamaan di


atas, maka persamaannya berubah menjadi:

1    zp z  n  1 zI n f z   n z ( I n1 f z )



1    pz    z I n 1 f z 


z I n 1 g z 

I n 1 g z 
1    zpz   n  1 zI n f z   n
z I n1 g z 

.
1    pz    z I n1 f z 
 I n1 g z 
............................................................................................(3.10)

berdasarkan teorema 3.1 oleh karena g  S n (  ;  ) , maka


g  S n1 (  ;  ).

Dengan aturan yang sama seperti di atas, maka selanjutnya


adalah:

1  z I g ( z )  
andaikan q( z )   n 1   , (3.11)
1   I n 1 g ( z ) 

dengan qz  1  c1 z  c2 z 2  ... adalah analitik di dalam U


dengan q0  1 . Dengan menggunakan persamaan (2.9) yaitu:

n  1 I n g z  n I n1 g z   z I n1 g z 

74
BAB III SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

kita akan peroleh

1  n  1I n g ( z )   n I n1 g z  
q( z )    
1   I n1 g ( z ) 

n  1I n g z 
1    qz      n
I n1 g z 
(3.12)

n  1I n g z 
1    qz     n 
I n1 g z 
. (3.13)

Dari persamaan (3.10) dan (3.12), kita dapatkan

1    zp z  n  1 zI n f z 


 n
1    pz    z I n 1 f z 

 n  1 I n g z  
  n ;
 I n 1 g z  
Selanjutnya persamaan di atas ekivalen dengan:

1    zp z   n  1 I n g z  n  1 z I n f z 
  ;
1    pz     I n1 g z   z I n1 f z 

 1    z pz  n  1 I n g z  zI f z 


  
 1    pz    I n 1 g z  
n 1

 n  1 z I n f z ;
75
BAB III SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Sehingga diperoleh

 n  1 I n g z  
  z I n 1 f z  
 I n 1 g z  

n  1 z I n f z    1    zp z  z I n 1 f z  ;
  
 1    pz    

dan seterusnya diperoleh:

 
z I n f z  z I n 1 f z 

I n g z  I n 1 g z 
 1   zpz  z I f z  
 n 1
;
 1    p  z    n  1  I n g  z  

 
z I n f z  z I n 1 f z 

I n g z  I n 1 g z 
 1   zp z  z I f z   (3.14)
 n 1
;
 1    pz    n  1 I n g z 

76
BAB III SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Pada persamaan (3.8) yaitu


n  1 I n f ( z )  n I n1 f ( z )
1    p( z)    , boleh
I n1 g ( z )
diubah menjadi persamaan baru,

z I n 1 f z 
1    p( z )    .
I n 1 g ( z )

Maka persamaan (3.14) berubah menjadi:

 
z I n f z  z I n 1 f z 

I n g z  I n 1 g z 
 
 
 1   zp z  z I n 1 f z  
 ;
 z I n 1 f z 
 n  1 I n g z 
 I g z  
 n 1 

 
z I n f z  z I n 1 f z 

I n g z  I n 1 g z 
 1   zp z  I n 1 g z  (3.15)

 n  1 I n g z  

77
BAB III SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Dengan megubah persamaan (3.13) yaitu:


n  1I n g z 
1    qz     n 
I n1 g z 

1 I n1 g z 

menjadi
1    qz     n n  1I n g z  .
Maka persamaan (3.15) berubah menjadi persamaan baru yaitu:

 
z I n f z  z I n 1 f z 

I n g z  I n 1 g z 
 
 1    z pz 
1
1   qz    n 
;

 
1  z I n f z  z I n 1 f z  
  
1     I n g z  I n 1 g z  

z pz 
(3.16)
 
 ;
 1    q  z     n 

Dengan mengubah persamaan (3.8) yaitu:

n  1 I n f ( z )  n I n1 f ( z )
1    p( z)    ;
I n1 g ( z )
menjadi

78
BAB III SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN


z I n 1 f z 
1    p( z )    .
I n 1 g ( z )
Maka persamaan (3.16) menjadi

1  z I n f z  
 
1
1    pz    
1     I n g z   1   
 z p z  
 ;
 1    qz     n 

1  z I n f z   
   pz 
1     I n g z   1   
 z p z  
 ;
 1    q  z     n 

1  z I n f z  
  
1     I n g z  

z p z 
(3.17)
 
 pz    .
 1    q  z     n 

79
BAB III SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Disebabkan q   dan Rq( z)1       n  0 , dengan


1
mengambil   pada persamaan (3.17) dan
1    qz     n
dari Lemma 1.2, kita peroleh p   sehinggakan
 1
f  Q (  ,  ;  , ) .

80
BAB III SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

BAB IV
SIFAT SUBKELAS FUNGSI UNIVALEN
MENGGUNAKAN OPERATOR INTERAL NOOR
MELIBATKAN INTEGRAL LIBERA

4.1 Subkelas Fungsi Univalen


Andaikan N kelas semua fungsi  yang analisis dan
univalen dalam U untuk  (U) adalah convex dengan  (0) = 1
dan Re{  } > 0 untuk z U . Dengan menggunakan prinsip
dasar pada subordinasi antara fungsi univalen diperkenalkan
subkelas S  (μ;  ) dan C(μ;  ) pada kelas S untuk μ  0 dan
  N yang didefinisikan sebagai berikut:

 1  zf ' ( z )  
S * (; )   f  S :       ( z ), z  U 
 1    f ( z)  

 1  zf ' ' ( z )  
C * (; )   f  S : 1       ( z ), z  U 
 1   f ( z)  
dan

81
BAB III SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

 1  zf ' ( z )  
Q * (  ,  ; , )   f  S ; g  S * (  ; ) s.t : 1       ( z ), z  U 
 1   g ( z)  

Seterusnya dengan menggunakan operator integral I n f (z )


diperkenalkan kelas pada fungsi univalen, yaitu:

S n (  ; )   f  S , I n f ( z )  S * (  ; )

C n (  ; )  f  S, I n f ( z )  C * (  ; )

dan

Qn (  ; )   f  S , I n f ( z )  Q * (  ,  ; , )

dengan catatan bahawa


f ( z )  C * (  ;  )  zf ' ( z )  S * (  ;  ) .

Sifat pada subkelas seperti yang dinyatakan diatas telah


dibuktikan dengan melibatkan integral Noor pada penelitian
sebelumnya selanjutnya dengan subkelas yang sama, yaitu:
S n (  ;  ), C n (  ;  ) dan Qn (  ,  ;  , ) akan diperlihatkan
dengan melibatkan Integral Libera. Untuk c > -1 dan f  S
dengan mengingat kembali operator integral Bernardi-Libera-
Livingston yang dilambangkan sebagai Lc dan dinyatakan
dengan :

82
BAB III SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

c  1 c 1
z
Lc  f   Lc  f z   t f t  dt
z c 0
(4.1)

Seterusnya diberi hasil seperti berikut ini.

4.2 Sifat Subkelas S n (  ;  ), melibatkan integral Libera

Teorema 4.2 Andaikan (  0,   1, f  S ) untuk   0



z I n Lc f ( z ) 
dan   N . Jika   untuk semua z U ,
I n Lc f ( z )
maka f  S n (  ;  ), mengimplikasikan Lc f  S n (  ;  ) .

Bukti: Diberikan f  S n (  ;  ), dan set



1  z I n Lc f ( z )  
p( z )     (4.2)
1    I n Lc f ( z ) 

yang pz  1  c1 z  c2 z 2  ... adalah analisis di dalam U, p(0)


= 1 dan p(z)  0, z  U. Dari integral Libera (4.1) maka
diperoleh

z ( I n Lc f ( z ) )  c  1 I n f ( z )  c I n Lc f ( z ) (4.3)

Dengan menggunakan persamaan (4.2) dan (4.3) diperoleh


bahwa:

1  c  1 I n f z   c I n Lc f z  
p( z )     ;
1   I n Lc f ( z ) 
83
BAB III SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

1    p( z )   
c  1I n f ( z)
 c;
I n Lc f ( z )

1    p( z )    c 
c  1I n f ( z)
. (4.4)
I n Lc f ( z )

Dengan menggunakan aturan turunan logaritma pada kedua sisi


persamaan (4.4) maka diperoleh :

1
1    pz   I n Lc f z  
1    pz     c c  1I n f z 
 c  1I f  z  I L f z  _ c  1I f z I f
 n n c n n

 I n Lc f z 2

1    pz   I n Lc f z   c  1I n f z  I n Lc f z  


1    pz    c c  1I n f z   I n Lc f z 2 

I n Lc f ( z )  c  1I n f ( z ) I n Lc f ( z ) 
 
c  1 I n f ( z )  I n Lc f z 2

84
BAB III SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

1    pz   I n f z   I n Lc f z 


1    pz     c I n f z  I n Lc f ( z )
(4.5)

Kedua sisi persamaan (4.5) di atas dikalikan dengan z sehingga


didapat :

1    zpz   z I n f z   z I n Lc f z 


1    pz    c I n f z  I n Lc f ( z )
;

1    zpz   zI n f z    c  1 I n f z   c I n Lc f z 


1    pz    c I n f z   I n Lc f z 


;

1    zpz   zI n f z    c  1 I n f z  


 c .
1    pz    c I n f z   I n Lc f z  

Dari persamaan (4.4) yaitu


1    p( z )    c 
c  1I n f ( z)
maka diperoleh:
I n Lc f ( z )

85
BAB III SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

1    zpz   z I n f z   1    pz    c  c


1    pz    c I n f z 
;

1    zpz   z I n f z   1    pz  


1    pz    c I n f z  ;

zpz  1  z I n f z 
  
1
1    pz    
1    pz    c 1    I n f z   1  

zpz  1  z I n f z  
 p z      
1    pz    c 1    I n f z  
………………………………………………………….. (4.6)
Dengan menggunakan Lemma 2.2 maka persamaan
(5.6)mengakibatkan bahawasannya p , bermakna.
Lc f  S n (  ;  ) .

4.3 Sifat Subkelas C n (  ;  ) melibatkan integral Libera

Teorema 4.3 Andaikan (  0,   1, f  S ) untuk   0



z I n Lc f ( z ) 
dan   N . Jika   untuk semua z U ,
I n Lc f ( z )
maka f C n (  ;  ) mengakibatkan Lc f C n (  ;  ) .
86
BAB III SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Bukti: Dengan menggunakan persaman


f ( z )  C * (  ;  )  zf ' ( z )  S * (  ;  ) dan teorema 4.2,
maka teorema di atas dibuktikan seperti di bawah ini:

f C n (  ;  )  z f ' ( z )  S n (  ;  ),

 ( Lc z f ( z ))  S n (  ;  )

 z ( Lc f ( z ))  S n (  ;  )

 Lc f ( z )  C n (  ;  ) .

4.4 Sifat Subkelas Qn (  ,  ;  , ) melibatkan integral Libera

Teorema 4.4 Andaikan(  0,   1, f  S ) untuk



z I n Lc f ( z ) 
,   0 dan  ,   N . Jika   untuk
I n Lc f ( z )
semua z U maka f Qn (  ,  ;  , ) mengakibatkan
Lc f  Qn (  ,  ;  , ) .

Bukti: Andaikan f Qn (  ,  ;  , ) , maka terdapat g


S (  ;  ), sehingga

n

 z I L f ( z )  
     z  ,
1
 n c z U .
1   I n Lc g ( z ) 

87
BAB III SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

1  z I f ( z )  
himpunan p ( z )   n   (4.7)
1   I n g ( z ) 

dengan pz  1  c1 z  c2 z 2  ... adalah analisis di dalam U


dengan p(0) = 1. Disebabkan g  S n (  ;  ), dari Teorema 4.2
maka Lc (g )  S n (  ;  ),

Dari persamaan (4.3) diperoleh


z ( I n Lc f ( z ) )  c  1 I n f ( z )  c I n Lc f ( z ) dan

1  c  1 I n f z   c I n Lc f z  
p( z )     ;
1   I n Lc g ( z ) 

c  1 I n f ( z )  c I n Lc f ( z )
1    p( z)    . (4.8)
I n Lc g ( z )

Dengan menggunakan aturan turunan logarithma pada kedua


sisi (4.8), diperoleh :

I n Lc g z 
1
1    p z   
1    pz    c  1 I n f z   c I n Lc f z 
 c  1I f z   c I L f z   I L g z   c  1I f z   c I L f z I
  n n c  n c n n c n


 I n Lc g z 2

88
BAB III SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

 c  1I f z   c I L f


1    p z  I n Lc g z  
 
n n c

1    pz    c  1 I n f z   c I n Lc f z   I n Lc g z 2

I n Lc g z 
 
c  1 I n f z   c I n Lc f z 
 c  1I f  z   c I L f  z I L g ( z )  
 n n c n c

 I n Lc g z  2


1    p z  c  1I n f z   c ( I n Lc f z )



1    pz    c  1 I n f z   c I n Lc f z 


 I n Lc g  z 
. (4.9)
I n Lc g  z 

Dengan mengubah

z ( I n Lc f ( z ) )  c  1 I n f ( z )  c I n Lc f ( z )
pada persamaan (4.9) maka selanjutnya adalah:


1    p z  c  1I n f z   c ( I n Lc f z )  I n Lc g z 

1    pz    z I n Lc f z 
 I n Lc g  z 
…………………………………………………….…. (4.10)
Kedua sisi persamaan (4.10) di atas dikalikan dengan z
sehingga di peroleh:
89
BAB III SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

1    zp z  c  1 zI n f z   c z( I n Lc f z )



1    pz    z I n Lc f z 


z I n Lc g z 

I n Lc g z 
;

1    zp z  c  1 zI n f z   z I n Lc g z 


 c
I n Lc g z 
.
1    pz    z I n Lc f z 
……………………………………………………………(4.11)

Oleh kerana g  S n (  ;  ), maka dari Teorema 4.2 dapat


Lc f  S n (  ;  ) . Seterusnya dengan aturan yang sama seperti
di atas maka akan ditunjukkan Lc f  Q (  ,  ;  , ) ,

1  z I L g ( z )  
Diberikan q( z )   n c   (4.12)
1   I n Lc g ( z ) 

yang qz  1  c1 z  c2 z 2  ... adalah analisis di dalam U


dengan q(0) = 1. Dengan menggunakan persamaan (4.3) maka
diperoleh:

90
BAB III SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

1  c  1 I n g z   c I n Lc g z  
q( z )     ;
1   I n Lc g ( z ) 

 c  1 I n g z   c I n Lc g z 
1    q( z)     ;
 I n Lc g ( z ) 

c  1 I n g ( z)
1    q( z)    c . (4.13)
I n Lc g ( z )

Dari persamaan (4.11) dan (4.13) diperoleh:

1    zp z  c  1 zI n f z   c  1 I n g z   c ;


 c
1    pz    z I n Lc f z  I n Lc g z 

1    zp z  c  1 zI n f z  


c  1 I n g z 
 ;
1    pz    z I n Lc f z  I n Lc g z 

1    zp z  c  1 I n g z  c  1 zI n f z 


  ;
1    pz    I n Lc g z  z I n Lc f z 

91
BAB III SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

dan seterusnya

 1    zp z  c  1 I n g z    
    z I n Lc f z    c  1 z I n f z 
 1    pz    I n Lc g z  
;

 1    zp z   c  1 I n g z   
 z I n Lc f z   z I n Lc f z    c  1 z I n f z 
 1    p  z    I L
n c g  z  
;

 c  1 I n g z     1    zp z  
 z I n Lc f z    c  1 z I n f z    z I n Lc f z  
 I n Lc g z    1    pz    
;

 z I L f  z    1    zp  z  
c  1I n g z   n c
  c  1 z I n f  z    z I n Lc f z  
 I n Lc g  z    1    pz    
;

dan akhirnya:


z I n Lc f z  c  1 z I n f z   1    zp z  z I n Lc f z  
 
I n Lc g c  c  1 I n g z   1    pz    c  1 I n g z  
……………………………………………………….… (4.14)
92
BAB III SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Persamaan (4.8) yaitu pada bentuk berikut,

c  1 I n f ( z)  c I n Lc f ( z)
1    p( z)    , boleh
I n Lc g ( z )

z I n Lc f  z 
diubah menjadi 1    p ( z )    , sehingga
I n Lc g ( z )
pada persamaan (4.14) berubah menjadi:

 
   
z I n f z  z I n Lc f z   1    zp z  z I n Lc f z  
 
I n g z  I n Lc g z 
 z I n Lc f z 
 c  1 I n g z  
 I n Lc g z  
 

  
z I n f  z  z I n Lc f  z   1    zp  z  I n Lc g z  z I n Lc f  z  
  
I n g z  I n Lc g  z   z I n Lc f z 
 c  1 I n g z  
;

 
z I n f z  z I n Lc f z   I L g z  
  1    zp z  n c
I n g z  I n Lc g z   c  1 I n g z 
………………………………………………………….(4.15)

93
BAB III SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

Dengan mengubah persamaan


1   q( z)    c  c  1 I n g ( z) pada persamaan (4.15)
I n Lc g ( z )
di atas, sehingga persamaannya menjadi;

 
z I n f  z  z I n Lc f z 
 1    zp z 
1
 ;
I n g z  I n Lc g  z  1    qz     c

dan akhirnya:

1 z I f z  
z I n Lc f z   zp z 
 n   .
 I n g  z 
1  I n Lc g z   1    q z     c

………………………………………………….……….. (4.16)

Dengan mengubah persamaan (4.8) kepada



  
1    p( z )    z I n Lc f z dan disubstitusikan ke dalam
I n Lc g ( z )
persamaan (4.16) akan diperoleh sebagai berikut;

 z I f  z   zp  z 
1
 n 
1
1    pz    
1   I n g z   1   1    qz     c
;

94
BAB III SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

 z I f z    zp  z 
 pz  
1
 n  ;
1   I n g z   1   1    qz     c

 z I f  z   zp z 
    pz  
1
 n
1   I n g z   1    qz     c

Oleh kerana q   dan Rq( z)1       c  0, dan


menggunakan Lemma 2.2, diperoleh p   bermakna
 1
f Q (  ,  ;  , ) dan mengakibatkan Lc f  Q (  ,  ;  , )

95
BAB III SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

96
BAB V SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

BAB V
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya
maka kita dapat menyatakan bahwa untuk melihat sifat-sifat
subkelas pada fungsi univalen, kita dapat menggunakan
operator integral. Operator integral banyak bentuk dan
modelnya. Operator integral yang digunakan pada buku ini
adalah operator integral yang telah dikaji oleh Noor, yang
dikenal dengan operator integral Noor.
Selain operator integral, kita dapat juga melihat sifat-
sifat subkelas dari fungsi univalen yang sama dengan
menambah integral yang lain. Integral yang banyak digunakan
oleh peneliti-peneliti sebelumnya adalah integral Libera. Sama
halnya pada buku ini untuk juga selain operator integral Noor
juga melibatkan integral Libera.
Banyak peneliti-peneliti mengkaji hal yang sama pada
buku ini tetapi dengan bentuk kelas dan subkelas yang berbeda
dan operator integral yang berbeda pula. Diantaranya adalah
Liu, J.L (2002) melakukan penelitian dengan judulnya “Certain
Integral Operator and Strongly Starlike Functions”. Dalam
jurnal tersebut dibahas mengenai sifat-sifat rangkuman
subkelas fungsi univalen dan analitik dengan melibatkan
operator integral yang telah diperkenalkan oleh I.B. Jung, Y.C.
Kim dan H.M. Srivastava pada tahun 1993. Subkelas yang
digunakan juga subkelas pada fungsi seperti bintang strongly.
Masih mengenai kajian-kajian yang pernah dibuat oleh
peneliti sebelumnya yaitu: Selvaraj. C, Karthikeyan.K.R (2007)
97
BAB V SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

melakukan penelitian dengan judulnya ‘Some Classes of


Analytic Functions Involving Generalized Integral Operator”.
Dalam jurnal tersebut dibahas mengenai sifat-sifat rangkuman
subkelas pada fungsi univalen dan analitik dengan melibatkan
operator integral secara umum. Integral operator yang
digunakan adalah operator yang didefinisikan sendiri oleh
penulis dengan menggunakan kaedah Hadamard Product
(Convolution).
Maslina Darus dan Rabha W. Ibrahim (2009) dengan
judulnya “On Inclusion Properties Generalized Integral
Operator Involving Noor Integral”. Jurnal yang ditulis oleh
Maslina Darus dan Rabha. W. Ibrahim (2009) dengan judulnya
di atas, mereka mengkaji sifat rangkuman subkelas yang
mereka punyai dengan menggunakan operator integral yang
ada dan melibatkan integral Noor.
Sebelum membahas mengenai sifat-sifat subkelas
fungsi univalen yang menggunakan operator integral dan juga
yang melibatkan integral Libera, maka perlu dibahas mengenai
konsep dasar sebelum fungsi univalen adalah bilangan
kompleks dan fungsi analitik. Sebab dua konsep tersebut sangat
dasar sekali dalam analisis kompleks.

Ada beberapa aplikasi dari konsep teori fungsi univalen


dan subkelasnya. Namun pada buku ini tidak disajikan
disebabkan buku ini hanya melihat mengenai sifat-sifat
subkelas fungsi univalennya saja. Mudah-mudahan buku
selanjutnya dapat disajikan aplikasinya.
Tetapi pada penutup ini penulis berikan beberapa
contoh aplikasi teori fungsi univalent diantaranya konsep dasar
teori fungsi univalen banyak memberi sumbangan pada bidang
fisika dan teknik. Sebagai contoh Curt dan Fericean (2011)
membuktikan bahwa masa mengubah sifat bak-  daripada segi
98
BAB V SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

sifat geometri termasuk kebakbintangan dan kebaklingkaran


yang terjadi daripada dua kasus, yaitu masalah dalaman dan
luaran.

99
BAB V SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

100
DAFTAR PUSTAKA SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

DAFTAR PUSTAKA

1. Bieberbach, L. 1916. Uber einige extremal probleme im


Gebiete der konformen abdildung. Math . Ann. 77: 153-
172.

2. Bernardi, S.D. 1969. Convex and starlike univalent


functions.1. Trans. Amer. Math. Soc. 135: 429-446.

3. C. Pommerenke, 1973. Univalent functions: with a


chapter on quadratic differentials by gerd jensen.
Vandenhoeck & Ruprecht In Gottingen.

4. Churchill Ruel V dan Ward Brown James, Complex


Variables and Applications, Fift edition, McGraw-Hill
International Edition, 1990.

5. De Branges, L. 1985. A proof of the Bieberbach


conjecture. Acta Math. 154: 137-152.

6. Duren P.L. 1983. Univalent fuctions. Springer-Verlag,


New York Berlin Heidelberg Tokyo.

7. Eenigenburg, P., Miller, S., Mocanu, P., & Reade, M.


198. On a Briot – Bouqet differential subordination,
General Inequalities, 3 (Oberwolfach): 339-348,
Internat. Schriftenreihe Numer. Math. 64, Birkhauser,
Basel, 1983.

101
DAFTAR PUSTAKA SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

8. Fekete, M dan Szego, G, 1933. Eine Bermerkung uber


Ungerade schlichte Funktionen. Jour . London Math.
Soc. 8: 85-89.

9. I.B Jung,.Y. C. Kim, dan H. M Srivastava, 1993. The


Hardy space of analytic functions associated with
certain one-parameter families of integral operators. J.
Math. Anal. Appl. 176 (1): 138–147.

10. Kaplan, W. 1952. Close-to-convex schlicht functions.


Michigan Math. J. 1: 169-185.

11. Lindelof, E. 1908. Quelque remarques sur la croissance


de la function. Bull. Sci Math. 32 : 341-356.

12. Littlewood, J. E. 1925. On inequalities in the theory of


functions. Proc. London Math. Soc. S2-23:481-519.

13. Lowner, K. 1923. Untersuchungen uber schlicht


konforme abbildungen des einheit skreises. I. Math
Ann. 89: 103-121.

14. Maslina Darus. & Rabha W. Ibrahim. 2009. On


Inclusion Properties of Generalized Integral Operator
involving Noor Integral. Far East J. Math. Sci. 33 (3):
309-321.

15. Maslina Darus. 2012. Rentetan Teori Fungsi Geometri


(Khayalan atau Realiti). Penerbit UKM , Bangi

16. Miller, S. & Mocanu, P. 1981. Differential


subordination and univalent functions. Michigan. Math.
J. 28: 157-177.
102
DAFTAR PUSTAKA SIFAT SUBELAS FUNGSI UNIVALEN

17. Noor, K.I., 1999. On new classes of integral operators.


J. Nat. Geom., 16 (1-2) : 71-80.

18. Paliouras D. John. 1987. Peubah Kompleks untuk


Ilmuwan dan Insinyur. Penerbit Erlangga

19. Rogosinski, W. 1931. Schr. K. Gelehrt. Gesellsch.


Naturwiss, KI. 8(1): 1-31.

20. Uraleggadi, B. A dan Somanatha, C. 1995. Certain


integral operators for starlike functions.. J. Math. Res
Exposition, 15: 14-16.

21. S. Ruscheweyh, 1975. New criteria for univalet


functions. Proc. Amer. Math. Soc. 49: 109-115

22. Spiegel R. Murray. 1964. Schaum’s Outline of Theory


anf Problem of Compleks Variables with an
introduction to conformal maping its applications.
McGraw-Hill Book Company. Sidney

103
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai