Anda di halaman 1dari 4

AMNION

Amnion pada kehamilan aterm berupa sebuah membran yang kuat dan ulet tetapi
lentur. Amnion adalah membran janin yang paling dalam dan berdampingan
dengan cairan amnion. Struktur avaskular khusus ini memiliki peran penting
dalam kehamilan pada manusia. Pada banyak kasus obstetrik, pecahnya selaput
ketuban secara dini pada kehamilan dini merupakan penyebab tersering pelahiran
preterm .Amnion adalah jaringan yang menentukan hampir semua kekuatan
regang membran janin. Dengan demikian, pembentukan komponen -komponen
amnion yang mencegah ruptur atau robekan sangatlah penting bagi keberhasilan
kehamilan.

STRUKTUR. menjelaskan lima lapisan jaringan amnion. Permukaan dalam,


yang dibasahi oleh cairan amnion, adalah selapis rapat sel epitel kuboid yang
diperkirakan berasal dari ektoderm embrionik. Epitel ini melekat erat ke sebuah
membran basal yang dihubungkan ke lapisan padat aselular, yang terutama terdiri
dari kolagen interstisial tipe I, III, dan V. Di sisi luar lapisan padat, terdapat
sederet sel mesenkim mirip fibroblas (yang pada kehamilan aterm tersebar luas).
Sel-sel ini mungkin berasal dari mesoderm discus embrionik. Di amnion juga
terdapat beberapa makrofag janin. Lapisan paling luar amnion adalah zona
spongiosa yang relatif aseluler yang bersebelahan

dengan membran janin kedua, korion laeve. Elemen penting yang “hilang” pada
amnion manusia adalah sel otot polos, saraf, pembuluh limfe, dan yang penting,
pembuluh darah.

PERKEMBANGAN. Pada awal proses implantasi, terbentuk suatu ruang antara


massa sel mudigah dan trofoblas di dekatnya. Sel-sel kecil yang melapisi
permukaan dalam trofoblas ini disebut sel amniogenik, prekursor epitel amnion.
Amnion manusia pertama kali dapat diidentifikasi pada sekitar hari ke-7 atau -8
perkembangan mudigah. Pada awalnya, sebuah vesikel kecil yaitu amnion,
berkembang menjadi sebuah kantung kecil yang menutupi permukaan dorsal
mudigah. Karena semakin membesar, amnion secara bertahap menelan mudigah
yang sedang tumbuh, yang mengalami prolaps ke dalam rongga amnion
(Benirshcke dan Kaufman, 2000).

Peregangan kantung amnion akhirnya menyebabkan amnion yang


berkontak dengan permukaan dalam korion laeve. Aposisi mesoblas korion laeve
dan amnion menjelang akhir trimester pertama kemudian menyebabkan obliterasi
ekstraembrionik. Amnion dan korion laeve, walaupun sedikit menyelekat, tidak
pernah berhubungan erat, dan biasanya mudah dipisahkan, bahkan pada
kehamilan aterm.

HISTOGENESIS SEL AMNION. Secara umum sekarang dianggap bahwa sel-


sel epitel amnion berasal dari ektoderm janin pada diskus embrionik. sel-sel ini
tidak berasal dari delaminasi trofoblas. Hal ini patut dijadikan bahan
pertimbangan penting baik dari perspektif embriologis maupun fungsional.
Sebagai contoh, ekspresi gen HLA kelas 1 di amnion lebih merupakan suatu
istilah yang merujuk kepada ekspresi gen di sel mudigah daripada ekspresi gen
tersebut di trofoblas.

Selain sel epitel yang melapisi paling dalam amnion (cairan amnion),
terdapat sebuah lapisan sel mirip-fibroblas (mesenkim) yang kemungkinan juga
berasal dari mesoderm mudigah. Pada awal embriogenesis manusia, sel-sel
mesenkim amnion terletak tepat di samping permukaan basal epitel. Dengan
demikian, pada saat ini permukaan amnion adalah suatu struktur yang terdiri dari
dua lapis sel dengan jumlah sel epitel dan mesenkim kira-kira setara. Bersamaan
dengan pertumbuhan dan perkembangannya, terjadi pengendapan kolagen
diantara kedua lapisan sel ini. Hal ini menandai dimulainya pembentukan lapisan
padat amnion, yang juga menyebabkan terpisahnya kedua lapisan sel amnion
tersebut. Seiring dengan membesarnya kantung amnion untuk menutupi plasenta
dan kemudian korion frondosum pada sekitar minggu ke-10 sampai 14, terjadi
pengurangan kepadatan sel-sel mesenkim secara progresif. Sel-sel ini terus saling
memisah dan dalam prosesnya menjadi tersebar secara jarang. Tampaknya bahwa
pada awal kehamilan sel-sel epitel amnion bereplikasi dengan kecepatan yang
relatif lebih besar daripada sel mesenkim. Pada kehamilan aterm, sel epitel
membentuk suatu epitel kontinu tanpa-celah di permukaan janin amnion.
Sementara itu, sel-sel mesenkim tersebar secara luas, dan dihubungkan oleh
jaringan kisi-kisi halus matriks ekstrasel disertai adanya serat-serat tipis yang
panjang.

SEL EPITEL AMNION. Sel epitel melapisi seluruh sisi dalam (cairan amnion)
membran amnion di semua bagian. Ini adalah sel-sel yang biasanya dirujuk dan
paling sering diteliti dalam penyelidikan tentang cairan amnion. Permukaan apikal
sel epitel dipenuhi oleh mikrovilus yang berkembang sempurna, sesuai dengan
fungsinya sebagai tempat perpindahan utama antara cairan amnion dengan amnion
.Sel-sel epitel juga aktif secara metabolis; sebagai contoh, sel-sel ini merupakan
tempat sintesis inhibitor jaringan metaloproteinase-1 .

SEL MESENKIM AMNION. Sel-sel mesenkim amnion pada lapisan fibroblas


amnion berperan penting dalam fungsi-fungsi utama amnion. Sintesis kolagen
interstisial yang membentuk lapisan kompak amnion, yaitu sumber utama
kekuatan regang membran ini, berlangsung di sel mesenkim. Sel-sel ini juga
memiliki kemampuan tinggi untuk mensintesis berbagai sitokin termasuk
interleukin-6 (IL-6), IL-8, dan monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1).
Sintesis sel-sel ini meningkat sebagai respon terhadap toksin bakteri dan
interleukin-1. Kapasitas fungsional sel-sel mesenkim amnion ini menjadi
pertimbangan penting dalam studi mengenai cairan amnion untuk mencari bukti
adanya akumulasi mediator-mediator inflamasi yang berkaitan dengan persalinan .
DAFTAR PUSTAKA

1. Cuningham, Gary F.2012 Obstetri William. Edisi 23. ECG. Jakarta


2.

Anda mungkin juga menyukai