Anda di halaman 1dari 3

RSMH KEGAGALAN PENOLONG PERSALINAN DENGAN GAWAT JANIN

PALEMBANG
NOMOR DOKUMEN NOMOR REVISI HALAMAN
I 1/2
Prosedur Tanggal Terbit Ditetapkan oleh Direktur Pelayanan Medis
Pelayanan .
dr. Firmansyah Basir, SpOG,
Subsp, Obginsos, MARS
Pengertian Persalinan di mana alat dipasang pada kepala janin tetapi tidak dapat mencapai
persalinan pervaginam dengan kebutuhan untuk menggugurkan prosedur dan
mengubahnya menjadi persalinan seksio sesarea.

Anamnesis  Riwayat haid


 Denyut jantung janin
 Gerakan janin
 Pemeriksaan ultrasonografi
 Pemeriksaan radiologi
 Pemeriksaan sitologi
Pemeriksaan Pemantauan Denyut Jantung Janin (DJJ) dapat menggunakan alat berupa
Fisik nonstress test, doppler dan stetoskop Laennec. Pada janin yang aktif akan diikuti
peningkatan DJJ, sebaliknya bila janin kuran baik pergerakannya maka tidak
diikuti oleh peningkatan frekuensi DJJ.
Kriteria  Kriteria mayor:
Diagnosis a. Denyut jantung janin ireguler (denyut jantung janin yang tidak
seragam antara kontraksi uterus)
b. Denyut jantung janin abnormal (>180 atau <100 kali permenit)
 Kriteria minor:
a. Denyut jantung yang tetap ireguler meskipun terjadi hidrasi dan
perubahan posisi ibu.
b. Terdapat cairan mekonium segar.
c. Gerak janin berkurang.
 Persalinan dikelompokkan berdasarkan indikasi untuk persalinan operatif
(distosia atau gawat janin).
 Persalinan forsep dikelompokkan menjadi pelahiran outlet, rendah, dan
panggul tengah berdasarkan Klasifikasi Menurut Stasiun dan Rotasi (-5
hingga +5 cm).
 Persalinan dengan ekstraksi vakum dikelompokkan ke dalam kategori
outlet, low, midpelvic, dan tidak ditentukan lain berdasarkan sistem
klasifikasi yang sama.
 Meskipun persalinan pervaginam operatif juga terkait dengan trauma
janin, trauma ibu dan janin yang signifikan juga dapat terjadi selama
operasi caesar yang dilakukan selama tahap kedua persalinan.
Diagnosis Kerja Failed instrumental delivery of fetal distress

Diagnosis  gawat janin (fetal distress).


Banding  Intra uterine fetal death (IUFD)
Pemeriksaan  Pemantauan denyut jantung janin elektronik.
Penunjang  Pergerakan janin (sering menurun dan melemah).
 Diagnosis Asidosis janin dengan FBS (sampel darah kulit kepala janin)
 CTG (Cardiotomography)
Tujuan  Risiko ibu dan bayi secara signifikan tinggi setelah pengiriman
instrumental gagal.
 Meskipun seksio sesarea tahap kedua sesuai dalam beberapa kasus,
banyak yang dapat dicegah dengan kehadiran staf obstetri senior yang
diperlukan.
 Penilaian yang komprehensif dari kesesuaian pengiriman instrumental
dan penggunaan instrumen yang tepat.
Tatalaksana  Persalinan harus dipantau dengan pengujian ulang.
 Jika gawat janin berlanjut, persalinan mendesak dengan metode teraman
harus dilakukan.
 Operasi caesar dengan kemiringan lateral 15 derajat dilakukan jika
semuanya gagal dan merupakan alternatif terakhir ketika menghadapi
kemungkinan gawat janin.
 Penatalaksanaan Asfiksia Perinatal Asfiksia perinatal didiagnosis dengan
skor APGAR dan penanganannya harus dilakukan dengan resusitasi
neonatus.
 Pada asfiksia ringan, rangsang tangisan, bersihkan jalan napas, suplai
oksigen, dan bantuan ventilasi dapat memberikan kelegaan.
 Pada asfiksia sedang, intubasi endotrakeal, ventilasi tekanan positif
intermiten harus dilakukan.
 Pada asfiksia berat, intubasi segera, IPPV, suction, pijat jantung
eksternal, cairan intravena dan obat-obatan dan pemantauan biokimia
harus dilakukan. Kemampuan dan keterampilan penolong
Edukasi Meningkatnya angka seksio sesarea pada pembukaan penuh tidak hanya menjadi
perhatian untuk persalinan yang bersangkutan tetapi juga dapat berdampak
negatif pada kehamilan dan persalinan wanita di masa depan
Prognosis Jika persalinan dengan alat diindikasikan karena gawat janin, hasil neonatus
juga cenderung lebih buruk setelah upaya yang gagal.

Indikator  Peningkatan tingkat anestesi umum


 Infeksi luka
 Trauma jalan lahir
 Trauma psikologis
Keperpustakaan  Williams‟s obstetrics, 24th edition, Chapter no, 24: 491-497.
 Smith, R. P. 2017. Netter's Obstetrics and Gynecology E-Book. Elsevier
Health Sciences.
 Muraca, Giulia M.; Sabr, Yasser; Lisonkova, Sarka; Skoll, Amanda;
Brant, Rollin; Cundiff, Geoffrey W.; Joseph, K.S. (2018). Morbidity and
Mortality Associated With Forceps and Vacuum Delivery at Outlet,
Low, and Midpelvic Station. Journal of Obstetrics and Gynaecology
Canada, (), S1701216318305589–. doi:10.1016/j.jogc.2018.06.018
 Elfituri, Abdullatif; Datta, Tamal; Hubbard, Harry R.; Ganapathy,
Ramesh (2020). Successful versus unsuccessful instrumental deliveries
—Predictors and obstetric outcomes. European Journal of Obstetrics &
Gynecology and Reproductive Biology, 244(), 21–24.
doi:10.1016/j.ejogrb.2019.10.050
 Dasanayaka, D. L. W., Sidique, A., & Hooker, J. (2015). Can we reduce
failed instrumental delivery?. Galle Medical Journal, 19(2).
 McDonnell, S., & Chandraharan, E. (2015). Determinants and outcomes
of emergency caesarean section following failed instrumental delivery:
5-year observational review at a tertiary referral centre in London.
Journal of pregnancy, 2015.

Ketua Departemcn Obstetri & Ginekologi,

Dr. H . Agustria Zainu Saleh, SpOG (K)


NIP. 140 100 979

Anda mungkin juga menyukai