Anda di halaman 1dari 9

Nama : Emilia Aurel Sondang Lumban Raja

NIM : 04011381823235
Kelas : Alpha 2018

Learning Issue
Sistem Endokrin SIstem Reproduksi Wanita

Secara fisiologis, kelenjar hipofisis dapat dibagi menjadi dua bagian yang berbeda: hipofisis
anterior yang juga dikenal sebagai adenohipofisis, dan hipofisis posterior yang juga dikenal
sebagai neurohipofisis. Secara embriologis, kedua bagian hipofisis berasal dari dua sumber
yang berbeda hipofisis anterior berasal dari kantong Rathke, yang merupakan invaginasi
epitel faring saat pembentukan embrio dan hipofisis posterior berasal dari penonjolan
jaringan saraf hipotalamus. Asal mula hipofisis anterior dari epitel faring ini dapat
menjelaskan sifat epiteloid selnya, sedangkan asal mula hipofisis posterior dari jaringan
neural dapat menjelaskan adanya sejumlah besar sel tipe glia dalam kelenjar ini.

Enam hormon peptida yang penting ditambah beberapa hormon yang kurang penting
disekresikan oleh hipofisis anterior, dan dua hormon peptida penting disekresikan oleh
hipofisis posterior. Hormon yang disekresikan oleh hipofisis anterior berperan penting dalam
pengaturan fungsi metabolik di seluruh tubuh. Hormon-hormon tersebut adalah:

1. Growth hormone meningkatkan pertumbuhan seluruh tubuh dengan cara


memengaruhi pembentukan protein, pembelahan sel dan diferensiasi sel.
2. Adrenokortikotropin (kortikotropin) mengatur sekresi beberapa hormon
adrenokortikal, yang memengaruhi metabolisme glukosa, protein, dan lemak.
3. Thyroid-stimulating hormone (tirotropin) mengatur kecepatan sekresi tiroksin dan
triiodotironin oleh kelenjar tiroid, dan hormon ini mengatur kecepatan sebagian besar
reaksi kimia dalam tubuh.
4. Prolaktin meningkatkan pertumbuhan kelenjar payudara dan produksi air susu.
5. Dua jenis hormon gonadotropin, follicle-stimulating hormone dan luteinizing
hormone, mengatur pertumbuhan ovarium dan testis, serta aktivitas hormonal dan
reproduksinya.

Kedua hormon yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis posterior ini mempunyai peranan
lain.

1. Hormon antidiuretik (juga disebut vasopresin) mengatur kecepatan ekskresi air ke


dalam urine sehingga membantu mengatur konsentrasi air dalam cairan tubuh.
2. Oksitosin membantu menyalurkan air susu dari kelenjar payudara ke puting susu
selama pengisapan, dan membantu kelahiran bayi pada akhir kehamilan.

Semua hormone tersebut dibentuk dalam kelenjar hipofisis anterior dengan jenis sel yang
spesifik. Kelima jenis sel tersebut adalah:
Kerja Hipotalamus Terhadap Sekresi Kelenjar Hipofisis

Sekresi kelenjar hipofisis anterior diatur oleh hormon yang disebut hormon (atau faktor)
pelepas hipotalamus atau releasing hormone dan hormon (faktor) panghambat hipotalamus
yang disekresi dalam hipotalamus dan selanjutnya dijalarkan ke hipofisis anterior melalui
pembuluh darah kecil yang disebut pembuluh darah porta hipotalamus- hipofisis. Di dalam
kelenjar hipofisis anterior, hormon pelepas dan hormon penghambat ini bekerja terhadap sel
kelenjar dan mengatur sekresi kelenjar tersebut.
Kelenjar hipofisis anterior merupakan kelenjar yang mempunyai banyak sekali pembuluh
darah dengan sinus kapiler yang sangat luas di antara sel-sel kelenjar. Hampir semua darah
yang memasuki sinus ini mula-mula akan melewati ruang kapiler (capillary bed) di bagian
bawah hipotalamus. Darah kemudian melewati pembuluh porta hipolalamus-hipofisis kecil
ke sinus hipofisis anterior.

Neuron khusus di dalam hipotalamus mensintesis dan menyekresi hormon pelepas dan
hormon penghambat hipotalamus yang mengatur sekresi hormon hipofisis anterior. Neuron
ini berasal dari berbagai bagian hipotalamus dan mengirimkan serabut sarafnya ke eminensia
mediana dan tuber sinereum, suatu perluasan jaringan hipotalamus ke tangkai hipofisis.

Bagian ujung serat saraf ini berbeda dengan kebanyakan ujung serat saraf yang ada di sistem
saraf pusat; fungsi serat ini di sistem saraf pusat bukan untuk menghantarkan sinyal dari satu
neuron ke neuron yang lain, namun hanya menyekresikan hormon pelepas dan hormon
penghambat hipotalamus ke dalam cairan jaringan. Hormon-hormon ini segera diabsorbsi ke
dalam kapiler sistem porta hipotalamus-hipofisis dan langsung diangkut ke sinus kelenjar
hipofisis anterior.

Releasing Hormone and Inhibitor

Hormon pelepas dan hormon penghambat berfungsi mengatur sekresi hormon hipofisis
anterior. Untuk sebagian besar hormon hipofisis anterior, yang penting adalah hormon
pelepas, tetapi untuk prolaktin, hormon penghambat hipotalamus kemungkinan lebih
berpengaruh terhadap pengaturan hormon. Hormon-hormon tersebut adalah:

1. Hormon-pelepas tirotropin (TRH), yang menyebabkan pelepasan thyroidfstimurating


hormone.

2. Hormon-pelepas kortikotropin (CRH), yang menyebabkan pelepasan


adrenokortikotropin

3. Hormon pelepas growth hormone (GHRH), yang menyebabkan pelepasan growth


hormone dan hormon penghambat growth hormone (GHIH), juga disebut
somatostatin, yang menghambat pelepasan growth hormone.

4. Hormon pelepas gonadotropin (GnRH), yang menyebabkan pelepasan dua hormon


gonadotropik, lmteinizing hormone dan foloicoe-stimuoating hormone.

5. Hormon penghambat prolaktin (PIH), yang menghambat sekresi prolaktin.


Sistem Hormon Perempuan

1. Hormon yang dikeluarkan hypothalamus, hormone pelepas gonadotropin (GnRH)


2. Hormon eks hipofisis anterior, hormon perangsang folikel (FSH) dan hormon
luteinisasi (LH), keduanya disekresi sebagai respons terhadap pelepasan GnRH
dari hipotalamus.
3. Hormon-hormon ovarium, estrogen dan progesteron, yang disekresi oleh
ovarium sebagai respons terhadap kedua hormon seks perempuan dari kelenjar
hipofisis anterior.

Perubahan ovarium yang terjadi selama siklus seks bergantung seluruhnya pada
hormon-hormon gonadotropik, FSH dan LH, yang disekresi oleh kelenjar hipofisis
anterior. Tanpa hormon- hormon tersebut ovarium tetap tidak aktif, yaitu pada masa
kanak-kanak, ketika hampir tidak ada hormon-hormon gonadotropik hipofisis yang
disekresi. Pada usia 9 sampai 12 tahun, hipofisis secara progresif mulai menyekresi
lebih banyak FSH dan LH, yang menyebabkan dimulainya siklus seks bulanan normal
yang terjadi antara usia 11 dan 15 tahun. Periode perubahan ini disebut pubertas, dan
saat terjadinya siklus menstruasi pertama disebut menarke. FSH maupun LH
merupakan glikoprotein kecil dengan berat molekul sekitar 30.000.

FSH maupun LH merangsang sel target ovarium dengan cara berikatan dengan.
reseptor FSH dan LH yang sangat spesifik di membran sel target ovarium.
Selanjutnya, reseptor yang diaktifkan tersebut meningkatkan kecepatan sek- resi sel
dan biasanya sekaligus meningkatkan pertumbuhan dan proliferasi sel.
Pertumbuhan Folikel

1. Pada awalnya, Ketika seorang anak perempuan dilahirkan, tiap ovum diselubungi oleh
selapis sel granulosa; ovum, dengan selubung sel granulosa tersebut, disebut folikel
primordial. Sepanjang masa kanak-kanak, sel-sel granulosa diyakini berfungsi
memberi makanan untuk ovum dan untuk menyekresi suatu faktor penghambat
pematangan oosit, yang membuat ovum tetap tertahan dalam keadaan primordial,
dalam tahap profase pembelahan meiosis. Kemudian, sesudah pubertas, ketika FSH
dan LH dari kelenjar hipofisis anterior mulai disekresi dalam jumlah yang cukup,
seluruh ovarium, bersama dengan sebagian folikel di dalamnya, mulai tumbuh.

Tahap pertama pertumbuhan folikel berupa pembesaran sedang dari ovum, yang
diameternya meningkat menjadi dua sampai tiga kali lipat. Kemudian diikuti dengan
pertumbuhan lapisan sel-sel granulosa tambahan di sebagian folikel; folikel- folikel
ini dikenal sebagai folikel primer.

2. Selama beberapa hari pertama setiap siklus seks bulanan perempuan,


konsentrasi FSH maupun LH yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior
meningkat sedikit menjadi sedang, dengan peningkatan FSH yang sedikit lebih
besar daripada LH dan lebih awal beberapa hari dari LH. Hormon-hormon ini,
khususnya FSH, mempercepat pertumbuhan 6 sampai 12 folikel primer setiap
bulan.

3. Efek awalnya adalah proliferasi sel-sel granulosa yang berlangsung cepat,


sehingga meningkatkan lebih banyak lagi lapisan sel-sel tersebut

4. Teka interna, sel-selnya mempunyai karakteristik epitelium yang mirip dengan


sel-sel granulosa dan menjadi mampu untuk menyekresi hormon steroid seks
tambahan (estrogen dan progesteron). Lapisan luar, teka eksterna, berkembang
menjadi kapsul jaringan ikat yang sangat vaskular yang menjadi kapsul folikel
yang sedang tumbuh.

5. Hanya satu folikel yang matang karena Jumlah besar estrogen yang berasal dari
folikel yang tumbuh paling cepat tersebut bekerja pada hipotalamus untuk menekan
peningkatan lebih jauh sekresi FSH oleh kelenjar hipofisis anterior, sehingga
menghambat pertumbuhan lebih jauh folikel-folikel yang kurang berkem- bang. Oleh
karena itu, folikel yang paling besar tumbuh terus karena efek-efek umpan balik
positif intrinsiknya, sementara semua folikel yang lain berhenti tumbuh dan benar-
benar berinvolusi.

6. Pada masa Ovulasi terjadi lonjakan LH. LH diperlukan untuk pertumbuhan akhir
folikel dan ovulasi. Tanpa hormon ini, walaupun FSH tersedia dalam jumlah besar,
folikel tidak akan berkembang ke tahap ovulasi. Sekitar 2 hari sebelum ovulasi,
kecepatan sekresi LH oleh kelenjar hipofisis anterior meningkat dengan pesat,
menjadi 6 sampai 10 kali lipat dan mencapai puncaknya sekitar 16 jam sebelum
ovulasi. FSH juga meningkat kira-kira dua sampai tiga kali lipat pada saat
bersamaan,dan FSH dan LH akan bekerja secara sinergistik menyebabkan
pembengkakan folikel yang berlangsung cepat selama beberapa hari sebelum ovulasi.
mengubah kedua jenis sel tersebut terutama menjadi sel penyekresi progesteron. Oleh
karena itu, kecepatan sekresi estrogen mulai menurun kira-kira 1 hari sebelum
ovulasi, sementara progesteron yang meningkat mulai disekresi.

7. LH menyebabkan sekresi cepat hormon-hormon steroid folikular yang


mengandung progesteron. Dalam waktu beberapa jam akan berlangsung dua
peristiwa, keduanya dibutuhkan untuk ovulasi: (1) Teka eksterna (kapsul
folikel) mulai melepaskan enzim proteolitik dani lisosom, yang mengakibatkan
pelarutan dinding kapsul folikular dengan alcibat melemahnya dinding,
menyebabkan pembengkakan lebih jauh seluruh folikel dan degenerasi stigma.
(2) Secara bersamaan terjadi pertumbuhan cepat pembuluh darah baru ke dalam
dinding folikel, dan pada saat yang sama, prostaglandin (hormon setempat yang
menye- babkan vasodilatasi) disekresi ke dalam jaringan folikular. Kedua efek
ini akan mengakibatkan transudasi plasma ke dalam folikel, yang menambah
pembengkakan folikel. Akhir- nya, gabungan pembengkakan folikel dan
degenerasi stigma yang terjadi bersamaan mengakibatkan pecahnya folikel
disertai pengeluaran ovum.

8. Beberapa jam pertama sesudah ovum dikeluarkan dani folikel, sel-sel granulosa
dan teka interna yang tersisa berubah dengan cepat menjadi sel lutein.

9. Sel-sel granulosa dalam korpus luteum membentuk retiku- lum endoplasma


halus intrasel yang luas, yang menghasilkan sejumlah besar hormon seks
perempuan progesteron dan estro- gen (lebih banyak progesteron daripada
estrogen selama fase luteal). Sel-sel teka terutama lebih membentuk hormon
andro- gen, androstenedion dan testosteron daripada hormon seks pe- rempuan.
Akan tetapi, sebagian besar hormon-hormon tersebut juga akan dikonversi oleh
enzim aromatase di sel-sel granulosa menjadi hormone-hormon estrogen, yaitu
hormon-hormon perempuan.

10. Menstruasi terjadi jika ovum tidak dibuahi, kira-kira 2 hari sebelum akhir siklus
bulanan, korpus luteum di ovarium tiba-tiba berinvolusi, dan hormon-hormon
ovarium (estro- gen dan progesteron) menurun sampai kadar sekresi yang rendah,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 81-3. Terjadilah menstruasi.
Menstruasi disebabkan oleh berkurangnya estrogen dan progesteron, terutama
progesteron, pada akhir siklus ova- rium bulanan. Efek pertama adalah penurunan
rangsang terhadap sel-sel endometrium oleh kedua hormon in diikuti dengan cepat
oleh involusi endometrium menjadi kira-kira 65 persen dari ketebalan semula.
Kemudian, selama 24 jam sebelum terjadinya menstruasi, pembuluh darah yang
berkelok-kelok, yang mengarah ke lapisan mukosa endo- metrium, menjadi
vasospastik, mungkin disebabkan oleh efek involusi, seperti pelepasan bahan
vasokonstriktor kemungki- nan salah satu tipe vasokonstriktor prostaglandin yang
terda- pat dalam jumlah sangat banyak.
Vasospasme, penurunan zat nutrisi endometrium, dan hilangnya rangsang hormonal
memulai proses nekrosis pada endometrium, khususnya pada pembuluh darah.
Akibatnya, darah mula-mula merembes ke lapisan vaskular endometrium, dan daerah
perdarahan bertambah besar dengan cepat dalam waktu 24 sampai 36 jam. Berangsur-
angsur, lapisan luar endomerium yang nekrotik terlepas dari uterus pada daerah
perdarahan tersebut, sampai kira-kira 48 jam setelah terjadinya menstruasi, semua
lapisan superfisial endometrium sudah terdeskuamasi. Massa jaringan deskuamasi dan
darah di dalam kavum uteri, ditambah efek kontraktil prostaglandin atau zat- zat lain
dalam deskuamat yang membusuk, seluruhnya bersama-sama merangsang kontraksi
uterus yang menye- babkan dikeluarkannya isi uterus.
Selama menstruasi normal, kira-kira 40 ml darah dan tambahan 35 ml cairan serosa
hilang. Cairan menstruasi ini normalnya tidak membeku, karena fibrinolisin
dilepaskan bersama dengan bahan nekrotik endometrium. Bila terjadi perdarahan
yang berlebihan dari permukaan uterus, jumlah fibrinolisin mungkin tidak cukup
untuk mencegah pembeku- an. Adanya bekuan darah pada menstruasi sering
merupakan bukti klinis adanya keadaan patologis uterus.
Dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah dimulainya mens- truasi, pengeluaran darah
akan berhenti, karena pada saat ini endometrium sudah mengalami epitelisasi
kembali.

Fungsi Hormon-hormon Ovarium

Kedua jenis hormon seks ovarium adalah estrogen dan progestin. Sejauh ini yang
paling penting dari estrogen adalah hormon estradiol dan yang paling penting dari
progestin adalah progesteron. Estrogen terutama meningkatkan prolife- rasi dan
pertumbuhan sel-sel khusus di dalam tubuh yang berperan dalam perkembangan
sebagian besar karakteristik seks sekunder perempuan. Progestin berfungsi terutama
untuk mempersiapkan uterus pada kehamilan dan payudara untuk laktasi. Hanya tiga
jenis estrogen yang ada dalam jumlah bermak- na di dalam plasma perempuan: -
estradiol, estron, dan estriol,

Efek Estrogen pada Payudara

Payudara primordial, baik pada perempuan maupun laki-laki pada dasarnya sama. Nyatanya,
di bawah pengaruh hormon-hormon yang tepat, payudara laki-laki selama 2 dekade pertama
kehidupan dapat berkembang sehingga cukup untuk memproduksi susu seperti halnya pada
payudara perempuan.

Estrogen menyebabkan (1) perkembangan jaringan stroma payudara, (2) pertumbuhan sistem
duktus yang luas, dan (3) deposit lemak di payudara. Lobulus dan alveoli payudara
berkembang sedikit di bawah pengaruh estrogen saja, tetapi progesteron dan prolaktinlah
yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan fungsi yang nyata struktur-struktur ter-
sebut.

Ringkasnya, estrogen memulai pertumbuhan payudara dan alat-alat pembentuk air susu
payudara. Estrogen juga berperan pada pertumbuhan karakteristik dan penampilan luar payu-
dara perempuan dewasa. Akan tetapi, estrogen tidak menyelesaikan tugasnya dalam
mengubah payudara menjadi organ yang memproduksi susu.

Progesteron Merangsang Perkembangan Payudara.

Progesteron meningkatkan perkembangan lobulus dan alveoli payudara, mengakibatkan sel-


sel alveolar berproliferasi, mem- besar, dan menjadi bersifat sekretorik. Akan tetapi,
progesteron tidak menyebabkan alveoli menyekresi air susu; air susu disekresi hanya sesudah
payudara yang sudah siap dirangsang lebih lanjut oleh prolaktin kelenjar hipofisis anterior.

Progesteron juga menyebabkan payudara membengkak. Sebagian dari pembengkakan ini


terjadi karena perkembangan sekretorik di lobulus dan alveoli, tetapi sebagian juga dihasilkan
oleh peningkatan cairan di dalam jaringan.

Estrogen Berpengaruh Sedikit pada Distribusi Rambut.

Estrogen tidak terlalu memengaruhi penyebaran rambut. Akan tetapi, rambut memang
tumbuh di daerah pubis dan aksila sesudah pubertas. Androgen yang dibentuk dalam jumlah
yang meningkat oleh kelenjar adrenal perempuan setelah pubertas adalah hormon yang
terutama berperan.
Daftar Pustaka

1. Hall, J. Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi Keduabelas. Elsevier:
Philadelphia
2. Boswell, H. 2014. Female Puberty: A Comprehensive Guide for Clinicans. Springer:
New York. DOI 10.1007/978-1-4939-0912-4_2.

Anda mungkin juga menyukai