Anda di halaman 1dari 4

Jenis Buku : Non Fiksi

Judul : Biografi Bacharuddin Jusuf Habibie


Dari Ilmuwan ke Negarawan sampai "Minandito"
Pengarang : Andi Makmur Makka
Penerbit : PT. THC Mandiri Jakarta
Edisi/Cetakan : 2012
Tebal Buku : 342 halaman

Rangkuman Isi Buku :

Buku ini menceritakan sosok bapak bangsa Indonesia, yaitu Bapak Bacharuddin Jusuf Habibie
atau sering dipanggil B.J Habibie yang juga dikenal sebagai tokoh IPTEK nasional. Dari mulai
silsilah keluarga, masa kecil, remaja, pendidikan hingga sekolah di Jerman, terjun ke dunia
industri, pulang kembali ke Indonesia, menjabat sebagai menteri, wakil, hingga presiden, serta
berbagai visi-visi besarnya untuk kemajuan Indonesia, termasuk konflik, dilema keluarga,
politik, reformasi, lepasnya Timor Leste, hingga kisah cinta abadi “Habibie & Ainun”.

Lahir Di Lingkungan Keluarga Cerdas


Lahir pada tanggal 5 Juni 1936 dari kalangan yang melek pendidikan pada masanya,
menempatkan pendidikan sebagai fondasi kuat bagi keluarga, tidak hanya pendidikan akademis
tapi juga agama, sehingga mampu menjadikan sosok yang kuat dalam Iptek dan Imtaq. Itulah
B.J Habibie. Ayahnya seorang ahli pertanian di Parepare, seorang bugis bernama Alwi Abdul
Djalil Habibie. Ibunya bernama R.A. Tuti Marnin Puspowardojo dari kalangan keluarga dokter
Jawa. “Kromosom intelegensia datang dari ibu disempurnakan oleh kontribusi kromosom dari
ayah. Inilah yang mungkin menghasilkan apa yang terjadi dan ada dalam tubuh saya.” (B.J.
Habibie)

Karir Pendidikan
Seorang anak keempat dari delapan bersaudara. Lahir dan besar di Parepare, dikenal juga
dengan nama panggilan Rudi hingga semasa sekolah dan kuliah di Jerman. Selepas ayahnya
wafat, Ibu beserta saudara-saudaranya hijrah ke Jawa, demi mendapatkan pendidikan yang
tinggi. Terhitung sejak SMP, Habibie telah mengenyam pendidikan di Jawa. Kemudian
melanjutkan kuliah (sebentar) sebelum akhirnya memutuskan kuliah dengan jalur ‘mandiri’
(bukan beasiswa pemerintah) ke Technische Hocheschule Aachen Jerman Barat, jurusan
konstruksi pesawat terbang. Bersama teman-teman di Eropa (PPI Eropa) menggagas seminar
pembangunan (20-25 juli 1959). Pada masa persiapan seminar tersebut, Habibie sempat sakit
keras hingga dinyatakan telah ‘meninggal’ karena telah dimasukkan ke dalam kamar mayat.
Hingga suatu keajaiban menghantarkan Habibie melewati fase kritis tersebut, kemudian
muncullah sebuah sajak, SUMPAHKU !!!, tentang janji pengabdian kepada Ibu Pertiwi. Tiga
tahun berselang, 12 mei 1962, menikah dengan Ainun.

Karir Profesional
Karir Habibie dimulai dari meraih gelar Diploma Ing, dengan nilai rata-rata 9,5 tahun 1960.
Bekerja sebagai Assistant Research Scientist pada Institut Kontruksi Ringan Techische
Hochschule Aachen tahun 1965. Pada masa yang sama juga bekerja di Firma Talbot sebuah
industri kereta api Jerman. Pada tahun itu juga berhasil menyelesaikan studi S-3 dengan
predikat “Sehr Gut” atau sangat baik. Selepas konrak sebagai asisten selesai, Habibie bekerja
di HFB (Hamburger Flugzeugbau) sebuah perusahaan konstruksi pesawat. Disinalah karir
cemerlang dalam industri pesawat mulai dikenal dunia, dalam waktu singkat karirnya meroket,
hampir tiap bulan juga rutin mengeluarkan karya tulis. Beberapa rumusan Habibie dapat
ditemukan di berbagai jilid buku AGARD yang menjadi pegangan desain pesawat terbang
standar NATO yang memuat Factor of Habibie, Prediction of Habibie, Method of Habibe.
Selanjutnya, HFB merger dan berubah nama menjadi MBB (Messerschmitt Bolkow Blohm).
Habibie juga menemukan Crack Propagation sebuah temuan yang penting. Pada tahun 1974,
Habibie telah diangkat menjadi wakil presiden dan Direktur Teknologi MBB.
Dengan posisi mapannya saat itu, baik secara finansial maupun karir, Habibie tetap berniat
‘pulang’ ke Indonesia, sebagaimana sumpahnya dulu. Oleh karena itu, mulailah ia membina
kader dengan meletakkan pekerja-pekerja sebanyak 30 orang dari Indonesia ke MBB, hal ini
agar transfer ilmu dan teknologi terjadi, sebagaimana kesepakatan Habibie dengan pihak MBB.
“Saya membawa teman-teman bekerja di HFB kemudian menjadi MBB di Jerman, waktu itu
untuk ‘numpang’ menuntut ilmu. Bukan menumpang hidup untuk selamanya dan mencari
makan.” (B.J. Habibie).

Membangun SDM Unggul


Dalam sejarah panjang hidup beliau, telah banyak torehan tinta emas dalam karir membangun
SDM bangsa yang unggul yang berdaya saing global. Sesuai tekad beliau sudah saatnya
Indonesia menjadi bangsa yang mengandalkan competitive advantage, bukan lagi comparative
advantage yang identik dengan buruh dan pajak rendah.
Peran Habibie makin terasa semenjak menjabat Menristek dengan berbagai visi besarnya.
“Mustahil ada inovasi jika tidak ada SDM yang unggul.” Habibie. “Saya membutuhkan orang
yang andal untuk membuat bangsa Indonesia tetap berproduksi menghasilkan SDM yang
terbarukan dan tidak terbarukan (non renewable resources).” kata Habibie
Era 80’an, di saat jumlah insinyur atau ahli perekayasa di Indonesia masih terbatas, Habibie
selaku Menristek mengirimkan ribuan kader untuk belajar ke luar negeri. Berbagai lembaga
riset IPTEK juga bermunculan, seperti BPPT, LAPAN dll.

Habibie dan ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia)


Habibie ditunjuk menjadi ketua ICMI pertama, sederet prestasi dan kapabilitasnya dianggap
mampu menjadikan ICMI semakin membumi. Berbagai kiprah sukses mengiringi ICMI
bersama dengan Habibie hingga sekarang. Produk-produk yang hingga kini terasa seperti Bank
Muamalat, Harian Republika, Dompet Dhuafa, instansi sekolah seperti Insan Cendikia.

Hari Kebangkitan Teknologi Nasional


Tepat tanggal 10 Agustus 1995, pesawat pertama buatan negeri mengudara, N-250 “Gatot
Kaca” berhasil membuat lega segenap detak jantung bangsa Indonesia. Sebuah pembuktian
bangsa kepada dunia. Hari bersejarah itu diabadikan sebagai Hari Kebangkitan Teknologi
Nasional. Tonggak sejarah untuk memulai ke tingkat lebih lanjut dalam hal teknologi, yang
menjadi stimulus ekonomi kedepannya. Menjadikan bangsa ini lebih produktif karena kita
bangsa besar (dalam artian jumlah penduduk juga).
Semua pasti tahu, bicara Habibie tak pernah lekat dengan pesawat dan bagi bangsa Indonesia
ialah kesuksesan Habibie memimpin proyek pembuktian pembuatan ‘baja terbang’.
Sebelum semuanya sirna kala krisis moneter menerpa. Serangkaian kebijakan aneh dari
kesepakatan dengan IMF menghancurkan tunas kebangkitan teknologi itu. Habis sudah
momentum itu, hingga entah kapan bisa mengejar ketertinggalan. Menjadikan bangsa ini lebih
produktif, bukan konsumtif. Bangga pada buatan sendiri.

Habibie dan Politik


Terjun langsung ke dunia politik sebenarnya bukan keinginan Habibie, karena itu cara terbaik
saat itu untuk berbuat lebih banyak bagi bangsa. Karir politik Habibie masuk kabinet dimulai
dari Menristek hingga terpilih menjadi wakil presiden (ke-7) hingga persitiwa sejarah
menjadikan Habibie sebagai Presiden (ke-3) setelah Soeharto mundur. Menjadi presiden dalam
waktu singkat diberi beban berat dalam bidang sosial-ekonomi (krisis moneter), politik
(pemilu), dan han-kam (Timor Leste).
Sikap Habibie yang berbeda dari presiden sebelumnya sukses mewujudkan agenda reformasi.
Hingga pembenahan ekonomi secara sigap. Langkah penyelesaian Timor Leste melalui jajak
pendapat, yang akhirnya melepas wilayah sengketa itu. Banyak pro dan kontra.

Kesimpulan :
Habibie, sosok cerdas yang hadir mencoba mengubah bangsa ini dengan segenap
kemampuannya. Bagi saya, Habibie adalah salah seorang tokoh idola, tokoh teladan, visinya
yang besar, dan pengabdiannya tanpa ujung pada bangsa.
Semoga bisa menjadi generasi yang bisa melanjutakan visi besar Habibie, membawa terbang
bangsa ini, gagah mengawasi dunia, tegap berdiri di bawah kaki sendiri. Semoga.

Nama : Keiko Putri Callysta Kelas : VII-3 No Absen : 13

Anda mungkin juga menyukai