Buku ini menceritakan sosok bapak bangsa Indonesia, yaitu Bapak Bacharuddin Jusuf Habibie
atau sering dipanggil B.J Habibie yang juga dikenal sebagai tokoh IPTEK nasional. Dari mulai
silsilah keluarga, masa kecil, remaja, pendidikan hingga sekolah di Jerman, terjun ke dunia
industri, pulang kembali ke Indonesia, menjabat sebagai menteri, wakil, hingga presiden, serta
berbagai visi-visi besarnya untuk kemajuan Indonesia, termasuk konflik, dilema keluarga,
politik, reformasi, lepasnya Timor Leste, hingga kisah cinta abadi “Habibie & Ainun”.
Karir Pendidikan
Seorang anak keempat dari delapan bersaudara. Lahir dan besar di Parepare, dikenal juga
dengan nama panggilan Rudi hingga semasa sekolah dan kuliah di Jerman. Selepas ayahnya
wafat, Ibu beserta saudara-saudaranya hijrah ke Jawa, demi mendapatkan pendidikan yang
tinggi. Terhitung sejak SMP, Habibie telah mengenyam pendidikan di Jawa. Kemudian
melanjutkan kuliah (sebentar) sebelum akhirnya memutuskan kuliah dengan jalur ‘mandiri’
(bukan beasiswa pemerintah) ke Technische Hocheschule Aachen Jerman Barat, jurusan
konstruksi pesawat terbang. Bersama teman-teman di Eropa (PPI Eropa) menggagas seminar
pembangunan (20-25 juli 1959). Pada masa persiapan seminar tersebut, Habibie sempat sakit
keras hingga dinyatakan telah ‘meninggal’ karena telah dimasukkan ke dalam kamar mayat.
Hingga suatu keajaiban menghantarkan Habibie melewati fase kritis tersebut, kemudian
muncullah sebuah sajak, SUMPAHKU !!!, tentang janji pengabdian kepada Ibu Pertiwi. Tiga
tahun berselang, 12 mei 1962, menikah dengan Ainun.
Karir Profesional
Karir Habibie dimulai dari meraih gelar Diploma Ing, dengan nilai rata-rata 9,5 tahun 1960.
Bekerja sebagai Assistant Research Scientist pada Institut Kontruksi Ringan Techische
Hochschule Aachen tahun 1965. Pada masa yang sama juga bekerja di Firma Talbot sebuah
industri kereta api Jerman. Pada tahun itu juga berhasil menyelesaikan studi S-3 dengan
predikat “Sehr Gut” atau sangat baik. Selepas konrak sebagai asisten selesai, Habibie bekerja
di HFB (Hamburger Flugzeugbau) sebuah perusahaan konstruksi pesawat. Disinalah karir
cemerlang dalam industri pesawat mulai dikenal dunia, dalam waktu singkat karirnya meroket,
hampir tiap bulan juga rutin mengeluarkan karya tulis. Beberapa rumusan Habibie dapat
ditemukan di berbagai jilid buku AGARD yang menjadi pegangan desain pesawat terbang
standar NATO yang memuat Factor of Habibie, Prediction of Habibie, Method of Habibe.
Selanjutnya, HFB merger dan berubah nama menjadi MBB (Messerschmitt Bolkow Blohm).
Habibie juga menemukan Crack Propagation sebuah temuan yang penting. Pada tahun 1974,
Habibie telah diangkat menjadi wakil presiden dan Direktur Teknologi MBB.
Dengan posisi mapannya saat itu, baik secara finansial maupun karir, Habibie tetap berniat
‘pulang’ ke Indonesia, sebagaimana sumpahnya dulu. Oleh karena itu, mulailah ia membina
kader dengan meletakkan pekerja-pekerja sebanyak 30 orang dari Indonesia ke MBB, hal ini
agar transfer ilmu dan teknologi terjadi, sebagaimana kesepakatan Habibie dengan pihak MBB.
“Saya membawa teman-teman bekerja di HFB kemudian menjadi MBB di Jerman, waktu itu
untuk ‘numpang’ menuntut ilmu. Bukan menumpang hidup untuk selamanya dan mencari
makan.” (B.J. Habibie).
Kesimpulan :
Habibie, sosok cerdas yang hadir mencoba mengubah bangsa ini dengan segenap
kemampuannya. Bagi saya, Habibie adalah salah seorang tokoh idola, tokoh teladan, visinya
yang besar, dan pengabdiannya tanpa ujung pada bangsa.
Semoga bisa menjadi generasi yang bisa melanjutakan visi besar Habibie, membawa terbang
bangsa ini, gagah mengawasi dunia, tegap berdiri di bawah kaki sendiri. Semoga.