Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja merupakan suatu proses menuju pendewasaan terhadap anak,
dimasa ini banyak sekali pengalaman baru yang didapatkan mulai dari teman,
pergaulan, fenomena baru, sikap baru, bahkan sampai perubahan bentuk tubuh
yang mulai menunjukkan tanda-tanda pendewasaan. Masa remaja adalah masa
terjadinya perkembangan fisik berupa munculnya ciri-ciri seks primer,
sekunder serta psikologis berupa perilaku seksual. Pasa masa-masa ini
bersenang-senang adalah tujuan utama yang ingin dicapai. Sampai-sampai
banyak kejadian dimana remaja sudah mengenal seks bebas sehingga orang
tua memutuskan untuk menikahkan anaknya diusia remaja atau disebut
pernikahan dini tersebut. Hal itu dilakukan para orangtua untuk menutup malu
pada warga sekitar yang mengetahui anaknya sudah melalukan hubungan
intim diluar nikah.
Studi yang dilakukan United Nations Children’s Fund (UNICEF), fenomena
kawin di usia dini (early marriage) masih sering dijumpai masyarakat di
Timur Tengah dan Asia Se;atan terdapat 9,7 juta anak perempuan atau 48o%
menikah pada umur dibawah usia 18 tahun. Afrika sebesar 42Yo dan Amerika
Latin sebesar 29%ot. Di Indonesia, angka statistik pernikahan usia dini dengan
pengantin berumur dibawah usia 16 tahun secara nasional mencapai lebih dari
seperempat, bahkan dibeberapa daerah, sepertiga dari pernikahan yang terjadi
teapatmya di Jawa Timur 39,43Yo, Kalimantan Selatan 35,480, Jambi
30,63Yo dan Jawa Barat 36Yo (Singgib B,Setyawan, 2007)/
Hal ini sudah terbukti bahwa para remaja-remaja sekarang atau generasi
penerus bangsa sudah tercemar perilakunya dengan seks bebas. Laporan dari
jurnal ESCAP menunjukkan bahwa Indonesia satu dari lima perempuan yang
statusnya menikah dan berusia 20-24 tahun melahirkan anak pertamanya yang
merupakan buah dari hubungan sebelum menikah. Terbukti dari hasil
penelitian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) kerjasama dengan

1
Universitas Negeri Jakarta(UNJ) tentang pesepsi seks berisiko dan kesehatan
reproduksi remaja se-DKI Jakarta pada bulan Maret-Mei 2002,diketahui 37%
responden wanita tidak mengetahui fungsi organ reproduksi wanita, 34% dari
seluruh responden tidak mengetahui tentang PMS (Penyakit Menular
Seksual). Sedangkan sumber informasi seks yang utama adalah TV dan
majalah sebanyak 39%. (Universitas Negeri Semarang,2014).
Selain seks bebas, biasanya alasan orang tua menikahkan anak diusia dini
adalah berdasarkan faktor ekonomi keluarga yang kurang, sehingga orangtua
menjodohkan dengan seseorang yang sudah mempunyai kehidupan yang
mapan.

1.2 Rumusan Masalah


Memberikan Asuhan Keperawatan pada Keluarga dengan Seks Bebas dan
Pernikahan Dini pada Anggota Keluarga Remaja

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan umum
Agar mahasiswa/i mampu memahami dan melakukan asuhan keperawatan
keluarga dengan Seks Bebas dan Pernikahan Dini pada Anggota Keluarga
Remaja
2. Tujuan khusus
a. Untuk memahami dan mengetahui pengkajiam pada asuhan keperawatan
keluarga dengan Seks Bebas dan Pernikahan Dini pada Anggota Keluarga
Remaja
b. Untuk memahami dan mengetahui Diagnosa keperawatan pada asuhan
keperawatan keluarga dengan Seks Bebas dan Pernikahan Dini pada
Anggota Keluarga Remaja
c. Untuk memahami dan mengetahui Perencanaan pada asuhan keperawatan
keluarga dengan Seks Bebas dan Pernikahan Dini pada Anggota Keluarga
Remaja

2
d. Untuk memahami dan mengetahui Implementasi pada asuhan
keperawatan keluarga dengan Seks Bebas dan Pernikahan Dini pada
Anggota Keluarga Remaja
e. Untuk memahami dan mengetahui Evaluasi pada asuhan keperawatan
keluarga dengan Seks Bebas dan Pernikahan Dini pada Anggota Keluarga
Remaja

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

I. KONSEP DASAR

2.1 Pengertian

A. Remaja
Remaja adalah: masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak menuju
dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik,psikis &
psikososial.
• Remaja awal (13-14 thn)
• Remaja Tengah (15-17 Thn)
• Remaja akhir (18-21 Thn)
- Perubahan Fisik Remaja
Karakteristik Perubahan Fisik Remaja Wanita Laki-laki
Wanita : Pertumbuhan payudara ,Pertumbuhan rambut kemaluan,
Pertumbuhan badan/tubuh, Menarche, Bulu ketiak
Laki-laki : Pubic hair (rambut kemaluan), Pertumbuhan testis, Pertumbuhan
badan/tubuh, Pertumbuhan penis, kelenjar prostat, Ejakulasi pertama dengan
mengeluarkan semen, Tumbuh rambut wajah dan ketiak, Tumbuhnya bulu
ketiak
- Reaksi Remaja terhadap Menarche / Spermarche

Menarce : NEGATIF (ketidaktahuan remaja tentang perubahan fisiologis


yang terjadi pada awal kehidupan remaja wanita, maka menstruasi dianggap
sebagai hal yang tidak baik. POSITIF (memahami, menghargai dan menerima
adanya menstruasi pertama sebagai tanda kedewasaan seorang wanita)

Spermarche : remaja laki-laki akan memiliki sikap beragam yakni ada yang
merasa biasa-biasa saja, senang, gembira, bingung atau merasa berdosa.
POSITIF (yaitu bahwa spermarche merupakan sesuatu yang wajar dirasakan
sangat menyenangkan/mengesankan. Untuk itu, seringkali seorang remaja

4
berkeinginan untuk dapat mengulangi pengalamantersebut). NEGATIF
(terkejut/shock atau merasa berdosa/guilty feeling diri anak tidak akan
mengetahui banyak tentang aspek kehidupan seksual, serta hal-hal yang
berhubungan dengan seks dianggap menjijikkan, kotor atau jorok).

- Perkembangan Kognitif Remaja


• Abstrak. (teoritis) menghubungkan ide, pemikiran atau konsep pengertian
guna menganalisa dan memecahkan masalah Contoh pemecahan masalah
abstrak ; aljabar
• Idealistik. berfikir secara ideal mengenai diri sendiri, orang lain maupun
masalah sosial kemasyarakatan yang ditemui dalam hidupnya.
• Logika. berfikir seperti seorang ilmuwan . membuat suatu perencanaan
untuk memecahkan suatu masalah. Kemudian mereka menguji cara
pemcahan secara runtut, tratur dan sistematis
- 4 Psikososial Remaja Tugas Perkembangan (Menurut Havighurst)
✓ Menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis – psikologis
✓ Belajar bersosialisasi sebagai seorang laki-laki maupun wanita
✓ Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang
dewasa lain
✓ Remaja bertugas untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
✓ Memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis
- Perkembangan Identitas diri
1. Konsep diri
2. Evaluasi diri
3. Harga diri
4. Efikasi diri
5. Kepercayaan diri
6. Tanggung jawab
7. Komitmen
8. Ketekunan
9. Kemandirian

5
B. Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapanorang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat
dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (Depkes RI 1988)

Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan


perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga. (Duval 1972)

Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar


perkawinan atara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau
seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau
tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah
rumah tangga. (Sayekti 1994)

Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup
bersama sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya
selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, tinggal
bersama dalam satu rumah yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga dan
makan dalam satu periuk. Orang tua sangat berperan penting dalam
kehidupan seorang anak. Perhatian orang tua sangat diperlukan oleh
seseorang karena orang tualah yang paling dekat dengannya. Bimbingan
orang tua sangat berpengaruh pada tingkah laku seseorang. Apabila orang tua
kurang memberi pengarahan serta pengetahuan maka seorang anak akan
mudah terjerumus dalam kebiasaan berseks bebas.Tetapi ada juga anak yang
memang memiliki kepribadian buruk, walaupun orang tuanya sudah
memberikan perhatian yang cukup serta pengarahan yang cukup pula, anak
yang tergolong memiliki kepribadian buruk akan senantiasa tidak
mendengarkan perkataan orang tuanya. Hal tersebut akan meninggalkan
penyesalan pada akhir perbuatan remaja atau mahasiswa tersebut.

6
C. Remaja dalam Keluarga
Masalah penting hubungan keluarga adalah apa yang disebut dengan
kesenjangan generasi antara remaja dengan orang tua mereka (menonjol
terjadi dibidang norma-norma sosial).
- Diawali pada saat anak pertama berusia 13 th.
- Berlangsung lebih kurang 6-7 th.
- Diharapkan keluarga dapat memenuhi tugasperkembangan keluarga, yaitu:
perlahanlahanmelepaskan ikatan/pengaruh keluarga terhadapanak dan
memberikan tanggung jawab sertakebebasan yang lebih besar kepada
remajauntuk persiapan diri mereka menjadi dewasamuda (Duval & Miller,
1985)
- Disebut sebagai tahapan yang paling sulit dalamsiklus perkembangan
individu
- Periode usia yang paling banyak dibahas dandidiskusikan
- Baik Orang tua maupun remaja dihadapkan pada tugas-tugas perkembangan
yang berat
- Sering timbul konflik antara orang tua dan remaja
- Tantangan yang utama: bagaimana menghargai hak otonomi dan kebebasan
yang dituntut remaja
- Kekuasaan dan pengaruh kuat dari Orang tua perludimodifikasi sesuai
dengan norma dan nilai keluargadan masyarakat

TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN REMAJA

- Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang


dan bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa muda
dan mulai memiliki otonomi.
- Memelihara komunikasi terbka (cegah gep komunikasi).
- Memelihara hubungan intim dalam keluarga
- Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota keluarga
untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga

7
POLA ASUH ORANG TUA
1. Pola Asuh Otoriter (parent oriented) : cenderung menetapkan standar yang
mutlak harus dituruti
2.Pola Asuh Permisif (children centered) : Memberikan kesempatan
pengawasan kepada anak nya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan
yang cukup darinya
3. Pola Asuh Demokratis : Pola asuh yang memprioritaskan kepentingan
anak, akan tetapi tidak ragu dalam mengendalikan mereka

D. Seks bebas dikalangan remaja

Seks bebas merupakan hubungan yang dilakukan oleh laki-laki dan


perempuan tanpa adanya ikatan perkawinan. Kita tentu tahu bahwa pergaulan
bebas itu adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang, yang
mana“bebas”yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma yang ada.
Masalah seks bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan maupun dari
media massa.

a. Pengertian seks bebas


Seks bebas merupakan hubungan yang dilakukan oleh laki-laki dan
perempuan tanpa adanya ikatan perkawinan. Kita tentu tahu bahwa
pergaulan bebas itu adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang, yang
mana “bebas” yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma yang
ada. Masalah seks bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan
maupun dari media massa. Remaja adalah individu labil yang emosinya
rentan tidak terkontrol oleh pengendalian diri yang benar.
b. Faktor penyebab
1. Faktor mispersepsi terhadap pacaran;bentuk penyaluran kasih sayang
yang salah dalam masa pacaran.
2. Faktor religius; Kehidupan Iman yang rapuh
3. Faktor kematangan biologis

8
c. Dampak seks bebas akibat kehamilan yang harus ditanggung
karna seks bebas
1. Konsekwensi terhadap pendidikan; putus sekolah
2. Konsekwensi sosiologis; sangsi sosial.
3. Konsekwensi penyesuaian dalam kehidupan keluarga baru
4. Konsekwensi hukum

E. Pernikahan dini di kalangan remaja

Pernikahan dini pada kalangan remaja, akhir-akhir ini terjadi. Hal itu
disebabkan oleh berbagai alasan. Realita yang sering kita temui, penyebab
pernikahan dini adalah karena kecelakaan. Hal itu karena sang lelaki merasa
bertanggung jawab terhadap pacarnya yang hamil du luar nikah. Tetapi itu
semua malah akan berakibat buruk pada kehidupan keluarga mereka. Mereka
yang masih sama-sama remaja dan menginginkan kebebasan, akan bisa
berdampak konflik dalam rumah tangga. Selain itu, emosi mereka juga masih
labil. Mereka masih sama-sama mempunyai emosi yang labil sehingga jika
terjadi konflik, akan sulit didamaikan karena mereka sama-sama tidak mau
mengalah dengan pendapat masing-masing.
a. Pengertian Pernikahan Dini
Ada banyak pengertian pernikahan dini:

1. Pengertian secara umum,


Pernikahan dini yaitu: merupakan instituisi agung untuk mengikat dua insan
lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan keluarga.

2. Menurut Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono.


Beliau mengartikan pernikahan dini adalah sebuah nama yang lahir dari
komitmen moral dan keilmuan yang sangat kuat, sebagai sebuah solusi
alternatif.

9
Jadi, cukup logis kalau pernikahan itu dinilai bukan sekedar tali pengikat
untuk menyalurkan kebutuhan biologis (tiket hubungan seksual yang sah),
tetapi juga harus menjadi media aktualisasi ketaqwaan. Karena itu, untuk
memasuki jenjang pernikahan dibutuhkan persiapan-persiapan yang matang;
kematangan fisik, psikis, maupun spritual.

b. Faktor Penyebab
1. Faktor Pribadi : Beberapa alasan pribadi yang salah antara lain: agar bisa
menjauh dari orangtua dan mendapat kebebasan, agar bisa menyalurkan
hasrat seksual, untuk menghilangkan rasa sepi, agar mendapatkan
kebahagiaan
2. Faktor Keluarga : Kian maraknya seks bebas di kalangan remaja dan
dewasa muda, Salah satu jalan yang dipikirkan keluarga, walaupun bukan
yang mutlak adalah menikahkan pasangan remaja di usia muda. Artinya,
bagi mereka yang telah mantap dengan pasangannya, keluarga biasanya
menganjurkan untuk segera meresmikan hubungan anak mereka dalam
sebuah ikatan pernikahan. Sekalipun keduanya masih menempuh
pendidikan. Hal ini untuk menghindari dampak buruk dari keintiman
hubungan lawan jenis.
3. Faktor Lainnya
• Faktor Budaya : Di beberapa belahan daerah di Indonesia, masih terdapat
beberapa pemahaman tentang perjodohan. Dimana anak gadisnya sejak
kecil telah dijodohkan orang tuanya. Dan akan segera dinikahkan sesaat
setelah anak tersebut mengalami masa menstruasi. Padahal umumnya anak-
anak perempuan mulai menstruasi di usia 12 tahun. Maka dapat dipastikan
anak tersebut akan dinikahkan pada usia 12 tahun, jauh di bawah batas usia
minimum sebuah pernikahan yang diamanatkan UU.
• Faktor Pendidikan : Hal yang sama juga jika anak yang putus sekolah
tersebut menganggur. Dalam kekosongan waktu tanpa pekerjaan membuat
mereka akhirnya melakukan hal-hal yang tidak produktif. Salah satunya

10
adalah menjalin hubungan dengan lawan jenis, yang jika diluar kontrol
membuat kehamilan di luar nikah.

c.   Dampak Pernikahan Dini


1. Tingginya Angka Kematian Ibu dan Anak serta Gangguan Kesehatan
Lainnya

2. Kekerasan dalam Rumah Tangga

3. Banyaknya Anak Terlantar

2.2 Peran dan fungsi perawat pada pemberian Asuhan Keperawatan pada
Keluarga dengan Seks Bebas dan Pernikahan Dini pada Anggota Keluarga
Remaja

Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, ada beberapa


peranan yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain:

a. Pengenal kesehatan (health monitor) : Perawat membantu keluarga untuk


mengenal penyimpangan dari keadaan normal tentang kesehatannya dengan
menganalisa data secara objektif serta membuat keluarga sadar akan akibat
masalah tersebut dalam perkembangan keluarga.

b. Pemberi pelayanan pada anggota keluarga yang sakit, dengan memberikan


asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit. Sering kali dengan
keluarga dimulai dengan adanya anggota keluarga yang sakit baik melalui
penemuan langsung maupun rujukan.

c. Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga,yaitu


berperan dalam mengkoordinir pelayanan kesehatan keluarga baik secara
berkelompok maupun individu.

d.Fasilitator yaitu dengan cara menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah


dijangkau oleh keluarga dan membantumencarikan jalan pemecahannya.

11
e. Pendidik kesehatan, yaitu untuk merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak
sehat menjadi perilaku sehat.

f. Penyuluh dan konsultan, yang berperan dalam memberikan petunjuk tentang


asuhan keperawatan dasar dalam keluarga.

Dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap keluarga perawat tidak dapat


bekerja sendiri, melainkan bekerja sama secara tim dan bekerja sama dengan
profes lain untuk mencapai asuha kelurga dengan baik.

2.3 Promotion health yang sesuai dengan Asuhan Keperawatan pada Keluarga
dengan Seks Bebas dan Pernikahan Dini pada Anggota Keluarga Remaja

1). Letakkan pendidikan seksual dalam tatanan kehidupannya.

2). Meganjurkan untuk menawarkan pendidikan seksualitas dan topik tentang seks
yang berhubungan issue saat ini.

3). Menyediakan pendidikan seksualitas dengan mempercauyai dan mengakui


pasien sebagai individu isu serta nilai dalam keluarga.

4) Khusus menyediakan kepercayaan,budaya sensitif dan konseling yang tidak


ternilai tentang isu penting seksualitas (konseling umum, pencegahan kehamilan
tidak diinginkan, strategi pencegahan penyakit menular HIV/AIDS).

5). Menyediakan konseling yang tepat atau pencerahan-pencerahan pada remaja


dengan isu khusus dan jadi perhatian (Gay, lesbian, biseksual anak muda).

6). Pelayanan ginekologi rutin disediakan untuk remaja putri yang menjalani
perilaku seksual. Skrining untuk kanker serviks dan PMS akan diberikan pada
perempuan yang menjalani seksual aktif.

7). Menjadikan pengetahuan tentang pentingnya pendidikan seksual disekolah,


intitusi keagamaan, dan komunitas lainnya.

12
8). Bekerja sama dengan perencana masyarakat (LSM) untuk meningkatkan
strategi yang menyeluruh untuk menurunkan kejadian perilaku seksual yang tidak
aman dan hasil yang merugikan.

2.4 Peran keluarga dalam dalam promotion dan prevention health

1. Keluarga harus mengertitentang permasalahan seks, sebelum menjelaskan


kepada anak-anak mereka.

2. Seorang ayah mengarahkan anak laki-laki, dan seorang ibu mengarahkan anak
perempuan dalam menjelaskan masalah seks.

3. Jangan menjelaskan masalah seks kepada anak laki-laki dan perempuan di


ruang yang sama.

4. Hindari hal-hal yang berbau porno saat menjelaskan masalah seks, gunakan
kata-kata yang sopan.

5. Meyakinkan kepada anak-anak bahnwa teman-teman mereka adalah teman


yang baik.

6. Memberikan perhatian kemampuan anak di bidang olahraga dan menyibukkan


mereka dengan berbagai aktivitas.

7. Tanamkan etika memelihara diri dari perbuatan-perbuatan maksiat karena itu


merupakan sesuata yang paling berharga.

8. Membangun sikap saling percaya antara orang tua dan anak.

13
BAB III

TINJAUAN KASUS

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Keluarga Tn. A hidup bersama istri dan seorang anaknya Y. pekerjaan Tn.
A adalah sopir taksi gelap yang beroperasi padamalam hari hingga pagi hari. Ny.
A bekerja sebagai karyawati pada sebuah perusahaan garmen dengan jam kerja
08.00 – 14.00, terkadang lembur hingga malam. An. Y pelajar kelas 3 SMU sering
bermain diluarrumah dengan teman laki-lakinya pulang sampai larut malam.
Pergaulan bebas dengan teman-temannya akhirnya menjadi kebiasaan. Tn. A
sudah menegur berulang kali tapi anak Y tetap melakukannya. Suatu hari Tn. A
memergoki anaknya bersama teman pria wanitanya nontonVCD porno di rumah,
langsung Tn. A memarahi anaknya dan melarang pergaulan si anak. Sejak itu
percekcokan sering terjadi antara Tn. A dan An. Y diantaramereka tidak pernah
ada komunikasi yang terbuka, sementara itu Ny. A lebih banyak diam dan
terkadangmembela anaknya. Tn. A makin keras melarang anaknya bergaul dengan
teman-temannya ketika pada suatumalammelihat anaknya berada disebuah hotel
bersama temannya yang berpasang-pasangan. Sementara itu An. Y mengatakan
bahwa ia pernah mencoba melakukan hubungan seks dengan pacarnya sebanyak 2
kali

3.1   Pengkajian
a.  Data Umum            
1.Nama kepala keluarga      : Tn. A
2.Pekerjaan              : Karyawan PT Haruka
3.Alamat                             : Jl. Perintis Kemerdekaan 103 Semarang
4.Komposisi keluarga          :

No Nama Umur Sex Tgl lahir Pendidikan Pekerjaan Ket.

1. Tn. A 40 th L 4-8-1963 SMA Suami

14
2. Ibu N 37 th P 5-7-1966 SMA IRT Istri
3. An. Y 17 th P 2-4-1986 SMA kls III Pelajar Anak

Genogram

Keterangan:

: Laki laki

: Perempuan

: Tinggal serumah

: Sudah meninggal

5. Tipe keluarga

Keluarga Bp. H merupakan keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan satu
orang anak.

6. Suku bangsa

Tn. A dan Ny. R berasal dari suku yang sama yaitu suku jawa. Budaya keluarga
Tn. A mengikutI kebiasaan serta budaya suku jawa.

7.  Agama

Agama seluruh anggota keluarga adalah islam.

8. Status sosial ekonomi

15
Keluarga di lingkungannya tergolong keluarga dengan status sosial kebanyakan
seperti keluarga lain. Sedang status ekonomi cukup dimana Tn. A bekerja sebagai
sopir taksi gelap dan Ny. R sebagai karyawan pabrik.

9. .Aktivitas rekreasi

Keluarga jarang melakukan rekreasi bersama. Karena selain ekonomi yang kurang
begitu baik juga masing-masing sibuk dengan urusannya masing-masing.

b.  Riwayat tahap perkembangan keluarga

10.  Tahap perkembangan keluarga saat ini

Keluarga mencapai tahap perkembangan dengan anak pertama usia remaja.

11.  Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Tugas-tugas perkembangan pada tahap ini telah dilaksanakan oleh keluarga Tn. A
dengan baik. Tidak ada tugas perkembangan yang belum terpenuhi.

c. Riwayar keluarga inti

12.  Riwayat keluarga inti

Keluarga Tn. A tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti DM,


Hipertensi, epilepsi dll. Dalam keluarga mereka tidak pernah mengalami kondisi
sakit yang berat, hanya kadang flu serta lemas karena kecapekan.

13.  Riwayat keluarga sebelumnya

Yn. A merupakan anak pertama dari dua bersaudara dan adik perempuannya juga
sudah menikah. Hubungan keluarga mereka cukup baik, kalau ada waktu luang
mereka saling berkunjung. Sedang Ny. A anak terakhir dari tiga bersaudara.
Kakak laki-lakinya sudah menikah dengan dua anak sedangkan kakak
perempuannya juga sudah menikah dengan anak satu. Hubungan kekluargaa
merak juga baik tetap ada komunikasi.

d.  Lingkungan

16
14.  Karakteristik rumah

Keluarga Tn. A tinggal di rumah permanen dengan luas tanah 150 m 2 dan luas
bangunan 100 m2 terdiri dari 75 % berlantai plester dan semen 25 %( ruang dapur
dan kamar mandi). Ventilasi cukup baik cahaya matahari bisa masuk melalui
jendela maupun pintu. Penerangan dengan menggunakan listrik. Sedangkan air
bersih diperoleh dari PAM. Pengelolaan sampah dilakukan dengan penempatan di
tempat tertutup yang selanjutnya diambil oleh petugas sampah. Limbah keluarga
langsung terbuang melalui selokan di belakang rumah yang mengalir ke sungai.
WC terletak didalam kamar mandi dengan septik tank berada di luar rumah.

15.  Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Tetangga keluarga Tn. A pada umumnya bekerja sebagai karyawan swasta. Jarak
rumah mereka agak berdekatan. Ikatan antar keluarga baik, saling tolong
menolong masih menjadi kebiasaan di wilayah tersebut.

16.  Mobilitas geografis keluarga

Keluarga Tn. A merupakan salah satu keluarga yang bertempat tinggal menetap
jadi belum pernah pindah dari rumah yang sekarang.

17.  Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Keluarga dapat saling bertemu pada sore hari setelah anak pulang dari sekolah
serta ibu pulang dari bekerja. Sedangkan malam harinya Tn. A bekerja sebagai
sopir taxi. Untuk mengikuti perkumpulan di limgkungan masyarakat Tn. A
menyempatkan diri sebelum dia bekerja

18.  Sistem pendukung keluarga

Seluruh anggota keluarga sekarang ini dalam keadaan yang sehat, jika ada salah
satu dari anggota keluarga yagn sakit maka segera dibawa ke pelayana kesehatan.

e.  Struktur keluarga

19.  Pola komunikasi keluarga

17
Pola komunikasi dalam keluarga Tn. A saat ini mengalami gangguan, karena ada
masalah komunikasi antara Tn. A dan An. Y. Mereka sama-sama keras dalam
berkomunikasi. Masing-masing merasa benar dengan cara mereka.

20.  Struktur kekuatan keluarga

Kekuatan keluarga untuk mengendalikan perilaku anak kurang begitu baik.


Karena anak masih dengan perilakunya yagn bertentangan dengan nilai-nilai yang
ada yaitu melakukan pergaulan bebas (free seks).

21.  Struktur peran

Tn. A berperan sebagai kepala rumah tangga yang mencari nafkah untuk
keluarganya dengan dibantu oleh istrinya. Sedangkan Ny. A masih bisa berperan
sebagai ibu dan istri selain harus mencari nafkah mambantu suami.

22.  Nilai atau norma keluarga

Keluarga Tn. A percaya bahwa kesehatan sangat penting sehingga berusaha


mempertahankan kondisi sehat.

f.  Fungsi keluarga

23.  Fungsi afektif

Anggota keluarga saling menyayangi dan memperhatikan. Tapi kadang karena


kesibukan masing-masing hal itu susah dilakukan. Persoalan dalam keluarga
jarang dibicarakan bersama sehingga memicu terjadinya masalah komunikasi.

24.  Fungsi sosialisasi

Sosialisasi dilakukan denga mengikuti kegiatan di lingkungan seperti arisan,


kebersihan lingkungan. Sedangkan anaknya sulit untuk melakukan sosialisasi
dengan tetangga karena sering pergi dengan temannya hingga larut malam. An. Y
telah terlibat dalam pergaulan bebas dan keluarga tidak bisa menanamkan
nilai/norma kepada anaknya.

18
25.  Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga belum mengenal masalah komunikasi sehingga konflik selalu terjadi


pada keluarga. Keluarga belum mengenal bagaimana cara berkomunikasi yang
efektif sehingga apa yang dibicarakan dapat dipahami oleh keluarga. Selain itu
keluarga juga belum dapat mengambil tindakan yang seharusnya sehubungan
dengan perilaku anaknya. Keluarga merasakan bahwa anaknya keliru dalam
pergaulan dan keluarga takut anaknya nanti hamil karena pergaulan bebas yang
mengarah ke free seks. Keluarga tidak tahu apa yang seharusnya ia sampaikan
pada anak sehingga keluarga belum bisa mengambil keputusan untuk memberikan
bimbingan.

26.  Fungsi reproduksi

Keluarga Tn. A baru memiliki seorang anak yang berumur 17 tahun. Rencana
untuk memiliki anak lagi sebenarnya ada tapi belum dikaruniai meskipun Ny. A
sudah tidak KB.

27.  Fungsi ekonomi

Keluarga Tn. A secara ekonomi telah mampu memenuhi kebutuhan hidup


keluarga sehari-hari, juga telah memiliki tabungan meskipun jumlahnya tidak
seberapa.

g. Stress dan Koping keluarga

28.  Stressor jangka pendek dan panjang

Stressor jangka pendek yaitu komunikasi yang buruk antara ayah dan anak serta
adanya perilaku anak dengan pergaulan bebas yang cenderung ke seks bebas.
Sedang stressor jangka panjang kebutuhan ekonomi yang masih belum sesuai
dengan keinginan keluarga

29.  Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor

19
keluarga telah melarang anaknya dari pergaulan bebas, tapi tidak mampu untuk
memberikan pengarahan/bimbingan pada anak. Sedangkan ibu tidak mampu
bersikap atau tidak konsisten dengan perilaku anaknya dengan sering membela
bila ditegur ayahnya.

30.  Strategi koping yang digunakan

Tn. A cenderung melampiaskan kekecewaan terhadap anaknya dengan memarahi


anaknya tanpa menggunakan cara yang bijaksana. Sedang anak karena kondisi
rumah yang tidak memuaskan dia lari ke pergaulan yang tidak benar dan teguran
keluarga dihadapi dengan emosi pula dan cenderung melawan.

31.  Strategi adaptasi disfungsional

Keluarga tidak mamapu untuk beradaptasi dengan permasalahan yang dihadapi.


Menyadari masalah ada tapi kurang mampu mengambil tindakan.

h.  Pemeriksaan fisik

a) Pemeriksaan fisik Tn. A

Keadaan umum    : baik,  tampak sehat.

Kesadaran              : komposmentis

Tanda-tanda vital:TD : 130/90 mmHg ; N: 84 x/menit; RR : 20x/menit; S : 36,8°C

Kepala                    : rambut: hitam, lurus, tidak muntah rontok; mata : sklera tidak
ikterik, kornea jernih, konjungtiva merah muda, pupil isokor, fungsi penglihatan
normal; hidung: bersih, septum simetris, tidak ada polip; telinga: tidak ada
serumen, mampu mendengar normal; mulut: bersih , tidak berbau, tidak ada
karies, lidah bersih.

Dada                      : bentuk normal, suara nafas vesikuler, irama nafas teratur,


tidak ada ronkhi, denyut jantung normal.

Abdomen               : agak cembung, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.

20
Genetalia              : tidak ada hemoroid dan bersih.

Ekstremitas           : tidak ada edema, tidak ada keterbatasan gerak.

b). Pemeriksaan fisik Ny. A

Keadaan umum     : baik

Kesadaran               : komposmentis

Tanda-tanda vital:TD : 120/80 mmHg ; N: 80 x/menit; RR : 18x/menit; S : 36,5°C

Kepala                    : rambut: hitam, ikal, tidak muntah rontok; mata : sklera tidak
ikterik, kornea jernih, konjungtiva merah muda, pupil isokor, fungsi penglihatan
normal; hidung: bersih, septum simetris, tidak ada polip; telinga: tidak ada
serumen, mampu mendengar normal; mulut: bersih , tidak berbau, tidak ada
karies, lidah bersih.

Dada                      : bentuk normal, suara nafas vesikuler, irama nafas teratur,


tidak ada ronkhi, denyut jantung normal.

Abdomen               : agak cembung, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.

Genetalia              : tidak ada hemoroid dan bersih.

Ekstremitas           : tidak ada edema, tidak ada keterbatasan gerak.

c). Pemeriksaan fisik An. Y

Keadaan umum    : baik

Kesadaran               : komposmentis

Tanda-tanda vital:TD : 110/90 mmHg ; N: 78 x/menit; RR : 20x/menit; S : 36,6°C

Kepala                    : rambut: merah, ikal, tidak muntah rontok; mata : sklera tidak
ikterik, kornea jernih, konjungtiva merah muda, pupil isokor, fungsi penglihatan
normal; hidung: bersih, septum simetris, tidak ada polip; telinga: tidak ada

21
serumen, mampu mendengar normal; mulut: bersih , tidak berbau,  ada karies,
lidah bersih.

Dada                      : bentuk normal, suara nafas vesikuler, irama nafas teratur,


tidak ada ronkhi, denyut jantung normal.

Abdomen               : datar, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.

Genetalia              : tidak ada hemoroid dan bersih.

Ekstremitas           : tidak ada edema, tidak ada keterbatasan gerak

i.  Harapan keluarga

Keluarga mengharapkan permasalahan dalam keluarganya segera teratasi dan


masing-masing dapat menata kembali hubungan dalam keluarga dengan baik.

Analisa data

No Data Masalah Penyebab

1. Subyektif : Konflik pada Ketidakmampuan


keluarga Tn. A keluarga mengenal
Y  An.Y mengatakan merasa jengkel
masalah
karena keluarga terlalu membatasi
komunikasi
pergaulan dan tidak dapat
meyakinkan keluarga bahwa
pergaulannya masih wajar.

Y  Keluarga tidak suka dengan tingkah


laku anaknya.

Y  Keluarga mengatakan tidak tahu


kenapa antara Tn. A dan An. Y
selalu ribut bila bertemu.

Obyektif :

22
Y  Hubungan keluarga dan anak
terlihat kaku

Y  Keluarga berbicara kepada anak


dengan nada tinggi.

2. Subyektif : Resiko terjadi Ketidakmampuan


kehamilan pra keluarga
Y  An. Y mengatakan senang dengan
nikah mengambil
pergaulan bebas karena bagi remaja
tindakan
hal itu adalah wajar dan
mengarahkan
mengatakan sering keluar rumah
pergaulan yang
dengan teman laki-lakinya sampai
sehat.
larut malam.

Y  Keluarga mengatakan tidak mampu


untuk memberikan nasehat pada
anak agar tidak terlibat pergaulan
bebas seperti menginap di hotel
bersama temannya.

Obyektif :

Keluarga tampak tidak konsisten


dalam menanggapi masalah
anaknya.

3.2 DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL :

- Konflik pada keluarga TN. A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga


mengenal masalah komunikasi.
- Resiko terjadi kehamilan pra nikah berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengambil tindakan mengarahkan pergaulan yang sehat.

23
SKALA PRIORITAS MASALAH

1. Konflik pada keluarga Tn. A

Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran

1.Sifat masalah  : 1 3/3 x 1 = 1 Masalah ini merupakan


masalah aktual, telah terjadi
Aktual (3)
konflik pada keluarga Tn. A

2.Kemungkinan 2 1/2 x 2 = 1 Dengan adanya kerjasama


masalah dapat di antar anggota keluarga
rubah : masalah dapat teratasi

   sebagian (1)

3.Potensi masalah 1 2/3 x 1 = 2/3 Konflik sulit dicegah karena


untuk dicegah : cara komunikasi yang buruk

   Cukup (2)

4.Menonjolnya masalah 1 2/2 x 1 = 1 Masalah sudah aktual dan


perlu segera ditangani
   Harus ditangani (2)

Skor 3 2/3

2. Resiko terjadi kehamilan pra nikah

Kriteria Bobo Perhitungan Pembenaran


t

1.Sifat masalah  : 1 2/3 x 1 = 2/3 Hal ini bisa menimbulkan


masalah psikologis dan
Ancaman kesehatan
kesehatan

2.Kemungkinan masalah 2 1/2 x 2 = 1 Masalah dapat teratasi


dapat di rubah : bila keluarga mampu
melakukan bimbingan
Sebagian
pada anak agar
meninggalkan pergaulan

24
bebas.

3.Potensi masalah untuk 1 2/3 x 1 = 2/3 Dengan timbulnya


dicegah : kesadaran pada anak
maka pergaulannya dapat
Cukup
dikendalikan

4.Menonjolnya masalah : 1 2/2 x 1 = 1 Keluarga merasa perlu


merubah perilaku anaknya
Harus segera ditangani
tapi tidak tahu cara yang
tepat.

Skor 31/3

3.3 Intervensi

No Data Diagnosa Intervensi Keperawatan


1 Ds : Konflik pada 1. Kaji tingkat
Y  An.Y mengatakan merasa keluarga Tn. perkembangan
jengkel karena keluarga A keluarga
terlalu membatasi 2. Berikan penjelasan
pergaulan dan tidak dapat fungsi dan tugas tiap
meyakinkan keluarga anggota keluarga
bahwa pergaulannya masih sesuai dengan tahap
wajar. perkembangan
Y  Keluarga tidak suka dengan
tingkah laku anaknya.
Y  Keluarga mengatakan tidak
tahu kenapa antara Tn. A
dan An. Y selalu ribut bila
bertemu.
DO :
Y  Hubungan keluarga dan

25
anak terlihat kaku
Y  Keluarga berbicara
kepada anak dengan nada
tinggi.
2 DS : Resiko 1. Kaji tingkat
Y  An. Y mengatakan senang terjadi pengetahuan keluarga
dengan pergaulan bebas kehamilan mengenai
karena bagi remaja hal itu pra nikah pertumbuhan dan
adalah wajar dan perkembangan bio-
mengatakan sering keluar psiko-sosial pada anak
rumah dengan teman laki- remaja serta
lakinya sampai larut masalahnya
malam. 2. Berikan pendidikan
Y  Keluarga mengatakan tidak kesehatan tentang
mampu untuk memberikan tugas perkembangan
nasehat pada anak agar psikososial pada
tidak terlibat pergaulan keluarga
bebas seperti menginap di 3. Kaji tingkat
hotel bersama temannya. pengetahuan setelah
DO : dilakukan pendidikan
Keluarga tampak tidak kesehatan
konsisten dalam
menanggapi masalah
anaknya.

3.4 Implementasi

1. Mengkaji tingkat perkembangan keluarga


2. Memberikan penjelasan fungsi dan tugas tiap anggota keluarga sesuai dengan
tahap perkembangan

26
3. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga mengenai pertumbuhan dan
perkembangan bio-psiko-sosial pada anak remaja serta masalahnya
4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang tugas perkembangan psikososial
pada keluarga
5. Mengkaji tingkat pengetahuan setelah dilakukan pendidikan kesehatan

3.5 Evaluasi
1. Keluarga mengetahui tentang perkembangan psikososial remaja
2. Keluarga mengetahui seberapa jauh pengetahuan keluarga setelah dilakukan
pendidikan kesehatan.
3. Keluarga mengetahui fungsi dan tugas tiap anggota keluarga sesuai dengan
tahap perkembangannya

BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

27
Masa remaja adalah masa peralihan dimana seseorang berpindah dari kanak-
kanak menjadi dewasa, dalam masa ini berbagai perubahan jasmaniah, rohaniah, dan
sosial terjadi dengan jelas. Perubahan itu biasanya disertai oleh bernacammacam
problema yang timbul karena tidak dipersiapakannya jiwa remaja untuk menghadapi
perubahan tersebut ditambah lagi dengan tidak dimengertinya orang tua, guru dan
masyarakat tentang ciri pertumbuhan remaja itu sendiri dan oleh sebab itu timbul
berbagai problema remaja dan bila problema itu tidak terselesaikan maka akan muncul
kenakalan remaja. Oleh sebab itu sangat dibutuhkan perhatian orang tua dan masyarakat
dalam menghadapi problema remaja agar tidak menjurus pada kenakalan remaja.

28

Anda mungkin juga menyukai