PROFESI KEPENDIDIKAN
DISUSUN OLEH :
Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga Critical Book
Report ini bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga saya ucapkan kepada :
yang telah membantu dalam pembuatan tugas ini. Saya berharap semoga Critical Book Report
ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa
Critical Book Report ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik
serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya Critical Book Report selanjutnya yang lebih
baik lagi.
i
DAFTAR ISI
Identitas Buku..........................................................................................................................2
Ringkasan Buku.......................................................................................................................3
Identitas Buku........................................................................................................................22
Deskripsi Buku.......................................................................................................................22
Ringkasan Buku.....................................................................................................................22
..........................................................................................................27
KEKURANGAN...................................................................................................................29
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun manfaat yang diharapkan tercapai setelah mengkritik buku ini adalah :
A. Bagi penulis.
B. Bagi Pembaca
1
2. Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan rujukan untuk karya serupa yang lebih baik
dan bermutu.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Buku Utama
I. IDENTITAS BUKU
ISBN : 978-602-8730-58-7
Ukuran : 15 x 23 cm
Materi yang diberikan pada buku Pengembangan Profesi Guru ini disajikan untuk mencapai
kompetensi dalam mata kuliah Profesi Kependidikan. Dalam buku Pengembangann Profesi
Guru terdiri dari 15 bab yang masing-masing bab membahas tentang hal yang berbeda-beda.
Masing-masing judul bab dalam buku ini, yakni:
3
Bab II : Guru Malapraktik dan Guru Efektif
4
BAB.I RANAH PROFESSIONALISASI GURU
isu-isumakro
Kebijakan membangun pendidikan untuk menyiapkan generasi muda yang bermutu dimasa
depan menjadi dambaan banyak bangsa. Kebijakan ini bersifat universal,
Tanpa mengecualikan ideologi negara, berbentuk republik atau kerajaan, suasana konflik atau
damai, agama mayoritas penduduk, kondisi dan system perekonomian, dalam keadaan damai
atau perang, sudah berkategori maju atau masih berkembang dan terbelakang, kepulauan atau
continental.
empat ranah
-penyediaan guru berbasis perguruan tinggi
-induksi guru pemula berbasis sekolah
-profesionalisasi guru berbasis prakarsa institusi
-profesionalisasi guru berbasis individu
antidi skriminasi
Organisasi guru sedunia (EI) misalnya pernah menggagas isu ini dalam bahasa yang lugas
sekaligus bermuatan politik.Pertama, fakta bahwa guru yang lesbian dan gay mengalami
diskrimnasi dan pelecehan, termasuk kekerasan dan kejahatan yang ditimbulkan oleh
perbedaan orientasi seksua lmereka.
Kiprah organisasi guru
Untuk menjagae ksistensi dan profesionalitasnya, guru harus terus menjalani
profesionalisasi.Karena itu, kedepan semua guru harus memiliki kualifikasi akademik
tertentu dan pelatihan tambahan sebelum menerima tugas mengajar.
Guru malapraktik
Malapraktik di dunia pendidikan agaknya dapat ditafsirkan sebagai penyimpangan perilaku
guru, baik secara pedagogis, kepribadian, social, maupun akademik atau substansi yang
diajarkan.Juga yang tidak kalah pentingnya ialah melanggar kode etik guru,sebagaimana
disajikan pada bagian akhir buku ini.
Kegagalan induksi
Program induksi sesungguhnya menjadi instrument penguat bagi guru pemula untuk menjadi
guru sejati.Bimbingan danp embinaan professional harus benar-benar dapat dijalankan
5
bagimereka.Ketika ini gagal, sekalilagi selain disebabkan karena alasan yang sangat spesifik,
berarti program induksi itu sendirilah yang dinilai gagal.
Guru yang efektif
Memiliki kadar pengetahuan yang istimewa pada mata pelajaran spesialisasinya. Guru yang
pengetahuannya istimewa menghasilkan siswa yang nilainya lebih bagus dalam tes
standar.Guru yang menguasai wilayah mata pelajarannya, lebih siap menjawab pertanyaan
siswa dan menjelaskan konsep secara lebih baik
Legimitasiakademik.
Pada banyak literature akademik, program induksi diyakini akan menjadi jembatan emas bagi
karyawan baru untuk menjadi tenaga professional dalam makna sesungguhnya. Bagi guru
pemula dan pembuat kebijakan di bidang ini, program induksi setidaknya dipersepsikan akan
menjadi fase yang harus dilalui ketika dinyatakan diangkat dan ditempatkan sebagai guru.
Inisiasi kontroversial
Pada saat menempuh pendidikan profesi ini juga, calon guru telah menjalani proses praktik
pengalaman lapangan (LPP) disekolah latihan sesuai dengan satuan waktu yang disediakan.
Ketika itu pula, mereka dibimbing oleh guru pamong, yang esensinya sama dengan mentor,
dan dosen pembimbing.
Posisi induksi
Induksi dalam bahasa Indonesia merupakan padanan kata induction dalam bahasa inggris,
yang secara leksikal bermakna pelantikan. Kata kerjanya adalah to induc yang berarti
melantik.Orangnya disebut “yang dilantik” atau induksi sebagai padanan dari kata inductee
dalam bahasa inggris.
6
Berbasis sekolah
Definisi induksi
Induksi merupakan proses pelatihan dan dukungan yang sistematis kepada guru baru, diawali
dengan hari pertama sebelum dia mengajar di sekolah dan berlanjut hingga dua atau tiga tahu
pertama mengajar. Induksia dalah aktivitas bimbingan dan kepenasihatan kepada guru
pemula sebagai persiapan menjalankan tugas-tugas professional dibidang pendidikan dan
pembelajaran, dimana kegiatan itu dilakukan secara terprogram atas dasar substansi, proses,
criteria keberhasilan, dan hasilan, dan satuan waktu tertentu.
7
Definisi mentoring
Mentoring adalah hubungan pembantuan antara orang baru dan tenaga ahli.Tenaga ahli
menyediakan bantuan, dukungan, dan bimbingan yang membantu orang baru (novice)
mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk memasuki untuk melanjutkan karier
barunya.
Komponen program
Pengenalan atau sering juga disebut orientasi merupakan bagian dari induksi.Diprogramkan
atau tidak, memang secara otomatis kegiatan “pengenalan” ini akan berjalan dengan
sendirinya. Pada tingkat paling sederhana, ketika bertemu pertama kali, orang seseringnya
menanyakan nama. Bahkan, ketika bersalaman pertama kali, orang biasanya menyebut nama
masing-masing.
Tujuan umum program induksi adalah mentranformasikan guru-guru baru menjadi guru yang
mampu dan meniti karier secara kompeten.Sejak pertama kali mulai menginjakkan kaki
dikampus atau sekolah, guru pemula atau guru baru menjalani proses bimbingan dan
pembinaan secara khusus.
Fokus pengenalan
Program yang ada harus dikemas sedemikian rupa, sehingga lebih mengarah pada bagaimana
membantu guru pemula belajar dan mengevaluasi kemajuan profesionalnya ketimbang selalu
berkutat pada indicator kompetensi guru pemula. Program induksi lebih menekankan kepada
proses ketimbang hasil dan lebih mengutamakan orientasi akademik ketimbang administratif.
8
BAB VI. MODE DAN TEKNIK PROGRAM INDUKSI
Pengembangan dan implementasi program induksi (development and implementation
induction programs) secara menyeluruh harus terdokumentasi, macakup semua layanan yang
akan diberikan kepada guru pemula, mulai ari persiapan hingga asessment dan pelaporan,
bahkan rekomendasi jika memang diperlukan. Program ini dapat diorganisasika dengan aneka
metode. Karenannya, dalam kerangk program induksi ini, diluar program yang distrukturkan
di ingkat sekolah, guru-guru pemula dapa juga mengembangkan diri melaui seminar resmi
( formal seminar) atau musyawarah kerja tidak resmi ( informal workshop), seperti halnya
pertemuan di keompok kerja guru atau musyawarah guru mata pelajaran.
Sebuah studi koprehensif mengenai dampak program induksi setelah tahun pertama,
kedua, dan ketiga pernah dilakukan di Amerika Serikat. Program ini disebut komprehensif,
karena mengombinasikan sesi orientasi sekolah dan distrik, pelatha khusu dalam jabatan atau
9
pengembangan profesional, mentoring dengan menggunakan guru yag berpengalaman
(exprerienced teacher), observasi kelas, dan assessment formatif.
Secara spesifik, penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan sebagai berkut:
1. Apa dampak induksi komprehensif terhadap tipe-tipe dan intensitas layanan induksi
yang diberikan kepada guru dibandigkan dengan program sejenis yang dilakukan di
tingkat distrik?
2. Apa dampak program induksi komprehensif bagi praktik pembelaran guru di kelas ?
3. Apa dampak program induksi komprehensif terhadap prestasi belajar siswa?
4. Apa dampak program itu bagi bertahannya guru pada profesi nya ?
5. Apa dampak program itu bagi komposisi ketersediaan guru yang pofesional ditingkat
distrik ?
Tim peneliti ingin mengetahui dampak signifikan model induksi dengan intensitas tinggi (
high intensit induction model) terhadap kebertahanan guru-guru pada profesinya (rates of
teacher retention), peneingkatan kemmapuan praktis guru dalam mengajar (improvements
in teachers, instructional practice), dan peningkatan prestasi belajar siswa.
Dalam Report to the New Hampshire State Board of Education (2002), dijelaskan
bahwa istilah pendidik (educator ) bermakna guru, administrator, spesialis, dan
paraprofesional (educators are teachers, administrators, specialist and paraprofesionals)
Istilah “guru” dalam kerangka ini, juga digunakan untuk kepala sekolah, inspektur,
dan semua yang membantu guru dalam pekerjaan mereka melalui nasehat atau tindakan
langsung. Akan tetapi dlam definisi ini tida berlaku untuk guru dalam cabang pendidikan
diatas jenjang pendidikan menegah alias pendidikan tersier. Dengan demikian, program
induki mestinya berlaku juga bagi semua komunitas sekolah, termasuk staf tat usaha, satuan
pengeman sekolah, tenaga kebersihan, dan tenaga teknisi. Setidaknya kesemuannya harus
dilibatkan dalam rangka program induksi dengan peran yang sama atau berbeda. Progam
induksi memerlukan inventasi. Program ini membantu guru atau pendidik baru tetap bertahan
pada profesinya dalam rangka memberikan layanan pembelajaran pada siswa.
10
Hubungan Mentor-Menti.
Ada dua tipe hubungan mentoring, yaitu formal dan nonformal. Hubungan informal
berkembang sendiri dalam proses interaksi antara mentor dan menti. Mentoring fomal
merujuk pada proses yang distrukturkan yang memperoleh dukungan kuat dari organisasi
untuk target menti atau sekelompok menti. Pada mentoring formal, memasangkan anatar
mentor dan menti (matching of mentor and mentee) dilakukan dengan memilih pasangan
untuk menghindari aksi-aksi kreatif yang menyimpang dan hubungan yang tidak autentik
(inauthentic relationship). Ada program mentoring formal yang menegarah pada oroentasi
nilai (value oriented), sementara mentoring sosial dan tipe fokus lainnya secara spesifik
mengerah pada pengembangan karier (career developmets). Beberapa program mentoring
terkait dengan dukungan sosial dan vokasional.
Oleh karena mentor dan menti terlibat dalam hubungan yang intensif, baik formal
maupun nonformal, ada bebrapa hal yang harus diperhatiakn oleh keduannya untuk
membangun hubungan yang efektif, termasuk sejawat dan anggota komunitas lainnya di
sekolah, anatar lain:
1. Aktif mendengarkan.
2. Berikan kesemptan kepada masing-masing pihak, mentor dan menti, untuk berbicara.
3. Dorong pembicaraan menjadi tindakan
4. Lakukan peninjaauan bersama.
5. Kesan pertama sangat penting.
6. Kebersamaan sangat esensial dalam hubungan mentor dan menti sebagai penyandang
atau calon penyandang profesi.
11
informasi dari mentor kepada menti, di mana pesan itu disampaikan melalui media atau
tanda-tanda dengan menggunakan bahsa tertentu yang saling dimengerti untuk mencapai
suatu tujuan induksi yang telah disepakati bersama. Dalam konteks komunikasi untuk
program mentoring, kedudukan mentor dan menti sebagai pengirim dan penerima pesan itu
saling berganti. Karena memang, pada kegiatan mentoring dalam kerangka induksi, dialog
terbuka antara mentor dan menti menjadi sangat penting.
Ada tiga tinjauan untuk memahami konsep dasar komunikasi antara mentor dan
menti. Pertama, bahwa komunikasi itu dipandang sebagai proses penyaman menti terletak
pada penguasaan materi atau fakta dan pengaturan cara-cara penyampaiannya. Kedua,
komunikasi merupakan suatu proses penyampaian gagasan dari mentor kepada menti. Dalam
proses ini terkandung makna bahwa menti dianggap sebagai bagian dari proses komunikasi,
namun penekanan terletak kepada mentor atau message formulator. Ketiga, komunikasi
dipandang sebagai suatu proses menciptakan arti, ide , gagasan atau konsep. Pesan mentor
kepada menti dapat diciptakan melalui orang, televisi, rado, memo papan pengumuman, dan
surat.
SIKAP MENTOR
Kunci keberhasilan komunikasi anatara mentor dan menti adalah saling percaya,
sejalan dengan substansi informasi yang dapat diandalkan. Berhasil atau tidaknya komunikasi
anataar mentor dan menti turut ditentukan oleh keiinginan mendengar antarsesama mereka.
Dua sikap mentor yang menghambat dan membantu proes komunikasi disajikan sebagai
berikut:
1. Evaluasi-Deskripsi
2. Penguasaan- Permasalahan
3. Manipulasi-Spontanitas
4. Tidak memperhatikan-Memberi Perhatian
5. Bersikap Super- Menyamakan Diri
6. Kaku-Luwes
12
BAB X. PROFESIONALISASI GURU BERBASI KELEMBAGAAN
DUA ORIENTASI
FOKUS PENGEMBANGAN
13
Guru dituntut menjalani profesionalisasi secara terus-menerus. Pada fase awal,
idelanya institusilah yang mengambil peran utama. Alasan esensial lain di perlukannnya
pembinaan dan pengembangan guru ialah karakteristik tugas yang terus berkembang seirama
dengan perkembangan ipteks, disamping refirmsi internal pendidikan itu sendiri. Fokus
pengembangan keprofesionalan guru terkait dengan empat kompetensi utama yang harus
dimilkinya.
Kegiatan pengembangan profesi guru terkait langusng dengan tugas utamnya. Tugas
dan fungsi guru yaitu: menyusun kurikulum dengan mengacu pada rambu-rambu kurikulum,
membuat silabus pembelajaran/bimbingan dan konseling;membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran/ bimbingan dan kosneling; melakukam kegiatan pembelajaran/bimbingan dan
konseling, membuat alat ukur sesuai mata pelajaran atau program bimbingan dan konseling;
menilai dan mengevaluasi proses dan hasil belajar pada mata pelajaran yang diampunya atau
progran bimbingan konseling dikelasnya, memjadi pengawas dalam penilaian dan evaluasi
terhadap proses dan hasil belajar atau program atau program bimbingan dan konseling,
menganalisis hasil penilaian pembelajara/ bimbingan dan konseling, melakukan perbaikan
dan pengayaan atau tindak lanjut bimbingan dan konseling dengan memanfaatkan hasil
penilaian dan evaluasi, merencanakan dan melakasanakan bimbingan dan konseling,
membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakulikuler pada tingkat sekolah/madrasah., serta
melaksanakan tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah sesuai jenjangnya.
GPM adalah pengembangan diri yang cerdas dan kontinu. Dia menyadari bahwa
tanpa tumbuh secara professional akan ditelan oleh sejarah peradaban pendidikan, ilmu
pengetahuan, dan teknologi. GPM memiliki rasa kuriositas ekstratinggi, menjadi pembelajar
sejati, dan haus akan informasi baru yang bermanfaat baginya dalam menjalankan tugas-tugas
professional.
14
Kegiatan pembinaan dan pengembangan kemampuan professional guru itu ada yang
dilembagakan, ada pula yang bersifat individual. Kegiatan pembinaan dan pengembangan
professional guru yang melembaga biasa dilakukan oleh pemerintah atau organisasi
masyarakat.
Pengembangan diri adalah penyamaian potensi diri sendiri. Pengembangan diri ibarat
bibit yang perlu disemaikan dahulu baru dapat ditanam. GPM, selayaknya manusia
kebanyakan, memiliki potensi dasar untuk dikembangkan dan yang lebih utama
mengembangkan diri, seperti potensi fisik, intelektual, emosional, empati, spiritual, moral,
kata hati. Pengembangan diri yang konsisten merupakan alur catatan yang benar untuk
mencapai prestasi dan pemenuhan (path to note- worthy achievement and fulfillment) aspek
personal dan professional dalam kehidupan.
GPM menyadari bahwa setiap saat otaknya dapat diisi dengan pengetahuan dan
pengalaman. Dia menyadari bahwa otak bukan laksana gentong atau ember kosong, yang ada
batas maksimum volumenya. GPM dan semua orang tidak pernah akan sampai pada usaha
untuk memenuhi otaknya, sehingga proses belajar dianggap memiliki batas-batas yang
normal. Dalam kata-kata Ptah Hotep ditulis, “The limits of knowledge in any field have never
been set and no one has ever rached them.” Pengembangan diri harus menjadi pross yang
tiada henti (perpetual process), sepanjang hayat, dan tidak mengenal ruang dan waktu yang
rigid.
GPM adalah guru yang dari hari ke hari terus menumbuhkan dan mengembangkan
diri, mengubah perilaku, mencari pemikiran alternative, merenofasi mental, dan melakukan
perenungan. Guru yang buruk dan merugi “berjalan di tempat”, bekerja dengan modal
intelektual, kemampuan, dan keterampilan yang statis.
15
3. Orbit Pengembangan Diri
GPM selalu berada pada orbit agresif. Sebagai manusia biasa, memang dai hidup pada
persepsial tertentu. Namun demikian, orbit persepsial manusia berbeda satu dengan yang
lainnya.
Salah satu tugas GPM adalah membangun kesadaran kritis itu, baik untuk diri pribadi
maupun siswanya. Produknya adalah terbentuknya massa kritis (critical mass) sebagai salah
satu syarat keberhasilan pembangunan bangsa dan good governance alias sistem
pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa.
Bagi GPM, pengembangan diri adalah mengambil tanggung jawab pribadi untuk
belajar dan mengembangkan diri sendiri melalui proses assessment, refleksi, dan mengambil
tindakan. Pertama, untuk secara kontinu melakukan pemutakhiran keterampilan yang
dibutuhkan ditempat kerja. Kedua, untuk menentukan arah karier masa depan.
5. Strategi Individual
16
diperankan oleh psikolog adalah “membantu”, sedangkan pengembangan diri, keluar dari
masalah psikologis, dan sebaliknya untuk sebagian besar ditentukan oleh kliennya sendiri.
GPM secara kontinu meningkatkan mutu dirinya. Secara umum, memang tidak ada
salahnya jika seseorang menginvestasikan uang dalam jumlah besar untuk membangun
rumah, membeli kendaraan mewah, perabot yang serba mahal, dan aksesoris lainnya, agar
rumah layak ditempati, menarik, dan bonafid dilihat tamu. Semangat smacam ini semestinya
juga tampak pada GPM untuk mengembangkan dirinya. Dia menginvestasikan uangnya
untuk menumbuhkan dirinya, misalnya membeli buku, berlangganan majalah, berlangganan
jurnal atau harian, mengakses internet untuk memperoleh informasi kekinian.
GPM memilih aktivitas kesehariannya untuk meningkatkan mutu pribadi pada area-
area kunci secara intelektual, fisikal, rasional, emosional, dan spiritual ( intellectually,
physically, relationally, emonniotally, and spiritually). Masing-masing orang memiliki
potensi dasar dan pengembangannya berbeda antara satu dan yang lainnya.
Dengan mengenal diri sendiri, GPM akan memosisikan dirinya, sehingga dalam
bekerja tidak “lebih besar pasak dari pada tiang”, atau bekerja “ibarat pungguk merindukan
bulan.” Tentu saja guru tidak boleh pasrah pada keadaan, ketika dia mengetahui bahwa
sejawatnya secara relatif lebih naik dibandingkan dengan dirinya. Kelemahan daya tangkap,
misalnya, dapat diatasi dengan memperpanjang waktu belajar.
17
8. Aktivitas Pengembangan Diri
GPM melakukan aktivitas pengembangan diri nyaris tanpa henti. Pengembangan diri
secara kontinu merupakan ciri manusia normal, lahi sukses. Manusia yang mampu mengukir
prestasi besar memiliki kemauan mengembangkan diri yang luar biasa. Pengembangan diri
merupakan proses pembaruan dan produknya memiliki nilai kebaruan. Oleh Stephen R.
Covey dalam The 7Habits of Highly Effective People (1993) proses ini disebut sebagai
konsep asah gergaji.
1) Guru Pembelajar
GPM menjadi pembelajar sejati. Untuk menajadi GPM, seorang guru harus menjadi
pembelajar sejati. GPM menjadi pembelajar agar benar-benar tumbuh sebagai tenaga
professional. Sebagai agen sejati. Guru yang sampai pada kondisi professional sungguhan
itulah yang kelak akan menjadi GPM. GPM secara alami adalah mesin pembelajar, dan dia
belajar sepanjang waktu. Menjadi pembelajar dan perubahan perilaku selalu berjalan
bergandengan tangan.
Ketika guru menjadi pembelajar, siswa pun akan relative mudah didorong menjadi
pembelajar. Asumsinya, upaya guru mengubah perilaku siswa akan jauh lebih mudah dengan
memberi contoh ketimbang menyuruh.
2) Kemampuan Dasar
18
mengaturnya. Kedua, kemampuan berpikir kreatif-imajinatif, yaitu menggagas hal-hal baru
untuk solusi cerdas dan menciptakan konteks belajar yang dikehendaki. Ketiga, kemampuan
berpikir kritikal-argumentatif, yaitu menilai secara kritis fakta-fakta, mengambil sikap, dan
membuat keputusan terbaik. Keempat, kemampuan memilih dari sejumlah alternative yang
ada, yaitu memilih baik vs buruk, berguna vs merugikan, suci vs najis, baik dan lebih baik,
atau buruk dan lebih buruk. Kelima, kemampuan berkehendak secara bebas, yaitu
mengerahkan energy bio-psiko-spiritual untuk merealisasi keinginan.
3) Lima Pilar
GPM pembelajar adalah guru-guru yang menjadikan kegiatan belajar sebagi bagian
kehidupannya. Belajar merupakan proses mengubah tingkah laku menuju kondisi yang lebih
baik, sebagai bagian dari kehidupan dan kebutuhan hidup. Lima Pilar utama yang mutlak ada
untuk menjadi GPM pembelajar antara lain:
Tugas utama guru sebagai pembelajar ialah mendidik dan mengajar, serta belajar
untuk meningkatkan mutu dirinya. Peningkatan mutu secara kontinu akan muncul, jika guru
benar-benar menjadi pembelajar sejati.
4) Berpikir Kritis
19
GPM merupakan pemikiran yang kritis. Di luar kerangka deskripsi yang disebutkan di
atas, khusus di lembaga sekolah, inisiatif membangun pembelajar sekaligus berpikir kritis,
menjadi keharusan. Bahkan hal itu pun harus tumbuh pada kalangan siswa. Kemampuan
berpikir kritis, idealnya, merupakan satu ciri guru yang berkualitas dan hal itu antara lain
akan ditumbuhkan dan dihasilkan melalui transformasi pemanuasiaan pada institusi
pendidikan formal.
Menurut Deborah Court, upaya membangun siswa yang dapat berpikir kritis menuntut
kemampuan guru-guru dalam membantu mereka mengembangkan visi dan kapasitas untuk
memecahkan masalah dan menghadapi tantangan tersebut.
Mutiara yang dapat dipetik dari pendapat di atas adalah perlunya pelembagaan
berpikir kritis dalam praksis proses pendidikan dan pembelajaran pada banyak organisasi
pembelajaran, seperti sekolah, universitas, lembaga-lembaga pelatihan, dan pusat-pusat
pendidikan luar sekolah, dan sebagainya.
GPM selalu membangun kolaborasi dan menjunjung nilai kolegialitas. Kolaborasi dan
kolegialitas harus dicandra sebagai konsep-konsep yang berbeda dalam kultur organisasi
pembelajaran pada umumnya. Barangkali kolaborasi dan kolegialitas ini tidak dapat
dipisahkan dengan kultur organisasi pembelajaran dalam makna luas, meski tetap harus
dibedakan titik tekannya.
Kolaborasi mencakup semua aktivitas yang membawa anggota komunitas sekolah dan
pelayanan pendukung eksternalnya bersama-sama berbagi informasi dan ide, merencanakan
bersama, dan bersama-sama pula membuat keputusan dan berpartisipasi dalam kehidupan
professional institusi.
Kolegialitas merujuk pada tingkat interaksi interpersonal, di mana hal itu dibangun
melalui keterbukaan dan kepercayaan atau keyakinan, penghargaan, kesadaran untuk
menerima resiko, saling mengisi dan membopong kea rah pencapaian tujuan bersama secara
tanggung jawab dan menyenangkan.
20
Di lembaga persekolahan, kolegialitas dan kolaborasi itu mencakup interaksi yang
produktif antara guru-guru dan siswa pada tingkat ruang kelas, antarsesama guru, antar orang
tua murid dan kepala sekolah dalam komunitas sekolah, dan antara guru-guru dan kolega
seprofesi yang tergabung pada kelompok kerja guru (KKG).
GPM merupakan komunikator pembelajaran yang efektif. Dai menyadari bahwa inti
proses pembelajaran adalah komunikasi interaktif antara guru dan siswa. Substansi
pembelajaran merupakan focus konsentrasi interaksi mereka.
GPM dan siswa sama-sama dapat memainkan peran sebagai komunikator sekaligus
pendengar yang baik. GPM menjadi komunikator yang baik dan pada saat yang sama siswa
menjadi pendengar yang baik. Pada saat tertentu mereka berdialog, pada saat yang lain sama-
sama diam untuk berpikir. Ketika siswa mengerjakan soal-soal, mereka diam, demikian juga
guru.
2) Perilaku Keliru
Demikian juga hubungan guru dengan siswa. Apa pun yang dilakukan guru, idealnya
bermuara pada bagaimana siswa dapat belajar dengan baik. Namun demikian, masih
21
ditemukan perilaku guru yang hanya dimaksudkan memudahkan dirinya bekerja, bukan
menyederhanakan tindakan untuk membuat siswa dapat belajar efektif.
GPM merupakan penghubung yang efektif. GPM menghindarkan diri dari perilau
soliter. Hubungan antarmanusia merupakan perilaku normal, demikian juga hubungan guru
dengan kolega dan komunitas lainna. Sebaliknya, tidak menjalin hubungan dengan
antarmanusia merupakan perilaku abnormal.
Kadang kala hubungan itu menjadi supernormal atau abnormal, ketika jalinan antara
sesama mereka berlebihan atau nyaris terputus sama sekali.
Hubungan yang efektif dapat dibangun dan GPM merupakan penghubung yang
efektif. Ini harus diyakini oleh siapa pun, termasuk oleh guru, dosen, kepala sekolah,
widyaiswara, pengawas, atau pelatih.
GPM menjaga hubungan baik dengan kolega, ,asyarakat, dan siswa. Komunitas
sekolah adalah jaringan hubungan (web of relation), meniscayakan semua anggota bekerja
bersama dalam tatanan untuk mengkreasi sesuatu yang baik, yaitu pelaksanaan proses
pendidikan dan pembelajaran yang efektif dan efisien.
22
GPM yakin bahwa kemampuan menciptakan hubungan yang baik melahirkan kerja
sama dan respek satu sama lain. Keduanya termanifestasi dalam pekerjaan dan mendorong
komunitas lembaga bekerja lebih baik. Di kelas, guru respek pada siswa, dan siswa respek
kepada gurunya.
Respek adalah kunci GPM untuk banyak hubungan. Pada tantangan untuk mengkreasi
hubungan yang lebih efektif, GPM sebagai anggota sekolah harus bertindak dengan respek.
Respek adalah prasyarat dasar untuk sebuah hubungan yang bermakna (great
relation). GPM respek pada diri pribadinya, selayaknya dia respek pada siswa dan koleganya.
Kunci lain dari respek adalah membentuk hubungan yang efektif, dengan cara mengelola
perbedaan persepsi atau pendapat dengan anggota komunitas sekolah yang lain secara
langsung.
6) Kegagalan Hubungan
Ketika anggota komunitas sekolah gagal mengekspresikan ide atau harapannya, atau
isu-isu yang digagas tidak selaras dengan alam pikiran mereka, upaya membangun hubungan
yang efektif sulit diwujudkan. Beberapa dimensi negatif yang kerap muncul dan
menghasilkan kegagalan dalam membangun hubungan menang/menang merupakan tindakan
menyamaratakan atau ketidakpercayaan. Tidak ada toleransi, tindakan egois atau maunya
sendiri merupakan kontraproduktif skema hubungan menang/menang. Masing-masing harus
memandang diri sama-sama penting. Manusia, bukan juga laksana sebuah pulau. “No man is
an island”. Penyebab dari kegagalan membangun hubungan menang/menang antara lain:
23
Tindakan menghindari tanggung jawab
Isu-isu yang dikedepankan tidak menarik
1) Keanekaragama Komunitas
Nancy Eisenberg, memaknai empati sebagai sebuah respons afektif yang muncul atas
dasar keprihatinan atau pemahaman suasana emosional atau kondisi orang lain, dan dengan
itu muncul kesamaan rasa terhadap apa yang orang lain sedang rasakan atau akan diharapkan
untuk merasakan.
Empati berkaitan dengan banyak hal, seperti pikiran, kepercayaan, dan keinginan
seseorang berhubungan dengan perasaannya, seseorang yang berempati akan mampu
mengetahui pikiran dan keadaan jiwa atau suasana hati (mood) orang lain. Karenanya empati
dianggap sebagai semacam resonansi perasaan. Para penulis lain mendefenisikan: (1) empati
adalah kemampuan menyelami perasaan orang lain tanpa harus tenggelam; (2) empati adalah
kemampuan dalam mendengarkan perasaan orang lain tanpa harus larut; (3) empati adalah
kemampuan dalam melakukan respons atas keinginan orang lain yang tidak terucap.
24
2) Empati Kepada Siswa
GPM berempati kuat pada siswanya, dalam keadaan apa pun. Dalam konteks
hubungan guru dan siswa, empati bermakna afeksi fisikal atau parsialitas guru terhadap
siswanya. Afeksi fisikal bermakna penampakan fisik atau aura guru terkait langsung atau
tidak langsung dengan fenomena yang dihadapi oleh siswanya. Empati dikonsepsikan sebagai
kemampuan guru dalam “membaca” siswa. Secara harfiah, empati bermakna kemampuan
seorang guru merasakan emosi siswa atau pribadi-pribadi di luar dirinya, khususnya
komunitas sekolah.
Tanpa kemampuan berempati, guru hanya akan memandang siswanya sebagai robot,
tidak manusiawi, antisosial, tidak medidik, dan kontrapedagogis. GPM hati-hati agar tidak
bingung memaknai empati dalam kaitannya dengan makna yang terkandung dalam
terminology lain, seperti sympathy pity, emotional contagion, apathy, atau telepathy.
3) Perkembangan Empati
25
GPM tampil dengan empati dan simpati. Kata empati dan simpati telah mendapat
tempat khusus dalam literatur psikologi, dalam proses interaksi antarmanusia organisasi,
bahkan di masyarakat.
Rasa empati harus ditumbuhkan. Menurut Sholehhuddin (2006), rasa empati dapat
kita lakukan asalkan kita memiliki kemauan untuk itu, kapan saja, dan di mana saja kita
berada. Empati berhubungan dengan kepedulian terhadap orang lain, tidak heran kalau
empati selalu berkonotasi sosial seperti menyumbang, memberikan sesuatu kepada orang
yang kurang mampu. Berempati pada orang nyaris tidak perlu modal. Tetapi, saying banyak
orang yang tidak peduli akan maknanya.
5) Empati Mendengarkan
Secara khusus, Covey menaruh kemampuan untuk mendengar kan (ability to hear)
sebagai salah satu dari tujuh kebiasaan yang sangat efektif, yaitu kebiasaan untuk mengerti
terlebih dahulu, baru dimengerti ( seek first to understand- understand then be understood to
build the skills of empathetic listening that inspires openness and trust.)
Empati dapat juga berarti kemampuan untuk guru mendengar dan bersikap perseptif
atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apa pun dari siswanya dengan sikap yang
positif.
6) Menghindari Apatis
26
GPM menghindari sikap apatis secara taat asas. Guru yang berempati, guru yang
bersimpati, guru yang apatis, sangat mungkin ada di mana- mana. Dalam WikipediaBahasa
Indonesia apatis (apathy) bermakna kurangnya emosi, motivasi, atau antusiasme. Apatis
adalah istilah psikologikal untuk keadaan cuek atau tak acuh; tidak peduli.
Apatis dapat berpusat terhadap objek tertentu, kepada seseorang, ativitas atau
lingkungan. Dia merupakan reaksi umum terhadap stress di mana diterapkan sebagai “belajar
tak berdaya” dan sering kali dihubungkan dengan depresi. Dia dapat juga merfleksikan
sebuah kekurangan minat nonpatologi dalam hal yang dianggap tidak penting. Beberapa obat
diketahui dapat menyebabkan gejala berhubungan dengan atau menyebabkan kepada apatis.
GPM menjunjung tinggi kode etik gruu. Menjunjung tinggi kode etik guru menjadi
bagian integral dari upaya GPM untuk memberdayakan diri. Dalam UU No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa pemberdayaan profesi gur di selenggarakan
melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak
diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia nilai
keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.
Sebagai pedoman sikap dan perilaku, Kode Etik ini bertujuan menempatkan guru
sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi undang-undang, bagi
GPM, Kode Etik dimaksud berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma moral yang
melandasi pelaksanaan tugas dan layanan professional guru dalam hubungannya dengan
siswa, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi, organisasi profesi, dan pemerintah
sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika, dan kemanusiaan.
27
GPM memiliki komitmen kuat pada Kode Etik Guru. GPM bekerja dan berinteraksi
dengan komunitas selalu dipandu oleh Kode Etik Guru. Di Indonesia, guru dan organisasi
profesi guru bertanggung jawab atas pelaksanaan Kode Etik Guru Indonesia.
Guru yang melanggar Kode Etik Guru Indonesia dikenakan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan yang berlaku pada organisasi profesi atau menurut aturan Negara. Jenis
pelanggaran meliputi pelanggaran ringan, sedang, dan berat.
1.
28
A. Buku Pembanding
BUKU II PENINGKATAN PROFESONALISME GURU SEKOLAH DASAR
I. IDENTITAS BUKU
ISBN : 979-526-863-5
Ukuran : - cm
II. DESKRIPSI BUKU
Buku ini sebagai buku pembanding saya dalam menyelesaikan tugas Critical Book Report
Profesi Kependidikan. Dalam buku Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar. ini
terdiri dari 6 bab yang masing-masing bab membahas tentang hal yang berbeda-beda.
Masing-masing judul bab buku ini, yakni:
29
Bab II : Jenis dan Kualifikasi Guru Sekolah Dasar
Sekolah dasar, sebagai sebuah sistem, tepatnya sistem pendidikan, memilki beberapa
komponen. Komponen yang dimaksud antara lain berupa progam kegiatan belajar, sisw,
sarana dan prasarana pendidikan, uang, lingkungan masyarakat, dan personel atau guru.
Semua komponen dalam sistem pendidikan sekolah dasar tersebut sangat penting dan
menetukan keberhasilan pencapaian tujuan institusional. Namun, semua komponen tersebut
tidak akan berguna secara maksimal bagi penyelenggaraan pendidikan disekolah dasar tanpa
adanya guru, tentunya guru yang profesional, yaitu guru yang memiliki pengetahuan yang
luas dalam bidang pndidikan, memiliki kematangan yang tinggi, memiliki kemandirian,
memiliki komitmen yang tingi, visioner, kreatif, dan inovatif.
Untuk memiliki pegawai yang berprofesional dapat ditempuh dengan menjawab dua
pertanyaan pokok, yaitu how to have dan how to empower tenaga pegawai profesional,
sehingga dimilikinya guru profesional oleh sekolah daar sangat bergantung kepada
bagaimana kita menjawab kedua pertanyaan tersebut. Sebagai jawabannya, ada kegitan-
kegiatan esensal untuk mendapatkan dan mendayagunakan guru di sekolah dasar yang
merupakan misi utama dari pengelolaan guru meliputi (1)kualifikasi guru sekolah dasar: (2)
rekrutmen guru, mulai dari perencanaan guru, seleksi guru, dan pengangkatan guru; (3)
30
peningkatan kemampuan guru; (4) peningkatan motivasi kerja guru; dan (5) pengawasan
kinerja guru.
Bilamana diaplikasikan dalam proses rekrutmen guru sekolah dasar, maka tujuan
rekrutmen guru sekolah dasar adalah dodapatkannya calon guru yang paling menjanjikan
31
dalam melaksanakan tugas-tugas profesionalnya sebagai guru di sekolah dasar. Dalam
kerangka manajemen di sini adalah tidak saja secara rutin mengelola proses pembelajaran,
seperti merancangpmbelajaran, melainkan juga melakukan pengembangan-pengembangan
yang secara kontinu, kreatif, dan mandiri serta mampu mengembangkan dan
mengimplementasikan inovasi dalam peningkatan mutu proses belajar mengajar.
Salah satu prinsip dalam rekrutmen pegawai sebagaimana ditegaskan di muka adalah
bahwa rekrutmen pegawai harus dirancang sedemikian rupa sehingga mendapatkan calon
pegawai sesuia dengan kebutuhan. Prinsip tersebut menginsyaratkan bahwa sebelum dilakuka
rekrutmen, sebaiknya terlebiih dahulu dilakukan analisis kebutuhan dalam rangka
menetapkan formasi pegawai. Ada empat langkah yang harus ditempuh oleh kepala sekolah
dasar dalam melakukan analisis kebutuhan guru disekolahnya masing-masing yaitu (a)
menetapkan beban kerja, (b) menetapkan kapasitas kerja guru, (c) menginventarisasi guru
yang ada, dan (d) menetapkan jumlah dan jenis guru yang dibutuhkan.
32
harus melaksanakan bantuan atau pembinaan tersebut secara profesioanl. Itulah yang disebut
dengan bantuan profesional.
Supervisi klinik merupakan satu strategi yang sangat berguna dalam supervisi,
sebagai pengembangan pengajaran guru. Supervisi klinik ini diperkenalkan dan
dikembangkan oleh Morris L. Cogan, Robert Goldhammer, dan Richat Weller di Universitas
Harvad. Pada mulanya supervisi klinik ini dirancang sebagai salah satu model atau
33
pendekatan dalam melaksanakan supervisi pengajaran terhadap calon guru yang sedang
berpraktik mengajar. Selanjutnya digunakan sebgai satu model supervisi pengajaran.
Dalam melaksanakan supervisi klinik ini diperlukan iklom kerja yang baik. Faktor
yang sangat menentukan keberhasilan supervisi klinik adalah kepercayaan guru bahwa tugas
supervisi semata-mata untuk membantu guru mengembangkan pengajarannya. Upaya
memperoleh kepercyaan dari guru ini memerlukan satu iklim kerja yang disebut dengan
istilah kolegial. Ada tiga macam orientasi perilaku supervisi pengajaran, yaitu orientasi
langsung, orientasi kaloboratif, dan orientasi tidak langsung. Setiap orientasi ini memiliki
makna tertentu, yaitu bagaimana supervisor melayani guru. Ada dua variabel yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan orientasi perilaku supervisi pengajaran, yaitu tingkat
komitmen guru dan tingkat abstraksi guru. Berangkat dari kedua variabel ini muncul empat
kuadran kategori guru. Pertama, guru berkategori drop out. Orientasi perilaku supervisi
pengajaran yang sesuai untuk guru ini adalah orientasi langsung. Kedua, guru berkategori
pekerja tidak berfokus.
Moral kerja yang tinggi akan mempertinggi produktivitas kerja seseorang. Ada
hubungan antara moral kerja dengn produktivitas. Moral kerja dapat diartikan sebagai suatu
sikap a tingkah laku terwujud dalam bentuk semangat seseorang dalam kerjanya. Oleh karena
moral kerja merupakan semangat kerja, maka moral kerja sangat berpengaruh terhadap
produktivitas sseorang. Seseorang yang memiliki moral kerja tinggi kemungkinan besar kan
menghasilkan sesuatu yanglebih banyak dan lebih baik.
Moral itu suatu keadaan yang berhubungan dengan kondisi emosi dan mental
seseorang. Mora kerja seorang guru bisa rendah dan bisa pula tinggi. Tujuan pembinaan
moral kerja guru adalah agar guru-guru memiliki moral kerja guru yang tinggi. Pembinaan
moral kerja guru harus dilakukan secara manajerial yang dapat diterima apabila dikaji secara
keilmuan. Oleh sebab itu, dalam menetapkan strategi pembinaan moralkerja guru, harus
didasarkan pada pemahaman terhadap tiga hal. Pertama, harus memahami apa sebenarnya
34
hakikat moral kerja konseptual, sebagaimana telah dibahas dimuka. Kedua, harus mampu
menanalisis kebutuhan manusia umumnya dan guru pada khususnya. Ketiga, harus
memahami langkah-langkah manajerial dalam upaya mengindentifikasi alternatif strategi
pembinaan moral kerja guru.
35
BAB III
PENILAIAN
A. Buku Utama
KELEBIHAN
1. Tampilan pada sampul (face) buku ini cukup menarik. Sehingga dengan begitu
pembaca dapat dengan tertarik untuk membacanya.
2. Dalam buku ini juga banyak menggunakan kutipan-kutipan yang kalimatnya
berbahasa inggris.
3. Pembahasan yang tekaji pada buku ini cukup bagus. Karena semuanya dibahas
dimulai dari pengertian profesi, profesional, serta kode etik guru yang ada dindonesia.
Selain itu juga pada buku ini ada dibahas mengenai penguasaan diri dalam
membimbing peserta didik.
4. Kertas yang digunakan dalam pembuatan buku ini juga sangat bagus dan memiliki
backgroud yang indah.
5. Pada buku ini juga terdapat sinopsis dibagian belakang. Hal ini dapat membantu bagi
orang yang ingin membacanya untuk mengetahui lebih banyaknya materi yang
terdapat pada buku ini serta penulis juga memberikan informasi yang membangun
motivasi.
6. Jika dibandingkan dengan buku pembanding ukuran huruf pada buku ini juga sudah
cocok sehingga siapa saja yang membaca buku ini tidak mudah merasa bosan
daripada buku pembanding yang ukuran hurufnya kecil dan pembaca mudah cepat
merasa bosan.
7. Buku ini secara umum menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah untuk
dimengerti oleh pembaca. Sehingga materi ataupun ide yang ingin disampaikan oleh
penulis kepada pembaca dapat tersampaikan secara maksimal.
36
8. Dalam penulisan buku ini susunan penulisan buku sudah tersaji secara sistematis. dan
isi pada buku ini juga disajikan informasi-informasi yang cukup penting yang
berhubungan dengan materi yang sudah diuraikan.
9. Selain itu kelebihan pada buku ini yaitu disetiap awal pembahasan hal yang selalu
disajikan yaitu pengertian dari pembahasan tersebut lalu kepada pembahasan lainnya.
10. Pada buku ini juga dibagian pembahasan terakhir ada dijelaskan mengenai rumusan
Kode Etik Guru Indonesia hasil rumusan Konferensi Pusat PGRI 2006. Selain itu juga
ada dijelaskan poin-poin “Sumpah Guru Indonesia”.
11. Pada buku ini juga terdapat biografi penulis yang dijabarkan dibagian akhir buku ini.
12. Selain itu desain buku ini juga cukup bagus karena dibagian atas setiap bab ada ditulis
catatan kakinya.
KEKURANGAN
Pada buku ini tidak terdapat rangkuman dan glosarium. Seharusnya penulis membuat
glosarium dan rangkuman tersebut agar jika setiap orang yang sudah membacanya
tidak mengerti dapat membaca ulang dari rangkuman yang sudah disediakan dan jika
ada kata yang sudah dapat dilihat artinya dari glosarium.
Pada buku ini ada beberapa terdapat penulisan kata yang salah. Misalnya pada
halaman 21 terdapat kesalahan dalam penulisan kata “dihsilkan” seharusnya penulisan
kata benar adalah “dihasilkan”.
Pada bagian daftar pustaka atau referenci buku ini juga ada beberapa referenci yang
diambil dari tahun lama sejak dicetak sehingga referencinya masih kurang dapat
dipertanggungjawabkan karena dalam daftar bacaan ini lebih banyak menggunakan
reference dari tahun buku lebih dari 5 tahun sesudah penerbitanya. Seharusnya penulis
harus mengambil daftar reference yang tahun terbitnya lebih update dari tahun
terbitnya dan masih banyak juga mengambil sumber dari internet.
Pada buku ini juga sedikit yang mengutip dari definisi-defenisi para ahli. Seharusnya
penulis buku ini harus banyak mengambil pengertian-pengertian dari para ahli agar
dapat memperbanyak referenci-referenci tentang materi ini.
Dalam buku ini juga terdapat pengulangan informasi yang terjadi berulang-ulang pada
bab-bab berikutnya.
37
Jika dibandingkan dengan buku lain buku ini banyak materi yang belum dibahas
seperti pada materi mengenai “Ciri-ciri guru profesional, Kompetensi guru, dan
mengenai Keterampilan guru dalam mengajar”
Pada buku ini ada beberapa bagian disetiap bab yang sistematika penggunaan tanda
baca yang kurang tepat.
B. Buku Pembanding
KEKURANGAN
1) Terdapat beberapa kata yang susah dipahami oleh pembaca, sehingga harus mencari
arti tersebut dahulu.
2) buku ini lebih sering membahas tentang remaja padahal judul nya peserta didik,
( walaupun hampir sama, tetapi alangkah baik nya dibuat menjadi peserta didik).
38
BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
39
Adapun simpulan berdasarkan pembahasan dari Critical Book Report di atas, yakni:
Secara etimologi, profesi berasal dari bahasa inggris profesion atau bahasa
Latin profecus. Artinya, mengakui, pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam
melaksanakan pekerjaan tertentu. Profesional merupakan proses peningkatan kualifikasi atau
kemampuan para anggota penyandang suatu profesi untuk mencapai kriteria standar ideal
dari penampilan atau perbuatan yang diinginkan oleh profesinya itu. Profesi guru merupakan
teladan bagi siswa yang memerlukan penampilan berwibawa, yang tidak mungkin
dilakukannya apabila tidak ditunjang dengan penghasilan yang memadai.
Kode Etik Guru merupakan norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh guru-guru
Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai
pendidik, anggota masyarakat, dan warga negara. Guru yang melanggar Kode Etik Guru
Indonesia dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku pada organisasi
profesi atau menurut aturan negara.
B. SARAN
Saran saya untuk buku Pengembangan Profesi Guru penulis Prof. Dr. Sudarwan
Danim dalam materinya sudah bagus dan sudah jelas serta mudah dipahami, namun ada
baiknya penulis menambahkan gambar guna untuk membuat pembaca tertarik untuk
membaca buku tersebut.
Bagi pengajar disarankan untuk terus menggali potensi mengajarnya, hingga dapat menjadi
pendidik yang profesional.
Dan saran untuk buku Peningkatan ProfesionalismeGuru Sekolah Dasar penulis Dr.
Ibrahim Bafadal, M.Pd., yang saya berikan haruslah lebih mengembangkan isi materi serta
meningkatkan kreatifitas terhadap isi buku tersebut misalnya penulis menambahkan gambar
guna untuk membuat pembaca tertarik untuk membaca buku tersebut.
40
DAFTAR PUSTAKA
Bafadal Ibrahim. 2006. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar. Jakart: PT Bhumi
Aksara.
41