Anda di halaman 1dari 5

Muqhni Al-Ula

1806103010085
Psikologi Pendidikan

Pemanfaatan Taksonomi Bloom (Ranah Kognitif, Psikomotor, dan Afektif) dalam Pembelajaran

1. Pengertian Taksonomi Bloom


Taksonomi berasal dari bahasa Yunani taxis yang berarti pengaturan dan nomos yang
berarti ilmu pengetahuan. Taksonomi adalah sistem klasifikasi. Taksonomi berarti
klasifikasi berhierarki dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi atau juga dapat
berarti ilmu yang mempelajari tentang klasifikasi. Taksonomi merupakan suatu tipe
sistem klasifikasai yang berdasarkan data penelitian ilmiah mengenai hal-hal yang
digolongkan-golongkan dalam sistematika itu.

2. Klasifikasi Taksonomi Bloom


Adapun tasonomi atau klasifikasi adalah sebagai berikut:
a. Ranah Kognitif (cognitive domain)
Ranah kognitif merupakan segi kemampuan yang berkaitan dengan aspek-aspek
pengetahuan, penalaran, atau pikiran. Bloom membagi ranah kognitif ke dalam enam
tingkatan atau kategori, yaitu:
1) Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan
dalam ingatan. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, digali pada saat
dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal kembali
(recognition). Kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi,
fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya.

2) Pemahaman (comprehension)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menangkap makna dan arti
tentang hal yang dipelajari. Adanya kemampuan dalam menguraikan isi pokok
bacaan; mengubah
data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain. Kemampuan ini setingkat
lebih tinggi daripada kemampuan.

3) Penerapan (application)
Kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode untuk menghadapi suatu
kasus atau problem yang konkret atau nyata dan baru. kemampuan untuk menerapkan
gagasan, prosedur metode, rumus, teori dan sebagainya. Adanya kemampuan
dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus pada persoalan yang dihadapi atau aplikasi
suattu metode kerja pada pemecahan problem baru. Misalnya menggunakan prinsip.
Kemampuan ini setingkat lebih tinggi daripada kemampuan.

4) Analisis (analysis)
Di tingkat analisis, sesorang mampu memecahkan informasi yang kompleks menjadi
bagian-bagian kecil dan mengaitkan informasi dengan informasi lain. Kemampuan
untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan
atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. Kemampuan ini setingkat lebih
tinggi daripada kemampuan.

5) Sintesis (synthesis)
Kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Bagian-bagian
dihubungkan stu sama lain. Kemampuan mengenali data atau informasi yang harus
didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. Adanya kemampuan ini
dinyatakan dalam membuat suatu rencana penyusunan satuan pelajaran. Misalnya
kemampuan menyusun suatu program kerja. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi
daripada kemampuan.

6) Evaluasi (evaluation)
Kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap suatu materi pembelajaran,
argumen yang berkenaan dengan sesuatu yang diketahui, dipahami, dilakukan,
dianalisis dan dihasilkan. Kemampuan untuk membentuk sesuatu atau beberapa hal,
bersama dengan pertanggungjawaban pendapat berdasarkan kriteria tertentu.
Misalnya kemampuan menilai hasil karangan. Kemampuan ini dinyatakan dalam
menentukan penilaian terhadapa sesuatu.

Berikut adalah gambar ranah kognitif yang hierarkis:

Gambar 3.1 Hierarkis Jenis Perilaku dan Kemampuan Internal Menurut Taksonomi
Bloom dkk.

Dari gambar 3.1 dapat diketahui bahwasnnya untuk memperbaiki kemampuan


internalnya. Dari kemampuan awal pada mas prabelajar, meningkat memperoleh
kemampuan yang tergolong pada keenam jenis perilaku yang dididikkan di sekolah.
Ketika pertama kali Bloom menyajikan taksonomi ini, Bloom mendeskripsikan enam
ranah kognitif yang diurutkan secara hierarkis dari level yang rendah (pengetahuan,
pemahaman) menuju level lebih tinggi (aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi), dengan
sasaran level tinggi dibangun diatas sasaran level rendah.

b. Ranah Afektif (affective domain)


Ranah afektif merupakan kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-
reaksi yang berbeda dengan penalaran. Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan
aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan
sebagainya. Ranah afektif terdiri dari lima ranah yang berhubungan dengan respons
emosional terhadap tugas. Pembagian ranah afektif ini disusun oleh Bloom bersama
dengan David Krathwol, antara lain:

1) Penerimaan (receiving)
Seseorang peka terhadap suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan
rangsangan itu, seperti penjelasan yang diberikan oleh guru. Kesediaan untuk
menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya yang dalam pengajaran
bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan
mengarahkannya. Misalnya juga kemampuan mengakui adanya perbedaan-perbedaan.

2) Partisipasi(responding)
Tingkatan yang mencakup kerelaan dan kesediaan untuk memperhatikan secara aktif
dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Hal ini dinyatakan dalam memberikan suatu
reaksi terhadap rangsangan yang disjikan, meliputi persetujuan, kesediaan, dan
kepuasan dalam memberikan tanggapan. Misalnya, mematuhi aturan dan
berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

3) Penilaian atau Penentuan Sikap (valuing)


Kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai
dengan penilaian itu. Mulai dibentuk suatu sikap,menrima, menolak atau
mengabaikan. Misalnya menerima pendapat orang lain.

4) Organisasi (organization)
Kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan
dalam kehidupan. Misalnya, menempatkan nilai pad suatu skala nilai dan dijadikan
pedoman dalam bertindak secara bertanggungjawab.

5) Pembentukan Pola Hidup (characterization by a value)


Kemampuan untuk menghayati nilai kehidupan, sehingga menjadi milik pribadi
(internalisasi) menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya
sendiri. Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah lakunya sehingga menjadi
karakteristik gaya hidupnya. Kemampuan ini dinyatakan dalam pengaturan hidup
diberbagai bidang, seperti mencurahkan waktu secukupnya pada tugas belajar atau
bekerja. Misalnya juga kemampuan mempertimbangkan dan menunjukkan tindakan
yang berdisiplin.

Berikut adalah gambar ranah afektif yang hierarkis:


Gambar 3.2 Hierarkis Jenis Perilaku dan Kemampuan Afektif Menurut Taksonomi Krathwohl
dan Bloom dkk.

Dari gambar 3.2 dapat diketahui bahwa peserta didik yang belajar akan memperbaiki
kemampuan-kemampuan internalnya yang afektif. Peserta didik mempelajari kepekaan tentang
sesuatu hal sampai pada penghayatan nilai sehingga menjadi suatu pegangan hidup. Kelima jenis
tingkatan tersebut di atas
bersifat hierarkis. Perilaku penerimaan merupakan yang paling rendah dan kemampuan
pembentukan
pola hidup merupakan perilaku yang paling tinggi.

c. Ranah Psikomotor (psychomotoric domain)


Ranah psikomotor kebanyakan dari kita menghubungkan aktivitas motor dengan
pendidkan fisik dan atletik, tetapi banyak subjek lain, seperti menulis dengan tangan
dan pengolahan kata juga membutuhkan gerakan. Kawasan psikomotor yaitu kawasan
yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan jasmani. Rician dalam ranah ini
tidak dibuat oleh Bloom, namun oleh ahli lain yang berdasarkan ranah yang dibuat
oleh Bloom, antara lain:
1) Persepsi (perception)
Kemampuan untuk menggunakan isyaratisyarat sensoris dalam memandu
aktivitas motrik. Penggunaan alat indera sebagai rangsangan untuk menyeleksi
isyarat menuju terjemahan. Misalnya, pemilihan warna.
2) Kesiapan (set)
Kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam memulai suatu gerakan. kesiapan
fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan. Misalnya, posisi start
lomba lari.
3) Gerakan terbimbing (guided response)
Kemampuan untukmelakukan suatu gerakan sesuai dengan contoh yang
diberikan. Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk
di dalamnya imitasi dan gerakan cobacoba. Misalnya, membuat lingkaran di atas
pola.
4) Gerakan yang terbiasa (mechanical response)
Kemampuan melakukan gerakan tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan
karena sudah dilatih secukupnya. membiasakan gerakangerakan yang telah
dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap. Misalnya, melakukan
lompat tinggi dengan tepat.
5) Gerakan yang kompleks (complex response)
Kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap
dengan lancar, tepat dan efisien. gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya
terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks. Misalnya, bongkar pasang peralatan
dengan tepat.
6) Penyesuaian pola gerakan (adjusment)
Kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerakan
dengan persyaratan khusus yang berlaku. Keterampilan yang sudah berkembang
sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi. Misalnya, keterampilan
bertanding.
7) Kreativitas (creativity)
Kemampuan untuk melahirkan pola gerakan baru atas dasar prakarsa atau inisiatif
sendiri. Misalnya, kemampuannya membuat kreasi tari baru.

Berikut adalah gambar ranah psikomotorik yang hierarkis:

Gambar 3.3 Hierarkis Jenis Perilaku dan Kemampuan Psikomotorik Simpson

Dari gambar 3.3 bahwa kemampuan psikomotorik merupakan proses belajar berbagai
kemampuan gerak dimulai dengan kepekaan memilahmilah sampai dengan kreativitas pola
gerakan baru. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan psikomotirk mencakup fisik dan mental.
Ketujuh hal tersebut mengandung urutan taraf keterampilan yang berangkaian yang bersifat
hierarkis.

Anda mungkin juga menyukai