BAB II
TINJAUAN TEORI
Kemasan kondom harus kedap udara karena udara dapat merusak karet. Demikian pula dengan panas
dan cahaya, yang bila disertai adanya udara (o2) dapat mempercepat kerusakan karet.
§ Efektivitas Kondom
Bukan terletak pada kondomnya sendiri melainkan terletak pada pemakainya. Sebab utama dari tidak
efektif nya kondom adalah penggunaan yang tidak konsisten.
§ Efek Non – Kontraseptif
1. Perlindungan terhadap penyakit penyakit akibat hubungan seks termasuk HPV
2. Perlindungan terhadap PID / infeksi cairan amnion (pada wanita hamil)
3. Kadang kadang kondom dianjurkan untuk mengobati ejakulasi – prematur,
karena kondom mengurangi sensitivitas glans penis
4. Terapi infertilitas
Pada wanita tertentu ditemukan adanya antibodi terhadap spermatozoa. Dengan
kondom diharapkan kadar antibodi menurun. Setelah pemakaian jangka
waktu tertentu, pada sanggama biasa (tanpa kondom) yang diatur waktunya
sekitar masa ovulasi, diharapkan dapat terjadi fertilisasi. Dianjurkan untuk
memakai kondom sedikitnya selama 3-6 bulan atau sampai titer antibodi turun.
§ Efek Samping dan Komplikasi
1. Keluhan utama dari akseptor adalah berkurangnya sensitivitas glans penis
2. Alergi terhadap karet
I. Diafragma (Diaphragma)
Diafragma terbuat dari lateks atau karet dengan cincin yang fleksibel dengan bentuk seperti topi yang
menutupi mulut rahim. Diafragma diletakkan posterior dari simfisis pubis sehingga serviks (leher rahim)
tertutupi semuanya.
Diafragma dapat dipasang 6 jam atau lebih sebelum melakukan sanggama. Bila sanggama dilakukan
berulang kali pada saat yang sama, maka perlu ditambahkan spermisid setiap sebelum sanggama
berikutnya. Diafragma tidak boleh dikeluarkan selama 6-8 jam setelah sanggama selesai, pembilasan
(douching) tidak diperkenankan, diafragma dapat dibiarkan didalam vagina selama 24 jam setelah
sanggama selesai, lebih lama dari itu kemungkinan dapat timbul infeksi.
C. Spermisida Vaginal
Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung zat-zat kimia yang kerjanya melumpuhkan
spermatozoa di dalam vagina sebelum spermatozoa bergerak ke dalam traktus genitalia interna.
Secara mekanis untuk menghalangi spermatozoa dan secara kimiawi untuk immobilisasi/mematikan
spermatozoa.
§ Tiap spermisid vaginal memiliki dua komponen :
1. Zat pembawa/pengangkut (vehicle, carrier) yang inert
Jelly, krim, foam/busa, tablet busa, suppositoria yang akan meleleh, suppositoria busa, soluble film.
2. Zat spermisid yang aktif
Surfactants (Surface acting, bakterisidal, derajat keasaman yang tinggi.
§ Cara Pemakaian Spermisid Vaginal yang benar :
1. Letakkan spermisid sedalam mungkin didalam vagina, sehingga menutupi serviks
2. Tunggulah waktu yang diperlukan sebelum mulai bersanggama, agar spermisid
nya telah tersebar denga baik di dalam vagina bagian atas dan sekeliling serviks.
3. Gunakan spermisid tambahan setiap kali mengulangi sanggama di saat yang
sama
4. Jangan melakukan pembilasan vagina (douching) minimal 6-8 jam setelah
sanggama selesai. Pembilasan vagina (douching) tidak dianggap sebagai metode
kontrasepsi yang dapat dipercaya, karena spermatozoa dengan cepat masuk ke
canalis cervicalis, dan berada di dalam uterus dan tuba fallopii dalam waktu 15 –
90 detik setelah ejakulasi
§ Kontra-Indikasi :
1. Absolut
a) Kebutuhan akan suatu metode dengan efektivitas tinggi karena alasan
kesehatan, pribadi atau sosial.
b) Penghentian sexual foreplay akan menghambat/menghalangi
c) Ketidak mampuan penerimaan estetik pada salah satu partner.
d) Alergi terhadap isi spermisid, alergi lokal kronis, kontak dermatitis genitalia,
eksema genitalia, psoriasis genitalia, dll
2. Relatif
a) Penghentian sexual foreplay akan mengganggu sanggama
b) Fertilitas tinggi
c) Dispareunia atau vaginismus
3. Temporer
a) Vaginitis akut/subakut oleh karena sebab apapun, termasuk pengobatan.
b) Penyakit menular aktif/tersangka.
c) Kondiloma akuminata, dermatitis simpleks, pruritus, herpes genitalia.
d) Urethritis, sistitis, disuria, pyuria.
§ Efektifitas
Angka kegagalan : 11 – 31 %
§ Cara Kerja
Cara kerja dari spermisida adalah sebagai berikut :
1. Menyebabkan sel selaput sel sperma pecah
2. Memperlambat motilitas sperma
3. Menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
§ Pilihan
1. Aerosol (busa) akan efektif setelah dimasukkan (insersi), aerosol dianjurkan
bila spermisida digunakan sebagai pilihan pertama atau metode kontrasepsi lain
tidak sesuai dengan kondisi klien
2. Tablet vagina, suppositoria dan film sangat mudah dibawa dan disimpan.
Penggunaannya dianjurkan menunggu 10-15 menit setelah dimasukkan (insersi)
sebelum hubungan seksual
3. Jenis spermisida jeli biasanya digunakan bersamaan dengan diafragma
§ Manfaat
Alat kontrasepsi spermisida ini memberikan manfaat secara kontrasepsi maupun non kontrasepsi
ü Manfaat kontrasepsi :
a) Efektif seketika (busa dan krim)
b) Tidak mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu kesehatan klien
c) Sebagai pendukung metode lain
d) Mudah digunakan, tidak memerlukan resep atau pemeriksaan medik
e) Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual
ü Manfaat non kontrasepsi
Memberikan perlindungan terhadap PMS termasuk HBV dan HIV/AIDS, kemungkinan timbul PID lebih
kecil.
§ Kerugian Spermisid Vaginal :
1. Angka kegagalan relatif tinggi (disebabkan oleh pemakaian yang tidak
onsisten).
2. Harus digunakan segera sebelum sanggama, bahkan ada sper misid vaginal yang
perlu waktu 5-30 menit agar spermisid-nya sudah bekerja
3. Karena harus diletakkan dalam di vagina, ada wanita yang segan melakukannya.
4. Harus diberikan berulang-kali untuk sanggama yang berturut-turut.
5. Dapat menimbulkan iritasi atau rasa panas/terbakar pada beberapa wanita.
§ Efek Samping dan Komplikasi
1. Yang mungkin terjadi :
a) Reaksi alergi, baik pada wanita maupun pria.
b) Suppositoria tidak meleleh atau tidak membentuk busa di dalam vagina.
2. Yang masih menjadi kontroversi adalah kemungkinan terjadinya :
a) Kelainan kongenital janin (efek teratogenik).
b) Perubahan air susu ibu.
c) Efek sistemik (masuknya spermisid ke dalam aliran darah).
Tetapi sampai saat ini belum ditemukan bukti-bukti yang menyokong hal-hal tersebut.
§ Keterbatasan
1. Efektifitas kurang
2. Spermisida jauh lebih efektif, bila bersama kontrasepsi lain (misal kondom).
3. Keefektifan tergantung pada kepatuhan cara penggunaannya.
4. Tergantung motivasi dan selalu dipakai setiap melakukan hubungan seksual.
5. Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah spermisida dimasukkan
sebelum melakukan hubungan seksual.
6. Hanya efektif selama 1-2 jam dalam satu kali pemakaian.
§ Petunjuk Umum
1. Sebagai alat kontrasepsi, spermisida harus diaplikasikan dengan benar
sebelum melakukan hubungan seksual.
2. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi aplikator (busa
atau krim) dan insersi spermisida.
3. Jarak tunggu 10-15 menit pasca insersi spermisida sebelum melakukan
hubungan seksual. Kecuali bentuk spermisida aerosol (busa), tidak memerlukan
waktu tunggu karena langsung larut dan bekerja aktif
4. Perhatikan petunjuk pemakaian spermisida, baik cara pemakaian maupun
penyimpanan dari setiap produk (misal : kocok terlebih dahulu sebelum diisi ke
dalam aplikator).
5. Ulangi pemberian spermisida, bila dalam 1-2 jam pasca insersi belum terjadi
senggama atau perlu spermisida tambahan bila senggama dilanjutkan berulang
kali.
6. Menempatkan spermisida jauh ke dalam vagina agar kanalis servikalis tertutup
secara keseluruhan.
§ Di bawah ini merupakan cara pemakaian alat kontrasepsi spermisida sesuai dengan
bentuknya :
1. Aerosol (busa)
Akan mengisi vagina dengan gelembung busa yang mengandung spermisidnya. Ada juga yang berbentuk
tablet busa . Cara kerjanya dengan adanya sekret vagina, tablet busa akan menghasilkan C02 yang
selanjutnya akan menyebarkan spermisidnya, tablet busa yang terkenal : Tablet Neo Sampoon.
ü Cara pemakaian :
Sebelum digunakan, kocok tempat aerosol 20-30 menit. Tempatkan kontainer dengan posisi ke atas,
letakkan aplikator pada mulut kontainer dan tekan untuk mengisi busa. Masukkan aplikator ke dalam
vagina mendekati serviks dengan posisi berbaring. Dorong sampai busa keluar. Ketika menarik aplikator,
pastikan untuk tidak menarik kembali pendorong karena busa dapat masuk kembali ke pendorong.
Aplikator segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian keringkan. Aplikator sebaiknya digunakan
untuk pribadi.
3. Suppositoria
Terdapat 2 jenis :
a) Suppositoria yang akan meleleh (Melting suppositoria) : Dapat berbentuk
yang larut dalam air atau yang berbahan dasar Klin yang tidak larut dalam
air, akan meleleh pada suhu badan, perlu menunggu 5 – 30 menit sebelum
boleh bersanggama.
b) Suppositoria busa : Seperti tablet busa, dengan adanya sekret vagina akan
menghasilkan gelembung-gelembung C02 yang akan menyebarkan
spermisid-nya , memerlukan waktu 10 menit sebelum boleh bersanggama.
ü Cara pemakaian :
Suppositoria merupakan spermisida berbentuk kapsul yang dapat larut dalam vagina. Cuci tangan
dengan sabun dan air mengalir sebelum membuka kemasan. Lepaskan tablet vagina atau suppositoria
dari kemasan. Sambil berbaring, masukkan suppositoria jauh ke dalam vagina. Tunggu 10-15 menit
sebelum melakukan hubungan seksual. Sediakan selalu tablet vagina atau suppositoria.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kita ketahui bahwa sampai saat ini belumlah tersedia satu metode kontrasepsi yang benar-benar 100 %
ideal/sempurna. Pengalaman menunjukkan bahwa saat ini pilihan metode kontrasepsi umumnya masih
belum bentuk cafeteria atau supermarket, di mana calon akseptor memilih sendiri metode kontrasepsi
yang diinginkannya.
§ Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi adalah :
1. Aman/tidak berbahaya
2. Dapat diandalkan
3. Sederhanan, sedapat-dapatnya tidak usah dikerjakan oleh seorang dokter.
4. Murah
5. Dapat diterima oleh banyak orang
6. Pemakaian jangka lama (continuiation rate tinggi)
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin, BA. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
(Bagian Kedua MK 24-MK 27)
Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. 1980. Teknik Keluarga
Berencana (Perawatan Kesuburan). Elstar Offset, Bandung.
Hartanto, hanafi. 2003. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Badan Koordinasi KB Nasional. 1994. Informasi Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Badan Koordinasi KB
Nasional
http://www.americanpregnancy.org/preventingpregnancy/cervicalcap.html
http://www.brown.edu/Student_Services/Health_Services/Health_Education/sexual_health/ssc/cervical
cap.html
ATTENTION!
Untuk kamu yang masih membutuhkan banyak materi, lihat juga untuk Metode KB Hormonal : Pil Oral
disini isi materinya juga bagus dan sudah di uji coba :"))
Popular Posts