Anda di halaman 1dari 22

Briar Rose and The Glass Slipper

HomeTwitterInstagramTumblrPinterestYoutubeSvpplyTaylor Swift Nation


Friday, April 15, 2011
Metode KB Sederhana dengan Alat
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan laju peningkatan penduduk Indonesia pada saat dewasa ini tidak seimbang dengan sosial
ekonomi dan tersedianya lapangan pekerjaan yang ada. Demikian pula halnya dalam masa yang akan
datang, tanpa adanya usaha-usaha pencegahan perkembangan laju peningkatan . penduduk yang terlalu
cepat, usaha-usaha di bidang pembangunan ekonomi dan sosial yang telah dilakukan dengan maksimal
tidak akan ada gunanya.
Program Keluarga Berencana merupakan salah satu usaha penanggulangan masalah kependudukan.
Program Keluarga Berencana adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan
nasional yang bertujuan untuk turut serta menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial
budaya penduduk Indonesia, agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi
nasional.
Dalam Program Keluarga Berencana Nasional yang telah dilakukan merupakan suatu usaha keluarga
Berencana, yakni penjarangan kehamilan dan menekan laju perkembangan penduduk yang meningkat
cepat dengan cara kontrasepsi.
Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk
mendapatkan obyektif-obyektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat
kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri, menentukan jumlah anak dalam keluarga. (WHO
[ World Health Organisation ] Expert Committe 1970).
Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah anak dan jarak
kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, Rustam, 1998 : 155).
1.2 Tujuan
Mempunyai tujuan :
· Untuk mengetahui cara pengguna KB dengan alat
· Untuk mengetahui efek samping dari menggunakan alat KB
· Untuk mengetahui pengertian KB
· Untuk menambah wawasan

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Kontrasepsi


Kontrasepsi berasal dari kata : kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah
pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dengan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan
kehamilan. Kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan
antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, upaya ini dapat bersifat sementara
dapat pula bersifat permanen (Prawirohardjo, Sarwono, 2002 : 905). Kontrasepsi adalah menghindari
atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan
sperma tersebut (BKKBN, 1996 : 21).
Pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai metode KB alamiah dengan alat yang terdiri dari
mekanis (kondom dan barier intravagina) dan kimiawi (spermisid).

2.2 Memilih Metode Kontrasepsi


Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang baik adalah (Hartanto, Hanafi,
2004 : 36) :
a) Aman/tidak berbahaya, dapat diandalkan
b) Sederhana, sedapat-dapatnya tidak perlu dikerjakan oleh seorang dokter
c) Murah
d) Dapat diterima oleh orang banyak
e) Pemakaian jangka lama (continuation rate tinggi)

2.3 Metode KB Alamiah dengan Alat


A. Metode Barier pada Pria (Kondom)
Menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna wanita. Kira-kira 1 cm
dari ujung kondom dibiarkan kosong untuk menampung air mani yang keluar, kondom mencegah agar
air mani tidak masuk ke dalam rahim. Setelah mengalami ejakulasi tetapi sebelum ereksi sama sekali
hilang, pria yang memakainya harus menekan pinggir kondom KB pada penisnya agar air mani yang
tertampung tidak tumpah dari Kondom. Pada setiap kali sanggama harus menggunakan kondom yang
baru.
§ Keuntungan Kondom
1) Mencegah kehamilan
2) Memberi perlindungan terhadap penyakit hubungan seksual
3) Dapat diandalkan, relatif murah
4) Sederhana, ringan, disposable, reversible
5) Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi, atau follow up
§ Kerugian Kondom
1) Angka kegagalan realtif tinggi
2) Perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan seks guna
memasang kondom
3) Perlu dipakai secara konsisten, hati – hati dan terus menerus setiap sanggama
Keuntungan-keuntungan kontraseptif tersebut akan diperoleh, jika kondom dipakai secara benar dan
konsisten pada setiap sanggama, karena umumnya kegagalan yang timbul disebabkan pemakaian yang
tidak benar, tidak konsisten, tidak teratur atau tidak hati – hati.
§ Kontra Indikasi Kondom
1. Absolut
a) Pria dengan ereksi yang tidak baik
b) Riwayat syok septik
c) Tidak bertanggung jawab secara sexual
d) Interupsi sexual foreplay menghalangi minat sexual
e) Alergi terhadap karet atau lubrikan pada partner sexual
2. Relatif
a) Interupsi foreplay yang mengganggu ekspresi sexual
§ Macam – Macam Kondom
1. Kulit
Dibuat dari membran usus biri biri (caecum), tidak meregang atau mengkerut, menjalarkan panas tubuh
sehingga dianggap tidak mengurangi sensitivitas selama sanggama namun lebih mahal
2. Lateks
Paling banyak dipakai, murah, elastis
3. Plastik
Sangat tipis, enghantarkan panas tubuh namun lebih mahal dari kondom lateks

Kemasan kondom harus kedap udara karena udara dapat merusak karet. Demikian pula dengan panas
dan cahaya, yang bila disertai adanya udara (o2) dapat mempercepat kerusakan karet.
§ Efektivitas Kondom
Bukan terletak pada kondomnya sendiri melainkan terletak pada pemakainya. Sebab utama dari tidak
efektif nya kondom adalah penggunaan yang tidak konsisten.
§ Efek Non – Kontraseptif
1. Perlindungan terhadap penyakit penyakit akibat hubungan seks termasuk HPV
2. Perlindungan terhadap PID / infeksi cairan amnion (pada wanita hamil)
3. Kadang kadang kondom dianjurkan untuk mengobati ejakulasi – prematur,
karena kondom mengurangi sensitivitas glans penis
4. Terapi infertilitas
Pada wanita tertentu ditemukan adanya antibodi terhadap spermatozoa. Dengan
kondom diharapkan kadar antibodi menurun. Setelah pemakaian jangka
waktu tertentu, pada sanggama biasa (tanpa kondom) yang diatur waktunya
sekitar masa ovulasi, diharapkan dapat terjadi fertilisasi. Dianjurkan untuk
memakai kondom sedikitnya selama 3-6 bulan atau sampai titer antibodi turun.
§ Efek Samping dan Komplikasi
1. Keluhan utama dari akseptor adalah berkurangnya sensitivitas glans penis
2. Alergi terhadap karet

B. Wanita (Barier Intra-vaginal)


Menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna wanita dan
immobilisasi/mematikan spermatozoa oleh spermisidnya.
§ Keuntungan Metode Barier Intra-vaginal :
1) Mencegah kehamilan
2) Mengurangi insidens penyakit akibat hubungan seks
§ Kerugian Metode Barier Intra-vaginal :
1) Angka kegagalan relatif tinggi
2) Aktivitas hubungan seks harus dihentikan sementara untuk memasang alatnya
3) Perlu dipakai secara konsisten, hati hati, selalu pada setiap sanggama.
§ Macam-macam Barier Intra-Vaginal :
1. Diafragma (Diaphragma)
2. Kap Serviks (Cervical cap)
3. Spons (Sponge)
4. Kondom Wanita
Untuk mendapatkan efektivitas yang lebih tinggi, metode Barier Intra-vaginal harus dipakai bersama
dengan spermisid. Faktor yang dapat mempengaruhi efektifitas metode ini, antara lain :
a) Paritas
b) Frekuensi sanggama
c) Kemampuan untuk memakainya dengan benar
d) Kebiasaan dan motivasi akseptor dalam pencegahan kehamilan
Ada satu hal sangat penting yang harus mendapat perhatian akseptor yang menggunakan metode
Barrier Intra-vaginal yaitu kemungkinan timbulnya Sindrom SyokToksik (Toxic Shock Syndrom) (TSS) bila
terjadi kelalaian dalam pemakaiannya.
Calon akseptor metode Barier Intra-vaginal harus diberi instruksi-instruksi untuk mengurangi/mencegah
risiko timbulnya Sindrom SyokToksik :
1. Cuci tangan dengan sabun sebelum memasang atau mengeluarkan alatnya
2. Jangan biarkan Barier Intra-vaginal insitu lebih lama dari 24 jam
3. Jangan menggunakan Barier Intra-vaginal pada saat haid, atau bila ada
perdarahan per-vaginam, tetapi menggunakan kondom
4. Setelah melahirkan bayi aterm, tunggu 6 – 12 minggu sebelum menggunakan
metode Barier Intra-vaginal, tetapi menggunakan kondom
5. Wanita harus diajari tanda-tanda bahaya TSS :
a) Demam, muntah
b) Diarrhoe
c) Nyeri otot tubuh, rash (sunburn/seperti tersengat sinar matahari)
6. Bila menduga TSS, keluarkan alat kontrasepsinya dan hubungi petugas medis
7. Bila pernah mengalami TSS, pilih metode kontrasepsi lain.
Sindrom Syok Toksik disebabkan oleh toxin yang dihasilkan bakteri Staphylococcus aureus. Sindrom Syok
Toksik sering terjadi pada wanita yang memakai tampon (intra-vaginal) selama haid.

I. Diafragma (Diaphragma)

Diafragma terbuat dari lateks atau karet dengan cincin yang fleksibel dengan bentuk seperti topi yang
menutupi mulut rahim. Diafragma diletakkan posterior dari simfisis pubis sehingga serviks (leher rahim)
tertutupi semuanya.

Diafragma dapat dipasang 6 jam atau lebih sebelum melakukan sanggama. Bila sanggama dilakukan
berulang kali pada saat yang sama, maka perlu ditambahkan spermisid setiap sebelum sanggama
berikutnya. Diafragma tidak boleh dikeluarkan selama 6-8 jam setelah sanggama selesai, pembilasan
(douching) tidak diperkenankan, diafragma dapat dibiarkan didalam vagina selama 24 jam setelah
sanggama selesai, lebih lama dari itu kemungkinan dapat timbul infeksi.

§ Cara Kerja sebagai berikut :


1. Mencegah masuknya sperma melalui kanalis servikalis ke uterus dan saluran
telur (tuba falopi)
2. Sebagai alat untuk menempatkan spermisida.
§ Manfaat nya ada 2 yaitu :
1. Manfaat kontrasepsi
a) Efektif bila digunakan dengan benar
b) Tidak mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu kesehatan klien
c) Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah dipersiapkan sebelumnya
d) Dapat dipakai selama haid
2. Manfaat non kontrasepsi
a) Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual
b) Dapat menampung darah menstruasi, bila digunakan saat haid
c) Kemungkinan mempunyai efek perlindungan terhadap timbulnya
displasia cervical
§ Kerugian Difragma
1. Memerlukan tingkat motivasi yang tinggi dari pemakai
2. Wanita perlu memegang/manipulasi genitalia nya sendiri
3. Menjadi mahal bila sering dipakai, disebabkan oleh biaya untuk spermisidnya
4. Insersi relatif sukar
5. Pada kasus tertentu, dapat terasa oleh suami saat senggama
6. Beberapa wanita mengeluh kebasahan yang disebabkan oleh spermisidnya
§ Jenis diafragma antara lain :
a) Flat spring (flat metal band)
Pinggir alas diafragma mempunyai lempengan logam yang pipih, diafragma ini dapat dipakai oleh wanita
dengan : otot otot vagina yang kuat, ukuran dan kontur vagina normal, arcus pubis yang dangkal
dibelakang simpisis pubis, multigravida, uterus anteflexi, serviks yang panjang yang mengarah ke
belakang.
b) Coil spring (coiled wire)
Pinggir alas diafragma mempunyai kawat logam dengan pegas/per spiral yang bundar dan dilapisi karet,
diafragma ini terutama berguna untuk wanita dengan : otot otot vagina yang kuat, arcus pubis yang
dalam dibelakang os pubis tidak ada perubahan posisi uterus, ukuran dan kontur vagina normal
c) Arching spring (kombinasi metal spring)
Pinggir alas diafragma mempunyai pegas logam rangkap, diafragma ini cocok dengan wanita dengan :
tonus otot otot vagina yang jelek, sistokel/rektokel sedang, prolapsus uteri ringan, serviks yang panjang
yang mengarah ke depan
· Memilih Ukuran Diafragma
1. Jari telunjuk dan jari tengah dimasukkan ke dalam vagina sampai ujung jari
tengah menyentuh dinding posterior vagina. Ibu jari digerakkan sampai titik
pertemuan jari telunjuk dengan os pubis
2. Jarak antara ujung jari tengah dan bagian depan ibu jari adalah diameter
diafragma yang diperlukan
§ Insersi Diafragma
1. Diafragma ditekan dijepit/ditekan diantara ibu jari dan jari-jari tangan dan
didorong sejauh mungkin kedalam vagina
2. Dengan jari telunjuk diperiksa bahwa letak diafragma tepat dibelakang os
pubis dan menutupi servik
3. Diafragma yang dipasang dengan benar terletak diantara bagian posterior os
pubis dan fornix-posterior vagina serta menutupi serviks
4. Untuk memeriksa bahwa diafragma terpasang dengan tepat, jari telunjuk
meraba serviks melalui kubah diafragma
5. Untuk mengeluarkan diafragma, jari telunjuk dikaitkan dibawah lingkaran
depan diafragma (dibelakang os pubis)
§ Kontraindikasi
1. Kelainan anatomis dari vagina, serviks dan uterus :
Prolapsus uteri, cystocele/rectocele yang besar, retroversi atau anteflexi
uterus yang berlebihan, septum vagiina
2. Infeksi traktus urinarius yang berulang ulang
3. Alergi terhadap latex atau spermisid
4. Riwayat Sindrom Syok Toksik (Toxic Shock Syndrome)
5. Nyeri pelvis/nyeri introitus yang sementara oleh sebab apapun (PID, Herpes,
baru mengalami episiotomi, introitus yang sangat sempit/ketat)
6. Postpartumn (bayi aterm) 6-12 minggu
7. Ketidakmampuan calon akseptor atau pasangannya untuk mempelajari dan
melaksanakan teknik insersi yang benar
§ Efek samping dan komplikasi
Efek samping yang serius umumnya tidak ada, bilamana diafragma dipakai sebagaimana semestinya.
Kadang kadang reaksi alergi dan iritasi vagina, infeksi
§ Sebab sebab kegagalan :
1. Ketidaktauan cara pemasangan yang benar
2. Ukuran diafragma tidak tepat
3. Terjadinya perubahan letak diafragma selama sanggama
4. Adanya cacat/kerusakan pada diafragma
§ Perlu diperhatikan :
Jika ada kemungkinan terjadi sindrom syok keracunan, rujuk segera pasien ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang lebih lengkap. Apabila terjadi panas lebih dari 38 derajat Celcius maka berikan rehidrasi
per oral dan analgesi.

II. Kap Serviks (cervical cap)


Suatu alat kontrasepsi yang hanya menutupi serviks saja. Dibandingkan dengan diafragma,
kap serviks lebih dalam/tinggi kubahnya tetapi diameternya lebih kecil, umumnya lebih kaku, menutupi
serviks karena hisapan (suction), bukan karena pegas. Zaman dahulu kap serviks terbuat dari
logam/plastik, sekarang yang banyak adalah dari karet.
§ Tingkat kegagalan
Pada 100 wanita yang menggunakan metode ini selama satu tahun, terdapat sebanyak 7 orang yang
hamil
§ Cara Kerja
Cervical caps akan menutupi pembukaan serviks sehingga menahan sperma agar tidak mendapatkan
akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus& tuba falopii) dan sebagai alat tempat
spermisida senjata sperma tambahan untuk membunuh sperma-sperma yang tidak tertahan pada kaps
serviks.
§ Syarat pemakaian kap serviks
1. Serviks harus dapat dicapai
2. Serviks cukup panjang untuk menahan kap
3. Serviks tidak luka
§ Macam – macam Kap serviks
1. Prentif Cavity Rim Cap
a) Paling sering dipakai
b) Tersedia dalam 4 ukuran, diameter dalam 22, 25, 28, dan 31 mm
2. Dumas atau Vault Cap
a) Relatif dangkal, berbentuk mangkuk dengan pinggir alas yang tebal dan
bagian tengah yang tipis
b) Tersedia dalam 5 ukuran, dari 50 – 75 mm
c) Cocok untuk wanita yang tidak dapat memakai diafragma oleh karena
tonus otot vagina yang kurang baik atau wanita dengan seviks yang terlalu
pendek
3. Vimule Cap
a) Berbentuk lonceng panjang dengan pinggir yang menonjol (flanged) u tuk
memperkuat hubungan dengan sekitarnya
b) Cocok untuk wanita dengan :
ü Tonus otot vagina kurang baik
ü Cystocele
ü Serviks yang lebih panjang dari rata-rata
c) Tersedia dalam ukuran 42 – 55 mm
§ Keuntungan
1. Dapat digunakan selama menyusui
2. Efektif, meskipun tanpa spermiside, bila dibiarkan di serviks untuk waktu > 24
jam, pemberian spermiside sebelum bersenggama menambah efektifitasnya
3. Tidak terasa oleh suami pada saat sanggama
4. Dapat dipakai oleh wanita sekalipun ada kelainan anatomis/fungsional dari
vagina misalnya sistokel, rektokel, prolapsus uteri, tonus otot vagina yang
kurang baik
5. Jarang terlepas selama sanggama
§ Kerugian
1. Angka kegagalan tinggi
2. Peningkatan risiko infeksi (cervisitis, cystitis)
3. Membutuhkan evaluasi dari tenaga kesehatan
4. Ketidaknyamanan ketika pemakaian, penggunaannya cukup sulit
5. Ukuran cervical caps yang digunakan sewaktu-waktu harus diubah tergantung
pada kehamilan, abortus/keguguran, operasi pelvic atau perubahan berat badan
6. Tidak boleh digunakan pada wanita yang sedang menstruasi
7. Beberapa wanita merasa nyeri dan pasangannya merasa tidak nyaman
8. Tidak dapat mencegah penyebaran IMS (infeksi menular seksual), HIV AIDS
§ Kontraindikasi :
1. Bentuk serviks yang abnormal (ukuran, posisi), pap smear abnormal
2. Postpartum 6-12 minggu
3. Radang serviks (cervicitis) yang kronis, infeksi adneksa atau neoplasma serviks
4. Otot vagina yang sensitive, erosi atau laserasi serviks
5. Perdarahan pada vagina, termasuk ketika sedang menstrasi
6. Riwayat TSS, Riwayat PID, atau alergi dengan karet atau spermiside
§ Efek Samping dan Komplikasi
1. Timbulnya sekret yan sangat berbau bila kap serviks dibiarkan terlalu lama
didalam vagina
2. Menyebabkan iritasi pada daerah vagina, serviks karen akontak yang terlalu
lama dengan karet (kap) dan spermiside nya
3. Menyebabkan infeksi pada saluran kemih
4. Berisiko terjadi Toxic Shock Syndrom (TSS). Hal ini terjadi jika pemakaian
cervical caps dilakukan pada saat menstruasi
5. Bertambahnya abnormalitas serviks yang berhubungan dengan HPV
§ Beberapa tips untuk memasukkan kap serviks :
1. Tahap pertama untuk memasukkan atau mengeluarkan kap serviks adalah
mencuci tangan. Pemakai memasukkan kap serviks saat seksualitasnya bangkit
dan sebelum melakukan hubungan seksual.
2. Sebelum memasukkan, isi sepertiga kubah kap serviks dengan spermisida.
Pisahkan labia dengan kedua tangan. Tangan yang lain menjangkau sekeliling
pinggiran kap diantara ibu jari dengan jari telunjuk
3. Masukkan kap ke dalam vagina dan dorong kap sepanjang dinding vagina
sejauh kap itu bisa masuk. Cara ini bisa dilakukan dengan cara berdiri,
mengangkat satu kaki ke atas, posisi jongkok, berbaring.
4. Gunakan jari untuk menempatkan kap di serviks, tekan pinggiran kap di sekitar
serviks sampai serviks sudah tertutup dengan kap tersebut. Periksa posisi kap
dengan cara mendorong kubah kap untuk memastikan bahwa serviks sudah
tertutupi.
5. Usap dengan jari mengelilingi pinggiran kap.
6. Pemakai harus mempertahankan kap serviks selama 6 jam setelah ejakulasi
intravagina terakhir untuk memastikan bahwa sperma yang tertinggal di dalam
vagina tidak memasuki ke dalam rongga uterus.
7. Namun, untuk mengeluarkan kap serviks harus dilakukan dalam kurun waktu
48 jam. Setelah itu kap serviks dilepaskan, lalu bersihkan kap dengan sabun dan
air hangat dan diangin-anginkan, setelah itu disimpan dengan benar agar dapat
digunakan kembali.
8. Dengan perawatan yang tepat, kap dapat bertahan selama 2 tahun, tapi harus
diperiksa secara teratur untuk memastikan apakah ada lubang, atau bocor. Bila
terjadi kerusakan pada kap, maka pemakai diinstruksikan untuk segera
menggantinya.

III. Spons Kontrasepsi (contraceptive sponge)


Spons kontrasepsi adalah bentuk modifikasi dari agen spermisidal. Macamnya seperti sponge kecil
berbentuk bantal. Spons ini mengandung cakram poliuretan nonoxynol-9 yang dipasang 24 jam
sebelum senggama. Setelah dibasahi, spons ditempatkan di serviks.
Spons ini dapat digunakan dalam beberapa kali senggama tanpa harus diganti. Spons ini sebaiknya baru
dilepas 6 jam setelah senggama. Walaupun lebih nyaman dibandingkan diafragma atau kondom, namun
efektifitas spons untuk kontrasepsi lebih rendah. Tidak dianjurkan untuk melakukan pembilasan
(douching)
§ Cara Kerja
1. Melepaskan spermiside yang terkandung didalamnya
2. Merupakan barrier antara spermatozoa dan spermiside
3. Menjebak/menangkap spermatozoa ke dalam spons
§ Efektifitas
Secara teori 5-8 kehamilan/100 wanita per tahun. Namun, dalam praktik nya 9-27/100 wanita per tahun
§ Insersi spons
1. Mula mula spons dibasahi dengan air ledeng sebanyak kira-kira 2 sendok
makan, lalu diperas secukupnya untuk menghilangkan air yang berlebihan
2. Sponge kemudian dimasukkan ke dalam vagina sampai mencapai serviks
§ Kontraindikasi
1. Riwayat TSS atau alergi terhadap polyurethane atau spermisidenya
2. Ketidakmampuan wanita untuk melakukan insersi dengan benar
3. Kelainan anatomis dari vagina seperti prolaps uteri, sistokel, rektokel, retrofleks
yang ekstrim, septum vagina
§ Efek samping dan komplikasi
1. Iritasi atau reaksi alergi yang umumnya disebabkan oleh spermisidenya
2. Kemungkinan infeksi vagina oleh jamur bertambah besar
3. Kemungkinan timbulnya TSS
§ Efek non kontraseptif
Kemungkinan proteksi terhadap PHS

IV. Kondom wanita (female condom)


Dasarnya : kombinasi antara Diafragma dan Kondom. Alat ini terdiri dari 2 cincin polyurethane yang
lentur berbentuk diafragma yang terdapat pada masing-masing ujung dari suatu selubung lunak
polyurethane yang longgar. Sebelum dipasang, biasanya ditambahkan spermisid pada alatnya.
Brand yang dipasarkan antara lain Femidom, Dominique, Protectiv, dan Care. Baru-baru ini juga
dipasarkan kondom wanita yang terbuat dari bahan lateks (seperti kondom pria) sehingga tidak
menimbulkan suara berisik saat dipakai. Dipasarkan dengan brand Reddy, V Amour, dan Sutra.
Pengujian secara in vitro menunjukkan kondom wanita impermeabel terdapat HIV, sitomegalo virus dan
hepatitis virus.
Alasan utama dari dikembangkannya kondom wanita adalah karena pada kondom pria dan diafragma
biasa, kedua alat tersebut tidak menutupi daerah perineum sehingga masih ada kemungkinan
penyebaran mikroorganisme penyebaran PHS.

§ Kondom wanita yang telah tersedia saat ini :


1. Reality Vaginal kondom
Berupa “tabung” polyuretnane, panjang 17 cm, dengan 2 cincin polyuretnane lentur pada masing-
masing ujungnya, insersi alat ini seperti insersi diafgrama.
2. Women’s Choice Female Condomme = Condomme
Bentuknya seperti kondom pria, dengan ujung-dalam yang lebih tebal yang berada pada bagian atas
vagina, dan suatu cincin-luar yang menutupi labia, condomme terbuat dari lateks, dan 30% lebih tebal
daripada kondom pria agar supaya lebih kuat, insersi Condomme dilakukan dengan suatu aplikator
plastik yang dapat dipakai ulang.
3. Kondom vagina ketiga
Yang masih dalam taraf uji-coba, berupa suatu celana-dalam lateks dengan suatu kantong-tergulung
yang “built-in” dan berada tepat pada mulut vagina, Sebelum sanggama, wanita mendorong kantong
tersebut kedalam vagina. Alat ini menutupi seluruh perineum dan genitalia eksterna, sehingga dapat
memberikan perlindungan maksimal terhadap PHS.
§ Cara Pemakaian Kondom Wanita
Cincin yang terbuka berada di luar vagina, sedangkan cincin tertutup berada di bawah simfisis.
Cincin-dalam dipasang tinggi di dalam vagina, dan tidak perlu dipasang tepat menutupi serviks karena
akan terdorong keatas selama sanggama ; cincin-luar menutupi labia dan dasar dari penis, keatas selama
sanggama, cincin-luar menutupi labia dan dasar dari penis.

C. Spermisida Vaginal
Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung zat-zat kimia yang kerjanya melumpuhkan
spermatozoa di dalam vagina sebelum spermatozoa bergerak ke dalam traktus genitalia interna.
Secara mekanis untuk menghalangi spermatozoa dan secara kimiawi untuk immobilisasi/mematikan
spermatozoa.
§ Tiap spermisid vaginal memiliki dua komponen :
1. Zat pembawa/pengangkut (vehicle, carrier) yang inert
Jelly, krim, foam/busa, tablet busa, suppositoria yang akan meleleh, suppositoria busa, soluble film.
2. Zat spermisid yang aktif
Surfactants (Surface acting, bakterisidal, derajat keasaman yang tinggi.
§ Cara Pemakaian Spermisid Vaginal yang benar :
1. Letakkan spermisid sedalam mungkin didalam vagina, sehingga menutupi serviks
2. Tunggulah waktu yang diperlukan sebelum mulai bersanggama, agar spermisid
nya telah tersebar denga baik di dalam vagina bagian atas dan sekeliling serviks.
3. Gunakan spermisid tambahan setiap kali mengulangi sanggama di saat yang
sama
4. Jangan melakukan pembilasan vagina (douching) minimal 6-8 jam setelah
sanggama selesai. Pembilasan vagina (douching) tidak dianggap sebagai metode
kontrasepsi yang dapat dipercaya, karena spermatozoa dengan cepat masuk ke
canalis cervicalis, dan berada di dalam uterus dan tuba fallopii dalam waktu 15 –
90 detik setelah ejakulasi
§ Kontra-Indikasi :
1. Absolut
a) Kebutuhan akan suatu metode dengan efektivitas tinggi karena alasan
kesehatan, pribadi atau sosial.
b) Penghentian sexual foreplay akan menghambat/menghalangi
c) Ketidak mampuan penerimaan estetik pada salah satu partner.
d) Alergi terhadap isi spermisid, alergi lokal kronis, kontak dermatitis genitalia,
eksema genitalia, psoriasis genitalia, dll
2. Relatif
a) Penghentian sexual foreplay akan mengganggu sanggama
b) Fertilitas tinggi
c) Dispareunia atau vaginismus
3. Temporer
a) Vaginitis akut/subakut oleh karena sebab apapun, termasuk pengobatan.
b) Penyakit menular aktif/tersangka.
c) Kondiloma akuminata, dermatitis simpleks, pruritus, herpes genitalia.
d) Urethritis, sistitis, disuria, pyuria.
§ Efektifitas
Angka kegagalan : 11 – 31 %
§ Cara Kerja
Cara kerja dari spermisida adalah sebagai berikut :
1. Menyebabkan sel selaput sel sperma pecah
2. Memperlambat motilitas sperma
3. Menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
§ Pilihan
1. Aerosol (busa) akan efektif setelah dimasukkan (insersi), aerosol dianjurkan
bila spermisida digunakan sebagai pilihan pertama atau metode kontrasepsi lain
tidak sesuai dengan kondisi klien
2. Tablet vagina, suppositoria dan film sangat mudah dibawa dan disimpan.
Penggunaannya dianjurkan menunggu 10-15 menit setelah dimasukkan (insersi)
sebelum hubungan seksual
3. Jenis spermisida jeli biasanya digunakan bersamaan dengan diafragma
§ Manfaat
Alat kontrasepsi spermisida ini memberikan manfaat secara kontrasepsi maupun non kontrasepsi
ü Manfaat kontrasepsi :
a) Efektif seketika (busa dan krim)
b) Tidak mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu kesehatan klien
c) Sebagai pendukung metode lain
d) Mudah digunakan, tidak memerlukan resep atau pemeriksaan medik
e) Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual
ü Manfaat non kontrasepsi
Memberikan perlindungan terhadap PMS termasuk HBV dan HIV/AIDS, kemungkinan timbul PID lebih
kecil.
§ Kerugian Spermisid Vaginal :
1. Angka kegagalan relatif tinggi (disebabkan oleh pemakaian yang tidak
onsisten).
2. Harus digunakan segera sebelum sanggama, bahkan ada sper misid vaginal yang
perlu waktu 5-30 menit agar spermisid-nya sudah bekerja
3. Karena harus diletakkan dalam di vagina, ada wanita yang segan melakukannya.
4. Harus diberikan berulang-kali untuk sanggama yang berturut-turut.
5. Dapat menimbulkan iritasi atau rasa panas/terbakar pada beberapa wanita.
§ Efek Samping dan Komplikasi
1. Yang mungkin terjadi :
a) Reaksi alergi, baik pada wanita maupun pria.
b) Suppositoria tidak meleleh atau tidak membentuk busa di dalam vagina.
2. Yang masih menjadi kontroversi adalah kemungkinan terjadinya :
a) Kelainan kongenital janin (efek teratogenik).
b) Perubahan air susu ibu.
c) Efek sistemik (masuknya spermisid ke dalam aliran darah).
Tetapi sampai saat ini belum ditemukan bukti-bukti yang menyokong hal-hal tersebut.
§ Keterbatasan
1. Efektifitas kurang
2. Spermisida jauh lebih efektif, bila bersama kontrasepsi lain (misal kondom).
3. Keefektifan tergantung pada kepatuhan cara penggunaannya.
4. Tergantung motivasi dan selalu dipakai setiap melakukan hubungan seksual.
5. Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah spermisida dimasukkan
sebelum melakukan hubungan seksual.
6. Hanya efektif selama 1-2 jam dalam satu kali pemakaian.
§ Petunjuk Umum
1. Sebagai alat kontrasepsi, spermisida harus diaplikasikan dengan benar
sebelum melakukan hubungan seksual.
2. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi aplikator (busa
atau krim) dan insersi spermisida.
3. Jarak tunggu 10-15 menit pasca insersi spermisida sebelum melakukan
hubungan seksual. Kecuali bentuk spermisida aerosol (busa), tidak memerlukan
waktu tunggu karena langsung larut dan bekerja aktif
4. Perhatikan petunjuk pemakaian spermisida, baik cara pemakaian maupun
penyimpanan dari setiap produk (misal : kocok terlebih dahulu sebelum diisi ke
dalam aplikator).
5. Ulangi pemberian spermisida, bila dalam 1-2 jam pasca insersi belum terjadi
senggama atau perlu spermisida tambahan bila senggama dilanjutkan berulang
kali.
6. Menempatkan spermisida jauh ke dalam vagina agar kanalis servikalis tertutup
secara keseluruhan.
§ Di bawah ini merupakan cara pemakaian alat kontrasepsi spermisida sesuai dengan
bentuknya :
1. Aerosol (busa)
Akan mengisi vagina dengan gelembung busa yang mengandung spermisidnya. Ada juga yang berbentuk
tablet busa . Cara kerjanya dengan adanya sekret vagina, tablet busa akan menghasilkan C02 yang
selanjutnya akan menyebarkan spermisidnya, tablet busa yang terkenal : Tablet Neo Sampoon.
ü Cara pemakaian :
Sebelum digunakan, kocok tempat aerosol 20-30 menit. Tempatkan kontainer dengan posisi ke atas,
letakkan aplikator pada mulut kontainer dan tekan untuk mengisi busa. Masukkan aplikator ke dalam
vagina mendekati serviks dengan posisi berbaring. Dorong sampai busa keluar. Ketika menarik aplikator,
pastikan untuk tidak menarik kembali pendorong karena busa dapat masuk kembali ke pendorong.
Aplikator segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian keringkan. Aplikator sebaiknya digunakan
untuk pribadi.

2. Krim dan Jeli


Krim terbuat dari lemak yang tidak larut dalam air, misalnya gliserin, stearat. Setelah dimasukkan ke
dalam vagina, cream tetap berada pada tempatnya dan tidak menyebar lebih jauh. Sedangkan jeli
terbuat dari bahan yang larut dalam air, misalnya gelatin, mencair pada suhu badan dan dengan cepat
menyebar di dalam vagina.
ü Cara pemakaian :
Krim dan jeli dapat dimasukkan ke dalam vagina dengan aplikator dan atau mengoles di atas penis. Krim
atau jeli biasanya digunakan dengan diafragma atau kap serviks, atau dapat juga digunakan bersama
kondom.
Masukkan spermisida 10-15 menit sebelum melakukan hubungan seksual. Isi aplikator dengan krim atau
jeli. Masukkan aplikator ke dalam vagina mendekati serviks. Pegang aplikator dan dorong sampai krim
atau jeli keluar. Kemudian tarik aplikator keluar dari vagina. Aplikator segera dicuci menggunakan sabun
dan air kemudian keringkan.

3. Kontrasepsi Vagina Film/Tissue


Memakai polyvinyl alkohol dan gliserin atau bahan-bahan lainnya. Berbentuk plastik menyerupai kertas,
berukuran 2×2 inci, mengandung 72 mg nonoxynol-9, dilipat sekali kemudian dimasukkan ke dalam
vagina 5 menit sebelum mulai bersanggama. Contohnya : C-film (di Eropa dan USA).
ü Cara pemakaian :
Sebelum membuka kemasan, terlebih dahulu cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Spermisida
bentuk film/ tissue ini berupa kotak-kotak tipis yang larut dalam serviks. Untuk menggunakannya, lipat
film menjadi dua dan kemudian letakkan di ujung jari. Masukkan jari Anda ke dalam vagina dan dorong
film ke dalam vagina mendekati serviks. Keadaan jari yang kering dan cara memasukkan film secepat
mungkin ke dalam vagina, akan membantu penempelan dan jari tidak menjadi lengket. Tunggu sekitar
15 menit agar film larut dan bekerja efektif.

3. Suppositoria
Terdapat 2 jenis :
a) Suppositoria yang akan meleleh (Melting suppositoria) : Dapat berbentuk
yang larut dalam air atau yang berbahan dasar Klin yang tidak larut dalam
air, akan meleleh pada suhu badan, perlu menunggu 5 – 30 menit sebelum
boleh bersanggama.
b) Suppositoria busa : Seperti tablet busa, dengan adanya sekret vagina akan
menghasilkan gelembung-gelembung C02 yang akan menyebarkan
spermisid-nya , memerlukan waktu 10 menit sebelum boleh bersanggama.
ü Cara pemakaian :
Suppositoria merupakan spermisida berbentuk kapsul yang dapat larut dalam vagina. Cuci tangan
dengan sabun dan air mengalir sebelum membuka kemasan. Lepaskan tablet vagina atau suppositoria
dari kemasan. Sambil berbaring, masukkan suppositoria jauh ke dalam vagina. Tunggu 10-15 menit
sebelum melakukan hubungan seksual. Sediakan selalu tablet vagina atau suppositoria.

§ Penelitian untuk Menemukan Spermisid Baru


Penelitian-penelitian masih terus dilakukan untuk menemukan spermisid baru yang lebih baik dan lebih
efektif, mempunyai daya kerja lama di samping kemudahan penggunaannya dan aman.
1. Gossypol
a) Berasal dari biji kapas, yang telah dipakai sebagai kon trasepsi oral untuk pria, dan sedang diselidiki
untuk diguna-kan sebagai kontrasepsi vagina
b) Enzim-enzim penghambat spermatozoa (Sperm enzyme inhi bitors).
c) Propranolol, suatu B-blocker, ternyata dapat menghambat per-gerakan
dan metabolisme spermatozoa, dan sedang diteliti un-tuk dipakai sebagai
spermisid vaginal.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kita ketahui bahwa sampai saat ini belumlah tersedia satu metode kontrasepsi yang benar-benar 100 %
ideal/sempurna. Pengalaman menunjukkan bahwa saat ini pilihan metode kontrasepsi umumnya masih
belum bentuk cafeteria atau supermarket, di mana calon akseptor memilih sendiri metode kontrasepsi
yang diinginkannya.
§ Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi adalah :
1. Aman/tidak berbahaya
2. Dapat diandalkan
3. Sederhanan, sedapat-dapatnya tidak usah dikerjakan oleh seorang dokter.
4. Murah
5. Dapat diterima oleh banyak orang
6. Pemakaian jangka lama (continuiation rate tinggi)

DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin, BA. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
(Bagian Kedua MK 24-MK 27)

Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. 1980. Teknik Keluarga
Berencana (Perawatan Kesuburan). Elstar Offset, Bandung.

Hartanto, hanafi. 2003. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Badan Koordinasi KB Nasional. 1994. Informasi Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Badan Koordinasi KB
Nasional

http://www.americanpregnancy.org/preventingpregnancy/cervicalcap.html

http://www.brown.edu/Student_Services/Health_Services/Health_Education/sexual_health/ssc/cervical
cap.html

ATTENTION!
Untuk kamu yang masih membutuhkan banyak materi, lihat juga untuk Metode KB Hormonal : Pil Oral
disini isi materinya juga bagus dan sudah di uji coba :"))

Posted by Unknown at 6:47:00 AM


Email This
BlogThis!
Share to Twitter
Share to Facebook
Share to Pinterest
Labels: Keluarga Berencana
No comments:
Post a Comment

Newer PostOlder PostHome


Subscribe to: Post Comments (Atom)
ABOUT ME
View my complete profile
Total Pageviews
179909
Followers

Popular Posts

Persiapan Alat dan Obat Kuretase


BLOG ARCHIVE
► 2015 (5)
► 2014 (7)
► 2013 (6)
► 2012 (18)
▼ 2011 (4)
April (3)
March (1)
CATEGORIES
Askeb I Kehamilan (1)
Askeb III Nifas (1)
Askeb IV Patologi Kebidanan (4)
Asuhan Neonatus Bayi dan Balita (1)
Disney World (5)
Holiday (3)
Idol's Page (6)
Ilmu Kesehatan Masyarakat (1)
Journal (1)
Keluarga Berencana (1)
Mutu Pelayanan Kebidanan (1)
Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan (1)
Photoshoots (9)
Prenatal (1)
Touring (4)
Roving
Roving
Floating
Floating
.
.
.
.
.
.
Briar Rose and The Glass Slipper. Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai